Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
21
22
Otak diperdarahi oleh dua arteri, yaitu dua arteri carotis interna dan dua
arteri vertebralis. Keempat arteri terletak di dalam ruang subarachnoid, dan
cabang-cabangnya beranastomosis pada permukaan inferior otak untuk
membentuk circulus willisi.1
Aliran darah yang menuju otak harus membawa oksigen, glukosa, dan
nutrisi ke jaringan saraf dan mengangkut karbondioksida, asam laktat, dan
hasil metabolisme lainya.1Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah
per menit, yaitu sekitar15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat
istirahat agar berfungsi normal.1
22
23
23
24
tengah pons dan kemudian muncul melewati piramid. Dari bagian ventral
medula oblongata, serabut saraf kortikospinal terlihat seperti gambaran
piramid. Inilah yang menyebabkan penamaan traktuspiramidalis.
Pada piramid di daerah inferior dari medula, 85-90 % serabut saraf
kortikospinal menyilang ke sisi lain dari otak melalui garis tengah
(decusasio piramidalis). Disebut traktus kortikospinal lateralis atau
traktus piramidalis lateralis. Sisanya 10-15 % terus berjalan ipsilateral
dalam funiculus anterior. Karena berjalan turun sepanjang sisi korda
spinalis, serabut saraf yang tidak menyilang yang bersinaps dengan
nervus spinalis pada sisi ipsilateral dari tubuh disebut traktus piramidalis
direk. Juga disebut traktus piramidalis ventralis atau traktus kortikospinal
anterior sebab mereka berjalan turun melalui aspek ventral dari korda
spinalis.
Traktus kortikospinal menstimulasi motor neuron pada medulla
spinalis yang bertugas menggerakkan otot-otot aksial tubuh, tangan dan
tungkai. Traktus kortikospinal lateral berakhir di motor neuron yang
bekerja untuk pergerakkan sebagian besar segmen distal tangan dan
tungkai. Sedangkan traktus kortikospinal medial berakhir di motor
neuron untuk pergerakkan otot aksial tubuh dan segmen proksimal
tangan dantungkai.
Nervus spinalis hanya menerima inervasi kontralateral dari traktus
kortikospinalis. Ini berarti lesi traktus piramidalis unilateral di atas titik
persilangan pada piramid akan menyebabkan paralisis otot yang
dipersarafi nervus spinalis di sisi berlawanan dari tubuh. Sebagai contoh,
lesi di sisi kiri traktus piramidalis di atas titik persilangan dapat
menyebabkan paralisis sisi kanan tubuh.
- Traktus Kortikobulbar.1
Traktus kortikobulbar membawa pesan motorik yang paling
penting untuk bicara dan menelan. Akson kortikobulbar dari korteks
berjalan turun diantara ikatan dari kapsulainterna.
Serabut traktus kortikobulbar meninggalkan traktus piramidalis
24
25
25
26
26
27
2. Stroke perdarahan
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke perdarahan
dibagi atas:
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer
berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan
disebabkan oleh trauma.Perdarahan ini banyak disebabkan oleh
hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma
kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia,
leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa
dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis
serebrovaskular. Gejala yang sering djumpai pada perdarahan
intraserebral adalah: nyeri kepala berat, mual, muntah dan adanya
darah di rongga subarakhnoid padapemeriksaan pungsi lumbal
merupakan gejala penyerta yang khas. Serangansering kali di
siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran
biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang
dari setengahjam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3
jam).
