Professional Documents
Culture Documents
Bab-4 Rencana Pola Ruang Wilayah PDF
Bab-4 Rencana Pola Ruang Wilayah PDF
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Madiun seluas kurang lebih 5.314 ha, yang tersebar di kecamatan Kare, Adapun kawasan hutan lindung, hutan rakyat dan perkebunan tanaman keras di Kabupaten Madiun yang
Gemarang, Dagangan, dan Saradan. menjadi kawasan resapan air tersebar di kecamatan Kare, Gemarang, Dagangan, Dolopo, Wungu,
Pilangkenceng, Saradan, Mejayan, Wonoasri, dan Madiun.
Berdasarkan kondisi di atas, maka arahan penanganan untuk kawasan hutan lindung di Kabupaten Madiun,
sebagai berikut :
a. Perlu adanya upaya yang lebih konkret dan komprehensif dari Pemerintah Kabupaten Madiun untuk 4.2.3. KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT
mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Madiun; Untuk arahan kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar
b. Perlu adanya tata batas yang jelas termasuk blok-blok pemanfaatannya untuk tetap menjaga kelestarian danau/waduk, dan kawasan sekitar sumber mata air. Untuk lebih jelas mengenai penjelasan diatas dapat
hutan lindung baik dalam bentuk peta maupun tata batas di lapangan; dilihat dibawah ini.
c. Perlu adanya perencanan dan pengelolaan secara ketat terhadap keseimbangan lingkungan fungsi
kawasan hutan lindung selain berfungsi sebagai kawasan hijau penyangga lingkungan juga dimanfaatkan 4.2.3.1 KAWASAN SEMPADAN SUNGAI
sebagai kawasan wisata dan daya tarik Kabupaten Madiun dengan konsep “NATURAL CONSERVATION Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk
AND TOURISM” / Konservasi Alam dan Pariwisata; sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
d. Melakukan rehabilitasi hutan (reboisasi, penghijauan, pemeliharaan) untuk memulihkan, mempertahankan melestarikan fungsi sungai.
dan meningkatkan fungsi hutan lindung sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai adalah melindungi sungai dari
mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga; kegiatan manusia yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi
e. Peningkatan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian hutan lindung dengan menerapkan program fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai. Adapun luasan
pengelolaan hutan bersama masyarakat; kawasan sempadan sungai yang ada di Kabupaten Madiun adalah kurang lebih 2.573
f. Melarang adanya alih fungsi lahan hutan lindung menjadi kawasan budidaya, serta perlu melakukan ha, meliputi Kali Madiun, Kali Asin, Kali Jerohan, Kali Brangkal, Kali Catur, Kali Bunting,
pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat mempertahankan fungsi lindung; serta Kali Glonggong, Sungai Klepek, Kali Sareng, Kali Batil, Sungai Gondang, Sungai
pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang mengganggu fungsi lindung; Semawur, Kali Sono, Kali Piring, Kali Bribis, Kali Blodro, Kali Kentar, Kali Kembang, Kali Abu, Kali Gondang, Kali
Mundu, Kali Sukoliman, Kali Uluh, Kali Sarangan, Kali Jumok, Kali Padas, Kali Lengkowo, Sungai Kedungbrubus,
g. Penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi berbagai
Sungai Ngasinan, Sungai Notopuro, Sungai Gede, Sungai Tangkil, Sungai Bruwok, Sungai Nampu, Sungai
usaha dan/atau kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting
Sukorejo, Kali Palem, Sungai Sumber Agung, Kali Gendo, Kali Ulomati, Kali Lemahbang, dan Sungai Saradan/
bagi lingkungan hidup.
Blangambi. Adapun kriteria kawasan sempadan sungai sekurang-kurangnya (atau sesuai peraturan yang
berlaku):
4.2.2. KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASAN DIBAWAHNYA
Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan minimum 100 meter kiri-kanan
Untuk arahan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya meliputi kawasan sungai.
resapan air di Kabupaten Madiun.
Perlindungan terhadap anak-anak sungai di luar permukiman ditetapkan minimum 50 meter.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya yaitu kawasan hutan yang
Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman ditetapkan minimum 15 meter.
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, Kawasan ini hampir di setiap kecamatan, bahkan pada sekitar aliran sungai ini banyak yang digunakan
mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah.
untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat setempat.
Tujuan penetapan kawasan ini adalah untuk menjaga fungsi kawasan tersebut agar tetap berfungsi dengan
Pemanfaatan sempadan sungai, adalah sebagai berikut:
optimal. Luasan kawasan ini di Kabupaten Madiun adalah seluas kurang lebih 70.887 ha.
a. Arahan kegiatan daerah hulu sungai:
Rencana perlindungan kawasan resapan air di Kabupaten Madiun, meliputi :
Pengaturan erositas dan pemeliharaan hutan; dan
a. mempertahankan fungsi hutan lindung, hutan produksi, hutan rakyat, dan perkebunan tanaman keras
Pengaturan tanah pertanian, sehingga tidak merambah kawasan hutan lindung.
sebagai daerah tangkapan air bagi;
b. Arahan kegiatan daerah sepanjang aliran sungai:
b. melakukan konservasi kawasan hutan yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga dan resapan
air sebagai potensi air baku; Pengembangan dan peningkatan jaringan irigasi sebagai upaya menjamin terjaganya daya dukung
pangan;
c. melakukan perlindungan, penataan, dan/atau penanganan kawasan resapan air di kawasan hilir sungai
melalui penghijauan dan pembuatan sumur resapan di kawasan hunian/permukiman yang sekaligus Pengembangan drainase; serta
berfungsi pengendali banjir; Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air (pengendalian banjir,
d. melakukan perlindungan, penataan, dan/atau pengaturan sumber-sumber air baku permukaan dan sumber pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran,
air baku tanah dalam melalui penataan wilayah tata air; dan peningkatan kualitas air baku).
3. pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di sempadan sungai, diantaranya jalan
inspeksi dan bangunan pengolah air;
4. Pengamanan daerah aliran sungai dari kegiatan terbangun dan mengfungsikannya sebagai hutan lindung; Tanaman seresah penutup tanah kaya
nitrogen Fam. Leguminosae mis kedelai,
5. Pengerukan sedimentasi sungai dan muaranya; kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang,
dll
6. Pelebaran sungai untuk meningkatkan daya tampung/debit sungai;
7. Normalisasi sungai;
8. Pengaturan garis sempadan sungai;
9. Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan
sungai dilarang untuk didirikan;
Gambar 4.2.
10. Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan dilakukan re-
PENATAAN KAWASAN SEMPADAN TANPA TANGGUL
orientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan jika masih
memungkinkan; PADA SUNGAI DENGAN LOKASI MIRING
11. Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya banjir dapat digunakan untuk
pariwisata; dan
12. Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk pariwisata melalui penataan kawasan
tepian sungai.
Gambar 4.4.
PENATAAN KAWASAN SEMPADAN TANPA TANGGUL
PADA SUNGAI DENGAN PEMANFAATAN INDUSTRI
Gambar 4.6.
PEMBAGIAN ZONA DAERAH PENGUASAAN SUNGAI TIDAK BERTANGGUL
Gambar 4.5.
