You are on page 1of 26

KEANEKARAGAMAN SERANGGA MAKROFAUNA TANAH PADA TANAMAN

CABAI (Capsicum annuum L.) DENGAN PENGGUNAAN MULSA ORGANIK DAN


ANORGANIK

USULAN PENELITIAN

OLEH:

DWI PUTRI RINDANI RUMAHORBO


150301219
HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KEANEKARAGAMAN SERANGGA MAKROFAUNA TANAH PADA TANAMAN
CABAI (Capsicum annuum L.) DENGAN PENGGUNAAN MULSA ORGANIK DAN
ANORGANIK

USULAN PENELITIAN

OLEH:

DWI PUTRI RINDANI RUMAHORBO


150301219
HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

Usulan Penelitian sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Melakukan Penelitian di Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Judul Penelitian : Keanekaragaman Serangga Makrofauna Tanah Pada Tanaman
Cabai (Capsicum annum L.) dengan Penggunaan Mulsa Organik
dan Anorganik.
Nama : Dwi Putri Rindani Rumahorbo
NIM : 150301219
Program Studi : Agroteknologi
Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

( Dr. Ir. Marheni, MP ) (Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS)


Ketua Anggota

Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroteknologi

(Dr.Ir.Sarifuddin.MP.)
NIP. 19650903 199303 1 014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian

ini.Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Keanekaragaman Serangga

Makrofauna Tanah Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L. ) dengan

Penggunaan Mulsa Organik dan Anorganik” yang merupakan sebagai salah satu

syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis yang telah berjuang dalam membimbing dan mengajarkan

penulis sampai saat ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : Dr. Ir. Marheni, MP.,

selaku dosen ketua komisi pembimbing dan, Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku

dosen anggota komisi pembimbing yang telah banyak membatu penulis dalam

memberikan saran dan arahan yang membangun dalam kesempurnaan usulan

penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih banyak mengalami

kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan usulan penelitian ini. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 4
Tujuan Penelitian........................................................................................ 6
Hipotesis Penelitian .................................................................................... 6
Kegunaan Penelitian ................................................................................... 7

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Cabai ............................................................................................... 7
Syarat tumbuh ............................................................................................ 8
Iklim ................................................................................................ 8
Tanah ............................................................................................... 9
Mulsa organik ............................................................................................. 9
Mulsa anorganik ........................................................................................ 11
Serangga Makrofauna ................................................................................ 12

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 13
Bahan dan Alat .......................................................................................... 13
Metode Penelitian ...................................................................................... 13

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Alat dan Bahan ......................................................................... 14
Pembiakan Bakteri .................................................................................... 14
Aplikasi Bakteri ke Tandan Kosong Kelapa Sawit ................................... 15
Aplikasi Mulsa organik dan anorganik pada tanaman Cabai ................... 15
Persiapan Lahan ........................................................................................ 15
Persiapan Bahan Tanam ............................................................................ 15
Pembuatan Guludan ................................................................................. 15
Penanaman................................................................................................ 15
Desain Penelitian ....................................................................................... 15
Pemeliharaan ............................................................................................. 16
Penyiraman .................................................................................... 16
Penyulaman ................................................................................... 16
Penyiangan ................................................................................... 16
Panen ......................................................................................................... 16
Parameter Pengamatan .............................................................................. 16
Jenis Serangga Dekomposer .......................................................... 17
Jumlah Individu Serangga ............................................................ 17
Produksi tanaman cabai ....................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

LAMPIRAN
4

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak

dikembangkan di Indonesia karena cabai merupakan hasil pertanian hortikultura

yang sudah menjadi bagian dari budaya makanan masyarakat Indonesia. Selain itu

cabai juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan karena kandungan di

dalamnya (Supriyanti, 2013).

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sayuran dan buah-

buahan semusim. Tahun 2017, lima komoditas sayuran semusim dengan produksi

terbesar secara berurutan adalah bawang merah, kubis, cabai besar, kentang, dan

cabai rawit. Produksi bawang merah, cabai besar, dan cabai rawit pada tahun 2017

mengalami peningkatan karena kenaikan luas panen dibandingkan tahun 2016.

