You are on page 1of 11

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No.

1 / Januari 2007

Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan, Persalinan,


dan Pasca Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara)

Chriswardani Suryawati *)
*) Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM Undip dan Program Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Background : Reproductive health is focusing on the reproductive aspect of women which are
considerable problems on sexuality and reproduction, such as ante-natal care, delivery process,
postpartum treatment etc. Maternal mortality rate and infant mortality rate are some indicators
of reproductive health, where in Indonesia those rate are still high rather than some neighboring
countries. Previous research showed that socio-cultural and demographic factors influence
the high maternal and infant mortality rate. The purpose of this study was to describe socio-
cultural aspect towards ante-natal care, delivery process and post –partum treatment among
Javanese.
Method: The design study was observational with cross sectional approach. The research
took place in Jepara Region, Central Java. The population study was women in reproductive
age and total number of the sample was 60 women. Data were collected through questionnaire
using in – depth interview guide. Socio- cultural factors data were gathered through in-depth
interview with health providers, such as doctors, midwives as well as religious people and
community leader.
Results: This study found that the majority of the respondents (96.7%) did antenatal care,
assisted by doctors or midwifes, accompanied by their husband (76.6%), done every month
(48.3%). Midwife is health provider who was mostly chosen by respondents furthermore by
traditional birth attendance (18,4%). The accompanying reasons were the distance between
the home and the location, skill and the complete of the apparatus. Most of the respondent
(93%) accompanied by their husband during birth process. During post- partum period, they
took traditional medicine and also massage. This study found that there is no special food has
been consumed during antenatal and post-partum period. Ritual activities have done such as
mitoni (munari), krayanan (brokohan), resikan (walikan) and kekahan (aqiqah) since
pregnancy until post-partum period.

Keywords : Antenatal care, Reproductive health, Postpartum.

21
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan... (Chriswardani Suryawati)

PENDAHULUAN / 100.000 kelahiran hidup mengalami penurunan


Konsep Kesehatan Reproduksi yang yang lambat menjadi 373/ 100.000 kelahiran
diperkenalkan dalam Konferensi Internasional hidup pada tahun 1995 dan turun lagi menjadi
Kependudukan dan Pembangunan di Kairo, 51/ 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2001.
Mesir, tahun 1994 yang menekankan kondisi Angka ini 3 – 6 kali lebih besar dari negara-
kesehatan yang lengkap tidak sekedar terbebas negara di ASEAN dan 50 kali lebih besar angka
dari penyakit atau kelemahan fisik, akan tetapi di negara maju. Indonesia menetapkan target
meliputi aspek mental dan sosial, yang berkorelasi penurunan AKI dari 115/ 100.000 kelahiran
dengan bekerjanya fungsi sistem serta proses hidup pada tahun 1990 menjadi 75/ 100.000
reproduksi. pada tahun 2015 dan penurunan angka kematian
Bertolak dari konsep kesehatan reproduksi bayi (AKB) menjadi 35/ 1000 kelahiran hidup
tersebut, sasaran program kesehatan reproduksi di tahun 2015. (Depkes RI, 2002)
difokuskan pada wanita sepanjang masa Untuk mengatasi masalah tersebut maka
reproduksinya atau wanita usia subur, yaitu sejak pemerintah menetapkan target pada tahun 2010
wanita tersebut mendapatkan menstruasi pertama yaitu: 1).menurunkan angka kematian ibu menjadi
sampai dengan masa menopause (antara 15 tahun 125/100.000 kelahiran hidup, 2). menurunkan
hingga 49 tahun), baik menikah maupun tidak angka kematian neonatal menjadi 15/1000
menikah. Program-program kesehatan kelahiran hidup serta target proses dan output
reproduksi meliputi pendidikan kehidupan diantaranya adalah meningkatkan cakupan
keluarga, pencegahan kehamilan remaja, persalinan oleh tenaga kesehatan trampil menjadi
pencegahan penyakit menular seksual, 85% (Depkes RI, 2004). Untuk mencapai tar-
perawatan kehamilan, pertolongan persalinan, get tersebut, strategi yang diterapkan yaitu Mak-
perawatan nifas, pertolongan bayi baru lahir, dan ing Pregnancy Safer (MPS) yang mempunyai
keluarga berencana yang meliputi pemakaian alat visi : semua perempuan di Indonesia dapat
kontrasepsi, peningkatan kemandirian ber KB menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman
dan kegiatan-kegiatan yang mendukung Program serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat
Pembangunan Keluarga Sejahtera (BKKBN, (Depkes RI, 2004).
1998) Empat pilar strategi utama MPS yang
Beberapa kendala masih ditemui didalam konsisten dengan Indonesia Sehat 2010 yaitu :
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berkaitan 1). meningkatkan akses dan cakupan pelayanan
dengan kesehatan reproduksi antara lain adanya kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas yang
realita tentang kurangnya kesatuan pengertian cost effective dan berdasarkan bukti-bukti yang
tentang kesehatan reproduksi, kurang didukung dengan 2). membangun kemitraan yang
tersedianya infra strukkur di setiap kabupaten/ efektif melalui kerjasama lintas program, lintas
kota, adanya variasi geografis, aspek sosial sektoral dan mitra lainnya untuk melakukan
budaya serta tingkat sosio ekonomi yang relatif advokasi guna memaksimalkan sumber daya
terbatas (BKKBN, 1998). yang tersedia serta meningkatkan koordinasi
Salah satu indikator kurang berhasilnya pro- perencanaan dan kegiatan MPS, 3). mendorong
gram kesehatan reproduksi, ialah relatif masih pemberdayaan wanita dan keluarga melalui
tingginya angka kematian ibu melahirkan (AKI). peningkatan pengetahuan untuk menjamin
Angka kematian bayi baru lahir (IMR) menurut perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan
perkiraan SDKI tahun 1997 yaitu 25 per 1000 kesehatan ibu dan bayi baru lahir, 4). mendorong
kelahiran hidup (Depkes, 2001) Angka kematian keterlibatan masyarakat dalam menjamin
ibu (AKI) menurut SKRT tahun 1986 adalah 450 penyediaan dan pemanfaatan pelayanan

