You are on page 1of 15

TERAPI KELOMPOK UNTUK MENGURANGI KESEPIAN

DAN MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA


PENDERITA HIPERTENSI

DECREASING LONELINESS AND BLOOD PRESSURE OF


OLD PEOPLE SUFFERING HYPERTENSION WITH GROUP
THERAPY

Ardian Adi Putra


H. Fuad Nashori
Indahria Sulistyarini
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam IndonesiaYogyakarta
E-mail: ardianadiputra@rocketmail.com

ABSTRACT
This study was aimed to reveal the influence of group therapy to reduce loneliness and decrease
blood pressure of old people suffering hypertension. The group therapy in this study used interactive
adaptation and themes used in every therapy session are based on the importance discovery in
logotherapy theory. The subjects in this study were 10 old people suffering hypertension. The
measurement tool in this study was loneliness scale. This research used a quasi-experiment non-
equivalent group design. This research uses K-smirnov to analyze the data and to know whether there
were any influence of group therapy to loneliness decreasing and of old people suffering hypertension.
The result of the study showed the value of p = 0,000 which means the value of p < 0,05. The value
of p showed that there was significant loneliness difference between the experiment group before
and after the group therapy. Data analysis uses K-smirnov to know whether the influence of group
therapy influence the decreasing of blood pressure of old people suffering hypertension. The result
of the study showed the diasystolic blood pressure t value = 0,000 and p = 1,000. According to the
result of the study, it can be said that there was no significant difference of decreased blood pressure
between the group experiment and control after the activation of group therapy.

Keywords: group therapy, loneliness, blood pressure, old people suffering hypertension

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012 1


Ardian Adi Putra, H. Fuad Nashori & Indahria Sulistyarini

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok dalam mengurangi kesepian
dan menurunkan tekanan darah lansia yang menderita hipertensi. Terapi kelompok dalam penelitian
ini menggunakan adaptasi interaktif dan tema yang digunakan dalam setiap sesi terapi didasarkan
pada penemuan penting dalam teori logoterapi. Subjek dalam penelitian ini adalah 10 orang lansia
yang menderita hipertensi. Alat ukur dalam penelitian ini adalah skala kesepian dengan desain
penelitian non-setara kelompok kuasi-eksperimen. Analisis data menggunakan K-smirnov untuk
mengetahui apakah ada pengaruh terapi kelompok untuk kesepian menurun dan orang lansia yang
menderita hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan nilai p = 0,000 yang berarti nilai p <0,05. Nilai
p menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rasa kesepian antara kelompok eksperimen
kelompok kontrol dan sesudah terapi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan darah diasystolic
tekanan nilai t = 0,000 dan p = 1,000. Menurut hasil penelitian, tidak ada perbedaan yang signifikan
tekanan darah antara kelompok eksperimen dan kontrol setelah intervensi terapi kelompok.

Kata kunci: Terapi kelompok, kesepian, tekanan darah, orang Lansia penderita hipertensi

Lanjut usia (lansia) adalah sesuatu yang berbagai masalah kesehatan yang perlu
alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap penanganan segera dan terintegrasi.
individu yang dikaruniai Tuhan usia yang (Akhmadi, 2009). Periode lansia pada
panjang. Lansia sendiri adalah periode sebagian besar individu dianggap sebagai
pertumbuhan saat organisme telah suatu hal yang tidak menyenangkan,
mencapai kematangan dalam ukuran dan bahkan kadang-kadang dianggap sebagai
fungsi. Selain itu, lansia menunjukkan suatu pengalaman menegangkan yang
kemunduran sejalan dengan waktu. membutuhkan penyesuaian (Hurlock,
Ada beberapa pendapat mengenai 2000). Perubahan-perubahan fisiologis
batasan lansia, yaitu mulai dari 60 tahun, dan perubahan kemampuan motorik yang
65 tahun, dan 70 tahun. Badan kesehatan terjadi, tidak jarang membuat para lansia
dunia (WHO) menetapkan usia 65 memunculkan perasaan tidak berguna
tahun sebagai usia yang menunjukkan kemudian mengalami demotivasi dan
proses penuaan yang berlangsung secara menarik diri dari lingkungan sehingga
nyata dan seseorang telah disebut lansia kebutuhan untuk diperhatikan menjadi
(Akhmadi, 2009). berlebih, dan hal tersebut kemudian
Pada periode akhir masa perkem- memunculkan kesepian pada lansia
bangan ini, setiap individu berharap (Adrian, 2009).
dapat menjalaninya dengan baik Pada umumnya masalah kesepian
tanpa ada permasalahan yang berarti. adalah masalah psikologis yang paling
Kenyataannya lansia banyak menghadapi banyak dialami lansia. Beberapa penye-

2 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012


Terapi Kelompok Untuk Mengurangi Kesepian ....

