You are on page 1of 10

Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1573 (Online)

ISSN 2623-1581 (Print)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK
DI PUSKESMAS BANGKINANG KOTA

Alini1, Reslina Sinaga2


Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Alini_09@yahoo.com

ABSTRACT

The incidence rate of atopic dermatitis has increased 2-3 times in recent decades,
and has become a health problem in some developing countries. In 2006 in
Indonesia found as many as 403,270 cases of dermatitis with prevalence 3.91%.
Atopic dermatitis is an allergic disease that is often believed to be genetic or
hereditary and often occurs in families whose members also have asthma
disorders. This study aims to determine the factors associated with the incidence
of atopic dermatitis in Puskesmas Bangkinang Kota 2015. Research design used
is a descriptive analytics with cross sectional design. The population in this study
was all patients with atopic dermatitis with the number of samples of 30 people,
using the technique of acidental sampling. measuring tool that dugunkan in the
form of questionnaires, data analysis used is univariat and bivariate. The result of
bivariate analysis showed that there was a significant correlation between
hereditary factor and the occurrence of atopic dermatitis (p value 0.016), there
was a significant association between food allergy with atopic dermatitis
occurrence (p value 0,005), there was significant relation between environment
and occurrence of atopic dermatitis p value 0,003), there is no significant
correlation between irritant with incidence of atopic dermatitis (p value 0,169). It
is expected that health workers can provide information on the factors that cause
atopic dermatitis to avoid triggering factors and aggravate the atopic dermatitis.

Keyword : heredity, food allergies, environment, irritant, atopic dermatitis

PENDAHULUAN secara sosial dan ekonomi.


Sehat menurut WHO adalah Seseorang dikatakan sehat jika
suatu keadaan atau kondisi fisik, tubuh, jiwa, dan kehidupan sosialnya
mental, dan kesejahteraan sosial berjalan dengan normal dan sebagai
yang merupakan suatu kesatuan dan mestinya. Jika salah satu komponen
bukan hanya bebas dari penyakit atau tersebut terganggu, maka
kecacatan. Sehatan menurut UU kehidupannya akan menjadi tidak
No.23/1992 adalah keadaan sejahtera sehat atau sakit.
dari badan, jiwa, dan sosial yang Sakit menurut UU No.23
memungkinkan hidup produktif Tahun 1992 adalah apabila seseorang