22
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007
kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, Kesehatan reproduksi kaum remaja
2001) ditekankan pada kegiatan pendidikan kehidupan
Tingginya angka kematian maternal yang keluarga, pencegahan kehamilan remaja dan
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan pencegahan penyakit menular. Sedang pada masa
dipengaruhi oleh faktor- faktor di dalam dan di perkawinan dalam kondisi produktif kesehatan
luar kesehatan / medis. Pelayanan obstetri yang reproduksi yang perlu diupayakan meliputi
tepat guna dan memadai bila tersedia belum perwatan kehamilan, pertolongan persalinan,
menjamin pemanfaatannya oleh masyarakat perawatan bayi baru lahir, perawatan nifas dan
karena adanya hambatan jarak , biaya dan praktek keluarga berencana, dan upaya-upaya
budaya. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat ini sering disebut sebagai safe-motherhood.
dalam pengenalan tanda bahaya dan pencarian Pada masa usia lanjut, kesehatan reproduksi
pertolongan profesional seringkali belum berkaitan dengan upaya skrining keganasan tu-
memadai. Di banyak negara berkembang masih mor dan menopause (Muhammad, 1996).
ditemukan hambatan akses yaitu berupa Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan
ketidakberdayaan wanita dalam pengambilan kondisi lingkungan (kondisi geografis)
keputusan sementara peran suami, ibu atau berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.
mertua sangat dominan dan banyak faktor lain Situasi budaya dalam hal ini adat istiadat saat ini
yang menyebabkan keterlambatan dalam memang tidak kondusif untuk help seeking be-
rujukan. havior dalam masalah kesehatan reproduksi di
Secara umum dikenal tiga jenis terlambat Indonesia (Muhammad, 1996). Hal ini
yaitu :1).terlambat dalam mengambil keputusan dikemukakan berdasarkan realita, bahwa
merujuk yang merupakan langkah pertama untuk masyarakat Indonesia pada umumnya sudah
menyelamatkan ibu yang mengalami komplikasi terbiasa menganggap bahwa kehamilan
obstetri, 2). terlambat dalam mencapai fasilitas merupakan suatu hal yang wajar yang tidak
kesehatan yang dipengaruhi oleh jarak, memerlukan antenal care. Hal ini tentu berkaitan
ketersediaan dan efisiensi sarana trasnportasi pula tentang pengetahuan dan pemahaman
serta biayanya, 3). terlambat dalam memperoleh masyarakat tentang pentingnya antenal care dan
pertolongan di fasilitas kesehatan yang pemeliharaan kesehatan reproduksi lainnya.
dipengaruhi oleh beberapa faktor : jumlah dan Tingginya angka kematian bayi dan ibu
ketrampilan tenaga kesehatan, ketersediaan bersalin serta faktor penyebabnya baik dari segi
peralatan, obat, transfusi darah dan bahan habis kesehatan/ medis maupun diluar kesehatan
pakai serta manajemen dan kondisi fasilitas mendorong penulis untuk meneliti bagaimanakah
pelayanan (Depkes RI, 1999). praktek perawatan kehamilan, persalinan dan
Proses reproduksi berawal dari sebelum nifas serta deskripsi sosial budayanya. Karena
terjadi konsepsi, sebelum terjadi pembuahan oleh luasnya bidang kajian kesehatan reproduksi
sperma terhadap sel telur, kemudian terjadi maka dalam tulisan ini dibatasi pada masa
konsepsi, hamil, lahir, bayi, remaja, usia produktif kehamilan yaitu perawatan kehamilan, kelahiran
dan usia lanjut. Dengan demikian kesehatan (persalinan) bayi dan masa nifas (perawatan
reproduksi dimulai sejak masa remaja hingga usia nifas).
lanjut (Muhammad, 1996). Untuk menjamin Laporan penelitian ini merupakan sebagian
terjadinya kesehatan reproduksi yang optimal dari penelitian Perilaku Kesehatan Wanita Usia
perlu pelayanan kesehatan reproduksi yang Subur di Kabupaten Jepara yang dilakukan oleh
berkesinambungan, sejak remaja hingga usia Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga
lanjut. Penelitian Universitas Diponegoro.