bab kesepian adalah (1) longgarnya semakin tinggi pula risiko mengalami
kegiatan dalam mengasuh anak-anak kesepian. Individu yang belum pernah
karena anak-anak sudah dewasa dan menikah, bercerai, dan janda atau duda
bersekolah tinggi sehingga tidak karena kematian pasangan menunjukkan
memerlukan penanganan yang terlampau lebih kesepian dibandingkan individu
rumit, (2) berkurangnya teman/relasi yang memiliki pasangan hidup. Individu
akibat kurangnya aktivitas di luar rumah, yang memiliki kualitas atau kuantitas yang
(3) berkurangnya aktivitas sehingga kurang baik dalam berinteraksi dengan
waktu luang bertambah banyak, (4) sahabat dan keluarga lebih kesepian
meninggalnya pasangan hidup, (5) anak- dibandingkan yang memiliki hubungan
anak yang meninggalkan rumah karena yang lebih baik dengan sahabat dan
menempuh pendidikan yang lebih tinggi keluarga.
atau untuk bekerja, dan (6) anak-anak Frobes (Drennan, dkk, 2008)
telah dewasa dan membentuk keluarga mengungkapkan bahwa kesepian ternyata
sendiri. Beberapa masalah tersebut akan bukan hanya berhubungan dengan kondisi
menimbulkan rasa kesepian lebih cepat psikologis ataupun emosional, tetapi
bagi orang lansia (Ikhsan, 2010). juga secara tidak langsung akan dapat
Hasil penelitian yang dilakukan mempengaruhi kesehatan secara fisik.
Miedema dan Tatemichi (2003) menunjuk- Penelitian yang dilakukan Yang dan Victor
kan bahwa jenis kelamin menentukan (2008) menunjukkan bahwa individu
tingkat kesepian. Hasil penelitian tersebut yang mengalami kesepian sebagian
menyebutkan bahwa ada kecenderungan besar mengalami permasalahan dengan
laki-laki lebih mudah mengalami kesehatan dan bahkan memiliki penyakit
kesepian dibandingkan dengan wanita. tertentu. Seorang pasien mengungkapkan
Status perkawinan secara signifikan juga bahwa ketika ia sering memikirkan dan
berhubungan dengan kesepian. Individu memiliki keinginan yang sangat besar
yang dalam status menjanda/menduda untuk bertemu anak cucu biasanya
(widowed) memiliki kecenderungan lebih muncul keluhan secara fisik, seperti sakit
mudah mengalami kesepian dibandingkan kepala serta badan terasa pegal-pegal.
dengan individu yang masih dalam status Setelah klien melakukan pemeriksaan
perkawinan. Penelitian serupa yang didapatkan tekanan darah klien menjadi
dilakukan di Irlandia oleh Drennan, meningkat (wawancara/27/01/2010).
dkk (2008) menunjukkan bahwa usia, Penelitian yang dilakukan Cacioppo
perubahan status perkawinan, kesehatan, (2006) pada sampel populasi pria dan
serta kontak dengan sahabat dan keluarga wanita usia 50-68 tahun sebanyak 229
berpengaruh secara signifikan terhadap orang menunjukkan bahwa kesepian
kesepian. Semakin tinggi usia seseorang diidentifikasi menjadi salah satu penyebab

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012 3


Ardian Adi Putra, H. Fuad Nashori & Indahria Sulistyarini

meningkatnya tekanan darah (hipertensi) Penelitian yang serupa juga menunjukkan


serta dapat menyebabkan morbiditas dan bahwa pada seseorang yang mengalami
kematian. Dalam penelitian ini ditemukan kesepian terjadi perubahan aktivitas yang
bahwa seseorang yang mengalami menurun pada sistem kardiovaskular,
kesepian memiliki tekanan darah yang sistem immune, dan sistem nervous
lebih tinggi sekitar 10 mm hg sampai (Cacioppo, 2002).
30 mm hg dibanding individu-individu Adanya pengaruh kesepian terhadap
yang memiliki hubungan akrab dengan meningkatnya tekanan darah (hipertensi)
orang lain. Kesepian dapat meningkatkan pada lansia mendorong munculnya
tekanan darah, sehingga lansia yang suatu upaya untuk menurunkan kesepian
mengalami kesepian relatif lebih mudah pada lansia sehingga tekanan darah
mengalami hipertensi dikarenakan (hipertensi) para lansia akan menurun.
kondisi ketahanan fisiologis yang semakin Berdasarkan temuan-temuan di atas
menurun. Penelitian yang dilakukan dapat digarisbawahi bahwa kesepian
oleh Holt-Lunstad (2003) menunjukkan berhubungan erat dengan bagaimana
bahwa individu yang memilki hubungan seorang individu dapat berinteraksi atau
atau interaksi sosial yang lebih sedikit, berhubungan sosial, baik secara kualitas
baik secara kualitas maupun kuantitas, maupun kuantitas. Dengan demikian
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibutuhkan sebuah intervensi yang
dibandingkan dengan individu yang dapat memfasilitasi setiap individu dapat
menjalin interaksi dengan orang lain dan
memiliki hubungan atau interaksi sosial
mengurangi kesepian yang dialami. Salah
yang lebih banyak.
satunya adalah dengan memberikan
Penelitian yang dilakukan oleh terapi kelompok.
Hawkley, dkk (2003) menunjukkan
Terapi kelompok adalah sebuah
bahwa ada perbedaan aktivitas sistem
tritmen yang dilakukan dengan cara
kardiovaskular pada seseorang dengan
menyertakan beberapa orang dalam
kesepian dan yang tidak kesepian.
sebuah kelompok kecil yang didampingi
Aktivitas sistem kardiovaskular pada
oleh satu terapis atau lebih yang
seseorang yang tidak kesepian lebih terlatih dalam proses terapi kelompok
teratur dibandingkan dengan seseorang (Brabenden, Fallon & Smolar, 2004).
yang mengalami kesepian. Penelitian Desain terapi ini dapat meningkatkan
yang dilakukan oleh Hawkley dan kemampuan psikologis dan memperbaiki
Cacioppo (2010) menunjukkan bahwa permasalahan-permasalahan psikologis
dalam diri seseorang yang mengalami dengan cara pendekatan kognitif dan
kesepian terdapat gangguan pada sistem afektif yang dieksplorasi dari interaksi
kardiovaskular dan neuroendokrin serta antar anggota kelompok dan terapis.
respon immune menjadi melemah. Terapi kelompok yang dilakukan ini

