Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
zaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah ditemuka batu pada
kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh
dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak
sama di berbagai belahan bumi. Di Negara-negara berkembang banyak dijumpai
pasien batu buli-buli sedangkan di Negara maju lebih banyak dijumpai penyakit
1
batu saluran kemih bagian atas, hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan
aktivitas pasien sehari-hari.
2
Untuk bulan Maret sampai dengan bulan September 2012 tercatat ada sebanyak
34 pasien yang dirawat dengan kasus batu buli. Jumlah Pasien ini diambil dari
data rekam medik yang ada di ruang administrasi cempaka. Dari data tersebut,
ditemukan penyakit batu buli tidak termasuk dalam kategori penyakit 10 besar
yang ada di ruang cempaka. Menghindari terjadinya komplikasi yang tidak di
harapkan, perlu hendaknya dilakukan penanganan yang baik. Diberikan dengan
memperhatikan aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Bagian Vesika urinaria terdiri dari :
Fundus, yaitu bagian yang menghadap kea rah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh
jaringan ikat ductus deferent, vesika seminalis dan prostat.
Korpus, yaitu bagian antara vertex dan fundus.
Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
5
masing-masing ostium ureter dan uretra. Otot ini melanjutkan diri ke dinding otot
dinding uretra setengah panjangnya. Otot ini ikut berperan dalam membuka
ostium uretra apabila sudut uretrovesikal berubah pada saat mulainya berkemih
dan otot-otot ini mengarahkan aliran urine ke dalam lumen uretra.
Suplai darah berasal dari rr. Vesikalis superior et inferior dari arteria iliaca
interna. Vena vesikalis membentuk suatu plexus yang mengalirkan darah menuju
ke vena iliaca interna. Aliran limfatik mengalir ke pembuluh darah vesika menuju
pembuluh darah iliaca kemudian menuju nodus limfatikus para aorticus .
Persarafan (inervasi)nberasal dari saraf simpatis dan parasimpatis dari plexus Lee-
Frankenhauser (plexus sacralis).
Kapasitas buli-buli :
(Umur (tahun) + 2) x 30
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk
merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflex kontraksi
6
dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spincter
internus, diikuti oleh relaksasi spincter eksternus, dan akhirnya terjadi
pengosongan kandung kemih.
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar
dan cranial dari system persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk
relaksasi lapisan otot dan kontraksi spincter interna.
2.2 Vesikolithiasis
2.2.1 Defenisi
Batu buli-buli disebut juga batu vesika, vesical calculi, vesikal stone,
bladder stone. Batu buli-buli atau vesikolithiasis adalah batu yang terbentuk dari
Kristal yang berasal dari material mineral dan protein yang terdapat pada urine
dan menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka
aliran yang mula-mula lancer secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai
dengan rasa nyeri.
Batu saluran kemih pada dasarnya dapat terbentuk pada setiap bagian
tetapi lebih banyak pada saluran penampung terakhir. Pada orang dewasa batu
saluran kemih banyak mengenai sistem bagian atas sedangkan pada anak-anak
sering pada sistem bagian bawah. Di Negara berkembang batu buli-buli terbanyak
7
ditemukan pada anak laki-laki pre pubertas. Komponen yang terbanyak penyususn
batu buli-buli adalah garam kalsium. Pada awalnya merupakan bentuk yang
sebesar biji paia tapi kemudian dapat berkembang menjadi ukuran yang lebih
besar. Kadang kala juga merupakan batu yang multiple.
2.2.2 Etiologi
Hiperkalsiuria
Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan Kristal dalam air
kemih, khusunya sitrat. Sitrat berikatan dengan kalsium di dalam urine
sehingga kalsium tidak lagi terikat dengan oksalat maupun fosfat,
karenanya merupakan penghambat terjadinya batu tersebut. Kalsium sitrat
mudah larut sehingga hancur dan dikeluarkan melalui urine. Hipositraturia
disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe 1 (lengkap atau tidak
lengkap), minum asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
8
Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih melebihi 850 mg/24 jam
yang dapat memacu pembentukan batu kalsium karena masukan diet
prurin yang berlebih.
Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh kelainan usus karena post operasi dan diet kaya oksalat
seperti : teh, kopi, soft drink, kokoa, arbei, sayuran berwarna hijau
terutama bayam.
Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena infeksi yang sebagian besar karena kuman
pemecah urea, sehingga urea menghasilkan suasana basa yang
mempermudah mengendapnya magnesium fosfat , amoium, karbonat.
Kuman tersebut diantaranya adalah proteus spp, klebsiella, enterobacter,
pseudomonas dan staphylococcus.
9
2.2.3 Faktor Predisposisi
a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih.
b. Usia dan jenis kelamin.
c. Kelainan morfologi.
d. Pernah mengalami infeksi saluran kemih.
e. Makanan yang dapat meningkaykan kalsium dan asam urat.
f. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
g. Masukan cairan kurang dibanding pengeluaran.
h. Profesi yang banyak duduk.
i. Geografi
j. Penggunaan obat antacid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu
lama.
2.2.4 Patofisiologi
Batu terdiri atas Kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
non organic yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada
dalam keadaan metastable ( tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-
keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi Kristal. Kristal-kristal
yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (Nukleasi/nidus) yang
kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga
menjadi Kristal yang lebih besar.
10
Meskipun ukuran cukup besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum
cukup mampu menghambat saluran kemih. Untuk itu agregat Kristal menempel
pada epitel saluran kemih ( membentuk tretensi Kristal), dan dari sini bahan-
bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup
besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastable di pengaruhi oleh pH
larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju
aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya corpus alienum di dalam saluran
kemih yang bertindak sebagai inti baru. Lebih dari 80% batu saluran kemih
terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan
fosfat membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Sedangkan sisanya
berasal dari batu asam urat, batu magnesium fosfat ( Batu sturvit/batu infeksi),
batu xantyn, batu sistein dan batu jenis lainnya.
Pada penderita yang berusi tua atau dewasa biasanya komposisi batu
merupakan batu asam urat lebih dari 50% dan batu paling banyak berlokasi di
vesika urinaria. Batu yang terdiri dari kalsium oksalat biasanya berasal dari ginjal.
Pada batu yang ditemukan pada anak umumnya ditemukan pada daerah endemik
dan terdiri dari asam ammonium material, kalsium oksalat dan campuran
keduanya. Hal itu disebabkan karena susu bayi yang berasal ibu yang banyak
mengandung zat-zat tersebut.
11
2.2.5 Manifestasi Klinis
Hematuria.
Sering ditemukan infeksi di saluran kemih.
Demam.
Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
Mual dan muntah.
Nyeri abdomen.
Disuria.
Menggigil.
12
Pasca bedah radikal di pelvis
Farmakologik
Kelainan neurologik.
Neuropati perifer.
Diabetes mellitus.
Alkoholisme farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan
parasimpatolitik)
3. Obstruksi fungsional :
Fibrosis.
6. Pembesaran Prostat.
2.2.7 Diagnosis
2. Laboratorium
13
a. Darah : ureum/kreatinin, elektrolit, ca, phospat anorganik, Alkali
phospat, asam urat, protein, Hb.
b. Urin : Rutin (Midstream urin)
pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting,
organism dapat berbentuk batu magnesium ammonium
phospat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu
asam urat.
Sedimen : sel darah meningkat (90%), ditemukan pada
penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah
putih akan meningkat.
Biakan urine : Untuk mengetahui adanya bakteri yang
berkontribusi dalam proses pembentukan batu saluran
kemih.
Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk
melihat apakah terjadi hiperekskresi.
3. Radiologis
a. Foto polos
Posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak. BNO tampak
opak (90%), lebih baik dilanjutkan dengan IVP untuk mengetahui ada atau
tidak kerusakan pada ginjal.
b. IVP
Dapat untuk melihat batu dilain tempat, anatomi saluran kencing bagian
atas. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pad
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan
antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.
c. PV (postvoid) : untuk mengetahui pengosongan kandung kemih.
d. USG : gambaran acoustic shadow.
3. Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kemih.
14
2.2.8 Penatalaksanaan
1. Pelarutan
Jenis batu yang dapat dilarutkan adalah dari jenis batu asam urat.
Batu ini hanya terjadi pada keadaan pH air kemih yang asam (pH 6,2)
sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai dengan makanan
alkalis, batu asam urat dapat diharapkan larut. Lebih baik bila dibantukan
dengan usaha menurunkan kadar asam urat air kemih dan darah dengan
bantuan alopurinol.
Batu sturvit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah
pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan pengasaman kemih dan
pemberian antiurease.
