You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia
ini sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu dari empat
orang di dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450
juta orang di dunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data
statistik, angka pasien gangguan jiwa memang sangat mengkhawatirkan (Yosep,
2007).
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan
10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.Angka terjadinya
halusinasi cukup tinggi.Berdasarkan hasil pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Medan
ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Menurut perawat di Rumah Sakit
Grhasia Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di ruang kelas III ratarata
angka halusinasi mencapai 46,7% setiap bulannya (Mamnu’ah, 2010).
Halusinasi merupakan suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai dengan
adanya rangsangan dari luar (Yosep, 2007).
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa, halusinasi sering diidentifisikasikan dengan skizofrenia.Dari
seluruh klien skizofrenia70%diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain
yang disertai dengan gejala halusinasi adalah gejala panik defensif dandelirium.
Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salahterhadap stimulus,
salah satu persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanyastimulus internal dipersepsikan
sebagai suatu yang nyata pada klien-klien.
Karena di temukan banyaknya kasus halusinasi di indonesia,maka kami perlu
membahas lebih lanjut mengenai halusinasi dan asuhan keperawatan yang di berikan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar halusinasi dan asuhan keperawatan yang di
berikan pada pasien dengan diagnosa halusinasi
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian halusinasi
b. Untuk mengetahui klasifikasi halusinasi
c. Untuk mengetahui etiologi dari halusinasi
d. Untuk mengetahui patofisiologi halusinasi
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis halusinasi
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada halusinasi
g. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi. Suatu pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa
stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai
sesuatu yang nyata oleh pasien.
Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau pengalaman
persepsisensori yang tidak terjadi dalam realitas (Videbeck, 2008).Halusinasi
merupakan suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai dengan adanya rangsangan
dari luar (Yosep, 2007).
Halusinasi merupakan pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada
panca-indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau
bangun,dasarnya mungkin organik, fungsinal, psikotik.Berdasarkan pengertian
diatas dapat disimpulkan halusinasi merupakan persepsi klien melalui panca
indera tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

2. Klasifikasi Halusinasi
Halusinasi diklasifikasikan menjadi :
a. Halusinasi penglihatan (visual, optik): tak berbentuk seperti sinar, kilapan atau
pola cahaya atau yang berbentuk seperti orang, binatang, barang yang dikenal
baik itu yang berwarna atau tidak.
b. Halusinasi pendengaran (autif, akustik): suara manusia, hewan, binatang
mesin, barang, kejadian alamiah atau musik.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorius): mencium sesuatu bau.
d. Halusinasi pengecap (gustatorik) : merasa/ mengecap sesuatu.
e. Halusinasi peraba (taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti
ada ulat bergerak di bawah kulitnya.
f. Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuahruangan, atau
anggota badannya bergerak (umpamanya anggota badanbayangan atau
phantom limb).
g. Halusinasi viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
h. Halusinasi Hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yangnormal, tetap
sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah
i. Halusinasi hipnopompik : seperti pada halusinasi Hipanogogik, tetapiterjadi
tepat sebelum terbangun samasekali dari tidurnya. Disamping ituada pula
pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal
j. Halusinasi histerik : Timbul pada nerosa histerik karena konflikemosional

3. Etiologi Halusinasi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :
 Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

 Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang


berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

 Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan


terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).
Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon


dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.

3) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita


seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan


setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan
masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat,
2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:

 Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur


proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
 Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor


lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

 Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.

