You are on page 1of 52

w 4.1.

KRITERIA DAN RENCANA POLA PELESTARIAN KAWASAN LINDUNG


Dalam arahan penetapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Madiun mengacu kepada ketentuan-
ketentuan yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang
Wilayah Nasional serta Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/1980, terhadap pengelolaan
kawasan lindung, penetapan lokasi oleh tingkat pusat maupun provinsi serta berdasarkan pada hasil kajian
kondisi fisik dasar wilayah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, kawasan lindung dapat dibagi menjadi :
a. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya terdiri atas kawasan suaka alam, suaka
margasatwa, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman
hutan raya, taman wisata alam, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
b. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya terdiri atas kawasan hutan lindung dan
kawasan resapan air;

RENCANA POLA RUANG WILAYAH


c. Kawasan perlindungan setempat terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau
atau waduk dan kawasan ruang terbuka kota;
d. Kawasan rawan bencana alam terdiri atas kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang
pasang, kawasan rawan banjir;
4.1. Kriteria dan Rencana Pola Pelestarian Kawasan Lindung dan Budidaya e. Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi,
4.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah;
4.2.1. Kawasan Hutan Lindung f. Kawasan lindung lainnya terdiri atas cagar biosfer, taman buru, kawasan perlindungan plasma nutfah,
kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang
4.2.2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
dilindungi.
4.2.3. Kawasan Perlindungan Setempat
Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/1980 terdapat beberapa
4.2.4. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
kriteria dalam penentuan kawasan lindung dan budidaya berdasarkan karakteristik fisik dasar, sebagai berikut:
4.2.5. Kawasan Rawan Bencana Alam
a. Topografi : Untuk melihat sisi kelerengan/ketinggian lahan;
4.2.6. Kawasan Lindung Geologi
b. Jenis tanah : Menyangkut masalah kepekaan tanah terhadap erosi atau bahaya tanah
4.3. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya longsor;
4.3.1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi c. Iklim/curah hujan : Identifikasi curah hujan, sehingga diketahui kapasitas hujan.
4.3.2. Kawasan Hutan Rakyat Untuk menentukan kelas kemampuan
4.3.3. Kawasan Peruntukan Pertanian tanah di suatu wilayah dilakukan dengan
4.3.4. Kawasan Peruntukan Perkebunan menggabungkan beberapa peta kondisi
fisik seperti kelerengan, jenis tanah dan
4.3.5. Kawasan Peruntukan Perikanan
iklim dengan menggunakan metode
4.3.6. Kawasan Peruntukan Pertambangan
SUPERIMPOSE. Hasil dari superimpose
4.3.7. Kawasan Peruntukan Industri tersebut selanjutnya dilakukan
4.3.8. Kawasan Peruntukan Pariwisata pembobotan dan skoring untuk
4.3.9. Kawasan Peruntukan Permukiman mengetahui kelas masing-masing tanah.
Adapun kelas kesesuaian tanah VISUALISASI
4.3.10. Kawasan Peruntukan Lainnya Metode “superimpose” atau tumpang
berdasarkan Surat Keputusan Menteri
susun peta dalam menentukan kelas
Pertanian Nomor 837/KPTS/1980 adalah :
kemampuan lahan

 Interval skor < 75 Kelas I, kawasan


permukiman dan budidaya tanaman semusim.
 Interval skor 75 – 125 Kelas II, kawasan permukiman dan budidaya tanaman tahunan.
 Interval skor 125 – 175 Kelas III, untuk kawasan penyangga.
 Interval skor > 175 Kelas IV, untuk kawasan lindung.
Untuk Lebih Jelasnya Kriteria Penetapan Kawasan Lindung seperti yang terlihat pada Tabel 4.1.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4- 1


Tabel 4.1. Tabel 4.2.
KRITERIA PENETAPAN KAWASAN LINDUNG NILAI/ SKORING SETIAP VARIABEL/KRITERIA
No Variabel dan Kriteria Nilai Skor

VARIABEL KRITERIA NILAI BOBOT SKOR 1 Jenis Tanah


- Mediteran 45
Kelerengan 0 – 8 % atau tingkat I 20 Dengan menjumlah - Latosol 30
Kelerengan 8 – 15 % atau tingkat II 40 nilai bobot pada tiap
- Aluvial 15
– tiap
Topografi Kelerengan 15 – 25 % atau tingkat III 60 - Litosol 75
Variabel yang
Kelerengan 25 – 45 % atau tingkat IV 80 - Grumosol 60
digunakan maka
Kelerengan > 45 % atau tingkat V 100 didapat klasifikasi 2 Curah Hujan
Alluvial, tanah glei, planosol, hidromorf kelabu, 15 skor sebagai berikut :
- Intensitas 13,6 – 20,7 m/hr 20
latorik air tanah termasuk dalam tingkat tidak  < 74 Termasuk
3 Kelerengan
peka terhadap erosi kawasan budidaya
tanaman semusim - 0-8 % 20
Latosol termasuk dalam tingkat kurang peka 30
terhadap erosi dan permukiman - 8-15 % 40

Brown forest soil, noncolcic brown, mediteran 45  75 – 124, termasuk - 15-25 % 60


Jenis termasuk dalam tingkat agak peka terhadap kawasan - 25-45 % 80
Tanah terhadap erosi perkebunan dan
- > 45% 100
Andosol, loterik, grumosol, potsol, podsolik 60 permukiman
Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837 / KPTS / 1980
termasuk dalam tingkat peka terhadap erosi  125 – 175 termasuk
kawasan penyangga
Regosol, litosol, organosol, rezina termasuk dalam 75
 > 175 termasuk 4.2. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG
tingkat sangat peka terhadap erosi
kawasan lindung Kawasan lindung sebagaimana disebutkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 1 angka 21 adalah
Intensitas < 13,6 mm / hari termasuk dalam 10
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
klasifikasi rendah
sumber daya alam dan sumberdaya buatan.
Intensitas 13,6 – 20,7 m / hari termasuk dalam 20
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan sebelumnya, rencana pola ruang kawasan lindung di Kabupaten
klasifikasi rendah
Madiun meliputi, kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
Intensitas 20,7 – 27,7 m / hari termasuk dalam 30 bawahannya, kawasan perlindungan setempat, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, kawasan rawan bencana
Iklim
klasifikasi sedang alam dan kawasan lindung geologi
Intensitas 27,7 – 34,8 mm / hari termasuk dalam 40 Masing-masing kelompok kawasan tersebut dikembangkan berdasarkan permasalahan kondisi eksisting dan
klasifikasi tinggi potensi-potensi yang ada baik potensi eksisting kawasan maupun kawasan baru yang berpotensi
Intensitas > 34,8 mm / hari termasuk dalam 50 dikembangkan menjadi kawasan lindung.
klasifikasi sangat timggi
Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837 / KPTS / 1980 4.2.1. KAWASAN HUTAN LINDUNG
Hutan Lindung sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 19
Sedangkan nilai masing-masing variabel kriteria penetapan kawasan lindung berdasarkan SK Menteri pertanian Tahun 2004 tentang Kehutanan Pasal 1 huruf h adalah kawasan hutan yang
No 837/KPTS/1980 sebagaimana terlihat pada Tabel 4.2. mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan
memelihara kesuburan tanah. Oleh karena itu kawasan hutan lindung mutlak
fungsinya sebagai penyangga kehidupan, sehingga kawasan ini tidak dapat
dialihkan peruntukannya.
Kriteria kawasan hutan lindung berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah:
a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil
perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4- 2


b. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen); atau e. melakukan sosialisasi pentingnya fungsi hutan lindung, hutan produksi, hutan rakyat, dan perkebunan
c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut. tanaman keras sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Madiun kepada seluruh lapisan masyarakat.

Kawasan hutan lindung di Kabupaten Madiun seluas kurang lebih 5.314 ha, yang tersebar di kecamatan Kare, Adapun kawasan hutan lindung, hutan rakyat dan perkebunan tanaman keras di Kabupaten Madiun yang
Gemarang, Dagangan, dan Saradan. menjadi kawasan resapan air tersebar di kecamatan Kare, Gemarang, Dagangan, Dolopo, Wungu,
Pilangkenceng, Saradan, Mejayan, Wonoasri, dan Madiun.
Berdasarkan kondisi di atas, maka arahan penanganan untuk kawasan hutan lindung di Kabupaten Madiun,
sebagai berikut :
a. Perlu adanya upaya yang lebih konkret dan komprehensif dari Pemerintah Kabupaten Madiun untuk 4.2.3. KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT
mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Madiun; Untuk arahan kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar
b. Perlu adanya tata batas yang jelas termasuk blok-blok pemanfaatannya untuk tetap menjaga kelestarian danau/waduk, dan kawasan sekitar sumber mata air. Untuk lebih jelas mengenai penjelasan diatas dapat
hutan lindung baik dalam bentuk peta maupun tata batas di lapangan; dilihat dibawah ini.

c. Perlu adanya perencanan dan pengelolaan secara ketat terhadap keseimbangan lingkungan fungsi
kawasan hutan lindung selain berfungsi sebagai kawasan hijau penyangga lingkungan juga dimanfaatkan 4.2.3.1 KAWASAN SEMPADAN SUNGAI
sebagai kawasan wisata dan daya tarik Kabupaten Madiun dengan konsep “NATURAL CONSERVATION Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk
AND TOURISM” / Konservasi Alam dan Pariwisata; sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
d. Melakukan rehabilitasi hutan (reboisasi, penghijauan, pemeliharaan) untuk memulihkan, mempertahankan melestarikan fungsi sungai.
dan meningkatkan fungsi hutan lindung sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai adalah melindungi sungai dari
mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga; kegiatan manusia yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi
e. Peningkatan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian hutan lindung dengan menerapkan program fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai. Adapun luasan
pengelolaan hutan bersama masyarakat; kawasan sempadan sungai yang ada di Kabupaten Madiun adalah kurang lebih 2.573
f. Melarang adanya alih fungsi lahan hutan lindung menjadi kawasan budidaya, serta perlu melakukan ha, meliputi Kali Madiun, Kali Asin, Kali Jerohan, Kali Brangkal, Kali Catur, Kali Bunting,
pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat mempertahankan fungsi lindung; serta Kali Glonggong, Sungai Klepek, Kali Sareng, Kali Batil, Sungai Gondang, Sungai
pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang mengganggu fungsi lindung; Semawur, Kali Sono, Kali Piring, Kali Bribis, Kali Blodro, Kali Kentar, Kali Kembang, Kali Abu, Kali Gondang, Kali
Mundu, Kali Sukoliman, Kali Uluh, Kali Sarangan, Kali Jumok, Kali Padas, Kali Lengkowo, Sungai Kedungbrubus,
g. Penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi berbagai
Sungai Ngasinan, Sungai Notopuro, Sungai Gede, Sungai Tangkil, Sungai Bruwok, Sungai Nampu, Sungai
usaha dan/atau kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting
Sukorejo, Kali Palem, Sungai Sumber Agung, Kali Gendo, Kali Ulomati, Kali Lemahbang, dan Sungai Saradan/
bagi lingkungan hidup.
Blangambi. Adapun kriteria kawasan sempadan sungai sekurang-kurangnya (atau sesuai peraturan yang
berlaku):
4.2.2. KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASAN DIBAWAHNYA
 Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan minimum 100 meter kiri-kanan
Untuk arahan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya meliputi kawasan sungai.
resapan air di Kabupaten Madiun.
 Perlindungan terhadap anak-anak sungai di luar permukiman ditetapkan minimum 50 meter.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya yaitu kawasan hutan yang
 Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman ditetapkan minimum 15 meter.
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, Kawasan ini hampir di setiap kecamatan, bahkan pada sekitar aliran sungai ini banyak yang digunakan
mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah.
untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat setempat.
Tujuan penetapan kawasan ini adalah untuk menjaga fungsi kawasan tersebut agar tetap berfungsi dengan
Pemanfaatan sempadan sungai, adalah sebagai berikut:
optimal. Luasan kawasan ini di Kabupaten Madiun adalah seluas kurang lebih 70.887 ha.
a. Arahan kegiatan daerah hulu sungai:
Rencana perlindungan kawasan resapan air di Kabupaten Madiun, meliputi :
Pengaturan erositas dan pemeliharaan hutan; dan
a. mempertahankan fungsi hutan lindung, hutan produksi, hutan rakyat, dan perkebunan tanaman keras
Pengaturan tanah pertanian, sehingga tidak merambah kawasan hutan lindung.
sebagai daerah tangkapan air bagi;
b. Arahan kegiatan daerah sepanjang aliran sungai:
b. melakukan konservasi kawasan hutan yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga dan resapan
air sebagai potensi air baku; Pengembangan dan peningkatan jaringan irigasi sebagai upaya menjamin terjaganya daya dukung
pangan;
c. melakukan perlindungan, penataan, dan/atau penanganan kawasan resapan air di kawasan hilir sungai
melalui penghijauan dan pembuatan sumur resapan di kawasan hunian/permukiman yang sekaligus Pengembangan drainase; serta
berfungsi pengendali banjir; Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air (pengendalian banjir,
d. melakukan perlindungan, penataan, dan/atau pengaturan sumber-sumber air baku permukaan dan sumber pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran,
air baku tanah dalam melalui penataan wilayah tata air; dan peningkatan kualitas air baku).

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4- 3


c. Arahan kegiatan muara sungai:
Tanaman budidaya dengan perakaran
Pengembangan perikanan /perikanan darat; dan kuat mis: mangga, nangka, jambu,
kersen dll
Pengembangan pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek ekologis.
Rencana penataan kawasan sungai-sungai di Kabupaten Madiun :
1. Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya disepanjang sungai yang dapat menggangu atau merusak
kualitas air, kondisi fisik dasar sungai serta alirannya;
Tanaman penahan air run off mis :
2. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai; talas, ketela dll

3. pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di sempadan sungai, diantaranya jalan
inspeksi dan bangunan pengolah air;
4. Pengamanan daerah aliran sungai dari kegiatan terbangun dan mengfungsikannya sebagai hutan lindung; Tanaman seresah penutup tanah kaya
nitrogen Fam. Leguminosae mis kedelai,
5. Pengerukan sedimentasi sungai dan muaranya; kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang,
dll
6. Pelebaran sungai untuk meningkatkan daya tampung/debit sungai;
7. Normalisasi sungai;
8. Pengaturan garis sempadan sungai;
9. Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan
sungai dilarang untuk didirikan;
Gambar 4.2.
10. Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan dilakukan re-
PENATAAN KAWASAN SEMPADAN TANPA TANGGUL
orientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan jika masih
memungkinkan; PADA SUNGAI DENGAN LOKASI MIRING
11. Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya banjir dapat digunakan untuk
pariwisata; dan
12. Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk pariwisata melalui penataan kawasan
tepian sungai.

Saluran pembuangan limpasan Tanaman penguat tanah


Tanaman sayuran penahan air larian mis: kolam
ketela rambat, kangkung, kacang tanah,
tales dll

Tanaman pohon dgn perakaran kuat


penahan longsor, mis : mangga
jambu, bambu, mente dll

Cekungan penahan air


larian
Kolam penguraian dan pemanfaatan limbah organik Saluran pembuangan kotoran ternak
untuk kebun basah, seperti kangkung, sawi, dll

Gambar 4.1. Gambar 4.3.


PENATAAN KAWASAN SEMPADAN PADA SUNGAI DENGAN LOKASI DATAR PENATAAN KAWASAN SEMPADAN TANPA TANGGUL
PADA SUNGAI DENGAN PEMANFAATAN PETERNAKAN

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4- 4


Tanaman penyerap air (pisang, umbi-umbian)
Tanaman merambat memfiksasi
nitrogen ( kacang panjang, koro,
Fam leguminoceae

Saluran pembuangan kotoran dari


limbah industri kecil/rumah tangga

Tanaman penguat Plastik


tanah polycarbonat

Gambar 4.4.
PENATAAN KAWASAN SEMPADAN TANPA TANGGUL
PADA SUNGAI DENGAN PEMANFAATAN INDUSTRI

Gambar 4.6.
PEMBAGIAN ZONA DAERAH PENGUASAAN SUNGAI TIDAK BERTANGGUL

4.2.3.2 KAWASAN SEKITAR DANAU/WADUK


Kawasan sekitar danau atau waduk merupakan kawasan tertentu di sekeliling danau atau waduk yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk. Adapun kriteria
penetapan sempadan danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi
ke arah darat. Penetapan sempadan danau atau waduk mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi danau atau waduk sebagai potensi sumberdaya air permukaan. sempadan waduk atau
danau yang direncanakan di Kabupaten Madiun antara lain :
 Sempadan Waduk Widas
Waduk Widas terletak di Kecamatan Saradan, berjarak 40 km kearah Timur dari Kota Madiun, luas waduk
860 Km2. Sempadan waduk ditetapkan 50 meter dari titik pasang tertinggi kea arah darat

Gambar 4.5.
PEMBAGIAN ZONA DAERAH PENGUASAAN SUNGAI BERTANGGUL

VISUALISASI Waduk Widas

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4- 5


sebelum disalurkan ke danau/waduk untuk menghindari terjadinya sedimentasi di danau/waduk akibat
 Sempadan Waduk Saradan dan Notopuro terkikisnya tanah oleh air hujan

Obyek wisata waduk Saradan dan Notopuro berlokasi di kecamatan Saradan kearah timur dari kota c. Pembatasan dan pengendalian pengembangan kegiatan budidaya di kawasan penyangga. Kegiatan yang
Madiun. Sedangkan waduk Notopuro berjarak 9 kilometer dari kecamatan Pilangkenceng dan 14 kilometer diijinkan berkembang di kawasan penyangga ini hanya berupa kegiatan rekreasi dan olah raga alam.
dari kecamatan Mejayan. Sempadan waduk ditetapkan 50 meter dari titik pasang tertinggi kea arah darat d. Pencegahan dan pengendalian berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan danau/waduk agar tidak
mengganggu fungsi danau/waduk terutama sebagai sumber air dan energi listrik
e. Pengembangan kawasan hutan di sempadan waduk yang telah mengalami kerusakan melalui program
rehabilitasi, reboisasi dan konservasi
f. Pengamanan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan, sehingga dapat
dicegah terjadinya sedimentasi di waduk, dengan cara menghindari kegiatan pembukaan lahan (land
clearing) pada musim hujan dan diupayakan pembangunannya mengikuti kontur alam, mempertahankan
tatanan yang telah ada, menghindari aliran permukaan terbuka yang memotong kontur serta penghijauan
pada daerah-daerah gundul
VISUALISASI Waduk Sradan dan Notopuro g. Pembuatan kolam retensi/embung-embung untuk menambah penyediaan air bersih di Kabupaten Madiun.
 Waduk Dawuhan Untuk lebih jelasnya rencana kawasan lindung di Kabupaten madiun dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan
Waduk Dawuhan berlokasi di Kecamatan Wonoasri kearah timur dari kota Madiun. Sempadan waduk Gambar 4.7.
ditetapkan 50 meter dari titik pasang tertinggi kea arah darat
4.2.3.3 KAWASAN SEKITAR MATA AIR
Mata air adalah air tanah yang secara alami muncul karena adanya hubungan antara akuifer dengan
permukaan tanah. Hubungan tersebut bisa berupa rekahan saluran pelarutan atau pemotongan topografi.
Mata air berdebit besar umumnya muncul karena adanya rekahan dan sering terjadi pada batuan vulkanik
muda.
Mata Air yang ada di Kabupaten Madiun cukup banyak. Berdasarkan data dari Dinas PU Pengairan Kabupaten
Madiun, mata air yang ada di Kabupaten Madiun sebanyak 114 mata air yang sudah dimanfaatkan untuk air
irigasi dan air minum. Dari 114 mata air yang ada di Kabupaten Madiun, mata air dengan debit maksimum 100
VISUALISASI Waduk Dawuhan liter/detik antara lain Mata Air Dilem di Desa Kare Kecamatan Kare, Mata Air Sambong di Desa Batok
Kecamatan Kare, Mata Air Sekebo di Desa Randualas Kecamatan Kare, Mata Air Jirak di Desa Tawangrejo
 Waduk Kedungbrubus
Kecamatan Kare dan Mata Air Gebangarum di Desa Plumpungrejo Kecamatan Wonoasri, dimana mata air
Waduk Kedungbrubus berlokasi di Kecamatan Pilangkenceng kearah utara dari Kota Madiun. Sempadan
tersebut dimanfaatkan untuk irigasi.
waduk ditetapkan 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat
Perlindungan di sekitar mata air ini dimaksudkan melindungi secara langsung dari gangguan khususnya
aktifitas manusia yang berakibat menurunnya kualitas mata air. Perlindungan setempat ini difokuskan kepada
badan air dari mata air, perlindungan daerah tangkapan mata air atau recharge area ditekankan dalam
perlindungan kawasan resapan air. Untuk perlindungan setempat kawasan sekitar mata air ditetapkan minimal
radius 200 meter dari mata air. Kawasan dengan radius 15 meter dari mata air harus bebas dari bangunan
kecuali bangunan penyaluran air. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, kriteria penetapan kawasan sekitar mata air meliputi:
a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; dan
b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air.
VISUALISASI Waduk Kedungbrubus Arahan kegiatan pengelolaan kawasan sekitar mata air antara lain:
1. Penetapan perlindungan pada sekitar mata air ini adalah minimum berjari-jari 200 meter dari sumber mata
Rencana pengembangan kawasan waduk di Kabupaten Madiun, sebagai berikut : air tersebut jika di luar kawasan permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman. Dengan
a. Pembuatan green belt baru dengan ketebalan 100 meter serta pengaturan garis sempadan waduk demikian di sekitar kawasan sumber air dapat ditanami dengan jenis tanaman yang dapat mengikat air,
b. Untuk mendukung fungsi lindung di kawasan sempadan danau/waduk, maka disekeliling sempadan sehingga kawasan di sekitar sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan;
difungsikan sebagai kawasan penyangga. Penetapan kawasan penyangga di luar kawasan sempadan 2. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan
waduk dengan jarak 1.000 meter dari semapadan waduk/danau. Fungsi kawasan penyangga ini kerusakan kualitas sumber air;
diantaranya sebagai daerah tangkapan air hujan untuk disalurkan dan diendapkan di kolam penampung
3. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4- 6