Sejak tahun 2011 hingga 2017, pola produksi cabai besar terus meningkat.

Kecuali pada tahun 2015 produksi cabai besar mengalami penurunan sebesar 2,59

persen dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2017 terjadi kenaikan produksi cabai

besar yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2016, dengan pertumbuhan

sebesar 15,37 persen.

Dalam upaya untuk meningkatkan produksi tanaman cabai merah

diperlukan adanya teknik budidaya yang baik, salah satunya adalah dengan

penggunaan mulsa. Mulsa adalah bahan penutup tanah disekitar tanaman untuk

menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan untuk pertumbuhan,

perkembangan dan peningkatan hasil tanaman. Secara umum terdapat dua macam

jenis mulsa yaitu mulsa anorganik dan mulsa organik. Mulsa organik dapat berupa

limbah hasil panen seperti seresah daun, batang tanaman, jerami padi, dan lain
5

sebagainya. Mulsa anorganik berasal dari bahan sintesis, contoh mulsa anorganik

adalah mulsa plastik. Pengaruh aplikasi mulsa ditentukan oleh jenis bahan mulsa

itu sendiri (Aditya et al, 2013).

Tandan kosong kelapa sawit merupakan salah satu jenis mulsa organik.

Tandan kosong mempunyai kadar C/N yang tinggi yaitu 45-55. Hal ini dapat

menurunkan ketersediaan N pada tanah karena N terimobilisasi dalam proses

perombakan bahan organik oleh mikroba tanah. Usaha menurunkan kadar C/N

dapat dilakukan dengan proses pengomposan sampai kadar C/N mendekati kadar

C/N tanah. Proses pengomposan tersebut menghasilkan bahan organik bermutu

tinggi dengan kadar C/N sekitar 15. Selain kandungan hara relative tinggi seperti

N, P, dan K kompos TKS memiliki nilai pH yang tinggi (mencapai pH 8)

sehingga berpotensi sebagai bahan pembenah kemasaman tanah

(Tambunan et al, 2013).

Gambar 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit di Lapangan.


Sumber : Foto Pribadi

Mulsa plastik yang berwarna perak merupakan salah satu komponen yang

dapat digunakan untuk pengendalian penyakit pada tanaman cabai melalui


6

pengendalian vektor, mengendalikan beberapa patogen yang ditularkan melalui

tanah dan rumput rumputan, meningkatkan kualitas dan hasil panen, serta

direkomendasikan sebagai salah satu komponen dalam pengelolaan hama terpadu

(Utama, 2015).

Mengingat pentingnya peranan serangga dalam menjaga keseimbangan

ekosistem, yaitu sebagai perombak dan penyubur tanah, serta masih relatif

terbatasnya informasi mengenai keberadaannya, maka serangga tanah perlu

dieksplorasi. Serangga tanah ternyata memiliki keanekaragaman yang tinggi,

termasuk di daerah pertanian (Usman, 2017).

Keanekaragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan

tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya. Untuk

memperoleh keragaman jenis ini cukup diperlukan kemampuan mengenal dan

membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasikan jenis hama

(Siregar et al., 2014).

Serangga tanah berperan dalam proses perombakkan atau dekomposisi

material organik tanah sehingga membantu dalam menentukan siklus material

tanah sehingga proses perombakan di dalam tanah akan berjalan lebih cepat

dengan adanya bantuan serangga permukaan tanah. Kehidupan serangga tanah

dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan antara lain faktor mikro dan faktor

makro lingkungan permukaan tanah. Faktor mikro yang mempengaruhi kehidupan

serangga tanah adalah ketebalan serasah, kandungan bahan organik, pH,

kesuburan, jenis tanah, kepadatan tanah, dan kelembaban tanah, Sedangkan faktor

makro adalah geologi, iklim, ketinggian tempat, jenis tumbuhan, dan penggunaan

lahan (Ma’arif, 2013).


