You are on page 1of 23

PRESTASI BELAJAR, LUPA DAN KEJENUHAN BELAJAR, TRANSFER

DALAM BELAJAR, DAN KESULITAN DALAM BELAJAR

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Siti Mumun Muniroh

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. M. An’iem Falahuddin (2518009)


2. Naili Fuadah (2518017)
3. Siti Magfiroh (2518022)
4. Nagia (2518027)
5. Himmatul Aliah (2518028)
6. Ade Ardian Pramudya (2518043)
7. Bunga Ayu Ningrum (2518085)

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Prestasi
Belajar, Lupa Dan Kejenuhan Belajar, Transfer Dalam Belajar, Dan Kesulitan Dalam
Belajar.

Adapun makalah tentang Prestasi Belajar, Lupa Dan Kejenuhan Belajar, Transfer
Dalam Belajar, Dan Kesulitan Dalam Belajar ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Ibu Siti Mumun Muniroh selaku dosen
mata kuliah Ilmu Pendidikan atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan
penulis tentang identitas nasional.

Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan baik dari segi
penyusun bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami membuka selebar-lebarnya bagi yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami,
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami mengharapkan semoga dari makalah ini kita dapat mengambil hikmah dan
manfaat sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Amin yaa robbal ‘alamin

Pekalongan, 23 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

A. Pengertian Evaluasi Pretasi Belajar ..................................................................... 3

B. Tujuan Evaluasi Prestasi Belajar .......................................................................... 4

C. Fungsi Evaluasi Prestasi Belajar .......................................................................... 5

D. Manfaat Evaluasi Prestasi Belajar ....................................................................... 5

E. Proses Terjadinya Kelupaan Dalam Belajar ......................................................... 7

F. Faktor Penyebab Lupa .......................................................................................... 8

G. Kiat Mengurangi Lupa Dalam Belajar ............................................................... 10

H. Pengertian Kejenuhan Belajar............................................................................ 11

I. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar ...................................................................... 12

J. Pengertian Transfer Belajar ................................................................................. 13

K. Ragam Dalam Belajar ......................................................................................... 14

L. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar ..................... 14

M. Faktor-Faktor Kesulitan Dalam Belajar ............................................................ 15

BAB III PENUTUP................................................................................................ 19

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 20


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi prestasi belajar adalah suatu kegiatan atau proses penentuan nilai
pendidikan/belajar sehingga dapat diketahui mutu maupun hasil-hasilnya yang dapat
mempengaruh tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari
mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau ke kehidupan sehari-hari
diluar lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan
bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
memahami materi pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh dan dapat
dipindahkan tersebut dapat berupa pengetahuan,kemahiran intelektual, keterampilan
motorik atau afektif dan sebagainya.
Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses
pembelajaran harus membekali si pelajar dengan kemampuan-kemampuan yang
nantinya akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam belajar disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia terkadang
mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar. Peristiwa jenuh ini
kalau dialami siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat
membuat siswa merasa telah memubadzirkan usahanya. Di samping itu siswa juga
kadang mengalami kesulitan dalam belajar. Diantaranya kesulitan dalam menerima
materi dan kesulitan untuk berfikir.
Untuk itulah kami ingin memberikan masukan melalui penyusunan makalah
tentang "Prestasi belajar, lupa dan kejenuhan belajar, transfer dalam belajar, kesulitan
dalam belajar".
B. Rumusan Masalah

Evaluasi Prestasi Belajar

1. Apa pengertian evaluasi prestasi belajar?


2. Apa saja tujuan evaluasi prestasi belajar?
3. Apa fungsi evaluasi prestasi belajar?
4. Apa manfaat evaluasi prestasi belajar?
Lupa dan Kejenuhan Belajar

1. Bagaimana proses terjadinya kelupaan dalam belajar?


2. Apa saja faktor penyebab lupa?
3. Apa saja kiat-kiat mengurangi lupa dalam belajar?
4. Apa pengertian kejenuhan belajar?
5. Bagaimana cara mengatasi kejenuhan belajar?

Transfer Dalam Belajar

1. Apa pengertian transfer belajar?


2. Apa saja ragam dalam transfer belajar?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer belajar?

Kesulitan Dalam Belajar

1. Apa saja faktor-faktor kesulitan dalam belajar?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian evaluasi prestasi belajar.


