You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH”

Disusun Oleh :

Nama : Anatasia

NIM : 125040200111140

Kelompok : Rabu, 09.15-10.55

Kelas :L

Asprak : Fatkun

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
4.1.1.1 UAK
Parameter Benih Baru (Sawi) Benih Expired (Terong)
Pengamatan Jumlah Benih % Jumlah Benih %
Normal (N) 13 65 % 0 0%
Abnormal (Ab) 7 35 % 0 0%
Benih Mati (BM) 0 0% 20 100%
Benih Segar Tidak
0 0% 0 0%
Tumbuh (BSTT)
Benih Keras (BK) 0 0% 0 0%

4.1.1.2 UDK
Parameter Benih Baru Benih Expired
Pengamatan Jumlah Benih % Jumlah Benih %
Normal (N) 0 0% 0 0%
Abnormal (Ab) 0 0% 0 0%
Benih Mati (BM) 10 100% 10 100%
Benih Segar Tidak
0 0% 0 0%
Tumbuh (BSTT)
Benih Keras (BK) 0 0% 0 0%

< Masak Fisiologis Masak Fisiologis > Masak Fisiologis


Parameter
Pengamatan Jumlah
Jumlah Benih % Jumlah Benih % %
Benih
Normal (N) 0 0% 0 0% 0 0%
Abnormal (Ab) 0 0% 0 0% 0 0%
Benih Mati (BM) 10 100% 10 100% 10 100%
Benih Segar Tidak
0 0% 0 0% 0 0%
Tumbuh (BSTT
Benih Keras (BK) 0 0% 0 0% 0 0%

4.1.1.3 UKDdp
Parameter Benih Baru (Buncis) Benih Expired (Terong)
Pengamatan Jumlah Benih % Jumlah Benih %
Normal (N) 7 70% 0 0%
Abnormal (Ab) 0 0% 0 0%
Benih Mati (BM) 3 0% 10 100%
Benih Segar Tidak
0 0% 0 0%
Tumbuh (BSTT)
Benih Keras (BK) 0 0% 0 0%
4.1.1.4 Vigor

Parameter Kedalaman
Pengamatan 2 cm 3 cm 4 cm 5 cm
Vigor 5 5 5 3
Less-vigor - - - -
Non-vigor/abnormal - - - -
Benih Mati (tidak tumbuh) - - - 2

4.1.1.5 Uji TZ

Kategori Jumlah
Benih Viable

Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada kotiledon 0


Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada radikula 0

Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada kotiledon dan radikula 10

Jumlah Viabel 10
Presentase 100%
Benih Non-

Sebagian besar kotiledon tidak berwarna 0


viable

Sebagian besar radikula tidak berwarna 0

Kotiledon dan radikula tidak berwarna 0

Jumlah non-viable 0
Presentase 0%

4.1.2 Tabel Dokumentasi

4.1.2.1 UAK
Expired (Terong) Baru (Sawi)

4.1.2.2. UDK

Expired Baru

< Masak FIsiologis Masak Fisiologis

>Masak Fisiologis
4.1.2.3 UKDdp

Expired Baru

4.1.2.4. Vigor

Kedalaman Dokumentasi
2cm
3cm

4cm

5cm

4.1.2.5. Uji TZ

BIJI BENIH
4.1 Pembahasan
4.2.1 Uji Viabilitas
Pada pengamatan viabilitas (daya hidup) dengan perlakuan uji di atas kertas (UDK). Perlakuan ini
menggunakan kertas merang yang disemprot dengan air agar kondisi kertas tersebut menjadi lembab.
Benih yang digunakan pada pengamatan ini yaitu menggunakan benih kangkung baru, benih bunga
matahari expired dan benih sorgum (< masak fisiologis, masak fisiologis, dan > masak fisiologis).
Masing-masing pada setiap perlakuan menggunakan 10 benih. Untuk benih kangkung yang baru
mengalami kejamuran, benih bunga matahari expired tidak ada satupun yang berkecambah dan berjamur,
dan pada benih sorgum pun ikut berjamur (masak fisiologis : benih mati semua), (< masak fisiologis :
benih mati semua), serta (> masak fisiologis : benih mati semua).