7

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui Keanekaragaman Serangga makro fauna tanah pada

tanaman Cabai (Capsicum annum L. ) dengan penggunaan mulsa organik dan

anorganik.

Hipotesis Penelitian

Adanya Serangga Makrofauna tanahr pada Tanaman Cabai (Capsicum

annum L. ) dengan Penggunaan Mulsa Organik dan Anorganik.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertaniaan, Universitas Sumatera Utara dan sebagai

informasi bagi pihak yang membutuhkan.


8

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Cabai (Capsicum annuum L.)

Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran yang

tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu dari suku (famili), terong-terongan

(Solanaceae). Secara umum tanaman cabai dapat dikelompokkan atau

diklasifikasikan menurut Tarigan dan Wiryanta (2007) sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Tubiflorae

Keluarga : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L.

Akar tanaman cabai menyebar, tetapi dangkal. Cabang dan rambut akar

banyak terdapat di permukaan tanah, semakin ke dalam akar tersebut semakin


9

berkurang. Ujung akar tanaman cabai hanya dapat menembus tanah sedalam 3040

cm (Tjahjadi, 1993).

Batang cabai dibedakan menjadi dua macam yaitu batang utama dan

batang sekunder. Batang utama berwarna coklat hijau, berkayu panjang antara 20-

28 cm dan diameter batang sekitar 1,5–3,0 cm, Percabangan bersifat dikotomi

atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan. Antara

batang utama dengan cabang membentuk 1350 sehingga menyerupai huruf “Y”.

Daun cabai ditopang oleh tangki daun dan memiliki tulang daun menyirip. Daun

cabai umumnya berbentuk bulat telur, lonjong dan oval dengan ujung meruncing,

tergantung dan jenis dan varietasnya (Tarigan dan Wiryanta, 2007).

Bunganya terbentuk pada ujung ranting. Pada tangkai bunga biasanya

terbentuk ranting yang ujungnya juga terbentuk bunga lain dan seterusnya

demikian. Bunga seakan-akan terbentuk pada ketiak daun. Pada umumnya bunga

hanya satu, menggantung, kadang-kadang juga ada yang berdiri, warna mahkota

bunga putih, berbentuk seperti bintang bersudut 5-6. Benang sari 5-6 buah, kepala

benang sari berwarna kebiruan bentuknya memanjang. Putik berwarna putih atau

ungu dan berkepala (Pracaya. 2003).

Buah cabai memanjang dengan ukuran 1-30 cm. Cabai merah keriting

panjang 5-25 cm. cabai merah besar panjangnya 10-38 cm, buah cabai muda

berwarna hijau tua, setelah masak berwarna merah kecoklatan hingga merah tua

menyala. Bentuk buah bervariasi mulai dari yang panjang lurus, mata kail (lurus

dengan ujung agak melengkung), sampai melintir (Redaksi Agromedia, 2010).

Syarat Tumbuh

Iklim
10

Suhu rata-rata yang baik untuk pertumbuhan cabai adalah 18 - 28°C,

meskipun demikian suhu yang benar-benar optimal adalah 21 – 28°C, khusus

cabai besar, suhu rata-rata yang optimal antara 21 - 25°C, untuk fase pembungaan

dibutuhkan suhu udara antara 18,3 – 26,7°C. Curah hujan yang tinggi pada saat

tanaman cabai sedang berbunga dapat mengakibatkan rontoknya bunga sehingga

buah pun berkurang. Meskipun tidak menyukai curah hujan yang tinggi, tanaman

cabai akan tumbuh dengan baik di daerah dengan kelembapan udara yang tinggi

(Widodo, 2006).

Tanah

Derajat keasaman tanahnya (pH tanah) antara 6,0-7,0, tetapi akan lebih

baik kalau pH tanahnya 6,5. Tanah harus berstruktur remah atau gembur.

Walaupun demikian, cabai masih dapat ditanam di tanah lempung, tanah agak liat,

tanah merah, maupun tanah hitam. Tanah yang demikian memang harus diolah

terlebih dahulu sebelum ditanami. Jenis tanah yang baik untuk bertanam cabai

adalah tanah yang mengandung pasir, keadaan tanah subur, gembur dan banyak

mengandung bahan organik (Setiadi, 1995).