15
3. Vesikolithotomi
Suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu dari vesika
urinaria dengan membuka vesika urinaria dari anterior. Indikasi operasi
batu vesika urinaria yang berukuran 2,5 cm pada orang dewasa dan semua
ukuran pada anak-anak.
Teknik pembedahannya dengan melakukan insisi kulit dimulai dari
atas simfisis pubis sampai dibawah umbilicus. Vesika urinaria dibuka
secara median batu dikeluarkan. Kemudian vesika urinaria ditutup dengan
meninggalkan kateter uretra dari buli-buli.
2.2.9 Pencegahan
16
dari 1500 ml. Pada pasien dengan batu asam urat dapat digunakan
alkalinisasi urin sehingga pH dipertahankan dalam kisaran 6,5-7 mencegah
terjadinya hiperkalsemia yang akan menimbulkan hiperkalsiuria pasien
dianjurkan untuk mengecek pH urine dengan kertas nitrasin setiap pagi.
2.2.10 Prognosis
2.3 RA – SAB
2.3.1 DEFENISI
Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah
tindakan anestesi dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid
di daerah vertebra lumbalis yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang
sensoris mulai dari vertebra thorakal 4.
2.3.2 INDIKASI
Untuk pembedahan,daerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah
(daerah papila mamae kebawah ). Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama,
maksimal 2-3 jam.
17
A. KONTRA INDIKASI ABSOLUT
Infeksi pada tempat suntikan: Infeksi pada sekitar tempat suntikan
bisa menyebabkan penyebaran kuman ke dalam rongga subdural.
Hipovolemia berat karena dehidrasi, perdarahan, muntah ataupun
diare. : Karena pada anestesi spinal bisa memicu terjadinya
hipovolemia.
Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan.
Tekanan intrakranial meningkat: dengan memasukkan obat kedalam
rongga subaraknoid, maka bisa makin menambah tinggi tekanan
intracranial, dan bisa menimbulkan komplikasi neurologis
Fasilitas resusitasi dan obat-obatan yang minim: pada anestesi spinal
bisa terjadi komplikasi seperti blok total, reaksi alergi dan lain-lain,
maka harus dipersiapkan fasilitas dan obat emergensi lainnya
Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi: Hal ini dapat
menyebabkan kesalahan seperti misalnya cedera pada medulla
spinalis, keterampilan dokter anestesi sangat penting.
Pasien menolak.
18
Kelainan psikis
Bedah lama : Masa kerja obat anestesi local adalah kurang lebih
90-120 menit, bisa ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi
bisa bertahan hingga 150 menit.
Penyakit jantung : perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea
rah jantung akibat efek obat anestesi local.
Hipovolemia ringan : sesuai prinsip obat anestesi, memantau
terjadinya hipovolemia bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan
atau cairan
Nyeri punggung kronik : kemungkinan pasien akan sulit saat
diposisikan. Hal ini berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila
dilakukan berulang-ulang, dapat membuat pasien tidak nyaman
19
sakral dan koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang
sakum dan koksigeus.
20
Memperhatikan susunan anatomis dari vertebra, ada beberapa landmark
yang lazim digunakan untuk memperkirakan lokasi penting pada vertebra,
diantaranya adalah :
1. Vertebra C7 : Merupakan vertebra servikal dengan penonjolan yang
paling terlihat di daerah leher.
2. Papila Mamae : Lokasi ini kurang lebih berada di sekitar vertebra
torakal 3-4
3. Epigastrium : Lokasi ini kurang lebih berada di sekitar vertebra torakal
5-6
4. Umbilikus : Lokasi ini berada setinggi vertebra torakal 10
5. Krista Iliaka : Lokasi ini berada setinggi kurang lebih vertebra
lumbalis 4-5
21
Berikut adalah susunan anatomis pada bagian yang akan dilakukan
anestesi spinal.
a. Kutis
b. Subkutis
Ketebalannya berbeda-beda, akan lebih mudah mereba ruang
intervertebralis pada pasien yang memiliki lapisan subkutis yang tipis.
c. Ligamentum Supraspinosum
Ligamen yang menghubungkan ujung procesus spinosus.
d. Ligamentum interspinosum
e. Ligamentum flavum
Ligamentum flavum cukup tebal, sampai sekitar 1 cm. Sebagian besar
terdiri dari jaringan elastis. Ligamen ini berjalan vertikal dari lamina ke
lamina. Ketika jarum berada dalam ligamen ini, akan terasa sensasi
mencengkeram dan berbeda. Sering kali bisa kita rasakan saat melewati
ligamentum dan masuk keruang epidural.
f. Epidural
Ruang epidural berisi pembuluh darah dan lemak. Jika darah yang
keluardari jarum spinal bukan CSF, kemungkinan vena epidural telah
tertusuk. Jarum spinal harus maju sedikit lebih jauh.
g. Duramater
Sensasi yang sama mungkin akan kita rasakan saat menembus duramater
seperti saat menembus epidural.
h. Subarachnoid
merupakan tempat kita akan menyuntikkan obat anestesi spinal.