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 33


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

menderita penyakit menahun (kronis) meningkat dan hal tersebut


atau gangguan kesehatan lain yang merupakan sebuah masalah besar
menyebabkan aktivitas kerja atau yang tidak hanya menyangkut
kegiatannya terganggu. Definisi sakit kehidupan penderita saja tetapi juga
secara umum adalah suatu keadaan melibatkan keluarganya, karena
abnormal dari tubuh atau pikiran walaupun penyebab dermatitis
berupa gangguan dalam fungsi atopik bersifat multifaktorial, faktor
normal individu sebagai totalitas genetik menjadi penyebab tersering
yang menyebabkan dari dermatitis atopik. Gejala klinis
ketidaknyamanan, disfungsi atau utama yang muncul pada dermatitis
kesukaran terhadap orang yang atopik adalah pruritus (gatal-gatal)
dipengaruhinya yang menyebabkan yang dapat hilang timbul sepanjang
aktivitas kerja atau kegiatannya hari dan sangat mengganggu
terganggu. Salah satu penyakit yang aktivitas penderita. Kehilangan
dapat mengganggu kesehatan yang kadar air lewat epidermis yang
menyebabkan aktivitas kerja atau meningkat disertai ujud kelainan
kegiatan terganggu adalah penyakit kulit berupa papul, likenifikasi
dermatitis atopik. (akibat digaruk), erosi, ekskoriasi,
Penyakit infeksi dermatitis bahkan krusta menyebabkan
merupakan penyakit kulit yang penderita merasa cemas dan tertekan
umumnya dapat terjadi secara (Chairiah, 2011).
berulang-ulang terhadap seseorang Dermatitis Atopik adalah
dalam bentuk perdangan kulit peradangan pada kulit yang bersifat
(epidermis dan dermis) sebagai kronis dan sering berhubungan
respon pengaruh faktor eksogen dan dengan peningkatan kadar IgE dalam
faktor endogen yang menimbulkan serum serta riwayat atopi pada
kelainan klinis berupa eflo-resesi keluarga dan penderita (rhinitis
polimorfik (eritema, edema, papul, alergi dan atau asma bronchial).
skuama, likemifiksasi ) dan keluhan Berbagai faktor dapat menjadi
gatal.Faktor eksogen (dari luar) penyebab dari dermatitis atopik.
misalnya:bahan kimia (contohnya: anatara lain: genetik, lingkungan,
deterjen, asam, basa), fisik sawar kulit, farmakologi dan
(contohnya:sinar dan suhu), imunologi. Konsep dasar dari
mikroorganisme (contohnya:bakteri, terjadinya dermatitis atopik adalah
jamur), yang berasal dari dalam melalui reaksi imunologik yang
(endogen), misalnya dermatitis diperantai oleh sel-sel imunitas dari
atopik yang belum diketahui pasti sum-sum tulang (Djuanda, 2010).
etiologinya. Umur, jenis kelamin, Dermatitis atopik dapat di
pekerjaan, status perkawinan, sumber pengaruhi oleh faktor lingkungan
air, tempat tinggal dan waktu dan berkaitan erat dengan penyakit
kejadian merupakan bagian dari atopik pada orang lain seperti rinitis
faktor resiko/penyebab yang dapat alergi, asma pada penderita sendiri
menjadi faktor pendukung seseorang ataupun keluarganya (Abramovits,
mudah untuk terinfeksi penyakit 2005). Riwayat orang tua
kulit dermatitis (Djuanda, 2005). diperkirakan mempunyai peranan
Dalam beberapa dekade ini penting, pada penyebab dermatitis
kejadian Dermatitis Atopik semakin (dan kondisi atopik lainnya) karena

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 34


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

resiko penyakit pada bayi biasanya (44,5%), Diare (8,49%),


sangat sering meskipun tidak selalu Hipertensi(8,23%), Gastritis dan
ditemukan hubungan yang dekat Duodenitis (6,32%), Rematik
pada status pihak ibu dari pada ayah (5,82%), Penyakit kulit
(Morar et al, 2006). infeksi/Dermatitis (6,32%), Common
Beberapa laporan ilmiah baik Cold (5,75%), Penyakit kulit dan
di dalam maupun di luar negeri jaringan subkutan (3,45%),
menununjukkan bahwa angka Gangguan gigi dan jaringan dan
kejadian alergi (dermatitis) terus jaringan lainnya (3,19%) (Profil
meningkat tajam beberapa tahun Kesehatan Propinsi Riau 2011).
terakhir berdasarkan laporan BBC Berdasarkan profil yang
(British Broadcasting Corporation), diperoleh dari Dinas Kesehatan
di eropa sekitar 6 juta orang Kabupaten Kampar Tahun 2014,
mempunyai dermatitis (alergi kulit) kejadian penyakit dermatitis
(Judarwanto, 2005). Jumlah termasuk peringkat ke 10 penyakit
penderita dermatitis di Amerika terbanyak ,dengan jumlah penderita
Serikat mencapai 15 juta orang, 5868 (2,27%). Pada tahun 2015
dimana 60% dari jumlah tersebut penyakit dermatitis tidak masuk
terjadi pada usia dibawah 12 tahun, peringkat 10 penyakit terbanyak
30% terjadi sebelum usia 5 tahun tetapi jumlah penderita dermatitis
(Setyaningrum, 2002). Angka pada tahun ini bertambah.
kejadian dermatitis atopik meningkat Dari UPTD Puskesmas
2-3 kali dalam beberapa dekade Bangkinang Kota tahun 2014
terakhir, dan telah menjadi masalah diperoleh data penderita penyakit
kesehatan di beberapa negara dermatitis atopik masuk dalam
berkembang (Lee dkk.,2004). Dan peringkat ke-6 dengan jumlah
pada tahun 2006 di indonesia penderita 192 orang. Pada tahun
ditemukan sebanyak 403.270 kasus 2015 jumlah penderita dermatitis
dermatitis dengan prevalensi 3,91% atopik menempati urutan kedelapan
(Profil Kesehatan Indonesia 2004 – dari sepuluh penyakit terbanyak di
2006). Pada tahun 2007 prevalensi UPTD Puskesmas Bangkinang Kota.
nasional dermatitis adalah 6,8% Terdapat peningkatan jumlah
(berdasarkan keluhan responden). penderita dermatitis atopik dari 192
Sebanyak 14 propinsi mempunyai orang pada tahun 2014, dan pada
prevalensi dermatitis diatas tahun 2015 terdapat 685
prevalensi nasional, yaitu Nanggroe orang.Walaupun penyakit dermatitis
Aceh Darussalam, Sumatra Barat, atopik menempati urutan ke delapan,
Bengkulu, Bangka Belitung, DKI penyakit ini juga perlu mendapat
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, penanganan yang serius karena
DI Yogyakarta, NTT, Kalimantan penyakit ini sangat mengganggu
Tengah, Kalimantan Selatan, aktifitas penderita dan apabila tidak
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, mendapat penanganan yang tepat,
dan Gorontalo (Riset Kesehatan dermatitis atopik ini juga dapat
Dasar 2007). berlanjut kearah infeksi.
Menurut pola penyakit rawat Hasil wawancara dengan
jalan di Puskesmas tahun 2011 di petugas kesehatan di UPTD
Riau yang tertinggi adalah ISPA Puskesmas Bangkinang Kota