4. Manifestasi klinis Halusinasi


 Berbicara,senyum dan tertawa sendiri
 Mengatakan mendengar suara,melihat , menghirup, mengecap dan merasa
sesuatu yang tidak nyata
 Menggerakkan bibir tanpa suara
 Pergerakan mata cepat
 Respon verbal lambat
 Menarik diri dari orang lain
 Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
 Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri seperti mandi,
sikat gigi. Memakai pakaian dan berias dengan rapi
 Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau beberapa detik
 Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
Menurut Nasution (2003) :
 Menyeringat atau tertawa yang tidak sesuai
 Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara
 Gerakan mata abnormal
 Respon verbal yang lambat
 Diam
 Bertindak seolah-olah di penuhi sesuatu yang menyakitkan
 Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi,pernafasan, dan TD
5. Patofisiologi Halusinasi
Halusinasi pendengaran paling sering terdapat pada klien Skizoprenia. Halusinasi
terjadi pada klien skizoprenia dan gangguan manik. Halusinasi dapat timbul pada
skizofrenia dan pada psikosa fungsional yang lain, pada sindrom otak organik,
epilepsi (sebagai aura), nerosa histerik, intoksikasi atropin atau kecubung, zat
halusinogenikdan pada deprivasi sensorik. Klien yang mendengar suara-suara
misalnya suara Tuhan, iblis atau yang lain. Halusinasi yang dialami berupa dua
suara atau lebih yang mengomentari tingkah lakuatau pikiran klien. Suara-suara
yang terdengar dapat berupa perintah untuk bunuh diri atau membunuh orang lain.
6. Penatalaksanaan Medis Halusinasi
Penatalaksanaan pasien halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan
tindakan lain, yaitu :
a. Psikofarmakologis

Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran


yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obatan
anti-psikosis.

Adapun kelompok obat-obatan umum yang digunakan adalah :

Kelas Kimia Nama Generik (Dagang) Dosis Harian

Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg


Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, 1-40 mg
Permiti) Mesoridazin 30-400 mg
(Serentil) Perfenazin 12-64 mg
(Trilafon) Proklorperazin 15-150 mg
(Compazine) Promazin 40-1200 mg
(Sparine) 150-800 mg
Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 60-150 mg
Trifluopromazine (Vesprin)
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg

Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg

Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg

Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg

b. Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)


c. Terapi aktivitas Kelompok (TAK) (Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HALUSINASI

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi merupakan salah satu masalah


keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa.Bagian ini berisi pedoman
agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami
halusinasi.

A. Pengkajian Pasien Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi ; merasakan sensasi palsu berupa
suara,penglihatan,pengecapan,perabaan atau penghiduan.pasien merasakan stimulus
yang sebenarnya tidak ada.

Pada proses pengkajian,data penting yang perlu didapatkan adalah sebagai


berikut :

1. Jenis dan Isi Halusinasi


Berikut adalah jenis halusinasi menurut data objektif dan
subjektifnya.Data objektif dapat dikaji dengan cara mengobservasi perilaku
pasien,sedangkan data subjektif dapat dikaji dengan melakukan wawancara
dengan pasien.Melalui data ini,perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Dengar/Suara Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau
Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
Mencondongkan telinga ke Mendengar suara yang
arah tertentu mengajak bercakap-cakap
Menutup telinga Mendengar suara
memerintah melakukan
sesuatu yang bahaya
Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat
tertentu bayangan,sinar,bentuk
Ketakutan pada sesuatu yang geometris,bentuk
tidak jelas kartun,melihat hantu atau
monster.
Penghidu Tampak sedang mencium Mencium bau-bauan,seperti
bau-bau tertentu bau
Menutup hidung darah,urine,feses,terkadang
bau yang menyenangkan.
Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti
Muntah darah,urine atau feses.
Perabaan Menggaruk-garuk permukaan Mengatakan ada serangga di
kulit permukaan kulit
Merasa seperti tersengat
listrik

2. Waktu,Frekuensi,dan Situasi yang menyebabkan Halusinasi


Perawat juga perlu mengkaji waktu,frekuensi,dan situasi munculnyan
halusinasi yang dialami oleh pasien.Kapan halusinasi terjadi? Jika mungkin jam
berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sesekali? Situasi
terjadinya,apakah jika sedang sendiri,atau setelah terjadi kejadian tertentu? Hal ini
dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi
dan untuk menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya.Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi,tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi dapat direncanakan.
3. Respons Halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul,perawat dapat menanyakan kepada pasien tentang perasaan atau tindakan
pasien saat halusinasi terjadi.Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga
atau orang terdekat dengan pasien atau dengan mengobservasi perilaku pasien saat
halusinasi muncul.
Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan.Oleh karena itu,dokumentasi asuhan keperawatan jiwa harus
mencantumkan dokumentasi pengkajian,diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu,dan
peraba).
C. Tindakan keperawatan

Selanjutnya,setelah diagnosa keperawatan ditegakkan,perawat melakukan tindakan


keperawatan bukan hanya pada pasien, tetapi juga keluarga.