27
28
28
29
Tekanan perfusi
CBF =
Resistensi intrakranial
Nilai normal dari Cerebral Blood Flow adalah 50-60 ml/100 gram
jaringan otak/menit. Jika nilai CBF < 30 ml/100mg/menit iskemia,
sedangkan jika nilai dari CBF <10 ml/100mg/ menit akan kekurangan
oksigen proses fosfolirasi oksidatif terhambat produksi ATP akan
menurun pompa Na K ase tidak akan berfungsi depolarisasi
membrane se saraf pembukaan kanal ion Ca kenaikan influx Ca
secara cepat gangguan homeostasis ca merupakan signaling yang
mengaktivasi berbagai enzim memicu proses biokimia yang beesifat
eksitotoksik kematian sel saraf (nekrosis maupun apoptosis gejala
timbul tergantung saraf mana yang mengalami kerusakan.6,7
29
30
2.7.2 Patofisiologi
Perdarahan intraserebral terjadi dalam 3 fase, yaitu fase initial
hemorrhage, hematoma expansion dan peri-hematoma edema. Fase initial
hemmorhage terjadi akibat rupturnya arteri serebral. hipertensi kronis, akan
menyebabkan perubahan patologi dari dinding pembuluh darah. Perubahan
patologis dari dinding pembuluh darah tersebut dapat berupa hipohialinosis,
nekrosis fibrin serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Kenaikan tekanan
darah dalam jumlah yang mencolok dan meningkatnya denyut jantung,
dapat menginduksi pecahnya aneurisma, sehingga dapat terjadi perdarahan.
Perdarahan ini akan menjadi awal dari timbulnya gejala-gejala klinis (fase
10
hematoma expansion). Pada fase hematoma expansion, gejala-gejala
klinis mulai timbul seperti peningkatan tekanan intracranial. Meningkatnya
tekanan intracranial akan mengganggu integritas jaringan-jaringan otak dan
30
31
31
32
32
33
33
34
Selain dari sisi gejala klinik dalam mendiagnosis kasus stroke juga
bisa menggunakan skor siriraj dan algoritma gajah mada.
Skor diagnosis stroke menurut Siriraj6
Konstanta - 12
34
35
35
36
b. Ultrasonografi (USG)
Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan menggunakan gelombang
suara untuk menciptakan citra. Pendaian ini digunakan untuk mencari
kemungkinan penyempitan arteri atau pembekuan di arteri utama.
Prosedur ini aman, tidak menimbulkan nyeri, dan relatif cepat (sekitar
20-30 menit) resiko kematian pada satu dari setiap 200 orang yang
diperiksa.12
36
37
c. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal kadang dilakukan jika diagnosa stroke belum jelas.
Sebagai contoh, tindakan ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan
infeksi susunan saraf pusat serta cara ini juga dilakukan untuk
mendiagnosa perdarahan subaraknoid. Prosedur ini memerlukan waktu
sekitar 10-20 menit dan dilakukan di bawah pembiusan lokal.12
d. EKG
EKG digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan irama jantung atau
penyakit jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke. Prosedur EKG
biasanya membutuhkan waktu hanya beberapa menit serta aman dan
tidak menimbulkan nyeri.12
e. Foto toraks
Foto sinar-X toraks adalah proses standar yang digunakan untuk mencari
kelainan dada, termasuk penyakit jantung dan paru. Bagi pasien stroke,
cara ini juga dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab setiap
perburukan keadaan pasien. Prosedur ini cepat dan tidak menimbulkan
nyeri, tetapi memerlukan kehati-hatian khusus untuk melindungi pasien
dari pajanan radiasi yang tidak diperlukan.10
37
38
38
39
b. Stabilisasi Hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari
pernberian cairan hipotonik seperti glukosa).
Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter),
dengan tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan
sebagai sarana untuk rnemasukkan cairan dan nutrisi.
Usahakan CVC 5 -12 mmHg.
Optimalisasi tekanan darah. Bila tekanan darah sistolik <
120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, maka obat
vasopressor dapat diberikan seperti dopamin dengan target
sistolik berkisar 140 mmHg
39
40
40
41
c. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg
dan diikuti oleh fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus
dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
41
42
42
43
f. Pengendalian demam
Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 37,5oC
g. Pemeriksaan Penunjang
EKG
Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal
hemostasis, kadar gula darah, analisis urin, analisa gas
darah, dan elektrolit)
Bila perlu pada kecurigaan perdarahan subaraknoid,
lakukan punksi lumbal untuk pemeriksaan cairan
serebrospinal
Pemeriksaan radiologi.