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 35


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

diketahui bahwa petugas kesehatan melakukan pengukuran atau


telah memberikan informasi kepada pengamatan pada saat bersamaan
pasien dan keluarga pasien tentang (sekali waktu) dengan maksud untuk
kemungkinan penyebab dan bisa mengetahui hubungan dengan varibel
kambuh, bahkan bisa infeksi apabila (Hidayat,2007). Dimana data-data
tidak menjaga kebersihan, yang berkaitan dengan variabel
menghindari faktor penyebab seperti independen maupun dependen
makanan yang dapat memicu alergi dikumpulkan secara bersamaan
pada pasien, suhu yang terlalu dingin untuk mendapatkan informasi
dan panas, lingkungan yang tidak tentang faktor-faktor yang
bersih, dan kebersihan diri sendiri. berhubungan dengan kejadian
Dari 10 orang pasien dermatitis dermatitis atopik pada pasien yang
atopik yang ditemui pada saat berada di Wilayah Kerja Puskesmas
berobat di puskesmas bangkinang Bangkinang Kota tahun 2016.
kota, didapat informasi bahwa 3
orang mengatakan gatal-gatal Lokasi dan Waktu Penelitian
muncul apabila cuaca panas dan Penelitian ini dilaksanakan di
banyak keringat, 2 orang mengatakan Wilayah Kerja Puskesmas
rasa gatal timbul bila mengkonsumsi Bangkinang Kota, Kabupaten
ikan laut atau ikan asin, 3 orang tua Kampar dan dilaksanakan tanggal
pasien mengatakan anaknya 17–31 Mei 2016
mengalami gatal dan kemerahan
pada kulit karena minum susu Populasi
formula, 2 orang mengatakan tidak Populasi dalam penelitian ini
tahu apa yang menyebabkan gatal adalah seluruh penderita penyakit
dan kemerahan pada kulit yang dermatitis atopik yang datang
sering kambuh tetapi setelah di berobat atau yang berada di wilayah
wawancarai di peroleh informasi kerja Puskesmas Bangkinang Kota
adanya anggota keluarga yang tahun 2015 yang berjumlah 685
menderita asma bronkiale dan gatal- orang.
gatal pada kulit.
Dari uraian dilatar belakang Sampel
dan fenomena tersebut peneliti Sampel dalam penelitian ini
tertarik untuk melakukan penelitian adalah seluruh penderita dermatitis
tentang “Faktor-Faktor Yang atopik yang datang berobat pada saat
Berhubungan Dengan Kejadian penelitian di Puskesmas Bangkinang
Dermatitis Atopik di Puskesmas Kota dengan jumlah sampel
Bangkinang Kota Tahun 2015”. sebanyak 30 orang. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah
METODE PENELITIAN Accidental Sampling yaitu
Desain Penelitian merupakan pengambilan sampling
Pada penelitian ini penulis yang ditemukan pada waktu/saat
menggunakan metode analitik penelitian dilakukan sampai jumlah
deskriptif dengan rancangan responden yang ditetapkan tercapai
penelitian cross sectional yaitu atau tepenuhi (Suyanto,2011).
rencana penelitian dengan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 36


