Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelompok 1
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Prestasi
Belajar, Lupa Dan Kejenuhan Belajar, Transfer Dalam Belajar, Dan Kesulitan Dalam
Belajar.
Adapun makalah tentang Prestasi Belajar, Lupa Dan Kejenuhan Belajar, Transfer
Dalam Belajar, Dan Kesulitan Dalam Belajar ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Ibu Siti Mumun Muniroh selaku dosen
mata kuliah Ilmu Pendidikan atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan
penulis tentang identitas nasional.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan baik dari segi
penyusun bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami membuka selebar-lebarnya bagi yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami,
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami mengharapkan semoga dari makalah ini kita dapat mengambil hikmah dan
manfaat sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Amin yaa robbal ‘alamin
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 19
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi prestasi belajar adalah suatu kegiatan atau proses penentuan nilai
pendidikan/belajar sehingga dapat diketahui mutu maupun hasil-hasilnya yang dapat
mempengaruh tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari
mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau ke kehidupan sehari-hari
diluar lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan
bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
memahami materi pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh dan dapat
dipindahkan tersebut dapat berupa pengetahuan,kemahiran intelektual, keterampilan
motorik atau afektif dan sebagainya.
Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses
pembelajaran harus membekali si pelajar dengan kemampuan-kemampuan yang
nantinya akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam belajar disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia terkadang
mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar. Peristiwa jenuh ini
kalau dialami siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat
membuat siswa merasa telah memubadzirkan usahanya. Di samping itu siswa juga
kadang mengalami kesulitan dalam belajar. Diantaranya kesulitan dalam menerima
materi dan kesulitan untuk berfikir.
Untuk itulah kami ingin memberikan masukan melalui penyusunan makalah
tentang "Prestasi belajar, lupa dan kejenuhan belajar, transfer dalam belajar, kesulitan
dalam belajar".
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Secara etimologi "evaluasi" berasal dan bahasa Inggris yaitu evaluation dari
akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut alqiamah
atau al-taqdir’ yang bermakna penilaian (evaluasi). Sedangkan secara harpiah, evaluasi
pendidikan dalam bahasa Arab sering disebut dengan al-taqdir altarbiyah yang diartikan
sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal yang berkaitan
dengan kegiatan pendidikan. Secara terminologi, beberapa ahli memberikan pendapat
tentang pengertian evaluasi diantaranya: Edwind dalam Ramayulis mengatakan bahwa
evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai
sesuatu (Ramayulis, 2002). M. Chabib Thoha, mendefinisikan evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk rnengetahui keadaan objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan
(Thoha, 1990).1
Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis
untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses,
orang, objek dan yang lainnya) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk
menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat
langsung membandingkan dengan kriteria umum, dapat pula melakukan pengukuran
terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian membandingkan dengan kriteria tertentu.
Dalam pengertian lain antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian merupakan kegiatan
yang bersifat hirarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus
dilaksanakan secara berurutan.2
Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Suryabrata (2005) mengatakan
bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu proses yang dinyatakan dalam bentuk
angka sebagai proses evaluasi yang diberikan pada akhir semester dalam bentuk rapor.
Pendapat lain dari Wuryani (dalam Asril, 2011) menyatakan bahwa prestasi belajar
1
Mahirah B, “Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa)”, Jurnal Idaarah, Vol. I, No. 2, Desember 2017, hal. 258.
2
Ibid.
adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar dan
diberikan oleh pengajar dalam jangka waktu yang sudah ditentukan sebagai hasil
penilaian belajar.3
Syah (2003) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan keberhasilan
seorang siswa dalam memahami materi pelajaran yang diperoleh dari hasil tes sejumlah
materi pelajaran tertentu di sekolah. Winkel (2004) mengungkapkan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil tes dalam bentuk angka yang diberikan pengajar ketika berada
dalam proses belajar mengajar, baik dari hasil tes maupun observasi terhadap siswa di
kelas.4
Sehingga dari pengertian evaluasi dan prestasi belajar dapat diartikan bahwa
evaluasi prestasi belajar merupakan pencapaian hasil belajar seorang siswa/i dalam
memahami materi pelajaran maupun hasil tes yang diberikan dan dinyatakan dalam
bentuk angka sebagai proses evaluasi yang diberikan di akhir semester dalam bentuk
rapor.5
B. Tujuan Evaluasi Prestasi Belajar
Kegiatan evaluasi dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan untuk
memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar siswa dan memberikan masukan
kepada guru mengenai apa yang dia lakukan dalam kegiatan pengajaran. Dengan kata
lain, evaluasi yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk mengetahui bahan bahan
pelajaran yang disampaikan apakah sudah dikuasi oleh siswa ataukah belum. Selain itu,
apakah kegiatan pegajaran yang dilaksanakannya itu sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan atau belum.6
Menurut Sudirman N, dkk, bahwa tujuan penilaian dalam proses pembelajaran
adalah:
1. Mengambil keputusan tentang hasil belajar.
2. Memahami siswa.
3. Memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.7
3
Prisca Febrian Liauwrencia dan Denny Putra, “Hubungan antara Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Siswa
Kelas XII Ipa2 Tahun Ajaran 2013/2014 di SMA Dharma Putra Tangerang”, Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni
2014, hal. 65.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Mahirah B, Op. Cit, hal. 261.
7
Ibid.
C. Fungsi Evaluasi Prestasi Belajar
8
Ibid, hal 262.
9
Ibid.
10
Ibid, hal. 262-263.
1. Memahami sesuatu: mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan
prasarana, dan kondisi dosen.
2. Membuat keputusan: kelanjutan program penanganan “masalah", dll.
3. Meningkatkan kualitas PBM: komponen-komponen PBM.11
Sementara secara lebih khusus evaluasi akan member manfaat bagi pihak-pihak
yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan kepala sekolah.
1. Bagi Siswa; mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran Memuaskan
atau tidak memuaskan.
2. Bagi Guru;
a. Mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan melanjutkan
remedial atau pengayaan,
b. Ketepatan materi yang diberikan jenis, lingkup, tingkat kesulitan,
c. Ketepatan metode yang digunakan.
3. Bagi Sekolah;
a. Hasil belajar cermin kualitas sekolah,
b. Membuat program sekolah,
c. pemenuhan standar.12
Dengan demikian dapatlah difahami bahwa evaluasi sangat perlu/bermanfaat
dan merupakan syarat mutlak untuk perbaikan, agar mempunyai makna yang signifikan
bagi semua pihak. Jika kita temukan hubungan antara hasil belajar dengan efektivitas
metode mengajar terbukalah kemungkinan untuk mengadakan perbaikan. Sebelum kita
mengevaluasi kemampuan metode baru pada sejumlah peserta didik, perlu kita pikirkan
bahwa proses pembelajaran itu dinamis, senantiasa terjadi perubahan pada guru
maupun murid dalam interaksi itu. Di samping hasil belajar seperti diharapkan oleh
guru mungkin timbul pula hasil sampingan yang positif maupun negatif misalnya,
murid-murid menguasai bahan yang disajikan akan tetapi Ia disamping itu merasa
senang atau benci terhadap tindakan pribadi gurunya.13
11
Ibid, hal.265.
12
Ibid. hal.266.
13
Ibid.
Lupa dan Kejenuhan Belajar
E. Proses terjadinya kelupaan dalam belajar
Secara harfiah kejenuhan mempunyai arti padat atau penuh, sehingga tidak
mampu lagi memuat apapun, selain jenuh juga berarti jemu atau bosan. Seorang siswa
yang dalam keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja dengan baik
sebagaimana mestinya dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru.
Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa yang melampaui batas
kemampuan jasmaniahnya karena lelah dan bosan. Namun kejenuhan yang umum
terjadi adalah karena keletihan yang melanda siswa, sehingga mereka bisa berperilaku
menyimpang seperti membolos, melalaikan tugas, dan mogok belajar. Keletihan siswa
dapat dikategorikan menjadi tiga macam keletihan yaitu keletihan indera siswa,
keletihan fisik, dan keletihan mental.
