You are on page 1of 8

ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1.

Agustus 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA


DENGAN KEMAMPUAN IBU MERAWAT BALITA ISPA PADA BALITA DI
PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO

Paramitha Anjanata Maramis


Amatus Yudi Ismanto
Abram Babakal

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : Mitha_lv6017@ymail.com

Abstract: ARI stands for Acute Respiratory Infections. Where an acute infectious disease
that attack one or more of the parts and the respiratory tract from nose to alveoli including
adnexal tissues such as sinus, middle ear cavity and pleura. The purpose of this study to
determine the relationship of mother's level of education and knowledge about acute
respiratory infections (ARI) with the ability of mothers caring for infants acute respiratory
infections (ARI) in infants Bahu Manado City Health Center. The study was observational
with cross sectional approach. The population is all mothers who have children who visit the
health center Bahu Manado City. The research sample of 40 mothers and taken using
accidental sampling technique. Data processed by using univariate and bivariate chi square
test with significance level α = 0.05. The results showed that there was no correlation
between level of education and care at the health center in toddlers ARI Bahu Manado
obtained by chi-square test p-value = 0.115> α = 0.05, which means that Ho is accepted,
while the knowledge of the relationship between the level of knowledge with care ARI in
infants Bahu Manado City Health Center with values obtained chi square test p = 0.029 <α =
0.05, which means that Ho is rejected. The conclusion of this study that there is no
relationship between the level of education and care at the health center in toddlers ARI Bahu
Manado City, and there is a relationship between the level of knowledge with ARI treatment
in infants Bahu Manado City Health Center.
Keywords: Level of Education, Science, Nursing ISPA.

Abstrak:ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Dimana penyakit
infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan
ibu tentang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan kemampuan ibu merawat balita
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jenis
penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah
seluruh ibu yang memiliki balita yang berkunjung di Puskesmas Bahu Kota Manado. Sampel
penelitian sebanyak 40 ibu dan diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling.
Data diolah secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dengan perawatan ISPA pada balita di Puskesmas Bahu Kota Manado
dengan uji chi square didapatkan nilai p = 0.115 > α = 0,05 yang berarti Ho diterima,
sedangkan pada pengetahuan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
perawatan ISPA pada balita di Puskesmas Bahu Kota Manado dengan uji chi square
didapatkan nilai p = 0.029 < α = 0,05 yang berarti Ho ditolak. Kesimpulan penelitian ini yaitu
tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perawatan ISPA pada balita di

1
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

Puskesmas Bahu Kota Manado, dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
perawatan ISPA pada balita di Puskesmas Bahu Kota Manado.
Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Perawatan ISPA.

