Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The incidence rate of atopic dermatitis has increased 2-3 times in recent decades,
and has become a health problem in some developing countries. In 2006 in
Indonesia found as many as 403,270 cases of dermatitis with prevalence 3.91%.
Atopic dermatitis is an allergic disease that is often believed to be genetic or
hereditary and often occurs in families whose members also have asthma
disorders. This study aims to determine the factors associated with the incidence
of atopic dermatitis in Puskesmas Bangkinang Kota 2015. Research design used
is a descriptive analytics with cross sectional design. The population in this study
was all patients with atopic dermatitis with the number of samples of 30 people,
using the technique of acidental sampling. measuring tool that dugunkan in the
form of questionnaires, data analysis used is univariat and bivariate. The result of
bivariate analysis showed that there was a significant correlation between
hereditary factor and the occurrence of atopic dermatitis (p value 0.016), there
was a significant association between food allergy with atopic dermatitis
occurrence (p value 0,005), there was significant relation between environment
and occurrence of atopic dermatitis p value 0,003), there is no significant
correlation between irritant with incidence of atopic dermatitis (p value 0,169). It
is expected that health workers can provide information on the factors that cause
atopic dermatitis to avoid triggering factors and aggravate the atopic dermatitis.
tua yang menderita gejala alergi atopik hal ini disebabkan oleh faktor
maka dapat menurunkan resiko pada yang lain, dimana kita ketahui bahwa
anak sekitar 20-40%, kedua orang dermatitis atopik dipengaruhi oleh
tua alergi resiko meningkat menjadi banyak faktor.
40-80%. Sedangkan bila tidak ada Menurut Hanifin (1992),
riwayat alergi pada kedua orang tua diperkirakan alergen makanan
maka resikonya adalah 5-15%. Pada diabsorpsi melalui usus halus,
kasus terakhir ini bisa saja terjadi kemudian memasuki sirkulasi dan
bila nenek, kakek atau saudara dekat terikat dengan sel mast yang telah
orang tuanya mengalami alergi. Bisa tersensitisasi dengan IgE spesifik di
saja alergi pada saat anak timbul, kulit. Interaksi ini akan melepaskan
setelah menginjak usia dewasa akan histamin dan mediator-mediator lain
banyak berkurang (Judarwanto, yang menyebabkan eritema dan
2000). pruritus. Hal yang mendukung
perkiraan mekanisme ini adalah pada
Hubungan Faktor Alergi Makanan pasien dermatitis atopik terdapat
dengan Kejadian Dermatitis peningkatan permeabilitas usus
Atopik di Puskesmas Bangkinang terhadap molekul-molekul makanan
Kota Tahun 2016. yang berukuran besar. Kemungkinan
Hasil penelitian ini yang lain adalah mediator-mediator
menunjukkan bahwa 21 orang (70%) yang dilepaskan oleh sel mast usus,
penderita dermatitis atopik yang akan menuju sirkulasi dan
datang berobat ke Puskesmas menyebabkan reaksi pada kulit dan
Bangkinang Kota rata-rata saluran nafas.
mengatakan apabila mengkonsumsi Dermatitis atopik tidak selalu
salah satu makanan tertentu seperti disebabkan oleh alergi makanan, tapi
susu sapi, telur, seafood (kerang, dapat diprovokasi oleh makanan
udang, ikan asin), kacang-kacangan tertentu. Suatu penelitian yang
timbul gatal-gatal dan kemerahan dilakukan dengan sampel pasien
pada kulit. Hal tersebut dapat dilihat dermatitis atopik yang dirawat di
dari jawaban pada kesioner yang rumah sakit, terbukti bahwa alergen
disebarkan pada penderita dermatitis makanan dapat menimbulkan
atopik yang datang berobat ke eksaserbasi sebesar 32% - 40%.
