Professional Documents
Culture Documents
BMPK Dan Penyertaan Modal PDF
BMPK Dan Penyertaan Modal PDF
Aset
Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK) dan Prinsip Kehati-Hatian
dalam Kegiatan Penyertaan Modal
Kodiifikasi P
Peratu
uran Peerbankaan Indonesiaa
Asset
Battas M
Maksiimumm Peembeerian
Kreedit ((BMP
PK) d
dan PPrinssip
Kehhatihatia
an da
alam m Keggiataan
Pen
nyerttaan Mod dal
Tim P Penyusun n
Ramlaan Gintingg
Chandrra Murniaadi
Siti Astiyah
Gantiah W Wuryand dani
W
Wahyu Yu uwana Hiddayat
Komala Dewi
Wirza Ay yu Novriaana
Indrii Triyana
Ristia Iccha Prameesi
Pusat Riset d
dan Edukasi Bank Sentraal (PRES)
Bank Indoneesia
Telp: 021 28
8917321
Fax.: 021 23
311580
email: PRES@@bi.go.id
Hak Cipta ©
© 2013, Bank Indonesia
2013
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
DAFTAR ISI
Paragraf Halaman
i
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
ii
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Hal. 140 – 141
Lampiran 17 : Contoh Perhitungan Potential Future Credit Hal. 142 – 143
Exposure untuk Transaksi yang Dilengkapi Perjanjian
Saling Hapus
Lampiran 18 : Contoh Perhitungan BMPK Penyediaan Dana yang Hal. 144 – 145
Dijamin Prime Bank
Lampiran 19 : Contoh Penyediaan Dana Kepada Anak Perusahaan Hal. 146 – 147
Lampiran 20 : Contoh Penyediaan BMPK secara Konsolidasi Hal. 148 – 151
Lampiran 21 : Contoh Penyediaan Dana Kepada BUMN Hal. 152 – 153
Lampiran 22 : Contoh Pengelompokan Peminjam Dalam Beberapa Hal. 154 – 155
Kelompok Peminjam
Lampiran 23 : Contoh Kelompok Peminjam Karena Terdapat Hal. 156 – 157
Penjaminan
Lampiran 24 : Pedoman Penyusunan Laporan Batas Maksimum Hal. 158 – 177
Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat
Halaman Judul Hal 158
Bab I Penjelasan Umum Hal. 159 – 160
Bab II Laporan BMPK Hal. 161 – 177
II.1.1 Laporan Penyediaan Dana Pihak Terkait Hal. 161
II.1.2 Penjelasan LaporanPenyediaan Dana Pihak Terkait Hal. 162 – 166
II.2.1 Laporan Pelanggaran BMPK Pihak Tidak Terkait Hal. 167
II.2.2 Penjelasan Laporan Pelanggaran BMPK Pihak Tidak Terkait Hal. 168 – 171
II..3.1 Laporan Pelampauan BMPK Hal. 172
II.3.2 Penjelasan Laporan Pelampauan BMPK Hal. 173 – 177
Lampiran 25 : Petunjuk Teknis Aplikasi Data Entry Laporan Batas Hal. 178 – 236
Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan
Rakyat
Halaman Judul Hal. 178
Bab I Pendahuluan Hal. 179 – 182
1.1. Konfigurasi S/W dan H/W Minimum Hal. 179
1.2. Penjelasan Umum Hal. 180 – 182
1.2.1. Struktur Menu Sistem Hal. 180
1.2.2. Masukan dan Keluaran Hal. 180 – 182
Bab II Instalasi Hal. 183 – 197
2.1. Pada Komputer yang Sudah Ter-install Aplikasi Laporan Bulanan Hal. 183 – 195
Versi 02.02
2.1.1. Backup Data Hal. 183 – 185
2.1.2. Uninstall Aplikasi yang Ada Hal. 185 – 188
2.1.3. Instalasi Aplikasi Versi 03.02 Hal. 189 – 192
2.1.4. Me-restore Data yang telah Di-backup Hal. 192 – 195
2.2. Pada Komputer yang Belum Ada Aplikasi Laporan Bulanan Hal. 195 – 197
Bab III Petunjuk Teknis Hal. 198 – 209
3.1. Menggunakan Aplikasi Laporan Berkala Pertama Kali Hal. 198 – 208
3.1.1. Inisialisasi Data Pokok Hal. 198 – 199
3.1.2. Login ke Sistem Hal. 199 – 200
3.1.3. Pembuatan Otoritas Pemakai Hal. 200 – 203
3.1.4. Mengubah Password Hal. 203 – 204
3.1.5. Inisialisasi Data Laporan Hal. 204 – 208
iii
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
iv
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
1.2 Rincian Formulir 1 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Terkait Hal. 266 – 267
1.3 Penjelasan Formulir 1 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Hal. 268 – 272
Terkait
Bab 2 Laporan Penyaluran Dana Dan Pelampauan Batas Maksimum Hal. 273 – 279
Penyaluran Dana (BMPD) Pihak Terkait
2.1 Formulir 2 Laporan Penyaluran Dana dan Pelampauan Hal. 273
BMPD Pihak Terkait
2.2 Rincian Formulir 2 Laporan Penyaluran Dana dan Hal. 274 – 275
Pelampauan BMPD Pihak Terkait
2.3 Penjelasan Formulir 2 Laporan Penyaluran Dana dan Hal. 276 – 279
Pelampauan BMPD Pihak Terkait
Bab 3 Laporan Pelanggaran Batas Maksimum Penyaluran Dana Hal. 280 – 287
(BMPD) Pihak Tidak Terkait
3.1 Formulir 3 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Tidak Terkait Hal. 280
3.2 Rincian Formulir 3 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Tidak Hal. 281 – 282
Terkait
3.3 Penjelasan Formulir 3 Laporan Pelanggaran BMPD Pihak Tidak Hal. 283 – 287
Terkait
Bab 4 Laporan Pelampauan Batas Maksimum Penyaluran Dana Hal. 288 – 294
(BMPD) Pihak Tidak Terkait
4.1 Formulir 4 Laporan Pelampauan BMPD Pihak Tidak Terkait Hal. 288
4.2 Rincian Formulir 4 Laporan Pelampauan BMPD Pihak Tidak Hal. 289 – 290
Terkait
4.3 Penjelasan Formulir 4 Laporan Pelampauan BMPD Pihak Tidak Hal. 291 – 294
Terkait
v
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
SE 13/17/DPbs 2011
13/5/PBI/2011
SE 11/21/DKBU 2009 Batas Maksimum
Penyaluran Dana BPR
11/13/PBI/2009 Syariah
- UU No. 32/2004 tentang
Batas Maksimum
Pemerintah Daerah Pemberian Kredit BPR
- UU No. 33/2004 tentang
8/13/PBI/2006
Batas Maksimum
Perimbangan Keuangan antara
Pemberian Kredit Bank Pemerintah Pusat & Daerah
Umum - 5/8/PBI/2003 tentang
Manajemen Resiko Bank Umum
- 5/10/PBI/2003 tentang Prinsip
Kehati-hatian dalam Penyertaan
Pasal 1,2,8,12,23(1) Modal
huruf d, 24(4),
30,37,40,40A,40B,40C
- 28/119/KEP/DIR 1995 tentang
Transaksi Derivatif
SE 7/14/DPNP 2005
7/3/PBI/2005
Batas Maksimum
Pemberian Kredit Bank
Umum
2/5/PBI/2000 2/16/PBI/2000
Penyediaan Dana oleh Batas Minimum
Bank yang Dijamin Bank Pemberian Kredit Bank
Lain Umum
31/177/KEP/DIR/1998 Pasal
Batas Minimum 15(3),15A,15B 31/61/KEP/DIR/1998
Pemberian Kredit Bank SE 31/16/UPPB Batas Maksimum
Umum Pemberian Kredit BPR
26/21/KEP/DIR/1993
Batas Minimum SE 26/8 BPPP SE 26/3 BPPP
Pemberian Kredit Bank Batas Maksimum Batas Maksimum
Umum Pemberian Kredit Pemberian Kredit Keterangan :
Diubah
Dicabut
25/97/KEP/DIR/1992 SE 25/1 BPPP
Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal dan Terkait
Pemilikan Saham oleh Pemilikan Saham oleh PBI/KEP DIR
Bank Bank Masih Berlaku
PBI/KEP DIR
Tidak Berlaku
vi
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
5/10/PBI/2003
Prinsip Kehati-hatian dalam
Kegiatan Penyertaan Modal
Ps 10 ayat (2)
31/147/KEP/DIR/1998
Kualitas Aktiva Produktif
23/66/KEP/DIR/1991
Keterangan : Penyertaan Pada Bank dan
Lembaga Keuangan Lain diluar
Diubah Negeri
Terkait
Dicabut
PBI/KEP DIR
Masih Berlaku
PBI/KEP DIR
Tidak Berlaku
Regulasi Terkait
vii
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Dasar Hukum :
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1998
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang
- Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Regulasi Terkait :
- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 UU tentang Pemerintah Daerah
- Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah
- Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
- Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor
Berdasarkan Modal Inti Bank
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/24/PBI/2012 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012 tentang Transfer Dana
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/8/PBI/2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/26/PBI/2011 tentang Perubahan Pertama atas 8/19/PBI/2006 tentang
Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan
Rakyat
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/14/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/13/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah
- Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Perbankan
Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah (berlaku juga untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/2/PBI/2009 tentang Perubahan Ketiga atas Nomor 7/2/PBI/2005 atas
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
- Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah (berlaku juga untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/6/PBI/2007 tentang Perubahan Kedua atas Nomor 7/2/PBI/2005 atas
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
viii
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/2/PBI/2006 tentang Perubahan Pertama atas Nomor 7/2/PBI/2005 atas
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/50/PBI/2005 tentang Perubahan Peraturan Bank Indonesia Nomor