PENDAHULUAN Keman, 2006). Menurut DepKes RI pada


Saat ini ISPA masih menjadi masalah profil Kesehatan Indonesia (2010) kasus
kesehatan dunia. Berdasarkan WHO pneumonia mencapai 23% dengan 499.259
(2007) ISPA adalah penyebab utama kasus yang ditemukan pada tahun 2010,
morbiditas dan mortalitas penyakit pada Provinsi Sulawesi Utara 26,08%
menular didunia. Hampir 4 juta orang (Indonesia Health Profile, 2010).
meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- Sedangkan pada profil kesehatan provinsi
nya disebabkan oleh infeksi saluran sulawesi utara 2008, bahwa infeksi saluran
pernapasan bawah. Tingkat mortalitas pernafasan akut (ISPA) tersebar di seluruh
sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan Provinsi Sulawesi Utara dengan bervariasi
orang lanjut usia, terutama di negara- dengan rerata prevalensi tingkat Provinsi
negara dengan pendapatan perkapita dalam satu bulan terakhir sebesar 20,5%,
rendah dan menengah. Dimana ISPA juga dengan rentang (12,1 – 34,6%). Angka
merupakan salah satu penyebab utama prevalensi ISPA dalam sebulan di atas 20%
konsultasi atau rawat inap di fasilitas ditemukan di 5 kabupaten/ kota. Seperti
pelayanan kesehatan terutama pada bagian diketahui ISPA yang tidak ditangani
perawatan anak. dengan tuntas dapat berkembang menjadi
Menurut Saftari (dalam Syahrani, pneumonia (Dinkes Sulut, 2009).
2012)ISPA merupakan masalah kesehatan Di Provinsi Sulawesi Utara, secara
yang utama di Indonesia karena masih rerata, prevalensi penyakit pneumonia
tingginya angka kejadian ISPA terutama dalam satu bulan terakhir sebesar 1%, di
pada balita. Prevalensi ISPA di Indonesia bawah angka nasional (1,88%), dengan
sebanyak 25,5% (rentang: 17,5% - rentang 0,5 – 2,7%. Prevalensi terendah
41,4%)dengan 16 provinsi di antaranya ditemukan di Kota Bitung dan Kota
mempunyai prevalensi di atas angka Tomohon, masing-masing 0,5%. Prevalensi
nasional dan pneumonia sebanyak 2,1% ISPA tertinggi pada balita (>35%),
(rentang: 0,8% - 5,6%) (Riskesdas, 2007). sedangkan terendah pada kelompok umur
Dari pernyataan diatas dapat dilihat 15 – 24 tahun. Prevalensi cenderung
bahwa angka kejadian ISPA sangat meningkat lagi sesuai dengan
menyita perhatian yang serius, dan meningkatnya umur. Prevalensi antara laki
dibutuhkan cara untuk mencegah dan -laki dan perempuan relatif sama, dan
memberantas penyakit ini. Di propinsi sedikit lebih tinggi di perdesaan. Prevalensi
Riau, angka kejadian ISPA pada balita juga ISPA cenderung lebih tinggi pada
mengalami peningkatan, berdasarkan kelompok dengan pendidikan dan tingkat
rekapitulasi laporan bulanan Dinas pengeluaran Rumah tangga per kapita lebih
Kesehatan provinsi Riau, angka kejadian rendah (Dinkes Sulut, 2009).
ISPA pada tahun 2010 ditemukan 189.280 Pendidikan orangtua berpengaruh
kasus ISPA balita dan pada tahun 2011 terhadap insidensi ISPA pada anak.
angka kejadian ISPA balita mencapai Semakin rendah pendidikan orangtua
227.699 balita (Isnaini, 2012).Pelaksanaan derajat ISPA yang diderita anak semakin
program pemberantasan penyakit ISPA di berat. Demikian sebaliknya, semakin tinggi
Indonesia telah dilakukan mulai tahun pendidikan orangtua, derajat ISPA yang
1984, walaupun demikian sampai saat ini diderita anak semakin ringan (Huriah dan
penyakit tersebut masih menjadi masalah Lestari, 2005).Pengetahuan sangat erat
kesehatan masyarakat (Dinkes Kab kaitannya dengan pendidikan dimana
Gianyardalam Sukamawa, Sulistyorini & diharapkan seseorang dengan pendidikan

