You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

ANALISIS VEGETASI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT


DI TAMAN HUTAN RAYA RADEN SOERJO (Tahura R.Soerjo) KABUPATEN
MOJOKERTO
Vegetation Analysis Using Quadrat Method
In The Raden Soerjo Rainforest Park (Tahura R.Soerjo) Mojokerto Regency

Dyah Ayu Pitaloka/H712170501, Muhammad Aliffiyan Firmansyah2


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Jln. Ahmad Yani No.117 Jemur Wonosari, Wonocolo,
Surabaya, (031) 8410298
e-mail korespondensi: dyahayupitaloka877@gmail.com

ABSTRAK
Pada praktikum kali ini kami melelakukan pengamatan analisis vegetasi dimana kami
melakukannya di Taman Hutan Raya Raden Soerjo, atau biasa yang di sebut (Tahura R.Soerjo) di
kabupaten mojokerto, dengan metode kuadrat. Analisis vegetasi terdiri dari 2 macam metode yakni yang
menggunakan plot dan tanpa plot, yang kami gunakan disini yakni dengan menggunakan plot 1x1 m
sebayak 3 plot pada pengamatan kami dan masing-masing 3 plot pada 5 kelompok lainnya, yang juga
akan kami analisis dan dilakukan perbandingan data serta pengambilan data secra keseluruhan. yang
artinya terdapat 18 sampel plot yang tersebar di daerah yang kami ambil untuk di analisis vegetasi.
Terdapat beberapa parameter yang kami amati diantaranya yakni pencarian densitas, frekuensi, nilai
dominasi, indeks nilai penting , nilai indeks diversitas dari sutu habitat yang akan menentukan
keanekaragaman spesias di suatu habitat. dan sifat dominansi tumbuhan herba yang menempati kawasan
tersebut.

Kata Kunci: Analisis Vegetasi, Metode Kuadrat, Indeks Diversitas, Indeks Nilai Penting.

PENDAHULUAN komponen organisme yang lain dan faktor


Analisis vegetasi yakni kesatuan dari lingkungan ynag terjadi (Soekotjo, 1978)
beberapa tumbuhan, yang biasanya terdiri Untuk mengatahui komposisi jenis dan
dari beberapa spesies dan jenis, kemudian struktur dalam suatu hutan hal tersebut
hidup di suatu tempat yang sama. Dan di dapat di tunjukkan dalam proses analisis
antara individu-individu tersebut terjalin vegetasi hutan (Mueller-Dombois dan
interaksi dengan erat, antara tumbuhan- Ellenberg, 1974).
tumbuhan itu sendiri ataupun binatang- Struktur dan peranan jenis tanaman
binatang yang hidup pada vegetasi, dan herba dalam masyarakat merupakan suatu
beberapa pengaruh dari faktor lingkungan cerminan dari beberapa faktor ekologi dari
yag ada (Marsono, 1977). jenis tumbuhan yang telah berinteraksi dari
Bukan berarti dapat di katakan bahwa masa lalu, sekarang dan masa yang akan
vegetasi hanyalah kumpulan dari berbagai datang. Oleh sebab itu dalam mempelajari
individu yang sejenis, melainkan suatu anlisis vegetasi pada suatu habitat dapat
kesatuan dimana satuan dari individunya mengetahui masa lalu suatu daerah suatu
saling berkaitan dan menggantungkan habitat tertentu, dapat mengerti keadaan
dirinya satu sama lain, dan membentuak yang terjadi sekarang dan dapat menduga
suatu komunitas. Kemudian dapat di berbagai kemungkinan yang akan terjadi
katakan sebagai ekosistem jika sutu dalam perkembangan di masa yang akan
individu sejenis seperti tumbuh-tumbuhan datang, sehubung dengan hal tersebut,
memiliki hubungan yang erat dengan analisis vegetasi ialah suatu metode yang di