Padaruangan ini akan dijumpai likuor sereberospinalis (LCS) pada
penusukan.
22
Pembuluh darah pada daerah tusukan juga perlu diperhatikan, terdapat
arteri dan vena yang lokasinya berada di sekitar tempat tusukan.Terdapat arteri
Spinalis posterior yang memperdarahi 1/3 bagian posterior medulla.Arteri spinalis
anterior memperdarahi 2/3 bagian anterior medulla.Terdapat juga adreti
radikularis yang memperdarahi medulla, berjalan di foramen intervertebralis
memperdarahi radiks.Sistem vena yang terdapat di medulla ada 2 yaitu vena
medularis anterior dan posterior.
23
2.3.5 PERSIAPAN ANESTESI
Persiapan yang diperlukan untuk melakukan anestesi spinal lebih
sederhana dibanding melakukan anestesi umum, namun selama operasi wajib
diperhatikan karena terkadang jika operator menghadapi penyulit dalam operasi
dan operasi menjadi lama, maka sewaktu-waktu prosedur secara darurat dapat
diubah menjadi anestesi umum.
Persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan anestesi spinal adalah ;
Informed consent : Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini
(informed consent) meliputi tindakan anestesi, kemungkinan yang akan
terjadi selama operasi tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit
tempat penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti
infeksi. Perhatikan juga adanya gangguan anatomis seperti scoliosis atau
kifosis,atau pasien terlalu gemuk sehingga tonjolan processus spinosus
tidak teraba.
Pemeriksaan laboratorium anjuran: Pemeriksaan laboratorium yang
perlu dilakukan adalah penilaian hematokrit, Hb , masa protrombin (PT)
24
dan masa tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat
gangguan pembekuan darah.
25
dikenakan pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Paralisis pada sel saraf akibat
anestesi local bersifat reversible.
Obat anestesi local yang ideal sebaiknya tidak bersifat iritan terhadap
jaringan saraf.Batas keamanan harus lebar, dan onset dari obat harus sesingkat
mungkin dan masa kerja harus cukup lama. Zat anestesi local ini juga harus larut
dalam air.
Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local yaitu golongan amid
dan golongan ester. Keduanya hampir memiliki cara kerja yang sama namun
hanya berbeda pada struktur ikatan kimianya. Mekanisme kerja anestesi local ini
adalah menghambat pembentukan atau penghantaran impuls saraf. Tempat utama
kerja obat anestesi local adalah di membrane sel. Kerjanya adalah mengubah
permeabilitas membrane pada kanal Na+ sehingga tidak terbentuk potensial aksi
yang nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri.
26
Bupivakaine 0.5% dalam dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik, dosis 5-15 mg(1-3 ml).
27
Dalam penggunaan obat anestesi local, dapat ditambahkan dengan zat lain
atau adjuvant. Zat tersebut mempengaruhi kerja dari obat anestesi local khususnya
pada anestesi spinal. Tambahan yang sering dipakai adalah :
28
2.3.7 TEHNIK ANESTESI SPINAL
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis
tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas
meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi
pasien.
29
kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer),
yaitu jarum suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc. Jarum akan
menembus kutis, subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum
interspinosum, ligamentum flavum, epidural, duramater, subarachnoid.
Setelah mandrin jarum spinal dicabut, cairan serebrospinal akan menetes
keluar. Selanjutnya disuntikkan obat analgesik ke dalam ruang arachnoid
tersebut.
30
Teknik penusukan bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu median
dan paramedian.Pada teknik medial, penusukan dilakukan tepat di garis tengah
dari sumbu tulang belakang. Pada tusukan paramedial, tusukan dilakukan 1,5cm
lateral dari garis tengah dan dilakukan tusukan sedikit dimiringkan ke kaudal.