PEMBAGIAN ZONA DAERAH PENGUASAAN SUNGAI BERTANGGUL
Obyek wisata waduk Saradan dan Notopuro berlokasi di kecamatan Saradan kearah timur dari kota c. Pembatasan dan pengendalian pengembangan kegiatan budidaya di kawasan penyangga. Kegiatan yang
Madiun. Sedangkan waduk Notopuro berjarak 9 kilometer dari kecamatan Pilangkenceng dan 14 kilometer diijinkan berkembang di kawasan penyangga ini hanya berupa kegiatan rekreasi dan olah raga alam.
dari kecamatan Mejayan. Sempadan waduk ditetapkan 50 meter dari titik pasang tertinggi kea arah darat d. Pencegahan dan pengendalian berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan danau/waduk agar tidak
mengganggu fungsi danau/waduk terutama sebagai sumber air dan energi listrik
e. Pengembangan kawasan hutan di sempadan waduk yang telah mengalami kerusakan melalui program
rehabilitasi, reboisasi dan konservasi
f. Pengamanan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan, sehingga dapat
dicegah terjadinya sedimentasi di waduk, dengan cara menghindari kegiatan pembukaan lahan (land
clearing) pada musim hujan dan diupayakan pembangunannya mengikuti kontur alam, mempertahankan
tatanan yang telah ada, menghindari aliran permukaan terbuka yang memotong kontur serta penghijauan
pada daerah-daerah gundul
VISUALISASI Waduk Sradan dan Notopuro g. Pembuatan kolam retensi/embung-embung untuk menambah penyediaan air bersih di Kabupaten Madiun.
Waduk Dawuhan Untuk lebih jelasnya rencana kawasan lindung di Kabupaten madiun dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan
Waduk Dawuhan berlokasi di Kecamatan Wonoasri kearah timur dari kota Madiun. Sempadan waduk Gambar 4.7.
ditetapkan 50 meter dari titik pasang tertinggi kea arah darat
4.2.3.3 KAWASAN SEKITAR MATA AIR
Mata air adalah air tanah yang secara alami muncul karena adanya hubungan antara akuifer dengan
permukaan tanah. Hubungan tersebut bisa berupa rekahan saluran pelarutan atau pemotongan topografi.
Mata air berdebit besar umumnya muncul karena adanya rekahan dan sering terjadi pada batuan vulkanik
muda.
Mata Air yang ada di Kabupaten Madiun cukup banyak. Berdasarkan data dari Dinas PU Pengairan Kabupaten
Madiun, mata air yang ada di Kabupaten Madiun sebanyak 114 mata air yang sudah dimanfaatkan untuk air
irigasi dan air minum. Dari 114 mata air yang ada di Kabupaten Madiun, mata air dengan debit maksimum 100
VISUALISASI Waduk Dawuhan liter/detik antara lain Mata Air Dilem di Desa Kare Kecamatan Kare, Mata Air Sambong di Desa Batok
Kecamatan Kare, Mata Air Sekebo di Desa Randualas Kecamatan Kare, Mata Air Jirak di Desa Tawangrejo
Waduk Kedungbrubus
Kecamatan Kare dan Mata Air Gebangarum di Desa Plumpungrejo Kecamatan Wonoasri, dimana mata air
Waduk Kedungbrubus berlokasi di Kecamatan Pilangkenceng kearah utara dari Kota Madiun. Sempadan
tersebut dimanfaatkan untuk irigasi.
waduk ditetapkan 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat
Perlindungan di sekitar mata air ini dimaksudkan melindungi secara langsung dari gangguan khususnya
aktifitas manusia yang berakibat menurunnya kualitas mata air. Perlindungan setempat ini difokuskan kepada
badan air dari mata air, perlindungan daerah tangkapan mata air atau recharge area ditekankan dalam
perlindungan kawasan resapan air. Untuk perlindungan setempat kawasan sekitar mata air ditetapkan minimal
radius 200 meter dari mata air. Kawasan dengan radius 15 meter dari mata air harus bebas dari bangunan
kecuali bangunan penyaluran air. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, kriteria penetapan kawasan sekitar mata air meliputi:
a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; dan
b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air.
VISUALISASI Waduk Kedungbrubus Arahan kegiatan pengelolaan kawasan sekitar mata air antara lain:
1. Penetapan perlindungan pada sekitar mata air ini adalah minimum berjari-jari 200 meter dari sumber mata
Rencana pengembangan kawasan waduk di Kabupaten Madiun, sebagai berikut : air tersebut jika di luar kawasan permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman. Dengan
a. Pembuatan green belt baru dengan ketebalan 100 meter serta pengaturan garis sempadan waduk demikian di sekitar kawasan sumber air dapat ditanami dengan jenis tanaman yang dapat mengikat air,
b. Untuk mendukung fungsi lindung di kawasan sempadan danau/waduk, maka disekeliling sempadan sehingga kawasan di sekitar sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan;
difungsikan sebagai kawasan penyangga. Penetapan kawasan penyangga di luar kawasan sempadan 2. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan
waduk dengan jarak 1.000 meter dari semapadan waduk/danau. Fungsi kawasan penyangga ini kerusakan kualitas sumber air;
diantaranya sebagai daerah tangkapan air hujan untuk disalurkan dan diendapkan di kolam penampung
3. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;
Di dusun ini terdapat situs-situs peninggalan terbentuknya Madiun Lama. Situs-situs ini antara lain Memanfaatkan kawasan tersebut sebagai obyek wisata sejarah.
berupa : Batu tulis tahun 528, ompak (penyangga tiang), lambang kesuburan yang artinya Madiun Tetap melestarikan budaya sekitar.
merupakan wilayah yang subur B. LINGKUNGAN BANGUNAN NON GEDUNG
Arahan pengelolaanya adalah sebagai berikut:
Meningkatkan pelestarian situs, candi dan artefak lain yang merupakan peninggalan sejarah.
Mengembangkan pencarian situs bersejarah terutama di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo Kecamatan
Dolopo yang merupakan Madiun Lama .
Sebagai obyek daya tarik wisata sejarah.
C. LINGKUNGAN BANGUNAN GEDUNG DAN HALAMANNYA
Arahan pengelolaan terhadap bangunan kuno tersebut, adalah sebagai berikut :
Melestarikan bangunan kuno yang masih terdapat di berbagai desa/kelurahan yang ada di Kabupaten
Madiun
Situs –situs peninggalan
terbentuknya Madiun Tidak merombak keaslian dari bangunan tersebut dengan modernisasi ke bentuk lain.
Lama berada di Dusun Memfungsikan bangunan tersebut sehingga dapat terkontrol dan terawat kelestariannya.
Ngrawan Desa Dolopo
Kecamatan Dolopo Perlindungan terhadap bangunan peninggalan sejarah tersebut, ditetapkan dalam peraturan yang
terdapat di rencana tata ruang kabupaten/kota.
Untuk lebih jelasnya rencana kawasan taman wisata alam dan cagar budaya dapat dilihat pada Gambar 4.8.
4.2.5.1. KAWASAN RAWAN BANJIR Membuat tanggul baru atau mempertinggi tanggul yang sudah ada.
Kawasan rawan banjir di Kabupaten Madiun sebagian besar berada di sekitar Kali Madiun dan Kali Jeroan Membuat bangunan-bangunan proteksi tebing pada tempat yang rawan longsor.
tepatnya di Kecamatan Balerejo, Wungu dan Madiun. Lihat Gambar 4.9. Berdasarkan hasil studi yang Pemasangan pompa banjir pada muara anak sungai yang menuju Kali Jeroan.
telah dilakukan, debit banjir yang pernah terjadi pada DAS Kali Jeroan (diperoleh besarnya bakfull b. Pengendalian banjir dengan Non Struktur
capacity Kali Jeroan) sebesar 279,72 m2/detik, sedangkan dari hasil debit banjir rancangan diperoleh
Kegiatan non struktur bertujuan untuk menghindari dan juga menekan besarnya masalah yang
debit banjir dominan 2 tahunan adalah 282,21 m3/detik, sehingga terjadi limpasan pada Sungai Jeroan.
ditimbulkan oleh banjir, antara lain dengan cara mengatur pembudidayaan lahan di dataran banjir
Ini menunjukkan bahwa debit banjir tahunan Sungai Jeroan adalah 282,21 m3/det, sedangkan kapasitas
dan DAS sedemikian rupa sehingga selaras dengan kondisi dan fenomena lingkungan/alam termasuk
sungai Jeroan hanya mampu melewatkan debit banjir sebesar 279,72 m3/det.
