You are on page 1of 11

Producing Of Biogas From Food Waste With

Substrate Temperature And Variation In Anaerob


Biodigester
Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan Edwi Mahajoeno
Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences.
Sebelas Maret University, Surakarta

Abstract
Food waste (liquid waste of tahu) progressively mount along accretion of require-
ment of tahu as source of society vegetation protein. Liquid waste of tahu and kitchen
waste can used as organic substrate in anaerob biodigester. Anaerob biodigester with
microbe of consorcia play a part in producing of biogas, is often referred as technology of
biogas. The aims of this research was to know producing of biogas from substrate varia-
tion of food waste in anaerob biodigester at room and thermophilic temperature.
The research done by randomized complete design with two treatment factor that is
variation and temperature substrate by 3 restating. Producing of biogas was done during
6 week. Parameter that measured was COD, BOD, TS, VS, and volume of biogas.
Result to research, substrate variation of food waste substrate give signiicant in-
creased biogas production. Anaerobic digestion at room temperature on six weeks pro-
duced the best biogas from liquid waste of tahu 40 % and kitchen waste 40 % is 21.200
ml. Biogas production of substrate liquid waste of tahu 60 % and kitchen waste 20 % in
thermophilic temperature is more than at room temperature, that is 13.000 ml. Substrate
variation of food waste decreased COD, BOD, TS, while temperature inluence of in-
creased VS. Anaerob digestion decreased of COD 57-68 %, BOD 29-43 %, TS 64-80 %,
and VS 64-79 %.
Keyword: food waste, anaerobic digestion, biogas.

PENDAHULUAN kelestarian lingkungan. Pengolahan lim-


Indonesia merupakan negara kaya bah organik menjadi biogas telah dicoba
akan sumber daya energi dan potensi sum- dan dikembangkan di beberapa wilayah
ber energi yang tinggi itu terutama potensi di Indonesia terutama masyarakat pemi-
energi baru terbarukan. Pertambahan jum- lik usaha peternakan yang memanfaatkan
lah penduduk yang meningkat mengakibat- teknologi biodigester anaerob. Teknologi
kan kebutuhan energi semakin meningkat. biodigester anaerob merupakan teknolo-
Masyarakat dunia telah menggantungkan gi sederhana, mudah dipraktekkan, dan
sumber energinya dari bahan bakar fosil menggunakan peralatan yang relatif murah
seperti minyak bumi, gas alam dan batu dan mudah didapat. Limbah makanan dan
bara. Namun dunia terjadi krisis energi. Di limbah cair industri tahu dapat digunakan
samping itu penggunaan bahan bakar fosil sebagai alternatif bahan substrat organik
(BBF) yang telah berlangsung selama ini di dalam biodigester anaerob. Hasil per-
berdampak negatif terhadap lingkungan. ombakan anaerob dapat mereduksi bahan
Menurut Sugiharto (1987), teknolo- pencemar limbah dan menghasilkan en-
gi pengolahan limbah baik cair maupun ergi terbarukan berupa biogas dan pupuk
padat merupakan kunci dalam memelihara cair yang dapat digunakan untuk pertanian
42 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011
Producing Of Biogas From Food Waste Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan
With Substrate Temperature Edwi Mahajoeno