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

gunakan untuk mempelajari susunaan atau spesies tersebut dianggap lebih dominan
komposisi jenis, betuk, dan struktur pada tempat atau komunitas tersebut,
vegetasi dalam masyarakat tumbuhan / dengan ketentuan memiliki nilai kerapatan
herba (Soerianegara dan Indrawan, 1998) Relatif, fresuensi Relatif , nilai dominansi
Data yang telah di peroleh dari proses relatif dibandingkan spesies yang lain
analisis vegetasi hutan dapat digunakan (Setiadi, 2005)
untuk mengetahui beberapa kondisi Frekuensi merupahan bagian dari
keseimbangan komunitas yang terjadi di parameter vegetasi yang dapat menunjukan
dalam hutan, dimana dapat menjelaskan terdapatnya suatu distribusi atau sebaran
interaksi di dalamnya maupun interaksi jenis tumbuhan dalan suatu ekosistem atau
yang terjadi antara spesies, serta dapat di mempertihatkan pola distribusi dari suatu
gunakan untuk memprediksi kecenderunagn tanaman. Nilai dari suatu frekuensi
komposis tegakan untuk masa yang akan dipengaruhi oleh nilai petak dimana
datang (Whittaker, 1974) ditemukannya spesies (Ontorale, dkk.
Metode kuadrat yakni metode yang di 2012).
gunakan untuk menganalisis vegetasi yang Keanekaragaman jenis adalah
dilakukan dengan cara pengamatan petak, parameter yang berguna sebagai
seperti analisis vegetasi yang luasannya di pembanding dua komunitas, terutama untuk
ukur dalam satuan kuadrat. Bentuk-bentuk penggaruh di gangguan biotic, atau sebagai
petak dapat seperti persegi empat, persesegi cara untuk mngetahui tingkatan suksesi atau
panjang atau lingkaran. Penggunaan metode kesetabilan dari suatu jenis.
kuadrat ini tertdapat keuntungan di Keanekaragaman jenis di kuantitatifkan
antaranya yakni cukup teliti, namun dengan menghitung Indeks Keragaman
memerkukan lebih banyak waktu untuk Jenis (Indeks Shanon-Wiener) (Lianah, dkk.
menggunakan metode ini dibandingkan 2013).
dengan metode garis (Pusat Penelitian Kopi Untuk melakukan analisis vegetasi
dan Kakao Indonesia, 2010) diperluakan beberapa data diantaranya
yakni jenis, diameter, dan tinggi untuk
Beberapa analisis vegetasi yang hendak menentukan suatu indeks nilai penting dari
di dapatkan yakni : penyusun suatu habitat tersebut. Dengan
Kerapatan yaitu jumlah suatu individu dilakukannya analisi vegetasi akan di
dalam suatu luasan dimana individu yang dapatakn informasi kuantitatif tentang
terdapat di dalamnya memiliki jenis yang struktur dan komposisi suatu komunitas
sama (Kusuma, 1997) tanaman herba. Berdasarkan tujuan
Dominansi adalah suatu jenis
hipotesis dari kuantitatif komunitas analisis
tumbuhan yang mana nilainya menunjukan
vegetasi di kelompokan ke dalam 3
penguasaan di suatu jenis tanaman se-
kategori, yaitu yang pertama, hipotesis
individu pada suatu komunitas
komposisi vegetasi dalam suatu area
(Soerianegara dan Indrawan, 1998).
dengan batas-batas jenis yang kemudian
Indeks nilai penting (INP) yaitu suatu
membandingkan dengan areal lain, atau
esaran yang menunjukan diman kedudukan
areal yang sama namun dilakukannya
suatu jenis terhadap jenis yang lain dalam
pengamatan di waktu yang berbeda.
suatu komuitas yang sama. Dalam kaca
Kedua , hipotesis tentang keragaman jenis
mata ekologi dapat dikemukakan bahwa
suatu area atau diversitas suatu jenis areal