2. Mengetahui tujuan evaluasi prestasi belajar.
3. Mengetahui fungsi evaluasi prestasi belajar.
4. Mengetahui manfaat evaluasi prestasi belajar.
5. Mengetahui proses terjadinya kelupaan dalam belajar.
6. Mengetahui faktor penyebab lupa.
7. Mengetahui kiat-kiat mengurangi lupa dalam belajar.
8. Mengetahui pengertian kejenuhan belajar.
9. Mengetahui cara mengatasi kejenuhan belajar.
10. Mengetahui pengertian transfer belajar.
11. Mengetahui ragam dalam transfer belajar.
12. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer belajar.
13. Mengetahui faktor-faktor kesulitan dalam belajar.
BAB II

PEMBAHASAN

Evaluasi Prestasi Belajar

A. Evaluasi Prestasi Belajar

Secara etimologi "evaluasi" berasal dan bahasa Inggris yaitu evaluation dari
akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut alqiamah
atau al-taqdir’ yang bermakna penilaian (evaluasi). Sedangkan secara harpiah, evaluasi
pendidikan dalam bahasa Arab sering disebut dengan al-taqdir altarbiyah yang diartikan
sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal yang berkaitan
dengan kegiatan pendidikan. Secara terminologi, beberapa ahli memberikan pendapat
tentang pengertian evaluasi diantaranya: Edwind dalam Ramayulis mengatakan bahwa
evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai
sesuatu (Ramayulis, 2002). M. Chabib Thoha, mendefinisikan evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk rnengetahui keadaan objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan
(Thoha, 1990).1
Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis
untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses,
orang, objek dan yang lainnya) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk
menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat
langsung membandingkan dengan kriteria umum, dapat pula melakukan pengukuran
terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian membandingkan dengan kriteria tertentu.
Dalam pengertian lain antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian merupakan kegiatan
yang bersifat hirarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus
dilaksanakan secara berurutan.2
Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Suryabrata (2005) mengatakan
bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu proses yang dinyatakan dalam bentuk
angka sebagai proses evaluasi yang diberikan pada akhir semester dalam bentuk rapor.
Pendapat lain dari Wuryani (dalam Asril, 2011) menyatakan bahwa prestasi belajar

1
Mahirah B, “Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa)”, Jurnal Idaarah, Vol. I, No. 2, Desember 2017, hal. 258.
2
Ibid.
adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar dan
diberikan oleh pengajar dalam jangka waktu yang sudah ditentukan sebagai hasil
penilaian belajar.3
Syah (2003) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan keberhasilan
seorang siswa dalam memahami materi pelajaran yang diperoleh dari hasil tes sejumlah
materi pelajaran tertentu di sekolah. Winkel (2004) mengungkapkan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil tes dalam bentuk angka yang diberikan pengajar ketika berada
dalam proses belajar mengajar, baik dari hasil tes maupun observasi terhadap siswa di
kelas.4
Sehingga dari pengertian evaluasi dan prestasi belajar dapat diartikan bahwa
evaluasi prestasi belajar merupakan pencapaian hasil belajar seorang siswa/i dalam
memahami materi pelajaran maupun hasil tes yang diberikan dan dinyatakan dalam
bentuk angka sebagai proses evaluasi yang diberikan di akhir semester dalam bentuk
rapor.5
B. Tujuan Evaluasi Prestasi Belajar

Kegiatan evaluasi dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan untuk
memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar siswa dan memberikan masukan
kepada guru mengenai apa yang dia lakukan dalam kegiatan pengajaran. Dengan kata
lain, evaluasi yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk mengetahui bahan bahan
pelajaran yang disampaikan apakah sudah dikuasi oleh siswa ataukah belum. Selain itu,
apakah kegiatan pegajaran yang dilaksanakannya itu sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan atau belum.6
Menurut Sudirman N, dkk, bahwa tujuan penilaian dalam proses pembelajaran
adalah:
1. Mengambil keputusan tentang hasil belajar.
2. Memahami siswa.
3. Memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.7