4 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012


Terapi Kelompok Untuk Mengurangi Kesepian ....

menggunakan pendekatan interaktif. 4. Menggunakan penggunaan obat


Maksud pendekatan interaktif adalah medis untuk menangani hipertensi
terapis mengangkat sebuat tema dan 5. Tidak berkerja atau pensiun, yaitu
kemudian tema tersebut didiskusikan sudah tidak dalam ikatan tugas
lebih luas dalam kelompok. Faktor-faktor (Kamus Besar Bahasa Indonesia
penyebab kesepian pada lansia dijadikan online).
landasan untuk menentukan tema-tema Subjek yang telah sesuai dengan
apa yang akan diangkat dalam terapi karakteristik kemudian dibagi dalam dua
kelompok. Tema-tema yang diangkat kelompok, yaitu kelompok eksperimen
dalam setiap sesi terapi kelompok ini dan kelompok kontrol. Penentuan
akan menggunakan aspek penemuan penempatan subjek dalam kelompok
kebermaknaan pada logoterapi oleh berdasarkan kategorisasi tingkat kesepian,
Crumbaugh (Bastaman, 2007). sehingga kesepian pada kelompok
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis eksperimen dan kelompok kontrol relatif
yang diajukan oleh peneliti adalah seimbang. Jumlah subjek dalam penelitian
ada pengaruh terapi kelompok untuk ini berjumlah 10 orang, dengan perincian
mengurangi kesepian dan menurunkan lima orang masuk dalam kelompok
tekanan darah pada lansia penderita eksperimen dan lima orang dalam
hipertensi. Kelompok yang mendapat kelompok kontrol.
perlakuan memiliki tingkat kesepian lebih Rancangan Penelitian
rendah dari pada kelompok yang tidak Penelitian ini merupakan penelitian
mendapatkan perlakuan. Kelompok yang quasi-eksperimen dengan model ranca-
mendapatkan perlakuan memiliki tekanan ngan non-equivalent control group
darah lebih rendah dari kelompok yang design dengan menggunakan kelompok
tidak mendapat perlakuan. eksperimen dan kelompok kontrol
(Shaughnessy & Zechmeister, 1994).
METODE PENELITIAN Pemilihan subjek penelitian dilakukan
dengan matching. Matching adalah
Subjek Penelitian upaya untuk memilih subjek pada
Subjek penelitian ini adalah lansia kelompok kontrol dengan kelompok
penderita hipertensi di Puskesmas “X”. eksperimen berdasarkan rata-rata subjek,
Adapun kriteria subjek adalah: seperti gender, hasil prates, agama, dan
1. Usia di atas 60 tahun lain-lain (Breakwell, dkk., 2006). Adapun
2. Kesepian tergolong dalam kategori langkah-langkah yang dilakukan sebagai
sedang atau tinggi berikut: setiap subjek yang telah sesuai
3. Penderita hipertensi (tekanan darah dengan karakteristik subjek kemudian
sistolik lebih dari 140) dibagi dalam dua kelompok, yaitu

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012 5


Ardian Adi Putra, H. Fuad Nashori & Indahria Sulistyarini

kelompok eksperimen dan kelompok sphygmomanometer. Pengukuran teka-


kontrol. Penentuan penempatan nan darah dilakukan oleh tenaga
subjek dalam kelompok berdasarkan profesional yang sudah berpengalaman
kategorisasi tingkat kesepian, sehingga dalam pengukuran tekanan darah.
kesepian pada kelompok eksperimen 3. Setelah screening hal-hal lain terkait
dan kelompok kontrol relatif seimbang. dengan kriteria subjek yang diinginkan,
Penelitian ini melakukan pengukuran subjek diminta untuk mengisi informed
sebelum dan sesudah perlakuan terapi. consent atau surat kesediaan menjadi
Rancangan penelitian ini bertujuan subjek dalam penelitian ini.
untuk menurunkan kesepian pada lansia 4. Skor kesepian dan hasil pengukuran
penderita hipertensi. tekanan darah pada saat screening
juga digunakan sebagai skor prates.
Intervensi
5. Selanjutnya diberikan terapi kepada
Berikut adalah prosedur pemberian
subjek secara berkelompok. Terapi ini
pelatihan:
terdapat 7 sesi yang akan dilakukan
1.
Sebelum dimulai, terapi subjek
selama empat kali pertemuan dengan
dikumpulkan dalam kelompok
masing-masing pertemuan berlangsung
yang membahas tentang terapi yang
selama 90-120 menit. Terapi kelompok
akan dilakukan, prosedur, dan hak-
yang dilaksanakan ini mengunakan
hak subjek. Tujuannya adalah agar
pendekatan interaktif, yaitu terapis
subjek saling mengenal dan membuat
mengangkat sebuah tema dan
kesepakatan tentang jadwal dan
kemudian kelompok mendiskusikan
pelaksanaan terapi. tema tersebut lebih luas. Tema-tema
2. Screening secara psikologis dengan yang diangkat berdasarkan aspek-
pengukuran kesepian dengan skala aspek kebermaknaan hidup oleh
kesepian dan pengukuran tekanan Crumbaugh (Bastaman, 2007), yaitu
darah. Skala yang digunakan dalam (1) Pemahaman diri (self evaluation),
mengukur kesepian adalah skala (2) Bertindak positif (acting as if), (3)
kesepian yang disusun oleh peneliti Membangun hubungan personal
berdasarkan teori Wrightsman (establishing an ecounter personal),
(1993) dengan aspek-aspek, yaitu: (1) (4) Membangun hubungan spiritual
desperation (putus asa), (2) impatient (establishing an ecounter spiritual),
boredom (tidak sabar dan bosan), (5) Mencari nilai-nilai bermakna
(3) self-deprecation (mengutuk diri (searching for meaningful values).
sendiri), (4) depression (depresi). 6. Pengukuran tingkat kesepian dan
Tekanan darah pada subjek penelitian pengukuran tekanan darah dilakukan
diukur dengan menggunakan alat lagi setelah tritmen selesai.