Keletihan fisik dan indera seperti mata, telinga atau indera yang lainnya. Pada
umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa istirahat cukup,
terutama tidur nyenyak dan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, dan
sebaliknya keletihan pada mental tidak dapat diatasi dengan cara yang sederhana seperti
14
Rizma Fithri, S.Psi, M.Si, Buku Perkuliahan Psikologi Belajar, (Surabaya: 2014) hlm 134-137
cara untuk mengatasi keletihan lainnya. Itulah sebabnya keletihan mental dipandang
sebagai faktor utama munculnya kejenuhan belajar.
Sedikitnya ada 4 faktor yang menyebabkan keletihan belajar pada siswa.
1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh
keletihan itu sendiri.
2. Karena kecemasan siswa terhadap standar atau patokan keberhasilan bidang
studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi, terutama ketika siswa tersebut
sedang merasa bosan mempelajari studi tadi.
3. Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan
menuntut kerja intelek yang berat.
4. Karena siswa mempelajari konsep kinerja akademik yang optimum sedangkan
dia sendiri menilai belajar hanya berdasarkan pada ketentuan yang ia buat
sendiri (self – imposed).15
I. Mengatasi Kejenuhan Belajar
15
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) hlm 66
16
Ibid, hlm 69
Kiat lainnya yang dapat diusahakan adalah dengan menumbuhkan
motivasi. Morgan dalam bukunya Introduction To Psykology, menjelaskan
bahwa siswa yang malas itu disebabkan karena adanya insentif yang menarik
bagi dirinya dan ia pun tidak merasakan perasaan yang menyenangkan dari
pembelajaran. Insentif dan perasaan menyenangkan ini menjadi dorongan yang
berarti bagi siswa, seseorang berperilaku tertentu karena ingin mendapatkan
sesuatu.
Pujian dari guru merupakan salah satu insentif dari guru yang cukup
berpengaruh bagi siswa, hal ini menunjukkan adanya penghargaan dan
perhatian dari guru, dan siswa sering kali haus akan pujian dan akan merasa
senang apabila mendapatkan pujian dari gurunya. Sehingga daripada
memberikan perhatian kepada siswa ketika siswa tidak mau belajar dengan
marah-marah dan hanya berkomentar yang merendahkan siswa, akan lebih
efektif perhatian dari guru yang diarahkan pada suatu hal yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri dan kemauan untuk mencari informasi.
Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasil belajar pada masa lalu
seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang. Inilahyang
disebut transfer belajar.17
Sedangkan Slameto merumuskan bahwa transfer adalah pengaruh hasil
belajar yang telah diperolah pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil
belajar yang dilakukan kemudian.
Dan menurut W.S Winkel dalam bukunya “Psikologi pengajaran” bahwa
transfer belajar berasal dari bahasa inggris “Transfer of learning” atau “ transfer of
training” yang berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari
bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan seharihari di luar
lingkup pendidikan sekolah.
Dari beberapa rumusan transfer belajar yang diajukan oleh para ahli di
atas, meskipun terdapat perbedaan dalam susunan kata-kata dan kalimat, namun intinya
sama yaitu “pemindahan pengaruh” atau pengaruh kemampuan atau keterampilan
17
Ibid, 159
melakukan sesuatu yang dikuasai terhadap kemampuan atau keterampilan
melakuakan sesuatu yang lain yang akan dikuasai.18
K. Ragam Transfer Belajar
1. Transfer Positif
Transfer positif yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan
belajar selanjutnya. Transfer positif memungkinkan seseorang siswa dalam
menghadapi situasi yang baru memperoleh kebaikan-kebaikan, dan bahkan
dalam menghadapi itu dapat lebih efektif dan efisien. Transfer positif dapat
terjadi dalam diri seseorang siswa bila guru membantu untuk belajar dalam
situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi
lainnya.
2. Transfer Negatif
Transfer negatif yaitu transfer yang berakibat buruk terhadap
kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami siswa bila ia
belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap
keterampilan atau pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi yang lain.
