You are on page 1of 10

Idea Nursing Journal Doortua Butar-Butar, dkk

ISSN : 2087-2879
HUBUNGAN KARAKTERISTIK NYERI DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN
KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD
Dr. PIRNGADI MEDAN

The relationship of Pain Characteristics with Anxiety of Breast Cancer Patients


Undergoing Chemotherapy in dr. Pirngadi Medan Hospital

Doortua Butar-Butar*, Ida Yustina **, Ikhsanuddin A.Harahap***


*Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
**Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
*** Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
E-mail : doortuab@yahoo.com

ABSTRACT
Breast cancer is a disease of malignant neoplasm derived from cells parenchym. Breast cancer and treatment
of physical and psychological impact on sufferers of pain and anxiety. This study aimed to analysis the
relationship characteristics of pain (pain intensity, pain interference, quality of pain, duration of pain, and
pain location) with anxiety in breast cancer patients undergoing chemotherapy in Dr. Pirngadi Medan. This
study design was cross-sectional. Samples numbered 52 breast cancer patients undergoing chemotherapy,
which is taken by consecutive sampling technique. Results of the study there is a significant correlation
between the stage of the cancer with anxiety (r = 0.69; p.value = 0,000), there is a significant relationship
between cycles of chemotherapy with anxiety (r = -0.71; p.value = 0,000), there is a significant correlation
between the intensity of pain with anxiety (r = 0.95; p.value = 0,000), there is a significant correlation
between pain interference with anxiety (r = 0.92; p.value = 0,000), there is a significant relationship between
quality of pain with anxiety (r = 0.76; p.value = 0,000), there is a significant relationship between duration of
pain with anxiety (r = 0.447; p.value = 0,001), there is a significant correlation between the location of pain
with anxiety (r = 0.675; p.value = 0.000). Intensity of pain is a sub variable most dominant characteristic of
pain associated with anxiety. necessary to develop the standard format assessment of pain and anxiety that
can adopt valid questionnaires from the evidence base and to develop management SOP non-
pharmacological pain and anxiety that can be used as guidelines for nurses in dealing with pain and anxiety.
Keywords: Patients Suffering from Breast Cancer; Chemotherapy; Pain.

ABSTRAK
Kanker payudara merupakan suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal dari sel parenchym. Kanker
payudara dan penanganannya memberikan dampak fisik dan psikis terhadap penderitanya berupa nyeri dan
kecemasan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan karakteristik nyeri (intensitas nyeri,
interfernsi nyeri, kualitas nyeri, durasi nyeri, dan lokasi nyeri) dengan kecemasan pada pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian ini adalah cross
sectional. Sampel berjumlah 52 orang pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi, yang diambil
dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara stadium
kanker dengan kecemasan (r = 0,69; p.value = 0,000), terdapat hubungan yang signifikan antara siklus
kemoterapi dengan kecemasan (r = -0,71; p.value = 0,000), terdapat hubungan yang signifikan antara
intensitas nyeri dengan kecemasan (r = 0,95; p.value = 0,000), terdapat hubungan yang signifikan antara
interferensi nyeri dengan kecemasan (r = 0,92; p.value = 0,000), terdapat hubungan yang signifikan antara
kualitas nyeri dengan kecemasan (r = 0,76; p.value = 0,000), terdapat hubungan yang signifikan antara
durasi nyeri dengan kecemasan (r = 0,447; p.value = 0,001), terdapat hubungan yang signifikan antara lokasi
nyeri dengan kecemasan (r = 0,675; p.value = 0,000). Intensitas nyeri merupakan sub variabel karakteristik
nyeri yang paling dominan berhubungan dengan kecemasan. Perlu dikembangkan format pengkajian yang
standar untuk mengkaji nyeri dan kecemasan yang dapat mengadopsi kuesioner yang valid dari evidence
base, dan mengembangkan SOP manajemen nyeri dan kecemasan non-farmakologis yang dapat digunakan
sebagai pedoman untuk perawat dalam menangani nyeri dan kecemasan.
Kata Kunci: Pasien kanker payudara, Kemoterapi, Karakteristik nyeri.

PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan


penyakit menakutkan bagi wanita karena
51#

#
Idea Nursing Journal Doortua Butar-Butar, dkk
ISSN : 2087-2879
sampai saat ini walaupun teknologi disebabkan penyakit yang dideritanya, tetapi
kedokteran dan medicine telah berkembang justru oleh pengobatan yang telah
pesat belum ditemukan obat untuk didapatkannya (Jensen et al., 2010).
menyembuhkan. Angka kejadian kanker Meskipun perbaikan pada teknik
payudara dari tahun ke tahun semakin pengobatan kanker payudara telah
meningkat, penderitanya mayoritas kaum menyebabkan peningkatan kelangsungan
perempuan walaupun ditemukan pada kaum hidup yang signifikan, efek samping fisik
pria, hanya saja kasusnya sangat jarang. jangka panjang yang terkait dengan operasi,
Data World Health Organization radiasi, dan kemoterapi terus dilaporkan
(WHO) tahun 2012 memaparkan, jumlah (Ewertz & Jensen, 2011).
penderita kanker di dunia pada tahun 2012 Kecemasan meningkat ketika
diperkirakan 14,1 juta orang, ditemukan individu membayangkan terjadinya
sekitar 1,7 juta perempuan yang didiagnosis perubahan dalam hidupnya di masa depan
menderita kanker payudara. Sebanyak 522 akibat dari penyakit yang di derita ataupun
ribu di antaranya meninggal dunia karena akibat dari proses penanganan suatu
penyakit tersebut. penyakit yang dalam hal ini tindakan
Berdasarkan data dari Yayasan kemoterapi. Rasa cemas juga dirasakan oleh
Payudara Sehat Sumatera Utara sejak tahun penderita terhadap suatu tindakan medis
2009 terdapat 5.207 kasus kanker payudara seperti: kemoterapi, radiasi, pembedahan
di Sumatera Utara, di tahun 2010 jumlah dan terapi hormon. Terutama dalam hal
penderita meningkat 7.850 kasus, tahun menghadapi proses tindakan kemoterapi
2011 meningkat 8.328 kasus, dan tahun yang harus dijalani pasien kanker, karena
2012 jumlah penderita menurun 8.277 kasus tidak hanya berlangsung dalam waktu
(DepKes, 2013). Kesadaran sebagian besar singkat tetapi juga dilakukan secara berulang
masyarakat untuk melakukan deteksi dini (Lubis, 2009).
terhadap kanker payudara masih sangat Hubungan karakteristik nyeri dan
rendah. Akibatnya, 70% perempuan ketika kecemasan sangat kompleks, kecemasan
di diagnosa dokter sudah pada stadium akhir seringkali meningkatkan persepsi nyeri,
dan sebagian besar dari mereka meninggal tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu
lebih cepat (Luwia, 2006). perasaan kecemasan (Potter & Perry, 2006).
Kanker payudara dan Price & Wilson (2006) melaporkan suatu
penanganannya memberikan dampak fisik bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan
dan psikis terhadap penderitanya. Dampak sistem limbic yang diyakini mengendalikan
fisik berupa bentuk tubuh tidak indah lagi, emosi seseorang, khususnya kecemasan.
rambut rontok, kulit menghitam, susah Ahles et al. (2008) menemukan
menelan, makan tidak enak, mual, muntah, bahwa pasien kanker payudara yang
dan rasa nyeri. Dampak psikis berupa mengalami nyeri secara signifikan memiliki
perasaan cemas, was-was, khawatir, takut, tingkat kecemasan yang lebih tinggi
distres, bingung, dan kekhawatiran terhadap daripada pasien kanker payudara yang tidak
kondisi penyakit dan pengobatan yang akan mengalami nyeri.
dijalani (Liu, Wong, & Pang, 2011). Telah diakui bahwa mengatasi nyeri
Nyeri adalah keluhan yang umum dan kecemasan pada pasien kanker payudara
pasca pengobatan penderita kanker bukan hanya akan meningkatkan kualitas
payudara, bahkan bertahun-tahun setelah hidup tetapi juga mempengaruhi kepatuhan
pengobatan (Bennet & Purushotham, 2009). terhadap pengobatan, lama waktu rawat di
Nyeri kanker sering ditemukan dalam rumah sakit, dan kemampuan untuk
praktek sehari-hari pada pasien yang perawatan diri (Alfano et al., 2007).
pertama kali datang berobat, sekitar 30% Penelitian ini bertujuan untuk
pasien kanker disertai dengan keluhan nyeri menganalisa hubungan karakteristik nyeri
dan hampir 70% pasien kanker stadium dengan kecemasan pasien kanker payudara
lanjut yang menjalani pengobatan, ternyata yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.
pada 20% penderita yang mendapat Pirngadi Medan.
pengobatan, timbul keluhan nyeri bukan
52#