2
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

tinggi, maka orang tersebut akan semakin Puskesmas Bahu Kota Manado dan Ibu dan
luas pula pengetahuannya. Namun perlu Anak Balita tinggal serumah. Kriteria
ditekankan bahwa seorang yang eksklusi yaitu memiliki keterbatasan dalam
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak membaca dan menulis, memilki
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan keterbatasan fisik (cacat), tidak bersedia
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari menjadi responden. Kuisioner terdiri dari
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat data demografi responden terdiri dari usia,
diperoleh pada pendidikan non formal. pendidikan terakhir, pekerjaan, status
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu perkawinan, dan jumlah anak. Kuesioner
objek juga mengandung dua aspek yaitu mengenai pengetahuan dan perawatan ibu
aspek positif dan negatif. Kedua aspek tentang merawat ISPA pada balita berisi 21
inilah yang akhirnya akan menentukan (dua puluh satu) pertanyaan, menggunakan
sikap seseorang terhadap objek tertentu. skala Guttman dengan pilihan jawaban ya
Semakin banyak aspek positif dari objek atau tidak. Jawaban benar diberi skor 2
yang diketahui, akan menumbuhkan sikap (dua) dan jawaban salah diberi skor 1
makin positif terhadap objek tersebut (satu). Untuk penilaian objektif, dihitung
(Syahrani , Santoso, & Sayono, 2012). dari mean data. Tahap Persiapan yakni
Berdasarkan hasil survei yang penyusunan dan seminar proposal dan
dilakukan di Puskesmas Bahu jumlah pengurusan ijin penelitian baik di PSIK
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Unsrat Manado maupun di Puskesmas
Bahu pada tahun 2012 sebanyak 3.140 Bahu Kota Manado sebagai tempat
kasus, dengan klasifikasi kejadian ISPA penelitian. Pelaksanaan penelitian
non pneumonia 3.029 kasus, pneumonia dilaksanakan pada bulan juni 2013. Peneliti
106 kasus dan pneumonia berat 5 kasus. mengambil sampel yaitu menentukan lebih
Dari latar belakang diatas dan survei yang dahulu kriteria inklusi dan eksklusi
dilakukan maka penulis tertarik untuk kemudian menentukan jumlah sampel.
melakukan penelitian mengenai Melakukan uji coba instrumen, setelah
“Hubungan Tingkat Pendidikan dan dinyatakan valid dan reliabel, dilakukan
Pengetahuan Ibu Tentang (ISPA) dengan pengambilan data proses pengumpulan
Kemampuan Ibu Merawat Balita(ISPA) di data dilakukan secara individu oleh peneliti
Puskesmas Bahu Kota Manado”. yaitu pertama memberikan penjelasan
maksud dan tujuan penelitian kepada calon
METODE PENELITIAN responden kemudian memohon persetujuan
Jenis penelitianini adalah observasional untuk menjadi responden dalam penelitian
dengan menggunakan metode cross ini, bila responden bersedia diminta untuk
sectional design. Penelitian cross sectional menandatangani lembar persetujuan atau
adalah jenis penelitian yang hanya informed consent. Menjelaskan tentang
melakukan observasi dan pengukuran cara pengisian kuesioner dan responden
variabel hanya satu kali atau saat itu juga diminta untuk mengisi sendiri dan setelah
(Saryono, 2011). Waktu Penelitian selesai, responden mengembalikan
dilaksanakan bulan Juni 2013. Tempat kuesioner pada peneliti. Analisis data pada
penelitian di Puskesmas Bahu Kota penelitian ini meliputi analisis univariat
Manado. Pada penelitian ini populasi dan analisis bivariat. Kriteria penilaian
adalah seluruh ibu yang memilki Balita adalah bila nilai p ≤ 0.05, dapat
yang berkunjung untuk memeriksakan disimpulkan ada hubungan antara variabel
anak balitanya di Puskesmas Bahu. bebas dan terikat, demikian pula bila nilai
Pendekatan sampling yang dipakai p > 0.05, dapat disimpulkan tidak ada
adalah accidental sampling. Kriteria hubungan antar variabel. Etika Penelitian
inklusi yaitu Ibu yang memiliki anak balita menurut Setiadi (2007) setiap penelitian
dengan riwayat ISPA yang berkunjung di

3
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

yang menggunakan subjek manusia harus Tabel 4. Distribusi Responden


mengikuti aturan etik dalam hal ini adalah Berdasarkan Status Perkawinan
persetujuan. Sebelum melakukan Status Perkawinan Jumlah Responden
penelitian, maka peneliti memberikan surat n %
ijin permohonan penelitian kepada pihak Kawin 38 95,0
Belum Kawin 1 2,5
Puskesmas Bahu. Setelah mendapat ijin Janda 1 2,5
baru dilakukan penelitian dengan Total 40 100
memperhatikan etika penelitian yang Sumber: Data Primer
meliputi Informed consent (Lembar
persetujuan) dan Anonymity (Tanpa nama). Tabel 5. Distribusi Responden
Berdasarkan Jumlah Anak
HASIL dan PEMBAHASAN Jumlah Anak Jumlah Responden
Analisis Univariat n %
Tabel 1. Distribusi Responden 1 21 52,5
Berdasarkan Usia 2 12 30,0
Usia Jumlah Responden 3 4 10,0
4 3 7,5
n %
<21 tahun 11 27,5 Total 40 100
22-25 tahun 8 20,0 Sumber: Data Primer
26-30 tahun 6 15,0 Tabel 6.Distribusi Responden
31-35 tahun 11 27,5 Berdasarkan Pengetahuan ISPA
>36 tahun 4 10.0
Pengetahuan ISPA Jumlah Responden
Total 40 100 N %
Sumber: Data Primer Benar 29 72,5
Tabel 2. Distribusi Responden Salah 11 27,5
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Total 40 100
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Sumber: Data Primer
terakhir n % Tabel 7. Distribusi Responden
Pendidikan Tinggi 4 10.0 Berdasarkan Perawatan ISPA
SMA / Sederajat 0 0 Perawatan ISPA Jumlah Responden
SMP / Sederajat 36 90.0 n %
SD 0 0 Baik 26 65,0
Total 40 100 Kurang 14 35,0
Sumber: Data Primer Total 40 100
Tabel3. Distribusi Responden Sumber: Data Primer
Berdasarkan Pekerjaan Analisis Bivariat
Pekerjaan Jumlah Responden Tabel 8. Hubungan Tingkat Pendidikan
n % Dengan Kemampuan Ibu Merawat Balita
Tidak Bekerja 22 55,0
Mahasiswa 6 15,0
ISPA Pada Balita Di Puskesmas Bahu
Pegawai Negeri 3 7,5 Kota Manado.
Pegawai Swasta 4 10,0 Tingkat Perawatan ISPA Total
Lain-lain 5 12,5 Pendidikan Kurang Baik p
Total 40 100 n % n % n %
Pendidikan 3 7.5 1 2.5 4 10.0
Sumber: Data Primer
Tinggi
SMA/ 0 0 0 0 0 0
Sederajat 0.115
SMP / 11 27.5 25 62.5 36 90.0
Sederajat
SD 0 0 0 0 0 0
14 35.0 26 65.0 40 100.0
Sumber: Data Primer