3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Manajemen Resiko Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/37/KEP/DIR/1999 tentang Kantor Cabang Bank Asing
- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/51/KEP/DIR/1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum
- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR/1995 tentang Transaksi Derivatif
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/28/DPNP 2013 perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/23/DPNP 2013 perihal Transfer Dana
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/7/DPNP 2013 perihal Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum
Berdasarkan Modal Inti
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/4/DPNP 2013 perihal Kepemilikan Saham Bank Umum
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/2/DPNP 2013 perihal Kepemilikan Tunggal pada Perbankan
Indonesia
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/37/DPNP 2012 perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/35/DPNP 2012 perihal Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan
Tahunan Tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP 2012 perihal Perubahan atas SE 11/10/DASP 2009 perihal
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP 2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/23/DPNP 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran Nomor
5/21/DPNP 2003 perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/DPbS 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 18/34/DPbS 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/16/DPbS 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 18/35/DPbS 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/11/DPbS 2011 perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/10/DPbS 2011 perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum
Syariah dan unit Usaha Syariah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP 2009 perihal Uang Elektronik
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/35/DPbS 2008 perihal Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS 2008 perihal Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS 2005 perihal Laporan Tahunan, Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan dan Bulanan serta Laporan tertentu dari Bank yang disampaikan kepada Bank
Indonesia
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/3/DPNP 2005 perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 32/7/UPPB 1999 perihal Persyaratan dan Tata Cara Merger,
Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum
- Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 21 tentang Akuntansi Ekuitas
ix
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
- Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Penurunan
- Peraturan Otoritas Perusahaan Anak tentang Penyertaan Modal
x
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
1
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
2
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
2 Pasal 2 (1) Bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam
8/13/PBI/2006 memberikan Penyediaan Dana, khususnya Penyediaan Dana kepada Pihak
Ayat (1) Terkait, Penyediaan Dana besar (large exposures), dan atau Penyediaan
3
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
SE 7/14/DPNP Penerapan prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko ini antara lain
2005 dilakukan dengan menetapkan batas (limit) Penyediaan Dana. Penetapan
Romawi II batas (limit) Penyediaan Dana tersebut harus dilakukan berdasarkan
analisis dampak Penyediaan Dana terhadap struktur neraca dan profil risiko
Bank, yaitu dengan mempertimbangkan besaran, jenis, jangka waktu
Penyediaan Dana maupun dampak Penyediaan Dana terhadap kebijakan
dan strategi diversifikasi portofolio Bank secara menyeluruh. Selain
penetapan limit terhadap eksposur kepada pihak tertentu, maka untuk
keperluan internal, Bank dapat menetapkan limit berdasarkan area
geografis (geographic limits) dan sektor industri tertentu (certain
industries).
Analisa dampak Penyediaan Dana terhadap struktur neraca dan profil risiko
tersebut dilakukan antara lain dengan cara mengukur risiko kredit terhadap
sekumpulan Penyediaan Dana (pools of provision of funds) yang memiliki
karakteristik yang serupa, dari sisi besaran, jenis, dan atau jangka waktu.
Risiko kredit tersebut diukur antara lain berdasarkan data historis tingkat
kegagalan (historical default rate) dan perpindahan kualitas Penyediaan
Dana (credit rating migration) selama periode tertentu.
4
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
5
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Kewajiban pemenuhan ketentuan pada huruf ini berlaku untuk setiap saat
pemberian Penyediaan Dana.
6
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
5 Pasal 5 (1) Bank dilarang memberikan Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait yang
7/3/PBI/2005 bertentangan dengan prosedur umum Penyediaan Dana yang berlaku.
(2) Bank dilarang memberikan Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait tanpa
persetujuan dewan Komisaris Bank.
(3) Bank dilarang membeli aktiva berkualitas rendah dari Pihak Terkait.
(4) Apabila kualitas Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait menurun menjadi
kurang lancar, diragukan, atau macet, Bank wajib mengambil langkah-
langkah penyelesaian untuk memperbaiki antara lain dengan cara:
a. pelunasan kredit selambat-lambatnya dalam jangka waktu 60 (enam
puluh) hari sejak turunnya kualitas Penyediaan Dana; dan atau
7
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
7 Pasal 7 Dalam hal Bank akan memberikan Penyediaan Dana dalam bentuk Penyertaan
7/3/PBI/2005 Modal yang mengakibatkan pihak tempat Bank melakukan Penyertaan Modal
(investee) menjadi Pihak Terkait, Bank wajib memastikan:
a. rencana Penyediaan Dana tersebut tidak melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 Kodifikasi ini);
b. Penyediaan Dana yang akan dan telah diberikan kepada investee tersebut
setelah ditambah dengan seluruh portfolio Penyediaan Dana kepada Pihak
Terkait yang telah ada tidak melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 (Paragraf 4 Kodifikasi ini);
c. persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 5 Kodifikasi
ini)dipenuhi.
8
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Jumlah 50% (lima puluh perseratus) atau lebih dihitung dari jumlah
kumulatif Komisaris dan/atau Direksi.
j. perusahaan/badan dimana:
1) Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutif Bank sebagaimana
dimaksud pada huruf e bertindak sebagai pengendali;
2) Komisaris, Direksi, dan atau Pejabat Eksekutif dari pihak-pihak
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan atau
huruf d, bertindak sebagai pengendali;
k. perusahaan/badan yang memiliki hubungan keuangan dengan Bank dan
atau pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf
d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i dan atau huruf j;
9
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan jaminan adalah janji yang diterbitkan oleh satu
pihak untuk mengambil alih dan atau melunasi sebagian atau seluruh
kewajiban pihak yang berutang dalam hal pihak yang berutang gagal
memenuhi kewajibannya (wanprestasi).
Yang dimaksud dengan jaminan adalah janji yang diterbitkan oleh satu
pihak untuk mengambil alih dan atau melunasi sebagian atau seluruh
kewajiban pihak yang berutang dalam hal pihak yang berutang gagal
memenuhi kewajibannya (wanprestasi).
(2) Pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan
huruf c adalah apabila perseorangan atau perusahaan/badan secara
langsung atau tidak langsung:
10
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan saham adalah semua jenis saham yang memiliki
hak suara.
11
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
12
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan saham adalah semua jenis saham yang memiliki
hak suara.
13
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
SE 7/14/DPNP (4) Konsepsi dasar penentuan Pihak Terkait dan kelompok Peminjam
2005 menggunakan unsur “pengendalian” baik secara langsung maupun tidak
Romawi III.A No. 1 langsung sebagai faktor penentu. Unsur pengendalian dapat dianalisa
berdasarkan hubungan kepemilikan, kepengurusan dan atau keuangan.