Pengamatan viabilitas benih ketiga dengan perlakuan Uji Kertas Digulung didirikan plastic
(UKDdp) Kertas yang digunakan sama yakni kertas merang yang sudah dilembabkan terlebih dahuludan
menggunakan plastik bening untuk membungkus kertas merang tersebut. Untuk perlakuan pada
pengamatan ini menggunakan benih buncis yang baru dan expired masing-masing sebanyak 10 benih.
Hasil yang didapatkan dari pengamatan ini yaitu, pada benih baru yang tidak mengalami tumbuh 7 benih
untuk persentase daya berkecambah dari benih baru sebesar 70% dan 3 (30%) benih lagi mati, sedangkan
pada benih yang expired yang 100 % mati.

Pengamatan yang ke-empat yaitu perlakuan/uji vigor, media tanam yang digunakan adalah pasir
yang diletakkan di dalam bak dan benih ditanam pada media tersebut dengan kedalaman yang berbeda-
beda. Kedalaman yang digunakan yaitu 2cm, 3 cm, 4 cm, dan 5 cm. Dari pengamatan yang dilakukan,
pada setiap kedalaman benih yang tumbuh antara lain semua benih kedalaman 2, 3, 4 cm 100 % hidup
normal, namun pada kedalaman 5 cm yang hidup normal sekitar 3 benih atau 60 % dan yang mati 2 benih
atau sebesar 40 %.

Pada uji TZ (Tetrazolium) ini menggunakan benih kedelai pasar dan sertifikasi. Benih yang
digunakan sebanyak 10 benih. Hasil yang diperoleh yaitu benih sertifikasi lebih menunjukkan perubahan
pada warnanya. Sedangkan pada benih dari pasar tidak, viabilitas dari benih sebesar 100%

Menurut Hereri (1993) Viabilitas suatu benih dipengaruhi oleh lama penyimpanan pada benih
tersebut. Dari hasil uji dari beberapa perlakuan yang telah disebutkan di atas. Rata-rata benih yang dapat
tumbuh adalah benih baru, sedangkan benih expired tidak. Benih rekalsitran tergantung pada kondisi
kadar air benih setelah penyimpanan, makin tinggi kadar air yang dimiliki setelah disimpan, maka makin
tinggi pula viabilitas dari benih tersebut. Sama seperti yang diungkapkan oleh Oluoch (1996)
Perkecambahan biji yang baik yaitu setelah masa priming osmotic, jika penyimpanan jangka panjang
diperlukan sebelum tanam, bibit harus dalam kondisi prima sebelum waktu penanaman.

Menurut Sutopo (1985) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam
penyimpanan dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Dalam

