You are on page 1of 28
(MAHKAMAH KONSTITUST 'REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 3 TAHUN 2018 ‘TENTANG ‘TATA BERACARA DALAM PERKARA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM Menimbang: ‘ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, a. babwa Peraturan Mahleamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Perelisihan Hasll Pemilthen Umum Dewan Perwakilan Ralgt, Dewan Penvakilan Daerah, dan Dewan Pervaldlan Rakyat Daerah serta Poraturan Mabkemah Konstitusi Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemian Umum Anggota Dewan Pervakdlan Rakyat, Dewan Pervalilan Daereh, dan Dewan PPerwakilan Rakyat Daera dipandang tidak sesuat lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat schingsa perlu diganti dengan Peraturan Mablamah Konstitusl yang baru; >. bahwa Rapat Permusyawaratan Hakim Mahkamsh Konstitust pada tanggal 25 September 2016 telah menyetujui penggantian Peraturan Mabkamah Konstitustsebagaimana dimaksud pada huruf a dan diganti dengan Peraturan Mahkamah Konstitisi tentang Tata Remearn Talars Perle Perveisihan Hail Pemulihan Umum Anggota Dewan Perwalilan Deerah; Mengingat Menetapkan ‘6 bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menotapian Peraturan Mahkamah Konstitust tentang Tata Beracara Dalam Perkara Perselsihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Daera; 1, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusl (Lembaran Negara Republik indonesa Tahun 2003 Nomor 98, Tambshan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) sebagaimana telah diubah dengan Undang. Undang Nomor $ Tabun 2011 tentang Peubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2008 tentang Mahkamah Konstitual (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lemberan Negara. Republik Indonesia ‘Nomor $226); 2, Undang:Undang Nomor 48 Tabun 2009 tentang Kekuasaan Kchakiman (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076}; 3, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemithan mum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Noaior 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomar 6109); 4, Peraturan Mablamah Konstitusi Nomor 1 Tahua 2012 tentang, Produ Huieum Mahkamak Konstitusi ‘MEMUTUSKAN: PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUS! TENTANG TATA BERACARA DALAM PERKARA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN ‘UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH. abr ‘KETENTUAN UNUM. Psat 1 Dalam Peraturan inl yang dimakesud dengan: 1. Pomilihan Umum yang selanjutnya digebut Pemil adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Dserah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang lilakssnakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2, Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut Mahkamah adalah salah satu pelaku kekuassan kehakiiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945, 3, Hakim Konstitust yang selanjutnya disebut Hakim adalah Hakim Konstitusi sebagaimana dimaled dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang, Mahkamah Konstitusi sebagsimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 ‘Tahun 2008 tentang Mahlamah Konstitus. 4. Dewan Perwakilan Daerah yang selanjutnya disingkat DPD adalah Dewan Perwakilan Dacreh sebagaimana dimsksud dalam Undang'Undang Dasar ‘Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 5. Ketua Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut Ketua Mabkamah adalah Ketua Mabkamah sebagaimana dimalesud dalam Undang-Undang Nomor 24 ‘Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitust sebagaimane telah diubal dengan Undang-Undang Nomor & Tahun 2011 tentang Perubshan Alas Undang-Undang ‘Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mabkamah Konstitusi 6, Komisi Pemilthan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah lemboga Penyelenggara Pemilx yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dalam ‘melakesanakean Pem 7. Kemist Pemulihan Umum Provinsi/Komisi independen Pomlihan Provinst Aceh yang selanjutnya disinghat KPU Provinsi/KIP Provinsi Acch adalah Penyelenggara Peril di provins

You might also like