(Siregar, 2009). Zn dalam konsentrasi rendah dapat men-


Biogas adalah campuran gas-gas jadi racun bagi kehidupan bakteri anaerob
dari biomassa (bahan-bahan organik) ter- (Bitton 1999).
masuk diantaranya kotoran manusia dan Biogas dapat dibuat dari kotoran
hewan, limbah organik (rumah tangga), sapi atau limbah peternakan (Abdulkar-
sampah biodegradable yang mudah terba- eem, 2005; Poels, 1983; Mackie and Bry-
kar dan dihasilkan dengan mendayagu- ant, 1995), limbah dapur (Ojolo, 2007),
nakan bakteri melalui proses fermentasi limbah pertanian dan limbah cair, misal-
bahan organik dalam keadaan tanpa oksi- nya limbah cair kelapa sawit (Mahajoeno,
gen atau kedap udara (anaerob) (Harahap, 2008), serta limbah sayuran dan buah-
1980). Komponen biogas adalah metan buahan. Berdasarkan penelitian-penelitian
sebesar ± 60 %, karbondioksida ± 38 %, sebelumnya mengenai pemanfaatan limbah
dan ± 2 % N2, O2, H2, dan H2S. Biogas pertanian, perkebunan maupun peternakan
dapat dibakar seperti elpiji dan dalam skala untuk produksi biogas dengan perombakan
besar biogas dapat digunakan sebagai pem- anaerob maka pada penelitian ini meman-
bangkit energi listrik sehingga dapat dijadi- faatkan biomassa limbah makanan yang be-
kan sumber energi alternatif yang ramah rasal dari buangan industri tahu dan limbah
lingkungan dan terbarukan (Said, 2006). rumah makan untuk menghasilkan biogas.
Proses perombakan anaerob ba- Penelitian dilakukan menggunakan perom-
han organik untuk pembentukan biogas bakan anaerob dengan variasi konsentrasi
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu biotik substrat berbeda untuk produksi biogas.
dan abiotik. Faktor biotik berupa mikroor- Penelitian ini bertujuan untuk
ganisme dan jasad aktif, sedangkan faktor mengetahui produksi biogas dari variasi
abiotik meliputi pengadukan, suhu, pH, substrat limbah cair tahu dan limbah ru-
substrat, kadar air substrat, rasio C/N dan P mah makan pada suhu ruang maupun suhu
dalam substrat dan kehadiran bahan toksik termoilik.
(Wellinger 1999). Faktor utama pengendali
itu antara lain, suhu, pH, dan senyawa be- BAHAN DAN METODE PENELI-
racun (de Mez et al., 2003). Suhu berpen- TIAN
garuh terhadap proses perombakan anaer- Bahan
ob bahan organik dan produksi gas. Pada Bahan-bahan yang digunakan pada
kondisi kryioilik (5-20ºC), proses perom- penelitian ini adalah substrat berupa limbah
bakan berjalan rendah, kondisi mesoilik cair tahu yang diperoleh dari pabrik tahu di
(25-40ºC), perombakan berlangsung baik desa Krajan, Mojosongo, Jebres, Surakar-
dan terjadi percepatan proses peromba- ta, limbah rumah makan dari beberapa ru-
kan dengan kenaikan suhu, serta kondisi mah makan/kantin di sekitar kampus UNS,
termoilik (45-65ºC) untuk bakteri termo- inokulum berupa lumpur aktif limbah tahu
ilik dengan perombakan optimal pada dari hasil perombakan anaerob, bahan laru-
suhu 55ºC (NAS 1981, Bitton 1999). Pada tan untuk pengukuran COD dan BOD, air,
umumnya, pH yang baik digunakan dalam serta NaOH. Alat utama yang digunakan
proses perombakan anaerob adalah pH antara lain: rangkaian biodigester anaerob
netral (antara 6,6-7,6) (Reith et al. 2002). yang terdiri dari jerigen 5L, selang, botol
Senyawa dan ion tertentu dalam substrat plastik 600 ml, tip, heater, termocoupel,
dapat bersifat racun, misalnya senyawa rol kabel, kawat, dan rak penyangga; per-
dengan konsentrasi berlebihan ion Na+ dan alatan analisis COD, BOD, TS, dan VS
Ca+ >8000 mg/l, K+ >12000, Mg++ dan seperti peralatan gelas, kondensor, reluks,
NH4+ >3000, sedangkan Cu, Cr, Ni, dan peralatan titrasi, timbangan analitik, oven,

Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 43


Producing Of Biogas From Food Waste Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan
With Substrate Temperature Edwi Mahajoeno