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4- 7
4. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk 5. Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya
melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; memerlukan upaya konservasi.
5. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan Untuk Kabupaten Madiun, yang dikategorikan sebagai kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah :
dengan konservasi mata air; serta A. LINGKUNGAN NON BANGUNAN
6. Untuk mata air yang terletak pada kawasan lindung, maka perlindungan sekitarnya tidak dilakukan secara Kawasan lingkungan non gedung adalah kawasan cagar budaya yang dikembangkan sebagai tempat
khusus, sebab pada kawasan lindung tersebut sudah sekaligus berfungsi sebagai perlindungan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan seperti adanya situs peningalan bersejarah yang dapat di kembangkan
lingkungan dan air. sebagai taman wisata pendidikan. Di Kabupaten Madiun dijumpai kawasan lingkungan non bangunan
sebagai cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3. 1. Monumen Kresek/Madiun Affair 48
RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG Monumen Kresek/Madiun Affair 48 ini berada di Desa Kresek Kecamatan Wungu, tepatnya 8 kilometer
No Kecamatan Kawasan Lindung Jumlah kearah timur dari Kota Madiun. Monumen ini menggambarkan tentang keganasan PKI di Kabupaten
Hutan Sempadan Madiun pada tahun 1948. Monumen ini memiliki luas 2 ha dengan fasilitas berupa pendopo tempat
Lindung istirahat, taman tanaman langka dan dilengkapi pula areal parkir.
1Kebonsari - 23,21 23,21
2Geger - 238,24 238,24
3Dolopo - 217,40 217,40
4Dagangan 740,41 270,35 1.010,76
5Wungu - 294,03 294,03
6Kare 2.941,91 119,11 3.061,02
7Gemarang 250,42 85,40 335,82
8Saradan 1.381,26 153,21 1.534,47 VISUALISASI Monumen Kresek/madiun Affair „48
9Pilangkenceng - 136,00 136,00
2. Peninggalan Sejarah Nglambangan
10Mejayan - 94,00 94,00
11Wonoasri - 35,00 35,00 Peninggalan sejarah Nglambangan merupakan situs peninggalan yang berlokasi di Desa Nglambangan,
12Balerejo - 195,56 195,56 Kecamatan Wungu tepatnya 8 kilometer kearah Timur Kota Madiun menuju Dungus. Tempat ini seringkali
13Madiun - 206,08 206,08 digunakan sebagai tempat upacara ritual pada saat Bulan Suro. Terdapat peninggalan jaman kerajaan
14Sawahan - 155,44 155,44 Mojopahit berupa pura Lambangsari, Pesiraman dan disekitar tempat tersebut terdapat beberapa tempat
15Jiwan - 350,00 350,00 keramat antara lain : Rumah Eyang Kromodiwiryo, Watu Dakon yang dulu digunakan untuk menyimpan
Jumlah 5.314,00 2.573,03 7.887,03 pusaka, punden Lambing kuning, Lumbung selayur, Sumur kuno dan Sendang Jambangan.
Sumber : Hasil Analisa B. LINGKUNGAN BANGUNAN NON GEDUNG
Kawasan Lingkungan bangunan non gedung yang dimaksud adalah suatu tempat yang dapat diperuntukan
sebagai cagar budaya bersejarah dengan bentuk bangunan non gedung yang harus dilestarikan. Di
4.2.4. KAWASAN SUAKA ALAM, PELESTARIAN ALAM DAN CAGAR BUDAYA
Kabupaten Madiun lingkungan bangunan non gedung yang berfungsi sebagai cagar budaya dan ilmu
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil
pengetahuan adalah sebagai berikut :
budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bantuan geologi alami yang telah ada. Adapun tujuan
1. Makam Kuncen
perlindungan adalah melindungi kekayaan hasil budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan
astrologi, monumen nasional, keragaman bentuk geologi yang berguna untuk pengembangan dari ancaman Makam kuncen berada di Desa Kuncen, Kecamatan Majayan. Di tempat ini cikal bakal Kota Madiun dan
kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun bencana. sekitarnya. Disini terdapt masjid tertua di wilayah Madiun. Namanya masjid Kuncen, atau sekarang di beri
nama Masjid Nur Hidayatullah. Di bagian belakang masjid ini terdapat makam Ki Ageng Panembahan
Di Kabupaten Madiun terdapat cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang dapat dikategorikan menjadi empat
Ronggo Jumeno, Patih Wonosari, bupati pertama dan para sesepuh pendiri Kadipaten Madiun yang
bagian yakni lingkungan non bangunan, lingkungan bangunan non gedung, lingkungan bangunan gedung dan
sekarang menjadi Kota Madiun. Pada tahun 2008 bagian depan masjid Kuncen di tambahkan bangunan
halamannya dan kebun raya.
Serambi untuk mengakomodasi jama'ah masjid yang semakin banyak. Kawasan ini adalah salah satu
Kawasan tersebut memiliki kriteria sebagai berikut:
kawasan cagar budaya yang sangat potensial untuk dikembangkan dan dilestarikan.
1. Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa dan tipe ekosistemnya.
2. Situs Sewulan
2. Mewakili formasi biota tertentu dan unit-unit penyusun
Di dalam Situs Sewulan terdapat makam Ki Ageng Basyariah dan masjid yang sampai saat ini banyak
3. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan belum diganggu manusia dikunjungi oleh masyarakat di luar Kabupaten Madiun. Makam dan Masjis ini terdapat di Desa Sewulan
4. Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga Kecamatan Dagangan.
yang cukup luas

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4- 8


C. LINGKUNGAN BANGUNAN GEDUNG DAN HALAMANNYA
Kawasan lingkungan bangunan gedung dan halamannya merupakan cagar budaya yang bersifat
pelestarian terhadap bangunan kuno peninggalan bersejarah yang harus dilestarikan sebagai ciri cagar
budaya setempat. Bangunan gedung cagar budaya di Jawa Timur meliputi :
1. Pabrik Gula Pagotan dan Kanigoro
Pabrik gula Pagotan dan Kanigoro merupaka kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang perlu
dilestarikan termasuk perumahan-perumahannya.
VISUALISASI Situs Sewulan
3. Makam Mbah Moch Bin Oemar dan Masjid Al Muttaqin
Pada Tahun 1754 M Kesultanan Mataram menghadapi pemberontakan dari Adipati Singhasari
(Malang). Yang mendapat tugas untuk menghadapi sekaligus menumpas pemberontak adalah Kyai
Ageng Tegalsari Ponorogo, maka Sultan Mataram menyuruh Adipati Madiun (Pangeran Purboyo)
menghadap Kyai Ageng Mohammad Besari (Tegalsari Ponorogo). Kemudian Kyai Ageng Mochammad
Besari mempercayakan tugas tersebut kepada menantunya Mohammad Bin Umar. Dengan ridho Allah
SWT, berhasil menaklukkan Singhasari tanpa pertumpahan darah. Oleh Karena itu, Sri Sultan
Arahan pengelolaan pada kawasan cagar budaya dan ilmu pengatahuan alam yang ada di kabupaten Madiun,
Hamengkobuwono II memberi hadiah berupa tanah yang kemudian dibangun Masjid pada Tanggal
sebagai berikut:
26 September 1763 M. Lokasi masjid ini berada di Desa Banjarsari Kecamatan Dagangan
a. Penetapan batas lapangan yang jelas
b. Pada kawasan cagar budaya yang sekaligus berfungsi sebagai obyek wisata, maka prasarana penunjang
pariwisata harus ditempatkan diluar kawasan.
c. Lingkungan fisik di sekitar situs atau cagar budaya dan ilmu pengetahuan harus ditata secara serasi untuk
kepentingan sebagai obyek wisata.
Adapun arahan pengelolaan untuk masing-masing klasifikasi cagar budaya dan ilmu pengetahuan alam di
Kabupaten madiun, sebagai berikut :
VISUALISASI Makam Mbah Moch Bin Oemar dan Masjid Al Muttaqin A. LINGKUNGAN NON BANGUNAN
4. Makam Patih Kutho Miring Dusun Gentong Desa Putat Kecamatan Geger dan Makam Ki Arahan pengelolaan kawasan tersebut antara lain :
Ageng Rendeng Desa Kincangwetan Kecamatan Jiwan Melestarikan kawasan sekitar serta memberikan gambaran berupa relief atau sejarah yang
menerangkan obyek/situs tersebut.
5. Komplek Madiun Lama (Dusun Ngrawan Desa Dolopo Kecamatan Dolopo) Membina masyarakat sekitar serta ikut berperan dalam menjaga peninggalan sejarah.

Di dusun ini terdapat situs-situs peninggalan terbentuknya Madiun Lama. Situs-situs ini antara lain Memanfaatkan kawasan tersebut sebagai obyek wisata sejarah.
berupa : Batu tulis tahun 528, ompak (penyangga tiang), lambang kesuburan yang artinya Madiun Tetap melestarikan budaya sekitar.
merupakan wilayah yang subur B. LINGKUNGAN BANGUNAN NON GEDUNG
Arahan pengelolaanya adalah sebagai berikut:
Meningkatkan pelestarian situs, candi dan artefak lain yang merupakan peninggalan sejarah.
Mengembangkan pencarian situs bersejarah terutama di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo Kecamatan
Dolopo yang merupakan Madiun Lama .
Sebagai obyek daya tarik wisata sejarah.
C. LINGKUNGAN BANGUNAN GEDUNG DAN HALAMANNYA
Arahan pengelolaan terhadap bangunan kuno tersebut, adalah sebagai berikut :
Melestarikan bangunan kuno yang masih terdapat di berbagai desa/kelurahan yang ada di Kabupaten
Madiun
Situs –situs peninggalan
terbentuknya Madiun Tidak merombak keaslian dari bangunan tersebut dengan modernisasi ke bentuk lain.
Lama berada di Dusun Memfungsikan bangunan tersebut sehingga dapat terkontrol dan terawat kelestariannya.
Ngrawan Desa Dolopo
Kecamatan Dolopo Perlindungan terhadap bangunan peninggalan sejarah tersebut, ditetapkan dalam peraturan yang
terdapat di rencana tata ruang kabupaten/kota.
Untuk lebih jelasnya rencana kawasan taman wisata alam dan cagar budaya dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4- 9


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 10
4.2.5. KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM a. Pengendalian banjir dengan infrastruktur
Sebagaimana disebutkan dalam Bab-1, Kabupaten Madiun merupakan wilayah rawan bencana alam Melakukan perbaikan sungai dasarnya adalah mengusahakan agar air banjir tidak meluap dan
diantaranya, rawan banjir dan rawan kebakaran. sekaligus menghilangkan rintangan-rintangan di sungai yang dapat mengakibatkan pembendungan.
Termasuk di dalam perbaikan sungai antara lain:

4.2.5.1. KAWASAN RAWAN BANJIR Membuat tanggul baru atau mempertinggi tanggul yang sudah ada.

1. DEBIT BANJIR LAPANGAN Normalisasi sungai.

Kawasan rawan banjir di Kabupaten Madiun sebagian besar berada di sekitar Kali Madiun dan Kali Jeroan Membuat bangunan-bangunan proteksi tebing pada tempat yang rawan longsor.
tepatnya di Kecamatan Balerejo, Wungu dan Madiun. Lihat Gambar 4.9. Berdasarkan hasil studi yang Pemasangan pompa banjir pada muara anak sungai yang menuju Kali Jeroan.
telah dilakukan, debit banjir yang pernah terjadi pada DAS Kali Jeroan (diperoleh besarnya bakfull b. Pengendalian banjir dengan Non Struktur
capacity Kali Jeroan) sebesar 279,72 m2/detik, sedangkan dari hasil debit banjir rancangan diperoleh
Kegiatan non struktur bertujuan untuk menghindari dan juga menekan besarnya masalah yang
debit banjir dominan 2 tahunan adalah 282,21 m3/detik, sehingga terjadi limpasan pada Sungai Jeroan.
ditimbulkan oleh banjir, antara lain dengan cara mengatur pembudidayaan lahan di dataran banjir
Ini menunjukkan bahwa debit banjir tahunan Sungai Jeroan adalah 282,21 m3/det, sedangkan kapasitas
dan DAS sedemikian rupa sehingga selaras dengan kondisi dan fenomena lingkungan/alam termasuk
sungai Jeroan hanya mampu melewatkan debit banjir sebesar 279,72 m3/det.
kemungkinan terjadinya banjir. Upaya tersebut dapat berupa :
Kondisi DAS Kali Jeroan, khususnya pada sempadan kanan dan kiri Kali Jeroan yang berupa permukiman
Konservasi tanah dan air di DPS hulu untuk menekan besarnya aliran permukaan dan
penduduk, maka untuk perencanaan penanganan banjir di Kali Jeroan menggunakan debit banjir
mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta pengendalian erosi untuk mengurangi
rencana kala ulang 25 tahun. Besarnya debit banjir rencana 25 tahun sebesar 534,69 m3/det.
pendangkalan/sedimentasi di dasar sungai. Kegiatan ini merupakan gabungan antara rekayasa
Sedangkan kawasan tergenang meliputi Kecamatan Balerejo, Wungu, Madiun seluas kurang lebih 13.345 teknik sipil dan teknik agro, yang bertujuan untuk mengendalikan aliran permukaan antara lain
ha. dengan terarsiring, bangunan terjun, check-dam/dam penahan, dampengendalian sedimen,
2. PERMASALAHAN DAN KONDISI PEMECAHANNYA penghijauan dan reboisasi serta pembuatan sumur resapan.
Beberapa permasalahan utama pada Sungai Jeroan, sebagai berikut : Penataan ruang dan rekayasa di DPS hulu sehingga pembudidayaan/pendayagunaan lahan tidak
a. Kondisi DAS Kali Jeroan yang kritis merusak kondisi hidrologi DAS dan tidak memperbesar masalah banjir.

Hal ini disebabkan oleh kegiatan penggundulan hutan, sehingga saat ini daerah tangkapan air banyak Partisipasi masyarakat yang didukung adanya penegakan hukum antara lain dalam mentaati
ditumbuhi oleh rerumputan. Dengan demikian rehabilitasi hutan dan lahan di bagian hulu Kali Jeroan ketentuan menyangkut tata ruang dan pola pembudidayaan dataran banjir dan DAS hulu,
merupakan prioritas untuk segera direalisasikan. menghindari terjadinya penyempitan dan pendangkalan alur sungai akibat adanya sampah padat
termasuk bangunan, hunian liar dan tanaman di bantaran sungai.
b. Masalah Banjir
Penetapan sempadan sungai yang didukung oleh penegakan hukum.
Penyebab lain meluapnya air banjir di alur Kali Jeroan yang mengakibatkan genangan banjir hampir
setiap tahun disertai erosi tebing sungai adalah : Penyuluhan dan pendidikan masyarakat lewat berbagai media menyangkut berbagai aspek dalam
rangka meningkatkan kepedulian dan partisipasinya.
Kurangnya kapasitas alur sungai oleh rumpun bambu dan sisa akar bambu yang longsor masuk
badan sungai.
Hambatan arus air banjir akibat meander sungai yang cukup berat.
Hambatan arus air banjir akibat adanya penyempitan lebar alur sungai pada ruas tertentu dan
bekas pilar jembatan yang belum dibongkar.
c. Pelanggaran Batas Sempadan Sungai
Pelanggaran batas sempadan sungai terutama untuk permukiman permanen dengan kepadatan yang
cukup terjadi pada beberapa ruas sungai. Kondisi pemanfaatan bantaran dan semapadan sungai
dengan mendirikan bangunan-bangunan permanen akan mengakibatkan bahaya longsor.
d. Penambangan Mineral Batuan
Kegiatan penambangan mineral batuan oleh penduduk setempat terutama penggalian galian tanah
dengan kondisi yang menghawatirkan terhadap bantaran sungai pada ruas tertentu perlu
mendapatkan perhatian dengan memberikan pengarahan secara persuasif agar supaya tidak
melanggar ketentuan yang berlaku.
Banjir di Desa Balerejo, Warurejo, Kedungjati, Kec. Balerejo, Kab. Madiun Tahun 2009
3. PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI JEROAN
Pengendalian banjir pada Sungai jeroan dapat dilakukan dengan pendekatan secara struktur dan non
struktur, adalah sebagai berikut :

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 11


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 12
4.2.5.2. KAWASAN RAWAN KEBAKARAN tanah lama, terkecuali pada daerah sekitar tebing sungai. Daerah yang termasuk dalam zona ini meliputi
Kebakaran hutan dan lahan adalah sebuah kejadian terbakarnya kawasan seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kare dan Dagangan. Luas zona kerentanan gerakan tanah sangat
hutan/lahan baik dalam luasan yang besar maupun kecil. Kebakaran hutan rendah mencapai kurang lebih 35.853 ha.
dan lahan seringkali tidak terkendali dan bila ini terjadi maka api akan 2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
melahap apa saja dihadapannya mengikuti arah angin.
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan gerakan tanah rendah untuk terkena gerakan tanah.
Berdasarkan peta tutupan lahan, menunjukkan bahwa sebagian wilayah di
Umumnya zona ini jarang terjadi gerakan tanah apabila lereng tidak mengalami gangguan dan jika
Kabupaten Madiun terutama di bagian selatan – timur dan utara merupakan
terdapat gerakan tanah lama umumnya lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah kecil mungkin dapat
kawasan dengan jenis tanaman jati. Hutan jati cenderung menggugurkan
terjadi terutama pada tebing lembah sungai dan alur). Daerah yang termasuk dalam zona ini adalah
daun pada saat musim kemarau. Kondisi ini akan memicu terjadinya
kebakaran di Kabupaten Madiun, khususnya di areal hutan jati. seluruh kecamatan kecuali Jiwan, Sawahan, Kebonsari dan Balerejo dimana ke-empat kecamatan tersebut
Lihat Gambar 4.10. VISUALISASI Kebakaran masuk dalam zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah. Luas zona kerentanan gerakan tanah rendah
hutan jati di Kabupaten Madiun mencapai kurang lebih 47.314 ha.