Puskesmas Bangkinang Kota. Yang menarik adalah alergen yang
Menurut asumsi peneliti bertanggung jawab terhadap lebih
kejadian dermtitis atopik dapat di dari 90% reaksi tersebut adalah susu
picu oleh alergi makanan yang di sapi, telur ayam, gandum, kedelai,
konsumsi oleh penderita. Hal ini kacang dan ikan laut. Hasil ini
mungkin akan terjadi berulang-ulang ternyata konsisten dengan penelitian
apabila penderita tidak mengenali akhir tahun 1980 dan akhir tahun
dan menghindari makanan yang 1990 (Schafer, 2006).
memicu alerg seperti susu sapi, telur, Penelitian yang lebih baru
seafood (kerang, udang,ikan laut, menunjukkan bahwa dengan
ikan asin), kacang-kacangan dll. eliminasi makanan yang diperkirakan
Pada penelitian ini juga ditemukan 4 sebagai penyebab, terjadi penurunan
(44,4%) yang tidak beresiko alergi dalam jumlah spontaneous basophil
makanan tetapi menderita dermatitis histamine release (SBHR) pada anak
dengan dermatitis atopik yang telah yang lain seperti debu, asap rokok,
lama mengkonsumsi makanan asap pembakaran sampah dll.
dimana dia alergi terhadap makanan Menurut Boediardja (2006),
tersebut. Beberapa penelitian klinis Faktor lingkungan yang kurang
menunjukkan bahwa eleminasi dari bersih berpengaruh pada
alergen makanan yang relevan, dapat kekambuhan dermatitis atopik
memberikan perbaikan gejala pada misalnya asap rokok, polusi udara
kulit, dan pemberian kembali (nitrogen dioksida, sufur dioksida),
makanan tersebut, memicu walaupun secara pasti belum
terulangnya gejala (Leung, 2003). terbukti. Suhu yang panas,
kelembaban, dan keringat yang
Hubungan Faktor Lingkungan banyak akan memicu rasa gatal dan
dengan Kejadian Dermatiti Atopik kekambuhan dermatitis atopik. Di
di Puskesmas Bangkinang Kota negara 4 musim, musim dingin
Tahun 2015. memperberat lesi dermatitis atopik,
Hasil penelitian ini mungkin karena penggunaan heater
menunjukkan bahwa sebanyak 25 (pemanas ruangan). Pada beberapa
(83,3%) penderita dermatitis atopik kasus dermatitis atopik terjadi
yang datang berobat ke Puskesmas eksaserbasi akibat reaksi
Bangkinang Kota rata-rata fotosensitivitas terhadap sinar UVA
mengatakan bahwa dermatitis atopik dan UVB.
(kemerahan dan rasa gatal pada kulit)
yang diderita timbul pada saat Hubungan Faktor Iritan dengan
perubahan suhu lingkungan ( cuaca Kejadian Dermatitis Atopik di
dingin, cuaca panas, dan pada saat Puskesmas Bangkinang Kota
berkeringat). Keluhan ini biasanya Tahun 2015.
terjadi berulang-ulang pada saat Hasil penelitian ini
perubahan suhu udara. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 26
dapat dilihat dari jawaban pada (86,7%) penderita dermatitis atopik
kesioner yang disebarkan pada yang datang berobat ke Puskesmas
penderita dermatitis atopik yang Bangkinang Kota, rata-rata
datang berobat ke Puskesmas mengatakan bahwa dermatitis atopik
Bangkinang Kota. (kemerahan dan rasa gatal pada kulit)
Menurut asumsi peneliti yang diderita tidak timbul apabila
kejadian dermatitis atopik dapat menggunakan pakaian atau selimut
dipengaruhi oleh lingkungan seperti berbahan wol, perhiasan yang
perubahan suhu udara, cuaca panas berbahan logam atau emas, sinar
yang memicu banyak keringat, polusi matahari langsung, terkena sabun,
udara oleh asap rokok dan pembakan lation, deterjen tertentu dll. Hal
sampah dll. Kejadian dermatitis tersebut dapat dilihat dari jawaban
atopik ini dapat mengalami pada kuesioner yang disebarkan pada
kekambuhan yang berulang-ulang penderita dermatitis atopik yang
oleh faktor lingkungan, hal ini sulit datang berobat ke Puskesmas
untuk dihindari karena perubahan Bangkinang Kota.
cuaca yang sulit untuk di prediksi Peneliti berasumsi bahwa
dan sering berubah-ubah. Tetapi kejadian dermatitis atopik oleh
dapat menghindari faktor lingkungan karena iritan lebih rentan karena