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Alat Pengumpulan Data Analisa Bivariat


Instrumen penelitian yang Analisa bivariat ini memberi
digunakan untuk menilai masing- gambaran faktor-faktor yang
masing variabel, baik variabel berhubungan dengan kejadian
independen dan dependen adalah dermatitis atopik di Puskesmas
kuesioner dan wawancara terpimpin Bangkinang Kota Tahun 2015.
sesuai dengan etika dalam penelitian. Analisa bivariat ini menggunakan uji
Untuk mengetahui faktor genetik chi-square, sehingga dapat dilihat
terdiri dari 3 pertanyaan, faktor hubungan antara kedua variabel
alergi makanan terdiri dari 3 tersebut.
pertanyaan, faktor lingkungan terdiri Berdasarkan hasil analisis
dari 4 pertanyaan, dan faktor iritan hubungan antara status keturunan
terdiri dari 4 pertanyaan. Untuk (genetik) dengan kejadian dermatitis
mengetahui kejadian dermatitis atopik diperoleh hasil bahwa ada
atopik diperoleh data dari diagnosa sebanyak 3 (42,9%) orang yang tidak
dokter yang tercatat di rekam medis beresiko, menderita dermatitis
pasien atopik. Sedangkan diantara orang
yang beresiko, ada 2 (8,7%) yang
Analisa Data tidak menderita dermatitis atopik.
Analisa yang digunakan adalah Hasil uji statistik berdasarkan nilai
analisa univariat dan analisa bivariat. fisher’s exact test diperoleh nilai
Analisis bivariat menggunakan uji p=0,016 (p≤0,05) maka dapat
chi-square dengan tingkat disimpulkan ada hubungan yang
kepercayaan 95% dan tingkat signifikan antara keturunan (genetik)
kemaknaan p value <0,05. Analisa dengan kejadian dermatitis topik.
data menggunakan bantuan program Dari hasil analisis diperoleh pula
komputerisasi. nilai OR= 14,000, yang artinya orang
yang beresiko mempunyai peluang
HASIL DAN PEMBAHASAN 14 kali untuk menderita dermatitis
Analisa Univariat atopik dibanding dengan yang tidak
Analiasa univariat digunakan beresiko.
untuk menggambarkan distribusi Hasil analisis hubungan antara
frekuensi dari variabel independen status alergi makanan dengan
dan dependen. Berdasarkan hasil kejadian dermatitis atopik diperoleh
penelitian diketahui dari 30 bahwa ada sebanyak 4 (44,4%) orang
responden yang beresiko menderita yang tidak beresiko, menderita
dermatitis atopik karena faktor dermatitis atopik. Sedangkan
keturunan (genetik) sebanyak 23 diantara orang yang beresiko, ada 1
orang (76,7%), alergi makanan (4,8%) yang tidak menderita
sebanyak 21 orang (70%), linkungan dermatitis atopik. Hasil uji statistik
sebanyak 25 orang (83,3%), dan berdasarkan nilai fisher’s exact test
yang tidak beresiko oleh faktor iritan diperoleh nilai p=0,005 (p≤0,05)
sebanyak 26 orang (6,7%). Dari hasil maka dapat disimpulkan ada
penelitian juga diketahui dari 30 hubungan yang signifikan antara
responden, didapat 24 (80%) alergi makanan dengan kejadian
responden menderita dermatitis dermatitis topik. Dari hasil analisis
atopik. diperoleh pula nilai OR= 25,000,