#
Idea Nursing Journal Doortua Butar-Butar, dkk
ISSN : 2087-2879
METODE PENELITIAN Pendidikan
Jenis penelitian ini adalah analitik SD 12 23,1
korelasi dengan desain cross sectional, SLTP 14 26,9
dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang SLTA 22 42,3
dan menggunakan teknik pengambilan Perguruan tinggi 4 7,7
sampel consecutive sampling. Pengambilan
Pekerjaan
data dilakukan dari 03 Maret – 2 April 2015
Petani 9 17,3
di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Berdagang 14 26,9
Metode pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan dengan cara Pegawai swasta 8 15,4
membagikan kuesioner, wawancara, dan PNS 4 7,7
observasi. Kuesioner yang digunakan untuk Buruh 4 7,7
mengukur karakteristik nyeri dimodifikasi IRT (tidak bekerja) 13 25,0
dari kuesioner BPI-SF (Brief Pain Suku
Inventory-Short Form) dan kuesioner untuk Batak 25 48,1
mengukur kecemasan menggunakan PASS- Melayu 7 13,5
20 (Pain Anxiety Symptom Scale-20). Aceh 7 13,5
Kuesioner tersebut oleh peneliti telah diuji
Jawa 7 13,5
validitas dan reliabilitasnya kepada tiga
expert keperawatan jiwa, satu expert Minang 6 11,4
neurologi, dan dua expert keperawatan
medikal bedah di kota Medan . hasil CVI Tabel 2
kuesioner karakteristik nyeri 0,89 dan Kondisi Patologis Responden (n=52)
kuesioner kecemasan 0,86 (CVI > 0,8). Kondisi Patologis f %
Analisa data dilakukan dengan Stadium kanker
menggunakan uji korelasi Spearman. Stadium I 2 3,8
Hak-hak responden dilindungi dari Stadium II A 16 30,8
berbagai aspek dalam penelitian ini. Peneliti Stadium II B 12 23,1
juga telah mengajukan penelitian ini ke Stadium III A 16 30,8
komite etik penelitian untuk mendapatkan Stadium III B 6 11,5
persetujuan etik (ethical clearence) dalam Siklus kemoterapi
melakukan penelitian karena penelitian yang Siklus pertama 18 34,6
akan dilakukan melibatkan manusia yang Siklus kedua 16 30,8
memiliki hak untuk mendapat pelayanan Siklus ketiga 13 25,0
yang layak dan manusiawi. Siklus keempat 5 9,6

HASIL PENELITIAN Table 3


Distribusi Responden Berdasarkan
Tabel 1 intensitas Nyeri Pasien Kanker Payudara
Karakteristik Demografi Responden yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr.
Karakteristik Responden f % Pirngadi Medan.
Intensitas nyeri f %
Usia
Nyeri ringan (1 – 3) 10 19,2
26-35 tahun (dewasa awal) 2 3,8 Nyeri sedang (4 – 6) 26 50,0
36-45 tahun (dewasa akhir) 15 28,8 Nyeri berat (7 – 10) 16 30,8
46-55 tahun (lansia awal) 21 40,4 Interferensi nyeri f %
Gangguan ringan (0-17) 10 19,2
56-65 tahun (lansia akhir) 14 26,9
Gangguan sedang (18-35) 15 28,8
Jenis kelamin Gangguan berat (36-43) 10 19,2
Perempuan 52 100 Sangat mengganggu 17 32,7
Laki-laki 0 0 (44-70)
Karakteristik Responden f % Kualitas nyeri f %
Kualitas nyeri ringan 10 19,2
53#

#
Idea Nursing Journal Doortua Butar-Butar, dkk
ISSN : 2087-2879
(1-3) Intensitas nyeri merupakan sub
Kualitas nyeri sedang 24 46,2 variabel karakteristik nyeri yang paling
(4-6) dominan berhubungan dengan kecemasan.
Kualitas nyeri berat 18 34,6
(7-10) PEMBAHASAN
Durasi Nyeri f % Berdasarkan hasil penelitian
< 1 minggu 32 61,5 hubungan stadium kanker dengan
1-2 minggu 15 28,8 kecemasan pada pasien kanker payudara
2-4 minggu 5 9,6 yang menjalani kemoterapi diperoleh bahwa
dari 42,3% responden yang mengalami
kecemasan berat sebanyak 32,7% berada
Lokasi Nyeri f % pada stadium III (stadium lanjut). Pada
1 area tubuh 8 15,4 penelitian ini diketahui bahwa responden
2 area tubuh 21 40,4 yang mengalami kecemasan berat
3 area tubuh 16 30,8 kebanyakan berada pada stadium lanjut III.
4 area tubuh 7 13,5 Karakteristik pasien kanker biasanya
jika sudah parah baru berobat ke rumah
Table 4 sakit. Selain karena lebih memilih
Distribusi Responden Berdasarkan pengobatan alternatif juga karena faktor lain,
Kecemasan Pasien Kanker Payudara yang seperti merasa malu dan faktor ekonomi
menjalani kemoterapi di RSUD (Agus, 2007). Sesuai dengan penelitian yang
Dr.Pirngadi Medan Maret 2015 (n=52) telah dilakukan dinyatakan bahwa nyeri
kanker lebih sering dijumpai pada kanker
Kecemasan Akibat Nyeri f %
tahap lanjut (Everdingen, Kessels, Schouten,
Kecemasan ringan (0-25) 9 17,3 Kleef & Patijn, 2007).Hal ini sejalan dengan
Kecemasan sedang (26-50) 21 40,4 penelitian yang dilakukan oleh Konginan
Kecemasan berat (51-75) 22 42,3 (2008) bahwa faktor resiko yang
mempengaruhi terjadinya kecemasan pada
Berdasarkan hasil uji korelasi pasien kanker diantaranya stadium lanjut,
Spearman diketahui bahwa ada hubungan pengendalian nyeri dan keluhan yang tidak
yang signifikan antara stadium kanker, baik, gangguan endokrin, gangguan
siklus kemoterapi, karakteristik nyeri neurologik, dan obat-obatan salah satunya
(intensitas nyeri, kualitas nyeri, interferensi kemoterapi.
nyeri, durasi nyeri, dan lokasi nyeri) dengan Salah satu penyakit yang sering
kecemasan. menimbulkan rasa was-was bagi kaum hawa
adalah kanker payudara. Tragisnya angka
Tabel 5 kematian penderita kanker payudara cukup
Hubungan karakteristik nyeri dengan tinggi. Hal ini disebabkan sebagian besar
kecemasan pada Pasien Kanker penderita kanker payudara baru datang
Payudara yang Menjalani Kemoterapi berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah
di RSUD Dr. Pirngadi Medan Maret pada stadium lanjut ini, maka akan sulit
2015(n=52) mencapai hasil pengobatan yang optimal
Kecemasan (Setyawan, 2004).
Variabel
Independen r Sig Berdasarkan# hasil# penelitian#
Stadium kanker 0,69 0,000 hubungan# siklus# kemoterapi# dengan#
Siklus kemoterapi -0,71 0,000 kecemasan# pada# pasien# kanker# payudara#
Intensitas nyeri 0,95 0,000 yang# menjalani# kemoterapi# diperoleh#
Interferensi nyeri 0,92 0,000 bahwa# dari# # 42,3%# # responden# yang#
Kualitas nyeri 0,76 0,000 mengalami# kecemasan# berat# # sebanyak#
Durasi nyeri 0,45 0,001 30,8%# menjalani# siklus# kemoterapi# yang#
Lokasi nyeri 0,67 0,000 pertama.#Berdasarkan# penelitian# ini# bahwa#
siklus# kemoterapi# yang# pertama# dapat#