Adapun cara-cara perseorangan atau perusahaan/badan melakukan
pengendalian dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Pengendalian tersebut antara lain melalui kepemilikan saham secara
langsung, hak opsi, maupun acting in concert. Walaupun tidak memiliki
saham, pengendalian juga dapat dilakukan melalui kemampuan dalam
penentuan kepengurusan maupun kemampuan dalam menentukan
kebijakan operasional atau kebijakan keuangan Bank.
A. Kepemilikan Saham.
Hubungan pengendalian antara lain dapat timbul sebagai akibat
kepemilikan saham suatu pihak, baik itu berbentuk perseorangan atau
perusahaan/badan terhadap suatu perusahaan/badan. Kepemilikan ini
dijabarkan dalam bentuk kepemilikan saham yang memiliki hak suara
pada suatu perusahaan/badan. Dalam menentukan kepemilikan
saham, termasuk didalamnya kepemilikan saham secara bersama-
sama atau melalui pihak lain, seperti saham dari Pihak Terkait/anggota
kelompok lainnya ataupun saham dari keluarganya.
- Pihak Terkait dengan Bank
a. Pengendali Bank Berdasarkan Kepemilikan Saham
Suatu pihak dianggap mempunyai hubungan pengendalian
dengan Bank apabila pihak tersebut memiliki 10% (sepuluh
perseratus) atau lebih saham Bank.
Apabila pihak yang menjadi pengendali Bank dikendalikan oleh
pihak lain, baik berbentuk perseorangan atau
perusahaan/badan, maka pengendali dari pengendali
ditetapkan pula sebagai pengendali Bank. Dalam menentukan
pengendali dari pengendali tersebut tidak ada batas jenjang
tertentu, sehingga penentuan pengendali dari pengendali
hendaknya ditelusuri sampai dengan pengendali akhir.
Apabila pengendali Bank adalah perorangan, maka pihak yang
mempunyai hubungan keluarga baik vertikal maupun
horisontal dari perseorangan tersebut juga merupakan
pengendali Bank. Adapun pihak-pihak yang mempunyai
hubungan keluarga dimaksud termasuk suami atau istri dari
saudara kandung/tiri/angkat perseorangan yang bersangkutan.
Pengendalian terhadap Bank sebagaimana dijelaskan diatas
dapat dicontohkan dengan struktur kepemilikan sebagaimana
14
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
15
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
SE 7/14/DPNP B. Kepengurusan
2005 Hubungan pengendalian dapat timbul sebagai akibat hubungan
Romawi III. B No.1 kepengurusan.
- Pihak Terkait.
a. Komisaris, Direksi dan atau Pejabat Eksekutif Bank beserta
keluarganya ditetapkan sebagai Pihak Terkait. Adapun yang
dimaksud dengan keluarga disini termasuk suami/istri dari
saudara kandung/tiri/angkatnya. Hal ini antara lain dapat
dicontohkan dalam Lampiran 8 (Lampiran 8 Kodifikasi ini)
dalam bentuk garis putus-putus yang melingkari Bank.
b. Komisaris, Direksi dan atau Pejabat Eksekutif dari pihak-pihak
yang telah ditetapkan sebagai Pihak Terkait termasuk juga
sebagai Pihak Terkait. Hal ini antara lain dicontohkan dalam
Lampiran 8 (Lampiran 8 Kodifikasi ini) dalam bentuk garis
putus-putus yang melingkari pengendali Bank dan pihak-pihak
yang dikendalikan oleh Bank.
c. Perusahaan/badan dimana Komisaris, Direksi dan atau Pejabat
Eksekutif yang telah ditetapkan sebagai Pihak Terkait memiliki
pengendalian, maka perusahaan/badan tersebut ditetapkan
sebagai Pihak Terkait. Hal ini dapat dicontohkan dalam
Lampiran 8 (Lampiran 8 Kodifikasi ini).
16
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
SE 7/14/DPNP C. Keuangan.
2005 Hubungan pengendalian dapat pula diakibatkan melalui hubungan
Romawi III. C keuangan. Hubungan keuangan itu sendiri ditetapkan berdasarkan
beberapa unsur sebagai berikut:
1) Ketergantungan keuangan (financial interdependence)
Salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan adanya
ketergantungan keuangan antara 2 (dua) pihak adalah dengan
melihat nilai transaksi antara kedua belah pihak tersebut. Dalam
hal terdapat transaksi yang materiil antara 1 (satu) pihak dengan
pihak lain yang mengakibatkan kesehatan keuangan pihak
tersebut dipengaruhi secara langsung oleh pihak lain lain, maka
antara pihak-pihak tersebut ditetapkan memiliki ketergantungan
keuangan (financial interdependence). Beberapa faktor yang
dapat digunakan dalam menganalisa hubungan transaksi antar
pihak yang dapat menyebabkan ketergantungan keuangan antara
lain adalah ketergantungan penjualan pada pihak tertentu dan
atau ketergantungan terhadap pinjaman maupun sumber dana
dari pihak tertentu. Analisa ketergantungan keuangan
sebagaimana dijelaskan diatas dititikberatkan hanya kepada
hubungan transaksional antara 1 (satu) pihak secara langsung
dengan pihak lain. Pihak-pihak tersebut dapat digolongkan
kedalam satu kelompok Peminjam apabila cash flow dari satu
pihak akan terganggu secara signifikan akibat gangguan cash flow
dari pihak lain, sehingga secara signifikan mempengaruhi
kemampuan masing-masing pihak dalam membayar
kewajibannya kepada Bank.
2) Pengalihan Risiko Melalui Penjaminan
Faktor lain yang digunakan untuk menentukan adanya
ketergantungan keuangan antara 2 (dua) pihak adalah adanya
pengalihan risiko kredit melalui penjaminan dimana pihak yang
menjamin akan mengambil alih sebagian atau keseluruhan risiko
17
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
9 Pasal 9 (1) Kantor pusat dan kantor cabang lainnya dari kantor cabang bank asing
7/3/PBI/2005 tidak termasuk dalam pengertian Pihak Terkait dengan kantor cabang bank
asing tersebut.
(2) Pihak Terkait dengan kantor pusat dari kantor cabang bank asing termasuk
dalam pengertian Pihak Terkait dengan kantor cabang bank asing tersebut.
10 Pasal 10 (1) Bank wajib memiliki dan menatausahakan daftar rincian Pihak Terkait
7/3/PBI/2005 dengan Bank.
(2) Daftar rincian Pihak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disampaikan Bank kepada Bank Indonesia:
a. untuk pertama kali paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia ini; dan
b. 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun apabila terdapat perubahan
masing-masing untuk posisi Juni dan posisi Desember, paling
lambat pada bulan berikutnya.
(3) Bank Indonesia dapat sewaktu-waktu meminta Bank menyampaikan daftar
rincian Pihak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
SE 7/14/DPNP (4) Bank wajib memiliki dan menatausahakan daftar rincian Pihak Terkait
2005 dengan Bank serta menyampaikannya kepada Bank Indonesia, yaitu:
Romawi VII.C 1. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Jl. MH. Thamrin No.2 Jakarta
10110,bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat
Bank Indonesia; atau
18
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Contoh:
Perusahaan A dan perusahaan B mendapatkan Penyediaan Dana dari
Bank dan masing-masing perusahaan tersebut 25 % (dua puluh lima
perseratus) atau lebih sahamnya dimiliki oleh perusahaan C. Oleh
karena itu, perusahaan A dan perusahaan B dikelompokkan dalam 1
(satu) kelompok Peminjam. Dalam hal perusahaan C merupakan
Peminjam pada Bank maka perusahaan A, perusahaan B, dan
perusahaan C dikelompokkan dalam 1 (satu) kelompok Peminjam.
19
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan jaminan adalah janji yang diterbitkan oleh satu
pihak untuk mengambil alih dan atau melunasi sebagian atau seluruh
kewajiban pihak yang berutang dalam hal pihak yang berutang gagal
memenuhi kewajibannya (wanprestasi).
20
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
21
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Contoh:
Bank mengambil alih tagihan dari PT. Z terhadap PT X without recourse
sebesar Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah), maka BMPK Bank
ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada PT. X.
22
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(5) Baki debet untuk pengambilalihan dalam rangka anjak piutang atau
pembelian kredit dihitung berdasarkan harga beli.