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

dalam suatu areal, dan yang ke tiga, yakni Cara Kerja


melakukan korelasi antara perbedaan Pada praktikum kuadrat ini, yang
vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu pertama yakni dengan cara menentukan
atau beberapa faktor lingkungan yang titik pengambilan sampel atau tempat
mempengaruhi (Greig-Smith, 1983). dimana dilakukannya analisis vegetasi,
kemudian diletakkan plot berukuran 1 x 1
Tujuan dilakukannya praktikum ini m2, selanjutnya di cari titik koordinat, dan
adalah agar mahasiswa mampu menentukan didapatkan titik koordinasi S77̊ 41’ 34,0
indeks diversitas dan nilai penting E1127̊ 33’ 28,9
komunitas herba di daerah terbuka dan Kemudian diukur parameter ekologi
ternaung. Dengan menggunakan metode mencakup kerapatan/Densitas, frekuensi,
kuadrat. dominansi dan indeks nilai penting masing
- masing spesies. Pengukuran Densitas
METODE Mutlak, Densitas Relatif, Frekuensi Mutlak,
Lokasi Studi
Frekuensi Relatif, Dominasi Mutlak,
Lokasi studi praktikum analisis
Dominasi Relative dan Indeks Nilai Penting
vegetasi yakni di Taman Hutan Raya Raden
masing-masing spesies, kemudian di cari
Soerjo yang biasa di singkat dengan
Indeks nilai Diversitas atau tingkat
(Tahura R.Soerjo) yakni sebuah kawasan
keanekaragaman spesies yang ada. melalui
taman hutan raya yang bertempat di dalam
metode kuadrat. Parameter ini di gunakan
kompleks gunung Arjuno-Welirang-
dengan menggunakan rumus dan prosedur
Anjasmoro. Wilayah hutan ini secara
yang terdapat dalam (Soerianegara dan
administraf termasuk kedalam wilayah
Indrawan, 1998). Persamaan yang
kabupaten mojokerto, kabupatem malang,
digunakan dalam perhitungan mengacu
kabupaten jombang, kabupaten pasuruan
pada Ismaini dkk.,(2015), sebagai berikut :
dan kota batu, provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Namun pada praktikum kami
lebih spesifiknya bertempat di kabupaten
mojokerto. Luas area hutan yang kami
tempati sampling yakni 27.868,30 Hektar.
dengan tanda bukti surat keputusan Mentri
Kehutanan RI Nomor : 80/Kpts-II/2001.
Praktikum di lakukan pada hari rabu, 09
April 2018. Pukul 05.00 WIB-19.00WIB

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang kami gunakan
ketikaa melakukan praktikum lapangan
yakni di antaranya terdapat pipa palaron Indeks Nilai Penting (INP)
yang telah di potongi dengan panjang 1m INP = KR + FR + DR
dan akan di sambung-sambungakan
menjadi plot 1x1m, meteran roll, alat tulis Perhitungan indeks diversitas dapat
menulis, tabel pengamatan atau lembar dihitung menurut rumus Shannon-Wiener
kerja, tali rafia, dan gunting. yaitu Σ �′=− π ln π
Keterangan :

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Phi (π) = n/N digunakan rumus BA = πr2 yang


n = Nilai penting suatu jenis menyatakan bahwa suatu luasan areal yang
N = Jumlah nilai penting seluruh jenis dekat dengan permukaan tanah yang
kebanyakan di tumbuhi oleh tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kemudian untuk Basal Area dari pohon,
Pada prktikum analisis vegetasi
yakni dengan mengukur diameter batang.
menggunakan metode kuadrat di dapatkan
beberapa spesies. Dan dalam setiap plot 2. Tabel perhitungan data analisis vegetasi oleh
kelompok 1.
terdapat spesies baru dan juga ada yang
sama, hal ini yang juga akan mempengaruhi
tingkat keragaman / indeks diversitas, dan
indeks nilai pernting dari beberapa spesies.
Pada pengamatan kelompok pertaman
di dapatkan data seperti berikut :
1. Tabel data pengamatan kelompok 1 di lapangan.

Pada pengamatan dan praktikum yang


telah di lakukan oleh kelompo 1 didapatkan
data dimana terdapat 12 spesies dengan
rinician sesuai dengan yang di tabel di atas.
Dengan jumlah masing-masing spesies
yang telah tertera pada tebel, kemudian
pada spesies yang telah di temukan terdapat
dbh atau jari-jari dari setiap spesies
tanaman, dimana pada tabel pengmatan
Pada tabel di atas diketahui bahwa
kelompok pertama di dapatkan dbh atau
spesies yang mngalami tingkat kerapatan
jari-jari terbesar terdapat pada spesies
yang tinggi (NR) yakni spesies Oplismenus
Cinnamomum casia dengan jari-jari sebesar
undulatifolius dengan tingkat kerapatan
7 cm dan untuk jari-jari terendah di
relatif sebesar 33% dari keseluruhan spesies
dapatkan oleh spesies Eleusine indica,
yang telah di temuakan.
Pteridium aquilinum var.latiusculum,
Kemudian pada tebel telah tercatat
Oplismenus undulatifolius. Dengan besar
dan telah di temukan spesies dimana pada
jari-jari 0,1 cm. Dan di dapatkan pula Basal
suatu kondisi habitat memiliki frekuensi
Area yakni dalam perhitungannya
relatif tertinggi yakni spesies Phyllostachys