54#

#
Idea Nursing Journal Doortua Butar-Butar, dkk
ISSN : 2087-2879
menimbulkan# kecemasan# yang# berat# pada# dari 42,3% responden yang mengalami
pasien# karena# pasien# membayangkan# efek# kecemasan berat sebanyak 30,8%
kemoterapi# yang# sangat# mengerikan# dari# merasakan intensitas nyeri berat.
informasi#yang#mereka#dapatkan#selama#ini.# Pada penelitian ini diketahui bahwa
Beberapa pasien menganggap efek responden yang merasakan intensitas nyeri
samping kemoterapi yang sangat berat akan mengalami tingkat kecemasan
melemahkan tersebut sebagai sesuatu yang yang berat. Adanya hubungan yang
lebih buruk daripada penyakit kanker itu kompleks antara intensitas nyeri dengan
sendiri. Konsekuensi kemoterapi membuat tingkat kecemasan pasca kemoterapi pada
sebagian besar pasien diliputi rasa khawatir, hasil penelitian ini, sesuai dengan teori yang
cemas dan takut menghadapi ancaman dikemukakan oleh , Melzack & Wall (2006)
kematian dan rasa sakit saat menjalani tingkat kecemasan dan intensitas nyeri
terapi. Hal ini sesuai dengan teori yang mempunyai korelasi yang
dikemukan oleh Potter & Perry (2006) signifikan. Kecemasan sendiri dapat
bahwa responden yang pernah mengalami menyebabkan nyeri. Kecemasan dapat
nyeri sebelumnya memiliki kecemasan lebih meningkatkan rasa nyeri juga bila perhatian
rendah dibandingkan yang tidak pernah difokuskan pada sensasi-sensasi yang
mengalami nyeri sebelumnya, karena nyeri biasanya tidak dianggap nyeri, seperti
sebelumnya berhasil dihilangkan, maka akan parestesi, rasa gatal dan kadang-kadang
lebih mudah bagi individu tersebut untuk bahkan denyutan jantung atau gerakan usus.
melakukan tindakan-tindakan yang Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh
diperlukan untuk menghilangkan nyeri. Blendis et all., (2008) menyatakan bahwa
Pengobatan kemoterapi pada nyeri selalu diikuti gangguan emosi seperti
umumnya diberikan sesuai siklus jenis cemas, depresi dan iritasi. Orang yang
kanker. Meskipun ada perbedaan siklus cemas dan tegang akan membuka gerbang
antara jenis kanker yang satu dengan kanker sehingga rangsang nyeri akan meningkat
lainnya, jarak antar siklus pada umumnya 3 (Kaplan, Sadock, & Grebb, 2010)..
minggu. Satu pengobatan kemoterapi Pengaruh intensitas nyeri terhadap
umumnya perlu waktu beberapa bulan, kecemasan juga dapat dilihat dari teori gate
tetapi lamanya tergantung banyaknya faktor control. Jika modulasi input melewati input
dan akan berbeda-beda untuk setiap pasien nosisepsi, gerbang kemudian diblok dan
(Utami, 2012). transmisi nosisepsi berhenti atau dihalangi di
Berdasarkan penelitian yang substansia gelatinosa tanduk dorsal dari
dilakukan oleh Lemone & Burke (2008) korda spinalis. Lebih lanjut, faktor perilaku
umumnya orang yang sering mengalami dan emosional mempengaruhi gerbang
nyeri dalam hidupnya cenderung melalui mekanisme menghambat transmisi
mengantisipasi terjadinya nyeri yang lebih impuls nyeri (Heffline, 1990, dalam
hebat. Hal ini dapat terjadi, karena adanya Roykulcharoen & Good, 2008). Hambatan
proses pengontrolan pusat pada neurokortek transmisi impuls nyeri juga dapat dimodulasi
dan dipengaruhi oleh pengalaman masa oleh adanya opiat endogen (zat mirip
lampau. Ketika aktivitas tersebut sering morfin), yaitu endorfin, enkefalin, dan
mempengaruhi, maka dapat dijelaskan dinorfin, yang penting dalam sistem
mengapa rangsangan ringan menimbulkan analgesik tubuh.
reaksi yang hebat. Sebaliknya bila ada Berdasarkan hasil penelitian
rangsangan yang hebat, tetapi bersamaan hubungan interferensi nyeri dengan
dengan itu ada pengontrolan pusat yang kecemasan pada pasien kanker payudara
kuat, karena pengalaman masa lalu, yang menjalani kemoterapi diperoleh
sehingga reaksi hampir tidak ada (Melzack bahwa dari 42,3% responden yang
& Casay, 2007). mengalami kecemasan berat sebanyak
Berdasarkan hasil penelitian 32,7% mengalami interferensi nyeri
hubungan intensitas nyeri dengan
sangat mengganggu. Pada penelitian ini
kecemasan pada pasien kanker payudara
yang menjalani kemoterapi diperoleh bahwa
diketahui bahwa responden yang
55#