23
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan... (Chriswardani Suryawati)

METODE PENELITIAN dengan cara memeriksakan diri ke petugas


Penelitian ini adalah penelitian observasional kesehatan (bidan / dokter) (80%). Sebanyak
dan merupakan penelitian survey dengan 20% responden menyatakan tidak melakukan
pendekatan belah bintang (cross sectional). aktivitas seksual pada saat hamil dan 26,7%
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Jepara yang lainnya menyatakan kadang-kadang. Apabila ada
merupakan salah satu dari lima kabupaten di keluhan ketika hamil 41,7% memeriksakan diri
Propinsi Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai ke petugas kesehatan. Hasil penelitian
daerah proyek Safe Motherhod. Kecamatan menunjukkan pemeriksaan kehamilan pada tri-
Bangsri dipilih sebagai daerah penelitian dimana mester pertama sebanyak 48,3%, sedangkan
desa Bangsri dipilih karena karakteristik kota dan 23,3% lainnya memeriksakan diri dua kali dan
desa Bondo yang mewakili karakteristik desa. sebanyak 13,4% responden memeriksakan
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita kehamilan setiap yang dikarenakan gangguan
usia subur dengan rentang usia antara 15 tahun kehamilan seperti mual dan muntah. Menurut
hingga 49 tahun. Jumlah sampel responden yaitu Depkes RI (1998) frekuensi pelayanan ANC
60 orang WUS (Wanita Usia Subur) dan telah yang dianjurkan minimal 4 kali selama kehamilan
menikah yaitu: minimal 1 kali pada tribulan pertama, mini-
Instrumen pengumpulan data adalah mal 1 kali pada tribulan kedua dan minimal 2
kuesioner terstruktur dan pedoman wawancara kali pada tribulan ketiga. Sebanyak 36,6%
mendalam. Untuk mendapatkan data deskripsi responden melakukan pantang makanan tertentu
sosial budaya yang melatarbelakangi perilaku karena diperkirakan akan mengganggu diri dan
kehamilan dan persalinan dipergunakan janinnya. Hal yang menggembirakan adalah
wawancara mendalam Wawancara mendalam keterlibatan suami dalam periksa kehamilan
dilakukan kepada 6 orang petugas kesehatan dan cukup besar yaitu 76,6%.
KB di tingkat kecamatan dan desa (1 orang 3. Praktik Persalinan
dokter, 1 orang bidan puskesmas, 2 orang bidan Bidan paling banyak dipilih oleh responden
desa, 2 orang PLKB) dan 4 orang toma dan toga sebagai penolong persalinan (63,3%) disusul
di tingkat desa. Data kuantitatif diolah dengan dengan dukun bayi (18,4%). Beberapa alasan
SPSS dan disajikan dalam bentuk distribusi yang dikemukakan oleh responden terhadap
frekuensi. Hasil analisis data kualitatif yang penolong persalinan yaitu faktor pengalaman
didasarkan pada hasil wawancara mendalam kerja (33,3%), kompeten dalam bidangnya
disajikan dalam bentuk naratif. (30%), sedangkan 35% lainnya mempunyai
alasan pengalaman pertolongan persalinan
HASIL PENELITIAN DAN sebelumnya, pelayanan lengkap (terutata dukun
PEMBAHASAN bayi) dan alasan keterdekatan dengan rumah
1. Karakteristik Responden responden. Lokasi tempat pelayanan (kedekatan
Mayoritas responden berumur 20 sampai 29 dengan tempat tinggal) serta peralatan lengkap
tahun (43,3%0 dengan tingkat pendidikan dan tenaga trampil merupakan alasan terbanyak
terbanyak adalah lulus SD (31,7%) dan mengapa mereka memilih sarana pelayanan.
penghasilan keluarga responden terbanyak Walaupun ada 43,3% yang menyatakan setuju
adalah Rp.400.000,- perbulan atau rata-rata dilayani oleh dokter / bidan perempuan tetapi ada
dibawah UMR Jawa Tengah. 50% lainnya yang tidak memasalahkan bila
2. Praktik perawatan kehamilan dilayani oleh dokter pria. Hal yang
Hampir semua responden menjawab pernah menggembirakan, senada dengan keterlibatan
melakukan perawatan kehamilan (96,7%) suami dalam periksa kehamilan, hampir semua