15 Pasal 15 (1) Penyediaan Dana berupa Surat Berharga ditetapkan sebagai Penyediaan
7/3/PBI/2005 Dana kepada penerbit Surat Berharga tersebut, kecuali ditetapkan
tersendiri.
(2) BMPK untuk pembelian Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dihitung berdasarkan harga beli, kecuali ditetapkan tersendiri.
SE 7/14/DPNP (3) Penyediaan Dana berupa Surat Berharga ditetapkan sebagai eksposur
2005 terhadap penerbit Surat Berharga tersebut. Sementara itu untuk
Romawi IV.C No. 2 menghitung BMPK, Penyediaan Dana berupa Surat Berharga dihitung
berdasarkan harga beli Surat Berharga. Kecuali ditetapkan tersendiri kedua
pengaturan diatas berlaku untuk Surat Berharga secara umum.
16 Pasal 16 (1) Penyediaan Dana berupa Surat Berharga yang Dibeli dengan Janji Dijual
7/3/PBI/2005 Kembali ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada pihak yang menjual
Surat Berharga.
Contoh:
Bank membeli surat berharga PT. X yang dimiliki Bank Z dengan janji akan
dijual kembali. BMPK untuk Surat Berharga Yang Dibeli Dengan Janji Dijual
Kembali tersebut ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada Bank Z
sebagai penjual. Sedangkan Bank Z tetap memiliki Penyediaan Dana surat
berharga kepada PT. X sebagai penerbit surat berharga. Selanjutnya
apabila pada tanggal jatuh tempo transaksi repo Bank Z tidak dapat
melunasi tagihan repo maka Bank akan memiliki Penyediaan Dana surat
berharga kepada PT. X.
(2) BMPK untuk Surat Berharga yang Dibeli dengan Janji Dijual Kembali
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan harga beli.
SE 7/14/DPNP (3) Pembelian Surat Berharga secara repo bagi reverse party, ditetapkan
2005 sebagai Penyediaan Dana terhadap pemilik Surat Berharga yang dijual
Romawi IV.C secara repo (repo party). Sementara itu, bagi repo party, Surat Berharga
No. 2a yang direpokan tetap diperhitungkan sebagai Penyediaan Dana kepada
penerbit Surat Berharga (issuer). Lampiran 11 (Lampiran 11 Kodifikasi ini)
merupakan contoh umum mekanisme transaksi Surat Berharga secara
repo.
23
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
24
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Pasal 17 (2) BMPK untuk Surat Berharga kepada Reference Entity sebagaimana
7/3/PBI/2005 dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b angka 2) dihitung secara
Ayat (2) – (3) proporsional berdasarkan proporsi aset yang mendasari (underlying
reference asset) dari masing-masing Reference Entity.
Contoh :
Bank melakukan investasi di reksadana yang diterbitkan oleh PT.A dengan
harga beli sebesar Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) yang
portofolionya terdiri dari:
1. Obligasi PT. X sebesar 60% (enam puluh perseratus);
2. Obligasi PT. Y sebesar 40% (empat puluh perseratus).
BMPK untuk portofolio reksadana kepada PT. X dan PT. Y dihitung secara
proporsional berdasarkan proporsi asset dasar (reference asset) dari
masing-masing PT. X yaitu sebesar 60% (enam puluh perseratus) x Rp
150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) dan PT Y yaitu sebesar 40%
(empat pulu perseratus) x Rp 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah).
(3) BMPK untuk Surat Berharga kepada penerbit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b angka 1) dihitung berdasarkan harga beli.
Contoh:
Bank melakukan investasi di reksadana yang diterbitkan oleh PT.A dengan
harga beli sebesar Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) yang
portofolionya terdiri dari:
1) Obligasi PT. X sebesar 60% (enam puluh perseratus);
2) Obligasi PT. Y sebesar 40% (empat puluh perseratus).
BMPK untuk portofolio reksadana kepada PT. A adalah sebesar
Rp150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah).
a. untuk derivatif kredit (credit derivative) berupa credit default swap atau
instrumen serupa lainnya ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada
Reference Entity.
Contoh:
Bank A mengambil alih risiko kredit (protection seller) portofolio aset
keuangan dari Bank B dalam bentuk credit default swap. Credit default
swap oleh Bank A kepada portofolio aset keuangan Bank B ditetapkan
25
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
b. untuk derivatif kredit (credit derivative) berupa total rate of return swap
atau instrumen serupa lainnya ditetapkan sebagai Penyediaan Dana
kepada Reference Entity.
Contoh:
Bank A melakukan pembayaran kepada Bank B sejumlah bunga tertentu
ditambah kompensasi kerugian dari portofolio kredit yang dimiliki Bank B
yang telah ditetapkan sebagai aset yang mendasari (underlying reference
asset). Sementara itu, atas pembayaran dari Bank A tersebut, Bank B
membayarkan bunga yang diperoleh dari aset yang mendasari
(underlying reference asset) kepada Bank A. Penyediaan Dana Bank A
dalam transaksi total rate of return swap ini ditetapkan sebagai
Penyediaan Dana kepada Reference Entity dari portofolio kredit yang
dimiliki Bank B tersebut.
c. untuk derivatif kredit (credit derivative) berupa credit linked notes atau
instrumen serupa lainnya ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada:
1) Reference Entity; dan
2) penerbit credit linked notes.
Contoh:
Penerbit credit linked notes adalah pihak yang mengalihkan risiko kredit
(protection buyer). Bank A membeli credit linked notes dari Bank B,
dimana aset yang mendasari (underlying reference asset) dari credit
linked notes tersebut terdiri dari aset keuangan yang dimiliki Bank B.
Pembelian credit linked notes tersebut oleh Bank A diperhitungkan dalam
BMPK sebagai Penyediaan Dana kepada:
1. Bank B selaku penerbit credit linked notes; dan
2. Reference Entity dari aset yang mendasari (underlying reference aset)
credit linked notes.
26
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
27
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan nilai wesel yang diaksep adalah nilai bruto tagihan
terhadap debitur (applicant) atau pihak yang menjamin.
SE 7/14/DPNP (3) Penyediaan Dana berupa Tagihan Akseptasi ditetapkan sebagai eksposur
2005 kepada pihak yang wajib melunasi Tagihan Akseptasi tersebut.
Romawi IV.C No. 4 Untuk Tagihan Akseptasi yang telah diaksep bank lain without recourse,
pihak yang berkewajiban melunasi Tagihan Akseptasi tersebut adalah bank
28
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud transaksi derivatif yang berkaitan dengan suku bunga atau
valuta asing adalah:
a. kontrak suku bunga seperti single currency interest rate swaps,
forward rate agreements dan instrumen serupa lainnya;
b. kontrak valuta asing seperti cross currency swap, cross currency
interest rate swap, forward foreign exchange contracts, dan
instrumen serupa lainnya.
(2) BMPK untuk transaksi derivatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dihitung berdasarkan risiko kredit transaksi derivatif.
(3) Risiko kredit transaksi derivatif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
dari Tagihan Derivatif ditambah Potential Future Credit Exposure.
(4) Dalam menghitung nilai risiko kredit transaksi derivatif sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Bank dapat melakukan saling hapus (set-off)
29
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
30
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
31
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud harga perolehan dalam ayat ini adalah harga beli ditambah
biaya lain yang dikeluarkan pertama kali pada saat Penyertaan Modal
dilakukan. Perhitungan harga perolehan untuk Penyertaan Modal berupa
penanaman dana dalam bentuk surat utang konversi (convertible bond)
dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu yang
berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham adalah sebesar nilai
saham atau penyertaan yang akan dimiliki.
SE 7/14/DPNP (3) Penyediaan Dana berupa Penyertaan Modal ditetapkan sebagai eksposur
2005 kepada perusahaan tempat Bank melakukan Penyertaan (investee). Definisi
Romawi IV.C No. 7 Penyertaan Modal adalah penanaman dana Bank dalam bentuk saham
pada bank atau perusahaan di bidang keuangan lainnya sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti
perusahaan sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi
serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, termasuk
penanaman dalam bentuk surat konversi utang (convertible bonds) dengan
opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat
Bank memiliki atau akan memiliki saham pada bank dan atau perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan lainnya.