6 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012


Terapi Kelompok Untuk Mengurangi Kesepian ....

7. Setelah proses terapi selesai kemudian subjek dalam kelompok eksperimen


dilakukan follow up (tindak lanjut), selama mengikuti terapi kelompok.
yaitu pengukuran tekanan darah dan
tingkat kesepian sebagai evaluasi HASIL PENELITIAN
terapi, kurang lebih satu bulan setelah
Hasil Analisis Kuantitatif
proses terapi.
Berdasarkan analisis data didapat-
8. Waiting list pada kelompok kontrol
kan hasil bahwa ada perbedaan tingkat
dilakukan setelah proses tindak
kesepian, yaitu pada tahap prates dan
lanjut selesai dilakukan. Pemberian
pascates nilai F = 45,951 dan nilai p =
perlakuan ada kelompok kontrol
0,000 berarti nilai p < 0,05. Dengan
hampir sama dengan modul yang
demikian dapat dikatakan bahwa ada
diberikan pada kelompok eksperimen,
perbedaan yang sangat signifikan antara
namun perlakuan ini diberikan secara
kesepian pada kelompok eksperimen dan
individual.
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen
Metode Analisis Data mengalami penurunan kesepian yang
Analisis data yang digunakan dalam signifikan, sedangkan pada kelompok
penelitian ini adalah analisis kuantitatif kontrol tidak mengalami perubahan yang
dan kualitatif. Analisis data kuantitatif signifikan (hipotesis diterima).
dilakukan dengan menggunakan Anova Pada tahap prates dan tindak lanjut
Univariate, yaitu menguji ada tidaknya nilai F = 18,959 dan nilai p = 0,003
perbedaan kesepian dan tingkat tekanan berarti nilai p < 0,05, sehingga dapat
darah antara kelompok eksperimen dan dikatakan bahwa ada perbedaan yang
kelompok kontrol. Semua data kuantitatif signifikan antara kesepian pada kelompok
berupa hasil skala kesepian yang telah eksperimen dan kelompok kontrol.
dikerjakan oleh setiap subjek dianalisis Kelompok eksperimen mengalami
dengan menggunakan paket Statistical penurunan kesepian yang signifikan,
Product and Service Solution (SPSS) for sedangkan pada kelompok kontrol tidak
Windows versi 17.0. mengalami perubahan yang signifikan.
Pada tahap pascates dan tindak lanjut nilai
Analisis data secara kualitatif dilaku-
F = 0,060 dan nilai p = 0,814 berarti
kan secara individual dan bertujuan untuk
nilai p < 0,05, sehingga dapat dikatakan
menjelaskan apa saja yang dirasakan
bahwa ada tidak ada perbedaan yang
pada masing-masing individu dalam
signifikan antara kesepian pada kelompok
proses terapi kelompok. Proses analisis
eksperimen dan kelompok sehingga
data secara kualitatif dilakukan dengan
kontrol dapat dikatakan perubahan
analisis deskriptif dengan mengolah data
yang terjadi setelah proses terapi cukup
yang diperoleh dari observasi dan tulisan
menetap.