24
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007
Tabel 1. Deskripsi Responden Penelitian

responden (93,4%) menyatakan suami mereka Latar belakang sosial budaya di Kecamatan
berpartisipasi dalam menyambut persalinan bayi Bangsri dan Kabupaten Jepara adalah
mereka. masyarakat suku Jawa. Pada masyarakat Jawa
4. Praktik perawatan nifas yang menganut pola garis keturunan patrilineal
Dalam hal praktek perawatan selama masa maka dalam adat kebiasaan keluarga, peranan
nifas (setelah ibu melahirkan sampai dengan suami / ayah sangat berpengaruh. ayah / suami
sekitar 35- 40 hari) beberapa data dapat sebagai kepala rumah tangga adalah perantara
dipaparkan. Minum jamu yang merupakan dalam penentuan nasib termasuk yang menguasai
kebiasaan sebagian masyarakat suku Jawa juga sumber-sumber ekonomi keluarga (Herkovits
dilakukan oleh hampir semua responden saat dalam Susilowati, 2001).
nifas. Hanya satu orang (1,7%) yang dengan jujur Dalam masyarakat Jawa, kehamilan (dan
menyatakan melakukan hubungan seksual saat kemudian kelahiran bayi) merupakan peristiwa
nifas, walaupun ini tidak dianjurkan oleh yang penting dalam siklus hidup manusia. Oleh
kesehatan dan juga agama (Islam). Selama masa karena itu ibu dan keluarga melakukan
nifas sebagian responden (41,7%) berpantang serangkaian aktivitas ritual untuk menyambutnya.
mengkonsumsi daging dan ikan. Pijat badan Faktor kekerabatan (suami, orang tua, nenek)
untuk mengembalikan kebugaran tubuh setelah masih memberikan peran yang penting dalam
bersalin dilakukan oleh 83,3% responden. tindakan-tindakan si ibu berkaitan dengan
5. Deskripsi kondisi sosial budaya kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, baik
setempat dalam memberikan nasehat (karena mereka
Masyarakat memiliki kebudayaan yang sudah berpengalaman menjalani peristiwa
mencakup aturan – aturan, norma – norma, tersebut) maupun pengambilan keputusan siapa
pandangan hidup yang dijadikan acuan dalam penolong persalinan dan sarana pelayanan
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat. apakah yang akan dipergunakan.