31
Setelah melakukan penusukan, tindakan berikutnya adalah melakukan
monitoring. Tinggi anestesi dapat dinilai dengan memberikan rangsang pada
dermatom di kulit.Penilaian berikutnya yang sangat bermakna adalah fungsi
motoric pasien dimana pasien merasa kakinya tidak bisa digerakkan, kaki terasa
hangat, kesemutan, dan tidak terasa saat diberikan rangsang.Hal yang perlu
diperhatikan lagi adalah pernapasan, tekanan darah dan denyut nadi.Tekanandarah
bisa turun drastis akibat spinal anestesi, terutama terjadi pada orang tua yang
belumdiberikan loading cairan. Hal itu dapat kita sadari dengan melihat monitor
dan keadaan umumpasien. Tekanan darah pasien akan turun, kulit menjadi pucat,
pusing,mual, berkeringat.
32
Barbotase: penyuntikan dan aspirasi berulang-ulang meninggikan batas
daerah analgetik.
Kecepatan: penyuntikan yang cepat menghasilkan batas analgesia yang
tinggi. Kecepatan penyuntikan yang dianjurkan: 3 detik untuk 1 ml
larutan.
Maneuver valsava: mengejan meninggikan tekanan liquor serebrospinal
dengan akibat batas analgesia bertambah tinggi.
Tempat pungsi: pengaruhnya besar pada L4-5 obat hiperbarik cenderung
berkumpul ke kaudal (saddle blok) pungsi L2-3 atau L3-4 obat cenderung
menyebar ke cranial.
Berat jenis larutan: hiperbarik, isobarik atau hipobarik
Tekanan abdominal yang meningkat: dengan dosis yang sama didapat
batas analgesia yang lebih tinggi.
Tinggi pasien: makin tinggi makin panjang kolumna vertebralis makin
besar dosis yang diperlukan.(BB tidak berpengaruh terhadap dosis obat)
Waktu: setelah 15 menit dari saat penyuntikan, umumnya larutan analgetik
sudah menetap sehingga batas analgesia tidak dapat lagi diubah dengan
posisi pasien.
A. KARDIOVASKULAR
Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40%. Hipotensi
terjadi karena vasodilatasi, akibat blok simpatis, yang menyebabkan terjadi
penurunan tekanan arteriola sistemik dan vena, makin tinggi blok makin berat
hipotensi. Cardiac output akan berkurang akibat dari penurunan venous return.
Hipotensi yang signifikan harus diobati dengan pemberian cairan intravena yang
sesuai dan penggunaan obat vasoaktif seperti efedrin atau fenilefedrin.Cardiac
33
arrest pernah dilaporkan pada pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi
spinal.Henti jantung bisa terjadi tiba-tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang
berat walaupun hemodinamik pasien dalam keadaan yang stabil. Pada kasus
seperti ini,hipotensi atau hipoksia bukanlah penyebab utama dari cardiac arrest
tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek bradikardi dan asistol yang
disebut reflek Bezold-Jarisch. Pencegahan hipotensi dilakukan dengan
memberikan infuse cairan kristaloid (NaCl, Ringerlaktat) secara cepat sebanyak
10-15ml/kgbb dalam 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia spinal. Bila
dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati dengan
vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19 mg diulang setiap 3-4 menit
sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki. Bradikardia dapat terjadi
karena aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatis,dapat diatasi dengan
sulfas atropine 1/8-1/4mg IV.
34
yang lebih serius, termasuk pemberian cairan, vasopressor, dan pemberian oksigen
bertekanan positif.Setelah tingkat anestesi spinal berkurang, pasien akan kembali
ke kedaaan normal seperti sebelum operasi. Namun, tidak ada sequel yang
permanen yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang
cepat dan tepat.
C. SISTEM RESPIRASI
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari system respirasi saat melakukan
anestesi spinal adalah :
Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi, bila fungsi
paru-paru normal.
Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal
tinggi.
Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena
hipotensi berat dan iskemia medulla.