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012 7


Ardian Adi Putra, H. Fuad Nashori & Indahria Sulistyarini

Hipotesis kedua dalam penelitian Hasil Analisis Kualitatif


ini adalah dengan berkurangnya kese- Analisis kualitatif dilakukan pada
pian pada lansia penderita hipertensi kelompok eksperimen berdasarkan hasil
menyebabkan tekanan darah juga observasi dan tulisan subjek selama
menurun. Tidak ada perbedaan penu- mengikuti proses terapi kelompok.
runan tekanan darah yang signifikan Tujuan analisis kualitatif adalah untuk
baik tekanan darah sistolik maupun mengetahui pengalaman dan bagaimana
diastolik antara kelompok eksperimen perilaku peserta selama mengikuti terapi
dan kelompok kontrol. Berdasarkan kelompok. Analisis kualitatif dilakukan
analisis data untuk tekanan darah sistolik pada seluruh peserta dalam kelompok
menunjukkan nilai F = 2,131 dan eksperimen, antara lain:
nilai p = 0,188 berarti nilai p < 0,05,
1. Subjek I (SR)
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antara SR berusia 66 tahun. Berdasarkan
perubahan tekananan darah sistolik pada hasil skala kesepian yang telah diisi
kelompok eksperimen dan kelompok sebelum mengikuti terapi kelompok
kontrol. Pada tahap pascates - tindak lanjut diketahui bahwa SR termasuk dalam
nilai F = 0,217 dan nilai p = 0,656 berarti kategori kesepian tinggi dengan nilai
nilai p < 0,05. Dengan demikian dapat 80 dan tekanan darah 160/100 mmHg.
dikatakan bahwa tidak ada perbedaan Berdasarkan hasil observasi selama proses
yang signifikan antara perubahan tekanan terapi kelompok, SR terlihat aktif, berkali-
darah sistolik pada kelompok eksperimen kali berpendapat dan mampu memberikan
dan kelompok kontrol (hipotesis ditolak). umpan balik kepada anggota-anggota lain
Berdasarkan analisis data untuk tekanan di dalam kelompok. SR dapat dikatakan
darah diastolik, diketahui nilai F = 1,860 cukup terbuka dan berkomunikasi secara
dan nilai p = 0,215 berarti nilai p < baik selama proses terapi kelompok.
0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa SR berharap terapi ini dapat
ada tidak ada perbedaan yang signifikan dilaksanakan secara berkelanjutan. SR
antara perubahan tekanan darah mengaku bahwa saat berada dalam
diastolik pada kelompok eksperimen dan kelompok ini banyak manfaat yang ia
kelompok kontrol. Pada tahap pascates- dapatkan, antara lain dapat lebih tenang
tindak lanjut nilai F = 5.894 dan nilai p dan percaya diri saat berkomunikasi
= 0,046 berarti nilai p < 0,05, dengan dengan orang lain, mendapat banyak
demikian dapat dikatakan bahwa tidak teman dan saudara, dapat menjadi tempat
ada perbedaan yang signifikan antara bercerita dan berkeluh kesah.
perubahan tekanan darah diastolik pada
kelompok eksperimen dan kelompok Setelah proses terapi kelompok (post
kontrol (hipotesis ditolak). test), nilai kesepian pada SR berkurang

8 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012


Terapi Kelompok Untuk Mengurangi Kesepian ....

menjadi 63 (dalam kategorisasi sedang) bagi dirinya, selain dapat berbagi


dan tekanan darah menjadi menurun informasi tentang kesehatan. Kegiatan ini
menjadi 140/85mmHg. Pada saat tindak juga dapat menjadi tempat bercerita dan
lanjut nilai kesepian sedikit naik menjadi mendapat pelajaran yang berharga.
69 walaupun masih dalam kategorisasi Setelah proses terapi kelompok
sedang. Walau demikian tekanan darah (pascates), nilai kesepian pada NS berkurang
SR tidak mengalami perubahan yang menjadi 44 (dalam kategorisasi rendah)
berarti yaitu 145/85mmHg. Berikut dan tekanan darah menurun menjadi
perubahan yang terjadi pada SR selama 150/80mmHg. Pada saat tindak lanjut
proses penelitian: nilai kesepian sedikit naik menjadi 48
walaupun masih dalam kategorisasi
160
140 rendah. Walau demikian tekanan darah
120
100 NS tidak mengalami perubahan yang
tekanan darah
80
60 loneliness
berarti yaitu 145/85mmHg. Berikut
40 perubahan yang terjadi pada NS selama
20
0 proses penelitian:
pretest posttest follow up
160

Gambar 1. Skor kesepian dan tekanan darah 140


120
(Subjek SR) 100
80 tekanan darah

60 loneliness

2. Subjek II (NS) 40
20

NS berusia 66 tahun. Berdasarkan 0


pretest posttest follow up

hasil skala kesepian yang telah diisi


Gambar 2. Skor kesepian dan tekanan darah
sebelum mengikuti terapi kelompok, NS
(Subjek NS)
termasuk dalam kategori kesepian sedang
dengan nilai 59 dan tekanan darah 155/85
3. Subjek III (SD)
mmHg. Berdasarkan hasil observasi
selama proses terapi kelompok pada SD berusia 71 tahun. Berdasarkan
pertemuan pertama NS terkesan masih hasil skala kesepian yang telah diisi
menutup diri dan lebih banyak diam dan sebelum mengikuti terapi kelompok
berbicara bila ditunjuk terlebih dahulu. SD termasuk dalam kategori kesepian
Namun pada pertemuan-pertemuan sedang dengan nilai 66 dan tekanan
berikutnya NS terlihat lebih aktif dan darah 140/90 mmHg. Berdasarkan hasil
memiliki inisiatif untuk berbicara dan observasi selama proses terapi kelompok
bercerita tentang dirinya. SD mampu bercerita dan berkomunikasi
secara baik dengan sesama anggota terapi
NS menyatakan bahwa kegiatan
kelompok lainnya, namun SD sedikit
seperti ini dapat memberikan manfaat