2. Nutrisi
a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48
jam, nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi
menelan baik.
b. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun
makanan, nutrisi diberikan melalui pipa nasogastrik.
43
44
44
45
45
46
j. Edukasi.
k. Discharge planning (rencana pengelolaan pasien di luar rumah
sakit).
46
47
47
48
48
49
2.14.2. Etiologi
Penyebab kelumpuhan nervus fasialis bisa disebabkan oleh kelainan
congenital, infeksi, tumor, trauma, gangguan pembuluh darah, idiopatik, dan
penyakit-penyakit tertentu.12
1. Kongenital
Kelumpuhan yang didapat sejak lahir (kongenital) bersifat irreversible
dan terdapat bersamaan dengan anomaly pada telinga dan tulang
pendengaran. Pada parese nervus fasialis bilateral dapat terjadi karena
adanya gangguan perkembangan nervus fasialis dan seringkali bersamaan
dengan kelemahan okular (sindrom Moibeus).
2. Infeksi
Proses infeksi di intracranial atau infeksi telinga tengah dapat
menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis. Infeksi intracranial yang
menyebabkan kelumpuhan ini seperti pada Sindrom Ramsay-Hunt, Herpes
otikus.
Infeksi Telinga tengah yang dapat menimbulkan parese nervus fasialis
adalah otitis media supuratif kronik (OMSK) yang telah merusak Kanal
Fallopi. Otitis media akut dan kronik dapat menyebabkan terjadinya paresis
nervus fasialis. Terdapat dua mekanisme yang dapat menyebabkan paralisis
nervus fasialis yaitu : 1. Hasil toksin bakteri di daerah tersebut, 2. Dari
tekanan langsung terhadap saraf oleh kolesteatoma atau jaringan granulasi.
Pada otitis media akut, penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis
khususnya pada anak terjadi ketika kanalis nervus fasialis pada telinga
tengah mengalami Congenital Dehiscent atau saraf terkena akibat kontak
49
50
50
51
51
52
52
53
2.4.2. Etiologi
Parese nervus hipoglosus dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut: 12
1) Infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring.
2) Meningitis basalis tuberkulosa atau luetika.
3) Fraktur basis kranii (atau traksi pada nervus hipoglosus pada
trauma kapitis).
4) Siringobulbi.
5) Infeksi retrofaringeal.
53
54
54
55
2.3.4. Diagnosis
Diagnosis parese nervus hipoglosus ditegakkan dengan anamnesis
serta gejala kinis yang ada, anamnesis mengenai ada tidaknya riwayat
trauma kapitis (sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa trauma kapitis
dapat menyebabkan traksi pada nervus hipoglosus sehingga terjadi parese
pada nervus hipoglosus) atau fraktur basis kranii. Ananmesis yang lain yang
tentunya akan mengarahkan kita kepada riwayat-riwayat penyakit ataupun
tumor yang secara lansung ataupun tidak langsung akan menyebabkan
parese nervus hipoglosus. Untuk mengetahui gejala-gejala atau manifestasi
yang ditimbulkan oleh parese nervus hipoglosus, dapat dilakukan
pemeriksaan nervus hipoglosus dengan cara: 12
Menyuruh pasien menjulurkan lidah lurus-lurus, kemudian
menarik dan menjulurkan lagi dengan cepat.
Lidah kemudian disuruh bergerak ke kiri dan ke kanan dengan
cepat kemudian menekankan pada pipi kiri dan kanan sementara pemeriksa
melakukan palpasi pada kedua pipi untuk mengetahui/merasakan kekuatan
lidah.
Pada lesi bilateral gerakan lidah kurang lincah
Pada lesi unilateral lidah akan membelok ke sisi lesi saat
dijulur-kan dan akan membelok ke sisi yang sehat saat diam di dalam mulut.
Lesi N. hipoglosus tipe LMN aksonal atropi.
Lesi N. hipoglosus tipe LMN nuklear atropi dan fasikulasi.
Paralisis N. hipoglosus sukar menelan dan bicara pelo.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
56
57
57