a. Jenis dan sifat benih


Sangat penting untuk diketahui apakah benih tersebut berasal dari benih tanaman daerah tropis,
sedang atau dingin yang bersifat hydrophyt, mesophyt atau makrobiotik dll. Semua keterangan tentang
jenis dan sifat benih ini sangat penting untuk dapat mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan
pun hatus ditentukan sesuai dengan jenis dan sifat benih yang akandisimpan.
b. Viabilitas awal dari benih
Untuk mendapatkan benih yang baik sebelum disimpan maka biji harus benar-benar masak di
pohon dan sudah mencapai kematangan fisiologis. Benih yang disimpan harus bertitik tolak dari viabilitas
awal yang semaksimum mungkin untuk dapat mencapai waktu simpan yang lama. Karena selama masa
penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal tersebut, yang mana tidak dapat
dihentikan lajunya. Pemilihan benih serta penyimpanan yang baik merupakan cara untuk mengurangi
kemunduran tersebut, sehingga laju kemunduran viabilitas benih dapat diatasi sekecil mungkin.
c. Kandungan air benih
Benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal, yaitu kandungan air
tertentu dimana benih tersebut dapat disimpan lama tanpa mengalami penurunan viabilitas benih. Benih
pada saat panen biasanya memiliki kandungan air benih sekitar 16-20 %, untuk dapat mempertahankan
viabilitas maksimumnya maka kandungan air tersebut harus diturunkan terlebih dahulu sebelum
disimpan. Kandungan air benih benih kira-kira 4-5% dari berat kering sebelum disimpan pada tempat
penyimpanan tertutup adalah efektif untuk memperpanjang viabilitasnya, terutama pada temperatur
laboratorium.
2. Faktor Luar
a. Temperatur
Temperatur yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan
kerusakan pada benih. Karena saat memperbesar terjadinya penguapan zat cair dalam benih akan
kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Protoplasma dalam embrio akan mati
akibaat keringnya sebagian atau seluruh benih.
Temperatur optimum untuk penyimpanan benih jangka panjang terletak antara 0-32 oF (-18-0oC). Antara
kandungan air benih dan temperatur terdapat hubungan yang sangat erat dan timbal balik. Jika salah satu
tinggi maka yang lain harus rendah.
b. Kelembaban
Kelembaban lingkungan selama penyimpanan juga sanngat mempengaruhi viabilitas benih. Sifat
biji yang higroskopis menyebabkan selalu mengadakan kesetimbangan dengan udara di sekitarnya.
Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan
penguapan air dari dalam benih dan mempertinggi kelembaban udara disekitar benih. Sebaliknya bila
kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban udara disekitar benih tinggi akan
mengakibatkan terjadinya penyerapan air oleh benih dan penurunan kelembaban udara disekitar benih
sampai tercapai tekakan yang seimbang. Bagi kebanyakan benih kelembaban nisbi antara 50-60%
temperatur antara 32-50oF (0-10oF) adalah cukup baik untuk mempertahankan viabilitas benih paling
tidak untuk jangka waktupenyimpanan selama setahun.
c. Gas disekitar benih
Adanya gas disekitar dapat mempertahankan viabilitas benih, misalnya gas CO 2 yang akan
mengurangi O2 sehingga respirasi benih dapat dihambat atau menggantikan O 2 dengan gas nitrogen.
d. Mikroorganisme
Kegiatan mikroorganisme yang tergolong dalam hama dan penyakit gudang dapat mempengaruhi
viabilitas benih yang disimpan. Bakteri Pseudomonas glycinea dan Pseudomona tabacci merupakan
bakteri yang dapat menyerang benih kedele di gudang penyimpanan. Selain cendawan dan bakteri, virus
juga dapat menyerang benih kedele didalam gudang penyimpanan, misalnya virus Bean common mosaic
dan tobacco ringspot. Sedangkan yang merupakan hama dalam gudang penyimpanan benih adalah tikus,
burung dan insekta (cotton, 1941). Jenis-jenis insekta yang termasuk hama perusak benih dalam simpanan
anta lain calandra sp, Corcyra cephalonica, Ephestia cautella, Rhizoperha dominica F. Diantara hama
gudang yang menyerang kedele yaitu Tribolium sp, Tricoderma sp. Serangga-serangga tersebut
menyebabkan kerusakan fisik terhadap benih menjadi berlubang, keropos atau hancur menjadi butiran
kecil/tepung. Kerusakan fisik ini akan memudahkanserangan bakteri atau cendawan terhadap benih.