3
Prisca Febrian Liauwrencia dan Denny Putra, “Hubungan antara Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Siswa
Kelas XII Ipa2 Tahun Ajaran 2013/2014 di SMA Dharma Putra Tangerang”, Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni
2014, hal. 65.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Mahirah B, Op. Cit, hal. 261.
7
Ibid.
C. Fungsi Evaluasi Prestasi Belajar

Berdasarkan Undang-undang RI tentang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 58 ayat


1 bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk membantu proses,
kemajuan, dan perkembangan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Menurut M. Ngalim Purwanto bahwa kewajiban bagi setiap guru untuk melaksanakan
kegiatan evaluasi itu (Purwanto, 1991). Hal ini karena pada akhirnya guru harus
memberikan informasi lembaganya ataupun kepada siswanya itu sendiri, mengenai
bagaimana dan sampai dimana penguasaan dan kemampuan telah dicapai oleh siswa
tentang materi dan keterampilan mengenai mata pelajaran yang telah diberikannya.8
Jahja Qohar Al-Haj, mengemukakan bahwa fungsi evaluasi dari sisi siswa secara
individual, dan dari segi program pengajaran.
a. Dilihat dari segi siswa secara individu, evaluasi berfungsi sebagai mengetahui
tingkat pencapaian siswa dalam suatu proses pembelajaran yaitu:
1. Menetapkan keefektifan pengajaran dan rencana kegiatan.
2. Memberi basis Laporan kemajuan siswa.
3. Menetapkan kenaikkan dan kelulusan.
b. Dilihat dari segi program pengajaran, evaluasi berfungsi:
1. Memberi dasar pertimbangan kenaikan dan promosi siswa.
2. Memberi dasar penyusunan dan penempatan kelompok siswa yang
homogen.
3. Diagnosis dan remedial pekerjaan siswa.
4. Memberi dasar pembimbingan dan penyuluhan.
5. Dasa pemberian angka dan rapor bagi kemajuan belajar siswa.9
6. Memberi motivasi belajar bagi siswa.
7. Mengidentifikasi dan mengkaji kelainan siswa.
8. Menafsirkan kegiatan sekolah ke dalam masyarakat.
9. Untuk mengadministrasi sekolah.10
D. Manfaat Evaluasi
Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam
pembelajaran, yaitu:

8
Ibid, hal 262.
9
Ibid.
10
Ibid, hal. 262-263.
1. Memahami sesuatu: mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan
prasarana, dan kondisi dosen.
2. Membuat keputusan: kelanjutan program penanganan “masalah", dll.
3. Meningkatkan kualitas PBM: komponen-komponen PBM.11
Sementara secara lebih khusus evaluasi akan member manfaat bagi pihak-pihak
yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan kepala sekolah.
1. Bagi Siswa; mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran Memuaskan
atau tidak memuaskan.
2. Bagi Guru;
a. Mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan melanjutkan
remedial atau pengayaan,
b. Ketepatan materi yang diberikan jenis, lingkup, tingkat kesulitan,
c. Ketepatan metode yang digunakan.
3. Bagi Sekolah;
a. Hasil belajar cermin kualitas sekolah,
b. Membuat program sekolah,
c. pemenuhan standar.12
Dengan demikian dapatlah difahami bahwa evaluasi sangat perlu/bermanfaat
dan merupakan syarat mutlak untuk perbaikan, agar mempunyai makna yang signifikan
bagi semua pihak. Jika kita temukan hubungan antara hasil belajar dengan efektivitas
metode mengajar terbukalah kemungkinan untuk mengadakan perbaikan. Sebelum kita
mengevaluasi kemampuan metode baru pada sejumlah peserta didik, perlu kita pikirkan
bahwa proses pembelajaran itu dinamis, senantiasa terjadi perubahan pada guru
maupun murid dalam interaksi itu. Di samping hasil belajar seperti diharapkan oleh
guru mungkin timbul pula hasil sampingan yang positif maupun negatif misalnya,
murid-murid menguasai bahan yang disajikan akan tetapi Ia disamping itu merasa
senang atau benci terhadap tindakan pribadi gurunya.13