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

edutis dan Astilbe chinensis dengan tingkat sebesar 0,035m dan untuk diameter
frekuensi relatif sebesar 16 % dari terendah di dapatkan oleh spesies
keseluruhan Spesies yang telah di temukan Brachiaria mutica. Dengan besar jari-jari
pada plot yang telah di amati. 0,0009 m. Dan di dapatkan pula Basal Area
yakni dalam perhitungannya digunakan
Pada data yang di butuhkan setelah
rumus BA = πr2 yang menyatakan bahwa
adanya Frekuensi Relatif dan Densitas
suatu luasan areal yang dekat dengan
relatif atau kerapatan suatu spesies di
permukaan tanah yang kebanyakan di
perlukannya data Dominanasi Relatif yang
tumbuhi oleh tanaman. Kemudian untuk
mana hadirnya sutu spesies yang
Basal Area dari pohon, yakni dengan
mendominasi pada habitat tersebut. Pada
mengukur diameter batang.
praktikum ini di dapatkan dominansi relatif
tertinggi yang di dapatakan oleh spesies 4. Tabel perhitungan data analisis vegetasi oleh
Cinnamomum cassia dengan nilai kelompok 2.

Dominansi Relatifnya sebesar 90% dari


keseluruhan spesies yang menempati
habitat tersebut.

Kemudian pada pengamatan yang di


lakuakan oleh kelompok 2 didapatkan data
sebagai berikut :
3. Tabel data pengamatan kelompok 2 di lapangan.

Pada pengamatan dan praktikum yang


telah di lakukan oleh kelompo 2 didapatkan
data dimana terdapat 12 spesies dengan
rinician sesuai dengan yang di tabel di atas.
Dengan jumlah masing-masing
spesies yang telah tertera pada tebel,
kemudian pada spesies yang telah di
temukan terdapat dbh atau diameter dari
setiap spesies tanaman, dimana pada tabel
pengmatan kelompok pertama di dapatkan
dbh atau diameter terbesar terdapat pada
spesies Macaranga tanarius dengan diameter

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Pada pengamatan dan praktikum yang


telah di lakukan oleh kelompo 3 didapatkan
data dimana terdapat 11 spesies dengan
rinician sesuai dengan yang di tabel di atas.
Dengan jumlah masing-masing spesies
yang telah tertera pada tebel, kemudian
pada spesies yang telah di temukan terdapat
dbh atau jari-jari dari setiap spesies
Pada tabel di atas diketahui bahwa tanaman, dimana pada tabel pengmatan
spesies yang mngalami tingkat kerapatan kelompok pertama di dapatkan dbh atau
yang tinggi (NR) yakni spesies Ageratina jari-jari terbesar terdapat pada spesies
riparia dengan tingkat kerapatan relatif Castanopis dengan jari-jari sebesar 0,032 m
sebesar 42,345% dari keseluruhan spesies dan untuk jari-jari terendah di dapatkan
yang telah di temuakan. oleh spesies Ageratina riparia. Dengan
Kemudian pada tebel telah tercatat besar jari-jari 0,001 m. Dan di dapatkan
dan telah di temukan spesies dimana pada pula Basal Area yakni dalam
suatu kondisi habitat memiliki frekuensi perhitungannya digunakan rumus BA = πr2
relatif tertinggi yakni spesies Brachiaria yang menyatakan bahwa suatu luasan areal
mutica dengan tingkat frekuensi relatif yang dekat dengan permukaan tanah yang
sebesar 64,267 % dari keseluruhan Spesies kebanyakan di tumbuhi oleh tanaman.
yang telah di temukan pada plot yang telah Kemudian untuk Basal Area dari pohon,
di amati. yakni dengan mengukur diameter batang.
6. Tabel perhitungan data analisis vegetasi oleh
Pada data yang di butuhkan setelah kelompok 3.
adanya Frekuensi Relatif dan Densitas
relatif atau kerapatan suatu spesies di
perlukannya data Dominanasi Relatif yang
mana hadirnya sutu spesies yang
mendominasi pada habitat tersebut. Pada
praktikum ini di dapatkan dominansi relatif
tertinggi yang di dapatakan oleh spesies
Macaranga tanarius dengan nilai
Dominansi Relatifnya sebesar 79,899% dari
keseluruhan spesies yang menempati
habitat tersebut.
Kemudian pada pengamatan yang di
lakuakan oleh kelompok 3 didapatkan data
sebagai berikut :
5. Tabel data pengamatan kelompok 3 di lapangan.