Tindakan keperawatan pasien halusinasi,yaitu sebagai berikut :

a. Tindakan keperawatan pada pasien


1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
2. Tindakan Keperawatan
a) Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi,perawat dapat
berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar,dilihat,atau dirasa),waktu terjadi halusinasi,frekuensi terjadinya
halusinasi,situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien
saat halusinasi muncul.
b) Melatih pasien mengontrol halusinasi
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol
halusinasi,perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi.Keempat cara mengontrol
halusinasi adalah sebagai berikut :
1) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memedulikan halusinasinya.
Jika ini dapat dilakukan,pasien akan mampu mengendalikan diri
dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.Mungkin halusinasi tetap
ada,tetapi dengan kemampuan ini,pasien tidak akan larut untuk
menuruti halusinasinya.Berikut ini tahapan intervensi dalam
mengajarkan pasien.
a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
b) Memperagakan cara menghardik
c) Meminta pasien memperagakan ulang
d) Memantau penerapan cara,menguatkan perilaku pasien
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi.Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain,terjadi
distraksi ; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
3) Melakukan aktifitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri melakukan aktivitas yang teratur.Dengan
beraktivitas secara terjadwal,pasien tidak akan banyak mengalami
waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi.Oleh
karena itu,halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktivitas secara
teratur dari bangun pagi sampai tidur malam.Tahapan intervensi
perawat dalam memberikan aktivitas yang terjadwal,yaitu :
a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
b) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c) Melatih pasien melakukan aktivitas.
d) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih.Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun
pagi sampai tidur malam.
e) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan,memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
4) Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi.Pasien juga
harus dilatih untuk meminum obat secara teratur sesuai dengan
program terapi dokter.Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah
mengalami putus obat sehingga pasien mengalami kekambuhan.Jika
kekambuhan terjadi,untuk mencapai kondisi seperti semula akan
membutuhkan waktu.Oleh karena itu,pasien harus dilatih minum obat
sesuai program dan berkelanjutan.Berikut ini intervensi yang dapat
dilakukan perawat agar pasien patuh minum obat.
a) Jelaskan kegunaan obat
b) Jelaskan akibat jika putus obat
c) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
d) Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benat obat,benar
pasien,benar waktu,dan benar dosis).

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenali halusinasi,menjelaskan cara mengontrol


halusinasi,mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi.

Orientasi

“Selamat pagi! Saya perawat yang akan merawat Anda.Saya suster SS,senang dipanggil
suster S.Nama Anda siapa? Senang dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini?”

“Baiklah,bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D


dengar,tetapi tidak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama ?
Bagimana kalau 30 menit?”

Kerja

“Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?”

“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan D paling sering mendengar


suara itu? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Aapakah pada
waktu sendiri?”

“Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang D lakukan saat mendengar
suara itu?Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaiamana kalau kita belajar
cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?”

“D,ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.Pertama, dengan menghardik
suara tersebut. Kedua,dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga ,melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal, dan keempat minum obat dengan teratur”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan cara menghardik. Caranya
adalah saat suara – suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak mau dengar...
Saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu ! Begitu di ulang –ulang samapai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu.. bagus ! Coba lagi ya bagus, D sudah bisa “

Terminasi

“Bagaiman perasaan D Setelah memeragakan latihan tadi ? Kalau suara-suara muncul


lagi,silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya? (Anda masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Pukul berapa D? Bagaimana kalau
dua jam lagi? Di mana tempatnya?

“Baiklah,sampai jumpa”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama


orang lain.