Strategi mitigasi dan pengurangan risiko bencana kebakaran hutan dan lahan meliputi: 3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah

a. Kampanye dan sosialisasi kebijakan pengendalian kebakaran lahan dan hutan. Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan gerakan tanah menengah untuk terkena gerakan tanah. Pada
zona ini dapat terjadi gerakan tanah berdimensi kecil dan besar terutama pada daerah yang berbatasan
b. Peningkatan masyarakat peduli api (MPA).
dengan lembah sungai, peralihan litologi atau tebing jalan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali
c. Peningkatan penegakan hukum
terutama disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama serta erosi lateral yang kuat.
d. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanggulangan kebakaran secara dini.
Lereng pada umumnya dibentuk oleh endapan aluvium (Qa), morfoset Argokalangan (Qav), Morfoset
e. Pembuatan waduk (embung) di daerahnya untuk pemadaman api.
Jeding – Patukbanteng (Qj), Morfosit Tanjungsari (Qjt) dan Morfosit Ngebel (Qjn). Daerah yang termasuk
f. Pembuatan sekat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian dengan hutan. dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah di Kabupaten Madiun antara lain Kecamatan Dolopo,
g. Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran. Dagangan, Wungu, Kare, Gemarang, Mejayan, Wonoasri dan Madiun dengan luas penyebaran mencapai
h. Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang luas. kurang lebih 15.642 ha.
i. Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat. 4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
j. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang heterogen. Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah. Pada zona ini sering
k. Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya. terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan baru masih aktif bergerak, terutama
l. Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar (pembuatan kompos, briket arang dll). disebabkan oleh curah hujan dengan intensitas tinggi dan dalam waktu lama serta erosi lateral yang kuat.
m. Kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran lahan dan hutan. Lereng pada umumnya dibentuk oleh tanah pelapukan dasar dari morfonit Tanjungsari (Qjt), Morfonit
n. Penyediaan dana tanggap darurat untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan disetiap unit kerja terkait. Argokalangan (Qav), Morfoset Jening – Patukbanteng (Qj), Morfonit Ngebel (Qjn). Daerah yang termasuk
dalam zona ini adalah Kecamatan Dagangan dan Kare dengan luas mecapai kurang lebih 2.275 ha.
o. Perlu adanya kerjasama antar Dinas terkait yaitu Perum Perhutani, Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta
masyarakat sekitar hutan Untuk lebih jelasnya klasifikasi kerentanan gerakan tanah di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 4.4.
maupun Gambar 4.11.
4.2.6. KAWASAN LINDUNG GEOLOGI Strategi penanganan bencana Kawasan Rawan Gerakan Tanah dilakukan melalui:
Sebagaimana disebutkan dalam Bab-1, Kabupaten Madiun merupakan wilayah rawan bencana alam 1. Penataan ruang. Manajemen resiko kawasan rawan gerakan tanah melalui penataan ruang dapat
diantaranya, rawan letusan gunung berapi, rawan gempa, dan kawasan yang memberikan perlindungan dilakukan dengan :
terhadap air tanah. a. Menghindari pembangunan rumah atau sarana lainnya pada daerah yang mempunyai kemiringan
4.2.6.1. KAWASAN RAWAN GERAKAN TANAH DAN LONGSOR lereng 25 – 45% dan > 45% dan mengarahkan pembangunan pada tanah stabil
Gerakan tanah menurut Varnes D.J ialah perpindahan material pembentuk lereng, yaitu batuan asli, tanah, b. Menghindari perencanaan pembangunan pada daerah yang mempunyai kerentanan gerakan tanah
bahan timbunan atau kombinasi dari material-material tersebut yang bergerak ke arah bawah dan keluar tinggi, sedangkan pembangunan zona berkerentanan menengah perlu dilakukan analisis kestabilan
lereng. Berdasarkan klasifikasi jenis tanah (Varnes D.J, 1978) jenis longsoran yang terjadi di Kabupaten pada tiap lokasi tapak
Madiun adalah jenis longsoran bahan rombakan. c. Menghutankan kembali tanah yang gundul (kritis) dengan pohon-pohon yang mempunyai akar kuat
Adapun faktor-faktor yang memicu terjadi gerakan tanah di Kabupaten Madiun sebagai berikut : pengaruh dan dalam yng dapat berfungsi sebagai penguat tanah, untuk mencegah terjadinya gerakan tanah.
kemiringan lereng, pengaruh batuan dan tanah, pengaruh kedudukan batuan, pengaruh keairan, pengaruh d. Perlu kewaspadaan pada daerah-daerah sekitar alur-alur sungai yang berpotensi terlanda aliran bahan
tataguna lahan, pengaruh struktur geologi, kegempaan, pengaruh aktivitas manusia. rombakan, terutama jika terjadi letusan gunung berapi atau terjadi akumulasi material gerakan tanah
Berdasarkan faktor penyebab terjadinya gerakan tanah tersebut, maka Kabupaten Madiun dibedakan menjadi : pada bagian atas alur. Hindari pembuatan permukiman pada daerah-daerah sekitar mulut alur dan
1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah kelokan sungai.
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terkena gerakan tanah. Pada daerah ini
sangat jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah baru maupun gerakan

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 13


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 14
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 15
e. Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang rawan gerakan tanah, area pegunungan terutama yang memiliki A. Tahapan mitigasi bencana kawasan rawan kerentanan gerakan tanah/longsor
kemiringan lereng yang curam, area dengan degradasi lahan yang parah, area yang tertutup butir- 1. Pemetaan
butir pasir yang lembut, area dengan curah hujan tinggi; Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah,
f. Memanfaatkan wilayah rentan gerakan tanah sebagai terbuka hijau sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten sebagai data dasar untuk
2. Rekayasa teknologi dapat dilakukan dengan: melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana

a. Penyelidikan geologi teknik, analisis kestabilan lereng dan daya dukung tanah. Dengan pelaksanaan 2. Penyelidikan
kegiatan ini, lebih lanjut zona-zona kritis (berpotensi terjadi gerakan tanah/longsor) dalam kawasan Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan
tersebut serta daya dukung kawasan dapat diketahui, sehingga upaya antisipasi resiko dalam penangulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
pemanfaatan ruang pada kawasan tersebut dapat dilakukan. 3. Pemeriksanaan
b. Sistem drainase yang tepat pada lereng. Tujuan pengaturan sistem drainase adalah untuk menghindari Melakukan penyelidikan pada saat dan stelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan
air hujan banyak meresap masuk dan terkumpul pada lereng yang rawan longsor/terjadi gerakan cara penanggulangannya
tanah. Dengan demikian perlu dibuat drainase permukaan yang mengalirkan air limpasan hujan 4. Pemantauan
menjauh dari lereng rawan bencana longsor, dan drainase bawah permukaan yang berfungsi untuk Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh
menguras atau memgalirkan air hujan yang meresap masuk ke lereng. pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
c. Sistem perkuatan lereng untuk menambah gaya penahan gerakan tanah pada lereng. Perkuatan 5. Sosialisasi
kestabilan lereng dapat dilakukan, dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa Memberikan pemahaman kepada pemerintah atau masyarakat umum tentang bencana alam tanah
konstruksi seperti tembok penahan, angkor, bronjong, jaring kawat penahan dan lain-lain. longsor atau gerakan tanah yang ditimbulkannya
d. Meminimalkan pembebanan pada lereng. Penetapan batas beban yang dapat diterapkan dengan aman B. Selama dan sesuah terjadinya bencana
pada lereng perlu dilakukan dengan penyelidikan struktur tanah/batuan pada lereng, sifat-sifat 1. Tanggap darurat
keteknikan serta melakukan analisis kestabilan lereng dan daya dukungnya. Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban
e. Memperkecil kemiringan lereng. Upaya memperkecil kemiringan lereng dilakukan untuk meminimalkan secepatnya
pengaruh gaya-gaya penggerak dan sekaligus meningkatkan pengaruh gaya penahan gerakan pada 2. Rehabilitasi
lereng. Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi dan sarana transportasi
f. Mengupas material gembur (yang tidak stabil pada lereng). Pengupasan material dapat memperkecil 3. Rekonstruksi
beban pada lereng, yang berarti meminimalkan besarnya gaya penggerak pada lereng, dan efektif Sedangkan penangan kawasan konservasi dan rawan longsor dapat dilihat pada Gambar 4.12.
diterapkan pada lereng yang lebih curam dari 40%.
g. Mengosongkan lereng dari kegiatan manusia. Apabila gejala awal terjadinya gerakan tanah/longsoran Tabel 4.4.
telah muncul, terutama pada saat hujan lebat atau hujan tidak lebat tetapi berlangsung terus menerus, KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN ZONA KERENTANAN TANAH
segera kosongkan lereng dari kegiatan manusia. Zona Kerentanan Tanah Kesesuaian Penggunaan
No
h. Penanaman vegetasi dengan jenis dan pola tanam yang tepat. Kawasan dengan tingkat kerawanan Jenis Luas (Ha) % Lahan
tinggi dan mengalami penggundulan hutan, dapat diupayakan untuk ditanami kembali, dengan jenis 1 Kerentanan Sangat 35.853,59 15,5 Sangat sesuai Tidak ada kendala tetapi perlu
tanaman yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Jenis tanaman yang disarankan oleh Bank Dunia Rendah untuk adanya penyelidikan tanah
pada kawasan lindung atau kawasan rawan bencana longsor adalah akasia, pinus, mahoni, johar, jati, 2 Kerentanan Rendah 47.314,04 19,8 pengembangan terlebih dahulu, bila akan ada
kemiri dan damar. Khusus untuk daerah berlereng curam di lembah dapat ditanami bambu. lahan terbangun penyayatan lereng.
i. Perlu diterapkan sistem terassiring dan drainase yang tepat pada lereng. Pengaturan sistem terassiring
bertujuan untuk melandaikan lereng, sedangkan sistem drainase berfungsi untuk mengontrol agar 3 Kerentanan Sedang 15.642,87 8,4 Kurang sesuai Diperlukan penyelidikan
tidak membuat jenuh massa tanah pada lereng. untuk kemantapan lereng secara rinci
pengembangan dan membengun bangunan
Sedangkan upaya mitigasi bencana kawasan rawan kerentanan gerakan tanah (tanah longsor) adalah suatu
lahan terbangun pencegah gerakan tanah
siklus kegiatan yang secara umum dimulai dari tahap pencegahan terjadinya longsor, kemudian tahap
4 Kerentanan Tinggi 2.275,47 1,2 Tidak sesuai Dihindari untuk lahan
waspada, evakuasi jika longsor terjadi dan rehabilitasi, kemudian kembali lagi ke tahap yang pertama.
untuk permukiman maupun lahan
Pencegahan dan waspada adalah merupakan bagian yang sangat penting di dalam siklus mitigasi bencana.
pengembangan terbangun lainnya
Upaya mitigasi bencana kawasan rawan kerentanan gerakan tanah, sebagai berikut : lahan terbangun

Jumlah 101.086,00 100,0


Sumber : Hasil Analisa

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 16


Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek. Gunung Wilis diidentifikasi sebagai gunung yang diperkirakan masih aktif.
Lihat Gambar 4.13.
Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana gunung berapi dengan penetapan zona bahaya dan zona aman
sebagai dasar wilayah pemanfaatan baik untuk pariwisata maupun budidaya yang lain. Pada zona bahaya tidak
diarahkan untuk permukiman. Pengelolaan kawasan rawan bencana gunung berapi juga menyangkut pelatihan
kepada masyarakat di sekitar kawasan rawan bencana untuk mengetahui tanda-tanda alam terjadinya letusan.
Strategi mitigasi yang dilakukan adalah perencanaan lokasi untuk menghindari daerah yang dekat dengan
lereng-lereng gunung berapi yang digunakan untuk aktifitas penting, penghindaran terhadap kemungkinan
kanal-kanal aliran lava, pengembangan bangunan yang tahan api dan rekayasa bangunan untuk menahan
beban tambahan endapan abu. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada paparan dibawah ini.
Strategi Mitigasi dan Pengurangan Bencana
a. Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau diluar dari kawasan rawan
bencana.
b. Hindari tempat tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau lahar.
c. Perkenalkan struktur bangunan tahan api.
d. Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api.
e. Membuat fasilitas jalan dari tempat pemukiman ke tempat pengungsian untuk memudahkan evakuasi.
f. Menyediakan alat transportasi bagi penduduk bila ada perintah pengungsian.
g. Kewaspadaan terhadap risiko letusan gunung api di daerahnya.
Gambar 4.12. PENANGANAN KAWASAN KONSERVASI DAN RAWAN GERAKAN
h. Identifikasi daerah bahaya (dapat dilihat pada Data Dasar Gunungapi Indonesia atau Peta Kawasan Rawan
Bencana Gunungapi).
4.2.6.2. KAWASAN RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI i. Tingkatkan kemampuan pemadaman api.
Gunung berapi adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di permukaan bumi yang dibangun j. Buat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan.
oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan (magma)/rempah lepas/gas yang
k. Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta
berasal dari bagian dalam bumi. Penyebab terbentuknya gunung berapi :
Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (penyuluhan).
1. Pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas.
l. Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi hendaknya paham cara menghindar dan tindakan yang
2. Proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng/kulit bumi. harus dilakukan ketika terjadi letusan gunungapi (penyuluhan).
3. Akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan energi. m. Paham arti dari peringatan dini yang diberikan oleh aparat/pengamat gunungapi (penyuluhan).
Bahaya letusan gunungapi dibagi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu bahaya utama (primer) dan n. Bersedia melakukan koordinasi dengan aparat/pengamat gunungapi.
bahaya ikutan (sekunder). Kedua jenis bahaya tersebut masing-masing mempunyai risiko merusak dan
mematikan.
1. Bahaya Utama (primer)
Bahaya utama (sering juga disebut bahaya langsung) letusan gunungapi adalah bahaya yang langsung
terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya tersebut adalah awan panas (piroclastik
flow), lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, leleran lava (lava flow), dan gas beracun.
2. Bahaya Ikutan (sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunungapi adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila
suatu gunungapi meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng
bagian atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan
tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kriteria
penetapan kawasan rawan letusan gunung berapi meliputi :
a. wilayah di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau
b. wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran atau guguran batu pijar
dan/atau aliran gas beracun.
Kabupaten Madiun merupakan bagian dari Pegunungan Wilis. Wilayah Gunung Wilis memiliki ketinggian 2.552
meter, serta puncaknya berada di perbatasan antara enam kabupaten yaitu Kediri, Tulungagung, Nganjuk,

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 17


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 18
4.2.6.3. KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM GEMPA
Gempabumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif
aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan. Kekuatan gempabumi akibat aktivitas gunungapi dan runtuhan
batuan relatif kecil sehingga kita akan memusatkan pembahasan pada gempabumi akibat tumbukan antar
lempeng bumi dan patahan aktif. Gempabumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan
dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Penyebab gempa adalah
a. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
b. Aktivitas sesar dipermukaan bumi
c. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadinya runtuhan tanah
d. Aktivitas gunungapi
e. Ledakan Nuklir
Berdasarkan Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Kabupaten Madiun merupakan daerah yang masuk dalam
zona gempa dengan percepatan 0,05-0,15 g (gravitasi) yang setara dengan skala V-VI pada skala MMI, dan
merupakan daerah berkekuatan antara 5-6 skala richter. Kawasan rawan gempa dengan skala Modified
Mercalli Intensity (MMI) IV – V, meliputi sebagian Kecamatan Saradan dan Pilangkenceng; sedangkan skala
Modified Mercalli Intensity (MMI) V - VI, meliputi sebagian Kecamatan Saradan, Pilangkenceng, Wonoasri,
Mejayan, Balerejo, Madiun, Sawahan, Jiwan, Wungu, Geger, Kebonsari, Dagangan, Dolopo, Kare, dan
Gemarang
Strategi Mitigasi Bencana Gempa antara lain:
Gambar 4.14. ASPEK BAHAYA GEMPA
1. Mitigasi bencana gempa bumi melalui penataan ruang berupa Manajemen resiko gempa bumi (earthquake
risk management) dapat dilakukan dengan :
a. Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang aman dari gempa bumi, antara lain dengan menganalisis tipe-tipe
tanah dan struktur geologinya maupun patahan atau sesar di suatu daerah merupakan salah satu
sumber gempa bumi tektonik. Untuk itu perlu dilakukan usaha memetakan arah patahan dengan lebih
teliti, khususnya di suatu daerah yang ada indikasi patahan. Pemetaan ini bermanfaat untuk memberi
saran ke penduduk, swasta, ataupun pemerintah jika mereka hendak membangun perumahan atau
gedung.
b. Mengalokasikan penempatan bangunan (perumahan dan fasilitas umum yang vital, seperti : rumah
sakit, sekolah, kantor polisi, pemadam kebakaran, dan sebagainya) pada wilayah yang aman dari
gempa bumi.
c. Bangunan hendaknya tidak memotong atau dibangun di atas jalur patahan. Dengan demikian, kalau
terjadi gempa, akibatnya tidak parah.
2. Mitigasi bencana gempa bumi melalui rekayasa teknologi dapat dilakukan dengan :
a. Mengembangkan teknik-teknik konstruksi tahan gempa, baik bangunan untuk fasilitas umum maupun
rumah penduduk, antara lain menggunakan bangunan dari kayu dan bahan ringan untuk rumah
karena lebih aman dibandingkan bangunan berat;
b. Memverifikasi kapabilitas bendungan dan pekerjaan rekayasa untuk menahan kekuatan gempa;
c. Meninjau kembali kesempurnaan fasilitas-fasilitas bangunan yang penting (rumah sakit, sekolah,
kantor polisi, pemadam kebakaran, instalasi komunikasi dan sebagainya) serta menyempurnakan
fasilitas tersebut jika diperlukan;
d. Merencanakan alternatif cadangan air; serta
e. Menyiapkan sistem-sistem komunikasi emergensi dan info kepada masyarakat umum yang
menyangkut keamanan. Gambar 4.15 LOKASI GEMPA BERDASARKAN SKALA MODIFIED MERCALLI INTENSITY (MMI)

Untuk lebih jelasnya kawasan rawan gempa bumi di Indonesia, Kabupaten Madiun maupun beberapa aspek
bahaya gempa bumi dapat dilihat pada Gambar 4.14, 4.15 dan 4.16.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 19


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 20
Tabel 4.5. 4.2.6.4. KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP AIR TANAH
SKALA MODIFIED MERCALLI INTENSITY (MMI) Sebagaimana disebutkan dalam Bab – 1, bahwa ada sebagian dari wilayah Kabupaten Madiun yang
berada pada wilayah yang dikategorikan sebagai daerah air tanah langka seperti di Kecamatan Kare,
Skala Keterangan Gemarang dan Dagangan dengan luas kurang lebih 36.518 ha, daerah yang memiliki akuifer produktifitas kecil
Sangat jarang /hampir tidak ada orang dapat merasakan. Tercatat pada alat (air tanah terbatas) meliputi kecamatan Saradan dan Pilangkenceng dengan luas kurang lebih 23.426 ha, serta
I daerah-daerah yang memiliki jenis tanah berkapur meliputi kecamatan Wungu dan Geger dengan luas
seismograf
kuranglebih 8.215 ha.. Lihat Gambar 4.17.
Terasa oleh sedikit sekali orang terutama yang ada di gedung tinggi, sebagian
II Wilayah selatan dari Kabupaten Madiun terdapat daerah fault, dimana aliran air tanah yang masuk ke
besar orang tidak dapat merasakan
dalam tanah melalui sungai influent selalu keluar lagi dalam bentuk air sungai yang berair sepanjang tahun.
Terasa oleh sedikit orang, khususnya yang berada di gedung tinggi. Mobil parkir
III Fault menyebabkan air yang meresap ke tanah keluar lagi kepermukaan mengisi sungai yang berair sepanjang
sedikit bergetar, getaran seperti akibat truk yang lewat
tahun, sehingga areal sekitar fault diidentifikasi sebagai daerah yang tak mampu memasukkan air hujan ke
Pada siang hari akan terasa oleh banyak orang dalam ruangan, diluar ruangan dalam tanah. Dengan demikian diinterpretasi bahwa daerah tersebut memiliki potensi air tanah sangat kecil.
hanya sedikit yang bisa merasakan. Pada malam hari sebagian orang bisa
IV Arahan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagai berikut:
terbangun. Piring, jendela, pintu, dinding mengeluarkan bunyi retakan, lampu
a. Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui pengembangan vegetasi
gantung bergoyang.
tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu
Dirasakan hampir oleh semua orang, pada malam hari sebagian besar orang
meresapkan air ke dalam tanah;
tidur akan terbangun, barang-barang diatas meja terjatuh, plesteran tembok
V b. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
retak, barang-barang yang tidak stabil akan roboh,
pandulum jam dinding akan berhenti. c. Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang memberikan nilai ekonomi melalui
pengambilan hasil buah bukan kayu, dan vegetasi yang menjadi tempat kehidupan berbagai satwa; dan
Dirasakan oleh semua orang, banyak orang ketakutan/panik, berhamburan
VI keluar ruangan, banyak perabotan yang berat bergerser, plesteran dinding retak d. Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan tanah, bendung) sehingga
kawasan ini memberikan kemampuan peresapan air yang lebih tinggi.
dan terkelupas, cerobong asap pabrik rusak
Setiap orang berhamburan keluar ruangan, kerusakan terjadi pada bangunan
yang desain konstruksinya jelek, kerusakan sedikit sampai sedang terjadi pada 4.3. RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA
VII
bangunan dengan desain konstruksi biasa. Penetapan kawasan budidaya merujuk pada kriteria yang terdapat dalam penentuan kawasan lindung
Bangunan dengan konstruksi yang baik tidak mengalami kerusakan yang berarti. sebagaimana dibahas pada halaman IV-1. Dari beberapa kriteria yang ada tersebut untuk kemudian
Kerusakan luas pada bangunan dengan desain yang jelek, kerusakan berarti dibobotkan dan dijumlahkan nilai bobotnya untuk digolongkan menjadi 4 (empat) kriteria, yaitu:
pada bangunan dengan desain biasa dan sedikit kerusakan pada bangunan a. <75, kawasan budidaya tanaman semusim/permukiman
VIII dengan desain yang baik. Dinding panel akan pecah b. 75 – 125, kawasan budidaya tanaman tahunan
dan lepas dari framenya, cerobong asap pabrik runtuh, perabotan yang berat c. 125 – 175, kawasan penyangga
akan terguling, pengendara mobil terganggu.
d. > 175, kawasan lindung
Kerusakan berarti pada bangungan dengan desain konstruksi yang baik, pipa
IX Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Pasal 63, menyatakan bahwa rencana
pipa bawah tanah putus, timbul retakan pada tanah.
pengembangan kawasan budidaya terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan
Sejumlah bangunan kayu dengan desain yang baik rusak, sebagian besar pertanian, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman,
bangunan tembok rusak termasuk fondasinya. Retakan pada tanah akan dan kawasan peruntukan lainnya.
X
semakin banyak, tanah longsor pada tebing tebing sungai
Pengelolaan kawasan budidaya dimaksudkan untuk peningkatan perekonomian dan kegiatan pembangunan di
dan bukit, air sungai akan melimpas di atas tanggul. segala bidang tanpa mengesampingkan eksistensi lingkungan hidup, sebagaimana paradigma yang
Sangat sedikit bangunan tembok yang masih berdiri, jembatan putus, rekahan berkembang secara universal yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pengembangan
XI pada tanah sangat banyak/luas, jaringan pipa bawah tanah hancur dan tidak kawasan budidaya dalam arahan RTRW Kabupaten Madiun adalah segala upaya untuk meningkatkan
berfungsi, rel kereta api bengkok dan bergeser. pendayagunaan lahan yang berada di luar kawasan lindung, untuk dimanfaatkan tanpa mengganggu
Kerusakan total, gerakan gempa terlihat bergelombang diatas tanah, benda keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Pengelolaan kawasan budidaya dilakukan dengan mendorong
XII
benda berterbangan keudara. segala kegiatan perekonomian yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperkuat
perekonomian daerah berdasarkan potensi yang ada.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 21