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012 9


Ardian Adi Putra, H. Fuad Nashori & Indahria Sulistyarini

mulai lemah dengan pendengarannya. SD dengan nilai 57 dan tekanan darah 142/80
terlihat antusias dalam bercerita tentang mmHg. Berdasarkan hasil observasi
masa lalunya dan sekali-kali melenceng selama proses terapi kelompok SJ dapat
dari tema yang dibicarakan. dikatakan merupakan salah satu yang
SD mengaku sangat senang berada paling aktif dibanding anggota kelompok
dalam terapi kelompok ini. Selain lainnya, selalu berinisiatif untuk memulai
mendapat teman-teman baru ia juga dapat pembicaraan dan mampu memberikan
bercerita dan didengar oleh orang lain. umpan balik (feedback) serta komentar
SD menyampaikan banyak pelajaran yang kepada anggota kelompok lainnya.
bisa ia dapatkan dalam pertemuan ini. SJ mengaku bahwa ia sangat
Setelah proses terapi kelompok, nilai senang dapat mengikuti terapi kelompok
kesepian pada SD berkurang menjadi ini. Selain dapat menambah teman SJ
52 (dalam kategorisasi rendah) namun juga bisa saling bercerita dan bertukar
hampir tidak mengalami perubahan informasi baik tentang kesehatan maupun
pada tekanan darah, yaitu menjadi pengalaman kehidupan.
142/88mmHg. Pada saat tindak lanjut, Setelah proses terapi kelompok,
nilai kesepian sedikit naik menjadi 53 nilai pascates kesepian pada SJ berkurang
walaupun masih dalam kategorisasi menjadi 44 (dalam kategorisasi rendah),
rendah. Walau demikian tekanan darah namun hampir tidak mengalami peru-
SR tidak mengalami perubahan yang bahan pada tekanan darah yaitu menjadi
berarti yaitu 140/80mmHg. Berikut 140/80mmHg. Pada saat tindak lanjut
perubahan yang terjadi pada SD selama nilai kesepian sedikit turun menjadi
proses penelitian: 41 walaupun masih dalam kategorisasi
160
rendah. Walau demikian, tekanan darah
140 SJ tidak mengalami perubahan yang
120
100 berarti yaitu 140/80mmHg. Berikut
tekanan darah
80
60 loneliness
perubahan yang terjadi pada SJ selama
40 proses penelitian:
20
0
160
pretest posttest follow up
140
120
Gambar 3. Skor kesepian dan tekanan darah saat 100
(Subjek SD) 80 tekanan darah

60 loneliness

40
4. Subjek IV (SJ) 20
0
SJ berusia 67 tahun. Berdasarkan pretest posttest follow up

hasil skala kesepian yang telah diisi


Gambar 4. Skor kesepian dan tekanan darah
sebelum mengikuti terapi kelompok SJ (Subjek SJ)
termasuk dalam kategori kesepian sedang

10 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012


Terapi Kelompok Untuk Mengurangi Kesepian ....

5. Subjek V (WY) perubahan, yaitu 150/80mmHg. Berikut


WY berusia 62 tahun. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada WY selama
hasil skala kesepian yang telah diisi proses penelitian:
sebelum mengikuti terapi kelompok 160
140
WY termasuk dalam kategori kesepian 120
sedang dengan nilai 76 dan tekanan 100
tekanan darah
80
darah 150/88 mmHg. Berdasarkan hasil 60 loneliness

40
observasi selama proses terapi kelompok 20

WY dapat berkomunikasi dan berbicara 0


pretest posttest follow up

secara baik dengan sesama anggota


Gambar 6. Skor kesepian dan tekanan darah
kelompok. WY cukup memiliki inisiatif
(Subjek WY)
untuk memulai bercerita. Selain itu
WY juga aktif dan sering kali bertanya
serta meminta pendapat kepada sesama
PEMBAHASAN
anggota kelompok tentang masalah apa Tujuan utama dari penelitian ini
yang sedang ia alami. adalah untuk mengetahui apakah terapi
kelompok dapat mengurangi kesepian
WY mengaku sangat antusias dengan pada lansia penderita hipertensi dan
pertemuan seperti ini. Menurutnya, perte- sekaligus mengetahui apakah dengan
muan bisa menjadi tempat saling berbagi menurunnya kesepian akan berpengaruh
informasi dan menjalin silahturahmi. pada tekanan darah subjek. Data statistik
WY juga merasa terbantu karena banyak menunjukkan bahwa ada perbedaan
masukan dan pelajaran yang bisa diambil kesepian yang signifikan antara kelompok
dan ia merasa didengar dan dipedulikan kontrol dan kelompok eksperimen pada
bila bercerita dalam kelompok ini. saat tindak lanjut. Dengan demikian
Setelah proses terapi kelompok, nilai dapat dikatakan apa yang didapatkan
pascates kesepian pada WY berkurang oleh kelompok eksperimen pada terapi
menjadi 65 (dalam kategorisasi sedang), kelompok masih berpengaruh terhadap
namun tekanan darah menjadi naik kesepian hingga jangka waktu kurang
yaitu menjadi 155/90mmHg. Sebelum lebih satu bulan.
pemeriksaan tekanan darah subjek Terapi kelompok ini memfasilitasi
berkata “ini pasti naik, soalnya beberapa setiap anggota kelompok untuk dapat saling
hari ini makan daging kambing terus”. berbagi informasi dan pengalaman. Selain
Pada saat tindak lanjut nilai kesepian itu setiap anggota kelompok memiliki
sedikit naik menjadi 68 walaupun kesempatan untuk menyampaikan keluh
masih dalam kategorisasi sedang. Walau kesah yang telah atau sedang dihadapi
demikian tekanan darah WY mengalami sebagai bentuk katarsis. Berdasarkan hasil