4
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

Tabel 9. Hubungan Tingkat Pengetahuan kehidupan keluarganya. Pekerjaan


Dengan Kemampuan Ibu Merawat Balita bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih
ISPA Pada Balita Di Puskesmas Bahu banyak merupakan cara mencari nafkah
Kota Manado. yang berulang, banyak tantangan dan
Pengetahuan Perawatan ISPA Total menyita waktu. Pekerjaan juga merupakan
ISPA Kurang Baik p
n % n % n % suatu sarana bagi seseorang untuk
Kurang 7 17.5 4 10.0 11 27.5 0.029 mendapatkan informasi dari
Baik 7 17.5 22 55.0 29 72.5 lingkungannya (Nursalam dalam Isnaini,
2012). Status perkawinan responden juga
14 35.0 26 65.0 40 100.0
terdapat perbedaan dari yang belum kawin
Sumber: Data Primer sampai janda. Sebagian besar status
perkawinan responden yaitu kawin
Karakteristik responden terdiri dari sebanyak 38 responden (95,0%) dan
beberapa pertanyaan seperti usia, tingkat jumlah anak responden sebagian besar
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan memiliki 1 (satu) anak yaitu sebanyak 21
dan jumlah anak.Berdasarkan hasil responden (52,5%).
penelitian didapatkan bahwa dari 40
responden paling banyak responden ibu Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan
memiliki usia <21 tahun dan usia 31 – 35 Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA
tahun yaitu 11 responden (27,5%). Orang Pendidikan adalah proses pembentukan
yang lebih muda, mempunyai daya ingat kecakapan-kecakapan fundamental secara
yang lebih kuat dan kreatifitas lebih tinggi intelektual dan emosional kearah alam dan
dalam mencari dan mengenal sesuatu yang sesama manusia (John Dewey dalam
belum diketahui dibandingkan dengan Ahmadi, 2007). Menurut Rosseau,
orang yang lebih tua. Disamping itu, pendidikan adalah memberi kita
kemampuan untuk menyerap pengetahuan perbekalan yang tidak ada pada masa
baru lebih muda karena otak berfungsi anak-anak akan tetapi kita
maksimal pada umur muda (Notoatmodjo membutuhkannya pada waktu dewasa
dalam Syahrani, 2012).Tingkat pendidikan (dalam Ahmadi, 2007). Hasil penelitian
responden terdapat perbedaan dari yang Sari menunjukkan bahwa semakin tinggi
tidak sekolah sampai pada perguruan tingkat pendidikan seseorang maka
tinggi. Sebagian besar responden ibu semakin memudahkannya untuk menerima
berpendidikan SMP yaitu 36 responden dan mengolah informasi yang diperoleh,
(90,0%). Tingkat pendidikan seseorang menurut Notoatmodjo dalam Sari (2012),
akan membantu orang tersebut untuk lebih pengetahuan berkaitan erat dengan
mudah menangkap dan memahami suatu pendidikan. ISPA merupakan singkatan
informasi. Semakin tinggi pendidikan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut,
seseorang maka tingkat pemahaman juga istilah ini diadaptasi dari istilah dalam
meningkat serta tepat dalam pengambilan bahasa Inggris Acute Respiratory
sikap. Pendidikan akan berpengaruh pada Infections (ARI). Penyakit infeksi akut
seluruh aspek kehidupan manusia baik yang menyerang salah satu bagian dan atau
pikiran, perasaan, maupun sikapnya lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
(Mairusnita, 2007).Pekerjaan responden (saluran atas) hingga alveoli (saluran
juga terdapat variasi, sebagian besar bawah) termasuk jaringan adneksanya
pekerjaan yaitu tidak bekerja atau hanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit
22 responden ibu (55,0%). Pekerjaan yang sering terjadi pada anak, karena
adalah kegiatan yang harus dilakukan sistem pertahanan tubuh anak masih rendah
seseorang dalam menunjang dan (Putraprabu, 2009). Perawatan ISPA
mempertahankan kehidupannya dan menurut Simanjuntak