Kesulitan bicara,batuk kering yang persisten,sesak nafas,merupakan tanda-
tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan
pernafasan buatan.[2]
D. KOMPLIKASI GASTOINTESTINAL
Nausea dan muntah karena hipotensi, hipoksia, tonus parasimpatis
berlebihan, pemakaian obat narkotik, reflek karena traksi pada traktus
gastrointestinal serta komplikasi delayed, pusing kepala pasca pungsi lumbal
merupakan nyeri kepala dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi
dari tidur ke posisi tegak. Mulai terasa pada 24 – 48 jam pasca pungsi lumbal,
dengan kekerapan yang bervariasi. Pada orang tua lebih jarang dan pada
kehamilan meningkat. Untuk menangani komplikasi ini dapat diberikan obat
tambahan yaitu Ondansetron atau diberikan Ranitidine.
35
E. NYERI KEPALA (PUNCTURE HEADACHE)
Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri kepala.
Nyeri kepala ini bisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural pada
anestesi epidural. Insiden terjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti
ukuran jarum yang digunakan. Semakin besar ukuran jarum semakin besar resiko
untuk terjadi nyeri kepala. Selain itu, insidensi terjadi nyeri kepala juga adalah
tinggi pada wanita muda dan pasien yang dehidrasi. Nyeri kepala post suntikan
biasanya muncul dalam 6 – 48 jam selepas suntikan anestesi spinal. Nyeri kepala
yang berdenyut biasanya muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital,
dan sering disertai dengan tanda diplopia, mual, dan muntah. Tanda yang paling
signifikan nyeri kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien
dipindahkan atau berubah posisi dari tiduran/supinasi ke posisi duduk, dan akan
berkurang atau hilang total bila pasien tiduran. Terapi konservatif dalam waktu
24 –48 jam harus dicoba terlebih dahulu seperti tirah baring, rehidrasi (secara
cairan oral atau intravena), analgesic, dan suport yang kencang pada abdomen.
Tekanan pada vena cava akan menyebabkan terjadi perbendungan dari plexus
vena pelvik dan epidural, seterusnya menghentikan kebocoran dari cairan
serebrospinal dengan meningkatkan tekanan extradural. Jika terapi konservatif
tidak efektif, terapi yang aktif seperti suntikan salin ke dalam epidural untuk
menghentikan kebocoran.
F. NYERI PUNGGUNG
Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari
tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur
ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous. Nyeri punggung akibat
dari trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan akan menghilang
dalam beberapa waktu yang singkat saja.
36
G. TRAKTUS URINARIUS
Disfungsi kandung kemih dapat terjadi selepas anestesi umum maupun
regional. Fungsi kandung kencing merupakan bagian yang fungsinya kembali
paling akhir pada analgesia spinal, umumnya berlangsung selama 24 jam.
37
BAB 3
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama : Abdul Hakim
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bersma Gg. Sepakat
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
No RM : 23 63 63
Tgl Masuk : 29 September 2015
Dirawat ruang : Jabal rahma
Diagnosis prabedah : Vesikolithiasis
Jenis pembedahan : Vesikolithotomi
Jenis Anasthesi : RA-SAB
2. ANAMNESA
Keluhan Utama : Kencing berdarah.
Telaah : Os datang ke RS Haji Medan dengan keluhan kencing
berdarah. Hal dialami os 1 bulan ini. Awalnya sebelum kencing berdarh os
selalu mersa BAK tak puas, saat kencing berasa perih, kencing seperti
terputus-putus, Os mengaku selama 5 tahun terakhir ini memiliki kebiasaan
jarang minum dan sering menahan kencing.
RPT : (-)
RPO : (-)
RPK : (-)
3.PEMERIKSAAN FISIK
38
Status Present
Keadaan Umum : Tampak Sakit
Vital Sign
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 38,00C
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 53 kg
Pemeriksaan Umum
Kepala
Bentuk :Normocepali, tidak teraba benjolan atau luka.
Wajah : Simetris, tidak oedem.
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, Reflex
cahaya (+/+), Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, Gerak bola mata
terkonjugasi ke segala arah.
Telinga : Bentuk normal, tidak ada deformitas, nyeri tekan (-).
Hidung : Hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Mulut : Bibir merah muda, tidak ada sianosis
Leher
Pembesaran KGB : (-)
Tyroid : (+) normal
Bentuk : normal, simetris
Thorax
Paru
Inspeksi : Pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan torako
abdominal, retraksi costae -/-
39
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler seluruh lapang paru
Jantung
Inspeksi : Ictus tidak terlihat
Palpasi : Ictus teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : Soepel , terdapat nyeri tekan pada area suprapubis
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Ekstremitas : edema -/-
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Darah Rutin
Hasil Nilai Rujukan
Hb 12.1 g/Dl 12-16 g/dL
Ht 35.8 % 36-47 %
Eritrosit 4.4 x 106/µL 3.9-5.6 x 106/µL
Leukosit 19.600 /µL 4000-11000 /µL
Trombosit 226.000 / µL 150.000-450.000 /µL
40
GB : Besar dan bentuk normal, tak tampak batu dan kelainan lainnya.