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012 11


Ardian Adi Putra, H. Fuad Nashori & Indahria Sulistyarini

observasi, pada awal pertemuan memang tolong menolong, kebersamaan, dan


tidak semua anggota langsung dapat senasib sepenanggungan. Berdasarkan
berkomunikasi atau bercerita secara aktif. penelitian yang dilakukan Cornwell dan
Pada pertemuan kedua dan seterusnya Waite (2009) diketahui ada hubungan
setiap anggota menjadi lebih aktif dan negatif antara faktor dukungan sosial
inisiatif untuk berbagi. dan kesepian pada lansia. Semakin
Terapi kelompok yang telah dilak- rendah dukungan yang didapatkan, maka
sanakan mampu memberikan fungsi tera- semakin tinggi kesepian dan sebaliknya.
peutiknya terhadap kelompok eksperi-men, Penelitian yang serupa juga menunjukkan
yaitu sebagai faktor dukungan (supportive bahwa kesepian berhubungan dengan
factors), faktor keterbukaan diri dan katarsis, kehilangan dukungan sosial (Pritchard &
faktor belajar kebijaksanaan atau kearifan Yalch, 2008).
dari anggota kelompok lainnya, serta Faktor keterbukaan diri dan katarsis.
faktor-faktor psikologis yang berkaitan Keterbukaan diri adalah bagaimana
dengan bagaimana menjalin hubungan seseorang membuka dirinya sendiri
dengan orang lain dan bagaimana dalam kelompok secara kognitif. Katarsis
memahami diri sendiri (Brabenden, adalah bagaimana seseorang membuka
Fallon, & Smolar, 2004). Setiap faktor dirinya sendiri di dalam kelompok
terapeutik yang dimunculkan dalam secara afektif dan memberikan kelegaan.
terapi kelompok memiliki keterkaitan Berdasarkan penelitian Honeycutt,
dan hubungan dalam memengaruhi Zagacki dan Edwards (1990) diketahui
kesepian pada diri individu, sehingga bahwa ada hubungan negatif antara
ketika setiap individu yang mendapatkan katarsis dan kesepian. Pengungkapan diri
atau merasakan fungsi teraupetik yang (katarsis) dapat menurunkan kesepian
terdapat dalam terapi kelompok akan pada individu.
mempengaruhi kondisi kesepian pada Faktor belajar kebijaksanaan atau
dirinya. kearifan dari anggota kelompok lainnya.
Faktor dukungan (supportive factors) Pembelajaran ini bisa berbentuk meniru
adalah salah satu yang paling penting dari pengalaman anggota lain bisa
dalam terapi kelompok. Setiap anggota menjadi seolah-olah dialami langsung.
yang masuk dalam terapi kelompok, selalu Berkaitan dengan faktor psikologis, dapat
dalam kondisi yang tidak menyenangkan dikatakan bahwa setiap anggota secara
dan dalam keadaan tidak nyaman langsung dapat menerima saran baik dari
tentang situasi yang mereka hadapi. anggota maupun terapis. Setiap anggota
Faktor-faktor dukungan berhubungan dapat belajar bagaimana berperan dalam
dengan memacu harapan, penerimaan, sebuah kelompok, dan dua hal yang tak

12 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012


Terapi Kelompok Untuk Mengurangi Kesepian ....

dapat dipisahkan, yaitu belajar bagaimana 100 mmol dapat meningkatkan tekanan
berhubungan dengan orang lain dan darah.
bagaimana memahami diri sendiri. Penelitian ini bila ditinjau secara
Terapi kelompok ini terbukti individual menunjukkan 4 dari 5 subjek
mampu mengurangi kesepian pada kelompok eksperimen mengalami peru-
lansia penderita hipertensi. Penelitian ini bahan, yaitu saat kesepian berkurang
sejalan dengan penelitian sebelumnya, tekanan darah pada subjek ikut menurun.
yaitu penelitian Capuzzi dan Cross Hal ini juga dijelaskan oleh penelitian
(Myers, 1991) yang menunjukkan adanya sebelumnya bahwa kesepian dapat
penurunan kesepian pada lansia setelah memengaruhi aktivitas kardiovaskular
mengikuti terapi kelompok. Penelitian sehingga bisa memengaruhi tekanan
sebelumnya juga menunjukkan bahwa darah (Bhatia, dkk, 2007). Penelitian
untuk penanganan kesepian jauh lebih yang dilakukan oleh Tomaka, Thompson,
efektif ditangani dengan kelompok dan Palacios (2006) menunjukkan
dibandingkan dengan individual (Windle, kesepian secara positif menjadi salah satu
Francis & Coomber, 2011). penyebab gangguan kardiovaskular dan
Hasil analisis data dalam penelitian meningkatnya tekanan darah.
ini juga menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan terhadap PENUTUP
perubahan tekanan darah sistolik maupun Hasil penelitian menunjukkan
tekanan diastolik pada subjek penelitian. bahwa terapi kelompok dapat mengurangi
Hal ini dapat disebabkan faktor-faktor kesepian pada lansia. Hasil analisis
eksternal yang dapat memengaruhi statistik penelitan ini juga menunjukkan
tekanan darah namun tidak dapat bahwa kesepian tidak memengaruhi
dikontrol. Pola makan (dietary) dapat penurunan tekanan darah pada lansia
menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini penderita hipertensi secara signifikan.
diperkuat dengan ungkapan dari salah
seorang subjek penelitian “ini pasti naik, DAFTAR PUSTAKA
soalnya beberapa hari ini makan daging
Adrian, D. (2009). Psikologi Perkemba-
kambing terus”. Berdasarkan penelitian
ngan: Lansia. http://www.psikomedia.
Johnson, dkk. (1995) pada 100 gram com/art/ pdf.php?id=2/09/03/2009.
daging kambing terdapat 102, 5 mmol
sampai dengan 115,4 mmol kadar zat Akhmadi. (2009). Permasalahan Lanjut
sodium dan penelitian yang dilakukan Usia. http://rajawana.com/index.php?
oleh Adrogue dan Madias (2007) bahwa view=article&catid=32:health&i
konsumsi sodium antara 50 mmol sampai d=326:permasalahan-lanjut-usia-
lansia& format=pdf /05/06/20.