25
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan... (Chriswardani Suryawati)

Tabel 2. Praktek Perawatan Kehamilan

Selama kehamilan, biasanya si ibu akan tidak dibenarkan apalagi kalau makanan tersebut
melakukan berbagai upaya agar bayi dan ibunya bergizi. Selama kehamilan juga ada pantangan
sehat dan dapat bersalin dengan selamat, nor- yang harus diperhatikan ibu dan bapak misal:
mal dan tidak cacat. Sebagian masyarakat masih tidak boleh menyiksa atau membunuh binatang
berpantang makan makanan tertentu seperti dan tidak boleh mengejek orang yang cacat
udang atau kepiting dan buah nanas, walaupun supaya si bayi dapat lahir dengan selamat dan
menurut kesehatan pantangan makanan tertentu tidak cacat. Terutama keluarga dengan tingkat
26
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007
Tabel 3. Praktek Persalinan

pendidikan yang cukup tinggi, seiring dengan ketan berwarna kuning yang diibaratkan cahaya
kemajuan jaman sudah banyak yang tidak sebagai simbol bahwa pada usia kehamilan
mempercayainya begitu juga dengan sebagian ketujuh si janin sudah mempunyai roh atau
responden penelitian. nyawa. Acara munari ini seringkali dilengkapi
Informan/ responden dari tokoh masyarakat, dengan upacara seperti halnya mitoni yaitu si ibu
tokoh agama dan PLKB menjelaskan bahwa ganti kain tujuh kali, memecahkan kelapa gading
sebagian besar masyarakat di Kabupaten Jepara yang berukir gambar tokoh wayang Dewa
masih memperingati upacara 7 bulan bayi dalam Kamajaya dan Dewi Kamaratih (dua dewa /
kandungan khususnya bagi anak pertama, dewi dalam pewayangan yang terkenal
termasuk sebagian besar responden ibu yang ketampanan dan kecantikannya) dengan harapan
telah diwawancarai. Di daerah lain pada suku si bayi nantinya akan tampan seperti Dewa
Jawa upacara tersebut disebut mitoni, Kamajaya dan cantik seperti Dewi Kamaratih.
sedangkan di Kabupaten Jepara disebut Upacara ini seringkali dipimpin oleh dukun bayi
munari. Munari merupakan upacara selamatan atau orang yang dituakan di dalam keluarga
dengan nasi tumpeng yang puncaknya adalah nasi tersebut. Di dalam upacara tersebut suami harus

27
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan... (Chriswardani Suryawati)

Tabel 4. Praktek Perawatan Nifas

terlibat dalam rangkaian upacara. Kabupaten Purworejo juga mengungkapkan


Hasil penelitian juga menemukan bahwa bahwa suami, orang tua dan mertua adalah
keterlibatan/ partisipasi suami selama masa anggota kelompok referensi yang paling sering
kehamilan istri cukup besar baik dalam bentuk memberikan anjuran memilih tenaga penolong
aktivitas mengantar istri memeriksakan persalinan. Susilowati (2001) dalam penelitiannya
kandungan ke bidan / dokter, berusaha memenuhi di Kabupaten Semarang juga menemukan
keinginan istri yang sedang nyidam maupun bahwa suami sangat dominan dalam pengambilan
mengingatkan agar istrinya lebih banyak makan keputusan rumah tangga sehari-hari, tetapi dalam
makanan yang bergizi. Para suami terutama yang menentukan penolong persalinan dan tempat
berpendidikan cukup tinggi cenderung melarang bersalin yang dominan adalah orang tua dan
bila istrinya berpantang makanan tertentu. mertua. Pada saat menghadapi masalah medis
Menurut pandangan mereka, sepanjang yang persalinan masih diperlukan musyawarah
dimakan ibu hamil memenuhi kriteria sehat dan keluarga untuk merujuk ibu bersalin ke rumah
bergizi baik untuk ibu dan bayi maka tidak sakit.
dibenarkan untuk berpantang walaupun pada Menurut responden tokoh masyarakat dan
masyarakat sekitar masih berlaku pantangan tokoh agama, kelahiran bayi adalah suatu
makan makanan tertentu atau bertingkah laku peristiwa yang perlu dirayakan dengan upacara
tertentu pada saat istrinya hamil. tertentu. Masyarakat Kabupaten Jepara yang
Muis (1996) dalam penelitiannya di Kota mayoritas beragama Islam biasa melakukan
Semarang menyebutkan bahwa para orang tua/ serangkaian acara mulai dari pembacaan adzan
mertua sangat berperan dalam menentukan, pada telinga kanan bayi sesaat setelah
menasehati dan menyarankan anaknya/ kelahirannya, dilanjutkan dengan pencucian
menantunya untuk periksa hamil pada bidan atau plasenta bayi atau ari-ari, diberi doa dan dan
memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan. dimasukkan dalam wadah tertutup dari tanah liat
Sutrisno (1997) dalam penelitiannya di dan diberi kembang telon (bunga tiga warna)