kemungkinan terjadinya banjir. Upaya tersebut dapat berupa :
Kondisi DAS Kali Jeroan, khususnya pada sempadan kanan dan kiri Kali Jeroan yang berupa permukiman
Konservasi tanah dan air di DPS hulu untuk menekan besarnya aliran permukaan dan
penduduk, maka untuk perencanaan penanganan banjir di Kali Jeroan menggunakan debit banjir
mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta pengendalian erosi untuk mengurangi
rencana kala ulang 25 tahun. Besarnya debit banjir rencana 25 tahun sebesar 534,69 m3/det.
pendangkalan/sedimentasi di dasar sungai. Kegiatan ini merupakan gabungan antara rekayasa
Sedangkan kawasan tergenang meliputi Kecamatan Balerejo, Wungu, Madiun seluas kurang lebih 13.345 teknik sipil dan teknik agro, yang bertujuan untuk mengendalikan aliran permukaan antara lain
ha. dengan terarsiring, bangunan terjun, check-dam/dam penahan, dampengendalian sedimen,
2. PERMASALAHAN DAN KONDISI PEMECAHANNYA penghijauan dan reboisasi serta pembuatan sumur resapan.
Beberapa permasalahan utama pada Sungai Jeroan, sebagai berikut : Penataan ruang dan rekayasa di DPS hulu sehingga pembudidayaan/pendayagunaan lahan tidak
a. Kondisi DAS Kali Jeroan yang kritis merusak kondisi hidrologi DAS dan tidak memperbesar masalah banjir.
Hal ini disebabkan oleh kegiatan penggundulan hutan, sehingga saat ini daerah tangkapan air banyak Partisipasi masyarakat yang didukung adanya penegakan hukum antara lain dalam mentaati
ditumbuhi oleh rerumputan. Dengan demikian rehabilitasi hutan dan lahan di bagian hulu Kali Jeroan ketentuan menyangkut tata ruang dan pola pembudidayaan dataran banjir dan DAS hulu,
merupakan prioritas untuk segera direalisasikan. menghindari terjadinya penyempitan dan pendangkalan alur sungai akibat adanya sampah padat
termasuk bangunan, hunian liar dan tanaman di bantaran sungai.
b. Masalah Banjir
Penetapan sempadan sungai yang didukung oleh penegakan hukum.
Penyebab lain meluapnya air banjir di alur Kali Jeroan yang mengakibatkan genangan banjir hampir
setiap tahun disertai erosi tebing sungai adalah : Penyuluhan dan pendidikan masyarakat lewat berbagai media menyangkut berbagai aspek dalam
rangka meningkatkan kepedulian dan partisipasinya.
Kurangnya kapasitas alur sungai oleh rumpun bambu dan sisa akar bambu yang longsor masuk
badan sungai.
Hambatan arus air banjir akibat meander sungai yang cukup berat.
Hambatan arus air banjir akibat adanya penyempitan lebar alur sungai pada ruas tertentu dan
bekas pilar jembatan yang belum dibongkar.
c. Pelanggaran Batas Sempadan Sungai
Pelanggaran batas sempadan sungai terutama untuk permukiman permanen dengan kepadatan yang
cukup terjadi pada beberapa ruas sungai. Kondisi pemanfaatan bantaran dan semapadan sungai
dengan mendirikan bangunan-bangunan permanen akan mengakibatkan bahaya longsor.
d. Penambangan Mineral Batuan
Kegiatan penambangan mineral batuan oleh penduduk setempat terutama penggalian galian tanah
dengan kondisi yang menghawatirkan terhadap bantaran sungai pada ruas tertentu perlu
mendapatkan perhatian dengan memberikan pengarahan secara persuasif agar supaya tidak
melanggar ketentuan yang berlaku.
Banjir di Desa Balerejo, Warurejo, Kedungjati, Kec. Balerejo, Kab. Madiun Tahun 2009
3. PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI JEROAN
Pengendalian banjir pada Sungai jeroan dapat dilakukan dengan pendekatan secara struktur dan non
struktur, adalah sebagai berikut :
Strategi mitigasi dan pengurangan risiko bencana kebakaran hutan dan lahan meliputi: 3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
a. Kampanye dan sosialisasi kebijakan pengendalian kebakaran lahan dan hutan. Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan gerakan tanah menengah untuk terkena gerakan tanah. Pada
zona ini dapat terjadi gerakan tanah berdimensi kecil dan besar terutama pada daerah yang berbatasan
b. Peningkatan masyarakat peduli api (MPA).
dengan lembah sungai, peralihan litologi atau tebing jalan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali
c. Peningkatan penegakan hukum
terutama disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama serta erosi lateral yang kuat.
d. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanggulangan kebakaran secara dini.
Lereng pada umumnya dibentuk oleh endapan aluvium (Qa), morfoset Argokalangan (Qav), Morfoset
e. Pembuatan waduk (embung) di daerahnya untuk pemadaman api.
Jeding – Patukbanteng (Qj), Morfosit Tanjungsari (Qjt) dan Morfosit Ngebel (Qjn). Daerah yang termasuk
f. Pembuatan sekat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian dengan hutan. dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah di Kabupaten Madiun antara lain Kecamatan Dolopo,
g. Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran. Dagangan, Wungu, Kare, Gemarang, Mejayan, Wonoasri dan Madiun dengan luas penyebaran mencapai
h. Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang luas. kurang lebih 15.642 ha.
i. Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat. 4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
j. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang heterogen. Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah. Pada zona ini sering
k. Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya. terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan baru masih aktif bergerak, terutama
l. Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar (pembuatan kompos, briket arang dll). disebabkan oleh curah hujan dengan intensitas tinggi dan dalam waktu lama serta erosi lateral yang kuat.
m. Kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran lahan dan hutan. Lereng pada umumnya dibentuk oleh tanah pelapukan dasar dari morfonit Tanjungsari (Qjt), Morfonit
n. Penyediaan dana tanggap darurat untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan disetiap unit kerja terkait. Argokalangan (Qav), Morfoset Jening – Patukbanteng (Qj), Morfonit Ngebel (Qjn). Daerah yang termasuk
dalam zona ini adalah Kecamatan Dagangan dan Kare dengan luas mecapai kurang lebih 2.275 ha.
o. Perlu adanya kerjasama antar Dinas terkait yaitu Perum Perhutani, Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta
masyarakat sekitar hutan Untuk lebih jelasnya klasifikasi kerentanan gerakan tanah di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 4.4.
maupun Gambar 4.11.
4.2.6. KAWASAN LINDUNG GEOLOGI Strategi penanganan bencana Kawasan Rawan Gerakan Tanah dilakukan melalui:
Sebagaimana disebutkan dalam Bab-1, Kabupaten Madiun merupakan wilayah rawan bencana alam 1. Penataan ruang. Manajemen resiko kawasan rawan gerakan tanah melalui penataan ruang dapat
diantaranya, rawan letusan gunung berapi, rawan gempa, dan kawasan yang memberikan perlindungan dilakukan dengan :
terhadap air tanah. a. Menghindari pembangunan rumah atau sarana lainnya pada daerah yang mempunyai kemiringan
4.2.6.1. KAWASAN RAWAN GERAKAN TANAH DAN LONGSOR lereng 25 – 45% dan > 45% dan mengarahkan pembangunan pada tanah stabil
Gerakan tanah menurut Varnes D.J ialah perpindahan material pembentuk lereng, yaitu batuan asli, tanah, b. Menghindari perencanaan pembangunan pada daerah yang mempunyai kerentanan gerakan tanah
bahan timbunan atau kombinasi dari material-material tersebut yang bergerak ke arah bawah dan keluar tinggi, sedangkan pembangunan zona berkerentanan menengah perlu dilakukan analisis kestabilan
lereng. Berdasarkan klasifikasi jenis tanah (Varnes D.J, 1978) jenis longsoran yang terjadi di Kabupaten pada tiap lokasi tapak
Madiun adalah jenis longsoran bahan rombakan. c. Menghutankan kembali tanah yang gundul (kritis) dengan pohon-pohon yang mempunyai akar kuat
Adapun faktor-faktor yang memicu terjadi gerakan tanah di Kabupaten Madiun sebagai berikut : pengaruh dan dalam yng dapat berfungsi sebagai penguat tanah, untuk mencegah terjadinya gerakan tanah.