11
Ibid, hal.265.
12
Ibid. hal.266.
13
Ibid.
Lupa dan Kejenuhan Belajar
E. Proses terjadinya kelupaan dalam belajar

Daya ingatan kita tidaklah sempurna.Banyak hal-hal yang pernah diketahui,


tidak dapat diingat kembali, atau dilupakan. Lupa (Forgetting) adalah hilangnya
kemampuan untuk menyebutkan atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya
telah kita pelajari. Menurut Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai
ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau
dialami. Lupa adalah suatu fenomena umum, ia merupakan suatu pengendalian biologis
yang membantu kita memertahankan keseimbangan dalam dunia yang dipenuhi oleh
rangsangan sensor (Mahmud,H.2005:139) Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa
hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Dewasa ini ada empat cara
untuk menerangkan proses lupa. Keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan
saling mengisi :
a. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak. Kalau materi
yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme
otak, lambat laun jejak materi itu akan terhapus dari otak dan kita tak dapat
mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami
perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prisip sebagai
berikut :
1. Penghalusan : Materi berubah bentunya kearah bentuk yang lebih
simetris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuknya asli tidak
diingat lagi.
2. Penegasan : Bagian-bagian yang paling menyolok dari suatu hal adalah
yang paling mengesankan, dan karena itu dalam ingatan bagian-bagian
ini dipertegas, sehingga yang diingat hanya bagian-bagian yang
menyolok ini dan bentuk keseluruan tidak begitu diingat. Misalnya, kita
melihat seseorang dengan hidung mancung. Karena terkesan oleh
hidungnya, maka dalam mengingat orabg itu kita hanya ingat akan
hidungnya, sedangkan bagaimana wajah orang itu sebenarnya tidak kita
ingat lagi.
3. Asimilasi : Bentuk yang mirip botol, misalnya, akan kiata ingat sebagai
botol, sekalipun bentuk itu bukan botol sama sekali. Dengan demikian
kita hanya ingat akansebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli.
Perubahan materi disini disebabkan karena kita cenderunguntuk
mencari bentuk yang ideal dan lebih sempurna.
4. Kalau kita mempelajari hal yang baru, mungkin hal-hal yang sudah kita
ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Misalnya, seorang anak menghafal
nama kota-kota dijawa barat. Setelah itu ia mengahafal nama kota-kota
dijawa tengah. Pada waktu ia sudah menghafal materi kedua, materi
pertama sudah lupa lagi. Dengan perkataan lain, materi kedua
menghambat dapat diingatnya materi pertama. Hambatan seperti ini
disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru
kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh
adanya materi lain yang sudah terlebih dahulu dipelajari. Hambatan
seperti ini disebut hambatan proaktif.
5. Ada kalanya kita melupakan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-
peristiwa yang mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan
sebagainya, pendek kata semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati
nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang
sengaja ini kadang-kadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam
kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim represi dapat
menyebabkan amnesia, yaitu lupa akan namanya sendiri, akan
alamatnya sendiri, akan orang tua, akan anak-istri dan akan semua hal
yang bersangkutpaut dengan dirinya sendiri. Amnesia ini dapat ditolong
atau disembuhkan melalui suatu peristiwa yang begitu dramatisnya
sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita.
F. Faktor-faktor penyebab lupa
Beberapa faktor penyebab lupa adalah sebagai berikut:
a. Lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item
informasi atau materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam
interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini
terbagi menjadi dua, yaitu:
1. practice interference;
2. retroactive interference (Reber 1988; Best 1989; Anderson
1990).
Seorang siswa akan mengalami gangguan proactive apabila
materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem
akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran
baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut
mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan
materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu
yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja dipelajari akan
sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Sebaliknya, seorang
siswa akan mengalami ganguan retroactive apabila materi
pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap
pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih
dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa
tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit
diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain siswa tersebut
lupa akan materi peajaran lama itu.
b. Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya tekanan
terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini
terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan,
dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan,
sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam
ketidaksadaran.
2. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item
informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena
retroactive.
3. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali)
itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran
tidak pernah dipergunakan.
c. Lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikapdan minat siswa
terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang
siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius,
tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi
sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka materi
pelajaran itu akan mudah terlupakan.
d. Menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi
karena sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunaakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi
yang diperlakukan demikian akan masuk ke alam bawah sadar atau
mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
e. Lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak.
Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alcohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan ata item-
item informasi yang ada dalam memori permanennya.
G. Kiat mengurangi lupa dalam belajar
Beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengurangi lupa dalam belajar adalah
sebagai berikut:
a Over learning
Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas
penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Over learning terjadi apabila
respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas
respon tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat
dipakai untuk over learning, antara lain pembacaan teks Pancasila pada setiap
hari Senin memungkinkan ingatan siswa terhadap teks Pancasila lebih kuat.
b Extra study time
Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan
alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi aktivitas belajar. Penambahan
alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar,
misalnya dari satu jam menjadi dua jam waktu belajar. Penambahan frekuensi
belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya
dari sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup strategis
karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
c Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut
mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk
memasukkan item-item informasi ke dalam system akal siswa. Muslihat
mnemonic ini banyak ragamnya, yang paling menonjol adalah sebagaimana
terurai di bawah ini:
1. Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang
harus diingat siswa. Pembuatan singkatan-singkatan ini seyogianya
dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan memiliki kesan
tersendiri.
2. System kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonic
yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah
dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen
pasak ini dibentuk berpasangan yang memiliki kesamaan watak (baik itu
warna, rasa, dan seterusnya). Misalnya langit-bumi; panas-api; merah-
darah; dan seterusnya.
d Clustering
Clustering (pengelompokkan) ialah menata ulang item-item materi
menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa
item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
Penataan ini direkayasa sedimikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item materi
sehingga mudah untuk dihafalkan.14
H. Pengertian Kejenuhan Belajar