Blass : Tampak batu berukuran sekitar 4,4 x 2,7 disertai dinding menebal
irregular.
Kesan : Vesicholitiasis disertai Cystitis.
RENCANA TINDAKAN
Tindakan : Vesicolithotomy
Anesthesi : RA-SAB
PS-ASA :2
Posisi : Supinasi
Pernapasan : Spontan
KEADAAN PRA BEDAH
Pre operatif
B1 (Breath)
Airway : Clear
RR : 20x/menit
SP : Vesikulear ka=ki
ST :Ronchi(-),Wheezing (-/-), snoring/gargling/crowing
(-/-/-)
B2 (Blood)
Akral : Hangat/Merah/Kering
TD : 120/80 mmHg
HR : 90x/menit
B3 (Brain)
Sensorium : Compos Mentis
Pupil : Isokor, ka=ki 3mm/3mm
RC : (+)/(+)
B4 (Bladder)
Urine out put : (+) 500 cc , warna kemerahan
41
Kateter : (+)
B5 (Bowel)
Abdomen : Soepel
Peristaltik : Normal (+)
Mual/Muntah : (-)/(-)
B6 (Bone)
Oedem : (-)
Perdarahan
Kasa Basah : 10 x 10 = 100 cc
Kasa 1/2 basah : 5 x 5 = 25 cc
Suction : 100 cc
Jumlah : 225 cc
EBV : (65) x 55 = 65 x 55 kg = 3850
EBL 10 % = 385
20 % = 770
30 % = 1155
Durasi Operatif
Lama Anestesi = 10.40 – 12.35 WIB
Lama Operasi = 10.47 – 12.30 WIB
42
Teknik Anestesi : RA-SAB
Posisi duduk (SITTING) - Identifikasi L3-L4 → Desinfeksi betadine +
alcohol → Insersi spinocan 25G + CSF (+), darah (-), injeksi
bupivacain+fentanyl → barbotase (+) → posisi supine → atur blok
setinggi T4.
POST OPERASI
Operasi berakhir pukul : 12.30 WIB
Setelah operasi selesai pasien di observasi di Recovery Room. Tekanan
darah, nadi dan pernapasan dipantau hingga kembali normal.
Pasien boleh pindah ke ruangan bila Alderette score > 8
Pergerakan :2
Pernapasan :2
Warna kulit :2
Tekanan darah :2
Kesadaran :2
Dalam hal ini, pasien memiliki score 10 sehingga bisa di pindahkan ke ruang
rawat.
43
Istirahat sampai pengaruh obat anestesi hilang
IVFD RL 30gtt/menit
Minum sedikit-sedikit bila tidak mual muntah
Inj. Ketorolac 30mg/8 jam IV
Inj. Ranitidine 50mg/8 jam IV
Inj. Ondansetron 4mg/12 jam IV bila mual/muntah
BAB 4
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Vesikolithiasis atau batu buli-buli adalah batu yang terbentuk dari Kristal
yang berasal dari material mineral dan protein yang terdapat pada urine dan
menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran
yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan
rasa nyeri.
Salah satu penatalaksanaan dari vesikolithiasis adalah dengan melakukan
tindakan vesikolithotomi, yaitu uatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan
batu dari vesika urinaria dengan membuka vesika urinaria dari anterior. Teknik
pembedahannya dengan melakukan insisi kulit dimulai dari atas simfisis pubis
sampai dibawah umbilicus. Vesika urinaria dibuka secara median batu
dikeluarkan. Untuk melakukan tindakan vesikolitotomi ini biasanya digunakan
jenis anestesi blok subaraknoid (RA SAB).
Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah
tindakan anestesi dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid
di daerah vertebra lumbalis yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang
sensoris mulai dari vertebra thorakal 4. Indikasi anestesi jenis ini adalah untuk
pembedahan daerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah papila
44
mamae kebawah ). Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama, maksimal 2-3
jam. Indikasi ini sesuai dengan tindakan pembedahan vesikolitotomi.
DAFTAR PUSTAKA
45