desikator, blender, pH meter, dan termom- Keterangan


eter. C = berat tetap (gr)cawan berisi pa-
Metode Penelitian datan total setelah pemanasan 550°C
Penelitian ini menggunakan Rancan- A2 = berat tetap (gr) cawan kosong
gan Acak Lengkap (RAL) dengan dua fak- setelah pemanasan 550°C
tor perlakuan. Faktor pertama yaitu variasi Padatan total yang menguap (mg/L)
substrat limbah cair tahu dan limbah rumah = kadar padatan total (mg/l) – kadar pada-
makan/kantin dengan konsentrasi berbeda. tan total yang terikat (mg/l)
Faktor kedua adalah perbedaan temperatur f. Pengukuran volume biogas.
substrat pada suhu ruang 25-32°C dan suhu Pengukuran pH, suhu, BOD, COD,
termoilik/tinggi 45-50°C. TS, dan VS setiap 2 minggu, sedangkan
Jerigen yang digunakan sebagai pengukuran total volume biogas pada akhir
biodigester anerob (5L) dengan ruang bio- penelitian. Data kuantitatif dianalisis den-
digester sebanyak 80 % (4L) sebagai vol- gan menggunakan sidik ragam General
ume kerja sedangkan sisanya 20 % (1 L) Linear Model (GLM) Univariate dan uji
sebagai ruang tampung biogas sementara. lanjut menggunakan Turkey, sedangkan
Biodigester dengan volume kerja 4L diisi data kualitatif dianalisis dengan analisis
sumber inokulum sebanyak 20 % (0,8 L) deskriptif.
dan sisanya 80 % (3,2 L) digunakan untuk
substrat. Rancangan percobaan ini meng- HASIL DAN PEMBAHASAN
gunakan tiga kelompok perlakuan yaitu: Karakteristik Substrat Limbah Cair
kelompok A (Limbah cair tahu 80 %), Tahu dan Limbah Rumah Makan
kelompok B (Limbah cair tahu 60 % + Karakter isika dan kimia limbah
Limbah rumah makan 20 %), kelompok C cair tahu dan limbah makanan sebelum
(Limbah cair tahu 40 % + Limbah rumah mengalami perombakan anerob dan sete-
makan 40 %). Masing-masing kelompok lah mengalami perombakan disajikan pada
pada kondisi suhu yang berbeda yaitu suhu tabel 1.
ruang (R) dan suhu termoilik (T). Param- Pada penelitian ini, limbah cair tahu
eter yang diukur antara lain: yang digunakan berupa limbah cair dari
a. pH dan suhu hasil perebusan kedelai, pemasakan bubur
b. BOD dengan Metode Winkler kedelai, air sisa pengumpulan susu kedelai,
(Greenberg et al, 1992), air hasil pencetakan dan air hasil pengepre-
c. COD dengan Metode Titrasi san. Limbah cair tahu berwarna kuning
(Greenberg et al., 1992), bening, masih terdapat padatan tersuspensi
d. TS dengan rumus: atau terendap dan berbau rebusan kedelai.
Padatan total = (B-A1)x106 Buangan air limbah ini masih mengandung
lm contoh uji banyak zat organik, seperti karbohidrat, le-
Keterangan mak, zat terlarut yang mengandung padatan
B = berat tetap (gr)cawan berisi pa- tersuspensi atau padatan terendap (Sola,
datan total setelah pemanasan 103-105°C 1994). Adanya bahan organik yang cukup
A1 = berat tetap (gr) cawan kosong tinggi (ditunjukkan dengan nilai COD dan
setelah pemanasan 103-105°C BOD) menyebabkan mikroba menjadi ak-
e. VS dengan rumus: tif dan menguraikan bahan organik tersebut
Padatan total yang terikat (ppm) = secara biologis menjadi senyawa asam–
(B-A2)x106 asam organik (Djarwanti dkk, 2000). In-
lm contoh uji okulum atau starter dari limbah tahu yang
digunakan berasal dari keluaran (out put)

44 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011


Producing Of Biogas From Food Waste Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan
With Substrate Temperature Edwi Mahajoeno

Tabel 1. Karakter isika dan kimia limbah cair tahu dan limbah rumah makan sebelum dan
setelah perombakan anerob pada suhu ruang dan suhu termoilik.

Keterangan: A: Limbah cair tahu 80% (kontrol); B: Limbah cair tahu 60% + limbah ru-
mah makan 20% (3:1); C: Limbah cair tahu 40% + limbah rumah makan 40% (1:1).
R: pada suhu ruang; T: pada suhu termoilik.

biodigester anaerob yang mengandung genesis, dan metanogenesis. Setelah proses


sumber metanogen dan mempunyai pH berjalan selama dua minggu, mikroorgan-
netral. Inokulum dari limbah tahu berupa isme sudah mulai tumbuh dan berkem-
lumpur aktif yang berwarna abu-abu kehi- bangbiak di dalam biodigester. Dengan
taman. Lumpur ini merupakan materi tidak berkembangbiaknya mikroorganisme atau
larut, biasanya tersusun serat-serat organik bakteri pada permukaan media maka pros-
yang kaya akan selulosa dan terhimpun ke- es penguraian senyawa organik yang ada
hidupan mikroorganisme (Mustofa, 2000). di dalam air limbah menjadi efektif. Dari
Lumpur aktif juga mampu memetabolisme data pH yang diperoleh (gambar 1 dan 2),
dan memecah zat-zat pencemar yang ada terlihat bahwa terjadi perubahan pH dari
dalam limbah (Sulistyanto, 2003). minggu ke-0 sampai ke-6. Pada minggu
Limbah rumah makan yang digu- ke-0 terjadi peningkatan pH. Tahapan ini
nakan berupa sisa-sisa potongan sayuran, merupakan tahapan hidrolisis optimum di-
buah-buahan, kulit buah, atau sisa makanan mana H+ biasanya digunakan untuk meng-
yang tidak habis dimakan (nasi, sayur, lauk katalisis reaksi pemutusan ikatan polimerik
pauk) yang berasal dari kantin atau warung pada polisakarida, lipid maupun protein se-
makan. Limbah rumah makan yang su- hingga pH cenderung naik. Setelah itu ter-
dah dihomogenkan dengan cara diblender jadi proses asidogenesis dan asetogenesis.
mempunyai warna kecoklatan, agak ken- Tahap asidogenesis dilakukan oleh berba-
tal, berbau menyengat atau tidak sedap gai kelompok bakteri, yang mayoritas ada-
karena limbah makanan mengandung bah- lah bakteri obligat anaerob dan sebagian
an organik tinggi dan masih bersifat terlalu dari bakteri anaerob fakultatif. Kemudian
asam. Substrat limbah rumah makan yang terjadi penurunan pH yang diakibatkan
sudah dihomogenkan mempunyai pH awal asam-asam organik yang dihasilkan seperti
asam sehingga ditambahkan NaOH seban- asam butirat, propionat, dan asetat. Asam
yak 100 gr. Penambahan NaOH bertujuan organik ini yang mendominasi tahap asido-
agar pH awal substrat menjadi netral. genesis dan asetogenesis. Selanjutnya pH
Proses pembuatan biogas dimulai cenderung mengalami peningkatan kar-
dari tahap hidolisis, asidogenesis, aseto- ena asam-asam organik diuraikan menjadi
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 45
Producing Of Biogas From Food Waste Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan
With Substrate Temperature Edwi Mahajoeno