Secara harfiah kejenuhan mempunyai arti padat atau penuh, sehingga tidak
mampu lagi memuat apapun, selain jenuh juga berarti jemu atau bosan. Seorang siswa
yang dalam keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja dengan baik
sebagaimana mestinya dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru.
Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa yang melampaui batas
kemampuan jasmaniahnya karena lelah dan bosan. Namun kejenuhan yang umum
terjadi adalah karena keletihan yang melanda siswa, sehingga mereka bisa berperilaku
menyimpang seperti membolos, melalaikan tugas, dan mogok belajar. Keletihan siswa
dapat dikategorikan menjadi tiga macam keletihan yaitu keletihan indera siswa,
keletihan fisik, dan keletihan mental.
Keletihan fisik dan indera seperti mata, telinga atau indera yang lainnya. Pada
umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa istirahat cukup,
terutama tidur nyenyak dan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, dan
sebaliknya keletihan pada mental tidak dapat diatasi dengan cara yang sederhana seperti

14
Rizma Fithri, S.Psi, M.Si, Buku Perkuliahan Psikologi Belajar, (Surabaya: 2014) hlm 134-137
cara untuk mengatasi keletihan lainnya. Itulah sebabnya keletihan mental dipandang
sebagai faktor utama munculnya kejenuhan belajar.
Sedikitnya ada 4 faktor yang menyebabkan keletihan belajar pada siswa.
1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh
keletihan itu sendiri.
2. Karena kecemasan siswa terhadap standar atau patokan keberhasilan bidang
studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi, terutama ketika siswa tersebut
sedang merasa bosan mempelajari studi tadi.
3. Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan
menuntut kerja intelek yang berat.
4. Karena siswa mempelajari konsep kinerja akademik yang optimum sedangkan
dia sendiri menilai belajar hanya berdasarkan pada ketentuan yang ia buat
sendiri (self – imposed).15
I. Mengatasi Kejenuhan Belajar

Sebelum bicara mengenai kiat-kiat mengatasi kejenuhan belajar pada anak,


terlebih dahulu faktor-faktor yang menjadi penyebab dari kejenuhan belajar. Apakah
dari keletihan fisik atau kejenuhan belajar pada anak disebabkan karena metode
pengajaran yang monoton. Terdapat beberapa kiat-kiat untuk mengatasi keletihan pada
mental yang menyebabkan kejenuhan belajar antara lain :
a. Melakukan istirahat dan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi
dengan takaran yang cukup banyak.
b. Pengubahan atau penjadwalan ulang kembali jam-jam dan hari belajar yang
dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
c. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa meliputi
pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar
dan sebagainya, sampai memungkinkan siswa berada di sebuah kamar baru
yang lebih menyenangkan untuk belajar.
d. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk
belajar lebih giat dari sebelumnya.
e. Siswa harus berniat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara
mencoba belajar dan belajar lagi.16