Orientasi
“Selamat pagi,D ! Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul? Apakah sudah di pakai cara yang telah kita latih? Berkurangkah
suara-suaranya? Bagus! Ssesuai janji kita tadi, saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?”
Kerja
“Cara kedua untuk mencegah /mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk di ajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
D. Contohnya begini, “Tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya !” Atau kalau ada orang di rumah,misalnya kakak D ,katakan, “ kak,ayo
ngobrol dengan D. D sedang dengar suara-suara”. Begitu D. Coba D lakukan
seperti saya lakukan tadi,. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi !Bagus ! Nah, latih
terus ya D! “ Di sini, D dapat mengajak perawat atau pasien lain untuk bercakap-
cakap
Terminasi
“Bagaiman perasaan D setelah latihan ini? Jadi, sudah ada beberapa cara
yang D pelajari untuk mecegah suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian D. Mau jam berapa latihan bercakap –cakap? Nah, nanti lakukan secara
teratur sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan kesini lagi.
Bagaimana kalau kita latih cara ketigs, yaitu, melakukan aktivitas terjadwal? Mau
jam berapa? Bagaiman kalau jam 10 pagi? Mau di mana? Di sini lagi? Sampai
besok ya. Selamat pagi.

SP 3 pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas


terjadwal.

Orientasi
“Selamat pagi D! Bagaimana perasaan D hari ini?”
“Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah di pakai dua cara yang kita
latih? Bagaiman hasilnya ? Bagus!”.
“Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara ketiga untuk mencegah halusinasi
yaitu melakukan keegiatan terjadwal.”
“Mau dimana kita bicara? Baik, kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara?
Bagaiman kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja
“Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
apa?” (Terus kaji hingga di dapatkan kegiatannya sampai malam.)
“Wah banyak sekali kegiatnnya! Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegitan
tersebut)! Bagus sekali jika D bisa lakukan !”
“Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan
yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai alam ada kegiatan.”
Terminasi
Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara ketiga untuk mencegah
suara-suara ? Bagus sekali ! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk
mencegah suara-suara . Bagus sekali mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian D. Coba lakukan sesuai jadwal ya!” (Perawat dapat melatih aktivitas yang
lain pada pertemuan berikutsampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai
malam.)
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti. Kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat.Mau jam berapa ? Bagaimana kalau jam 12? Di ruang
makan ya! Sampai jumpa!”

SP 4 Pasien : Melatih pasien minum obat secara teratur

Orientasi
“Selamat siang D! Bagaimana perasaan D siang ini? Apakah suara- suaranya masih
muncul? Apakah suara sudah di gunakan tiga cara yang telah kita latih? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Apakah pagi tadi sudah minum obat ?
Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. Kita
akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makaan siang. Di sini saja ya D?
Kerja
“D, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suara
berkurang atau hilang? Minum obat sangat penting agar suara-suara yang D dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang D minum ?
(Perawat menyiapkan obat pasien) ini yang warna orange ( Chlorpomazine,CPZ)
gunanya untuk menghilangkan suara suara. Obat yang berwarna putih
(Tpyhexilpendil, THP) gunanya agar D merasa resiko rileks dan tidak
kaku,sedangkan yang merah jambu (Haloperidol,HPL) berfungsi untuk
menenangkan pikiran dan menghilangkan suara-suara.Semua obat ini diminum 3
kali sehari,setiap pukul 7 pagi,1 siang,dan 7 malam.Kalau suara-suara sudah hilang
obatnya tidak boleh dihentikan.Nanti konsultasikan dengan dokter,sebab kalau putus
obat,D akan kambuh dan sulit sembuh seperti keadaan semula.Kalau obat habis,D
bisa minta obat ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.D juga harus teliti dalam
meminum obat-obatan ini.Pastikan obatnya benar,artinya D harus memastikan
bahwa itu obat yang benar-benar punya D.Jangan keliru dengan obat milik orang
lain.Baca nama kemasannya.Pastikan obat diminum pada waktunya,dengan cara
yang benar,yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya.D juga harus perhatikan
berapa jumlah obat sekali minum,dan D juga harus cukup minum 10 gelas per hari.
Terminasi
“Bagaimana perasaan d setelah kita bercakap-cakap mengenai obat?Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika
jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan
D! Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di
rumah.Nah,makanan sudah datang!”
“Besok kita ketemu lagi untuk melihat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau pukul berapa? Bagaimana kalau pukul 10 pagi? Sampai
jumpa,selamat pagi!”

b. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


1. Tujuan keperawatan
a) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik dirumah sakit
maupun dirumah.
b) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
2. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien
dirawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk
sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat
di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akanmembuat
pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun,
jika keluarga tidak mampu merawat pasien, mereka akan kambuh bahkan
untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Oleh karena itu, perawat harus
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu
menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi, baik saat di
rumah sakit maupun di rumah. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan
untuk keluarga pasien halusianasi adalah sebagai berikut :
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi dan cara merawat pasien halusinasi.
c) Berikan kesempatan pada keluarga untuk memeragakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.
d) Buat perencanaan pulang dengan keluarga.

SP 1 Keluarga : Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat
pasien halusinasi.

Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu. Saya “A” perawat yang merawat anak Bapak/Ibu.
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak/Ibu?”.
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan
bantuan apa yang Bapak/Ibu dapat berikan?”.
“Kita mau diskusi dimana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama
waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit?”.

Kerja
“Masalah apa yang Bapak/Ibu alami dalam merawat D? Apa yang Bapak/Ibu
lakukan ?”
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu disebut halusinasi yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada bendanya. Tanda-tandanya
yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri atau marah-marah tanpa sebab. Jadi, jika anak
Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Kalau anak
Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan- bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.
Oleh karena itu, kita diharapkan dapat membantunya dengan berbagai cara. Terdapat
beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-
cara tersebut adalah :
Pertama, di hadapan anak Bapak/Ibu jangan membantah atau mendukung halusinasi.
Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa D memang mendengar suara atau melihat
bayangan, tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar dan melihatnya.
Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat
kegiatan keluarga seperti makan bersama dan ibadah bersama. Terkait dengan kegiatan,
saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong
Bapak/Ibu pantau pelaksanaanya dan berikan pujian jika D berhasil melaksanakannya.
Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat
tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak Bapak/Ibu untuk
minum obat secara teratur. Jadi Bapak/Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3
macam yang berwarna oranye namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara
atau bayangan. Yang berwarna putih namanya THP berfungsi untuk membuat D tenang dan
tidak kaku. Yang berwarna biru namanya HLP gunanya menenangkan pikiran. Semua obat
ini harus diminum D 3x sehari pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam. Obat harus diminum
selalu untuk mencegah kekambuhan.
Keempat, terakhir jika ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi dengan
cara menepuk punggung D. Kemudian suruh D menghardik suara tersebut. D sudah saya
ajarkan cara untuk menghardik halusinasi. Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi
D. Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan D sedang apa kamu? Kamu
ingatkan apa yang diajarkan perawat jika suara-suara itu datang? Ya, usir suara itu. Ditutup
telinga kamu dan katakan pada suara itu saya tidak mau mendengar! Ucapkan berulang kali
D. Sekarang coba Bapak/Ibu praktikan cara yang baru saya ajarkan . Bagus Pak/Bu.

Terminasi
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi
D?
“Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali empat cara merawat D !
“Bagus sekali Pak/Bu ! bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu , untuk mempraktikkan
cara memutus halusinasi langsung dihadapan D?”
“Jam berapa kita bertemu? Baik, sampai jumpa!”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga praktik merawat pasien langsung di hadapan pasien.


Memberi kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
Orientasi
“Selamat pagi ! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Apakah Bapak/Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak
Bapak/Ibu yang sedang mengalami halusinasi? Bagus !
“Sesuai dengan perjanjian kita, selama 30 menit ini kita akan mempraktikkan cara
memutus halusinasi langsung di hadapan anak bapak/ibu. Mari kita datangi anak
Bapak/Ibu.