Mulsa Organik

Ketebalan lapisan mulsa organik yang dianjurkan adalah antara 5-10 cm.

Mulsa organik lebih disukai terutama pada sistem pertanian organik. Pemberian

mulsa organik seperti jerami akan memberikan suatu lingkungan pertumbuhan

yang baik bagi tanaman karena dapat mengurangi evaporasi, mencegah

penyinaran langsung sinar matahari yang berlebihan terhadap tanah serta

kelembaban tanah dapat terjaga, sehingga tanaman dapat menyerap air dan unsur

hara dengan baik (Marliah et al, 2011).


11

Kompos tandan kosong sawit plus (TKS plus) adalah kompos yang berasal

dari bahan organik (bahan bakunya) berupa tandan kosong kelapa sawit yang

telah diberi mikroorganisme selulolitik (MOS). Mikroorganisme selulolitik adalah

mikroorganisme yang mampu menghidrolisis selulosa yang dapat berupa fungi,

bakteri, aktinomisetes maupun protozoa (Rao, 1982). Salah satu alternatif untuk

mengelola tandan kosong kelapa sawit yaitu melakukan pengomposan, karena

disamping dapat mengurangi volume limbah, pengomposan juga dapat

meningkatkan nilai nutrisi dari tandan kosong kelapa sawit (Gusmawartati, 2008).

Keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium yang tinggi,

tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di

dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu

kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1)

memperbaiki struktur tanah yang padat menjadi lebih longgar; (2) membantu

kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3)

bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman; (4)

merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah

dan (5) dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Kesumaningwati, 2015).

Dalam pembuatan kompos dengan memanfaatkan tandan kosong kelapa

sawit diperlukan waktu yang lama kurang lebih 9 bulan dikarenakan kandungan

penyusun tandan kosong kelapa sawit ini sukar untuk terdekomposisi. Kandungan

penyusunnya yaitu 45,9% Selulosa, 46,5% hemiselulosa, dan 22,8% lignin. Oleh

karena itu dibutuhkan perlakuan khusus dari mikroorganisme untuk membantu

pengomposannya (Susilawati, 2007).

Mulsa Anorganik
12

Mulsa plastik hitam perak membuat suhu tanah tetap hangat, sehingga

pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran menjadi lebih optimal dan

proses penguraian unsur hara oleh mikroorganisme juga menjadi lebih baik.

Keadaan tersebut mendorong tanaman membentuk sistem perakaran yang lebih

baik, sehingga mampu menyerap unsur hara dan air dengan lebih optimal maka

tanaman mampu melangsungkan proses fotosintesis secara optimal. Selanjutnya

sebagian hasil fotosintesis digunakan untuk pembentukan daun (Mahmudi, 2017).

Peningkatkan hasil juga diduga berkaitan dengan kemampuan mulsa

plastik hitam perak dalam mengurangi populasi aphid pada dedaunan tanaman

cabai (Fahrurrozi, 1995).Pengurangan berkaitan fakta bahwa hampir 33 persen

permukaan mulsa plastik perak memantulkan cahaya near ultra violet (Fahrurrozi

dan Stewart, 1994), gelombang cahaya yang disukai oleh kebanyakan serangga

(Kring, 1974). Serangga lain yang juga populasinya berkurang di pertanaman

yang menggunakan mulsa plastik perak adalah thrips (Vos et al., 1991 ;Soetiarso,

dkk, 2006).

Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sayuran

terutama ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang

menerpa permukaan plastik yang digunakan. Efektifitas penggunaan mulsa plastik

di daerah tropis juga diperoleh dari kemampuan fisik mulsa plastik melindungi

tanah dari terpaan langsung butir hujan, menggemburkan tanah-tanah di

bawahnya, mencegah pencucian hara, mencegah percikan butir tanah ke tanaman,

mencegah penguapan air tanah, dan memperlambat pelepasan karbon dioksida

tanah hasil respirasi aktivitas mikroorganisme (Fahrurrozi, 2009).