Adapun jumlah Penyediaan Dana dalam bentuk penyertaan saham adalah
sebesar harga perolehan, yakni seluruh biaya yang dikeluarkan dalam
rangka penyertaan. Untuk penanaman dalam bentuk surat konversi utang
(convertible bonds) dengan opsi saham (equity options), yang
diperhitungkan adalah sebesar nilai saham atau penyertaan yang akan
diperoleh Bank apabila surat konversi utang (convertible bonds) dikonversi
menjadi saham. Untuk jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank
memiliki atau akan memiliki saham seperti transaksi opsi saham,
Penyediaan Dana yang diperhitungkan dalam BMPK adalah sebesar nilai
keseluruhan saham yang akan dimiliki apabila opsi tersebut di-exercise.
Adapun transaksi opsi saham yang termasuk dalam Penyertaan adalah opsi
saham dimana Bank memiliki pengendalian berdasarkan 2 faktor sebagai
berikut:
a. Faktor Potential Voting Rights yakni yang dilihat berdasarkan
1) hak atas keuntungan/laba yang diperoleh investee,
32
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
33
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
SE 7/14/DPNP (4) Bank dinyatakan melakukan pelanggaran BMPK, apabila terdapat selisih
2005 lebih antara persentase BMPK yang diperkenankan dengan persentase
Romawi IV Penyediaan Dana terhadap Modal Bank yang terjadi pada saat pemberian
Penyediaan Dana. Bank dinyatakan melakukan pelampauan BMPK apabila
terdapat selisih lebih antara persentase BMPK yang diperkenankan dengan
persentase Penyediaan Dana terhadap Modal Bank yang terjadi pada
tanggal laporan.
SE 7/14/DPNP (5) Penyediaan Dana oleh Bank dikategorikan sebagai Pelampauan BMPK
2005 apabila terdapat selisih lebih antara persentase Penyediaan Dana terhadap
Romawi V Modal Bank dengan persentase BMPK yang diperkenankan yang
disebabkan oleh penurunan Modal Bank, perubahan nilai tukar,
perubahan nilai wajar, penggabungan usaha dan atau perubahan struktur
kepengurusan yang menyebabkan perubahan Pihak Terkait dan atau
kelompok Peminjam, dan atau perubahan ketentuan.
Perhitungan Pelampauan BMPK didasarkan pada nilai tercatat pada
tanggal laporan (carrying value) dari penyediaan dana yang dicatat sesuai
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Untuk transaksi derivatif, nilai
tercatat pada tanggal laporan termasuk Potential Future Credit Exposure
yang telah ditetapkan untuk transaksi tersebut.
34
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
35
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(3) Action plan untuk Pelampauan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 (Paragraf 24 Kodifikasi ini) yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 (Paragraf 23 Kodifikasi ini) huruf e harus
diterima Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diberlakukannya
ketentuan baru.
26 Pasal 26 (1) Bank wajib menyampaikan laporan pelaksanaan action plan masing-masing
7/3/PBI/2005 untuk Pelanggaran BMPK dan Pelampauan BMPK.
(2) Laporan pelaksanaan action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja setelah realisasi action plan.
36
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
37
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
28 Pasal 28 Prime bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 (Paragraf 27 Kodifikasi ini)
7/3/PBI/2005 ayat (1) huruf c angka 2) huruf e) wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat
38
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
30 Pasal 30 (1) Dalam hal program penjaminan Pemerintah tidak meliputi Penempatan
8/13/PBI/2006 maka Penempatan merupakan komponen Penyediaan Dana yang
diperhitungkan dalam BMPK.
39
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan bank lain di Indonesia adalah bank umum dan bank
perkreditan rakyat.
Yang dimaksud dengan konsolidasi pada ayat ini adalah konsolidasi
laporan keuangan dan konsolidasi dalam pelaksanaan prinsip kehatihatian
yang antara lain mencakup kewajiban penyediaan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, dan posisi devisa neto serta tindak lanjut
pengawasan dan penetapan status Bank.
40
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
33 Pasal 33 (1) Bagian Penyediaan Dana kepada Peminjam yang dijamin oleh prime bank
7/3/PBI/2005 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (Paragraf 28 Kodifikasi ini)
dikecualikan dari perhitungan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dan Pasal 11 (Paragraf 4 dan Paragraf 11 Kodifikasi ini) sepanjang jaminan
yang diberikan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berbentuk standby letter of credit yang diterbitkan sesuai dengan
Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCP) atau
International Standby Practices (ISP) yang berlaku;
b. bersifat tanpa syarat (unconditional) dan tidak dapat dibatalkan
(irrevocable);
41
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
34 Pasal 34 Penempatan pada setiap prime bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
7/3/PBI/2005 (Paragraf 28 Kodifikasi ini) tidak diperhitungkan dalam Batas Maksimum
Pemberian Kredit dengan jumlah paling tinggi masing-masing sebesar Modal
Bank.
SE 7/14/DPNP Penempatan kepada setiap prime bank tidak diperhitungkan dalam BMPK
2005 dengan jumlah paling tinggi masing-masing sebesar Modal Bank. Hal ini antara
Romawi VI.B lain dicontohkan dalam Lampiran 18 (Lampiran 18 Kodifikasi ini).
35 Pasal 35 (1) Bagian Penyediaan Dana kepada Peminjam yang dijamin oleh lembaga
7/3/PBI/2005 pembangunan multilateral dikecualikan dari perhitungan BMPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 11 (Paragraf 4 dan
Paragraf 11 Kodifikasi ini) sepanjang jaminan yang diberikan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. penyediaan Dana bertujuan untuk pembiayaan di Indonesia;
b. penjamin merupakan lembaga pembangunan multilateral yang
ditetapkan Bank Indonesia; dan
42
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
43
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
44
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
38 Pasal 38 Pemberian Kredit dengan pola kemitraan inti-plasma dimana perusahaan inti
7/3/PBI/2005 menjamin Kredit kepada plasma dikecualikan dari pengertian kelompok
Peminjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 12 Kodifikasi ini)
sepanjang:
a. Kredit diberikan dengan pola kemitraan;
39 Pasal 39 Kredit kepada Pejabat Eksekutif Bank dikecualikan sebagai pemberian Kredit
7/3/PBI/2005 kepada Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 8
(Paragraf 4 dan Paragraf 8 Kodifikasi ini) sepanjang diberikan dalam rangka
kesejahteraan sumber daya manusia Bank yang didasarkan pada kebijakan
tunjangan dan fasilitas jabatan serta diberikan secara wajar.
45
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan BUMN dalam Paragraf ini adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 40 (2) Hubungan antara Bank yang berbentuk BUMN atau Badan Usaha Milik
8/13/PBI/2006 Daerah (BUMD) dengan Peminjam yang berbentuk BUMN dan atau BUMD
Ayat (2) dikecualikan dari pengertian Pihak Terkait sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) sepanjang hubungan tersebut semata-
mata disebabkan karena kepemilikan langsung Pemerintah Indonesia.
Yang dimaksud dengan BUMD dalam ayat ini adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah
yang dipisahkan sebagaimana diatur dalam perundangundangan yang
berlaku. Termasuk sebagai perusahaan BUMN adalah Bank BUMN yang
direstrukturisasi sehingga menjadi bagian dari suatu bank holding
company yang merupakan BUMN.
46
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Pasal 40 (3) Perusahaan-perusahaan BUMN dan atau BUMD tidak diperlakukan sebagai
8/13/PBI/2006 kelompok Peminjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 12
Ayat (3) Kodifikasi ini) sepanjang hubungan tersebut semata-mata disebabkan
karena kepemilikan langsung Pemerintah Indonesia.
Yang dimaksud dengan BUMD dalam ayat ini adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah
yang dipisahkan sebagaimana diatur dalam perundangundangan yang
berlaku. Termasuk sebagai perusahaan BUMN adalah Bank BUMN yang
direstrukturisasi sehingga menjadi bagian dari suatu bank holding
company yang merupakan BUMN.