metana dan karbondioksida dan kemungki- kondisi pH yang lebih tinggi atau rendah
nan terbentuknya NH3 yang meningkatkan (Haryati, 2006). Pada penelitian ini kon-
pH larutan. disi pH substrat yang meningkat atau basa
Substrat dengan pH awal 7 merupa- (lebih dari 8) menyebabkan produksi bio-
kan kondisi yang baik untuk produksi bio- gas menurun.
gas karena pH netral memacu perkemban- Proses pembentukan metana bek-
gan bakteri metana (metanogen) sehingga erja pada rentang temperatur 30-40°C, tapi
pada pH tersebut bakteri perombak asam dapat juga terjadi pada temperatur rendah,
asetat tumbuh dan berkembang secara opti- 4°C. Mikroorganisme yang berjenis termo-
mal. Menurut Mahajoeno, dkk (2008), pH ilik lebih sensitif terhadap perubahan tem-
substrat awal 7 memberikan peningkatan paratur daripada jenis mesoilik. Tempera-
laju produksi biogas lebih baik dibanding- tur kerja yang optimum untuk penghasil
kan dengan perlakuan pH lain. biogas adalah 35 °C, sedangkan pencernaan
Pada suhu ruang, perubahan yang anaerobik dapat berlangsung pada kisaran
terjadi adalah pH substrat cenderung men- 5°C sampai 55°C (Kadarwati, 2003). Pada
galami peningkatan, sedangkan pada suhu minggu ke-6 terjadi penurunan suhu yang
termoilik terjadi peningkatan pH dari cukup signiikan. Hal ini dipengaruhi oleh
minggu ke-0 sampai minggu ke-4 kemu- kondisi lingkungan yang berubah, yaitu
dian mengalami penurunan sampai minggu suhu lingkungan yang rendah karena hujan
ke-6. Menurut Metcalf dan Eddy (2003), sehingga kondisi suhu substrat di dalam
peningkatan pH dapat mempercepat pros- biodigester pun menjadi rendah. Material
es pembusukan dan perombakan menjadi bahan dalam hal ini jerigen yang diguna-
lebih cepat sehingga secara tidak langsung kan sebagai biodigester bukan merupakan
dapat mempercepat produksi biogas. Dera- isolator/penahan panas yang baik sehingga
jat keasaman optimum untuk perkemban- temperatur lingkungan dapat mempengar-
gan bakteri pembentuk metana adalah pada uhi materi di dalam biodigester (Raliby
pH 6,8 sampai 8 (Kadarwati, 2003). Laju dkk, 2009).
pencernaan anaerob akan menurun pada

Gambar 1. Perubahan pH substrat selama perombakan anaerob pada suhu ruang

Gambar 2. Perubahan pH substrat selama perombakan anaerob pada suhu termoilik

46 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011


Producing Of Biogas From Food Waste Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan
With Substrate Temperature Edwi Mahajoeno

Tabel 2. Rerata suhu substrat dari limbah makanan selama perombakan 6 minggu
Pengaruh Suhu dan Substrat terhadap pok C tetapi tidak berbeda nyata dengan
Produksi Biogas kelompok B. Produksi biogas dipengaruhi
Hasil analisis menunjukkan adanya oleh perbedaan konsentrasi substrat. Pe-
perbedaan yang signiikan terhadap vol- nambahan substrat limbah rumah makan
ume biogas pada variasi substrat, namun memberikan pengaruh terhadap pening-
tidak demikian dengan variasi suhu sub- katan produksi biogas. Semakin banyak
strat dan interaksi antara kedua perlakuan substrat limbah rumah makan yang dita-
tersebut. Hasil rerata volume biogas pada mbahkan maka semakin meningkat pula
variasi substrat dan suhu selama 6 minggu produksi biogas. Hal ini berkaitan dengan
disajikan pada Tabel 3. kebutuhan nutrisi yang digunakan oleh
bakteri untuk pertumbuhan dan perkem-