4.2.1.1 Perbandingan Daya Berkecambah Benih Expired Dan Benih Baru


4.2.1.1.1 UAK
Pada metode pengujian ini benih diletakkan di atas kertas substrat yang telah dibasahi. Metode ini
sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya serta untuk
memecahkan dormansi pada benih. Hasil pengamatan pada viabilitas benih yang telah dilakukan, dapat
dilihat bahwa pada setiap jenis benih, macam perlakuan dan umur benih menunjukkan hasil yang
berbeda-beda. Menurut Sajad (1994) Viabilitas adalah kemampuan benih tumbuh dalam keadaan yang
optimum. Pengamatan pertama pada perlakuan uji antar kertas (UAK) menggunakan dua macam benih
yaitu benih baru sawi dan benih expired terong. Benih yang digunakan pada perlakuan ini masing-masing
sebanyak 20 benih. Kertas yang digunakan yaitu kertas merang yang sudah dilembabkan terlebih dahulu
dengan disemprot dengan air. Hasil yang diperoleh yaitu pada benih sawi baru sebanyak 13 biji atau
setara 65 % tumbuh dengan baik/ nprmal dan 7 biji atau setara dengan 35% yang tumbuh abnormal.
Sedangkan benih terong expired tidak ada satupun yang tumbuh. Viabilitas benih baru pada sawi lebih
bagus dibandingkan dengan benih terong expired, maka persentase daya benih pada sawi baru sebesar
100%.

Metode UAK ini menggunakan kertas merang yang diletakan pada sebuah wadah yang dibasahi
hingga kertas benar-benar basah. Dan selama pengamatan kertas merang harus dijaga agar tetap basah.
Pada pratikum ini, tunas tidak sampai tumbuh batang dan daun, akan tetapi tumbuh akar. pertumbuhan
akar juga dapat menjadi indikasi tumbuhnya tanaman.

Dari hasil pratikum UAK dapat diindikasikan bahwa pertumbuhan perkecambahan dapat
disebabkan waktu perkecambahan, intensitas pemberian air, suhu, serta adanya perbedaan respon dari
benih terhadap faktor-faktor (waktu perkecambahan, intensitas pemberian air, suhu) tersebut
menyebabkan perbedaan benih baik normal maupun abnormal atau bahkan benih mati.

Hal ini sesuai dengan pendapat Milich (2012) yang menyatakan bahwa, in this study responded
negatively to high temperatures at longer durations and exhibited similar patterns in seed release, but
what is of greater ecological interest and value to management are the differences in individual species’
responses.
Menurut Prabowo (2012), Kecambah normal, ditandai dengan akar yang berkembang baik,
jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang
baik. Kecambah dengan pertumbuhan lemah / kecambah abnormal memiliki ciri-ciri plumula atau
radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan
radikula tumbuh sebaliknya.

4.2.1.1.2 UDK

Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa pada benih barudari 10 benih kangkung yang
diletakkan mati semua, tidak ada daya berkecambah yang hidup normal maupun abnormal sehingga benih
yang mati presentasinya 100%. Kemudian untuk benih expirednya bunga matahari juga mati semua atau
tidak ada daya kecambah dari 10 benih tersebut yang juga menunjukkan bahwa presentasi benih mati
100%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa biji tidak peka terhadap cahaya. Dalam hai ini cahaya
merupakan faktor yang memepengaruhi perkecambahan biji. Kertas stensil dan buram/CD merupakan
kertas substrat yang menunjukkan kemampuan menyerap air, mempertahankan air dan kecepatan
penyerapan air yang baik, dan sangat potensial untuk dijadikan sebagai substrat alternatif pengganti kertas
merang. Hasil penelitian Purbojati dan Suwarno (2006) menunjukkan bahwa kertas stensil dan CD dapat
digunakan sebagai pengganti substrat kertas merang dalam pengujian viabilitas benih hortikultura
dengan metode uji diatas kertas (UDK).
Hal lain yang menyebabkan presentasi benih mati hingga 100% atau mati semua adalah pada
tempat penyimpanan benih tersebut terserang jamur, sehingga menghambat pemberian makanan yang
seharusnya dapat diserap oleh benih, malah diserap oleh jamur dan menyebabkan benih tersebut mati.