42 Pasal 40B (1) Penyediaan Dana kepada pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam:
8/13/PBI/2006 a. Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf c;
b. Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini)ayat (1) huruf d angka 2);
c. Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf g, huruf j angka 2),
huruf k sampai dengan huruf o, hanya untuk pihak-pihak sebagaimana
47
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(3) Bank yang tidak ditempatkan dalam pengawasan intensif Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah bank yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. memiliki peringkat komposit dalam penilaian tingkat kesehatan paling
kurang 3;
b. tidak memiliki permasalahan aktual dan atau potensial terhadap
keseluruhan risiko (composite risks);
c. tidak memiliki pelanggaran dan atau pelampauan BMPK;
d. tidak memiliki pelanggaran posisi devisa neto;
e. memiliki rasio giro wajib minimum sama dengan atau lebih besar dari
rasio yang ditetapkan;
f. memiliki rasio kredit bermasalah terhadap total kredit secara neto
kurang dari 5% (lima perseratus); dan
g. tidak memiliki permasalahan profitabilitas yang mendasar.
43 Pasal 40C (1) Penyediaan Dana kepada perusahaan/badan dimana Komisaris, Direksi,
8/13/PBI/2006 dan atau Pejabat Eksekutifnya merupakan:
a. Komisaris pada Bank, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 8
Kodifikasi ini) ayat (1) huruf e; dan atau
b. keluarga Komisaris Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
(Paragraf 8 Kodifikasi ini) ayat (1) huruf f angka 2,
dikecualikan dari perhitungan BMPK kepada Pihak Terkait sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 Kodifikasi ini) sepanjang memenuhi
persyaratan tertentu.
(2) Persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai
berikut:
a. Komisaris pada Bank merupakan Komisaris Independen;
48
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
46 Pasal 43 (1) Ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini berlaku pula bagi
7/3/PBI/2005 Penyediaan Dana oleh Bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah.
(2) Definisi Penyediaan Dana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank
Indonesia ini bagi Bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
49
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
BAB X Sanksi
47 Pasal 44 (1) Bank yang melakukan Pelanggaran BMPK dan atau Pelampauan BMPK
7/3/PBI/2005 dikenakan sanksi penilaian tingkat kesehatan Bank sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
(2) Bank yang menyampaikan action plan untuk Pelanggaran BMPK setelah
batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 25 (Paragraf 25
Kodifikasi ini) ayat (1) sampai dengan 14 (empat belas) hari kerja setelah
batas akhir waktu tersebut, dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar
sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per hari kerja
keterlambatan.
(3) Bank yang belum menyampaikan action plan untuk Pelanggaran BMPK
setelah batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (2),
dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
(4) Bank yang menyampaikan action plan untuk Pelampauan BMPK setelah
batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 25 (Paragraf 25
Kodifikasi ini) ayat (2) atau ayat (3) sampai dengan 14 (empat belas) hari
kerja setelah batas akhir waktu tersebut, dikenakan sanksi berupa
kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari
kerja keterlambatan.
(5) Bank yang belum menyampaikan action plan untuk Pelampauan BMPK
setelah batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (4),
dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).
(6) Bank yang menyampaikan laporan pelaksanaan action plan setelah batas
akhir waktu sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 26 (Paragraf 26 Kodifikasi
ini) ayat (2) sampai dengan 14 (empat belas) hari kerja setelah batas
waktu tersebut, dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kerja keterlambatan.
(7) Bank yang belum menyampaikan laporan pelaksanaan action plan setelah
batas akhir waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (6), dikenakan sanksi
berupa kewajiban membayar sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
(8) Bank yang tidak mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 (Paragraf 2 Kodifikasi ini) ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5),
Pasal 3 (Paragraf 3 Kodifikasi ini), Pasal 5 (Paragraf 5 Kodifikasi ini)ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 7 (Paragraf 7 Kodifikasi ini), Pasal 10
(Paragraf 10 Kodifikasi ini) ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 24 (Paragraf 24
Kodifikasi ini) ayat (1) dapat dikenakan sanksi administratif antara lain
berupa:
a. teguran tertulis;
b. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, pemegang saham
dalam daftar pihak-pihak yang mendapat predikat tidak lulus dalam
penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku;
c. pembekuan kegiatan usaha tertentu.
50
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
48 Pasal 45 (1) Bank yang menyampaikan daftar rincian Pihak Terkait setelah batas akhir
7/3/PBI/2005 waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (Paragraf 10 Kodifikasi ini)
ayat (2) sampai dengan 14 (empat belas) hari kerja setelah batas akhir
waktu tersebut dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan.
(2) Bank yang belum menyampaikan daftar rincian Pihak Terkait setelah batas
akhir waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
51
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
52
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
51 Pasal 3 (1) BPR dilarang membuat Perjanjian Kredit sebagaimana dimaksud dalam
11/13/PBI/2009 Pasal 2 (Paragraf 50 Kodifikasi ini) apabila Perjanjian Kredit tersebut
mewajibkan BPR untuk menyediakan dana yang akan mengakibatkan
terjadinya pelanggaran BMPK.
(2) BPR dilarang memberikan Penyediaan Dana yang mengakibatkan
Pelanggaran BMPK.
Kewajiban pemenuhan ketentuan pada ayat ini berlaku untuk setiap saat
pemberian/realisasi Penyediaan Dana.
SE 11/21/DKBU (3) BPR dinyatakan melakukan pelanggaran BMPK apabila terdapat selisih
2009 lebih antara persentase penyediaan dana pada saat direalisasikan terhadap
Romawi III Modal BPR dengan BMPK yang diperkenankan. BPR tetap dinilai melanggar
BMPK selama pelanggaran BMPK tersebut belum diselesaikan.
(4) Modal BPR yang digunakan dalam perhitungan BMPK adalah jumlah Modal
Inti dan Modal Pelengkap sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum BPR pada posisi
bulan terakhir sebelum realisasi penyediaan dana.
(5) Dalam hal terdapat pelanggaran BMPK berupa penyediaan dana dalam
bentuk kredit kepada satu atau lebih Peminjam Pihak Tidak Terkait yang
merupakan bagian dari kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait maka
pelanggaran BMPK dihitung berdasarkan penjumlahan pelanggaran atas
pemberian kredit kepada masing-masing Peminjam dan pelanggaran
pemberian kredit kepada satu kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait.
53
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
54
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Perhitungan BMPK
Perhitungan BMPK didasarkan pada persentase atas baki debet
tertinggi pada bulan yang bersangkutan (September 2009) yaitu
sebesar Rp400 juta terhadap modal BPR per akhir Agustus 2009
sebesar Rp1.800 juta dikurangi dengan persentase BMPK Pihak Tidak
Terkait (20%), dengan perhitungan sebagai berikut:
(400 juta / 1.800 juta x 100%) – 20% = 2,22%
Terdapat pelanggaran BMPK sebesar 2,22%.