5
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

(2007), meliputi mengatasi panas Hubungan Pengetahuan Dengan


(demam), pemberian makanan yang cukup Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA
gizi, pemberian cairan, memberikan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
kenyamanan, dan memperhatikan tanda- ini terjadi setelah orang melakukan
tanda bahaya ISPA ringan / ISPA berat pengindraan terjadi melalui panca indra
yang memerlukan bantuan khusus petugas manusia (Efendi, 2009). Pengetahuan
kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian di merupakan faktor yang sangat penting
Puskesmas Bahu menunjukkan bahwa dalam membentuk tindakan seseorang
responden dengan tingkat pendidikan SMP (over behavior). Menurut Syahrani,
memiliki perawatan ISPA yang baik Santoso dan Sayono (2012) pengetahuan
dibandingkan dengan responden yang seseorang tentang sesuatu objek juga
berpendidikan tinggi. Hasil penelitian ini mengandung dua aspek yaitu aspek positif
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan dan negatif. Kedua aspek inilah yang
antara tingkat pendidikan ibu dengan akhirnya akan menentukan sikap seseorang
kemampuan ibu merawat balita ISPA di terhadap objek tertentu. Semakin banyak
Puskesmas Bahu. Hasil penelitian ini aspek positif dari objek yang diketahui,
menolak pernyataan Triasih, Istiawan dan akan menumbuhkan sikap
Riyadi (2007) yang mengungkapkan makin positif terhadap objek
bahwa ibu yang berpendidikan lebih tinggi tersebut.Pengetahuan dapat mendorong
memiliki pengetahuan yang baik tentang seseorang untuk berusaha memperoleh
cara merawat bayi yang menderita ISPA. informasi lebih banyak mengenai sesuatu
Hal ini diperkuat oleh hasil pengamatan yang dianggap perlu dipahami lebih lanjut
peneliti di Puskesmas Bahu dimana ibu atau dianggap penting. Ibu sebagai
yang berpendidikan tinggi tidak dapat pemegang peran pengasuh bagi anak wajib
merawat balita ISPA dengan benar mengetahui segala keperluan dan
dikarenakan oleh beberapa kondisi yang kekurangan yang belum terpenuhi pada
peneliti temukan di Puskesmas Bahu anak. Hal ini mendorong orang tua (ibu)
dimana orang tua yang terlalu sibuk untuk mengembangkan sikap yang
dengan karir atau pekerjaannya, kurangnya menuntun pada tindakan sebagai hasil atau
informasi yang diterima secara langsung output dari pengetahuan terhadap hal – hal
dari petugas kesehatan dan kecenderungan yang berhak diperoleh anak salah satunya
orang tua yang menitipkan anaknya adalah perawatan. Pernyataan ini didukung
kepada pengasuh atau anggota keluarga oleh hasil penelitian Kurniasih (2009),
lain untuk dibawa ke Puskesmas. Hal ini bahwa ada hubungan yang signifikan
sesuai dengan hasil penelitian Murhayati antara tingkat pengetahuan ibu dengan
(2010) yang berjudul Hubungan antara upaya perawatan terhadap balita dengan
tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan ISPA. Hal ini diperkuat oleh pendapat
praktik cara perawatan balita yang Notosiswoyo dalam Syahrani, Santoso &
menderita ISPA, dimana mayoritas Sayono (2012) bahwa rendahnya tingkat
responden berpendidikan terakhir SMP, pengetahuan dan keterampilan keluarga
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan terutama ibu menjadi salah satu pemicu
responden tinggi dan sikap tentang cara terjadinya ISPA pada balita. Sebagian besar
perawatan ISPA baik. Hal ini menunjukkan keluarga yang mempunyai balita ISPA
bahwa tingkat pendidikan ibu tidak dirumah adalah ibu yang tidak mengetahui
mempengaruhi pengetahuan dan sikap cara cara mencegah ISPA. Berdasarkan hasil
perawatan ISPA pada balita. Seperti yang penelitian di Puskesmas Bahu
diungkapkan oleh Syahrani, Santoso & menunjukkan bahwa responden memiliki
Sayono (2012) bahwa seorang yang pengetahuan baik terhadap perawatan
berpendidikan rendah tidak berarti multlak balita dengan ISPA. Hasil penelitian ini
berpengetahuan rendah pula. menyimpulkan bahwa ada