4.2.1.1.3 UKDdp

Pada metode UKDdp ini benih diletakkan di kertas merang yang dibasahi hingga basahnya
menyeluruh lalu digulung dan kemudian dimasukkan ke dalam plastic. Metode ini digunakan bagi benih
yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.
Dari hasil praktikum menunjukkan bahwa pada benih baru yaitu benih buncis dari 10 benih yang
dilakukan pengujian terdapat 7 benih yang tumbuh berkembang dengan normal, maka presentasi dati
benih yang tumbug dan berkembang normal adalah 70% dan 30% untuk benih yang mati karena dari 10
benih terdapat 3 benih yang mati. Sedangkan untuh benih expirednya dari 10 benih tidak ada satupun
yang tumbuh atau mati semua yang menyebabkan presentasi mati nya benih 100%.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat berberapa faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain
intensitass pemberian air, kelembapan, suhu. Jika digunakan kertas merang yang sangat basah dan itu
menyebabkan tingkat kelembapannya tinggi. Kelembapan yang tinggi menyebabkan ada benih yang
tumbuh abnormal.
Menurut pendapat dari Milosev (2010) yang menyatakan bahwa, seed is exposed for a short period
to double stress condition, high temperature, and high relative humidity, which are the two main seed
aging factors. High vigour seed will withstand these extreme conditions, and will deteriorate slower than
the low vigour seed.
Menurut John dalam Smith (1990), perkecambahan biji dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya iklim.Iklim yang dimaksud John disini salah satunya kelembaban, dikarenakan kurang lembabnya
kertas yang digulung dan didirikan menyebabkan setengah biji tumbuh abnormal.
Namun menurut pendapat saya alasan utama mengapa benihnya mati semua adalah kualitas benih
yang buruk yang dapat dilihat bahwa benih sepertinya sudah kadalaursa sehinmgga tidak dapat tumbuh
dan berkembang.

4.2.1.2 Perbandingan Daya Kecambah Benih < masak Fisiologis, MasakFisiologis, > Masak
Fisiologis

Berdasarkan hasil praktikum benih sorgum yang lebih masak fisiologis, masak fisiologis dan
belum masak fisiologis, semua benih tidak ada yang berkecambah atau dapat dikatakan bahwa sermua
benih sorgum mati semua dengan presentasi benih mati 100% . menurut pendapat saya hal ini dapat
disebabkan oleh kualitas sorgum yang rendah sehingga mudah terserang jamur yang menyebabkan
penyerapan nutrisi,cahaya matahari, air, dll untukke benih sorgum menjadi terhambat dan menyebabkan
benih sorgum tersebut tidak dapat berkecambah dan mati terinfeksi jamur.
Menurut Priandoko (2011) , metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya
menentukan persentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada pemunculan dan
perkembangan struktur-struktur penting dari embrio, yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi
tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum.Sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan
kemampuan terssebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal.Benih yang tidak dorman tetapi tidak
tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati.