#
Idea Nursing Journal Doortua Butar-Butar, dkk
ISSN : 2087-2879
mengalami gangguan berat dalam yang dilakukan Carver & Foley (2008)
melakukan aktivitas sehari-hari akibat memperlihatkan bahwa penderita kanker
nyeri akan mengalami kecemasan yang yang mendapat kemoterapi mengalami lebih
berat akibat keterbatasannya dalam dari satu tipe nyeri. Pada sebuah survey,
81% pasien dilaporkan mengeluhkan dua
melakukan aktivitas.
atau lebih tipe nyeri dan 34% melaporkan
Hal ini sesuai dengan penelitian
lebih dari tiga tipe nyeri. Ketakutan pasien
yang dilakukan oleh Teh et al., (2009) pada
akan kanker sehubungan dengan ketakutan
191 partisipan dengan interferensi nyeri dan
akibat nyeri berat oleh kanker. 69% pasien
cemas melaporkan interferensi nyeri yang
kanker yang disurvei melaporkan bahwa
berat mempengaruhi gangguan aktivitas
nyeri berat akibat kanker membuat mereka
normal sehari-hari, mereka kurang
ingin bunuh diri dan 57% pasien
berpatisipasi dalam pengobatan kecemasan
memprediksikan hidup mereka akan
dibandingkan pasien tanpa atau dengan
berakhir dengan sangat nyeri.
interferensi nyeri ringan. Selain itu, laporan
Penelitian ini sejalan dengan
ini menemukan bahwa tingkat kecemasan
penelitian yang dilakukan oleh Barckley et
pasien dengan interferensi nyeri berat
al., (2011) bahwa penderita kanker payudara
memiliki kecemasan yang lebih tinggi,
yang menjalani terapi mengalami nyeri
keterbatasan ADL yang lebih, rawat inap
dengan kualitas ringan sebesar 30% dari
yang lebih panjang, dan absen hari kerja
pasien, 42% mengalami kualitas nyeri
yang lebih banyak dibandingkan mereka
sedang, dan 28% memiliki kulaitas nyeri
yang tidak mengalami interferensi nyeri atau
yang berat.
interferensi nyeri ringan.
Hasil penelitian ini konsisten
Interferensi nyeri berat dikaitkan
dengan Bormeth et al., (2011), yang meneliti
dengan respon somatik diatasi dengan
nyeri pada 180 pasien radioterapi setelah
pengobatan kecemasan lebih dari 12 bulan
operasi konservasi payudara. Mereka
dan hasilnya dapat memengaruhi respon
menemukan bahwa 85% (n = 153) dari
nyeri. Namun, pasien yang menderita
pasien menderita nyeri, mulai dari nyeri
gangguan kecemasan dan nyeri sering
ringan sampai sedang.
menerima pengobatan yang tidak memadai
Berdasarkan hasil penelitian
(Auret & Schug, 2005), ditemukan bahwa
hubungan durasi nyeri dengan kecemasan
pasien dengan interferensi nyeri yang berat
pada pasien kanker payudara yang menjalani
lebih mungkin dibandingkan pasien dengan
kemoterapi diperoleh bahwa dari 42,3%
gangguan interferensi ringan untuk
responden yang mengalami kecemasan berat
penggunaan obat antidepresan. Dengan
sebanyak 21,2% merasakan durasi nyeri < 1
demikian, rasa nyeri yang tidak diobati dapat
minggu. Pada penelitian ini diketahui bahwa
menjadi faktor risiko untuk kegelisahan dan
responden yang merasakan durasi nyeri
bisa sebaliknya juga.
kurang dari 1 minggu banyak mengalami
Berdasarkan hasil penelitian
kecemasan berat, dimana rasa nyeri sebagai
hubungan kualitas nyeri dengan kecemasan
efek dari kemoterapi menyebabkan pasien
pada pasien kanker payudara yang menjalani
merasa menderita untuk jangka waktu yang
kemoterapi diperoleh bahwa dari 42,3%
lama dan harus menahan rasa nyeri yang
responden yang mengalami kecemasan berat
berangsur-angsur berkurang dalam beberapa
sebanyak 30,8% mengalami kualitas nyeri
hari setelah kemoterapi. Durasi nyeri dari
berat. Pada penelitian ini diketahui bahwa
efek samping kemoterapi yang ditimbulkan
pasien kanker yang merasakan kualitas nyeri
tergantung dari jenis dan dosisi obat
berat akan mengalami tingkat kecemasan
kemoterapi yang diberikan.
yang berat juga.
Penelitian yang dilakukan oleh
Kualitas nyeri yang dirasakan
Quasthoff & Hartung (2012) terhadap 20
responden sebagai efek dari tindakan
pasien yang mengalami myalgia post kemo.
kemoterapi terdiri dari beberapa tipe nyeri
Dari 20 pasien tersebut, 18 (90%) pasien
yang dirasakan berupa rasa panas seperti
mulai mengalami myalgia pada rentang
terbakar, berdenyut, kebas, serta rasa nyeri
waktu segera sampai 3 hari. Pada 12 (60%)
yang hebat. Hal ini sejalan dengan penelitian
56#