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 37


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

yang artinya orang yang beresiko PEMBAHASAN


mempunyai peluang 25 kali untuk Hubungan Faktor Keturunan
menderita dermatitis atopik (genetik) dengan Kejadian
dibanding dengan yang tidak Dermatitis Atopik di Puskesmas
beresiko. Bangkinang Kota Tahun 2016.
Hasil analisis hubungan antara Hasil penelitian ini
status lingkungan dengan kejadian menunjukkan bahwa 23 (76,7%)
dermatitis atopik diperoleh bahwa penderita dermatitis atopik yang
ada sebanyak 1 (20%) orang yang datang berobat ke Puskesmas
tidak beresiko, menderita dermatitis Bangkinang Kota rata-rata
atopik. Sedangkan diantara orang mengatakan bahwa dalam keluarga
yang beresiko, ada 2 (8%) yang tidak ada anggota keluarga yang menderita
menderita dermatitis atopik. Hasil uji gata-gatal, asma atau penyakit yang
statistik berdasarkan nilai fisher’s sama dengan yang diderita pasien.
exact test diperoleh nilai p=0,003 Peneliti berasumsi bahwa faktor
(p≤0,05) maka dapat disimpulkan keturunan (genetik) sangat
ada hubungan yang signifikan antara mempengaruhi terjadinya dermatitis
lingkungan dengan kejadian atopik pada anggota keluarga yang
dermatitis topik. Dari hasil analisis lain. Dan bila ada orang tua
diperoleh pula nilai OR= 46,000 menderita alergi atau atopi harus
yang artinya orang yang beresiko mewaspadai terhadap alergi pada
mempunyai peluang 46 kali untuk anak sejak dini. Meskipun pada hasil
menderita dermatitis atopik penelitian ini ada hubungan yang
dibanding dengan yang tidak signifikan antara keturunan (genetik)
beresiko. dengn kejadian dermatitis atopik,
Hasil analisis hubungan antara tetapi pada penelitian ini ada
status iritan dengan kejadian ditemukan 3 (42,9%) responden yang
dermatitis atopik diperoleh bahwa tidak beresiko, menderita dermatitis
ada sebanyak 22 (84,6%) orang yang atopik hal ini menunjukkan bahwa
tidak beresiko menderita dermatitis kejadian dermatitis atopik tidak
atopik. Sedangkan diantara orang semuanya dipengaruhi oleh
yang beresiko, ada 2 (50%) yang keturunan saja melainkan
tidak menderita dermatitis atopik. dipengaruhi oleh banyak faktor.
Hasil uji statistik berdasarkan nilai Hasil penelitian ini sejalan
fisher’s exact test diperoleh nilai dengan pendapat Sutanto, (2013),
p=0,169 (p ≥ 0,05) maka dapat yang mengatakan bahwa Dermatitis
disimpulkan tidak ada hubungan atopik adalah penyakit alergian yang
yang signifikan antara iritan dengan sering diyakini bersifat genetis/turun
kejadian dermatitis topik. Dari hasil temurun dan sering terjadi dalam
analisis diperoleh pula nilai OR= keluarga yang anggota kelurganya
0,182, yang artinya orang yang tidak juga memiliki gangguan asma. Gatal
beresiko mempunyai peluang 0,182 ruam terutama terlihat pada kulit
kali untuk menderita dermatitis kepala, leher, bagian dalam siku,
atopik dibanding dengan yang belakang lutut, dan bokong.
beresiko. Alergi dapat diturunkan dari
orang tua atau kakek/nenek pada
penderita. Bila ada salah satu orang