28
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007
dan dikuburkan di depan rumah/ teras serta sisi lain mereka mengupayakan peningkatan
diterangi sentir/ teplok (lampu minyak) pada peran bidan dan bidan di desa (BDD) tetapi
malam hari. Pelaku dari semua upacara ini adalah mengusahakan agar tidak lahir dukun bayi baru
suami dari istri yang baru saja melahirkan. karena adanya target cakupan tertentu dari ANC
Berdasarkan pengamatan penulis di depan rumah dan persalinan oleh tenaga kesehatan serta
beberapa rumah responden ,yang kebetulan baru eliminasi tetanus neonatorum (ETN) yang harus
beberapa hari melahirkan, terdapat gundukan diupayakan menjadi angka nol. Pemotongan dan
tanah yang ditutupi dengan pagar dari bambu dan perawatan tali pusat yang tidak bersih dan steril
diberi lampu minyak dan mereka menjelaskan merupakan salah satu penyebab utama adanya
bahwa plasenta bayi telah mereka kuburkan di tetanus neonatorum. Dukun yang belum dilatih
situ. seringkali melakukan pemotongan dan perawatan
Di daerah Jepara dikenal upacara krayanan tali pusat secara tidak higienis seperti diberi kunyit
atau brokohan atau selapanan yaitu upacara atau apu (kapur gamping yang basah), tetapi saat
pada saat bayi berusia 35 hari untuk memberi ini hal tersebut hampir tidak pernah ditemui
nama bayi dengan cara berdoa bersama dan karena semua dukun bayi di desa lokasi penelitian
bancakan atau selamatan dengan nasi urap / sudah dilatih oleh Puskesmas.
sego gudangan rambanan reno pitu. Nuansa Islam yang cukup kuat di daerah
Bersamaan dengan upacara krayanan tersebut Jepara mewarnai adat dengan adanya upacara
juga diadakan upacara adat walikan atau kekahan atau aqiqah yaitu ungkapan rasa
resikan. Upacara ini lebih ditujukan untuk si ibu bersyukur pada Tuhan YME atas anugerah anak
bayi karena sudah selesai menjalani masa nifas dan sebagai salah satu kewajiban orang tua
dan siap untuk melayani suaminya kembali. Pada dalam ajaran Islam terhadap anaknya. Pada
saat selamatan itu si ibu dirias secantik mungkin. acara kekahan ini untuk anak laki-laki akan
Di dalam upacara ini kehadiran dukun bayi juga disembelih dua ekor kambing, sedangkan bila
penting, terutama bila mereka yang menolong anak perempuan cukup satu ekor kambing.
kelahiran bayinya. Daging yang sudah dimasak dibagikan kepada
Masih banyak masyarakat di lokasi penelitian para tamu dan tetangga. Adat kekahan tidak mesti
yang membutuhkan dukun bayi. Menurut harus segera dilakukan setelah bayi lahir tetapi
responden, dukun bayi dirasakan mempunyai bisa sampai dengan menjelang remaja. Kekahan
beberapa kelebihan disbanding bidan / dokter biasanya dilakukan oleh keluarga yang cukup
yaitu dukun bayi mampu memberikan pelayanan mampu.
yang paripurna mulai dari menolong persalinan Perilaku positif lainnya yang masih dijalankan
sampai memimpin upacara kelahiran bayi. Dukun oleh sebagian besar responden seperti halnya
bayi juga siap setiap saat dibutuhkan, kebiasaan para ibu dari suku Jawa setelah
memberikan rasa nyaman dan aman karena melahirkan yaitu kebiasaan minum jamu dengan
mereka kebanyakan dituakan, begitu juga tujuan agar ASI mereka lancar serta untuk
hubungan kekeluargaan membuat kehadiran menjaga kesehatan dan kebugaran ibu. Jamu
dukun bayi dalam hal tertentu sulit digantikan oleh wejah diminum agar ASI lancar dan jamu beras
bidan. Kepala Puskesmas dan bidan serta PLKB kencur agar badan tidak terasa capek dan jamu
yang diwawancarai menyadari bahwa dukun bayi pilis yang ditempelkan di dahi agar kepala terasa
masih dibutuhkan oleh masyarakat, oleh karena ringan dan tidak pusing. Selama masa nifas ada
itu program pelatihan dukun bayi dan pembinaan pantangan berhubungan seksual. Hal positif ini
serta pendampingan oleh bidan Puskesmas sejalan dengan kesehatan dan larangan dalam
merupakan program yang terus dijalankan. Di agama Islam yang mayoritas mereka anut.