Tabel 3. Rerata volume biogas dari variasi substrat limbah makanan pada suhu ruang dan
suhu termoilik selama 6 minggu.
Keterangan : bangbiakan selama proses perombakan an-
*Angka yang diikuti huruf yang tidak sama aerob di dalam biodigester anaerob.
pada baris dan kolom menunjukkan ada Produksi biogas pada suhu ruang
beda nyata Produksi gas yang memuaskan be-
*Kelompok A= limbah tahu 80% (kon- rada pada daerah mesoilik yaitu antara 25-
trol), 30°C. Biogas yang dihasilkan pada kondisi
Kelompok B= limbah tahu 60% + limbah diluar suhu tersebut mempunyai kandungan
rumah makan 20% (3:1), karbondioksida yang lebih tinggi (Haryati,
Kelompok C= limbah tahu 40% + limbah 2006). Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa
rumah makan 40% (1:1). produksi biogas yang terbaik pada suhu ru-
ang adalah kelompok C (limbah cair tahu
Dari di atas dapat diketahui bahwa 40 % + limbah rumah makan 40 %), yaitu
kelompok A berbeda nyata dengan kelom- sebesar 21.200 ml.
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 47
Producing Of Biogas From Food Waste Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan
With Substrate Temperature Edwi Mahajoeno

Tabel 4. Volume biogas dari variasi substrat limbah makanan pada suhu ruang selama 6
minggu.
Produksi biogas pada suhu termoilik sel mikroba mengalami pembelahan atau
Hasil analisis sidik ragam menun- perkembangbiakan. Adanya ketersediaan
jukkan bahwa suhu memberikan pengaruh nutrisi yang cukup bagi mikroba yang
yang tidak signiikan terhadap produksi berasal dari limbah rumah makan juga
biogas. Pada kondisi suhu termoilik, mendukung proses perombakan anaerob.
produksi biogas mengalami peningkatan Mikroba membutuhkan waktu yang cukup
dibandingkan suhu ruang, yaitu pada kel- untuk berkembangbiak apabila komponen
ompok A (limbah cair tahu 80 %) dan kel- yang dibutuhkan cukup tersedia, maka
ompok B (limbah cair tahu 60 % + limbah mikroba akan berkembang pesat seperti
rumah makan 20 %). Rerata-rata volume halnya mikroba membutuhkan zat gizi un-
biogas yang terbaik pada suhu termoilik tuk pertumbuhannya. Biogas yang terben-
selama 6 minggu adalah kelompok B (lim- tuk dalam penelitian merupakan hasil pros-
bah cair tahu 60 % + limbah rumah makan es degradasi COD campuran limbah oleh
20 %) sebesar 13.000 ml.

Tabel 5. Volume biogas dari variasi substrat limbah makanan pada suhu termoilik selama
6 minggu.
Keterangan: TA = Limbah cair tahu 80% mikroba dalam lumpur anaerobik
(kontrol); yang merupakan media utama pendegra-
TB = Limbah cair tahu 60% ditambah dasi dalam sistem biodigester anaerob ini.
limbah rumah makan 20% (3:1); Meskipun perolahan biogas hasil perom-
TC = Limbah cair tahu 40% ditambah bakan anaerob masing-masing perlakuan
limbah rumah makan 40% (1:1). tidak sama, secara keseluruhan biogas
yang dihasilkan sebanding dengan penu-
Ketersediaan makanan (bahan or- runan COD.
ganik) bagi mikroba menyebabkan per- Pada kondisi operasi yang sama,
tumbuhan biomassa mikroba menjadi perombakan termoil lebih eisien dari pada
meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat perombak mesoil (Lusk 1991). Beberapa
Soeparno (1992), yang menyatakan bahwa keuntungan tersebut antara lain: waktu
semakin lama dibibit, maka beban mik- tinggal organik dalam biodigester lebih
roba semakin meningkat yang disebabkan singkat karena laju pertumbuhan bakteri
termoil lebih tinggi dibandingkan dengan
48 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011
Producing Of Biogas From Food Waste Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan
With Substrate Temperature Edwi Mahajoeno

laju pertumbuhan bakteri mesoil, penghil- tidaknya proses degradasi.