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 22
4.3.1. KAWASAN PERUNTUKAN HUTAN PRODUKSI Kawasan peruntukan hutan rakyat di Kabupaten Madiun mencapai luas kurang lebih 5.821 ha (kurang lebih
Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang dibudidayakan dengan tujuan diambil hasil hutannya baik 5% dari luas wilayah Kabupaten Madiun) yang tersebar di kecamatan Dolopo, Dagangan, Wungu, Kare,
hasil hutan kayu maupun non kayu. Kawasan hutan produksi merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan Gemarang, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan dan Wonoasri.
guna produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya Adapun rencana pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Madiun sebagai
pembangunan, mendukung pengembangan industri dan ekspor. Kawasan hutan produksi meskipun merupakan berikut :
kawasan budidaya tetapi juga memiliki fungsi perlindungan sebagai daerah resapan air. Kawasan ini tidak 1. Untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan,
boleh dialihfungsikan untuk kegiatan lain, dan harus dikendalikan secara ketat. manfaat sosial budaya dan manfaat ekonomi, pemerintah perlu
Luas kawasan hutan produksi di Kabupaten Madiun kurang lebih 40.631 ha (kurang lebih 40 % dari luas untuk menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan
wilayah Kabupaten Madiun), yang tersebar di Kecamatan Dolopo, Dagangan, Wungu, Kare, Gemarang, hutan dengan sebaran yang proporsional baik ditinjau dari sebaran
Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri dan Madiun. Untuk lebih jelasnya rencana hutan produksi di fungsi hutan maupun fungsi lokasi.
Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Gambar 4.18. 2. Menjaga keberlangsungan fungsi pokok hutan dan kondisi hutan
Rencana Pengelolaan kawasan hutan produksi meliputi: dengan upaya rehabilitasi hutan yang bertujuan mengembalikan kualitas hutan.
1. Untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan, manfaat sosial budaya dan manfaat 3. Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja
ekonomi, pemerintah perlu untuk menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan yang lebih banyak;
dengan sebaran yang proporsional baik ditinjau dari sebaran fungsi hutan maupun fungsi lokasi. 4. Pengelolaan hutan yang berorientasi pada seluruh potensi sumberdaya kehutanan dan berbasis pada
2. Menjaga keberlangsungan fungsi pokok hutan dan kondisi hutan dengan upaya rehabilitasi hutan yang pemberdayaan masyarakat melalui program pengembangan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
bertujuan mengembalikan kualitas hutan dengan program percepatan hutan dan lahan. (PHBM) dengan skim pengembangan hutan rakyat;
3. Untuk menjaga kualitas lingkungan maka di dalam pemanfaatan hutan sejauh mungkin dihindari 5. Melakukan sosialisasi tentang model-model hutan rakyat, peranan hutan rakyat dilihat dari aspek
terjadinya konversi dari hutan alam yang masih produktif menjadi hutan tanaman. produksi, sosial, ekonomi dan lingkungan
4. Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja 6. Melakukan kerjasama dengan Dinas/Instansi terkait serta masyarakat dalam melakukan rehabilitasi lahan
yang lebih banyak; dan konservasi tanah dengan model pengembangan hutan rakyat terutama pada lahan-lahan kritis
5. Pengelolaan hutan yang berorientasi pada seluruh potensi sumberdaya kehutanan dan berbasis pada
pemberdayaan masyarakat melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat 4.3.3. KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN
6. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
dengan melakukan kerjasama antar wilayah maupun antar dinas/instansi terkait; Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kriteria peruntukan
7. Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk diambil hasil kawasan pertanian meliputi :
non kayu, seperti buah dan getah; a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai
8. Pengembangan zona penyangga pada kawasan hutan produksi yang berbatasan dengan hutan lindung kawasan pertanian;
b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan pertanian
berkelanjutan;
c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
Lahan pertanian di Kabupaten Madiun meliputi
persawahan sepanjang tahun yang dapat ditanami padi karena adanya cukup air, baik dari irigasi teknis
maupun irigasi sederhana. Sedangkan pertanian lahan kering biasanya beragam, saat musim hujan ditanami
padi dan saat kemarau ditanami jagung, tembakau atau palawija, misal: kacang hijau, kedelai, kacang tanah,
dan ubi kayu. Alokasi pemanfaatan kawasan budidaya pertanian dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
VISUALISASI Hutan yang ada di Kabupaten Madiun didominasi oleh hutan jati A. PERTANIAN SAWAH
Penggunaan sawah di Kabupaten Madiun meliputi sawah irigasi teknis, sawah setengah teknis, sawah
4.3.2. KAWASAN HUTAN RAKYAT irigasi sederhana, irigasi desa/Non PU dan sawah tadah hujan. Perkembangan wilayah di Kabupaten
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya dengan Madiun menuntut adanya penyediaan lahan untuk pengembangan kegiatan budidaya, permukiman,
ketentuan luas minimum 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50% perdagangan dan jasa, industri maupun fasilitas umum.
(Lampiran I Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-V/2004, tanggal 22 Juli 2004). Dengan akan ditetapkannya Perkotaan Mejayan sebagai Ibukota Kabupaten Madiun, maka secara tidak
langsung pada kawasan tersebut akan berkembang kegiatan terbangun. Konsekuensinya akan terjadi
perubahan penggunaan lahan non budidaya ke budidaya. Kenyataanya Perkotaan Mejayan berada pada
kawasan yang sebagian besar wilayahnya perumakan areal persawahan.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 23


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 24
Kondisi ini tidak bisa dihindari, sehingga perubahan penggunaan lahan dari sawah menjadi lahan Tabel 4.6
terbangun di Perkotaan Mejayan dapat diganti pada wilayah lain dengan melakukan peningkatan dari WILAYAH PENGEMBANGAN UTAMA KOMODITI PERTANIAN TANAMAN PANGAN
sawah tadah hutan, sawah irigasi sederhana menjadi sawah irigasi teknis. Luasan kawasan pertanian
sawah yang direncanakan kurang lebih 31.594 ha (kurang lebih 31 % dari luas wilayah Kabupaten No Komoditi Lokasi Wilayah Pengembangan Utama
Madiun), dengan perincian sistem irigasi meliputi Sawah Irigasi Teknis, Sawah Irigasi Setengah Teknis, 1 Padi Seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Madiun Gemarang, Saradan, Pilang kenceng,
Tabel 4.7. Balerejo,Madiun. Kebonsari, Jiwan,
Sawah irigasi Sederhana, Sawah Irigasi Non PU, dan Sawah Tadah Hujan. Sawahan
Dari rencana luas lahan pertanian sawah tersebut diatas, yang ditetapkan sebagai kawasan Lahan 2 JagungWILAYAH UTAMA
Kebonsari, PENGEMBANGAN
Dolopo,Dagangan KOMODITI
,Wungu, Geger, Kare, BUAH
Kebon -BUAHAN
sari,Kare, Gemarang, Saradan.
Gemarang, Saradan, Pilang kenceng,Bale rejo.
Pertanian Pangan Berkelanjutan seluas kurang lebih 21.587,4 ha. 3 Ubi kayu Kebonsari,Dagangan, Wungu, dolopo, Gemarang
Kare,Gemarang,Saradan,Pilang
Adapun penyebaran lahan sawah beririgasi di Kabupaten Madiun meliputi Kecamatan Kebonsari, Geger,
kenceng,Mejayan,Wonosari,Balerejo, Madiun, Jiwan
Dolopo, Dagangan, Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Balerejo, 4 Ubi jalar Wungu, Kare, Pilang kenceng Wungu, Kare, Pilang kenceng
Madiun, Sawahan dan Jiwan. Sedangkan penyebaran lahan sawah tadah hujan meliputi Kecamatan 5 Kacang tanah Hampir seluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Hampir seluruh Kecamatan kecuali
Dolopo, Dagangan, Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Balerejo, dan Wonosari Kecamatan Wonosari
6 Kacang hijau Hampir seluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Dagangan,Wungu,Gemarang,Saradan,
Madiun Kebonsari Pilang kenceng, Mejayan, Wonosari,Bale
rejo,Madiun, Sawahan, Jiwan
B. TEGAL/KEBUN/LADANG
7 Kedelai Hampir seluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Kare Kebonsari,Geger,Dolopo,Dagangan,Gem
Kawasan pertanian lahan kering adalah kawasan yang biasanya pada saat musim hujan ditanami padi dan arang, Saradan, Pilang kenceng, Bale
rejo, Sawahan, Jiwan
saat kemarau ditanami jagung, tembakau atau palawija, misal: kacang hijau, kedelai, kacang tanah, dan
ubi kayu. Kawasan pertanian lahan kering yang dimaksud adalah tegal/kebun/ladang. Tegal/kebun/ladang Tabel 4.7.
yang direncanakan di Kabupaten Madiun seluas kurang lebih 2.643 ha (kurang lebih 2 % dari luas wilayah
WILAYAH PENGEMBANGAN UTAMA KOMODITI PERTANIAN TANAMAN SAYURAN
Kabupaten Madiun). Luas tegal/kebun/ladang mengalami penurunan karena dimanfaatkan untuk lahan
terbangun. Adapun penyebarannya berada di seluruh kecamatan. Untuk peningkatan nilai manfaat Wilayah Pengembangan
dilakukan melalui penerapan sistem pergiliran, tumpang sari dan sebagainya. No Komoditi Lokasi
Utama
C. HORTIKULTURA 1 Kacang Panjang Dolopo, Wungu, Gemarang, Saradan, Kebonsari, Dolopo, dan Mejayan
Kawasan hortikultura merupakan kawasan komoditi buah-buahan dan sayuran. Kawasan hortikultura Pilangkenceng,Mejayan, Wonoasri,
tersebar di seluruh kecamatan seluas kurang lebih 2.321 ha (kurang lebih 2 % dari luas wilayah Balerejo dan Jiwan
Kabupaten Madiun). 2 Cabe Kebonsari, Geger ,Dolopo,Dagangan, Kebonsari, Dolopo, dan Mejayan
Wungu, Kare, Gemarang, Saradan,
Adapun arahan pengelolaan kawasan pertanian meliputi : Pilangkenceng,Mejayan, Wonoasri, dan
Balerejo
1. Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan maka
tidak boleh dilakukan alih fungsi; 3 Tomat Kebonsari, Geger ,Dolopo,Dagangan, Kare, Gemarang, Saradan, Mejayan

2. Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, dan Balerejo

beririgasi teknis; Pilangkenceng,Mejayan, dan Balerejo

3. Pencetakan sawah baru yang disertai perbaikan saluran pada wilayah-wilayah yang rawan kekeringan; 4 Terong Kebonsari, Dolopo, Wungu, Kare, Mejayan dan Balerejo
Gemarang, Saradan,
4. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktifitas
Pilangkenceng,Mejayan, Balerejo dan
tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan agropolitan dan agrowisata;
Jiwan
5. Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman tahunan
yang produktif, dan kawasan ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan 5 Ketimun Geger ,Dolopo,Dagangan, Gemarang, Dolopo, Dagangan, Saradan dan

terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang; Saradan, Pilangkenceng, dan Balerejo Balerejo

Sedangkan arahan untuk kawasan pengembangan utama komoditi pertanian di Kabupaten Madiun 6 Kangkung Dolopo, Gemarang, Saradan, Mejayan dan Balerejo
sebagaimana terlihat pada Tabel 4.6 s/d Tabel 4.8 dan Gambar 4.19 s/d Gambar 4.21. Pilangkenceng,Mejayan, Sawahan,
Balerejo dan Jiwan
7 Bawang Merah Kebonsari, Kare, Saradan dan Kebonsari, Kare, Saradan dan
Pilangkenceng Pilangkenceng
8 Labu Siam Gemarang Gemarang
9 Bayam Kebonsari, Geger ,Dolopo,Dagangan, Gemarang, Saradan, Pilangkenceng,
Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, Mejayan dan Balerejo
Pilangkenceng,Mejayan, Wonoasri,
Balerejo, Sawahan dan Jiwan
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 25
Tabel 4.8.
WILAYAH PENGEMBANGAN UTAMA KOMODITI PERTANIAN TANAMAN BUAH-BUAHAN 4.3.4. KAWASAN PERUNTUKAN PERKEBUNAN
Kawasan perkebunan di Kabupaten Madiun dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang ada
No Komoditi Lokasi Wilayah Pengembangan Utama
1 Apokat Geger ,Dolopo,Dagangan, Kare, Gemarang, Saradan, Geger ,Dolopo,Dagangan, Kare, Gemarang, pada daerah masing-masing serta prospek ekonomi yang dimiliki. Berdasarkan komoditasnya, pengembangan
dan Mejayan Saradan, dan Mejayan perkebunan dapat dibagi dalam dua kelompok yakni perkebunan tanaman tahunan seperti kopi, coklat dan
2 Belimbing Seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Madiun Seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten karet, dan perkebunan tanaman semusim antara lain tembakau, tebu, panili dan sebagainya. Kawasan
Madiun
3 Duku Dolopo, Dagangan ,Kare, Dolopo, Dagangan ,Kare,
perkebunan di Kabupaten Madiun dikelola oleh perusahaan seperti perkebunan kopi Kandangan yang terletak
4 Durian Dolopo,Dagangan,Wungu,Kare, Dolopo,Dagangan,Wungu,Kare,Gemarang, di Kecamatan Kare dengan luas mencapai kurang lebih 862 ha dan di Kecamatan Wungu seluas kurang lebih 1
Gemarang, ha, dimana kawasan ini sekaligus berfungsi sebagai fungsi lindung. Luas keseluruhan kawasan peruntukkan
5 Jambu biji Seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Madiun Seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten perkebunan kurang lebih 18.912 ha, meliputi kecamatan Gemarang, Kare, Dagangan, Dolopo, dan Saradan.
Madiun
6 Jambu air Geger,Dolopo,Dagangan,Wungu,Kare,Gemarang,Sarad Geger,Dolopo,Dagangan,Wungu, Arahan pengelolaan kawasan perkebunan antara lain :
an,Pilang kenceng,Bale rejo, Madiun, Jiwan. Kare,Gemarang,Saradan,Pilang
a. Pengembangan kawasan perkebunan hanya di kawasan yang dinyatakan memenuhi syarat, dan diluar
kenceng,Bale rejo, Madiun, Jiwan
7 Jeruk siam Dolopo,Dagangan,Wungu,Kare,Gemarang,Saradan,Pila Dolopo,Dagangan,Wungu,Kare,Gemarang, area rawan banjir serta longsor;
ng kenceng,Mejayan, wonosari, Bale rejo, Madiun Saradan,Pilang kenceng,Mejayan, b. Dalam penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi
Jiwan wonosari, Bale rejo, Madiun Jiwan
tanah dan air juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika;
8 Mangga Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten Madiun Dolopo,Dagangan, Wungu, Gemarang,
Pilang kenceng, Mejayan. c. Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan memalui peningkatan peran serta masyarakat
9 Sirsak Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten Madiun Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten yang tergabung dalam kimbun masing-masing; serta.
Madiun
10 Sukun Kebon sari, Dolopo,Dagangan,Wungu, Gemarang, Kebon sari, Dolopo,Dagangan,Wungu, d. Pengembangan perkebunan terutama pada area yang telah mengalami kerusakan dengan tanaman
Saradan,Pilang kenceng, Mejayan, Bale rejo, Sawahan. Gemarang, Saradan,Pilang kenceng, tahunan yang dapat diambil buahnya
Mejayan, Bale rejo, Sawahan.
Arahan pengembangan kawasan perkebunan yaitu:
11 Melinjo Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten Madiun Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten
Madiun a. Memperbaiki dan mengembangkan prasarana dan sarana infrastruktur ke lokasi pertanaman serta untuk
12 Petai Dolopo,Dagangan, Wungu,Kare,Gemarang Dolopo,Dagangan, Wungu,Kare,Gemarang pengolahan dan pemasaran;

13 Nenas Wungu,Kare Wungu,Kare


b. Mendorong tumbuh dan berkembangnya organisasi/asossiasi petani;
14 Pisang Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten Madiun Kebon sari, Dagangan, Wungu, Kare, c. Mendorong tumbuh dan berkembangnya organisasi kerjasama antar pelaku usaha;
Saradan, Pilang kenceng, Mejayan, Bale
rejo, Sawahan. d. Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi dengan wilayah lain yang mengembangkan komoditas
15 Sawo Kebon sari, Geger,Dolopo,Dagangan, Wungu, Kare, Kebon sari, Geger,Dolopo,Dagangan, perkebunan yang sama dalam menyusun strategi pengembangan perkebunan secara bersama, termasuk
Gemarang, Saradan, Pilang kenceng, Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, Pilang di dalamnya dalam kerjasama penelitian guna pengembangan produk perkebunan; serta
Mejayan,Wonosari, Bale rejo,Madiun kenceng, Mejayan,Wonosari, Bale
rejo,Madiun e. Menjalankan mekanisme insentif dan disinsentif bagi para pelaku usaha perkebunan.
16 Manggis Dagangan, Wungu, Gemarang,Saradan Dagangan, Wungu, Gemarang,Saradan Selanjutnya langkah yang sangat relevan dalam pembangunan perkebunan ke depan adalah menerapkan
17 Nangka Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten Madiun Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten pengembangan konsep Corporate Community Relationship, melalui pengembangan konsep ini diharapkan :
Madiun
18 Rambutan Kebon sari, Geger,Dolopo,Dagangan,Wung, Kebon sari, Geger,Dolopo,Dagangan,Wung, a. Pengusaha perkebunan rakyat atau masyarakat di sekitar perkebunan dapat berperan di dalam
Kare,Gemarang,Saradan,Mejayan,Bale Kare,Gemarang,Saradan,Mejayan,Bale rejo pengelolaan perkebunan.
rejo,Sawahan,Jiwan
b. Pengusaha perkebunan besar dengan segala kelebihan yang dimilikinya dapat berperan membantu
19 Pepaya Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten Madiun Kecamatan Madiun meningkatkan produktivitas dan mutu hasil perkebunan rakyat, baik melalui kegiatan peremajaan,
rehabilitasi, maupun deversifikasi usaha perkebunan.
20 Jeruk Geger,Dolopo,Wungu,Kare,Pilang Geger,Dolopo,Wungu,Kare,Pilang
Sedangkan kawasan pengembangan utama komoditi dapat dilihat pada Gambar 4.22.
besar kenceng,Mejayan,Sawahan kenceng,Mejayan,Sawahan
21 Melon Kebonsari, Geger,Dolopo,Dagangan,Wungu,Pilang Kecamatan Madiun
kenceng,Wono sari,Madiun 4.3.5. KAWASAN PERUNTUKAN PERIKANAN
22 Semangka Geger,Dolopo,Dagangan, Wonosari,Sawahan Geger,Dolopo,Dagangan, Perikanan di Kabupaten Madiun adalah perikanan darat yang dikembangkan di kolam/sungai, waduk. Adapun
Wonosari,Sawahan arahan pengelolaan kawasan perikanan adalah mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang
memiliki potensi pengairan untuk perikanan khususnya kolam/sungai dan waduk. Pengembangan budidaya
perikanan kolam diarahkan di Kecamatan Dolopo, Kebonsari, dan Balerejo sedangkan pengembangan budidaya
perikanan waduk diarahkan di Kecamatan Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Saradan Untuk lebih jelasnya
Kawasan pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Gambar 4.23.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 26