Serangga Makrofauna Tanah


13

Secara umum tanah bagi serangga tanah berfungsi sebagai tempat hidup,

tempat pertahanan, dan seringkali makanan (Borror et al, 1997). Sedangkan

peranan terpenting dari serangga tanah dalam ekosistem adalah sebagai perombak

bahan organik yang tersedia bagi tumbuhan hijau. Keanekaragaman serangga

tanah di setiap tempat berbeda – beda, sebagaimana disebutkan oleh

Resosoedarmo, et al. ( 1985), keanekaragaman rendah terdapat pada komunitas

dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin, dan

pegunungan tinggi. Sedangkan keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan

komunitas lingkungan optimum, misalnya daerah subur (Sari, 2014).

Makrofauna tanah berperan penting dalam meningkatkan kadar bahan

organik tanah, umumnya kelimpahan makrofauna disebabkan oleh beberapa

faktor, di antaranya tanaman penutup. Keberadaan fauna tanah sangat dipengaruhi

oleh kondisi tanah, salah satunya adalah adanya bahan organik dalam tanah.

Keberadaan fauna dapat dijadikan parameter dari kualitas tanah, fauna tanah yang

digunakan sebagai bioindikator kesuburan tanah tentunya memiliki jumlah yang

relatif melimpah (Nurrohman, 2018).

Makrofauna di atas permukaan tanah sepert kutu (Arachnida) yang

berperan dalam penghancuran dan perombakan bahan organik, kemudian

translokasinya ke lapisan tanah bawah. Sedangkan untuk makrofauna tanah di

dalam tanah contohnya adalah cacing tanah yang berperan dalam (1) pencernaan

tanah, perombakan bahan organik, dan pengadukannya dengan tanah, (2)

penggalian tanah dan transportasi tanah bawah ke atas atau sebaliknya, (3)

membantu pembentukan agregat tanah, perbaikan aerasi dan drainase, dan

memperbaiki daya tahan tanah memegang air (Handayani, 2008).


14

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Pertanian dan Perbanyakan Bakteri

Simbion Larva Oryctes di Laboratorium Penyakit Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Bibit cabai Varietas

Lokal, bakteri simbion larva, medis NA dan media cair NB, media PDB,

trichoderma, tandan kosong kelapa sawit, mulsa anoganik (plastik hitam).

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah Petridish, jarum ose,

laminar, parang, ember, cangkul, meteran, gembor, sweep net, hansprayer,

bunsen, tabung reaksi, corong.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah menggunakan rancangan acak

kelompok (RAK) non Faktorial.

Perlakuan: Jenis mulsa (T)

T0 = Kontrol

T1 = Mulsa Tandan kosong kelapa sawit + Bakteri Bacillus

T2 = Mulsa Tandan kosong kelapa sawit + Bakteri Bacillus +


15

Jamur Trichoderma

T3 = Mulsa Anorganik warna hitam.

Jumlah ulangan sebanyak :

(t-1)(r-1) ≥ 15

(4-1)(r-1) ≥ 15

4r-1 ≥ 15

3r ≥ 18

r ≥6

r =6

Jumlah ulangan : 6 ulangan

Jumlah guludan : 6

Jumlah tanaman/guludan : 4

Jumlah tanaman seluruhnya : 24 tanaman

Pelaksanaan penelitian

a. Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan ini bertujuan untuk mempersiapkan semua alat dan bahan yang

akan di pergunakan saat pengamatan nanti.

b. Pembiakan Bakteri dan Jamur

Pembiakan bakteri simbion larva Oryctes dan Jamur Trichoderma

dilakukan di laboratorium. Bakteri dan Jamur kemudian di aplikasikan untuk

mempercepat pengomposan tandan kosong kelapa sawit.

c. Aplikasi bakteri pada Tankos

Bakteri yang telah dengan media NA dan ditumbuhkan ke media NB, di

aplikasikan pada tandan kosong kelapa sawit yang telah di cacah menjadi lebih
16

kecil dan di tunggu selama 8 minggu untuk proses pengomposan. Dosis yang

digunakan yaitu 50 ml larutan biakan bakteri untuk 1 liter air.