55
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Contoh 5: Pemberian Kredit dan Penempatan dana pada BPR lain yang
secara individu Peminjam melebihi BMPK namun secara kelompok
Peminjam tidak melebihi BMPK
BPR ”Y” menempatkan dananya pada BPR ”Z” dan member ikan fasilitas
kredit kepada debitur PT A (Pihak Tidak Terkait yang memiliki saham BPR
”Z” sebesar 40%) dengan kondisi sebagai berikut:
a. Modal BPR : per akhir Oktober 2009 sebesar Rp5.000
juta
b. BMPK Pihak Tidak Terkait:
- Individu Peminjam : 20% atau sebesar Rp1.000 juta (= 20% x
Rp5.000 juta)
- Kelompok Peminjam : 30% atau sebesar Rp1.500 juta (= 30% x
Rp5.000 juta)
g. Penyediaan Dana BPR ”Y” pada BPR ”Z” berupa:
- Deposito : Rp500 juta, jangka waktu 3 (tiga) bulan (10
November 2009 – 10 Februari 2010)
- Kredit : Rp700 juta
d. BPR ”Y” memberikan kredit kepada debitur PT A sebes ar Rp800 juta
e. Jangka waktu : 36 (tiga puluh enam) bulan
f. Tanggal akad kredit : - BPR ”Z”, tanggal 4 November 2009 dan debitur
PT A, tanggal 11 November 2009
g. Realisasi kredit : Pencairan dilakukan sekaligus BPR ”Z” pada tanggal
4 November 2009 debitur PT A pada tanggal 11 November 2009
Perhitungan BMPK:
(1) BMPK Individu Peminjam
Penempatan dana BPR ”Y” pada BPR ”Z” berupa deposito sebesar
Rp500 juta dan kredit sebesar Rp700 juta, sehingga jumlah
56
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
57
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Contoh 7: Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain dalam bentuk
deposito
BPR ”Y” menempatkan dananya dalam bentuk deposito p ada BPR ‘Z”
dengan kondisi sebagai berikut:
a. Modal BPR ”Y” :
- per akhir Agustus 2009 sebesar Rp 4.900 juta
- per akhir September 2009 sebesar Rp5.000 juta
b. BMPK Penempatan Dana pada BPR lain : 20%
- bulan September 2009 sebesar Rp980 juta (= 20% x Rp4.900 juta)
- bulan Oktober 2009 sebesar Rp1.000 juta (= 20% x Rp5.000 juta)
c. Penyediaan Dana BPR ”Y” pada BPR ”Z” berupa:
- Deposito I : Rp700 juta dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan
(10 Juli 2009 – 10 Oktober 2009)
- Deposito II: Rp500 juta dengan jangka waktu 1 (satu) bulan
(2 Oktober 2009 – 2 November 2009)
Perhitungan BMPK
1) Bulan September 2009
Berdasarkan persentase atas jumlah nominal sebagaimana tercantum
dalam bilyet deposito I sebesar Rp700 juta terhadap modal BPR per
akhir Agustus 2009 sebesar Rp4.900 juta dikurangi dengan persentase
BMPK Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain Pihak Tidak Terkait
58
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
54 Pasal 6 Penyediaan Dana dalam bentuk Kredit kepada Pihak Terkait wajib memperoleh
11/13/PBI/2009 persetujuan dari 1 (satu) orang anggota Direksi dan 1 (satu) orang anggota
Dewan Komisaris BPR.
59
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
e. Pejabat Eksekutif;
Yang dimaksud dengan “BPR lain” termasuk pula Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan
Syariah.
60
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Contoh:
BPR A menyediakan dana kepada BPR B. BPR A mempunyai 2 (dua) orang
Direktur dan 2 (dua) orang Komisaris. Kedua Komisaris BPR A tersebut
menjabat sebagai Komisaris pada BPR B yang mempunyai 2 (dua) orang
Direktur dan 2 (dua) orang Komisaris. Mengingat 2 (dua) orang Komisaris
pada BPR B memenuhi asas mayoritas sebesar 50% (lima puluh persen)
dari jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan Direksi BPR B maka
BPR B tersebut merupakan Pihak Terkait dari BPR A, sehingga penyediaan
dana BPR A kepada BPR B paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
i. Perusahaan yang 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah
keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksinya merupakan
anggota Dewan Komisaris BPR;
Contoh:
BPR C menyediakan dana kepada PT D. BPR C mempunyai 2 (dua) orang
Direktur dan 2 (dua) orang Komisaris. Salah satu Komisaris BPR C tersebut
menjabat sebagai Komisaris pada PT D yang mempunyai 1 (satu) orang
Direktur dan 1 (satu) orang Komisaris. Mengingat 1 (satu) orang Komisaris
pada PT D tersebut memenuhi asas mayoritas sebesar 50% (lima puluh
persen) dari jumlah keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan Direksi PT
D maka PT D tersebut merupakan Pihak Terkait dari BPR C, sehingga
penyediaan dana BPR C kepada PT D paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen).
Yang dimaksud dengan jaminan adalah janji yang dibuat secara tertulis
oleh pihak yang menjamin untuk mengambil alih dan/atau melunasi
sebagian atau seluruh kewajiban pihak yang berutang dalam hal pihak
yang berutang gagal memenuhi kewajibannya (wanprestasi).
56 Pasal 8 Penyediaan Dana kepada pihak-pihak selain yang dimaksud dalam Pasal 7
11/13/PBI/2009 (Paragraf 55 Kodifikasi ini) dapat dikategorikan sebagai Penyediaan Dana
kepada Pihak Terkait apabila penyediaan dana tersebut digunakan untuk
keuntungan Pihak Terkait.
61
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan Penempatan Dana Antar Bank kepada BPR lain
adalah penempatan dana dalam bentuk Tabungan, Deposito dan Kredit
yang Diberikan.
(2) Penyediaan Dana dalam bentuk Kredit kepada 1 (satu) Peminjam Pihak
Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal
BPR.
(3) Penyediaan Dana dalam bentuk Kredit kepada 1 (satu) kelompok Peminjam
Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari
Modal BPR.
SE 11/21/DKBU Perhitungan BMPK untuk penyediaan dana dalam bentuk kredit kepada
2009 satu atau lebih Peminjam Pihak Tidak Terkait yang merupakan bagian dari
Romawi II No. 6 kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait dihitung berdasarkan pemberian
kredit kepada masing-masing Peminjam dan pemberian kredit kepada satu
kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait. BMPK pemberian kredit kepada
satu kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari modal BPR.
Yang dimaksud dengan suatu keluarga adalah keluarga inti yang terdiri
dari suami, isteri dan anak kandung/tiri/angkat; suami dan isteri; suami
dan anak kandung/tiri/angkat; atau isteri dan anak kandung/tiri/angkat.
Contoh:
1. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham masing-masing
perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C, dimiliki oleh 1 (satu)
orang/perusahaan. Apabila perusahaan A, perusahaan B dan
perusahaan C menjadi Peminjam BPR yang sama maka perusahaan-
perusahaan tersebut digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok
Peminjam.
2. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham masing-masing
perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C, dimiliki secara
bersama oleh X, Y dan Z yang merupakan suami, isteri dan anak
kandung/tiri/angkat. Apabila perusahaan A, perusahaan B dan
perusahaan C menjadi Peminjam BPR yang sama maka perusahaan-
perusahaan tersebut digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok
Peminjam.
62
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Contoh:
Perusahaan A memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham perusahaan B.
Perusahaan B memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham perusahaan C.
Apabila perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C menjadi Peminjam
BPR maka perusahaan A dan perusahaan B digolongkan sebagai 1 (satu)
kelompok Peminjam. Sementara perusahaan B dan perusahaan C
digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Peminjam yang lain.
Pertimbangan azas mayoritas 50% (lima puluh persen) atau lebih dihitung
dari jumlah kumulatif Dewan Komisaris dan/atau Direksi. Dalam hal
perusahaan tersebut berbadan hukum Koperasi maka untuk menentukan
mayoritas adalah jumlah kumulatif dari pengurus, pengawas dan
pengelola yang diangkat oleh pengurus dari Koperasi dimaksud.
63
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
c. perubahan ketentuan.
64
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
65
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(3) Action plan untuk Pelampauan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang disebabkan karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 (Paragraf 59 Kodifikasi ini) huruf a dan huruf b harus disampaikan oleh
BPR dan diterima oleh Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan
setelah akhir bulan laporan BMPK bulan yang bersangkutan atau 14
(empat belas) hari sejak exit meeting untuk Pelampauan BMPK yang
ditemukan dalam pemeriksaan.
(4) Action plan untuk Pelampauan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang disebabkan karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
(Paragraf 59 Kodifikasi ini) huruf c harus disampaikan oleh BPR dan
diterima oleh Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
diberlakukannya ketentuan baru.
(5) Dalam hal jangka waktu penyampaian action plan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur
maka BPR wajib menyampaikan action plan pada hari kerja sebelumnya.
61 Pasal 13 (1) Action plan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 60 Kodifikasi
11/13/PBI/2009 ini) ayat (1) wajib memuat paling kurang langkah-langkah untuk
penyelesaian Pelanggaran BMPK dan/atau Pelampauan BMPK serta
target waktu penyelesaian.
66
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Contoh:
1. Pada tanggal 1 April 2009 BPR B memberikan Kredit kepada debitur X
(Pihak Tidak Terkait) sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
yang merupakan 20% (dua puluh persen) dari modal BPR B dengan
jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Pada tanggal 31 Mei 2009 modal
BPR B turun karena mengalami kerugian sehingga persentase Kredit
kepada debitur X menjadi 25% (dua puluh lima persen) dari modal BPR
B atau melampaui BMPK yang ditetapkan sebesar 5% (lima persen).