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 27
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 28
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 29
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 30
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 31
Pengembangan Kawasan Industri di Kabupaten Madiun merupakan kebutuhan pembangunan wilayah
4.3.6. KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN mengingat peran strategis sektor industri dalam meningkatkan nilai tambah komoditas lokal dan penyerapan
tenga kerja. Pengembangan kawasan industri didasarkan pada aspek ketersediaan bahan baku, ketersediaan
Pada dasarnya penambangan adalah proses pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja, permintaan pasar, ketersediaan infrastruktur dan perkembangan perekonomian regional.
hidup manusia. Semakin besar eksploitasi sumber daya alam akan semakin besar pula gangguan terhadap
keseimbangan lingkungan dengan demikian kemungkinan terjadinya degradasi semakin besar pula, metoda Industri di Kabupaten Madiun sebagian besar berupa industri kecil dan sedang. Lokasi industri pada umumnya
penambangan akan mempengaruhi besar kecilnya perubahan terhadap bentang alam. Potensi jenis tambang berkembang ke arah selatan tepatnya di Kecamatan Geger dan Wungu yang berbatasan langsung dengan Kota
yang ada di Kabupaten Madiun meliputi kecamatan Kare dan Dagangan berupa pertambangan mineral logam Madiun. Industri yang ada di Kabupaten Madiun antara lain Pabrik Gula Pagotan, Chemical Industri, Pabrik
berupa emas, seluruh wilayah kabupaten Madiun berupa pertambangan mineral bukan logam serta Gula Kanigoro yang semuanya berada di Kecamatan Geger dan Wungu. Selain ke arah selatan, industri dan
pertambangan batuan berupa tanah urug dan sirtu. Sedangkan dalam proses eksplorasi adalah panas bumi pergudangan juga tumbuh dan berkembang ke arah Timur karena pengaruh dari Jalan arteri primer Surabaya
berada di Desa Sareng Kecamatan Geger, Desa Segulung Kecamatan Dagangan, dan Desa Batok Kecamatan – Madiun. Kawasan industri di Kabupaten Madiun diarahkan sebagai berikut :
Gemarang. Sedangkan potensi pertambangan minyak dan gas bumi berada di kecamatan Saradan (Alas Jati A. SENTRA INDUSTRI KECIL
Block/PsC) adalah sekumpulan kegiatan industri kecil sejenis yang lokasinya mengelompok pada jarak yang tidak
Dalam kegiatan penambanganmineral batuan, perlu pengawasan dari pemerintah daerah agar kegiatannya terlalu berjauhan. Sentra industi kecil ini pada umumnya berada di kawasan pedesaan maupun perkotaan
tidak menyebabkan erosi, tidak merubah batas sungai, pengikisan tepi sungai, tidak merusak sempadan dan dapat merupakan industri rumah tangga, atau industri kecil yang berdiri sendiri. Perkembangan sentra
sungai dan tidak mengganggu kegiatan lainnya. Mengingat resiko kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan industri kecil di daerah pedesaan mempunyai nilai strategis karena mampu meningkatkan kemampuan
bahan, terutama terhadap air tanah hal ini, antara lain: para pengusaha kecil di Kabupaten Madiun, yang pada gilirannya akan mempunyai kemampuan untuk
Dampak negatif yang mungkin terjadinya terhadap air tanah antara lain adalah terjadinya penurunan meningkatkan pembangunan di daerah pedesaan. Pengembangan industri kecil dapat dilakukan pada
muka air tanah atau hilangnya air tanah sehingga dapat mengganggu tata air di lokasi maupun daerah kawasan permukiman sejauh tidak mengganggu kualitas lingkungan;
sekitarnya. a. Tujuan Pengembangan Sub-sektor industri kecil di kabupaten Madiun adalah :
Dampak negatif lain adalah timbulnya pencemaran akibat bahan buangan tambang yang mempengaruhi Diversifikasi kegiatan ekonomi, sehingga semakin beragamnya kegiatan ekonomi akan
kualitas air tanah. semakin kuat struktur ekonominya, terutama sektor sekunder.
Untuk memperkecil kemungkinan timbulnya dampak-dampak negatif seperti diatas, maka perlu diketahui Memanfaatkan produksi sektor pertanian sebagai bahan baku sehingga memberikan nilai
karakteristik, kondisi maupun sebaran air tanah dengan cara pengeboran ataupun pendugaan geolistik. tambah yang lebih besar bagi wilayah yang bersangkutan, terutama bagi daerah-daerah yang
Rencana pengelolaan kawasan pertambangan meliputi : mempunyai produk unggulan sesuai dengan konsep "one village - one product"

a. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi mineral tambang, Menyediakan lapangan pekerjaan dengan tingkat ketrampilan menengah, yang mana pada taraf
kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan; ini cukup tersedia tenaga kerja yang memadai, khususnya angkatan kerja baru.

b. Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/reklamasi sesuai dengan zona peruntukkan Dapat mendorong pertumbuhan sektor primer maupun sektor tersier.
yang ditetapkan, dengan melakukan penimbunan tanah subur dan/atau bahan-bahan lainnya, sehingga c. Usaha Pengembangan :
menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya Perlunya peran serta pihak Pemerintah secara lebih aktif di dalam penyuluhan ketrampilan dan
dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup; masalah pemasaran;
c. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas ( top soil) untuk Perlu kerjasama antara pihak pemerintah, swasta dan industri kecil di dalam penyediaan dana
keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan; dan distribusi pemasaran;
d. Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran batu bata – genting, sebab dapat Pengembangan industri kecil ini perlu dikembangkan di tiap desa dengan diversifikasi jenis
mengakibatkan kerusakan lingkungan; industri sesuai dengan kegiatan eksisting, bahan baku dan ketersediaan sumber daya lainnya.
e. Pada kawasan yang teridentifikasi pertambangan panas bumi dan bernilai ekonomi tinggi, sementara pada Kawasan pengembangan sentra industri kecil diarahkan menyatu dengan lingkungan permukiman
bagian atas kawasan penambangan adalah kawasan lindung atau kawasan budidaya sawah yang tidak sepanjang tidak mengganggu lingkungan yang ada. Demikian juga untuk mendukung kegiatan
boleh alih fungsi, atau kawasan permukiman, maka eksplorasi dan/atau eksploitasi tambang harus disertai agropolitan, agroforestry, agrowisata, dan ekowisata dapat dikembangkan industri kecil yang menyatu
AMDAL, kelayakan secara lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi terhadap pengaruhnya dalam jangka dengan lingkungan permukiman dan dikembangkan di semua kecamatan sesuai dengan potensi yang ada.
panjang dan skala yang luas;
B. LAHAN PERUNTUKAN INDUSTRI
f. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan sebelum, saat dan
Lahan peruntukan industri yang saat ini ada disepanjang jalan arteri primer yang menghubungkan
setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang ketat; dan
Kabupaten Madiun – Surabaya maupun Kabupaten Madiun – Ponorogo, tepatnya di kecamatan Geger,
g. Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk pengembangan komoditas Dolopo, Wungu, Wonoasri, dan Balerejo dibatasi perkembangannya dan untuk pembangunan industri baru
lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti tanaman jarak pagar dan tanaman nilam. diarahkan ke utara disekitar akses bebas hambatan.
C. KAWASAN INDUSTRI DAN PERGUDANGAN
4.3.7. KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI Kawasan industri dan pergudangan diarahkan di wilayah utara tepatnya di kecamatan Pilangkenceng,
Saradan serta Mejayan. Kawasan ini diprediksi akan memiliki tarikan kegiatan lain yang besar sehingga

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 32


diperlukan penataan kawasan industri secara khusus. Kawasan ini diarahkan untuk pengembangan industri 1) . Kapling komersial adalah kapling yang disediakan oleh Perusahaan Kawasan Industri untuk sarana
ringan-sedang, merupakan kawasan industri yang mengolah hasil pertanian, perkebunan dan hasil hutan, penunjang seperti perkantoran, bank pertokoan, tempat tinggal sementara, kantin dan sebagainya
workshop serta pergudangan. 2) . Kapling perumahan adalah kapling yang disediakan oleh Perusahaan Kawasan Industri untuk perumahan
a. Pengertian : pekerja termasuk fasilitas penunjangnya seperti tempat olah raga dan sarana ibadah
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, maka yang 3) . Fasilitas yang termasuk prasarana penunjang lainnya antara lain adalah pusat kesegaran jasmani, pos
yang dimaksud dengan Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang pelayanan, telekomunikasi, saluran air pembuangan air hujan, instalasi penyediaan air bersih, instalasi
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan penyediaan tenaga.
kawasan industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Luas kawasan industri sekurang-
kurangnya 20 hektar. Tabel 4.10.
b. Tujuan Pembangunan Kawasan Industri, adalah : JENIS INDUSTRI YANG AKAN DIKEMBANGKAN DI KABUPATEN MADIUN
Mempercepat pertumbuhan industri serta memberikan kemudahan bagi kegiatan industri. No Jenis industri
Mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri 1. INDUSTRI KIMIA
Menyediakan fasilitas lokal industri yang berwawasan lingkungan. Industri gamping, industri penyulingan minyak cengkeh, pemecah batu, tegel dan beton, pengasapan
c. Perusahaan kawasan industri berkewajiban untuk : karet, genteng, penyamakan kulit, plastik, pupuk, calcium carbonat, keramik, pembuatan arang, bola
Menyediakan lahan industri siap pakai dan atau bangunan pabrik siap pakai bulutangkis, aspal goreng, alkohol, minyak nilam, pupuk kompos
Membuat rencana tapak kawasan industri sesuai dengan ketentuan Pemerintah Daerah 2. INDUSTRI AGRO
Membangun dan memelihara prasarana dan utilitas seperti jalan, saluran drainage, jaringan Industri es batu, tahu, tempe, brem, susu perah, gula mangkok, snack, pengusapan kopi, makanan
telekomunikasi, jaringan jalan, inslasi penyediaan air bersih dan jaringan distribusinya, pipa ternak, rokok, lempeng beras, soun, kripik buah, sambal pecel, krupuk, roti, minuman dari buah,
pengumpul limbah industri, membangun, mengoperasikan dan memelihara unit usaha pengolah tepung tapioka, gula putih
limbah 3. INDUSTRI PULP DAN KERTAS
Membuat tata tertib kawasan industri antara lain berisikan ketentuan-ketentuan hak/kewajiban Industri percetakan, kap es krim dan piring kertas
perusahaan kawasan dan perusahaan industri di dalam kawasan, terutama dalam kaitannya 4. INDUSTRI HASIL HUTAN
dengan pengelolaan lingkungan, pengoperasian fasilitas sosial/fasilitas umum.
Industri kayu (venner), perabot, rotan, tusuk sate, sumpit makan, peti buah, tusuk gigi
Berikut ini merupakan standart teknis kawasan industri berdasarkan Lampiran II Keputusan Menteri
5. INDUSTRI LOGAM MESIN, ELEKTRONIKA DAN ANEKA
Perindustrian dan Perdagangan RI No. 50/MPP/Kep/2/1997 tanggal 20 Pebruari 1997, sebagimana terlihat
pada Tabel 4.9. Sedangkan jenis industri yang akan dikembangkan di Kabupaten Mmadiun sebagaimana a. Industri logam dasar besi dan baja
terlihat pada Tabel 4.10. industri besi dan baja
Tabel 4.9. industri industri penggilingan baja
STANDAR TEKNIS KAWASAN INDUSTRI b. Industri logam dasar besi dan baja
Luas Lahan dapat Dijual Industri pembuatan logam dasar bukan besi
Sarana dan Prasarana
(Maksimal 70%) Industri penggilingan logam bukan besi
LUAS
NO Kapling Kapling Kapling Jalan dan Sarana Ruang
KAWASAN c. Industri Pengecoran Logam
Industri Komersial Perumahan Penunjang Lainnya Terbuka
Industri penempaan, pengepresan dan penggulungan logam
Hijau
d. Industri daur ulang barang-barang logam
1. 10-20 ha 65% - 75% Maksimal 10% Maksimal 10% Sesuai Kebutuhan Minimal 10%
Industri daur ulang barang-barang logam
2. > 20 – 50 ha 65% - 75% Maksimal 10% Maksimal 10% Sesuai Kebutuhan Minimal 10%

3. > 50 - 100 ha 60% - 70% Maksimal 12,5% Maksimal 10% Sesuai Kebutuhan Minimal 10% Sumber : Hasil Analisa
Untuk lebih jelasnya rencana kawasan industri di Kabupaten Madiun sebagaimana terlihat pada Tabel 4.11.
4. > 100 – 200 ha 50% - 70% Maksimal 15% Maksimal 12% Sesuai Kebutuhan Minimal 10%

5. > 200 - 500 ha 45% - 70% Maksimal 17,5% 10% - 25% Sesuai Kebutuhan Minimal 10% Adapun arahan pengelolaan kawasan industri di Kabupaten Madiun adalah :

6. > 500 ha 40% - 70% Maksimal 20% 10% - 30% Sesuai Kebutuhan Minimal 10% 1. Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologis;
2. Pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi
Sumber : Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No 50/MPP/Kep/2/1997
kawasan;
Keterangan :

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 33


3. Industri yang dikembangkan memiliki keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan Raya Saradan dan obyek wisata Waduk Kedungbrubus, Notopuro, Saradan dan Dawuhan serta Makam
industri hilir serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya Kuncen.
keseimbangan lingkungan dan biaya aktifitas sosial; serta B. Wilayah Selatan
4. Setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi ramah lingkungan, dan Menjadikan obyek wisata Taman Rekreasi Umbul sebagai ikon wisata di Kabupaten Madiun wilayah selatan
harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya bencana industri. yang menghubungkan (satu paket) dengan obyek wisata yang ada di Kecamatan Geger yakni wisata
Industri Pabrik Gula Pagotan, Pabrik Gula Kanigoro, Wisata Agro, Situs Sewulan, Makam Mbah Moch Bin
Tabel 4.11. Oemar dan Masjid Al Muttaqin, Komplek Madiun Lama (Dusun Ngrawan Desa Dolopo Kecamatan Dolopo),
RENCANA KAWASAN INDUSTRI DI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2029 Makam Patih Kutho Miring Dusun Gentong Desa Pusat Kecamatan Geger dan Makam Ki Ageng Rendeng
Desa Kincangwetan Kecamatan Jiwan
No Klasifikasi Industri Lokasi Luas Keterangan
(Ha) C. Wilayah Timur

1. Sentra Industri Kecil Di seluruh Kecamatan - Dapat dikembangkan pada lingkungan Menjadikan obyek wisata Monumen Kresek sebagai icon wisata di Kabupaten Madiun bagian/wilayah timur
permukiman sepanjang tidak dengan menghubungkan obyek wisata yang ada pegunungan Wilis seperti Air Terjun Seweru/Kedung Malem,
menggagu lingkungan yang adadan Perkebunan Kopi Kandangan, Wisata hutan Grape, Waduk Kresek maupun wisata agro dan hutan lainnya.
dikembangkan sesuai dengan potensi
di masing-masing kecamatan Tabel 4.12.
2. Kawasan Industri Pilangkenceng, 431,14 pengembangan industri ringan-sedang, PERMASALAHAN DAN PENANGANAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2029
Balerejo, Mejayan merupakan kawasan industri yang
No Obyek Wisata Permasalahan Penanganan
mengolah hasil pertanian, perkebunan
dan hasil hutan, workshop serta 1. Waduk Widas Kurangnya perawatan atas Melengkapi dan memperbaiki fasilitas
pergudangan. Kawasan industri ini fasilitas-fasilitas hiburan. hiburan yang ada seperti taman bermain
untuk mendukung kawasan Kurangnya kegiatan dan perahu speed boot.
agropolitan promosi wisata. Memperbanyak jenis hiburan seperti
lapangan olahraga, tempat penginapan,
3. Lahan Peruntukan Geger, Dolopo, 64,83 Dikembangkan sesuai dengan kondisi
rumah makan, dan showroom yang
Industri Wungu, Wonoasri, yang ada saat ini untuk mendukung
berfungsi sebagai tempat pembelajaran
kegiatan agropolitan serta tidak
mengenai fungsi utama waduk, sehingga
dikembangkan lebih lanjut
dapat menambah wacana wisatawan
Sumber : Hasil Analisa
mengenai waduk tersebut
Meningkatkan promosi atas keberadaan
4.3.8. KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA waduk tersebut baik skala local
Sektor pariwisata di Kabupaten Madiun sebenarnya cukup berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki (Kabupaten Madiun) maupun skala luar
obyek wisata yang cukup banyak dan tersebar di seluruh Kabupaten Madiun. Potensi pariwisata di kabupaten Kabupaten Madiun.
Madiun meliputi, pariwisata di bidang agro yang terletak di kawasan Gunung Wilis dengan perkebunan kopi
dan kakao, pariwisata seni budaya dengan kesenian dongkrek. Untuk pariwisata sejarah dengan Monumen
2. Waduk Saradan dan Kurang berfungsinya kedua Mengoptimalkan fungsi utama waduk
Kresek yang merupakan saksi sejarah pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, dan pariwisata pelestarian
Notopuro waduk tersebut untuk untuk memenuhi kebutuhan air bersih
lingkungan dan pembenihan berupa waduk dan persemaian kayu jati. Adapun permasalahan dan rencana
memenuhi kebutuhan air warga sekitar terutama saat musim
penanganan masing-masing obyek wisata yang ada di Kabupaten Madiun dapat di lihat pada Tabel 4.12.
bersih warga Kabupaten kemarau.
Adapun berdasarkan kebijaksanaan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan yang ditetapkan dalam Madiun Meningkatkan kemudahan aksesibilitas
RIPP tahun 1993, Kabupaten Madiun terbagi dalam 3 (tiga) Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP), dan
Tidak adanya fasilitas menuju kedua waduk tersebut
pada setiap WPP terdapat satu obyek wisata andalan. Rencana pengembangan berdasarkan konsentrasi
hiburan yang ada di sana. Menyediakan tempat parkir yang
wilayah wisata diharapkan pengembangan pariwisata di Kabupaten Madiun dapat berjalan secara sistematis,
Aksesibilitas yang kurang memadai
terencana, terpadu dan berkelangsungan. Adapun konsentrasi pembagian wilayah wisata di Kabupaten Madiun
memadai untuk menuju ke Melengkapi kedua waduk tersebut
dibagi dalam tiga wilayah (sentra), antara lain:
kedua waduk tersebut. dengan fasilitas hiburan untuk menarik
A. Wilayah Utara
minat wisatawan berkunjung, seperti
Menjadikan wisata Bendungan Widas sebagai icon wisata di Kabupaten Madiun bagian wilayah utara
taman bermain bagi anak-anak dan
dengan menghubungkan (satu paket) dengan obyek wisata yang ada di Kecamatan Mejayan yakni Wisata
tempat pemancingan.
industri Brem, wisata belanja dan wisata kuliner, serta obyek wisata souvenir gembol jati yang ada di jalan