angan organisme patogen lebih baik, degra- Eisiensi penurunan COD yang tert-
dasi asam lemak rantai panjang lebih baik inggi setelah perombakan anaerob selama
dan meningkatkan kelarutan substrat. Di 45 hari terjadi pada suhu ruang, yaitu kel-
samping itu ada beberapa kerugian dalam ompok B (limbah cair tahu 60 % + limbah
proses termoil, yaitu: derajat ketidaksta- rumah makan 20 %) sebesar 68 %. Namun
bilan tinggi, jumlah konsumsi energi lebih eisiensi penurunan COD kelompok A dan
besar, dan risiko hambatan ammonia tinggi C pada suhu ruang lebih rendah diband-
(Wellinger and Lindeberg, 1999). Pada ingkan suhu termoilik, yaitu sebesar 57 %
penelitian ini pemberian suhu yang lebih dan 62 %. Pada suhu termoilik, penurunan
tinggi (termoilik) menghasilkan produk COD tertinggi adalah sama pada kelompok
biogas yang lebih sedikit dibandingkan B dan C, yaitu sebesar 68 %. Eisiensi penu-
suhu ruang sehingga dapat dikatakan bah- runan COD yang tinggi terjadi pada min-
wa produksi biogas lebih efektif dihasilkan ggu ke-6 karena pada tahap ini bakteri pen-
pada suhu ruang. degradasi limbah cair dapat bekerja secara
optimal. Hal ini dikarenakan waktu ting-
Eisiensi Perombakan Anaerob Bahan gal (HRT) yang cukup lama untuk mem-
Organik beri kesempatan kontak lebih lama antara
Jika dilihat dari segi pengolahan lumpur anaerobik dengan limbah cair, seh-
limbah, proses perombakan anaerob juga ingga proses degradasi menjadi lebih baik,
memberikan beberapa keuntungan yaitu sedangkan eisiensi penurunan COD yang
menurunkan nilai COD dan BOD, total rendah terjadi pada minggu kedua. Hal
solids, volatile solid, nitrogen nitrat, dan ini disebabkan bakteri belum berkembang
nitrogen organik. Eisiensi perombakan banyak sehingga proses degradasi masih
anaerob dari substrat limbah makanan se- lambat atau belum berjalan optimal. Proses
lama perombakan anaerob 6 minggu dapat reduksi/penurunan kandungan COD lim-
dilihat pada tabel 6 berikut ini: bah cair dan limbah makanan berlangsung
dengan cepat meskipun masih mengan-

Tabel 6. Eisiensi penurunan COD, BOD, dan TS serta peningkatan VS setelah peromba-
kan anaerob pada suhu ruang selama 6 minggu.

1. COD (Chemical Oxygen De- dung bahan pencemar yang tinggi.


mands) Hal ini menunjukkan mikroorganisme
COD atau kebutuhan oksigen kimia yang berasal dari lumpur aktif limbah tahu
adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibu- masih dapat beraktivitas dengan tinggi da-
tuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik lam campuran limbah makanan yang digu-
yang ada dalam satu liter sampel air, di- nakan.
mana pengoksidannya adalah K2Cr2O7 2. BOD (Biochemical Oxygen De-
atau KMnO4. COD merupakan variabel mand)
terpenting yang menunjukkan berhasil atau BOD merupakan parameter yang
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 49
Producing Of Biogas From Food Waste Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan
With Substrate Temperature Edwi Mahajoeno

umum dipakai untuk menentukan tingkat sis, padatan tersuspensi berkurang karena
pencemaran bahan organik pada air lim- telah berubah menjadi terlarut. Eisiensi
bah. BOD adalah banyaknya oksigen yang penurunan TS tertinggi adalah sama pada
dibutuhkan bakteri aerobik untuk mengu- perlakuan suhu ruang dan suhu termoilik
raikan bahan organik di dalam air melalui adalah sama pada kelompok C sebesar 71
proses oksidasi biologis (biasanya dihitung % dan 80 %, sedangkan terendah pada kel-
selama waktu 5 hari pada suhu 20°C). Se- ompok A yaitu sebesar 64 %.
makin tinggi nilai BOD dalam air limbah, 4. VS (Volatile Solids)
semakin tinggi pula tingkat pencemaran Kadar VS ditentukan berdasar-
yang ditimbulkan. kan padatan tersuspensi mudah menguap
Eisiensi perombakan anaerob pada (mg/l) yang berada pada bagian tengah
suhu ruang ditunjukkan pada Tabel. 6. sampel setelah pengocokan dan pendiaman
Dari Tabel 6. dapat terlihat bahwa terjadi selama 45 menit. Padatan tersebut kemu-
penurunan nilai BOD untuk kelompok A dian dikeringkan dalam tanur suhu 550°C
sebesar 29 %, kelompok B sebesar 34%, selama 2 jam (Isa. et al., 1980). Konsen-
dan kelompok C sebesar 32 %. Pada suhu trasi merupakan parameter penting dan da-
termoilik terjadi penurunan BOD untuk pat digunakan untuk perhitungan pembe-
kelompok A sebesar 38 %, kelompok B ban kapasitas biodigester. Semakin tinggi
sebesar 41 %, dan kelompok C sebesar 43 konsentrasi VS maka semakin tinggi pula
%. Pada kelompok A mengandung bahan pembebanan proses perombakan. Volatile
organik yang lebih sedikit dibandingkan Solids merupakan bahan makanan untuk
kelompok yang lain sehingga kadar BOD proses hidrolisis dan pembentukan asam
hasil pengukuran relatif sedikit. Eisiensi secara anaerob (Karki, Gautam and Karki,
penurunan BOD yang tertinggi dari perom- 1994).
bakan anaerob pada suhu termoilik, yaitu Jumlah VS yang terproses menun-
kelompok C. jukkan jumlah bahan organik yang ter-
3. S (Total Solids) dekomposisi dan gas yang diproduksi. Laju
Kadar total solids diukur berdasar- produksi gas dapat dihitung berdasarkan
kan jumlah padatan (mg/l) yang tersisa perhitungan VS yang terdekomposisi. Dari
pada pemanasan suhu 103-105°C (Isa. et hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi
al., 1980). Penurunan total solids disebab- peningkatan VS pada masing-masing kel-
kan perombakan oleh mikroorganisme, ompok. Peningkatan VS tertinggi adalah
dimana kandungan bahan organik pada sama pada perlakuan suhu ruang dan suhu
limbah cair tahu dan limbah rumah ma- termoilik yaitu kelompok B sebesar 79 %,
kan sangat tinggi dan mengandung unsur sedangkan terendah kelompok A pada per-
protein, lemak, dan karbohidrat rantai pan- lakuan suhu termoilik yaitu sebesar 64 %.
jang. Karakteristik yang demikian mem- Persentase VS yang terdekomposisi dari
buat bahan tersebut mudah diolah secara bahan organik masih berada dalam kisaran
biologis. Hasil pengamatan menunjuk- pemrosesan bahan organik yang normal
kan bahwa terjadi penurunan kadar TS. yaitu 28-70%.
Hal tersebut terjadi karena bahan-bahan
organik mengalami degradasi pada saat KESIMPULAN
proses hidrolisis. Pada saat reaksi hidroli- Variasi substrat limbah cair tahu dan
sis masih berlangsung, zat terlarut tersebut limbah rumbah makan berpengaruh men-
digunakan untuk reaksi selanjutnya yaitu ingkatan produksi biogas. Perombakan
asidogenesis, sehingga padatan total ter- anaerob pada suhu ruang selama 6 minggu
larut turun kembali. Selama proses hidroli- dihasilkan biogas tertinggi dari limbah cair
50 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011
Producing Of Biogas From Food Waste Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan
With Substrate Temperature Edwi Mahajoeno