3. Transfer Vertikal
Transfer vertikal adalah transfer yang berkaitan baik terhadap
kegiatan belajar dalam mempelajari pengetahuan/keterampilan yang lebih
tinggi atau rumit. Misalnya: siswa yang telah menguasai prinsip penjumlahan
dan pengurangan pada waktu memduduki kelas II akan mudah mempelajari
perkalian pada waktu dia menduduki kelas III.
4. Transfer Lateral
Transfer lateral yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan
belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Transfer lateral ini dapat
terjadi dalam diri siswa bila ia mampu menggunakan materi yang telah
dipelajarinya untuk materi yang sama rumitnya dalam situasi-situasi yang lain.
Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar
siswa tersebut.
L. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar
18
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. Ke-2, hlm 223
a. Taraf Inteligensi dan Sikap
Faktor ini berasal dari anak didik, dan berkisar pada masalah
kapasitas dasar (kemampuan dasar), sikap, minat, dan lain sebagainya.
Kapasitas dasar atau kemampuan dasar adalah membantu timbulnya transfer
belajar.
b. Metode Guru Dalam Mengajar
Faktor ini berasal dari guru dan berkisar antara lain pada
penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan bahan, dan sebagainya.
Dengan bahan yang sama akan menghasilkan hasil yang berbeda,
disebabakan perbedaan dalam pemakaian metode mengajar.
c. Isi Mata Pelajaran
Hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
yang lain menjadi penengah yang dapat menimbulkan transfer dalam
belajar. Suatu mata pelajaran yang dapat dikuasai bisa dijadikan landasan untuk
menguasai mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun prinsip-
prinsipnya.19
19
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-2, hlm 126
Biasanya juga mengalami hambatan dalam sosialisasi di sekolah, bahkan
tindakan agresif muncul dalam pergaulan. Ada 2 sumber utama siswa mengalami
kesulitan belajar yaitu faktor endogen dan faktor eksogen :
a. Faktor Endogen
Faktor endogen merupakan semua faktor yang terdapat pada diri anak,
faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor fisik dan faktor psikis.
Anak yang kurang sehat akibat kurang gizi dengan sendirinya akan mengalami
kekurangan dalam daya tangkap dan kemampuan dalam belajarnya, jika
dibandingkan dengan anak yang sehat dengan gizi yang cukup. Dari dalam diri
siswa yang termasuk ke dalam faktor fisik yaitu bisa berupa gangguan pada
otak, gangguan panca indera. Faktor psikis bisa berupa gangguan dari
intelegensi anak, faktor perhatian dari guru yang juga turut mempengaruhi hasil
atau tingkat kesulitan belajar pada anak. Bagi seorang anak yang mempelajari
sesuatu yang menarik perhatian akan lebih mudah diterima dari pada
mempelajari hal-hal yang kurang menarik dan memerlukan daya ingat yang
cukup besar dan anak biasanya lebih tertarik pada sesuatu yang menyenangkan.
Gangguan pada otak dapat mengakibatkan persepsi siswa terganggu,
sehingga mereka tidak mampu menangkap pelajaran. Menurut dr. Abdul Bar
Hamid (dari bagian neurologi FKUI/RSCM) menjelaskan bahwa anak yang
mengalami disfungsi minimal otak (DMO) sering kali sulit belajar. Gejala-
gejala DMO bisa berupa kesulitan belajar spesifik atau kelainan perilaku.
Gejala-gejala spesifik dapat berupa :
1) Gangguan wicara atau bahasa (disfasia)
2) Gangguan atensi (hiperatifitas)
3) Kesulitan membaca (disleksia)
4) Kesulitan menulis (disfragia)
5) Tidak terampil (dispraksia)
Cacat pada fisik ada kalanya menjadi penghambat belajar, sebab siswa
yang mempunyai cacat pada fisik terkadang juga mengalami gangguan psikis
seperti mereka menjadi minder, malu, merasa dikucilkan dan terkadang
mencoba menutup-nutupi keadaan dengan tingkah laku yang unik atau tidak
dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
b. Faktor Eksogen
Faktor eksogen merupakan semua faktor yang terdapat pada luar diri
anak, penyebab kesulitan dari luar dapat berupa keadaan keluarga, sarana dan
prasarana sekolah dan kondisi sosial masyarakat. Keadaan keluarga juga turut
menentukan keberhasilan belajar pada anak. Keluarga yang harmonis, penuh
perhatian dan paham akan pentingnya pendidikan anak merupakan motivator
utama untuk anak berprestasi. Lain halnya dengan keadaan keluarga yang
disharmonis dapat membuat konsentrasi siswa menjadi terganggu, pikirannya
terpecah antara tugas dari sekolah dan suasana rumah yang tidak nyaman.