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012 13


Ardian Adi Putra, H. Fuad Nashori & Indahria Sulistyarini

Androgue, H. J & Madias, N. E. (2007). Drennan, J., Treacy, M., Butler, M., Byrne,
Sodium and Potassium in the A., Fealy, G., Frazer, K., & Irving, K.
Pathogenesis of Hypertension. The (2008). The Experience of Social and
New England Journal of Medicine, Emotional Loneliness Among Older
356, 1966-1978. People in Ireland. Ageing & Society,
28, 1113-1132.
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi:
Psikologi Untuk Menemukan Makna Hawkley, L.C. & Capioppo, J.T. (2010).
Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Loneliness Matters: A Theoretical and
Jakarta: Rajagrafindo Persada. Empirical Review of Consequences
and Mechanisms. The Society of
Bhatia, S. P. S., Swami, H. M., Thakur,
Behavioral Medicine, 40, 218-227.
J. S., & Bhatia, V. (2007). A Study
of Health Problems and Loneliness Hawkley, L.C, Hughes, M.E, Waite,
Among the Elderly in Chandigarh. L.J, Masi, C.M, Thisted, R.A, &
Indian Journal of Community Cacioppo, J. T. (2008). From Social
Medicine, 32, 255-258. Structural Factors to Perceptions of
Relationship Quality and Loneliness:
Brabenden. V. A, Fallon. A. E, & Smolar.
The Chicago Health, Aging, and
A.I. (2004). Essensials of Group
Social Relations Study. Journal of
Therapy. New Jersey: Wiley & Sons,
Gerontology: Social Sciences, 63(6),
Inc.
375-384.
Capioppo, J. T., Hawkley, L.C., &
Holt-Lunstad, J., Uchino, B. N., Smith,
Crawford, L. E. (2002). Loneliness
T. W., Olson-Cerny, C. B., &
and Health: Potential Mechanisms.
Nealey-Moore, J. B. (2003). Social
Psychosomatic Medicine, 64, 407-417.
relationships and ambulatory blood
Cacioppo, J.T. (2006). Loneliness Is a pressure: Structural and qualitative
Unique Predictor of Age-Related predictors of cardiovascular function
Differences in Systolic Blood during everyday social interactions.
Pressure. Psychology and Aging, Health Psychology, 22, 388-397.
21(1), 152-164.
Honeycutt, J.M., Zagacki, K.S., dan
Cornwell, E. Y. & Waite, L. J. (2009). Edwards, R. (1990). Imagined
Social Disconnectedness, Perceived Interaction and Interpersonal
Isolation, and Health Among Older Communication. Communication
Adults. Journal of Health and Social Reports, 3(1), 2-8.
Behavior, 50, 31-48.

14 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012


Terapi Kelompok Untuk Mengurangi Kesepian ....

Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Pritchard, M. & Yalch, K. L. (2008).


Perkembangan: Suatu Pendekatan Relationships Among Loneliness,
Sepanjang Rentang Kehidupan. Interpersonal Dependency, and
Jakarta : Erlangga. Disordered Eating in Young
Adults. Personality and Individual
Ikhsan, M. (2010). Dampak Sosiologis
Differences, 27, 1-13.
Lansia. http://www.docstoc.com/
docs /23803465/dampak-sosiologis- Tomaka, J., Thompson, S., & Palacios
lansia/30/01/2010. R. (2006). The Relation of Social
Isolation, Loneliness, and Social
Johnson, D. D, Eastridge. J. S., Neubaeur,
Support to Disease Outcomes
D. R., & McGowan, C. H. (1995).
Among the Elderly. Journal of Aging
Effect of Sex Class on Nutrient
and Health, 18 (3), 359-384.
Content of Meat from Young Goat.
Journal of Animal Science, 73, 296 Windle, K., Francis, J & Coomber, C.
-301. (2011). Preventing Loneliness and
Social Isolation: Interventions and
Miedema, B & Tatemichi, S. (2003).
Outcomes. Social Care Institute for
Gender, Marital Status, Social
Excellent, 39, 2-15.
Networks and Health: Their Impact
on Loneliness in the Very Old. Yang, K. & Victor, C. R. (2008). The
Geriatrics Today, 6, 95-99. Prevalence of and Risk Factors for
Loneliness Among Older People in
Myers, J. E., Poidevant, J. P. & Dean, L.
China. Ageing & Society, 28, 305-
(1991). Groups For Older Persons
327.
And Their Caregivers: A Review Of
The Literature. Journal for Specialists
in Group Work, 16 (3), 197-205.

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 1 Juni 2012 15

You might also like