4.2.1 Uji Vigor (Perbandingan Daya Kecambah Benih Pada Berbagai Kedalaman)

Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan hasil pengamatan tanaman jagung pada kedalaman
2cm, 3cm, 4cm, dan 5cm. pada penanaman jagung 2cm ditanam pada media pasir, 5 benih hidup dan
berkecambah semua , maka presentasi daya kecambahnya adalah 100%. Kemudian pada penanaman
jagung kedalaman 3cm presentasi kecambah benih juga 100% karena ke 5 benih yang ditanam hidup
semua. Hala yang sama juga pada penanaman 4cm di media pasir daya kecambah 100% atau benih
semuanya (5 buah) dapat hiodup semua. Namun pada penanaman jagung kedalaman 5 cm , dari 5 buah
benih yang hidup hanya 3 buah benih saja, 2 benih lainnya mati. Maka dalam hal ini presentasi daya
tumbuhnya menjadi 60% untuk hidup dan 40% untuk mati.
Pada pratikum ini perlakuan yang diberikan antara tiap benih adalah sama, yang membedakan
hanya kedalaman dari benihnya saja. Dari beberapa kedalaman berbeda dengan perlakuan yang sama
akan menunjukkan beberapa ketinggian tanaman yang berbeda. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perkecambahan biji salah satunya media, seberapa dalam biji ditanam menentukan
ketinggian akhir dari tanaman. Selain itu juga menentukan kekokohan akar.
Menurut Sadjad dalam Ichsan (2006) Vigor dicerminkan oleh vigor kekuatan tumbuh dan daya
simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini memungkinkan benih tersebut untuk tumbuh menjadi normal
meskipun keadaan biofisik dilapangan produksi sub optimum. Tingkat vigor tinggi dapat dilihat dari
penampilan kecambah yang tahan terhadap berbagai faktor pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangannya
Hal ini menunjukkan bahwa saja kedalaman penanaman benih jagung menjadi factor pembatas
bagi benih untuk tumbuh dan berkecambah dan menyebabkan benih mati

4.2.3 Uji TZ (Perbandingan Viabilitas Biji dan Benih)

Pada praktikum uji TZ ini sejumlah benih berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa zat
tetrazolim telah masuk kedalam biji. Zat TZ ini merupakan indikasi bahwa biji masih bisa menyerap air
dari luar, sehingga dapat tumbuh optimum.
Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa semua benih mati dan presentase daya kecambah
0 % dengan presentase kematian benih 100%.
Hal ini seperti uji yang lainnya yang mati semua benihnya bahwa benih yang digunakan telah
kadalauarsa sehingga tidak dapat berkecambah dan menyebabkan bernih mati semua.

Menurut Priandoko (2011), Uji tetrazolium (indikator cepat viabilitas benih) menggunakan zat
indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat
viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang
berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indikasi
yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola
pewarnaan pada embrio yang akan terbentuk dalam beberapa saat saja setelah diterapkan, sehingga
waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk
pengujian yang indikasinya berupa kecambah yang memerlukan waktu berhari-hari. Klorida/bromida
yang larut dalam air digunakan untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi
oleh benih ke dalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses
reduksi sehingga terbentuk zat yang disebut trifenil formazan, suatu endapan yang berwarna merah.
Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi dan tidak terbentu trifenil formazan sehingga warnanya
tetap.Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan
bahwa benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.

Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak yaitu untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan
ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar
tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji vigor bisa
dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih ketat untuk katagori benih vigor diantar benih
viabel.Metode ini dapat dilakukan dengan cepat. Dalam metode ini benih tidak dikecambahkan tetapi
hanya direndam dengan larutan tetrazolium selama satu jam dan kemudian dinilai embrionya. Prinsip
dari metode ini adalah terjadi pengecatan bagian embrio, sebagai hasil oksidasi larutan
tetrazolium.sehingga bagian embrio yang hidup akan berwarna merah sedangkan yang mati atau cacat
akan berwarna putih.
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Pada pretikum kali ini dilakukan dilakukan uji viabilitas yang dibagi ke dalam beberapa metode yaitu
UAK ( Uji Antar Kertas), UDK ( Uji Diatas Kertas), UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan plastik), Uji
Vigor dan Uji TZ. Benih yang dipakai antara lain benih terong, sawi, jagung ,dll.

Pada Uji Antar Kertas presentasi benih hidup normal 65% dan 35% abnormal, untuk Uji Diatas Kertas
presentasi daya kecambah 0% dengan tingkat kematian benih 100% atau tidak ada yang hidup sedangkat
untuk UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan plastik ) 70% benih dapat hidup sedangkan 30% benih
lainnya mati.

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan dibagi menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.