15
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) hlm 66
16
Ibid, hlm 69
Kiat lainnya yang dapat diusahakan adalah dengan menumbuhkan
motivasi. Morgan dalam bukunya Introduction To Psykology, menjelaskan
bahwa siswa yang malas itu disebabkan karena adanya insentif yang menarik
bagi dirinya dan ia pun tidak merasakan perasaan yang menyenangkan dari
pembelajaran. Insentif dan perasaan menyenangkan ini menjadi dorongan yang
berarti bagi siswa, seseorang berperilaku tertentu karena ingin mendapatkan
sesuatu.
Pujian dari guru merupakan salah satu insentif dari guru yang cukup
berpengaruh bagi siswa, hal ini menunjukkan adanya penghargaan dan
perhatian dari guru, dan siswa sering kali haus akan pujian dan akan merasa
senang apabila mendapatkan pujian dari gurunya. Sehingga daripada
memberikan perhatian kepada siswa ketika siswa tidak mau belajar dengan
marah-marah dan hanya berkomentar yang merendahkan siswa, akan lebih
efektif perhatian dari guru yang diarahkan pada suatu hal yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri dan kemauan untuk mencari informasi.

Transfer Dalam Belajar

J. Pengertian Transfer Belajar

Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasil belajar pada masa lalu
seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang. Inilahyang
disebut transfer belajar.17
Sedangkan Slameto merumuskan bahwa transfer adalah pengaruh hasil
belajar yang telah diperolah pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil
belajar yang dilakukan kemudian.
Dan menurut W.S Winkel dalam bukunya “Psikologi pengajaran” bahwa
transfer belajar berasal dari bahasa inggris “Transfer of learning” atau “ transfer of
training” yang berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari
bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan seharihari di luar
lingkup pendidikan sekolah.
Dari beberapa rumusan transfer belajar yang diajukan oleh para ahli di
atas, meskipun terdapat perbedaan dalam susunan kata-kata dan kalimat, namun intinya
sama yaitu “pemindahan pengaruh” atau pengaruh kemampuan atau keterampilan

17
Ibid, 159
melakukan sesuatu yang dikuasai terhadap kemampuan atau keterampilan
melakuakan sesuatu yang lain yang akan dikuasai.18
K. Ragam Transfer Belajar
1. Transfer Positif
Transfer positif yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan
belajar selanjutnya. Transfer positif memungkinkan seseorang siswa dalam
menghadapi situasi yang baru memperoleh kebaikan-kebaikan, dan bahkan
dalam menghadapi itu dapat lebih efektif dan efisien. Transfer positif dapat
terjadi dalam diri seseorang siswa bila guru membantu untuk belajar dalam
situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi
lainnya.
2. Transfer Negatif
Transfer negatif yaitu transfer yang berakibat buruk terhadap
kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami siswa bila ia
belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap
keterampilan atau pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi yang lain.
3. Transfer Vertikal
Transfer vertikal adalah transfer yang berkaitan baik terhadap
kegiatan belajar dalam mempelajari pengetahuan/keterampilan yang lebih
tinggi atau rumit. Misalnya: siswa yang telah menguasai prinsip penjumlahan
dan pengurangan pada waktu memduduki kelas II akan mudah mempelajari
perkalian pada waktu dia menduduki kelas III.
4. Transfer Lateral
Transfer lateral yaitu transfer yang berakibat baik terhadap kegiatan
belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Transfer lateral ini dapat
terjadi dalam diri siswa bila ia mampu menggunakan materi yang telah
dipelajarinya untuk materi yang sama rumitnya dalam situasi-situasi yang lain.
Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar
siswa tersebut.
L. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya transfer belajar adalah


sebagai berikut:

18
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. Ke-2, hlm 223
a. Taraf Inteligensi dan Sikap
Faktor ini berasal dari anak didik, dan berkisar pada masalah
kapasitas dasar (kemampuan dasar), sikap, minat, dan lain sebagainya.
Kapasitas dasar atau kemampuan dasar adalah membantu timbulnya transfer
belajar.
b. Metode Guru Dalam Mengajar
Faktor ini berasal dari guru dan berkisar antara lain pada
penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan bahan, dan sebagainya.
Dengan bahan yang sama akan menghasilkan hasil yang berbeda,
disebabakan perbedaan dalam pemakaian metode mengajar.
c. Isi Mata Pelajaran
Hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
yang lain menjadi penengah yang dapat menimbulkan transfer dalam
belajar. Suatu mata pelajaran yang dapat dikuasai bisa dijadikan landasan untuk
menguasai mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun prinsip-
prinsipnya.19