Kerja
“Selamat pagi D, Bapak/Ibu sangat ingin membantu D mengendalikan suara-suara
yang sering D dengar. Untuk itu pagi ini Bapak/Ibu D datang untuk mempraktikkan cara
memutus suara-suara yang D dengar. D, nanti kalau sedang dengar suara-suara dan D
bicara atau senyum-senyum sendiri,Bapak/Ibu akan mengingatkan ya? Sekarang coba
Bapak/Ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang Dalami seperti yang sudah kita
pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D mengusir suara itu dengan menutup
telinga dan menghardik suara tersebut. (perawat mengobservasi apa yang dilakukan
keluarga terhadap pasien)
“bagus sekali ! bagaimana D ? Senang dibantu Bapak/Ibu ? nah, Bapak/Ibu ingin
melihat jadwal harian D (pasien memeragakan dan kemudian perawat mendorong orangtua
memberikan pujian). Baiklah sekarang saya dan orangtua D ke ruang perawat dulu.”
(perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga.)

Terminasi
“Bagaimana perasaannBapak/Ibu setelah mempraktikkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan anak Bapak/Ibu?”
“Diingat-ingat pelajaran kita hari ini ya pak/bu. Bapak/ibu dapat melakukan cara itu
jika anak bapak/ibu mengalami halusinasi.”
“bagaimana kalo kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian D dirumah. Pukulberapa Bapak/Ibu bisa datang ? kita bertemu ditempat ini
lagi ya ?” sampai jumpa.
SP 3 Keluarga : Mmembuat perencanaan pulang bersama keluarga.

Orientasi
“Selamat pagi Pak/bu, karena besok D sudah boleh pulang maka semua janji kita
sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal D selama di rumah”.
“bagaimana Pak/Bu, selama bapak/ibu membesuk apakah sudah mempraktikkan
cara merawat D?
“nah, sekarang kita bicarakan jadwal D dirumah? Mari kita duduk diruang perawat.”
“berapa lama bapak/ibu ada waktu ? bagaimana kalau 30 menit ?”

Kerja
“ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah.coba
Bapak/ibu lihat mungkinkah dilakukan dirumah. Siapa yang kira-kira mau memotivasidan
mengingatkan? Pak/bu jadwal yang telah dibuat selama D di rumah sakit tolong dilanjutkan
di rumah.baik jadwal aktivitas maupun minum obatnya”.
“hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak ibu dan bapak selama dirumah, misalnya kalau D terus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan perubahan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan oranglain. Jika hal iti terjadi, segera hubungi
suster A dipuskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya;
(0651) 12345. Selanjutnya suster A akan membantu memantau perkembangan D selama
dirumah.

Terminasi
“bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan?”
“coba bapak/ibu sebutkan cara-cara merawat D di rumah!”
“Bagus (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat). Ini jadwalnya untuk
dibawa pulang. Selanjutnya silahkan Ibu menyelesaikan adsministrasi yang dibutuhkan.
Kami akan siapkan D untuk pulang.”
D. Evaluasi Keperawatan

Setelah tindakan keperawatan,segera lakukan evaluasi.Evaluasi terhadap


masalah keperawatan halusinasi meliputi kemampuan pasien halusinasi dan
keluarganya dan kemampuan perawat dalam merawat pasien halusinasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai dengan
adanya rangsangan dari luar. Klasifikasi halusinasi meliputi (halusinasi pendengaran,
penglihatan,penciuman, pengecap. Halusinasi di pengaruhi oleh faktor predisposisi
(faktor biologis,sosial budaya,psikologis) dan faktor presipitasi (biologis, stres
lingkungan, sumber koping).
B. Saran
Dari hasil diskusi kelompok mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan
jiwa dengan halusinasi , kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah
ini. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi pembaca
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) 2015- 2017.
USA: Elsevier

Herdman,T.H & Kamitsuru,S. 2015. NANDA International Diagnosa Keperawatan Definisi


dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
Moorhead,Sue, dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) 2015-2017. USA:
Elsevier

Stuart, & Laraia.(2001). Principle andpractice of psychiatric nursing (6th ed).St. Louis:
Mosby Year Book
Yosep,iyus. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung : Refika Aditama
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN

MASLAH KEPERAWATAN

HALUSINASI

Disusun Oleh :

DIDI WAHYUDI 010114A026

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

TAHUN 2017

You might also like