Faktor Dalam : a. Jenis dan sifat benih, b. Viabilitas awal dari benih, c. Kandungan air benih

Faktor Luar : a.Temperatur, b. Kelembaban, c. Gas disekitar benih, d. Mikroorganisme

Namun factor utama yang menyebabkan banyaknya benih yang mati ialah karena kualitas benih
pengamatan ytang cukup rendah yang sudah kadaluarsa , tidak layak tanam dan menyebabkan benih
tersebut tidak dapat tumbuh berkecambah malah ditumbuhi oleh jamur.
DAFTAR PUSTAKA

Ichsan, Cut Nur. 2006.Uji Viabilitas Dan Vigor Benih Beberapa Varietas Padi (Oryza Sativa L.) yang
Diproduksi pada Temperatur yang Berbeda Selama Kemasakan.Program Studi Agronomi Jurusan
Budidaya Pertanian Unsyiah
John ,GG., Tongway, DJ. and Pickup, G. 1984.Land and water processes. In: Harington,G.N., Wilson,
A.D. and Young, M.D. (eds)Management of Australia’s rangelands.pp.25-40.(CRIRO:Melborne)
(Dalam Smith, Flora T. and Silcock, R.G,.1990.Viable seed retention under field conditions by western
Queensland pasture species .Charleville Pastoral Laboratory, Queensland, Australia pp 65)

Hereri, A. I. 1993. Pengaruh Perporasi pada Plastik Kemasan dan Periode Simpan Terhadap Kandungan
Air dan Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.). Skripsi. Fakultas Perta-nian Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh. 82 hlm.
Milich et al. 2012 Seed Viability And Fire-Related Temperarure Treatments In Serotinous California
Native Hesperocyparis Species. Fire Ecology Volume 8.
Miloševic, Mirjana 1*, Vujakovic, Milka And Karagic Dura.2010.Vigour Tests As Indicators Of Seed
Viability. Serbia: Institute Of Seed And Vegetable Crops, Novi Sad
Priandoko, Satriya C.2011. Pengujian Benih di Laboratorium.Yogyakarta.Dinas Pertanian Provinsi DIY
Purbojati, L., F.C. Suwarno. 2006. Studi alternative substrat kertas untuk pengujian viabilitas benih
dengan metode uji di atas kertas. Buletin Agronomi 36 (1): 55 – 61.
Sutopo,L.1985. Teknologi Benih . CV.Rajawali,Jakarta.1247 hlm.
Suwarno, F. 2008. Studi Alternatif Substrat Kertas untuk Pengujian Viabilitas Benih dengan Metode Uji
UKDdp. Jurnal Bul. Agron. (36) (1) pp. 84 – 91
LAMPIRAN

Rumus Perhitungan

% kecambah normal =
∑ kecambahnormal x 100
∑ benihtotal

% kecambah abnormal =
∑ kecambah abnormal x 100
∑ benihtotal

% benih mati =
∑ benih mati x 100
∑ benih total

% benih segar tidak tumbuh =


∑ benihsegar tidak tumbuh x 100
∑ benih total

% benih keras =
∑ benihkeras x 100
∑ benih total

% daya tumbuh =
∑ benihtumbuh x 100
∑ benihtotal
1. UAK

a. Baru

% kecambah normal =
∑ kecamb normal x 100 =
13
x 100 % = 65%
∑ benihtotal 20

% kecambah abnormal =
∑ kecambah abnormal x 100 = 7/ 20 x 100% = 35 %
∑ benih total

% benih mati =
∑ benih mati x 100 = 0 x 100% = 0 %
∑ benih total

% benih segar tidak tumbuh =


∑ benihsegar tidak tumbuh x 100 = 0%
∑ benih total

% benih keras =
∑ benihkeras x 100 =0%
∑ benih total

% daya tumbuh =
∑ benihtumbuh x 100 =
20
x 100 % = 100%
∑ benihtotal 20

b. Ekspired

% kecambah normal =
∑ kecambahnorma l x 100 = 0
∑ benihtotal

% kecambah abnormal =
∑ kecambah abnormal x 100 = 0
∑ benihtotal

% benih mati =
∑ benih mati x 100 =
10
x 100 % =
20
x 100 % = 100%
∑ benih total 10 20