Kesulitan Dalam Belajar

M. Faktor-faktor Kesulitan Dalam Belajar

Tujuan belajar adalah mengembangkan semua potensi yang ada semaksimal


mungkin, beberapa siswa mengalami hambatan belajar dan sulit meraih prestasi di
sekolah padahal telah mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, meskipun sudah
ditambah dengan pelajaran tambahan di rumah tetapi hasilnya tetap kurang
memuaskan. Siswa menjadi terkesan lambat dalam melakukan tugasnya yang
berhubungan dengan kegiatan belajar. Mereka tampak menjadi pemalas, mudah putus
asa, acuh tak acuh, terkadang disertai dengan sikap menentang orang tua, guru atau
siapa saja yang mengarahkan mereka pada proses belajar. Merekapun menunjukkan
gejala emosional kurang wajar seperti menjadi pemurung dan mudah tersinggung dan
tidak jarang mereka mempunyai perilaku yang menyimpang seperti membolos,
melalaikan tugas dan mogok belajar.

19
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-2, hlm 126
Biasanya juga mengalami hambatan dalam sosialisasi di sekolah, bahkan
tindakan agresif muncul dalam pergaulan. Ada 2 sumber utama siswa mengalami
kesulitan belajar yaitu faktor endogen dan faktor eksogen :
a. Faktor Endogen
Faktor endogen merupakan semua faktor yang terdapat pada diri anak,
faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor fisik dan faktor psikis.
Anak yang kurang sehat akibat kurang gizi dengan sendirinya akan mengalami
kekurangan dalam daya tangkap dan kemampuan dalam belajarnya, jika
dibandingkan dengan anak yang sehat dengan gizi yang cukup. Dari dalam diri
siswa yang termasuk ke dalam faktor fisik yaitu bisa berupa gangguan pada
otak, gangguan panca indera. Faktor psikis bisa berupa gangguan dari
intelegensi anak, faktor perhatian dari guru yang juga turut mempengaruhi hasil
atau tingkat kesulitan belajar pada anak. Bagi seorang anak yang mempelajari
sesuatu yang menarik perhatian akan lebih mudah diterima dari pada
mempelajari hal-hal yang kurang menarik dan memerlukan daya ingat yang
cukup besar dan anak biasanya lebih tertarik pada sesuatu yang menyenangkan.
Gangguan pada otak dapat mengakibatkan persepsi siswa terganggu,
sehingga mereka tidak mampu menangkap pelajaran. Menurut dr. Abdul Bar
Hamid (dari bagian neurologi FKUI/RSCM) menjelaskan bahwa anak yang
mengalami disfungsi minimal otak (DMO) sering kali sulit belajar. Gejala-
gejala DMO bisa berupa kesulitan belajar spesifik atau kelainan perilaku.
Gejala-gejala spesifik dapat berupa :
1) Gangguan wicara atau bahasa (disfasia)
2) Gangguan atensi (hiperatifitas)
3) Kesulitan membaca (disleksia)
4) Kesulitan menulis (disfragia)
5) Tidak terampil (dispraksia)

Pertumbuhan otak pada anak sangat ditentukan pada usia 2 tahun,


kualitas makanan yang diberikan mempunyai pengaruh yang cukup besar pada
perkembangan otak. Banyak orang tua yang belum memahami hal-hal tersebut,
sehingga pemberian makanan yang bergizi untuk menunjang pertumbuhan otak
sangat kurang diperhatikan. Bahkan terkadang orang tua memberikan makanan
yang banyak mengandung monosodium glutamat atau penyedap rasa yang
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat kecerdasan.