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 38


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

tua yang menderita gejala alergi atopik hal ini disebabkan oleh faktor
maka dapat menurunkan resiko pada yang lain, dimana kita ketahui bahwa
anak sekitar 20-40%, kedua orang dermatitis atopik dipengaruhi oleh
tua alergi resiko meningkat menjadi banyak faktor.
40-80%. Sedangkan bila tidak ada Menurut Hanifin (1992),
riwayat alergi pada kedua orang tua diperkirakan alergen makanan
maka resikonya adalah 5-15%. Pada diabsorpsi melalui usus halus,
kasus terakhir ini bisa saja terjadi kemudian memasuki sirkulasi dan
bila nenek, kakek atau saudara dekat terikat dengan sel mast yang telah
orang tuanya mengalami alergi. Bisa tersensitisasi dengan IgE spesifik di
saja alergi pada saat anak timbul, kulit. Interaksi ini akan melepaskan
setelah menginjak usia dewasa akan histamin dan mediator-mediator lain
banyak berkurang (Judarwanto, yang menyebabkan eritema dan
2000). pruritus. Hal yang mendukung
perkiraan mekanisme ini adalah pada
Hubungan Faktor Alergi Makanan pasien dermatitis atopik terdapat
dengan Kejadian Dermatitis peningkatan permeabilitas usus
Atopik di Puskesmas Bangkinang terhadap molekul-molekul makanan
Kota Tahun 2016. yang berukuran besar. Kemungkinan
Hasil penelitian ini yang lain adalah mediator-mediator
menunjukkan bahwa 21 orang (70%) yang dilepaskan oleh sel mast usus,
penderita dermatitis atopik yang akan menuju sirkulasi dan
datang berobat ke Puskesmas menyebabkan reaksi pada kulit dan
Bangkinang Kota rata-rata saluran nafas.
mengatakan apabila mengkonsumsi Dermatitis atopik tidak selalu
salah satu makanan tertentu seperti disebabkan oleh alergi makanan, tapi
susu sapi, telur, seafood (kerang, dapat diprovokasi oleh makanan
udang, ikan asin), kacang-kacangan tertentu. Suatu penelitian yang
timbul gatal-gatal dan kemerahan dilakukan dengan sampel pasien
pada kulit. Hal tersebut dapat dilihat dermatitis atopik yang dirawat di
dari jawaban pada kesioner yang rumah sakit, terbukti bahwa alergen
disebarkan pada penderita dermatitis makanan dapat menimbulkan
atopik yang datang berobat ke eksaserbasi sebesar 32% - 40%.
Puskesmas Bangkinang Kota. Yang menarik adalah alergen yang
Menurut asumsi peneliti bertanggung jawab terhadap lebih
kejadian dermtitis atopik dapat di dari 90% reaksi tersebut adalah susu
picu oleh alergi makanan yang di sapi, telur ayam, gandum, kedelai,
konsumsi oleh penderita. Hal ini kacang dan ikan laut. Hasil ini
mungkin akan terjadi berulang-ulang ternyata konsisten dengan penelitian
apabila penderita tidak mengenali akhir tahun 1980 dan akhir tahun
dan menghindari makanan yang 1990 (Schafer, 2006).
memicu alerg seperti susu sapi, telur, Penelitian yang lebih baru
seafood (kerang, udang,ikan laut, menunjukkan bahwa dengan
ikan asin), kacang-kacangan dll. eliminasi makanan yang diperkirakan
Pada penelitian ini juga ditemukan 4 sebagai penyebab, terjadi penurunan
(44,4%) yang tidak beresiko alergi dalam jumlah spontaneous basophil
makanan tetapi menderita dermatitis histamine release (SBHR) pada anak