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Pada tabel di atas diketahui bahwa Pada pengamatan dan praktikum yang
spesies yang mngalami tingkat kerapatan telah di lakukan oleh kelompok 4
yang tinggi (NR) yakni spesies Ageratina didapatkan data dimana terdapat 16 spesies
riparia dengan tingkat kerapatan relatif dengan rinician sesuai dengan yang di tabel
sebesar 49,24% dari keseluruhan spesies di atas.
yang telah di temuakan. Dengan jumlah masing-masing
Kemudian pada tebel telah tercatat spesies yang telah tertera pada tebel,
dan telah di temukan spesies dimana pada kemudian pada spesies yang telah di
suatu kondisi habitat memiliki frekuensi temukan terdapat dbh atau jari-jari dari
relatif tertinggi yakni spesies Ageratina setiap spesies tanaman, dimana pada tabel
riparia, Andrographis paniculata, pengmatan kelompok pertama di dapatkan
Flagellaria indica L dengan tingkat dbh atau jari-jari terbesar terdapat pada
frekuensi relatif sebesar 16,66 % dari spesies Castanopsis fissa casia dengan jari-
keseluruhan Spesies yang telah di temukan jari sebesar 0,008 m dan untuk jari-jari
pada plot yang telah di amati. terendah di dapatkan oleh spesies
Cinnamomum camphora, Hibiscus syriacus
Pada data yang di butuhkan setelah
adanya Frekuensi Relatif dan Densitas Dengan besar jari-jari 0,001 m.
relatif atau kerapatan suatu spesies di
Dan di dapatkan pula Basal Area
perlukannya data Dominanasi Relatif yang
mana hadirnya sutu spesies yang yakni dalam perhitungannya digunakan
mendominasi pada habitat tersebut. Pada rumus BA = πr2 yang menyatakan bahwa
praktikum ini di dapatkan dominansi relatif suatu luasan areal yang dekat dengan
tertinggi yang di dapatakan oleh spesies permukaan tanah yang kebanyakan di
Castanopis dengan nilai Dominansi tumbuhi oleh tanaman. Kemudian untuk
Relatifnya sebesar 88,186% dari
Basal Area dari pohon, yakni dengan
keseluruhan spesies yang menempati
habitat tersebut. mengukur diameter batang.

Kemudian pada pengamatan yang di


lakuakan oleh kelompoh 4 didapatkan data
sebagai berikut :

7. Tabel data pengamatan kelompok 4 di lapangan. 8. Tabel perhitungan data analisis vegetasi oleh
kelompok 4

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

suatu kondisi habitat memiliki frekuensi


relatif tertinggi yakni spesies Piper hancei,
Oplismenus undulatifolius dengan tingkat
frekuensi relatif sebesar 11 % dari
keseluruhan Spesies yang telah di temukan
pada plot yang telah di amati.

Pada data yang di butuhkan setelah


adanya Frekuensi Relatif dan Densitas
relatif atau kerapatan suatu spesies di
perlukannya data Dominanasi Relatif yang
mana hadirnya sutu spesies yang
mendominasi pada habitat tersebut. Pada
praktikum ini di dapatkan dominansi relatif
tertinggi yang di dapatakan oleh spesies
Maianthemum racemosum dengan nilai
Dominansi Relatifnya sebesar 48,8% dari
keseluruhan spesies yang menempati
habitat tersebut.
Kemudian pada pengamatan yang di
lakuakan oleh kelompoh 5 didapatkan data
sebagai berikut :
9. Tabel data pengamatan kelompok 5 di lapangan.

Pada pengamatan dan praktikum yang


telah di lakukan oleh kelompo 5 didapatkan
data dimana terdapat 11 spesies dengan
rinician sesuai dengan yang di tabel di atas.
Dengan jumlah masing-masing
Pada tabel di atas diketahui bahwa spesies yang telah tertera pada tebel,
spesies yang mngalami tingkat kerapatan kemudian pada spesies yang telah di
yang tinggi (NR) yakni spesies Piper temukan terdapat dbh atau jari-jari dari
hancei dengan tingkat kerapatan relatif setiap spesies tanaman, dimana pada tabel
sebesar 32% dari keseluruhan spesies yang pengmatan kelompok pertama di dapatkan
telah di temuakan. dbh atau jari-jari terbesar terdapat pada
Kemudian pada tebel telah tercatat spesies Ficus hispida, Eranthemum
dan telah di temukan spesies dimana pada pulchellum, Ficus ticoua, Broussonetia
Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