kemiringan lereng, pengaruh batuan dan tanah, pengaruh kedudukan batuan, pengaruh keairan, pengaruh d. Perlu kewaspadaan pada daerah-daerah sekitar alur-alur sungai yang berpotensi terlanda aliran bahan
tataguna lahan, pengaruh struktur geologi, kegempaan, pengaruh aktivitas manusia. rombakan, terutama jika terjadi letusan gunung berapi atau terjadi akumulasi material gerakan tanah
Berdasarkan faktor penyebab terjadinya gerakan tanah tersebut, maka Kabupaten Madiun dibedakan menjadi : pada bagian atas alur. Hindari pembuatan permukiman pada daerah-daerah sekitar mulut alur dan
1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah kelokan sungai.
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terkena gerakan tanah. Pada daerah ini
sangat jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah baru maupun gerakan
a. Penyelidikan geologi teknik, analisis kestabilan lereng dan daya dukung tanah. Dengan pelaksanaan 2. Penyelidikan
kegiatan ini, lebih lanjut zona-zona kritis (berpotensi terjadi gerakan tanah/longsor) dalam kawasan Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan
tersebut serta daya dukung kawasan dapat diketahui, sehingga upaya antisipasi resiko dalam penangulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
pemanfaatan ruang pada kawasan tersebut dapat dilakukan. 3. Pemeriksanaan
b. Sistem drainase yang tepat pada lereng. Tujuan pengaturan sistem drainase adalah untuk menghindari Melakukan penyelidikan pada saat dan stelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan
air hujan banyak meresap masuk dan terkumpul pada lereng yang rawan longsor/terjadi gerakan cara penanggulangannya
tanah. Dengan demikian perlu dibuat drainase permukaan yang mengalirkan air limpasan hujan 4. Pemantauan
menjauh dari lereng rawan bencana longsor, dan drainase bawah permukaan yang berfungsi untuk Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh
menguras atau memgalirkan air hujan yang meresap masuk ke lereng. pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
c. Sistem perkuatan lereng untuk menambah gaya penahan gerakan tanah pada lereng. Perkuatan 5. Sosialisasi
kestabilan lereng dapat dilakukan, dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa Memberikan pemahaman kepada pemerintah atau masyarakat umum tentang bencana alam tanah
konstruksi seperti tembok penahan, angkor, bronjong, jaring kawat penahan dan lain-lain. longsor atau gerakan tanah yang ditimbulkannya
d. Meminimalkan pembebanan pada lereng. Penetapan batas beban yang dapat diterapkan dengan aman B. Selama dan sesuah terjadinya bencana
pada lereng perlu dilakukan dengan penyelidikan struktur tanah/batuan pada lereng, sifat-sifat 1. Tanggap darurat
keteknikan serta melakukan analisis kestabilan lereng dan daya dukungnya. Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban
e. Memperkecil kemiringan lereng. Upaya memperkecil kemiringan lereng dilakukan untuk meminimalkan secepatnya
pengaruh gaya-gaya penggerak dan sekaligus meningkatkan pengaruh gaya penahan gerakan pada 2. Rehabilitasi
lereng. Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi dan sarana transportasi
f. Mengupas material gembur (yang tidak stabil pada lereng). Pengupasan material dapat memperkecil 3. Rekonstruksi
beban pada lereng, yang berarti meminimalkan besarnya gaya penggerak pada lereng, dan efektif Sedangkan penangan kawasan konservasi dan rawan longsor dapat dilihat pada Gambar 4.12.
diterapkan pada lereng yang lebih curam dari 40%.
g. Mengosongkan lereng dari kegiatan manusia. Apabila gejala awal terjadinya gerakan tanah/longsoran Tabel 4.4.
telah muncul, terutama pada saat hujan lebat atau hujan tidak lebat tetapi berlangsung terus menerus, KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN ZONA KERENTANAN TANAH
segera kosongkan lereng dari kegiatan manusia. Zona Kerentanan Tanah Kesesuaian Penggunaan
No
h. Penanaman vegetasi dengan jenis dan pola tanam yang tepat. Kawasan dengan tingkat kerawanan Jenis Luas (Ha) % Lahan
tinggi dan mengalami penggundulan hutan, dapat diupayakan untuk ditanami kembali, dengan jenis 1 Kerentanan Sangat 35.853,59 15,5 Sangat sesuai Tidak ada kendala tetapi perlu
tanaman yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Jenis tanaman yang disarankan oleh Bank Dunia Rendah untuk adanya penyelidikan tanah
pada kawasan lindung atau kawasan rawan bencana longsor adalah akasia, pinus, mahoni, johar, jati, 2 Kerentanan Rendah 47.314,04 19,8 pengembangan terlebih dahulu, bila akan ada
kemiri dan damar. Khusus untuk daerah berlereng curam di lembah dapat ditanami bambu. lahan terbangun penyayatan lereng.
i. Perlu diterapkan sistem terassiring dan drainase yang tepat pada lereng. Pengaturan sistem terassiring
bertujuan untuk melandaikan lereng, sedangkan sistem drainase berfungsi untuk mengontrol agar 3 Kerentanan Sedang 15.642,87 8,4 Kurang sesuai Diperlukan penyelidikan
tidak membuat jenuh massa tanah pada lereng. untuk kemantapan lereng secara rinci
pengembangan dan membengun bangunan
Sedangkan upaya mitigasi bencana kawasan rawan kerentanan gerakan tanah (tanah longsor) adalah suatu
lahan terbangun pencegah gerakan tanah
siklus kegiatan yang secara umum dimulai dari tahap pencegahan terjadinya longsor, kemudian tahap
4 Kerentanan Tinggi 2.275,47 1,2 Tidak sesuai Dihindari untuk lahan
waspada, evakuasi jika longsor terjadi dan rehabilitasi, kemudian kembali lagi ke tahap yang pertama.
untuk permukiman maupun lahan
Pencegahan dan waspada adalah merupakan bagian yang sangat penting di dalam siklus mitigasi bencana.
pengembangan terbangun lainnya
Upaya mitigasi bencana kawasan rawan kerentanan gerakan tanah, sebagai berikut : lahan terbangun
Untuk lebih jelasnya kawasan rawan gempa bumi di Indonesia, Kabupaten Madiun maupun beberapa aspek
bahaya gempa bumi dapat dilihat pada Gambar 4.14, 4.15 dan 4.16.
2. Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, dan Balerejo
3. Pencetakan sawah baru yang disertai perbaikan saluran pada wilayah-wilayah yang rawan kekeringan; 4 Terong Kebonsari, Dolopo, Wungu, Kare, Mejayan dan Balerejo
Gemarang, Saradan,
4. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktifitas
Pilangkenceng,Mejayan, Balerejo dan
tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan agropolitan dan agrowisata;
Jiwan
5. Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman tahunan
yang produktif, dan kawasan ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan 5 Ketimun Geger ,Dolopo,Dagangan, Gemarang, Dolopo, Dagangan, Saradan dan
terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang; Saradan, Pilangkenceng, dan Balerejo Balerejo
Sedangkan arahan untuk kawasan pengembangan utama komoditi pertanian di Kabupaten Madiun 6 Kangkung Dolopo, Gemarang, Saradan, Mejayan dan Balerejo
sebagaimana terlihat pada Tabel 4.6 s/d Tabel 4.8 dan Gambar 4.19 s/d Gambar 4.21. Pilangkenceng,Mejayan, Sawahan,
Balerejo dan Jiwan
7 Bawang Merah Kebonsari, Kare, Saradan dan Kebonsari, Kare, Saradan dan
Pilangkenceng Pilangkenceng
8 Labu Siam Gemarang Gemarang
9 Bayam Kebonsari, Geger ,Dolopo,Dagangan, Gemarang, Saradan, Pilangkenceng,
Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, Mejayan dan Balerejo
Pilangkenceng,Mejayan, Wonoasri,
Balerejo, Sawahan dan Jiwan
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 4 - 25
Tabel 4.8.
WILAYAH PENGEMBANGAN UTAMA KOMODITI PERTANIAN TANAMAN BUAH-BUAHAN 4.3.4. KAWASAN PERUNTUKAN PERKEBUNAN
Kawasan perkebunan di Kabupaten Madiun dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang ada
No Komoditi Lokasi Wilayah Pengembangan Utama
1 Apokat Geger ,Dolopo,Dagangan, Kare, Gemarang, Saradan, Geger ,Dolopo,Dagangan, Kare, Gemarang, pada daerah masing-masing serta prospek ekonomi yang dimiliki. Berdasarkan komoditasnya, pengembangan
dan Mejayan Saradan, dan Mejayan perkebunan dapat dibagi dalam dua kelompok yakni perkebunan tanaman tahunan seperti kopi, coklat dan
2 Belimbing Seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Madiun Seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten karet, dan perkebunan tanaman semusim antara lain tembakau, tebu, panili dan sebagainya. Kawasan
Madiun
3 Duku Dolopo, Dagangan ,Kare, Dolopo, Dagangan ,Kare,
perkebunan di Kabupaten Madiun dikelola oleh perusahaan seperti perkebunan kopi Kandangan yang terletak
4 Durian Dolopo,Dagangan,Wungu,Kare, Dolopo,Dagangan,Wungu,Kare,Gemarang, di Kecamatan Kare dengan luas mencapai kurang lebih 862 ha dan di Kecamatan Wungu seluas kurang lebih 1
Gemarang, ha, dimana kawasan ini sekaligus berfungsi sebagai fungsi lindung. Luas keseluruhan kawasan peruntukkan
5 Jambu biji Seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Madiun Seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten perkebunan kurang lebih 18.912 ha, meliputi kecamatan Gemarang, Kare, Dagangan, Dolopo, dan Saradan.
Madiun
6 Jambu air Geger,Dolopo,Dagangan,Wungu,Kare,Gemarang,Sarad Geger,Dolopo,Dagangan,Wungu, Arahan pengelolaan kawasan perkebunan antara lain :
an,Pilang kenceng,Bale rejo, Madiun, Jiwan. Kare,Gemarang,Saradan,Pilang
a. Pengembangan kawasan perkebunan hanya di kawasan yang dinyatakan memenuhi syarat, dan diluar
kenceng,Bale rejo, Madiun, Jiwan
7 Jeruk siam Dolopo,Dagangan,Wungu,Kare,Gemarang,Saradan,Pila Dolopo,Dagangan,Wungu,Kare,Gemarang, area rawan banjir serta longsor;
ng kenceng,Mejayan, wonosari, Bale rejo, Madiun Saradan,Pilang kenceng,Mejayan, b. Dalam penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi
Jiwan wonosari, Bale rejo, Madiun Jiwan
tanah dan air juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika;
8 Mangga Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten Madiun Dolopo,Dagangan, Wungu, Gemarang,
Pilang kenceng, Mejayan. c. Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan memalui peningkatan peran serta masyarakat
9 Sirsak Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten Madiun Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten yang tergabung dalam kimbun masing-masing; serta.
Madiun
10 Sukun Kebon sari, Dolopo,Dagangan,Wungu, Gemarang, Kebon sari, Dolopo,Dagangan,Wungu, d. Pengembangan perkebunan terutama pada area yang telah mengalami kerusakan dengan tanaman
Saradan,Pilang kenceng, Mejayan, Bale rejo, Sawahan. Gemarang, Saradan,Pilang kenceng, tahunan yang dapat diambil buahnya
Mejayan, Bale rejo, Sawahan.
Arahan pengembangan kawasan perkebunan yaitu:
11 Melinjo Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten Madiun Seluruh wilayah kecamatan di kabupaten
Madiun a. Memperbaiki dan mengembangkan prasarana dan sarana infrastruktur ke lokasi pertanaman serta untuk
12 Petai Dolopo,Dagangan, Wungu,Kare,Gemarang Dolopo,Dagangan, Wungu,Kare,Gemarang pengolahan dan pemasaran;
a. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi mineral tambang, Menyediakan lapangan pekerjaan dengan tingkat ketrampilan menengah, yang mana pada taraf
kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan; ini cukup tersedia tenaga kerja yang memadai, khususnya angkatan kerja baru.
b. Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/reklamasi sesuai dengan zona peruntukkan Dapat mendorong pertumbuhan sektor primer maupun sektor tersier.
yang ditetapkan, dengan melakukan penimbunan tanah subur dan/atau bahan-bahan lainnya, sehingga c. Usaha Pengembangan :
menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya Perlunya peran serta pihak Pemerintah secara lebih aktif di dalam penyuluhan ketrampilan dan
dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup; masalah pemasaran;
c. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas ( top soil) untuk Perlu kerjasama antara pihak pemerintah, swasta dan industri kecil di dalam penyediaan dana
keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan; dan distribusi pemasaran;
d. Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran batu bata – genting, sebab dapat Pengembangan industri kecil ini perlu dikembangkan di tiap desa dengan diversifikasi jenis
mengakibatkan kerusakan lingkungan; industri sesuai dengan kegiatan eksisting, bahan baku dan ketersediaan sumber daya lainnya.
e. Pada kawasan yang teridentifikasi pertambangan panas bumi dan bernilai ekonomi tinggi, sementara pada Kawasan pengembangan sentra industri kecil diarahkan menyatu dengan lingkungan permukiman
bagian atas kawasan penambangan adalah kawasan lindung atau kawasan budidaya sawah yang tidak sepanjang tidak mengganggu lingkungan yang ada. Demikian juga untuk mendukung kegiatan
boleh alih fungsi, atau kawasan permukiman, maka eksplorasi dan/atau eksploitasi tambang harus disertai agropolitan, agroforestry, agrowisata, dan ekowisata dapat dikembangkan industri kecil yang menyatu
AMDAL, kelayakan secara lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi terhadap pengaruhnya dalam jangka dengan lingkungan permukiman dan dikembangkan di semua kecamatan sesuai dengan potensi yang ada.
panjang dan skala yang luas;
B. LAHAN PERUNTUKAN INDUSTRI
f. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan sebelum, saat dan
Lahan peruntukan industri yang saat ini ada disepanjang jalan arteri primer yang menghubungkan
setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang ketat; dan
Kabupaten Madiun – Surabaya maupun Kabupaten Madiun – Ponorogo, tepatnya di kecamatan Geger,
g. Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk pengembangan komoditas Dolopo, Wungu, Wonoasri, dan Balerejo dibatasi perkembangannya dan untuk pembangunan industri baru
lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti tanaman jarak pagar dan tanaman nilam. diarahkan ke utara disekitar akses bebas hambatan.