tahu 40 % dan limbah rumah makan 40 % Harahap FM., Apandi dan Ginting. 1978.
yaitu sebesar 21.200 ml. Produksi biogas Teknologi Gasbio. Pusat Teknologi
variasi substrat limbah cair tahu 60 % dan Pengembangan Insitut Teknologi
limbah rumah makan 20 % pada suhu ter- Bandung. Bandung.
moilik lebih tinggi daripada suhu ruang Haryati, T. 2006. Biogas: Limbah Peter-
yaitu sebesar 13.000 ml. nakan yang Menjadi Sumber En-
ergi Alternatif. Balai Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Ternak. Wartazoa. Vol. 16., No.
Abdulkareem, A.S. 2005. Reining Biogas 3. [http://neilamz.iles.wordpress.
Produced from Biomass: An Alter- com/2010/01/wazo163-5.pdf].
native to Cooking Gas. Chemical Isa, Z., Yong, W. M and Singh, M. M. 1980.
Engineering Department, Federal Manual of Laboratory Methodes
University of Technology, Minna, for Chemical Analysis of Rubber
Niger state, Nigeria. Efluent. Kuala Lumpur, Rubber
Bitton, G. 1999. Wastewater Microbiology. Research Institude of Malaysia.
2nd ed. Wiley Liss Inc. New York Kadarwati, Sri. 2003. Studi Pembuatan Bio-
De Mez , T. Z. D., Stams, A. J. M., gas dari Kotoran Kuda dan sampah
Reith, J. H., and G., Zeeman. 2003. organik Skala Laboratorium. Pub-
Methane production by anaerobic likasi P3TEK Vol. 2, No.1.
digestion of wastewater and solid Karki, A. B., Gautam, K. M. and Karki,
wastes. In : Biomethane and Bio- A. 1994. Biogas for Sustainable
hydrogen Status add Perspectives Development in Nepal. Paper
of biological methane and hydro- presented at Second International
gen production. Edited by J.H. Re- Conference on Science ant Tech-
ith, R.H. Wijffels and H. Barten. nology for Poverty Alleviation or-
Dutch Biological Hydrogen Foun- ganized by Royal Nepal Academy
dation. for Science and Technology (RO-
Djarwanti, Sartamtomo, dan Sukani. 2000. NAST), Kathmandu, Nepal. 8-11
Pemanfaatan Energi Hasil Pengo- June 1994.
lahan Limbah Cair Industri Tahu. Lusk, P. 1991. Methane recovery from ani-
Laporan Penelitian. Badan Peneli- mal manures: the current opportu-
tian dan Pengembangan Industri nities casebook. National Renew-
De Mez , T. Z. D., Stams, A. J. M., Reith, J. able Energy Laboratory, NREL/
H., and Zeeman, G. 2003. Methane SR-580-25245. http://www.nrel.
production by anaerobic digestion gov/docs/fy99osti/25145.pdf
of wastewater and solid wastes. In : Mackie, R. J. and Bryant, M. P. 1995. An-
Biomethane and Biohydrogen Sta- aerobic digestion of cattle waste
tus add Perspectives of biological and mesphilic and thermophilic
methane and hydrogen production. temperatures. Appl. Microbiol.
Edited by J.H. Reith, R.H. Wijffels Biotechnol. 43: 346–350. Mahajo-
and H. Barten. Dutch Biological eno, E 2008. Pengembangan En-
Hydrogen Foundation. ergi Terbarukan dari Limbah Cair
Greenberg, A.E., Clasceri, L.S. and Easton, Pabrik Minyak Kelapa Sawit. [Di-
A.D. 1992. Standard Methods for sertasi] Program Pascasarjana IPB
the Examination of Water Waste- Bogor.
water. 18th ed. APHA, AWWA, Mahajoeno, E 2008. Pengembangan En-
WACF. Washington. ergi Terbarukan dari Limbah Cair

Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011 51


Producing Of Biogas From Food Waste Siti Nur Chotimah, Sunarto, dan
With Substrate Temperature Edwi Mahajoeno

Pabrik Minyak Kelapa Sawit. [Di- ings of the 12th European Con-
sertasi] Program Pascasarjana IPB ference on Biomass for Energy,
Bogor. Industry and Climate Protection,
Mahajoeno, E., Lay, B., Widiati, S., Suryo, 17 -21 June 2002, Amsterdam, The
H., dan Siswanto. 2008. Potensi Netherlands. pp. 1118 - 1123.
Limbah Cair Pabrik Minyak Ke- Said, D. dkk. 2006. Biogas Skala Rumah
lapa Sawit untuk Produksi Biogas. Tangga. Program Bio Energi Pede-
Jurnal Bioversitas Volume 9 No. saan (BEP). Ditjen PPHP Deptan.
1. Jakarta.
Metcalf and Eddy. 2003. Wastewater Engi- Siregar, P. 2009. Produksi Biogas Melalui
neering: Treatment, Disposal, and Pemanfaatan Limbah Cair pabrik
Reuse. 4th ed. McGraw-Hill, Sin- Kelapa Sawit dengan Digester An-
gapore. aerob. Jurnal Lingkungan. http://
Mustofa, H.A. 2000. Kamus Lingkungan. avg.urlseek.vmn.net/search.php?lg
Cetakan pertama. Penerbit Rineka =en&mkt=en&type=dns&tb=ie&t
Cipta. Jakarta. bn=avg&q=uwityangyoyo%2Ewo
National Academy of Sciences (NAS) rdpress%2Ecom [April 2009].
1981. Methane generation from Soeparno. 1992. Ilmu Dan Teknologi Dag-
human, animal, and agricultural ing. Penerbit Gajah mada Press.
wastes. Second edition. National Yogyakarta.
Academy of Sciences, Washing- Sola, L. 1994. Pengembangan dan Uji
ton, D.C. 131p. Coba Peralatan Pengolahan Air
Ojolo, S.J., Oke, S.A., Animasahun, K., Limbah Industri Tempa dan Tahu.
Adesuyi, B.K. 2007. Utilization of Laporan Penelitian. Badan Pene-
Poultry, Cow and Kitchen Waste litian dan Pengembangan Industri
for Biogas Production: A Com- Ujung Pandang.
parative Analysis. Iran. J. Environ. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan
Health. Sci. Eng.,Vol. 4, No. 4, pp. Air Limbah. UI-Press. Jakarta.
223-228 Sulistyanto, E dan H. W. Swarnam. 2003.
Poels, J., Neukermans, G., van Assche, P., Tecno Limbah. Majalah Pusat
Debruychere, P., and Verstraete. Pengembangan Teknologi Limbah
W. 1983. Performance, operations, Cair. Volume 7 tahun 2003. Pener-
and beneits of an anaerobic diges- bit Pusat Pengembangan Teknologi
tion system on a closed piggery Limbah Cair. Yogayakarta.
farm. Agric. Wastes 8:233–249. Wellinger A, and Lindeberg, A. 1999. Bio-
Raliby, Oesman; Retno Rusdjijati; dan gas upgrading and utilization. IEA
Imron Rosyidi. 2009. Pengolahan Bioenergy Task 24: energy from
limbah cair tahu menjadi biogas biological conversion of organic
sebagai bahan bakar alternatif pada wastes. 18 p
industri pengolahan tahu.
Reith, J.H., H. den Uil, H. van Veen,
W.T.A.M. de Laat, Niessen, J.J., de
Jong, E., Elbersen, H.W., Weusthu-
is, R., van Dijken, J.P. and Raams-
donk, L. 2002. Co-production of
bio-ethanol, electricity and heat
from biomass residues. Proceed-

52 Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 3 | November 2011

You might also like