Suasana sekolah yang tidak ideal juga dapat menjadi penyebab kesulitan
dalam belajar siswa, atau jumlah siswa terlalu banyak dalam satu kelas juga
dapat mengganggu kenyamanan belajar karena perhatian dari guru menjadi
terpecah. Terkadang perhatian guru sering berkonsentrasi pada siswa yang
berprestasi dan aktif di kelas, sementara yang siswa yang kurang aktif biasanya
kurang diperhatikan.
Pendekatan dan metode proses belajar mengajar harus bervariasi karena
jika proses belajar mengajar monoton akan menyebabkan kejenuhan dalam
belajar. Potensi siswa tidak sepenuhnya tergali bahkan selalu kurang kontrol
dalam pengembangan kemampuan, apabila hal tersebut dibiarkan bukan tidak
mungkin akan dapat menambah permasalahan baru dan dapat menghambat
belajar dan biasanya siswa menjadi malas belajar.
Lingkungan dan sarana di sekolah turut menunjang keberhasilan belajar
siswa. Lingkungan sekolah yang asri dan bersih dapat membuat kesan tersendiri
bagi siswa. Sarana proses belajar mengajar yang lengkap tentu akan menambah
motivasi belajar siswa dan sebaliknya sarana yang kurang mendukung dapat
mengakibatkan penyampaian pelajaran yang kurang baik.
Kondisi sosial masyarakat akan berpengaruh terhadap perkembangan
siswa, siswa yang hidup dalam lingkungan yang rusak mempunyai
kemungkinan yang cukup besar akan tumbuh mentalitas yang rusak pula,
penyakit sosial yang timbul jelas akan sangat mempengaruhi moralitas
seseorang. Siswa dalam masa remaja, masa mencari identitas akan sangat rawan
adanya pengaruh dari lingkungan yang bersifat negatif. Maka dari itu untuk
mencegah munculnya penyebab-penyebab munculnya kesulitan belajar pada
siswa, perlu adanya kerja sama antara siswa, orang tua dan sekolah, gejala-
gejala yang sekecil apapun agar tidak dianggap sepele tetapi segera mungkin
dicari solusi yang tepat. Penyebab kesulitan belajar pada siswa bisa ditelusuri
oleh guru, bimbingan dan konseling, psikolog, psikiater, ataupun dokter.
Apabila sudah diketahui penyebabnya tentu akan mudah untuk
memperbaikinya.20
20
Muhibbin Syah, Op.Cit, Psikologi Belajar, hlm 62
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan dalam proses
pembelajaran setelah melalui tahap tes yang dinyatakan dalam bentuk nilai berupa
angka.
Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali
informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Jenuh belajar adalah yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak
adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar
pada waktu tertentu.
Transfer belajar merupakan pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang
diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan
sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah.
Kesulitan belajar adalah segala masalah atau hal yang mempengaruhi sistem
belajar setiap individu atau kelompok sehingga proses penerimaan belajar sulit untuk
berkembang dan diterima oleh setiap individu dan kelompok tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mahirah. 2017. Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa). Jurnal Idaarah. 1, (2), 258
Liauwrencia, Prsca Febrian dan Putra Denny. 2014. Hubungan Antara Konsep Diri dengan
Belajar Siswa Kelas XII IPA 2 Tahun Ajaran 2013/2014 Di SMA Dharma Putra Tangerang.
Tangerang.
Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ahmadi Abu dan Supriyono Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.