#
Idea Nursing Journal Doortua Butar-Butar, dkk
ISSN : 2087-2879
pasien mengalami proses pemulihan pada mengalami kecemasan berat, hal ini
rentang waktu <1 minggu, dan pada 5 (25%) diakibatkan karena responden harus
pasien mengalami pemulihan yang sangat terfokus pada beberapa area tubuh yang
lama pada myalgia yaitu >6 bulan. Hal ini mengalami nyeri sehingga responden
dikarenakan pada beberapa kasus myalgia
merasa`sangat menderita. Responden
berhubungan dengan kerusakan neurologis
yang terjadi akibat pemberian kemoterapi.
mengalami kecemasan yang berat ketika
Oleh karena itu proses pemulihan dapat nyeri yang muncul pada area ekstremitas
berlangsung lebih lama membuat pasien tubuh sehingga menggangu aktivitas.
merasa penderitaan yang berat Lokasi nyeri akibat dari pemberian
Hal ini sejalan dengan penelitian kemoterapi tergantung dari efek samping
yang dilakukan oleh Siburian (2012) dan dosis yang diberikan kepara
menyatakan bahwa pasien kanker payudara responden, karena lokasi nyeri yang
yang menjalani kemoterapi dirasakan oleh setiap respon den
mengekspresikan rasa tidak berdayan, berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
ketidakbahagiaan, merasa terisolasi, Obat kemoterapi dapat
berlama-lama di tempat tidur, menyebabkan efek samping yang
ketidakmampuan fungsional, gagal menyakitkan. Obat tersebut dapat merusak
memenuhi kebutuhan dan peran dalam jaringan saraf, lebih sering pada persarafan
keluarga, kecemasan dan depresi. jari tangan dan kaki. Sensasi yang dirasakan
Penelitian yang dilakukan oleh Paul berupa rasa terbakar, mati rasa, geli, atau
et al., (2012) pada wanita penderita kanker rasa nyeri (Calvagna, 2007).
payudara bahwa durasi nyeri yang mereka Sebuah tinjauan sistematis terbaru
rasakan 54% pasien mengalami nyeri selama melaporkan bahwa operasi dan radiasi untuk
tujuh bulan atau lebih, 34% mengalami nyeri kanker payudara dapat menyebabkan nyeri
lebih dari satu tahun (yaitu, durasi nyeri persisten di lengan, bahu, dan daerah
berkisar antara 1-12 tahun). payudara pada 30% -50% dari pasien,
Dari hasil penelitian yang dilakukan lymphedema pada 15% -25% dari pasien,
oleh Bishop dan Warr (2012) pada 118 dan batas ROM bahu / lengan sekitar 35%
pasien kanker payudara di rumah sakit dari pasien selama 3-5 tahun setelah
kanker terbesar di Toronto Canada, rata-rata treatment (Ewertz & Jensen, 2011).
durasi nyeri kanker adalah 6,7 bulan (SD = Sistematik review lain menunjukkan bahwa
7.14) dan durasi nyeri kronis adalah 18,7 prevalensi nyeri pada bahu dan lengan
bulan (SD = 26.31) dimana 43% dari wanita adalah antara 9% dan 68% dan rasa nyeri itu
mengalami nyeri akibat kanker, 49% menetap pada lebih dari 20% pasien yang
memiliki nyeri akibat pengobatan, dan 9% sudah 30 bulan setelah operasi (Lee, 2008).
memiliki nyeri dari sumber yang tidak pasti.
Apabila nyeri semakin kronis akan KESIMPULAN DAN SARAN
menimbulkan kecemasan dan dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
demikian nyeri juga akan terasa lebih telah dilakukan di RSUD dr. Pirngadi
meningkat (Kaplan, Sadock, & Grebb, Medan maka kesimpulan dari penelitian ini
2010).
adalah :
Berdasarkan hasil penelitian 1. Umumnya usia responden pada usia
hubungan lokasi nyeri dengan lansia awal (46-55 tahun), pendidikan
kecemasan pada pasien kanker payudara SLTA, pekerjaan berdagang, suku batak,
yang menjalani kemoterapi diperoleh dan seluruhnya berjenis kelamin
bahwa dari 42,3% responden yang perempuan.
mengalami kecemasan berat sebanyak 2. Terdapat hubungan yang signifikan
17,3% mengalami nyeri pada 3 area antara stadium kanker dengan
tubuh. Pada penelitian ini diperoleh kecemasan, dimana semakin lanjut
bahwa responden yang mengalami nyeri stadium kanker maka semakin berat
tingkat kecemasan responden.
pada lebih dari 1 area tubuh akan
57#