papyrifera, Aster trinervius subsp. sebesar 39,29% dari keseluruhan spesies


Agerotoides, Allantodia cavaleriana dengan yang telah di temuakan.
jari-jari sebesar 0,037 cm dan untuk jari-jari Kemudian pada tebel telah tercatat dan
terendah di dapatkan oleh spesies Arum lily, telah di temukan spesies dimana pada suatu
Eucommia ulmaides, Polygonum orientale, kondisi habitat memiliki frekuensi relatif
Commelina communis, Angiopteris tertinggi yakni spesies Arum lily,
fokiensis. Dengan besar jari-jari 0,01 cm. Eranthemum pulchellum dan Eucommia
ulmaides dengan tingkat frekuensi relatif
Dan di dapatkan pula Basal Area
sebesar 14,29 % dari keseluruhan Spesies
yakni dalam perhitungannya digunakan
yang telah di temukan pada plot yang telah
rumus BA = πr2 yang menyatakan bahwa di amati.
suatu luasan areal yang dekat dengan
permukaan tanah yang kebanyakan di Pada data yang di butuhkan setelah
tumbuhi oleh tanaman. Kemudian untuk adanya Frekuensi Relatif dan Densitas
Basal Area dari pohon, yakni dengan relatif atau kerapatan suatu spesies di
mengukur diameter batang. perlukannya data Dominanasi Relatif yang
mana hadirnya sutu spesies yang
10. Tabel perhitungan data analisis vegetasi oleh
kelompok 5. mendominasi pada habitat tersebut. Pada
praktikum ini di dapatkan dominansi relatif
tertinggi yang di dapatakan oleh spesies
Eucommia ulmaides dengan nilai
Dominansi Relatifnya sebesar 22,9% dari
keseluruhan spesies yang menempati
habitat tersebut.

Kemudian pada pengamatan yang


dilakuakan oleh kelompoh 6 didapatkan
data sebagai berikut :
11. Tabel data pengamatan kelompok 6 di lapangan.

Pada pengamatan dan praktikum yang


telah di lakukan oleh kelompo 6 didapatkan
data dimana terdapat 10 spesies dengan
rinician sesuai dengan yang di tabel di atas.
Dengan jumlah masing-masing spesies
yang telah tertera pada tebel, kemudian
Pada tabel di atas diketahui bahwa
pada spesies yang telah di temukan terdapat
spesies yang mngalami tingkat kerapatan
dbh atau jari-jari dari setiap spesies
yang tinggi (NR) yakni spesies Eucommia
tanaman, dimana pada tabel pengmatan
ulmaides dengan tingkat kerapatan relatif
kelompok pertama di dapatkan dbh atau

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

jari-jari terbesar terdapat pada spesies suatu kondisi habitat memiliki frekuensi
Sinningia speciosa, Hosta plantaginea relatif tertinggi yakni spesies Deparia
dengan jari-jari sebesar 0,75 cm dan untuk boryana dengan tingkat frekuensi relatif
jari-jari terendah di dapatkan oleh spesies sebesar 23,2018 % dari keseluruhan Spesies
Helianthus tuberosus. Dengan besar jari-jari yang telah di temukan pada plot yang telah
0,1 cm. di amati.

Dan di dapatkan pula Basal Area Pada data yang di butuhkan setelah
yakni dalam perhitungannya digunakan adanya Frekuensi Relatif dan Densitas
rumus BA = πr2 yang menyatakan bahwa relatif atau kerapatan suatu spesies di
suatu luasan areal yang dekat dengan perlukannya data Dominanasi Relatif yang
permukaan tanah yang kebanyakan di mana hadirnya sutu spesies yang
tumbuhi oleh tanaman. Kemudian untuk mendominasi pada habitat tersebut. Pada
Basal Area dari pohon, yakni dengan praktikum ini di dapatkan dominansi relatif
mengukur diameter batang. tertinggi yang di dapatakan oleh spesies
Hosta plantaginea dengan nilai Dominansi
12. Tabel perhitungan data analisis vegetasi oleh
kelompok 6 Relatifnya sebesar 31,7% dari keseluruhan
spesies yang menempati habitat tersebut.
13. Tabel Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks
Diversitas (E’) Keseluruhan Daerah.
a. Tabel Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks
Diversitas (E’) Komulatif Tertinggi

Pada tabel di atas diketahui bahwa


spesies yang mngalami tingkat kerapatan b. Tabel Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks
yang tinggi (NR) yakni spesies Oreocnidae Diversitas (E’) Komulatif Terendah

frutescens dengan tingkat kerapatan relatif


sebesar 6,23% dari keseluruhan spesies
yang telah di temuakan.
Kemudian pada tebel telah tercatat
dan telah di temukan spesies dimana pada