6
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

hubungan antara pengetahuan ibu dengan Huriah, T., & Lestari, R. (2005). Pengaruh
kemampuan ibu merawat balita ISPA pada Pendidikan Kesehatan tentang
balita di Puskesmas Bahu. Hal ini sesuai Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
dengan hasil penelitian Haerani (2007) terhadap Kemampuan Ibu dalam
didapatkan bahwa terdapat hubungan yang Perawatan ISPA pada Balita di
bermakna antara pengetahuan dengan Dusun Lemahdadi Kasihan Bantul
perilaku ibu merawat balita yang Yogyakarta. Diunduh dari
menderita ISPA di Kelurahan Tlogosari http://ejournal.umm.ac.id/index.ph
Wetan Semarang. Seperti yang p/sainmed/article/viewFile/1027/10
diungkapkan oleh Syahrani, Santoso & 95_uum_scientific_journal.pdf (6
Sayono (2012) bahwa tingkat pengetahuan Mei 2013)
seseorang yang semakin tinggi akan Haerani (2007). Hubungan antara
berdampak pada arah yang lebih baik. pengetahuan, sikap dengan
Sehingga ibu yang berpengetahuan baik perilaku ibu merawat balita yang
akan lebih objektif dan terbuka menderita ISPA di Kelurahan
wawasannya dalam mengambil suatu Tlogosari Wetan Semarang.
keputusan atau tindakan yang positif Diunduh
terutama dalam hal memberikan perawatan darihttp://digilib.unimus.ac.id/gdl.p
pada balita yang sakit terutama ISPA. hp?mod=browse&op=read&id=jtpt
unimus-gdl-s1-2007-dianhaeran-
SIMPULAN 152 (13 Juli 2013)
Berdasarkan hasil penelitian dapat Indonesia Health Profile (2010). Diunduh
disimpulkan bahwa :Sebagian besar dari
responden tingkat pendidikan ibu adalah http://www.depkes.go.id/download
berpendidikan SMP. Sebagian besar ibu s/Indonesia%20Health%20Profile
memiliki pengetahuan baik tentang ISPA. %202010.pdf (10 Mei 2013)
Tidak ada hubungan antara tingkat Isnaini, M., Zulfitri, R. & Misrawati.
pendidikan dengan kemampuan ibu (2012). Pengaruh kebiasaan
merawat balita Infeksi Saluran Pernapasan merokok keluarga di dalam rumah
Akut (ISPA) pada balita di Puskesmas terhadap kejadian ISPA pada
Bahu Kota Manado. Ada hubungan antara balita. Diunduh dari
tingkat pengetahuan dengan kemampuan http://repository.unri.ac.id/bitstrea
ibu merawat balita Infeksi Saluran m/123456789/1878/1/JURNAL%2
Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di 0PDF%20ENI.pdf (30 April 2013)
Puskesmas Bahu Kota Manado. Kurniasih (2009). Hubungan tingkat
pengetahuan ibu dengan upaya
DAFTAR PUSTAKA perawatan terhadap balita dengan
Ahmadi (2007). Ilmu pendidikan. Jakarta: ISPA di puskesmas pangean
Rineka Cipta kabupaten kuantan singingi.
DinKes Sulut (2009). Profil Kesehatan Diunduh dari
Provinsi Sulawesi Utara 2008. http://lib.unri.ac.id/skripsi/index.ph p?
Diunduh dari p=show_detail&id=20820 (7 Juli 2013)
http://www.depkes.go.id/download Murhayati (2010). Hubungan antara
s/profil/prov_sulut_2008.pdf (28 tingkat pengetahuan dan sikap ibu
April 2013) dengan praktik cara perawatan
Efendi (2009). Keperawatan kesehatan balita yang menderita ISPA
komunitas teori dan praktik dalam nonpneumonia di wilayah kerja
keperawatan. Jakarta : Salemba puskesmas mojolaban I kabupaten
Medika sukoharjo. Diunduh dari