#
Idea Nursing Journal Doortua Butar-Butar, dkk
ISSN : 2087-2879
3. Terdapat hubungan yang signifikan yang Neuropsychologic impact of standard-
negatif antara siklus kemoterapi dengan dose systemic chemotherapy in long-
kecemasan, dimana semakin sering term survivors of breast cancer and
frekuensi kemoterapi yang dilalui maka lymphoma. J Clin Oncol, 52(2), 485-
akan semakin menurun tingkat 493.
kecemasan responden. Alfano, C.M., Smith, A.W., Irwin, M.L.,
4. Terdapat hubungan yang signifikan Bowen, D.J., Sorensen, B., Reeve,
antara karakteristik (intensitas nyeri, B.B., …McTiernan, A. (2007).
interferensi nyeri, kualitas nyeri, durasi Physical activity, long-term
nyeri dan lokasi nyeri dengan kecemasan symptoms, and physical health-related
pada pasien kanker payuda yang quality of life among breast cancer
menjalani kemoterapi, dimana intensitas survivors: a prospective analysis. J
nyeri adalah merupakan sub variable Cancer Surviv, 15, 116–128.
yang paling dominan mempengaruhi Auret, K., dan Schug, S.A. (2014).
tingkat kecemasan responden. Underutilisation of opioids in elderly
patients with chronic pain: approaches
Beberapa saran yang dapat to correcting the problem. Drugs
disampaikan kepada beberapa pihak Aging, 22, 641–654.
terkait: pihak rumah sakit perlu disususn Basen-Engquist, K., Hughes, D., Perkins,
format pengkajian nyeri dan kecemasan H., Shinn, E., dan Taylor, C.C.
(2008). Dimensions of physical
yang baku yang dapat mengadopsi
activity and their relationship to
kuesioner yang valid dari evidence base physical and emotional symptoms in
serta menyusun SOP managemen nyeri breast cancer survivors. J Cancer
dan kecemasan non farmakologis yang Surviv, 2, 253–261.
dapat dijadikan pedoman bagi perawat Bennett, J.A., Cameron, L.D., Brown, P.M.,
dalam menangani nyeri dan kecemasan Whitehead, L.C., Porter, D., Ottaway-
berdasartkan kompetensi perawat. Perlu Parkes, T., dan Robinson, E. (2010).
dilakukan pelatihan bagi perawat di Time since diagnosis as a predictor of
ruangan yang menangani nyeri dan symptoms, depression, cognition,
kecemasan, sehingga pada social concerns, perceived benefits,
pelaksanaannya managemen nyeri dan and overall health in cancer survivors.
Oncol Nurs Forum, 37, 331–338.
kecemasan non farmakologis efektif dan
Bennett, T.M., dan Purushotham, A.D.
efisien, serta perlu dilakukan penelitian (2009). Understanding breast cancer
tentang kemampuan perawat diruangan related lymphoedema surgeon,
khususnya perawat yang bertugas di Medline 2, 120–4.
ruang kemoterapi untuk melakukan Blindes, LM. Hill, OW, Merskey H., 2008.
pengkajian nyeri dan kecemasan serta Abdominal Pain and the Emitional.
kemampuan perawat untuk melakukan Pain 5 : 179-191.
managemen nyeri dan kecemasan non Calvagna. (2007). Chemotherapy for cancer
farmakologis. Penting juga dilakukan treatment, ¶ 18, http://www.
penelitian lebih lanjut hubungan healthlibrary.epnet.com, diperoleh
karakteristik nyeri dengan kecemasan tanggal 10 Januari 2014.
dengan sampel yang homogen Carrie, F.T., Morone, N.E., Karp, J.F.,
Belnap, B.H., Zhu, F., Weiner, D.K.,
berdasarkan stadium kanker.
dan Rollman, B.L. (2009). Pain
Interference Impacts Response to
Treatment for Anxiety Disorders.
DAFTAR PUSTAKA
Published : online 11 January 2009 in
Ahles, T.A., Saykin, A.J., Furstenberg, C.T., Wiley InterScience. Depression And
Cole, B., Mott, L.A., Skalla, Anxiety 26:222–228.
K.,…………..Silberfarb, P.M. (2009).