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 34


No Obyek Wisata Permasalahan Penanganan No Obyek Wisata Permasalahan Penanganan
3. Waduk Dawuhan Kurang berfungsinya Mengoptimalkan fungsi utama waduk 6. Monumen Kresek / Kurangnya fasilitas hiburan Peningkatan perawatan akan fasilitas
waduk tersebut untuk untuk memenuhi kebutuhan air bersih Madiun Affair 48 dan kegiatan hiburan yang ada.
memenuhi kebutuhan air warga sekitar terutama saat musim sebagai penarik wisatawan Melengkapi fasilitas hiburan seperti
bersih warga Kabupaten kemarau. Kurang mendukungnya taman bermain dan museum mengenai
Madiun. Meningkatkan kemudahan aksesibilitas fasilitas pendukung seperti sejarah perjuangan Madiun Affair 48.
Tidak adanya fasilitas menuju waduk tersebut. area parkir, kantor Melengkapi kegiatan hiburan seperti
hiburan yang ada di sana. Menyediakan tempat parkir yang pengelola, kamar mandi, drama perjuangan para pahlawan dan
Aksesibilitas yang kurang memadai. dan lain sebagainya. sendra tari khas Madiun.
memadai untuk menuju ke Melengkapi fasilitas hiburan untuk Tidak adanya petunjuk
waduk tersebut. menarik minat wisatawan berkunjung, arah yang jelas untuk
Melengkapi fasilitas pendukung seperti
seperti taman bermain bagi anak-anak menuju ke lokasi obyek
kantor pengelola, gazebo, kamar mandi,
dan tempat pemancingan. wisata.
dan tempat parkir, serta penunjuk arah
Minimnya kegiatan promosi lokasi wisata.
wisata.
4. Waduk Kedungbrubus Kurang berfungsinya Mengoptimalkan fungsi utama waduk Meningkatkan kegiatan promosi wisata
waduk tersebut untuk untuk memenuhi kebutuhan air bersih Monumen kresek.
memenuhi kebutuhan air warga sekitar terutama saat musim
bersih warga Kabupaten kemarau.
7. Taman Rekreasi Umbul Kurang terawatnya semua Mengembangkan potensi air panas
Madiun Meningkatkan kemudahan aksesibilitas fasilitas yang ada, baik belerang yang ada untuk pemandian.
Tidak adanya fasilitas menuju waduk tersebut fasilitas hiburan maupun Memperbaiki semua fasilitas hiburan dan
hiburan yang ada di sana. Menyediakan tempat parkir yang fasilitas pendukung. pendukung yang rusak.
Aksesibilitas yang kurang memadai Tidak adanya kegiatan Memperbaiki dan merawat pendopo yang
memadai untuk menuju ke Melengkapi fasilitas hiburan untuk hiburan. ada di dalam kawasan wisata yang
waduk tersebut. menarik minat wisatawan berkunjung, Tidak adanya kegiatan berguna juga sebagai museum.
seperti taman bermain bagi anak-anak promosi wisata. Melengkapi fasilitas hiburan serta
dan tempat pemancingan.
kegiatan hiburan.
Meningkatkan kegiatan promosi wisata
5. Hutan Grape Kurang terawatnya fasilitas Peningkatan perawatan akan fasilitas taman rekreasi umbulan.
hiburan maupun fasilitas yang ada.
pelengkap yang ada. Melengkapi fasilitas hiburan seperti
8. Kebun Kopi Kandangan Aksesibilitas menuju lokasi Mempermudah aksesibilitas menuju
Minimnya fasilitas taman bermain, area outbond, jogging
dan Air Terjun wisata yang tidak baik kawasan perkebunan kopi.
pendukung, seperti gazebo, track dan ruang pamer (showroom)
Seweru/Kedung Malem karena jalannya yang Melengkapi fasilitas hiburan seperti
kamar mandi, taman mengenai kelestarian hutan dan
atau Air Terjun masih berupa makadam taman bermain, area outbond, jogging
bermain, dan lain lingkungan.
Serondo dan topografinya yang track, tempat penginapan dan ruang
sebagainya. Melengkapi fasilitas pendukung seperti curam. pamer (showroom) mengenai
Kurang tertatanya area- kantor pengelola, gazebo, kamar mandi,
Belum adanya fasilitas perkebunan kopi serta sebagai sarana
area hiburan yang dan tempat parkir.
hiburan yang mampu penambah wawasan dapat dilengkapi
ditawarkan, seperti lokasi Menata dengan baik kawasan wisata mengundang wisatawan. juga dengan proses pembuatan produk
camping ground dan hutan Grape sehingga dapat
Kurangnya fasilitas kopi dari bahan baku hingga menjadi
tempat pembibitan memudahkan wisatawan yang
pendukung obyek wisata produk yang siap untuk dikonsumsi.
tanaman. berkunjung.
seperti kantor pengelola. Melengkapi fasilitas pendukung seperti
Kurangnya kegiatan Meningkatkan kegiatan promosi wisata
Minimnya kegiatan promosi kantor pengelola, gazebo, kamar mandi,
promosi wisata. hutan Grape.
wisata. dan tempat parkir.
Meningkatkan kegiatan promosi wisata.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 35


No Obyek Wisata Permasalahan Penanganan No Obyek Wisata Permasalahan Penanganan
9. Peninggalan Sejarah Masih kurang tertatanya Perlunya penataan yang lebih menarik 12. Makam Mbah Moch Bin Masih kurang tertatanya Perlunya penataan yang lebih menarik
Nglambangan kawasan Peninggalan dengan membagi kawasan wisata Oemar dan Masjid Al kawasan makam sebagai dengan membagi kawasan wisata
Sejarah Nglambangan menjadi area keramat, area museum, Muttaqin kawasan wisata religi. menjadi area makam, area masjid, area
sebagai kawasan wisata dan area penjualan souvenir. Kurangnya fasilitas museum, dan area penjualan souvenir.
sejarah-religi. Melengkapi fasilitas pendukung seperti pendukung seperti tempat Melengkapi fasilitas pendukung seperti
Kurangnya fasilitas kantor pengelola, kamar mandi, dan parkir, kantor pengelola, kantor pengelola, kamar mandi, dan
pendukung seperti tempat tempat parkir, serta penunjuk arah lokasi kamar mandi, dan lain tempat parkir, serta penunjuk arah lokasi
parkir, kantor pengelola, wisata. sebagainya. wisata.
kamar mandi, dan lain Meningkatkan kegiatan promosi wisata. Tidak adanya petunjuk
sebagainya. arah yang jelas untuk Meningkatkan kegiatan promosi wisata.
Tidak adanya petunjuk menuju ke lokasi obyek
arah yang jelas untuk wisata.
menuju ke lokasi obyek Minimnya kegiatan promosi
wisata. wisata.
Minimnya kegiatan promosi
wisata.
13. Komplek Madiun Lama Masih kurang tertatanya Perlunya penataan yang lebih menarik
Ngrawan kawasan Madiun Lama dengan membagi kawasan wisata
10. Makam Kuncen Masih kurang tertatanya Perlunya penataan yang lebih menarik sebagai kawasan wisata menjadi area museum, area panggung
kawasan makam kuncen dengan membagi kawasan wisata sejarah. pagelaran dan area penjualan souvenir.
sebagai kawasan wisata menjadi area makam, area masjid, area Benda-benda prasasti Mengadakan kegiatan hiburan berupa
religi. museum, dan area penjualan souvenir. kurang dijaga dengan baik. pagelaran seni tari maupun drama yang
Kurangnya fasilitas Melengkapi fasilitas pendukung seperti Tidak adanya fasilitas menggambarkan kebudayaan Kabupaten
pendukung seperti tempat kantor pengelola, kamar mandi, dan pendukung seperti tempat Madiun.
parkir, kantor pengelola, tempat parkir, serta penunjuk arah lokasi parkir, kantor pengelola, Melengkapi fasilitas pendukung seperti
kamar mandi, dan lain wisata. kamar mandi, dan lain kantor pengelola, kamar mandi, dan
sebagainya. Meningkatkan kegiatan promosi wisata. sebagainya. tempat parkir, serta penunjuk arah lokasi
Tidak adanya petunjuk Tidak adanya kegiatan wisata.
arah yang jelas untuk promosi wisata. Meningkatkan kegiatan promosi wisata.
menuju ke lokasi obyek
wisata.
14. Makam Patih Kutho Masih kurang tertatanya Perlunya penataan yang lebih menarik
Minimnya kegiatan promosi
Miring Dusun Gentong kawasan makam sebagai dengan membagi kawasan wisata
wisata.
Desa Putat Kecamatan kawasan wisata religi. menjadi area makam, area masjid, area
Geger dan Makam Ki Kurangnya fasilitas museum, dan area penjualan souvenir.
11. Situs Sewulan Masih kurang tertatanya Perlunya penataan yang lebih menarik Ageng Rendeng Desa pendukung seperti tempat Melengkapi fasilitas pendukung seperti
kawasan Situs Sewulan dengan membagi kawasan wisata Kincangwetan parkir, kantor pengelola, kantor pengelola, kamar mandi, dan
sebagai kawasan wisata menjadi area makam, area masjid, area kamar mandi, dan lain tempat parkir, serta penunjuk arah lokasi
Kecamatan Jiwan
religi. museum, dan area penjualan souvenir. sebagainya. wisata.
Kurangnya fasilitas Melengkapi fasilitas pendukung seperti Tidak adanya petunjuk Meningkatkan kegiatan promosi wisata.
pendukung seperti tempat kantor pengelola, kamar mandi, dan arah yang jelas untuk
parker, kantor pengelola, tempat parkir, serta penunjuk arah lokasi menuju ke lokasi obyek
kamar mandi, dan lain wisata. wisata.
sebagainya. Meningkatkan kegiatan promosi wisata. Minimnya kegiatan promosi
Tidak adanya petunjuk wisata.
arah yang jelas untuk
menuju ke lokasi obyek
wisata. Sumber: Hasil Rencana

Minimnya kegiatan promosi


wisata.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 36


Oleh karena itu dalam pengembangan 3 ikon obyek wisata di Kabupaten Madiun dengan sebutan “TRIANGLE 4. Obyek wisata alam dikembangkan dengan tetap menjaga dan melestarikan alam sekitar untuk menjaga
DIAMONT”, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.24. keindahan obyek wisata;
5. Tidak melakukan pengerusakan terhadap obyek wisata alam seperti menebang pohon;
6. Mengembangkan seni budaya yang ada di Kabupaten Madiun untuk mendukung kegiatan wisata
7. Menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah;

Wisata Waduk
8. Merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk keserasian lingkungan;
Bening serta
Wisata Waduk
Kedungbrubus 9. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya jual/saing.
Wisata Waduk Notopuro
Wisata Waduk Saradan
Wisata Waduk Dawuhan 4.3.9. KAWASAN PERUNTUKAN PERMUKIMAN
Wisata Belanja dan
Kuliner Tujuan pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Madiun, sebagai berikut :
Industri Brem 1. Mendistribusikan perkembangan fisik, kependudukan dan keramaian Kabupaten madiun ke Arah Selatan,
Soevenir Gembol Jati
Barat dan Utara
Makam Kuncen
Peninggalan Sejarah 2. Menyediakan lahan untuk memenuhi kebutuhan akan permukiman di Kabupaten Madiun
Nglambangan
3. Menciptakan generator bagi Kabupaten Madiun, khususnya pada bagian selatan, barat dan utara
Berdasarkan kondisi, permasalahan dan potensi permukiman di Kabupaten Madiun, maka terdapat beberapa
aspek yang menjadi pertimbangan, yaitu :
1. Aspek Keterkaitan dengan system kota (Urban Lingkage)
Monumen Kresek
Pegunungan Wilis Permukiman sangat berkaitan erat dengan sistem pelayanan kota sesuai dengan hierarki dari fungsi dan
Air Terjun Seweru peran kawasan sehingga seharusnya tidak ada lagi perukiman yang tidak berakses dan
Wisata hutan Grape, terlayani/terintegrasi dengan baik oleh sistem infrastruktur kota. Sedangkan pemenuhan fasilitas
Wisata Umbul Perkebunan Kopi
pelayanan permukiman menjadi bagian (satu kesatuan) dari fasilitas kota dengan skala besar
Kandangan
Pabrik Gula Pagotan, Wisata Agro 2. Sosial Budaya Setempat
Pabrik Gula Kanigoro Waduk Kresek
Wisata Agro Aspek sosial budaya menjadi faktor penting dalam pengembangan suatu permukiman karena menyangkut
Situs Sewulan pola kehidupan masyarakat sehari-hari yang menghuni kawasan, dan terbentuknya sosial budaya
Makam Mbah Moch Bin Oemar dan Masjid Al Muttaqin masyarakat memberi karakter atau citra lingkugan tersendiri yang berbeda dengan permukiman lainnya
Komplek Madiun Lama (Ngrawan Dusun Ngrawan Desa Dolopo
Kecamatan Dolopo) sehingga mempengaruhi pengaturan dan pengembangan pola/komposisi perletakan perumahan dan
Makam Patih Kutho Miring Dusun Gentong Desa Pusat Kecamatan aktivitas ekonomi yang ada. Budaya masyarakat yang berkebun akan berbeda dengan dengan
Geger dan permukiman di tengah kota.
Makam Ki Ageng Rendeng Desa Kincangwetan Kecamatan Jiwan
3. Perekonomian Wilayah
Permukiman yang ada umumya berkaitan erat dengan mata pencaharian penduduk, sehingga lokasi,
Gambar 4.24 aksesibilitas serta pola kehidupan dari suatu permukiman menentukan ekonomi masyarakat. Sehingga
KONSEP PENGEMBANGAN TRIANGLE DIAMONT
diharapkan dalam skenario pengembangan permukiman, dapat menjadikan permukiman yang ada maupun
yang akan dikembangkan dapat dioptimalkan potensi ekonominya sebagai daerah produktif
Adapun arahan pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Madiun adalah:
4. Bentukan alam
1. Pengembangan wisata di Kabupaten Madiun dilakukan dengan membentuk wisata unggulan “ Triangle
Kondisi pengembangan permukiman saat ini cenderung kurang menghargai/memperhatikan kondisi
Diamont” yaitu dengan ikon wisata adalah Wisata Waduk Bening, Monumen Kresek dan Wisata Umbul. Di
bentukan alam sehingga potensi alam yang sangat penting/vital untuk dkala kawasan maupun lingkungan,
luar wisata unggulan tersebut juga banyak potensi lain dan secara keseluruhan dikembangkan dengan
kurang/tidak termanfaatkan dengan baik atau saling menunjang, tetapi cenderung merusak alam,
membentuk zona wisata, pengembangan wisata budaya dan dilengkapi akomodasi wisata;
sehingga menimbulkan bencana alam seperti banjir,longsor, kekeringan dll). Sehingga penyusunan
2. Melakukan perbaikan terhadap seluruh objek wisata yang ada di Kabupaten Madiun untuk lebih banyak skenario awal pengembangan permukiman yang dikaitkan konteksnya dengan bentukan alam, antara lain :
menarik wisatawan untuk berkunjung.
 Memanfaatkan dan menjaga kontur tanah yang ada dengan seminimal mungkin melakukan cut & fil
3. Mengembangkan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai peristiwa atau pertunjukan budaya,
 Memanfatkan dan menjaga vegetasi alam yang ada dengan menjadikannya sebagai hijau kawasan
kerjasama wisata, dan peningkatan sarana-prasarana wisata sehingga Kabupaten Madiun dapat menjadi
permukiman
salah satu daerah tujuan wisata;
 Menjaga area tangkapan air dengan pengaturan densits/kepadatan bangunan, sehingga pembangunan
yang ada tidak terlalu mengganggu lahan resapan air

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 37


 Memanfaatkan dan memadukan perencanaan kawasan permukiman dengan kondisi topografis  Menghindari sawah irigasi teknis.
kawasan dengan memanfaatkan bentuk tebing, lembah, bukit, sungai  Memperhatikan kebutuhan perumahan penduduk pedesaan pada masa yang akan datang dengan
 Memanfaatkan ketinggian lokasi untuk mendapatkan potensi view yang ada. memperhitungkan daya tampung, yang terkait dengan lahan usahanya.
 Memperhitungkan kecenderungan perkembangan dan aksesibilitas.
Berdasarkan konsep tersebut, maka permukiman di Kabupaten Madiun dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : 1)  Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan
permukiman perkotaan dan 2) Permukiman Perdesaan dengan luas rencana pengembangan kurang lebih tingkat pelayanan masing-masing;
13.861 ha yang tersebar di seluruh kecamatan.  Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan
A. Kawasan Permukiman Perkotaan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan  Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan, dan agrowisata, disertai pengolahan hasil. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan ditetapkan untuk mengoptimalkan basis pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan
pemanfaatan lahan yang umumnya terbatas. Permukiman perkotaan meliputi : hasil pertanian;
 Permukiman perkotaan yang berada di Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu perkotaan Mejayan Rencana pemantapan kawasan permukiman perdesaan, dengan memperhatikan beberapa hal yaitu :
 Permukiman perkotaan yang berada di Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) yaitu  Menyediakan sarana dan prasarana pendukung berdasarkan fungsi dan hirarkhi wilayah.
perkotaan Jiwan, Perkotaan Dolopo dan Perkotaan Wungu (Dungus)  Kawasan terbangun perdesaan dapat dikembangkan pada kawasan yang dapat dialih fungsikan ke
 Permukiman perkotaan yang berada di Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu di masing-masing bukan pertanian.
ibukota kecamatan
Kriteria yang digunakan dalam penetapan kawasan permukiman perkotaan adalah : 4.3.10. KAWASAN PERUNTUKAN LAINNYA
 Memperhitungkan kecenderungan perkembangan pembangunan permukiman baru Pemanfaatan kawasan peruntukan lainnya difokuskan pada pemanfaatan kawasan peternakan. Pada saat ini,
 Memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas yang dibutuhkan di wilayah Kabupaten Madiun mulai tumbuh pada beberapa kawasan peternakan. Berdasarkan pengamatan di
Rencana Pemantapan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut : lapangan, saat ini terjadi aglomerasi pengembangan ternak ayam pada suatu lokasi seperti di kecamatan
Wungu tepatnya di desa Bantengan. Kawasan peternakan dalam skala besar diarahkan di kecamatan Wungu
 Perubahan penggunaan tanah menjadi kawasan terbangun permukiman dilakukan secara bertahap
seluas kurang lebih 16 ha dan kecamatan Mejayan seluas kurang lebih 16 ha, sedangkan pengembangan
dengan sedapat mungkin mendahulukan tanah yang produktivitasnya paling rendah.
peternakan yang dilakukan setiap keluarga diarahkan di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun.
 Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan
Adapun arahan pengelolaan kawasan peternakan adalah :
prasarana permukiman yang memadai;
1. Kawasan peternakan tidak boleh menyatu dengan kawasan permukiman.
 Membentuk kluster-kluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar
kawasan permukiman, dan diantara kluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau; 2. Kawasan peternakan dapat dikembangkan di kawasan pertanian selama tidak menggau aktivitas pertanian.

 Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan 3. Limbah yang dihasilkan peternakan perlu dikelola secara optimal oleh masing-masing peternak agar tidak
kecamatan; dan mengganggu lingkungan sekitar.