7
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

http://jurnal.stikeskusumahusada.ac .id/index.php/JK/article/download/
Simanjuntak (2007). Cara perawatan
74/76(14 Juli 2013)
balita dengan masalah ISPA.
Mairusnita (2007). Karakteristik penderita Diunduh dari
ispa pd balita yang berobat ke http://hakimsimanjuntak.blogspot.c
badan pelayanan kesehatan rumah ara-perawatan-balita-dengan-
sakit umum daerah (BPKRSUD) masalah.html (1 Mei 2013)
kota langsa tahun 2006. Diunduh Sukamawa, A.A.Anom., Sulistyorini, L.,
dari & Keman, K. (2006). Determinan
http://repository.usu.ac.id/bitstream sanitasi rumah dan sosial ekonomi
/123456789/14737/1/08E01512.pd keluarga terhadap kejadian ISPA
f (11 Mei 2013) pada anak balita serta manajemen
Putraprabu (2009). Infeksi saluran penanggulangannya di puskesmas.
pernapasan akut (ISPA). Diunduh Diunduh
dari darihttp://journal.lib.unair.ac.id/ind
http://putraprabu.wordpress.com/2 ex.php/JKL/article/download/734/7
009/01/04/infeksi-saluran- 34(27 April 2013)
pernafasan-akut-ispa/ (16 Mei Syahrani, Santoso, & Sayono. (2012).
2013) Pengaruh pendidikan kesehatan
Putraprabu (2009). Faktor-faktor resiko tentang penatalaksanaan ISPA
ISPA pada balita. Diunduh dari terhadap pengetahuan dan
http://putraprabu.wordpress.com/2 keterampilan ibu merawat balita
009/01/15/faktor-resiko-ispa-pada- ISPA dirumah. Diunduh
balita/ (15 Mei 2013) darihttp://ejournal.stikestelogorejo.
Riskesdas (2007). Laporan nasional ac.id/index.php/ilmukeperawatan/a
riskesdas 2007. Diunduh dari rticle/view/44/83 (27 April 2013)
http://www.k4health.org/sites/defa Triasih, Istiawan, & Riyadi (2007).
ult/files/laporanNasional%20Riske Pengaruh kunjungan rumah oleh
sdas%202007.pdf (30 Mei 2013) perawat terhadap tingkat
Saryono (2011). Metodologi penelitian kepatuhan pengobatan penderita
kesehatan, penuntun praktis bagi pneumonia pada balita di wilayah
pemula. Yogyakarta : Mitra kerja puskesmas 2 baturaden.
Cendikia Press. Diunduh dari
Sari (2012). Gambaran pengetahuan ibu http://jks.fkik.unsoed.ac.id/index.p
tentang perawatan pneumonia hp/jks/article/view/96 (7 Juli 2013)
ringan pada balita di rumah di WHO (2007). Pencegahan dan
desa sayang kecamatan jatinangor. pengendalian infeksi saluran
Diunduh dari pernapsan akut (ISPA) yang
http://www.google.com/webhp?sou Cenderung menjad epidemi dan
rce=search_app#sclient=psy- i
ab&q=gambaran+pengetahuan+ibu pendemidi fasilitas pelayanan
+tentang+perawatan+pneumonia+ kesehatan. Diunduh dari
Marini+pita+sari&oq=gambaran+p http://www.who.int/csr/resources/p
engetahuan+ibu+tentang+perawata ublications/WHO_CDS_EPR_200
n+pneumonia+Marini+pita+sari&g 7_8bahasa.pdf
s_l=hp(5 Juli 2013)
Setiadi (2007). Konsep dan penulisan riset
keperawatan.Yogyakarta: Graha
Ilmu

You might also like