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

menandakan bahwa spesies tersebut sudah


termasuk ikut ber kontribusi dalam
komunitas tersebut, dan dari angka 0-300%
tersebut jika semakin mendekati nilai 300
menandakan bahwa spesies yang
bersangkutan semakin besar
berkonribusinya dalam komunitas yang di
tempatinya.
Hal ini di pengaruhi oleh beberapa
faktor yang memungkin kan untuk terjadi
dalam suatu vegetasi yakni, suatu hal yang
di ungkapkan oleh Soegianto, (1994). Yakni
kehadiran suatu tumbuhan pada suatu
komunitas vegetasi di suatu daerah, yang
menyatakan tumbuhan tersebut mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Semakin banyak nilai INP pada suatu
spesies memungkin kan bahwa sepesies
tersebut memiliki tingakat yang tinggi
terhadap penguasaan komunitas yang di
tempatinya dan sebaliknya. Kemudian di
ungkapkan kembali bahwa penguasaan
Dalam tabel di atas telah didapatkan spesies tertentu dalam suatu komunnitas
sebanyak 10 dan 23 spsies, dimana spesies- vegetasi apabila spesies ynag bersangkutan
soesies ini di temukan pada masing-masing dapat berhasil menempatkan sebagian besar
plot yang telah dimati secara keseluruhan sumberdaya yang ada di bandingkan
dan di tempakan secara acak, dan di dengan spesies yang lainnya yang juga
dapatkan Indeks Nilai penting tertinggi di menempati komunitas yang sama (Saharjo
miliki oleh spesies Helianthus tuberosus dan Corneoli, 2011).
Kemudian padan indeks Diversitas
dengan nilai Indeks Nilai penting sebesar
atau keragaman yakni parameten atau
100,41%, dari 300% yang menunjukan
sebuah ukuran untuk menyatakan bahwa
suatu kontribusi spesies tertinggi dalam
sebuah spesies mengalami keaneragaman
suatu komunitas, kemudian di dapatkan
sehingga dapat digunakan sebagai
juga Indeks nilai penting terendah pada
pembanding antara 2 komunitas, terutama
spesies Kopsia fruticosa dengan nilai
untuk mengetahui pengaruh-pengaruhnya
Indeks Nilai Penting yag di dapatkan
dari gangguan biotic, atau dapat juga di
sebesar 3,078 % dari 300%, hal ini
gunakan sebagai parameter suksesi atau
menunjukan bahwa spesies Kopsia
kesetabilam suaatu jenis. Keragaman pada
fruticosa kurang berkontribusi dalam
suatu jenis dapat di hitung dengan
komunitas ini, hal ini sesuai dengan yang di
menhitung atau menghubungan Indeks
kemukaan oleh Bengen (2000) yakni bahwa
Keragaman jenis (Indeks Shanon-Wiener)
spesies yang mengasilkan indeks nilai
(Lianah, dkk,. 2013).
penting dengan kisaran sekitar 0-300%,

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Pada Indeks diversitas yang di dapat didapatkan Indeks diversitas atau