Cacat pada fisik ada kalanya menjadi penghambat belajar, sebab siswa
yang mempunyai cacat pada fisik terkadang juga mengalami gangguan psikis
seperti mereka menjadi minder, malu, merasa dikucilkan dan terkadang
mencoba menutup-nutupi keadaan dengan tingkah laku yang unik atau tidak
dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

b. Faktor Eksogen
Faktor eksogen merupakan semua faktor yang terdapat pada luar diri
anak, penyebab kesulitan dari luar dapat berupa keadaan keluarga, sarana dan
prasarana sekolah dan kondisi sosial masyarakat. Keadaan keluarga juga turut
menentukan keberhasilan belajar pada anak. Keluarga yang harmonis, penuh
perhatian dan paham akan pentingnya pendidikan anak merupakan motivator
utama untuk anak berprestasi. Lain halnya dengan keadaan keluarga yang
disharmonis dapat membuat konsentrasi siswa menjadi terganggu, pikirannya
terpecah antara tugas dari sekolah dan suasana rumah yang tidak nyaman.
Suasana sekolah yang tidak ideal juga dapat menjadi penyebab kesulitan
dalam belajar siswa, atau jumlah siswa terlalu banyak dalam satu kelas juga
dapat mengganggu kenyamanan belajar karena perhatian dari guru menjadi
terpecah. Terkadang perhatian guru sering berkonsentrasi pada siswa yang
berprestasi dan aktif di kelas, sementara yang siswa yang kurang aktif biasanya
kurang diperhatikan.
Pendekatan dan metode proses belajar mengajar harus bervariasi karena
jika proses belajar mengajar monoton akan menyebabkan kejenuhan dalam
belajar. Potensi siswa tidak sepenuhnya tergali bahkan selalu kurang kontrol
dalam pengembangan kemampuan, apabila hal tersebut dibiarkan bukan tidak
mungkin akan dapat menambah permasalahan baru dan dapat menghambat
belajar dan biasanya siswa menjadi malas belajar.
Lingkungan dan sarana di sekolah turut menunjang keberhasilan belajar
siswa. Lingkungan sekolah yang asri dan bersih dapat membuat kesan tersendiri
bagi siswa. Sarana proses belajar mengajar yang lengkap tentu akan menambah
motivasi belajar siswa dan sebaliknya sarana yang kurang mendukung dapat
mengakibatkan penyampaian pelajaran yang kurang baik.
Kondisi sosial masyarakat akan berpengaruh terhadap perkembangan
siswa, siswa yang hidup dalam lingkungan yang rusak mempunyai
kemungkinan yang cukup besar akan tumbuh mentalitas yang rusak pula,
penyakit sosial yang timbul jelas akan sangat mempengaruhi moralitas
seseorang. Siswa dalam masa remaja, masa mencari identitas akan sangat rawan
adanya pengaruh dari lingkungan yang bersifat negatif. Maka dari itu untuk
mencegah munculnya penyebab-penyebab munculnya kesulitan belajar pada
siswa, perlu adanya kerja sama antara siswa, orang tua dan sekolah, gejala-
gejala yang sekecil apapun agar tidak dianggap sepele tetapi segera mungkin
dicari solusi yang tepat. Penyebab kesulitan belajar pada siswa bisa ditelusuri
oleh guru, bimbingan dan konseling, psikolog, psikiater, ataupun dokter.
Apabila sudah diketahui penyebabnya tentu akan mudah untuk
memperbaikinya.20

20
Muhibbin Syah, Op.Cit, Psikologi Belajar, hlm 62
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan dalam proses
pembelajaran setelah melalui tahap tes yang dinyatakan dalam bentuk nilai berupa
angka.
Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali
informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Jenuh belajar adalah yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak
adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar
pada waktu tertentu.
Transfer belajar merupakan pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang
diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan
sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah.
Kesulitan belajar adalah segala masalah atau hal yang mempengaruhi sistem
belajar setiap individu atau kelompok sehingga proses penerimaan belajar sulit untuk
berkembang dan diterima oleh setiap individu dan kelompok tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Mahirah. 2017. Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa). Jurnal Idaarah. 1, (2), 258

Liauwrencia, Prsca Febrian dan Putra Denny. 2014. Hubungan Antara Konsep Diri dengan
Belajar Siswa Kelas XII IPA 2 Tahun Ajaran 2013/2014 Di SMA Dharma Putra Tangerang.
Tangerang.

Fithri Rizma. 2014. Buku Perkuliahan Psikologi Belajar. Surabaya.

Syah Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafinda Persada.

Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Ahmadi Abu dan Supriyono Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

You might also like