 Ketentuan teknis lingkungan bangunan disesuaikan dengan ketentuan oleh instansi terkait. Sedangkan kawan pengembangan utama komoditi sektor peternakan sebagaimana terlihat pada Tabel 4.13
dan Gambar 4.25.
B. Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan
pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra
ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan
bersesuaian dengan rencana tata ruang.
C. Kawasan Permukiman Pedesaan
Kawasan perdesaan merupakan daerah tempat tinggal sebagian besar masyarakat Kabupaten Madiun
yang kehidupan pokoknya bersumber pada pola pertanian. Kawasan permukiman perdesaan merupakan
kawasan dengan ciri dan karakteristik, sebagai berikut :
 Sifat dan karakteristik lingkungan permukiman masih mencirikan tata dan lingkungan kehidupan rural.
 luas penggunaan ruang untuk perumahan di lingkungan permukiman pedesaan ini 500 m².
 Lingkungan kegiatan usaha didominasi oleh sektor pertanian.
 Interaksi pergerakan masih rendah dan sangat dipengaruhi oleh interaksi hubungan eksternal.
Arahan pengembangan untuk kawasan permukiman perdesaan adalah :
 Mengelompokkan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 38


Tabel 4.13.
KAWASAN PENGEMBANGAN UTAMA SEKTOR PETERNAKAN

No Komoditi Lokasi Kawasan Pengembangan Utama


1 Sapi Dagangan, Wungu, Kare, Pilang Dagangan, Wungu, Kare,
perah Kenceng, Balerejo, Jiwan Pilangkenceng, Balerejo, Jiwan
2 Sapi Seluruh Kecamatan di Kabupaten Saradan, Pilangkenceng, Balerejo
Madiun
3 Kerbau Kebonsari, Geger, Dolopo, Kebonsari, Geger, Dolopo, Dagangan,
Dagangan, Wungu, Kare, Wungu, Kare, Gemarang, Saradan,
Gemarang, Saradan, Pilang Pilang
Kenceng,Mejayan, Kenceng,Mejayan,Balerejo,Madiun,
Wonoasri,Balerejo,Madiun, Sawahan,Jiwan.
Sawahan,Jiwan.
4 Kuda Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Dagangan
Madiun
5 Kambing Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Dagangan dan Saradan
Madiun
6 Domba Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Mejayan, Balerejo, Madiun
Madiun
7 Ayam Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Wungu, Geger, Dolopo, Dagangan
kampung Madiun
8 Ayam Kebonsari, Kecamatan Kebonsari, Kare.
petelur Geger,Dolopo,Dagangan,
Wungu,Kare,
Mejayan,Sawahan,Jiwan.
9 Ayam Kebonsari, Geger, Dolopo, Kebonsari,Dolopo, Dagangan,
pedaging Dagangan, Wungu, Kare, Mejayan, Wungu,Dan, Mejayan.
Balerejo, Sawahan.
10 Itik Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Kebonsari,Geger,Dolopo,Dagangan,
Madiun Wungu, Gemarang, Saradan, Pilang
Kenceng,Mejayan, Balerejo, Madiun,
Sawahan,Jiwan.
11 Mentog Kebonsari,Geger,Dolopo,Dagangan, Kebonsari,Geger,Dolopo, Wungu,
Wungu, Saradan, Pilang Saradan, Pilang Kenceng,Mejayan,
Kenceng,Mejayan, Sawahan,Jiwan.
Sawahan,Jiwan.Kare,Wonoasri
12 Kelinci Kebonsari,Geger,Dolopo,Dagangan, Kebonsari,Geger,Dolopo,Dagangan,
Wungu, Saradan, Pilang Wungu, Saradan, Pilang Kenceng,
Kenceng,Madiun, Madiun,Sawahan,Jiwan.Kare,Wonoasri
Sawahan,Jiwan.Kare,Wonoasri

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 39


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 40
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 41
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 42
Tabel 4.14.
RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA TAHUN 2029
No Kecamatan Jenis dan Luas Penggunaan Lahan (Ha)
Kawasan Budidaya Kawasan Lindung
Sawah Kolam/ Ladang/ Hutan Hutan Perkebunan Permukiman/ Industri Kawasan Peternakan PLTA TPA Hutan Sempadan Jumlah
Irigasi Irigasi Irigasi Irigasi Tadah Empang/ Kebun Rakyat Produksi Pekarangan Militer Lindung
Teknis Setengah Sederhana Desa/ Hujan Waduk Campur Bangunan
Teknis Non PU
1 Kebonsari 3.020,32 - - - - - 958,16 - - - 743,31 - - - - - - 23,21 4.745,00
2 Geger 2.121,50 - 64,00 56,50 - - 161,85 - - - 994,13 24,78 - - - - - 238,24 3.661,00
3 Dolopo 1.137,00 521,00 94,00 - 78,00 2,00 14,93 788,42 1.048,73 - 980,15 3,37 - - - - - 217,40 4.885,00
4 Dagangan 2.118,00 134,00 170,00 - 58,00 - 164,76 767,69 2.046,86 - 765,93 - - - - - 740,41 270,35 7.236,00
5 Wungu 1.990,00 89,00 89,00 - 151,00 4,00 181,80 34,38 1.064,63 1,00 631,11 7,65 - 16,40 - - - 294,03 4.554,00
6 Karee 18,00 194,00 764,00 - 138,00 2,00 447,95 1.926,03 10.922,28 862,44 715,30 - - - 33,98 - 2.941,91 119,11 19.085,00
7 Gemarang - 307,00 301,00 - 38,00 - 24,92 899,97 7.839,85 - 450,44 - - - - - 250,42 85,40 10.197,00
8 Saradan 1.579,00 250,00 23,00 - 195,44 150,85 18,78 569,21 10.474,94 - 475,69 - 20,62 - - - 1.381,26 153,21 15.292,00
9 Pilangkenceng 3.237,00 228,00 - - 391,25 - 11,00 424,36 2.754,09 - 521,16 431,14 - - - - - 136,00 8.134,00
10 Mejayan 1.676,00 12,00 - - 154,00 - 11,60 219,73 2.617,73 - 689,98 - 24,00 16,96 - 6,00 - 94,00 5.522,00
11 Wonoasri 1.341,84 - - - 43,86 36,87 81,13 191,99 1.354,36 - 302,29 5,66 - - - - - 35,00 3.393,00
12 Balerejo 3.620,54 - 67,39 - 59,00 - 391,49 - - - 840,65 23,37 - - - - - 195,56 5.198,00
13 Madiun 1.468,00 - 310,00 - 84,00 - 68,68 - 717,49 - 738,75 - - - - - - 206,08 3.593,00
14 Sawahan 1.409,00 - - - - - 67,09 - - - 583,47 - - - - - - 155,44 2.215,00
15 Jiwan 1.794,00 - - - - - 39,34 - - - 1.150,02 - 42,64 - - - - 350,00 3.376,00
Jumlah 26.530,20 1.735,00 1.882,39 56,50 1.390,55 195,72 2.643,48 5.821,78 40.840,96 863,44 10.582,38 495,97 87,26 33,36 33,98 6,00 5.314,00 2.573,03 101.086,00
Prosentase % 26,25 1,72 1,86 0,06 1,38 0,19 2,62 5,76 40,40 0,85 10,47 0,49 0,09 0,03 0,03 0,01 5,26 2,55 100,00
Sumber : Hasil Analisa

Tabel 4.15.
RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA DAN LINDUNG KABUPATEN MADIUN TAHUN 2029
No Kecamatan Jenis dan Luas Penggunaan Lahan (Ha) Jumlah
Kawasan Budidaya
Sawah Kolam/ Ladang/ Hutan Hutan Perkebunan Permukiman/ Industri Kawasan Peternakan PLTA TPA
Irigasi Irigasi Irigasi Irigasi Tadah Empang/ Kebun Rakyat Produksi Pekarangan Militer
Teknis Setengah Sederhana Desa/ Hujan Waduk Campur Bangunan
Teknis Non PU
1 Kebonsari 3.020,32 - - - - - 958,16 - - - 743,31 - - - - - 4.721,79
2 Geger 2.121,50 - 64,00 56,50 - - 161,85 - - - 994,13 24,78 - - - - 3.422,76
3 Dolopo 1.137,00 521,00 94,00 - 78,00 2,00 14,93 788,42 1.048,73 - 980,15 3,37 - - - - 4.667,60
4 Dagangan 2.118,00 134,00 170,00 - 58,00 - 164,76 767,69 2.046,86 - 765,93 - - - - - 6.225,24
5 Wungu 1.990,00 89,00 89,00 - 151,00 4,00 181,80 34,38 1.064,63 1,00 631,11 7,65 - 16,40 - - 4.259,97
6 Karee 18,00 194,00 764,00 - 138,00 2,00 447,95 1.926,03 10.922,28 862,44 715,30 - - - 33,98 - 16.023,98
7 Gemarang - 307,00 301,00 - 38,00 - 24,92 899,97 7.839,85 - 450,44 - - - - - 9.861,18
8 Saradan 1.579,00 250,00 23,00 - 195,44 150,85 18,78 569,21 10.474,94 - 475,69 - 20,62 - - - 13.757,53
9 Pilangkenceng 3.237,00 228,00 - - 391,25 - 11,00 424,36 2.754,09 180,00 521,16 431,14 - - - - 8.178,00
10 Mejayan 1.676,00 12,00 - - 154,00 - 11,60 219,73 2.617,73 - 689,98 - 24,00 16,96 - 6,00 5.428,00
11 Wonoasri 1.341,84 - - - 43,86 36,87 81,13 191,99 1.354,36 - 302,29 5,66 - - - - 3.358,00
12 Balerejo 3.620,54 - 67,39 - 59,00 - 391,49 - - - 840,65 23,37 - - - - 5.002,44
13 Madiun 1.468,00 - 310,00 - 84,00 - 68,68 - 717,49 - 738,75 - - - - - 3.386,92
14 Sawahan 1.409,00 - - - - - 67,09 - - - 583,47 - - - - - 2.059,56
15 Jiwan 1.794,00 - - - - - 39,34 - - - 1.150,02 - 42,64 - - - 3.026,00
Jumlah 26.530,20 1.735,00 1.882,39 56,50 1.390,55 195,72 2.643,48 5.821,78 40.840,96 1.043,44 10.582,38 495,97 87,26 33,36 33,98 6,00 93.378,97
Sumber : Hasil Analisa

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 43


Tabel 4.16.
RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

No Jenis Peruntukan Luas dan Lokasi Arahan Pengembangan dan Pengelolaan


A. Kawasan Hutan Lindung

1. Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung di Kabupaten Madiun seluas kurang lebih 5.314  Perlu adanya upaya yang lebih konkret dan komprehensif dari Pemerintah Kabupaten Madiun untuk mempertahankan fungsi hutan
ha, yang tersebar di Kecamatan Kare, Gemarang, Dagangan dan lindung sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Madiun,
Saradan.  Perlu adanya tata batas yang jelas termasuk blok-blok pemanfaatannya untuk tetap menjaga kelestarian hutan lindung baik dalam
bentuk peta maupun tata batas di lapangan
 Perlu adanya perencanan dan pengelolaan secara ketat terhadap keseimbangan lingkungan fungsi kawasan hutan lindung selain
berfungsi sebagai kawasan hijau penyangga lingkungan juga dimanfaatkan sebagai kawasan wisata dan daya tarik Kabupaten
Madiun dengan konsep “NATURAL CONSERVATION AND TOURISM”
 Melakukan rehabilitasi hutan (reboisasi, penghijauan, pemeliharaan) untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
hutan lindung sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga
 Peningkatan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian hutan lindung dengan menerapkan program pengelolaan hutan
bersama masyarakat
 Melarang adanya alih fungsi lahan hutan lindung menjadi kawasan budidaya, serta perlu melakukan pengaturan berbagai usaha
dan/atau kegiatan yang tetap dapat mempertahankan fungsi lindung; serta pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau
kegiatan yang mengganggu fungsi lindung
 Penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan
yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup;
B Kawasan Perlindungan Setempat
1 Kawasan Sempadan Sungai  Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman  Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya disepanjang sungai yang dapat menggangu atau merusak kualitas air, kondisi fisik
ditetapkan minimum 100 meter kiri-kanan sungai. dasar sungai serta alirannya
 Perlindungan terhadap anak-anak sungai di luar permukiman  Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai
ditetapkan minimum 50 meter.  pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di sempadan sungai, diantaranya jalan inspeksi dan bangunan
 Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan pengolah air
permukiman ditetapkan minimum 15 meter. Kawasan ini hampir di  Pengamanan daerah aliran sungai dari kegiatan terbangun dan mengfungsikannya sebagai hutan lindung
setiap kecamatan, bahkan pada sekitar aliran sungai ini banyak yang
 Pengerukan sedimentasi sungai dan muaranya
digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat setempat.
 Pelebaran sungai untuk meningkatkan daya tampung/debit sungai
 Normalisasi sungai
 Pengaturan garis sempadan sungai
 Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk
didirikan;
 Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan dilakukan re-orientasi pembangunan
dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan;
 Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya banjir dapat digunakan untuk pariwisata; serta
 Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk pariwisata melalui penataan kawasan tepian sungai.
2 Kawasan Sempadan Waduk Penetapan sempadan danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian  Pembuatan green belt baru dengan ketebalan 100 meter serta pengaturan garis sempadan waduk
danau atau waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi  Untuk mendukung fungsi lindung di kawasan sempadan danau/waduk, maka disekeliling sempadan difungsikan sebagai kawasan
fisik danau atau waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke penyangga. Penetapan kawasan penyangga di luar kawasan sempadan waduk dengan jarak 1.000 meter dari semapadan
arah darat waduk/danau. Fungsi kawasan penyangga ini diantaranya sebagai daerah tangkapan air hujan untuk disalurkan dan diendapkan di
kolampenampung sebelum disalurkan ke danau/waduk untuk menghindari terjadinya sedimentasi di danau/waduk akibat
terkikisnya tanah oleh air hujan
 Pembatasan dan pengendalian pengembangan kegiatan budidaya di kawasan penyangga. Kegiatan yang diijinkan berkembang di
kawasan penyangga ini hanya berupa kegiatan rekreasi dan olah raga alam.
 Pencegahan dan pengendalian berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan danau/waduk agar tidak mengganggu fungsi

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 44


No Jenis Peruntukan Luas dan Lokasi Arahan Pengembangan dan Pengelolaan
danau/waduk terutama sebagai sumber air dan energi listrik
 Pengembangan kawasan hutan di sempadan waduk yang telah mengalami kerusakan melalui program rehabilitasi, reboisasi dan
konservasi
 Pengamanan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan, sehingga dapat dicegah terjadinya sedimentasi
di waduk, dengan cara menghindari kegiatan pembukaan lahan (land clearing) pada musim hujan dan diupayakan
pembangunannya mengikuti kontur alam, mempertahankan tatanan yang telah ada, menghindari aliran permukaan terbuka yang
memotong kontur serta penghijauan pada daerah-daerah gundul
3 Kawasan Sempadan Mata Dari 114 mata air yang ada di Kabupaten Madiun, mata air dengan debit  Penetapan perlindungan pada sekitar mata air ini adalah minimum berjari-jari 200 meter dari sumber mata air tersebut jika di luar
Air maksimum 100 liter/detik antara lain : Mata air Dilem di Desa Kare kawasan permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman. Dengan demikian di sekitar kawasan sumber air dapat
Kecamatan Kare, mata air Sambong di Desa batok Kecamatan Kare, Mata ditanami dengan jenis tanaman yang dapat mengikat air, sehingga kawasan di sekitar sumber air juga dapat digunakan sebagai
Air Sekebo di Desa Randualas Kecamatan Kare, Mata Air Jirak di Desa daerah resapan.
Tawangrejo Kecamatan Kare dan Mata Air Gebangarum di Desa  Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber
Plumpungrejo Kecamatan Wonoasri, dimana mata air tersebut air;
dimanfaatkan untuk irigasi.
 Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;
Untuk perlindungan setempat kawasan sekitar mata air ditetapkan
 Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan
minimal radius 200 meter dari mata air. Kawasan dengan radius 15 meter
erosi terhadap air;
dari mata air harus bebas dari bangunan kecuali bangunan penyaluran
air. Menurut PP No 28 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah  Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata
Nasional, kriteria penetapan kawasan sekitar mata air meliputi: air; serta

 daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk  Untuk mata air yang terletak pada kawasan lindung, maka perlindungan sekitarnya tidak dilakukan secara khusus, sebab pada
mempertahankan fungsi mata air; dan kawasan lindung tersebut sudah sekaligus berfungsi sebagai perlindungan terhadap lingkungan dan air.

 wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari
mata air.
C. Kawasan Cagar Budaya
1. Kawasan Cagar Budaya dan LINGKUNGAN NON BANGUNAN LINGKUNGAN NON BANGUNAN
Ilmu Pentahuan Alam  Monumen Kresek  Melestarikan kawasan sekitar serta memberikan gambaran berupa relief atau sejarah yang menerangkan obyek/situs tersebut.
 Peninggalan Sejarah Blambangan  Membina masyarakat sekitar serta ikut berperan dalam menjaga peninggalan sejarah.
 Memanfaatkan kawasan tersebut sebagai obyek wisata sejarah.
 Tetap melestarikan budaya sekitar.

LINGKUNGAN BANGUNAN NON GEDUNG LINGKUNGAN BANGUNAN NON GEDUNG


 Makam Kuncen  Meningkatkan pelestarian situs, candi dan artifak lain yang merupakan peninggalan sejarah.
 Situs Sewulan  Mengembangkan pencarian situs bersejarah terutama di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo Kecamatan Dolopo yang merupakan Madiun
 Makam Mbah Moch Bin Oemar dan masjis Al Muttaqin Lama .

 Makam Patih Kutho Miring Dusun Gentong Desa Putat Kecamatan  Sebagai obyek daya tarik wisata sejarah.
Geger dan Makam Ki Ageng Rendeng Desa Kincangwetan
Kecamatan Jiwan
 Kompleks Madiun Lama di Dusun Ngrawan Desa Dolopo Kecamatan
Dolopo

LINGKUNGAN BANGUNAN GEDUNG DAN HALAMANNYA


LINGKUNGAN BANGUNAN GEDUNG DAN HALAMANNYA
 Pabrik Gula Pagotan
 Melestarikan bangunan kuno yang masih terdapat di berbagai desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Madiun
 Pabrik Gula Kanigoro
 Tidak merombak keaslian dari bangunan tersebut dengan modernisasi ke bentuk lain.
 Memfungsikan bangunan tersebut sehingga dapat terkontrol dan terawat kelestariannya.
 Perlindungan terhadap bangunan peninggalan sejarah tersebut, ditetapkan dalam peraturan yang terdapat di rencana tata ruang
kabupaten/kota

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 45


No Jenis Peruntukan Luas dan Lokasi Arahan Pengembangan dan Pengelolaan
D. Kawasan Rawan Bencana Alam
1. Kawasan Rawan Kerentanan Kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan rawan kerentanan gerakan  Penataan ruang. Manajemen resiko kawasan rawan gerakan tanah melalui penataan ruang dapat dilakukan dengan :
Gerakan Tanah tanah tinggi di Kabupaten Madiun adalah Kecamatan Dagangan dan Kare Menghindari pembangunan rumah atau sarana lainnya pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng 25 – 45% dan > 45%
dengan luas kurang lebih 2.275 ha dan mengarahkan pembangunan pada tanah stabil
Menghindari perencanaan pembangunan pada daerah yang mempunyai kerentanan gerakan tanah tinggi, sedangkan
pembangunan zona berkerentanan menengah perlu dilakukan analisis kestabilan pada tiap lokasi tapak
Menghutankan kembali tanah yang gundul (ktitis) dengan pohon-pohon yang mempunyai akar kuat dan dalam yng dapat
berfungsi sebagai penguat tanah, untuk mencegah terjadinya gerakan tanah.
Perlu kewaspadaan pada daerah-daerah sekitar alur-alur sungai yang berpotensi terlanda aliran bahan rombakan, terutama jika
terjadi letusan G. Merapi atau terjadi akumulasi material gerkan tanah pada bagian atas alur. Hindari pembuatan permukiman
pada daerah-daerah sekitar mulut alur dan kelokan sungai
Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang rawan gerakan tanah, area pegunungan terutama yang memiliki kemiringan lereng yang
curam, area dengan degradasi lahan yang parah, area yang tertutup butir-butir pasir yang lembut, area dengan curah hujan
tinggi;
Memanfaatkan wilayah rentan gerakan tanah sebagai terbuka hijau
 Rekayasa teknologi dapat dilakukan dengan:
Penyelidikan geologi teknik, analisis kestabilan lereng dan daya dukung tanah. Dengan pelaksanaan kegiatan ini, lebih lanjut
zona-zona kritis (berpotensi terjadi gerakan tanah/longsor) dalam kawasan tersebut serta daya dukung kawasan dapat
diketahui, sehingga upaya antisipasi resiko dalam pemanfaatan ruang pada kawasan tersebut dapat dilakukan.
Sistem drainase yang tepat pada lereng. Tujuan pengaturan sistem drainase adalah untuk menghindari air hujan banyak
meresap masuk dan terkumpul pada lereng yang rawan longsor/terjadi gerakan tanah. Dengan demikian perlu dibuat drainase
permukaan yang mengalirkan air limpasan hujan menjauh dari lereng rawan bencana longsor, dan drainase bawah permukaan
yang berfungsi untuk menguras atau memgalirkan air hujan yang meresap masuk ke lereng
Sistem perkuatan lereng untuk menambah gaya penahan gerakan tanah pada lereng. Perkuatan kestabilan lereng dapat
dilakukan, dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa konstruksi seperti tembok penahan, angkor,
bronjong, jaring kawat penahan dan lain-lain
Meminimalkan pembebanan pada lereng. Penetapan batas beban yang dapat diterapkan dengan aman pada lereng perlu
dilakukan dengan penyelidikan struktur tanah/batuan pada lereng, sifat-sifat keteknikan serta melakukan analisis kestabilan
lereng dan daya dukungnya
Memperkecil kemiringan lereng. Upaya memperkecil kemiringan lereng dilakukan untuk meminimalkan pengaruh gaya-gaya
penggerak dan sekaligus meningkatkan pengaruh gaya penahan gerakan pada lereng.
Mengupas material gembur (yang tidak stabil pada lereng). Pengupasan material dapat memperkecil beban pada lereng, yang
berarti meminimalkan besarnya gaya penggerak pada lereng, dan efektif diterapkan pada lereng yang lebih curan dari 40%
Mengosongkan lereng dari kegiatan manusia. Apabila gejala awal terjadinya gerakan tanah/longsoran telah muncul, terutama
pada saat hujan lebat atau hujan tidak lebat tetapi berlangsung terus menerus, segera kosongkan lereng dari kegiatan manusia
Penanaman vegetasi dengan jenis dan pola tanam yang tepat. Kawasan dengan tingkat kerawanan tinggi dan mengalami
penggundulan hutan, dapat diupayakan untuk ditanami kembali, dengan jenis tanaman yang dapat bermanfaat bagi
masyarakat. Jenis tanaman yang disarankan oleh Bank Dunia pada kawasan lindung atau kawasan rawan bencana longsor
adalah akasia, pinus, mahoni, johar, jati, kemiri dan damar. Khusus untuk daerah berlereng curam di lembah dapat ditanami
bambu.
Perlu diterapkan sistem terassiring dan drainase yang tepat pada lereng. Pengaturan sistem terassiring bertujuan untuk
melandaikan lereng, sedangkan sistem drainase berfungsi untuk mengontrol agar tidak membuat jenuh massa tanah pada
lereng.
2. Kawasan Rawan Banjir Kawasan di sekitar Kali Madiun dan Kali Jeroan Pengendalian banjir dengan infrastruktur
 Membuat tanggul baru atau mempertinggi tanggul yang sudah ada
 Normalisasi sungai
 Membuat bangunan-bangunan proteksi tebing pada tempat yang rawan longsor