29
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan... (Chriswardani Suryawati)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku KEPUSTAKAAN


yang kurang mendukung selama masa nifas yaitu Departemen Kesehatan RI. 1998. Pedoman
pantang makanan tertentu yang lebih dikaitkan Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta.
dengan si bayi antara lain agar ASI tidak berbau Departemen Kesehatan RI. 1999. Materi Ajar
amis antara lain daging dan ikan laut. Kebiasaan Modul Safe Motherhood, kerjasama
kurang baik lainnya yang masih ada yaitu bayi Depkes RI dengan Fakultas Kesehatan
digedhong atau membungkus bayi dengan jarik masyarakat Universitas Indonesia.
(kain batik pelengkap busana kebaya) agar bayi Departemen Kesehatan RI. 2000. Visi Indone-
hangat dan diam. Bila hal ini dilakukan terus sia Sehat 2010. Jakarta.
menerus akan berpengaruh pada aktivitas bayi
dan pertumbuhan tulangnya. Departemen Kesehatan RI. 2001. Rencana
Menurut responden apabila bayi lahir cacat Strategis Nasional Making Pregnancy Safer
(bibir sumbing) atau bayi lahir dengan sungsang (MPS) di Indonesia tahun 2001 – 2010.
yang dahulu seringkali dikaitkan dengan Jakarta.
kesalahan masa lalu orang tuanya atau orang Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman
tuanya melanggar pantangan tertentu maka Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
sebagian besar responden menganggap hal Dasar (PONED). Jakarta.
tersebut tidak benar. Bayi lahir sungsang atau Departemen Kesehatan RI. 2004. Panduan
bibir bayi sumbing mereka percayai semata-mata Marketing Public Relation. Materi MPS,
karena masalah kesehatan. bagian Proyek PUK – SMPPA, Propinsi
Jawa Tengah. Semarang.
SIMPULAN Muhammad, Kartono. 1996. Prioritas Pelayanan
Praktik perawatan kehamilan, persalinan Kesehatan Reproduksi dalam Seksualitas
bayi dan nifas di lokasi penelitian telah banyak Kesehatan Reproduksi dan Ketimpangan
mendukung upaya kesehatan reproduksi antara Gender. Pustaka Sinar Harapan. PPK
lain: periksa hamil. Bidan adalah pilihan pertama UGM. Yogyakarta.
sebagai penolong persalinan tetapi dukun bayi Muis, Fatimah, dkk. 1996. Kualitas Pelayanan
juga masih diminati. Peran suami cukup menonjol Persalinan di Jawa Tengah; Studi di
dalam masa kehamilan, persalinan bayi dan nifas. Kotamadya Semarang. Pusat penelitian
Tradisi budaya Jawa seperti minum jamu, Kesehatan dan Pusat Studi Wanita
pantang makanan tertentu, pijat untuk kebugaran Lembaga Penelitian Universitas
ibu setelah melahirkan masih mereka jalankan. Diponegoro. Semarang.
Nuansa budaya Jawa tercermin pada berbagai
ritual budaya yang diwarnai oleh agama (Islam) Sutresno, Ismail J. 1997. Persepsi perilaku Ibu
yaitu mulai dari mitoni (munari), krayanan hamil dan Masyarakat terhadap Resiko
(brokohan), , resikan (walikan) dan kekahan kehamilan dan Persalinan di Kabupaten
(aqiqah). Purworejo. tesis dalam Program
Masih diperlukan KIE (Komunikasi, Pendidikan Dokter Spesialis bidang studi
Informasi, Edukasi) yang terus menerus yang Obstetri dan Ginekologi Fakultas
bertujuan untuk mempertahankan praktek yang Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
positif dan mengurangi/ menghilangkan Yogyakarta.
pemahaman nilai-nilai yang tidak mendukung
kesehatan reproduksi.

30
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007
Susilowati, Rini. 2001. Pola Pengambilan
Keputusan Keluarga dan Penolong
Persalinan dalam Memutuskan Merujuk Ibu
Bersalin ke Rumah Sakit pada Kasus
Kematian Ibu Bersalin di kabupaten
Semarang. tesis pada Program Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Semarang.

31

You might also like