C. KAWASAN INDUSTRI DAN PERGUDANGAN
4.3.7. KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI Kawasan industri dan pergudangan diarahkan di wilayah utara tepatnya di kecamatan Pilangkenceng,
Saradan serta Mejayan. Kawasan ini diprediksi akan memiliki tarikan kegiatan lain yang besar sehingga
3. > 50 - 100 ha 60% - 70% Maksimal 12,5% Maksimal 10% Sesuai Kebutuhan Minimal 10% Sumber : Hasil Analisa
Untuk lebih jelasnya rencana kawasan industri di Kabupaten Madiun sebagaimana terlihat pada Tabel 4.11.
4. > 100 – 200 ha 50% - 70% Maksimal 15% Maksimal 12% Sesuai Kebutuhan Minimal 10%
5. > 200 - 500 ha 45% - 70% Maksimal 17,5% 10% - 25% Sesuai Kebutuhan Minimal 10% Adapun arahan pengelolaan kawasan industri di Kabupaten Madiun adalah :
6. > 500 ha 40% - 70% Maksimal 20% 10% - 30% Sesuai Kebutuhan Minimal 10% 1. Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologis;
2. Pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi
Sumber : Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No 50/MPP/Kep/2/1997
kawasan;
Keterangan :
1. Sentra Industri Kecil Di seluruh Kecamatan - Dapat dikembangkan pada lingkungan Menjadikan obyek wisata Monumen Kresek sebagai icon wisata di Kabupaten Madiun bagian/wilayah timur
permukiman sepanjang tidak dengan menghubungkan obyek wisata yang ada pegunungan Wilis seperti Air Terjun Seweru/Kedung Malem,
menggagu lingkungan yang adadan Perkebunan Kopi Kandangan, Wisata hutan Grape, Waduk Kresek maupun wisata agro dan hutan lainnya.
dikembangkan sesuai dengan potensi
di masing-masing kecamatan Tabel 4.12.
2. Kawasan Industri Pilangkenceng, 431,14 pengembangan industri ringan-sedang, PERMASALAHAN DAN PENANGANAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2029
Balerejo, Mejayan merupakan kawasan industri yang
No Obyek Wisata Permasalahan Penanganan
mengolah hasil pertanian, perkebunan
dan hasil hutan, workshop serta 1. Waduk Widas Kurangnya perawatan atas Melengkapi dan memperbaiki fasilitas
pergudangan. Kawasan industri ini fasilitas-fasilitas hiburan. hiburan yang ada seperti taman bermain
untuk mendukung kawasan Kurangnya kegiatan dan perahu speed boot.
agropolitan promosi wisata. Memperbanyak jenis hiburan seperti
lapangan olahraga, tempat penginapan,
3. Lahan Peruntukan Geger, Dolopo, 64,83 Dikembangkan sesuai dengan kondisi
rumah makan, dan showroom yang
Industri Wungu, Wonoasri, yang ada saat ini untuk mendukung
berfungsi sebagai tempat pembelajaran
kegiatan agropolitan serta tidak
mengenai fungsi utama waduk, sehingga
dikembangkan lebih lanjut
dapat menambah wacana wisatawan
Sumber : Hasil Analisa
mengenai waduk tersebut
Meningkatkan promosi atas keberadaan
4.3.8. KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA waduk tersebut baik skala local
Sektor pariwisata di Kabupaten Madiun sebenarnya cukup berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki (Kabupaten Madiun) maupun skala luar
obyek wisata yang cukup banyak dan tersebar di seluruh Kabupaten Madiun. Potensi pariwisata di kabupaten Kabupaten Madiun.
Madiun meliputi, pariwisata di bidang agro yang terletak di kawasan Gunung Wilis dengan perkebunan kopi
dan kakao, pariwisata seni budaya dengan kesenian dongkrek. Untuk pariwisata sejarah dengan Monumen
2. Waduk Saradan dan Kurang berfungsinya kedua Mengoptimalkan fungsi utama waduk
Kresek yang merupakan saksi sejarah pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, dan pariwisata pelestarian
Notopuro waduk tersebut untuk untuk memenuhi kebutuhan air bersih
lingkungan dan pembenihan berupa waduk dan persemaian kayu jati. Adapun permasalahan dan rencana
memenuhi kebutuhan air warga sekitar terutama saat musim
penanganan masing-masing obyek wisata yang ada di Kabupaten Madiun dapat di lihat pada Tabel 4.12.
bersih warga Kabupaten kemarau.
Adapun berdasarkan kebijaksanaan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan yang ditetapkan dalam Madiun Meningkatkan kemudahan aksesibilitas
RIPP tahun 1993, Kabupaten Madiun terbagi dalam 3 (tiga) Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP), dan
Tidak adanya fasilitas menuju kedua waduk tersebut
pada setiap WPP terdapat satu obyek wisata andalan. Rencana pengembangan berdasarkan konsentrasi
hiburan yang ada di sana. Menyediakan tempat parkir yang
wilayah wisata diharapkan pengembangan pariwisata di Kabupaten Madiun dapat berjalan secara sistematis,
Aksesibilitas yang kurang memadai
terencana, terpadu dan berkelangsungan. Adapun konsentrasi pembagian wilayah wisata di Kabupaten Madiun
memadai untuk menuju ke Melengkapi kedua waduk tersebut
dibagi dalam tiga wilayah (sentra), antara lain:
kedua waduk tersebut. dengan fasilitas hiburan untuk menarik
A. Wilayah Utara
minat wisatawan berkunjung, seperti
Menjadikan wisata Bendungan Widas sebagai icon wisata di Kabupaten Madiun bagian wilayah utara
taman bermain bagi anak-anak dan
dengan menghubungkan (satu paket) dengan obyek wisata yang ada di Kecamatan Mejayan yakni Wisata
tempat pemancingan.
industri Brem, wisata belanja dan wisata kuliner, serta obyek wisata souvenir gembol jati yang ada di jalan
Wisata Waduk
8. Merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk keserasian lingkungan;
Bening serta
Wisata Waduk
Kedungbrubus 9. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya jual/saing.
Wisata Waduk Notopuro
Wisata Waduk Saradan
Wisata Waduk Dawuhan 4.3.9. KAWASAN PERUNTUKAN PERMUKIMAN
Wisata Belanja dan
Kuliner Tujuan pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Madiun, sebagai berikut :
Industri Brem 1. Mendistribusikan perkembangan fisik, kependudukan dan keramaian Kabupaten madiun ke Arah Selatan,
Soevenir Gembol Jati
Barat dan Utara
Makam Kuncen
Peninggalan Sejarah 2. Menyediakan lahan untuk memenuhi kebutuhan akan permukiman di Kabupaten Madiun
Nglambangan
3. Menciptakan generator bagi Kabupaten Madiun, khususnya pada bagian selatan, barat dan utara
Berdasarkan kondisi, permasalahan dan potensi permukiman di Kabupaten Madiun, maka terdapat beberapa
aspek yang menjadi pertimbangan, yaitu :
1. Aspek Keterkaitan dengan system kota (Urban Lingkage)
Monumen Kresek
Pegunungan Wilis Permukiman sangat berkaitan erat dengan sistem pelayanan kota sesuai dengan hierarki dari fungsi dan
Air Terjun Seweru peran kawasan sehingga seharusnya tidak ada lagi perukiman yang tidak berakses dan
Wisata hutan Grape, terlayani/terintegrasi dengan baik oleh sistem infrastruktur kota. Sedangkan pemenuhan fasilitas
Wisata Umbul Perkebunan Kopi
pelayanan permukiman menjadi bagian (satu kesatuan) dari fasilitas kota dengan skala besar
Kandangan
Pabrik Gula Pagotan, Wisata Agro 2. Sosial Budaya Setempat
Pabrik Gula Kanigoro Waduk Kresek
Wisata Agro Aspek sosial budaya menjadi faktor penting dalam pengembangan suatu permukiman karena menyangkut
Situs Sewulan pola kehidupan masyarakat sehari-hari yang menghuni kawasan, dan terbentuknya sosial budaya
Makam Mbah Moch Bin Oemar dan Masjid Al Muttaqin masyarakat memberi karakter atau citra lingkugan tersendiri yang berbeda dengan permukiman lainnya
Komplek Madiun Lama (Ngrawan Dusun Ngrawan Desa Dolopo
Kecamatan Dolopo) sehingga mempengaruhi pengaturan dan pengembangan pola/komposisi perletakan perumahan dan
Makam Patih Kutho Miring Dusun Gentong Desa Pusat Kecamatan aktivitas ekonomi yang ada. Budaya masyarakat yang berkebun akan berbeda dengan dengan
Geger dan permukiman di tengah kota.