d. Aplikasi jamur pada Tankos

Jamur yang telah diperbanyak dan dipindahkan ke media PDB

diaplikasikan pada tandan kosong kelapa sawit yang telah di cacah dan

diaplikasikan bakteri. Aplikasi dilakukan 3 minggu setelah tankos di berikan

perlakuan bakteri.

e. Persiapan Lahan

Lahan pertanaman yang akan digunakan sebesar 3m x 5,9 m, terlebih yang

dahulu dibersihkan dari gulma. Kemudian lahan tersebut diolah dan digemburkan

dengan menggunakan cangkul. Setelah itu dibuat guludan dengan ukuran 40 x 50

cm dan jarak antar guludan 50 cm. Pada sekeliling daerah dibuat drainase dengan

kedalaman 30 cm untuk menghindari adanya genangan air disekitar lahan

penelitian.

f. Pembuatan Guludan

Pembuatan guludan dilakukan setelah persiapan lahan dengan ukuran 40

m x 50 cm dengan ketinggian 30 cm dengan jarak antar guludan 50 cm.

g. Persiapan Bahan Tanam

Bibit cabai terlebih dahulu di semaikan di bak perkecambahan. Setelah

guludan siap digunakan baru dilakukan pindah tanam dari bak perkecambahan ke

lahan.

h. Aplikasi mulsa organik dan anorganik pada tanaman Cabai


17

Mulsa diaplikasikan pada tanaman cabai sejak awal bibit pindah tanam

kelapangan. Mulsa di aplikasikan pada tanaman cabai sesuai dengan perlakuan

masing-masing.

i. Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.Penyiraman

dilakukan pagi atau sore hari bila tidak turun hujan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman cabai yang rusak atau tidak

tumbuh setelah 1-2 MST.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma untuk menghindari

persaingan dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah. Penyiangan dilakukan

sesuai kondisi di lapangan dengan mencabut gulma secara manual.

Panen

Panen dilakukan setelah tanaman cabai menunjukkan ciri yaitu adanya

perubahan warna dari buah yang belum matang berwarna hijau menjadi berwarna

merah. Pemanenan dilakukan pada pagi hari dengan cara memetik buah cabai

beserta tangkainya. Panen hanya 2 x pemanenan dan interval panen 4 hari sekali.

Parameter Pengamatan

a. Jenis Serangga Makrofauna Tanah

Pengamatan jenis-jenis serangga makro fauna tanah dilakukan Identifikasi

dengan menggunakan buku Kunci Determinasi Serangga (Kanisius) yang


18

dilakukan pada fase imago secara visual berdasarkan karakteristik morfologi

serangga tersebut.

b. Indeks Keanekaragaman Serangga Makrofauna Tanah

Dilakukan dengan cara mengamati jumlah Serangga makrofauna tanah yang

terperangkap, dilakukan penghitungan populasi per spesies. Indeks yang biasa

digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman (Shannon-Wienner) jenis di

suatu tempat yaitu :

H ′ = − ∑ 𝑝𝑖 𝐿𝑛 𝑝𝑖

Keterangan:

pi = Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis.

pi = ni/N

ni = Banyaknya individu pada spesies ke- i.

N = Total individu dari seluruh spesies (Pelawi, 2009).

C. Produksi Tanaman Cabai

Dilakukan penghitungan hasil panen tanaman Cabai sesuai perlakuan

masing-masing. Perhitungan hasil panen di lakukan sampai pada panen ke 2

setelah matang buah.


19

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Arif, K. Hendarto, D. Pangaribuan & K. F. Hidayat, 2013. Pengaruh


Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak Dan Jerami Padi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L.)
Di Dataran Tinggi. J. Agrotek Tropika 1(2): 147-152.

Fahrurrozi, 2009. Fakta Ilmiah Dibalik Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
dalam Produksi Tanaman Sayuran. Orasi Ilmiah pada Diesi Natalis &
Wisuda Sarjana I, STIPER Rejang Lebong, Bengkulu.