58#

#
Idea Nursing Journal Doortua Butar-Butar, dkk
ISSN : 2087-2879
Carver AC, Foley KM. Complications of surgery and radiation for breast
Cancer and Its Treatment. In: Cancer cancer. Breast Cancer Res Treat. J
Medicine. 6th ed. Decker, BC: Clin Oncol, 110, 19–37.
American Pain Society; 2008:2204- Lemone, P., & Burke, M.K. (2008).
Medical-surgical nursing: Critical
24.
thinking in clien care. New Jersey:
Conzen, S.D, dan Grushko, T.A. (2008). Pearson education Inc.
Cancer of the Breast. Dalam DeVita, Liu, D., Wang, S., dan Pang, R. (2011).
Vincent T., Lawrence, Theodore S., Interaction Of Social Support And
dan Rosenberg, Steven A., Cancer Psychological Stress On Anxiety And
Principles & Practice of Oncology Depressive Symptoms In Breast
8th Edition. Lippincott Williams & Cancer Patients. J Clin Oncol, 236,
Wilkins. 430-439.
Edrington, J., Sun, A., Wong, C., Dodd, M., Lubis, N. dan Hasimin, M. (2009). Dampak
Padilla, G., Paul, S., and Miaskowski, Intervensi kelompok kognitif
C. (2010). A Pilot Study of behavioral therapy dan kelompok
Relationship Among Pain dukungan sosial dan sikap
Characteristics and Mood menghargai diri sendiri pada kalangan
Disturbances in Community Sample penderita kanker payudara.
of Chinese American Patients With Skripsi.Fakultas Kesehatan
Cancer. Oncology Nursing Masyarakat Universitas Sumatra
Forum,Vol. 37, No. 2, 172-181. Utara.
Everdingen, M.H.J.B., Rijke, J.M., Kessels, Diunduh dari:http://repository.usu.ac.i
A.G., et al. (2007). Prevalence of d/handle/123456789/14258.
Pain In Patients With Cancer: A Luwia. (2006). Pengaruh Pendidikan
Systematic Review of The Past 40 Kesehatan Tentang Sadari Terhadap
Years, diperoleh dari Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri
http://annonc.oxfordjournals.org/chi/r dalam Upaya Deteksi Dini Kanker
eprint/18/9/1437 pada 23 November Payudara. Dikutip dari :
2014. http://respiratory.usu,ac.id tanggal 18
Ewertz, M., dan Jensen, A.B. (2011). Late maret 2014
effects of breast cancer treatment and McCaffery, M., dan Beebe, B.R. (2007).
potentials for rehabilitation. Acta How to use the new AHCPR cancer
Onco,l 50, 187–193. pain guidelines. Am J Nurs, 94 (7), 42
Gartner, R., Jensen, M.B., Nielsen, J., – 46.
Ewertz, M., Kroman, N., dan Kehlet, Melzack, R., and Wall, P.D. (2006). Pain
H. (2009). Prevalence of and factors mechanisms : A New Theory.
associated with persistent pain Science, New series, Vol.150,
following breast cancer surgery. No.3699. Montreal, Canada.
JAMA, 302:1985–1992. Peuckmann, V., Ekholm, O., Rasmussen,
Jack, R.H., Davies, E.A., dan Moller, H. N.K., Groenvold, M., Christiansen P.,
(2009). Breast cancer incidence, Moller S.,…dan Sjogren, P. (2009).
stage, treatment and survival in ethnic Chronic pain and other sequelae in
groups in South East England. British long-term breast cancer survivors:
Journal of Cancer , 127, 545-550. nationwide survey in Denmark. Eur J
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. Pain, 13, 478–485.
(2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2006). Buku
Terjemahan Widjaja Kusuma. Ajar Fundamental Keperawatan:
Jakarta: Binarupa Aksara. p. 17-35. konsep, proses, dan praktik. Edisi 4.
Lee, T.S., Kilbreath, S.L., Refshauge, K.M Jakarta: EGC.
., Price, S. A., dan Wilson, L. M. (2006).
Herbert, R.D., dan Beith J.M., (2008). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Prognosis of the upper limb following Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
59#

#
Idea Nursing Journal Doortua Butar-Butar, dkk
ISSN : 2087-2879
Smeltzer, S.C., & Bare, B. (2007). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Volume 1 Edisi
12. Jakarta: EGC.
Utami, S. 2012. Aku Sembuh dari Kanker
Payudara, Mendeteksi Gejala Dini,
Pencegahan dan Pengobatan.
Jakarta : Oryza.
#

60#

You might also like