Makam Ki Ageng Rendeng Desa Kincangwetan Kecamatan Jiwan
3. Perekonomian Wilayah
Permukiman yang ada umumya berkaitan erat dengan mata pencaharian penduduk, sehingga lokasi,
Gambar 4.24 aksesibilitas serta pola kehidupan dari suatu permukiman menentukan ekonomi masyarakat. Sehingga
KONSEP PENGEMBANGAN TRIANGLE DIAMONT
diharapkan dalam skenario pengembangan permukiman, dapat menjadikan permukiman yang ada maupun
yang akan dikembangkan dapat dioptimalkan potensi ekonominya sebagai daerah produktif
Adapun arahan pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Madiun adalah:
4. Bentukan alam
1. Pengembangan wisata di Kabupaten Madiun dilakukan dengan membentuk wisata unggulan “ Triangle
Kondisi pengembangan permukiman saat ini cenderung kurang menghargai/memperhatikan kondisi
Diamont” yaitu dengan ikon wisata adalah Wisata Waduk Bening, Monumen Kresek dan Wisata Umbul. Di
bentukan alam sehingga potensi alam yang sangat penting/vital untuk dkala kawasan maupun lingkungan,
luar wisata unggulan tersebut juga banyak potensi lain dan secara keseluruhan dikembangkan dengan
kurang/tidak termanfaatkan dengan baik atau saling menunjang, tetapi cenderung merusak alam,
membentuk zona wisata, pengembangan wisata budaya dan dilengkapi akomodasi wisata;
sehingga menimbulkan bencana alam seperti banjir,longsor, kekeringan dll). Sehingga penyusunan
2. Melakukan perbaikan terhadap seluruh objek wisata yang ada di Kabupaten Madiun untuk lebih banyak skenario awal pengembangan permukiman yang dikaitkan konteksnya dengan bentukan alam, antara lain :
menarik wisatawan untuk berkunjung.
Memanfaatkan dan menjaga kontur tanah yang ada dengan seminimal mungkin melakukan cut & fil
3. Mengembangkan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai peristiwa atau pertunjukan budaya,
Memanfatkan dan menjaga vegetasi alam yang ada dengan menjadikannya sebagai hijau kawasan
kerjasama wisata, dan peningkatan sarana-prasarana wisata sehingga Kabupaten Madiun dapat menjadi
permukiman
salah satu daerah tujuan wisata;
Menjaga area tangkapan air dengan pengaturan densits/kepadatan bangunan, sehingga pembangunan
yang ada tidak terlalu mengganggu lahan resapan air
Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan 3. Limbah yang dihasilkan peternakan perlu dikelola secara optimal oleh masing-masing peternak agar tidak
kecamatan; dan mengganggu lingkungan sekitar.
Ketentuan teknis lingkungan bangunan disesuaikan dengan ketentuan oleh instansi terkait. Sedangkan kawan pengembangan utama komoditi sektor peternakan sebagaimana terlihat pada Tabel 4.13
dan Gambar 4.25.
B. Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan
pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra
ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan
bersesuaian dengan rencana tata ruang.
C. Kawasan Permukiman Pedesaan
Kawasan perdesaan merupakan daerah tempat tinggal sebagian besar masyarakat Kabupaten Madiun
yang kehidupan pokoknya bersumber pada pola pertanian. Kawasan permukiman perdesaan merupakan
kawasan dengan ciri dan karakteristik, sebagai berikut :
Sifat dan karakteristik lingkungan permukiman masih mencirikan tata dan lingkungan kehidupan rural.
luas penggunaan ruang untuk perumahan di lingkungan permukiman pedesaan ini 500 m².
Lingkungan kegiatan usaha didominasi oleh sektor pertanian.
Interaksi pergerakan masih rendah dan sangat dipengaruhi oleh interaksi hubungan eksternal.
Arahan pengembangan untuk kawasan permukiman perdesaan adalah :
Mengelompokkan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada.
Tabel 4.15.
RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA DAN LINDUNG KABUPATEN MADIUN TAHUN 2029
No Kecamatan Jenis dan Luas Penggunaan Lahan (Ha) Jumlah
Kawasan Budidaya
Sawah Kolam/ Ladang/ Hutan Hutan Perkebunan Permukiman/ Industri Kawasan Peternakan PLTA TPA
Irigasi Irigasi Irigasi Irigasi Tadah Empang/ Kebun Rakyat Produksi Pekarangan Militer
Teknis Setengah Sederhana Desa/ Hujan Waduk Campur Bangunan
Teknis Non PU
1 Kebonsari 3.020,32 - - - - - 958,16 - - - 743,31 - - - - - 4.721,79
2 Geger 2.121,50 - 64,00 56,50 - - 161,85 - - - 994,13 24,78 - - - - 3.422,76
3 Dolopo 1.137,00 521,00 94,00 - 78,00 2,00 14,93 788,42 1.048,73 - 980,15 3,37 - - - - 4.667,60
4 Dagangan 2.118,00 134,00 170,00 - 58,00 - 164,76 767,69 2.046,86 - 765,93 - - - - - 6.225,24
5 Wungu 1.990,00 89,00 89,00 - 151,00 4,00 181,80 34,38 1.064,63 1,00 631,11 7,65 - 16,40 - - 4.259,97
6 Karee 18,00 194,00 764,00 - 138,00 2,00 447,95 1.926,03 10.922,28 862,44 715,30 - - - 33,98 - 16.023,98
7 Gemarang - 307,00 301,00 - 38,00 - 24,92 899,97 7.839,85 - 450,44 - - - - - 9.861,18
8 Saradan 1.579,00 250,00 23,00 - 195,44 150,85 18,78 569,21 10.474,94 - 475,69 - 20,62 - - - 13.757,53
9 Pilangkenceng 3.237,00 228,00 - - 391,25 - 11,00 424,36 2.754,09 180,00 521,16 431,14 - - - - 8.178,00
10 Mejayan 1.676,00 12,00 - - 154,00 - 11,60 219,73 2.617,73 - 689,98 - 24,00 16,96 - 6,00 5.428,00
11 Wonoasri 1.341,84 - - - 43,86 36,87 81,13 191,99 1.354,36 - 302,29 5,66 - - - - 3.358,00
12 Balerejo 3.620,54 - 67,39 - 59,00 - 391,49 - - - 840,65 23,37 - - - - 5.002,44
13 Madiun 1.468,00 - 310,00 - 84,00 - 68,68 - 717,49 - 738,75 - - - - - 3.386,92
14 Sawahan 1.409,00 - - - - - 67,09 - - - 583,47 - - - - - 2.059,56
15 Jiwan 1.794,00 - - - - - 39,34 - - - 1.150,02 - 42,64 - - - 3.026,00
Jumlah 26.530,20 1.735,00 1.882,39 56,50 1.390,55 195,72 2.643,48 5.821,78 40.840,96 1.043,44 10.582,38 495,97 87,26 33,36 33,98 6,00 93.378,97
Sumber : Hasil Analisa
1. Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung di Kabupaten Madiun seluas kurang lebih 5.314 Perlu adanya upaya yang lebih konkret dan komprehensif dari Pemerintah Kabupaten Madiun untuk mempertahankan fungsi hutan
ha, yang tersebar di Kecamatan Kare, Gemarang, Dagangan dan lindung sebagai daerah tangkapan air bagi Kabupaten Madiun,
Saradan. Perlu adanya tata batas yang jelas termasuk blok-blok pemanfaatannya untuk tetap menjaga kelestarian hutan lindung baik dalam
bentuk peta maupun tata batas di lapangan
Perlu adanya perencanan dan pengelolaan secara ketat terhadap keseimbangan lingkungan fungsi kawasan hutan lindung selain
berfungsi sebagai kawasan hijau penyangga lingkungan juga dimanfaatkan sebagai kawasan wisata dan daya tarik Kabupaten
Madiun dengan konsep “NATURAL CONSERVATION AND TOURISM”
Melakukan rehabilitasi hutan (reboisasi, penghijauan, pemeliharaan) untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
hutan lindung sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga
Peningkatan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian hutan lindung dengan menerapkan program pengelolaan hutan
bersama masyarakat
Melarang adanya alih fungsi lahan hutan lindung menjadi kawasan budidaya, serta perlu melakukan pengaturan berbagai usaha
dan/atau kegiatan yang tetap dapat mempertahankan fungsi lindung; serta pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau
kegiatan yang mengganggu fungsi lindung
Penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan
yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup;
B Kawasan Perlindungan Setempat
1 Kawasan Sempadan Sungai Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya disepanjang sungai yang dapat menggangu atau merusak kualitas air, kondisi fisik
ditetapkan minimum 100 meter kiri-kanan sungai. dasar sungai serta alirannya
Perlindungan terhadap anak-anak sungai di luar permukiman Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai
ditetapkan minimum 50 meter. pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di sempadan sungai, diantaranya jalan inspeksi dan bangunan
Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan pengolah air
permukiman ditetapkan minimum 15 meter. Kawasan ini hampir di Pengamanan daerah aliran sungai dari kegiatan terbangun dan mengfungsikannya sebagai hutan lindung
setiap kecamatan, bahkan pada sekitar aliran sungai ini banyak yang
Pengerukan sedimentasi sungai dan muaranya
digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat setempat.