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 39


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

dengan dermatitis atopik yang telah yang lain seperti debu, asap rokok,
lama mengkonsumsi makanan asap pembakaran sampah dll.
dimana dia alergi terhadap makanan Menurut Boediardja (2006),
tersebut. Beberapa penelitian klinis Faktor lingkungan yang kurang
menunjukkan bahwa eleminasi dari bersih berpengaruh pada
alergen makanan yang relevan, dapat kekambuhan dermatitis atopik
memberikan perbaikan gejala pada misalnya asap rokok, polusi udara
kulit, dan pemberian kembali (nitrogen dioksida, sufur dioksida),
makanan tersebut, memicu walaupun secara pasti belum
terulangnya gejala (Leung, 2003). terbukti. Suhu yang panas,
kelembaban, dan keringat yang
Hubungan Faktor Lingkungan banyak akan memicu rasa gatal dan
dengan Kejadian Dermatiti Atopik kekambuhan dermatitis atopik. Di
di Puskesmas Bangkinang Kota negara 4 musim, musim dingin
Tahun 2015. memperberat lesi dermatitis atopik,
Hasil penelitian ini mungkin karena penggunaan heater
menunjukkan bahwa sebanyak 25 (pemanas ruangan). Pada beberapa
(83,3%) penderita dermatitis atopik kasus dermatitis atopik terjadi
yang datang berobat ke Puskesmas eksaserbasi akibat reaksi
Bangkinang Kota rata-rata fotosensitivitas terhadap sinar UVA
mengatakan bahwa dermatitis atopik dan UVB.
(kemerahan dan rasa gatal pada kulit)
yang diderita timbul pada saat Hubungan Faktor Iritan dengan
perubahan suhu lingkungan ( cuaca Kejadian Dermatitis Atopik di
dingin, cuaca panas, dan pada saat Puskesmas Bangkinang Kota
berkeringat). Keluhan ini biasanya Tahun 2015.
terjadi berulang-ulang pada saat Hasil penelitian ini
perubahan suhu udara. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 26
dapat dilihat dari jawaban pada (86,7%) penderita dermatitis atopik
kesioner yang disebarkan pada yang datang berobat ke Puskesmas
penderita dermatitis atopik yang Bangkinang Kota, rata-rata
datang berobat ke Puskesmas mengatakan bahwa dermatitis atopik
Bangkinang Kota. (kemerahan dan rasa gatal pada kulit)
Menurut asumsi peneliti yang diderita tidak timbul apabila
kejadian dermatitis atopik dapat menggunakan pakaian atau selimut
dipengaruhi oleh lingkungan seperti berbahan wol, perhiasan yang
perubahan suhu udara, cuaca panas berbahan logam atau emas, sinar
yang memicu banyak keringat, polusi matahari langsung, terkena sabun,
udara oleh asap rokok dan pembakan lation, deterjen tertentu dll. Hal
sampah dll. Kejadian dermatitis tersebut dapat dilihat dari jawaban
atopik ini dapat mengalami pada kuesioner yang disebarkan pada
kekambuhan yang berulang-ulang penderita dermatitis atopik yang
oleh faktor lingkungan, hal ini sulit datang berobat ke Puskesmas
untuk dihindari karena perubahan Bangkinang Kota.
cuaca yang sulit untuk di prediksi Peneliti berasumsi bahwa
dan sering berubah-ubah. Tetapi kejadian dermatitis atopik oleh
dapat menghindari faktor lingkungan karena iritan lebih rentan karena