% benih segar tidak tumbuh =


∑ benihsegar tidak tumbuh x 100 = 0%
∑ benih total

% benih keras =
∑ benihkeras x 100 =0%
∑ benih total

% daya tumbuh =
∑ benihtumbuh x 100 = 0
∑ benihtotal
2. UDK
a. Baru

0
Normal = ×100 =¿ 0 %
10
0
Abnormal = ×100 =0 %
10
10
BenihMati = ×100 =100
10
0
Benih Segar TidakTumbuh = ×100 =0 %
10
0
BenihKeras = ×100 =0 %
10

b. Ekspired

0
Normal = ×100 =0 %
10
0
Abnormal = ×100 =0 %
10
10
BenihMati = ×100 =100
10
0
Benih Segar TidakTumbuh = ×100 =0 %
10
0
BenihKeras = ×100 =0 %
10

UDK SORGHUM

a. < masak fisiologis

0
Normal = ×100 =0 %
10
0
Abnormal = ×100 =0 %
10
10
BenihMati = ×100 =100
10
0
Benih Segar TidakTumbuh = ×100 =0 %
10
0
BenihKeras = ×100 =0 %
10

b. masak fisiologis

0
Normal = ×100 =0 %
10
0
Abnormal = ×100 =0 %
10
10
BenihMati = ×100 =100
10
0
Benih Segar TidakTumbuh = ×100 =0 %
10
0
BenihKeras = ×100 =0 %
10

c. > masak fisiologis

0
Normal = ×100 =0 %
10
0
Abnormal = ×100 =0 %
10
10
BenihMati = ×100 =100
10
0
Benih Segar TidakTumbuh = ×100 =0 %
10
0
BenihKeras = ×100 =0 %
10
3. UKDdp
a. Baru

% kecambah normal =
∑ kecambahnorma l x 100 =
7
x 100 =70
∑ benihtotal 10

% kecambah abnormal =
∑ kecambah abnormal x 100 = 0
∑ benih total

% benih mati =
∑ benih mati x 100 =
10
x 100 % =
3
x 100 % = 30 %
∑ benih total 10 10

% benih segar tidak tumbuh =


∑ benihsegar tidak tumbuh x 100 = 0%
∑ benih total

% benih keras =
∑ benihkeras x 100 =0%
∑ benih total

% daya tumbuh =
∑ b enihtumbuh x 100 = 0
∑ benihtotal
b. Expired
% kecambah normal =
∑ kecambahnorma l x 100 = 0
∑ benihtotal

% kecambah abnormal =
∑ kecambah abnormal x 100 = 0
∑ benih total

% benih mati =
∑ benih mati x 100 =
10
x 100 % =
10
x 100 % = 100%
∑ benih total 10 10

% benih segar tidak tumbuh =


∑ benihsegar tidak tumbuh x 100 = 0%
∑ benih total

% benih keras =
∑ benih keras x 100 =0%
∑ benih total

% daya tumbuh =
∑ benihtumbuh x 100 = 0
∑ benihtotal
4. DayaTumbuh Vigor (Jagung)

 Kedalaman 2 cm

% daya tumbuh =
∑ benihtumbuh x 100 =
5
x 100 =100
∑ benihtotal 5

 Kedalaman 3 cm

% daya tumbuh =
∑ benihtumbuh x 100 ==
5
x 100 =100
∑ benihtotal 5

 Kedalaman 4 cm

% daya tumbuh =
∑ benihtumbuh x 100 ==
5
x 100 =100
∑ benihtotal 5

 Kedalaman 5 cm

% daya tumbuh =
∑ benihtumbuh x 100 =
3
x100%= 60%
∑ benihtotal 5

*5. Daya Tumbuh Uji TZ (Biji Kedelai Pasar dan Benih Kedelai Sertifikat)*
Benih Viable = 100 %

Benih Non Viable =0%

You might also like