Pelebaran sungai untuk meningkatkan daya tampung/debit sungai
Normalisasi sungai
Pengaturan garis sempadan sungai
Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk
didirikan;
Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan dilakukan re-orientasi pembangunan
dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan;
Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya banjir dapat digunakan untuk pariwisata; serta
Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk pariwisata melalui penataan kawasan tepian sungai.
2 Kawasan Sempadan Waduk Penetapan sempadan danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian Pembuatan green belt baru dengan ketebalan 100 meter serta pengaturan garis sempadan waduk
danau atau waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi Untuk mendukung fungsi lindung di kawasan sempadan danau/waduk, maka disekeliling sempadan difungsikan sebagai kawasan
fisik danau atau waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke penyangga. Penetapan kawasan penyangga di luar kawasan sempadan waduk dengan jarak 1.000 meter dari semapadan
arah darat waduk/danau. Fungsi kawasan penyangga ini diantaranya sebagai daerah tangkapan air hujan untuk disalurkan dan diendapkan di
kolampenampung sebelum disalurkan ke danau/waduk untuk menghindari terjadinya sedimentasi di danau/waduk akibat
terkikisnya tanah oleh air hujan
Pembatasan dan pengendalian pengembangan kegiatan budidaya di kawasan penyangga. Kegiatan yang diijinkan berkembang di
kawasan penyangga ini hanya berupa kegiatan rekreasi dan olah raga alam.
Pencegahan dan pengendalian berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan danau/waduk agar tidak mengganggu fungsi
daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk Untuk mata air yang terletak pada kawasan lindung, maka perlindungan sekitarnya tidak dilakukan secara khusus, sebab pada
mempertahankan fungsi mata air; dan kawasan lindung tersebut sudah sekaligus berfungsi sebagai perlindungan terhadap lingkungan dan air.
wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari
mata air.
C. Kawasan Cagar Budaya
1. Kawasan Cagar Budaya dan LINGKUNGAN NON BANGUNAN LINGKUNGAN NON BANGUNAN
Ilmu Pentahuan Alam Monumen Kresek Melestarikan kawasan sekitar serta memberikan gambaran berupa relief atau sejarah yang menerangkan obyek/situs tersebut.
Peninggalan Sejarah Blambangan Membina masyarakat sekitar serta ikut berperan dalam menjaga peninggalan sejarah.
Memanfaatkan kawasan tersebut sebagai obyek wisata sejarah.
Tetap melestarikan budaya sekitar.
Makam Patih Kutho Miring Dusun Gentong Desa Putat Kecamatan Sebagai obyek daya tarik wisata sejarah.
Geger dan Makam Ki Ageng Rendeng Desa Kincangwetan
Kecamatan Jiwan
Kompleks Madiun Lama di Dusun Ngrawan Desa Dolopo Kecamatan
Dolopo
Meninjau kembali kesempurnaan fasilitas-fasilitas bangunan yang penting (rumah sakit, sekolah, kantor polisi, pemadam
kebakaran, instalasi komunikasi dan sebagainya) serta menyempurnakan fasilitas tersebut jika diperlukan;
Merencanakan alternatif cadangan air; serta
Menyiapkan sistem-sistem komunikasi emergensi dan info kepada masyarakat umum yang menyangkut keamanan.
4. Kawasan Rawan Letusan Kare dan Gemarang Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau diluar dari kawasan rawan bencana
Gunung Berapi Hindari tempat tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau lahar
Perkenalkan struktur bangunan tahan api
Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunungapi
Membuat fasilitas jalan dari tempat pemukiman ke tempat pengungsian untuk memudahkan evakuasi
Menyediakan alat transportasi bagi penduduk bila ada perintah pengungsian
Kewaspadaan terhadap risiko letusan gunung api di daerahnya
Identifikasi daerah bahaya (dapat dilihat pada Data Dasar Gunungapi Indonesia atau Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi)
Tingkatkan kemampuan pemadaman api.
Buat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan.
Penyediaan dana tanggap darurat untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan disetiap unit kerja terkait.
Perlu adanya kerjasama antar Dinas terkait yaitu Perum Perhutani, Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta masyarakat sekitar
hutan
Sumber : Hasil Rencana
Tegal/kebun/ladang yang direncanakan di Kabupaten Madiun seluas Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan maka tidak boleh dilakukan alih
kurang lebih 2.643 ha. fungsi;
Kawasan hortikultura yang meliputi buah-buahan dan sayuran seluas Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis;
kurang lebih 2.321 ha. Pencetakan sawah baru yang disertai perbaikan saluran pada wilayah-wilayah yang rawan kekeringan;
Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan
mengembangkan kawasan agrowisata;
Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman tahunan yang produktif, dan kawasan
ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan
Rencana Detail Tata Ruang
Wilayah Timur
Menjadikan obyek wisata Monumen Kresek sebagai icon wisata di
Kabupaten Madiun bagian/wilayah timur dengan menghubungkan
obyek wisata yang ada pegunungan Wilis seperti Air Terjun Seweru,
perkebunan kopi kandangan, Wisata hutan Grape, maupun wisata
agro dan hutan lainnya
9. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman di kembangkan di seluruh kecamatan dengan luas Permukiman perkotaan
kurang lebih 13.886 ha dan dibagi menjadi kawasan permukiman Perubahan penggunaan tanah menjadi kawasan terbangun permukiman dilakukan secara bertahap dengan sedapat mungkin
perkotaan dan pedesaan mendahulukan tanah yang produktivitasnya paling rendah.
Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang
memadai;
Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara
cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;
Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan; serta
Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan
permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan
tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian dengan rencana tata ruang.
Ketentuan teknis lingkungan bangunan disesuaikan dengan ketentuan oleh instansi terkait.
Kawasan Permukiman Pedesaan