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 46


No Jenis Peruntukan Luas dan Lokasi Arahan Pengembangan dan Pengelolaan
 Pemasangan pompa banjir pada muara anak sungai yang menuju Kali Jeroan
Pengendalian banjir dengan Non Strktur
 Konservasi tanah dan air di DPS hulu untuk menekan besarnya aliran permukaan dan mengendalikan besarnya debit puncak banjir
serta pengendalian erosi untuk mengurangi pendangkalan/sedimentasi di dasar sungai. Kegiatan ini merupakan gabungan antara
rekayasa teknik sipil dan teknik agro, yang bertujuan untuk mengendalikan aliran permukaan antara lain dengan terarsiring,
bangunan terjun, check-dam/dam penahan, dampengendalian sedimen, penghijauan dan reboisasi serta pembuatan sumur resapan
 Penataan ruang dan rekayasa di DPS Hulu sehingga pembudidayaan/pendayagunaan lahan tidak merusak kondisi hidrologi DAS
dan tidak memperbesar masalah banjir
 Partisipasi masyarakat yang didukung adanya penegakan hukum antara lain dalam mentaati ketentuan menyangkut tata ruang dan
pola pembudidayaan dataran banjir dan DAS hulu, menghindari terjadinya penyempitan danpendangkalan alur sungai akibat
adanya sampah padat termasuk bangunan, hunian liar dan tanaman di bantaran sungai
 Penetapan sempadan sungai yang didukung oleh penegakan hukum
 Penyuluhan dan pendidikan masyarakat lewat berbagai media menyangkut berbagai aspek dalam rangka meningkatkan kepedulian
dan partisipasinya.
3. Kawasan Rawan Bencana Berdasarkan Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Kabupaten Madiun Strategi mitigasi bencana gempa bumi antara lain:
Gempa Bumi merupakan daerah yang masuk dalam zona gempa dengan percepatan  Mitigasi bencana gempa bumi melalui penataan ruang
0,05-0,15 g (gravitasi) yang setara dengan skala V-VI pada skala MMI,
 Manajemen resiko gempa bumi (earthquake risk management) melalui penataan ruang dapat dilakukan dengan :
dan merupakan daerah berkekuatan antara 5-6 skala richter.
 Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang aman dari gempa bumi, antara lain dengan menganalisis tipe-tipe tanah dan struktur
geologinya maupun patahan atau sesar di suatu daerah merupakan salah satu sumber gempa bumi tektonik. Untuk itu perlu
dilakukan usaha memetakan arah patahan dengan lebih teliti, khususnya di suatu daerah yang ada indikasi patahan. Pemetaan
ini bermanfaat untuk memberi saran ke penduduk, swasta, ataupun pemerintah jika mereka hendak membangun perumahan
atau gedung.
 Mengalokasikan penempatan bangunan (perumahan dan fasilitas umum yang vital, seperti : rumah sakit, sekolah, kantor polisi,
pemadam kebakaran, dan sebagainya) pada wilayah yang aman dari gempa bumi.
 Bangunan hendaknya tidak memotong atau dibangun di atas jalur patahan. Dengan demikian, kalau terjadi gempa, akibatnya
tidak parah.
 Mitigasi bencana gempa bumi melalui rekayasa teknologi dapat dilakukan dengan :
 Mengembangkan teknik-teknik konstruksi tahan gempa, baik bangunan untuk fasilitas umum maupun rumah penduduk, antara
lain menggunakan bangunan dari kayu dan bahan ringan untuk rumah karena lebih aman dibandingkan bangunan berat;
 Memverifikasi kapabilitas bendungan dan pekerjaan rekayasa untuk menahan kekuatan gempa;

 Meninjau kembali kesempurnaan fasilitas-fasilitas bangunan yang penting (rumah sakit, sekolah, kantor polisi, pemadam
kebakaran, instalasi komunikasi dan sebagainya) serta menyempurnakan fasilitas tersebut jika diperlukan;
 Merencanakan alternatif cadangan air; serta
 Menyiapkan sistem-sistem komunikasi emergensi dan info kepada masyarakat umum yang menyangkut keamanan.
4. Kawasan Rawan Letusan Kare dan Gemarang  Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau diluar dari kawasan rawan bencana
Gunung Berapi  Hindari tempat tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau lahar
 Perkenalkan struktur bangunan tahan api
 Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunungapi
 Membuat fasilitas jalan dari tempat pemukiman ke tempat pengungsian untuk memudahkan evakuasi
 Menyediakan alat transportasi bagi penduduk bila ada perintah pengungsian
 Kewaspadaan terhadap risiko letusan gunung api di daerahnya
 Identifikasi daerah bahaya (dapat dilihat pada Data Dasar Gunungapi Indonesia atau Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi)
 Tingkatkan kemampuan pemadaman api.
 Buat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 47


No Jenis Peruntukan Luas dan Lokasi Arahan Pengembangan dan Pengelolaan
 Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta Kawasan Rawan Bencana
Gunungapi (penyuluhan).
 Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi hendaknya faham cara menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika
terjadi letusan gunungapi (penyuluhan).
 Paham arti dari peringatan dini yang diberikan oleh aparat/pengamat gunungapi (penyuluhan).
 Bersedia melakukan koordinasi dengan aparat/pengamat gunungapi.
5. Kawasan yang memberikan Kecamatan Kare, Gemarang, Dagangan, Saradan dan Pilangkenceng  Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang
perlindungan terhadap air mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;
tanah  Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
 Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah
bukan kayu, dan vegetasi yang menjadi tempat kehidupan berbagai satwa;
 Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan tanah, bendung) sehingga kawasan ini memberikan
kemampuan peresapan air yang lebih tinggi.
6. Kawasan Rawan Kebakaran Kawasan Hutan Jati di Kecamatan Saradan, Pilangkenceng, Mejayan,  Kampanye dan sosialisasi kebijakan pengendalian kebakaran lahan dan hutan.
Wonoasri, Gemarang, Wungu, Kare, Dagangan dan Dolopo  Peningkatan masyarakat peduli api (MPA).
 Peningkatan penegakan hukum
 Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanggulangan kebakaran secara dini.
 Pembuatan waduk (embung) di daerahnya untuk pemadaman api.
 Pembuatan sekat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian dengan hutan.
 Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran.
 Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang luas.
 Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat.
 Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang heterogen.
 Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.
 Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar (pembuatan kompos, briket arang dll).
 Kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran lahan dan hutan.

 Penyediaan dana tanggap darurat untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan disetiap unit kerja terkait.
 Perlu adanya kerjasama antar Dinas terkait yaitu Perum Perhutani, Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta masyarakat sekitar
hutan
Sumber : Hasil Rencana

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 48


Tabel 4.17.
RENCANA PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN BUDIDAYA

No Jenis Peruntukan Luas dan Lokasi Arahan Pengembangan dan Pengelolaan


1. Kawasan Hutan Produksi Luas kawasan hutan produksi di Kabupaten Madiun kurang lebih 40.631  Untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan, manfaat sosial budaya dan manfaat ekonomi, pemerintah perlu
ha, yang tersebar di Kecamatan Dolopo, Dagangan, Wungu, Kare, untuk menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dengan sebaran yang proporsional baik ditinjau dari
Gemarang, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, dan Madiun. sebaran fungsi hutan maupun fungsi lokasi.
 Menjaga keberlangsungan fungsi pokok hutan dan kondisi hutan dengan upaya rehabilitasi hutan yang bertujuan mengembalikan
kualitas hutan dengan program percepatan hutan dan lahan.
 Untuk menjaga kualitas lingkungan maka di dalam pemanfaatan hutan sejauh mungkin dihindari terjadinya konversi dari hutan
alam yang masih produktif menjadi hutan tanaman.
 Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;
 Pengelolaan hutan yang berorientasi pada seluruh potensi sumberdaya kehutanan dan berbasis pada pemberdayaan masyarakat
melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat
 Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya dengan melakukan
kerjasama antar wilayah maupun antar dinas/instansi terkait;
 Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan
getah;
 Pengembangan zona penyangga pada kawasan hutan produksi yang berbatasan dengan hutan lindung
2. Kawasan Hutan Rakyat Kawasan peruntukan hutan rakyat di Kabupaten Madiun mencapai luas  Untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan, manfaat sosial budaya dan manfaat ekonomi, pemerintah perlu
kurang lebih 5.821 ha yang tersebar di Kecamatan Dolopo, Dagangan, untuk menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dengan sebaran yang proporsional baik ditinjau dari
Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan , dan sebaran fungsi hutan maupun fungsi lokasi.
Wonoasri.  Menjaga keberlangsungan fungsi pokok hutan dan kondisi hutan dengan upaya rehabilitasi hutan yang bertujuan mengembalikan
kualitas hutan.
 Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;
 Pengelolaan hutan yang berorientasi pada seluruh potensi sumberdaya kehutanan dan berbasis pada pemberdayaan masyarakat
melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan skim pengembangan hutan rakyat;
 Melakukan sosialisasi tentang model-model hutan rakyat, peranan hutan rakyat dilihat dari aspek produksi, sosial, ekonomi dan
lingkungan
 Melakukan kerjasama dengan Dinas/Instansi terkait serta masyarakat dalam melakukan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah
dengan model pengembangan hutan rakyat terutama pada lahan-lahan kritis
3. Kawasan Pertanian Luasan kawasan sawah yang direncanakan adalah kurang lebih 31.594  Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya. Perubahan fungsi sawah ini hanya diijinkan pada kawasan perkotaan
ha, meliputi sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis, sawah dengan perubahan maksimum 50 % dan sebelum dilakukan perubahan atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi
irigasi sederhana, sawah irigasi non PU, dan sawah tadah hujan. irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam pelayanan daerah irigasi
Adapun penyebaran lahan sawah di Kabupaten Madiun meliputi yang sama. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer),
Kecamatan Kebonsari, Geger, Dolopo, Dagangan, Wungu, Kare, dengan besaran perubahan maksimum 20 % dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi setengah teknis
Gemarang, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Balerejo, atau sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang akan diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang
Madiun, Sawahan, dan Jiwan. sama;

Tegal/kebun/ladang yang direncanakan di Kabupaten Madiun seluas  Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan maka tidak boleh dilakukan alih
kurang lebih 2.643 ha. fungsi;

Kawasan hortikultura yang meliputi buah-buahan dan sayuran seluas  Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis;
kurang lebih 2.321 ha.  Pencetakan sawah baru yang disertai perbaikan saluran pada wilayah-wilayah yang rawan kekeringan;
 Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan
mengembangkan kawasan agrowisata;
 Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman tahunan yang produktif, dan kawasan
ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan
Rencana Detail Tata Ruang

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 49


No Jenis Peruntukan Luas dan Lokasi Arahan Pengembangan dan Pengelolaan
4. Kawasan Perkebunan Kawasan perkebunan di Kabupaten Madiun dengan luas kurang lebih Arahan pengelolaan kawasan perkebunan antara lain :
18.912 ha, terletak di kecamatan Gemarang, Kare, Dagangan, Dolopo,  Pengembangan kawasan perkebunan hanya di kawasan yang dinyatakan memenuhi syarat, dan diluar area rawan banjir serta
dan Saradan, dimana kawasan ini sekaligus berfungsi sebagai fungsi longsor;
lindung.
 Dalam penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air juga perlu
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika;
 Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan memalui peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam
kimbun masing-masing; serta.
 Pengembangan perkebunan terutama pada area yang telah mengalami kerusakan dengan tanaman tahunan yang dapat diambil
buahnya
Arahan pengembangan kawasan perkebunan yaitu:
 Memperbaiki dan mengembangkan prasarana dan sarana infrastruktur ke lokasi pertanaman serta untuk pengolahan dan
pemasaran;
 Mendorong tumbuh dan berkembangnya organisasi/asossiasi petani;
 Mendorong tumbuh dan berkembangnya organisasi kerjasama antar pelaku usaha;
 Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi dengan wilayah lain yang mengembangkan komoditas perkebunan yang sama dalam
menyusun strategi pengembangan perkebunan secara bersama, termasuk di dalamnya dalam kerjasama penelitian guna
pengembangan produk perkebunan; serta
 Menjalankan mekanisme insentif dan disinsentif bagi para pelaku usaha perkebunan.
5. Kawasan Perikanan  Perikanan darat dengan memanfaatkan kolam, sungai dan waduk.  Mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki potensi pengairan untuk perikanan khususnya kolam/sungai
Dikembangkan di seluruh kecamatan dan waduk.
6. Kawasan Pertambangan  Di seluruh kecamatan  Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan
geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;
 Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/reklamasi sesuai dengan zona peruntukkan yang ditetapkan, dengan
melakukan penimbunan tanah subur dan/atau bahan-bahan lainnya, sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali
sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup;
 Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas (top soil) untuk keperluan
rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan;
 Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran batu bata – genting, sebab dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan;
 Pada kawasan yang teridentifikasi bahan tambang golongan B atau A (Panas Bumi) dan bernilai ekonomi tinggi, sementara pada
bagian atas kawasan penambangan adalah kawasan lindung atau kawasan budidaya sawah yang tidak boleh alih fungsi, atau
kawasan permukiman, maka eksplorasi dan/atau eksploitasi tambang harus disertai AMDAL, kelayakan secara lingkungan, sosial,
fisik dan ekonomi terhadap pengaruhnya dalam jangka panjang dan skala yang luas;
 Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan
penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang ketat; serta
 Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai
ekonomi seperti tanaman jarak pagar dan tanaman nilam.
7. Kawasan Industri  Kawasan pengembangan sentra industri kecil diarahkan menyatu  Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologis;
dengan lingkungan permukiman sepanjang tidak mengganggu  Pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi kawasan;
lingkungan yang ada. Demikian juga untuk mendukung kegiatan
 Industri yang dikembangkan memiliki keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir serta industri
agropolitan dapat dikembangkan industri kecil yang menyatu
antara, yang dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan lingkungan dan biaya aktifitas
dengan lingkungan permukiman
sosial; serta
 Lahan peruntukan industri yang saat ini ada disepanjangan jalan
 Setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi ramah lingkungan, dan harus dilengkapi dengan
arteri primer yang menghubungkan Kabupaten Madiun – Surabaya
upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya bencana industri.
maupun Kabupaten Madiun – Ponorogo dibatasi perkembangnnya
dan untuk pembangunan industri baru diarahkan ke utara disekitar
akses bebas hambatan.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 50


No Jenis Peruntukan Luas dan Lokasi Arahan Pengembangan dan Pengelolaan
 Kawasan industri dan pergudangan diarahkan di wilayah utara
tepatnya di Kecamatan Pilangkenceng, Balerejo, dan Mejayan.
Kawasan ini diprediksi akan memiliki tarikan kegiatan lain yang
besar sehingga diperlukan penataan kawasan industri secara
khusus. Kawasan ini diarahkan untuk pengembangan industri
ringan-sedang, merupakan kawasan industri yang mengolah hasil
pertanian, perkebunan dan hasil hutan, workshop serta
pergudangan yang sekaligus untuk mendukung agropolitan
8. Kawasan Wisata Wilayah Utara  Pengembangan wisata di Kabupaten Madiun dilakukan dengan membentuk wisata unggulan “Triangle Diamont” yaitu dengan icon
 Menjadikan wisata Bendungan Widas sebagai icon wisata di wisata adalah Wisata Waduk Bening, Monumen Kresek dan Wisata Umbul. Di luar wisata unggulan tersebut juga banyak potensi
Kabupaten Madiun bagian/ wilayah utara dengan menghubungkan lain dan secara keseluruhan dikembangkan dengan membentuk zona wisata, pengembangan wisata budaya dan dilengkapi
(satu paket) dengan obyek wisata yang ada di Kecamatan Mejayan akomodasi wisata;
yakni Wisata industri Brem, wisata belanja dan wisata kuliner, serta  Melakukan perbaikan terhadap seluruh objek wisata yang ada di Kabupaten Madiun untuk lebih banyak menarik wisatawan untuk
obyek wisata souvenir gembol jati yang ada di jalan Raya Saradan berkunjung.
dan obyek wisata Waduk Kedungbrubus, Notopuro, Saradan dan  Mengembangkan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai peristiwa atau pertunjukan budaya, kerjasama wisata, dan
Dawuhan serta Makam Kuncen. peningkatan sarana-prasarana wisata sehingga Kabupaten Madiun dapat menjadi salah satu daerah tujuan wisata;
 Obyek wisata alam dikembangkan dengan tetap menjaga dan melestarikan alam sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata;
Wilayah Selatan  Tidak melakukan pengerusakan terhadap obyek wisata alam seperti menebang pohon;
 Menjadikan obyek wisata Taman Rekreasi Umbul sebagai icon  Mengembangkan seni budaya yang ada di Kabupaten Madiun untuk mendukung kegiatan wisata
wisata di Kabupaten Madiun wilayah selatan yang menghubungkan
 Menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah;
(satu paket) dengan obyek wisata yang ada di Kecamatan Geger
yakni wisata Industri Pabrik Gula Pagotan, Pabrik Gula Kanigoro,  Merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk keserasian lingkungan; serta
Wisata Agro, Situs Sewulan, Makam Mbah Moch Bin Oemar dan  Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya jual/saing.
Masjid Al Muttaqin, Komplek Madiun Lama (Ngrawan Dusun
Ngrawan Desa Dolopo Kecamatan Dolopo), Makam Patih Kutho
Miring Dusun Gentong Desa Pusat Kecamatan Geger dan Makam Ki
Ageng Rendeng Desa Kincangwetan Kecamatan Jiwan

Wilayah Timur
 Menjadikan obyek wisata Monumen Kresek sebagai icon wisata di
Kabupaten Madiun bagian/wilayah timur dengan menghubungkan
obyek wisata yang ada pegunungan Wilis seperti Air Terjun Seweru,
perkebunan kopi kandangan, Wisata hutan Grape, maupun wisata
agro dan hutan lainnya

9. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman di kembangkan di seluruh kecamatan dengan luas Permukiman perkotaan
kurang lebih 13.886 ha dan dibagi menjadi kawasan permukiman  Perubahan penggunaan tanah menjadi kawasan terbangun permukiman dilakukan secara bertahap dengan sedapat mungkin
perkotaan dan pedesaan mendahulukan tanah yang produktivitasnya paling rendah.
 Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang
memadai;
 Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara
cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;
 Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan; serta
 Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan
permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan
tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian dengan rencana tata ruang.
 Ketentuan teknis lingkungan bangunan disesuaikan dengan ketentuan oleh instansi terkait.
Kawasan Permukiman Pedesaan

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 51


No Jenis Peruntukan Luas dan Lokasi Arahan Pengembangan dan Pengelolaan
 Mengelompokkan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada.
 Menghindari sawah irigasi teknis.
 Memperhatikan kebutuhan perumahan penduduk pedesaan pada masa yang akan datang dengan memperhitungkan daya
tampung, yang terkait dengan lahan usahanya.
 Memperhitungkan kecenderungan perkembangan dan aksesibilitas.
 Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-
masing;
 Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah,
dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;
 Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan agrowisata, disertai
pengolahan hasil. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis pengembangannya adalah pertanian tanaman
pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil pertanian;
Rencana pemantapan kawasan permukiman perdesaan, dengan memperhatikan beberapa hal yaitu :
 Menyediakan sarana dan prasarana pendukung berdasarkan fungsi dan hirarkhi wilayah.
Kawasan terbangun perdesaan dapat dikembangkan pada kawasan yang dapat dialih fungsikan ke bukan pertanian.
10 Kawasan Peternakan Kawasan peternakan dalam skala besar diarahkan di Kecamatan Wungu  Kawasan peternakan tidak boleh menyatu dengan kawasan permukiman.
seluas kurang lebih 16 ha dan Mejayan seluas kurang lebih 16 ha,  Kawasan peternakan dapat dikembangkan di kawasan pertanian selama tidak menggau aktivitas pertanian.
sedangkan pengembangan peternakan yang dilakukan setiap keluarga
 Limbah yang dihasilkan peternakan perlu dikelola secara optimal oleh masing-masing peternak agar tidak mengganggu lingkungan
diarahkan di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun
sekitar.

Sumber : Hasil Rencana

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 52

You might also like