kan diketahui bahwa keaneragaman keanekaragaman tertinggi pada spesies
tertinggi terletak pada spesies Eleusine Eleusine indica dengan indeks
indica dengan indeks keragamanatau keragamanatau diversitas mencapai 8,95.
diversitas mencapai 8,95 dan diversitas
terendah di ditempati oleh spesies Ardisia DAFTAR RUJUKAN
lindleyana dimana mereka mendapatan
Bakri. (2009). Analisi Vegetasi dan
tingkat indeks diversitas sebesar 0,035 Pendugaan cadangan carbon
persen, hal ini berhubugan dengan yang di Tersimpan pada pohon d hutan taman
ungkapkan oleh indiani (2009), yakni sutu wisata Alam Taman Eden Desa
karakteristik nilai indeks diversitas atau Sionggang Utara Kecamatan Lumbah
keragaman Shanon-Weiner adalah H’ 1-3 = Julu Kabupaten Toba Samosir . Tesis.
keanekaragaman sedang, kemudian H’ > 3 Universitas Sumatra utara Medan,
Medan.
= Keaneragaman tinggi, kesediaan nutrisi
yang ada dan pemanfaatan nutrisi yang Bengen D. (2000). Ekosistem dan
berbeda memungkinkan menjadi sutu bebab Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut
akan keanekaragaman dan nilai indeks (Sinopsis). Pusat Kajian Sumberdaya
bervariasi. Dal in juga berkaitan dengan apa Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian
yng telah di tuliskan Bakri (2009), Bogor.
menyatakan bahwa sutu indeks Greig-Smith, P. (1983). Quantitative Plant
Ecology. Blackwell Scientific
keanekaragaman atau diversitas Publications, Oxford.
menyatakan rendah jika 0<E<0,5 dan Indriani, Dwi puspa. Hanifah Marisa dan
keankaragaman mengalami tingkat tertinggi zakaria. (2009). Keanekaragaman
jika 0,5<E<1. Sehingga diversitas tertingi spesies tumbuhan pada kawasan
menentuakn suatu sepesies mangrove nipah (Nypa Fruticans
mengalamitingakt keanekaragaman yang Wurmb) di kec. Pulau Rimau Kab.
Banyuasin Sumatra Selatan. Jurnal
tinggi.
Pnelitian sains. Vol 12(3)
Ismaini, L., Lailati, M., Rustandi , dan
Sunandar, D. (2015). Analisis
PENUTUP
Komposisi dan keanekaragaman
Dari praktikum yang telah di
tumbuhan di Gunung Dempo,
dapatkan dapat di tarik simpulan bahwa Sumatra Selatan. Pros Sem Nas Masy
Analisi Vegetasi dengan menggunakan Biodiv Indo. Vol 1(6):1397 – 1402
metode kuatrat berfungsi untuk menentuak Kusuma, C. (1997). Metoe Survei Vegetasi.
suatu kerapatan / densitas mutlak dan relatif Institut Pertanian Bogor, Bogor.
pada suatu spesies, menentukan adanya Lianah, Anggoro, S. Henna, Rya. dan Izzati,
frekuensi mutlak dan Relatif pada setiap M. 2013. Perbandingan Analisis
Vegetasi Lingkungan Alami
individu sejenis, dan Dominansi mutlak
Tetrastigma glabratum di hutan
maupun Relatif spesies pada suatu lindung gunung prau sebelum dan
komunitas, dan di dapatkan dari sesudah eksploitasi. Prosiding
keseluruhan plot, dengan didapatkan indek seminar nasional Sumberdaya alam
nilai penting tertinggi pada spesies dan Lingkungan. ISBN : 978-602-
Helianthus tuberosus dengan nilai Indeks 17001-1-2
Nilai penting sebesar 100,41%,dan

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Marsono. (1977). Diskripsi Vegetasi dan Soegianto A. (1994). Ekologi Kuantitatif :


Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Fakultas Metode analisis populasi dan
Kehutanan UGM, Yogyakarta. komunitas. Usaha Nasional,
Surabaya.
Mueller-Dombois LD, Ellenberg H. (1974).
Chapter 6, Measuring Species Whittaker RH. (1974). Climax concepts and
recognition. In R Knapp (Ed.),
Quantities: Aims and methods of
Vegetation dynamics. Handbook of
vegetation Ecology. John Wiley & vegetation science, Netherlands vol.
Sons. New York. 8: 139-154.
Ontorale, Rivay., Wantasen, Adnan S., dan
Rondonuwu, Ari B. (2012). Kondisi
Ekologi dan pemanfaatan sumberdaya
mangrove di desa Tarohan Selatan
kecamatan beo selatan kabupaten
kepulauan talaud. Jurnal ilmiah
Platax. Vol 1 (1).

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.


(2010). Buku Pintar Budi Daya
Kakao. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Saharjo BH, Cornelio G. (2011). Suksesi


alami paska kebakaran pada hutan
sekunder di Desa Fatuquero,
Kecamatan Railaco, Kabupaten
Ermera Timor Leste. Jurnal
Silvikultur Tropika 2 (1): 40-45.

Soekotjo. (1978). Ilmu Flora Pohon-Pohon.


Yayasan Pembinaan Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Soedanegara, I. & Indrawan, A. (1998).


Ekologi hutan Indonesia. Bogar :
Laboratorium Managemen Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB.
Soerianegara, I. dan Indrawan, A. (1998).
Ekologi Hutan Indonesia.
Laboratorium Managemen Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Setiadi, D. (2005). Keanekaragaman spesies
tingkat pohon di Taman Wisata Alam
Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Biodiversitas 6(2): 118-122.

Dyah Ayu Pitaloka dan Muhammad Aliffiyan Firmansyah, Analysis Of Vegetation


LAMPIRAN GAMBAR (DOKUMENTASI KEGIATAN)

You might also like