Gusmawartati, 2008. Pemberian Kompos Tandan Kosong Sawit Plus Dalam


Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Cabai Merah. Fakultas
Pertanian, Riau.

Handayani Putri, 2008. Inventori Diversitas Makrofauna Tanah Pada Pertanaman


Wortel (Daucus Carota L.,)Yang Diberi Berbagai Imbangan Pupuk
Organik Dan Anorganik. Skripsi.Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Kesumaningwati Roro, 2015. Penggunaan Mol Bonggol Pisang (Musa


Paradisiaca) Sebagai Dekomposer Untuk Pengomposan Tandan Kosong
Kelapa Sawit. ZIRAA’AH 40(1): 40-45 .

Ma’arif samsul, Ni made suartini, I Ketut ginantra, 2013. Diversitas Serangga


Permukaan Tanah Pada Pertanian Hortikultura Organik Di Banjar
Titigalar, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan-Bali.
J. Bio XVIII (1) : 28 – 32.

Mahmudi Sukron , Hadi Rianto , Historiawati, 2017. Pengaruh Mulsa Plastik


Hitam Perak Dan Jarak Tanam Pada Hasil Bawang Merah (Allium Cepa
Fa. Ascalonicum, L.) Varietas Biru Lancor. J. Ilmu Pertanian Tropika
dan Subtropika 2 (2) : 60 - 62 (2017).
20

Marliah Ainun, Nurhayati, dan D. Susilawati, 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk


Organik Dan Jenis Mulsa Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill). J. Floratek 6: 192 – 201.

Nurrohman Endrik, Abdulkadir Rahardjanto, Sri Wahyuni, 2018. Studi Hubungan


Keanekaragaman Makrofauna Tanah dengan Kandungan C-Organik dan
Organophosfat Tanah di Perkebunan Cokelat (Theobroma cacao L.)
Kalibaru Banyuwangi. Bioeksperimen, 4 (1).

Sari Martala, 2014. Identifikasi Serangga Dekomposer Di Permukaan Tanah


Hutan Tropis Dataran Rendah (Studi Kasus Di Arboretum Dan Komplek
Kampus Unilak Dengan Luas 9,2 Ha). Bio Lectura 2(1).

Siregar A S., Darma B dan Fatimah Z. 2014. Keanekaragaman Jenis Serangga Di


Berbagai Tipe Lahan Sawah. J. Agrotek 2 ( 2): 1640-1647.
Supriyanti Adik, 2013. Perakitan Dan Seleksi Tanaman Cabai (Capsicum Annum
L.) Tahan Cmv (Cucumber Mozaik Virus). Makalah Seminar, Yogyakarta.

Susilawati, E. 2007. Pengaruh Jenis Media terhadap Perkecambahan dan


Pertumbuhan Tanaman Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans.
Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 53 hal.

Tambunan Sri Wahyuni, Fauzi, P.Marpaung, 2013. Kajian Sifat Kimia Tanah,
Pertumbuhan Dan Produksi Padi Pada Tanah Sulfat Masam Potensial
Akibat Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Dan Pupuk Sp-
36. J. Agro. 4. No. 2337- 6597.

Utama Kadek Dwi, I Gusti Ngurah Bagus,I Ketut Siadi, I Dewa Nyoman Nyana
Gede Suastika, 2015. Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Terhadap
Kelimpahan Serangga Myzus persicae pada Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L.). J. Agro Trop 4(1): 2301-6515.
21

Desain Penelitian

U1 U2 U3 U4 U5 U6

T1 50cm T0 T1 T1 T2 T3

50cm
T0 T0 T3 T0 T3 T3

3m T3 T3 T1 T2 T2 T2

T1 T0 T0 T2 T1 T2

40cm

5,9 m

Keterangan :
22

= Kontrol (T0)

= Mulsa Organik Tankos + Bakteri (T1)

= Mulsa Organik + Bakteri + Trichoderma (T2)

= Mulsa Hitam (T3)

Deskripsi Varietas Lokal


23

You might also like