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 40


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

kerusakan sawar kulit tetapi dalam pada pasien di Wilayah Kerja


penelitian ini peneliti tidak Puskesmas Bangkinang Kota Tahun
menemukan adanya hubungan yang 2016. Tidak adanya hubungan yang
bermakna antara iritan dengan bermakna antara faktor iritan dengan
kejadian dermatitis atopik di kejadian dermatitis atopik pada
Puskesmas Bangkinang Kota Tahun pasien di Puskesmas Bangkinang
2015, hal ini mungkin dikarenakan Kota Tahun 2016.
penderita yang mengalami dermatitis
oleh karena terpapar bahan iritan di SARAN
kelompokkan ke diagnosa dermatitis 1. Diharapkan kepada petugas
kontak iritan. kesehatan Puskesmas Bangkinang
Menurut Boediardja (2006), Kota untuk dapat
kulit penderita dermatitis atopik mengembangkan upaya untuk
lebih rentan terhadap bahan iritan pemahaman faktor-faktor
seperti sabun, alkali, besi, bahan penyebab dermatitis atopik dan
kimia yang terkandung pada pencegahannya melalui
berbagai obat gosok bayi dan anak, penyuluhan tentang dermatitis
sinar matahari dan pakaian wol. Pada atopik.
penderita dermatitis atopik lebih 2. Penelitian ini diharapkan
sering ditemukan dermatitis kontak dapat dijadikan sebagai bahan
iritan daripada dermatitis kontak referensi untuk penelitian
alergik, hal ini mudah terjadi oleh dermatitis atopik selanjutnya.
karena kerusakan sawar kulit. Karena masih banyak lagi faktor
Gangguan sawar kulit tersebut lain yang menyebabkan kejadian
meningkatkan rasa gatal, terjadilah dermatitis atopik.
garukan berulang ( siklus gatal -
garuk – gatal ) yang menyebabkan DAFTAR PUSTAKA
kerusakan sawar kulit. Dengan Ari Mansjoer,dkk,(2000). Kapita
demikian penetrasi alergen, iritasi, Selekta Kedokteran. Edisi ke-
dan infeksi menjadi lebih mudah. 3.FKUI.Jakarta:
Bahan iritan meskipun yang brersifat Medica Aesculpalus.
iritan lemah, dapat menyebabkan Chairiah,(2011). Dermatitis
dermatitis atopik. Atopik.omanruhila.blogspot.co.
id/2014/01/dermatitis-
KESIMPULAN Atopik.html. diakses 04 Maret
Setelah dilakukan penelitian 2016
mengenai faktor – faktor yang Dinas Kesehatan Kabupaten
berhubungan dengan kejadian Kampar,(2014).Profil
dermatitis atopik di Puskesmas Kesehatan Kabupaten Kampar
Bangkinang Kota Tahun 2016 Tahun 2014.
dengan jumlah sampel 30 orang Dinas Kesehatan Kabupaten
responden maka dapat diambil Kampar,( 2015).Profil
kesimpulan sebagai berikut : Adanya Kesehatan Kabupaten
hubungan yang bermakna antara Kampar Tahun 2015
faktor keturunan (genetik), faktor Dinas Kesehatan Provinsi
alergi makanan faktor lingkungan Riau,(2011). Profil Kesehatan
dengan kejadian dermatitis atopik Provinsi Riau 2011.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 41


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Djuanda,Adhi,(2005).Ilmu Penyakit Alergi.Diterbikan oleh Rapha


Kulit Dan Kelamin.Edisi III Publishing.
Jakarta: FKUI.
Hidayat,(2007). Metode Penelitian
Keperawatan Teknik Analisis
Data. Jakarta
Salemba Medika.
Hanifin, J.,1992. Atopic Dermatitis.
Dalam: Fletcher, J.,
Dermatology. Philadelphia:
WB Saunders.
Judarwanto,W, (2000). Alergi
Makanan, Diet dan
Autisme.htt//puterakembara.or
g /rm/Alergi6.shtml, diakses
06-02-2016.
Leung, D.Y.M. 2003.Atopic
Dermatitis. Dalam:Leung,
D.Y.M. & Sampson, H.A.,
(eds) Pediatric Allergy,
Principles and
Practice,Philadelphia: Mosby
Piliang, M (2012). Dermatitis Atopic.
Disease Management Project.
http://www.Clevelandclinicmed
ed.com/medicapubs/diseasema
nagement/dermatology/
Atopic-dermatitis/.di peroleh
tanggal 03 Maret 2016.
Riset Kesehatan Dasar ,(2007)..
Badan Penelitian
Pengembangan Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI
Desember 2008.
Rahimah (2013). Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Dermatitis Pada
Narapidana Di Rutan Kelas I
Makassar 2013”
Setyaningrum,T, (2002). Dermatitis
Kontak.http://www.trisniartami
.blogspot.com pada bulan
September 2012.
Wawan,S dan Sutanto,(2013). Cara
Jitu Mengatasi & Mencegah
Berbagai Macam

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 42

You might also like