Untuk itu BPR B wajib membuat action plan untuk menyelesaikan
pelampauan tersebut dengan target waktu penyelesaian paling lambat
6 (enam) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.
2. Pada tanggal 1 April 2009 BPR A menempatkan Deposito 3 bulan (jatuh
tempo pada tanggal 1 Juli 2009) pada BPR B (Pihak Tidak Terkait)
sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang merupakan
30% (tiga puluh persen) dari modal BPR A. Pada tanggal 10 Mei 2009
dikeluarkan ketentuan mengenai BMPK BPR yang mengatur bahwa
penempatan dana BPR ke BPR lain paling tinggi 20% (dua puluh
persen) dari modal. Dengan asumsi modal BPR A tetap maka dengan
adanya ketentuan BMPK tersebut penempatan Deposito BPR A ke BPR
B menjadi melampaui BMPK yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh
persen). Untuk itu BPR A wajib membuat action plan untuk
menyelesaikan pelampauan tersebut dengan target waktu
penyelesaian paling lambat sampai dengan jatuh tempo Deposito yaitu
tanggal 1 Juli 2009.
Contoh:
Pada tanggal 1 April 2009 BPR A menempatkan Tabungan pada BPR B
(Pihak Tidak Terkait) sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
yang merupakan 30% (tiga puluh persen) dari modal BPR A. Pada tanggal
10 Mei 2009 dikeluarkan ketentuan mengenai BMPK BPR yang mengatur
bahwa penempatan dana BPR ke BPR lain paling tinggi 20% (dua puluh
persen) dari modal. Dengan asumsi modal BPR A tetap maka dengan
adanya ketentuan BMPK tersebut penempatan Tabungan BPR A ke BPR B
menjadi melampaui BMPK yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).
Untuk itu BPR A wajib membuat action plan untuk menyelesaikan
pelampauan tersebut dengan target waktu penyelesaian paling lambat 1
(satu) bulan sejak action plan disampaikan kepada Bank Indonesia.
(5) Bank Indonesia dapat meminta BPR melakukan penyesuaian action plan
yang disampaikan apabila menurut penilaian Bank Indonesia langkah-
langkah dan/atau target waktu penyelesaian tidak mungkin dicapai.
67
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan bukti pendukung antara lain adalah bukti setoran
modal dan bukti pembayaran atau pelunasan Kredit.
(2) Laporan pelaksanaan action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib disampaikan oleh BPR dan diterima oleh Bank Indonesia paling
lambat 14 (empat belas) hari sejak realisasi action plan.
(3) Dalam hal jangka waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur maka BPR wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan action plan pada hari kerja
sebelumnya.
68
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan BUMN dan BUMD dalam Paragraf ini adalah
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) BPR.
2) harus dapat dicairkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak klaim
diajukan, termasuk pencairan sebagian; dan
3) mempunyai jangka waktu penjaminan paling kurang sama dengan
jangka waktu Penyediaan Dana.
d. Bagian Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain sepanjang memenuhi
persyaratan:
1) Terdapat kesepakatan antar BPR yang menempatkan dananya dengan
BPR lain yang menerima penempatan dana;
2) Dalam rangka menanggulangi kesulitan likuiditas BPR; dan
3) Bagian Penempatan Dana dimaksud:
1. merupakan simpanan/iuran/porsi dana yang wajib ditempatkan
oleh BPR pada BPR lain sesuai kesepakatan sebagaimana
dimaksud pada angka 1); atau
2. berasal dari simpanan/iuran/porsi dana dari BPR-BPR yang
ditujukan untuk menanggulangi kesulitan likuiditas masing-
masing BPR.
Bagian Penempatan Dana yang dimaksud dalam ayat ini adalah bagian
penempatan dana dalam rangka memenuhi simpanan/iuran/porsi dana
atau penempatan dana dalam rangka penanggulangan likuiditas yang
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Contoh:
Terdapat 28 BPR yang membuat kesepakatan untuk menempatkan dana
69
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
64 Pasal 16 (1) Penyediaan dana BPR berupa Kredit dengan pola kemitraan inti-plasma
11/13/PBI/2009 atau pola Pengembangan Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya
Masyarakat (PHBK) dikecualikan dari pengertian kelompok Peminjam
Pihak Tidak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 57
Kodifikasi ini) ayat (3).
(2) Pola kemitraan inti-plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan dari pengertian kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 57 Kodifikasi ini) ayat (3),
sepanjang memenuhi persyaratan:
a. Kredit diberikan dengan pola kemitraan;
b. Perusahaan inti merupakan Pihak Tidak Terkait dengan BPR;
c. Plasma bukan merupakan anak perusahaan atau cabang yang
dimiliki, dikuasai atau berafiliasi dengan perusahaan inti;
d. Plasma memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan inti
sebagai bagian dari produksi perusahaan inti; dan
e. Perjanjian Kredit antara BPR dengan plasma dilakukan secara
langsung.
(3) Pola PHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan dari
pengertian kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 57 Kodifikasi ini) ayat (3), sepanjang
70
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
65 Pasal 17 Kredit kepada anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan/atau pegawai
11/13/PBI/2009 BPR yang memenuhi kriteria Pihak Terkait yang ditujukan untuk peningkatan
kesejahteraan serta dibayar kembali dari pendapatan yang diperoleh dari BPR
yang bersangkutan dikecualikan sebagai pemberian Kredit kepada Pihak
Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 55 Kodifikasi ini).
71
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
72
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
67 Pasal 19 (1) BPR bertanggungjawab atas kebenaran dan kelengkapan isi laporan
11/13/PBI/2009 BMPK yang disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 (Paragraf 66 Kodifikasi ini) ayat (1).
(2) Dalam hal terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan atas laporan BMPK
yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia, BPR wajib
menyampaikan koreksi atas laporan BMPK secara on-line dengan
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 (Paragraf 66
Kodifikasi ini).
68 Pasal 20 (1) Kewajiban penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK
11/13/PBI/2009 secara on-line sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 (Paragraf 66 Kodifikasi
ini) ayat (1) dan Pasal 19 (Paragraf 67 Kodifikasi ini) ayat (2) dikecualikan
dalam hal:
a. BPR berkedudukan di daerah yang belum tersedia fasilitas komunikasi
sehingga tidak memungkinkan untuk menyampaikan laporan BMPK
dan/atau koreksi laporan BMPK secara on-line;
b. BPR baru beroperasi dengan batas waktu paling lama 2 (dua) bulan
setelah melakukan kegiatan operasional;
73
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
69 Pasal 21 (1) BPR yang tidak dapat menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi
11/13/PBI/2009 laporan BMPK secara on-line sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
Ayat (1) (Paragraf 68 Kodifikasi ini), wajib menyampaikan laporan dimaksud secara
off-line.
SE 11/21/DKBU Dalam hal terjadi kerusakan disket atau media perekam data elektronik
2009 lainnya yang telah diterima oleh Bank Indonesia secara off-line, BPR
Romawi V No. 7 pelapor menyampaikan ulang disket atau media perekam data elektronik
lainnya setelah diminta oleh Bank Indonesia.
Pasal 21 (2) Tatacara penyampaian laporan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat
11/13/PBI/2009 (1) akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
Ayat (2)
70 Pasal 22 (1) Laporan BMPK wajib disampaikan oleh BPR kepada Bank Indonesia paling
11/13/PBI/2009 lambat tanggal 14 (empat belas) pada bulan berikutnya setelah
berakhirnya bulan laporan yang bersangkutan.
Laporan BMPK dapat disampaikan secara on-line pada hari libur atau hari
Sabtu.
(2) Dalam hal tanggal 14 (empat belas) jatuh pada hari libur atau hari Sabtu
maka BPR yang menyampaikan laporan BMPK secara off-line wajib
menyampaikan laporan BMPK pada hari kerja sebelumnya.
(3) BPR dinyatakan telah menyampaikan laporan BMPK pada tanggal
diterimanya laporan BMPK oleh Bank Indonesia.
74
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(4) Dalam hal terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan atas laporan BMPK yang
telah disampaikan, BPR wajib menyampaikan koreksi atas laporan BMPK
dimaksud kepada Bank Indonesia secara on-line paling lambat tanggal 20
(dua puluh) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan yang
bersangkutan.
Koreksi laporan BMPK dapat disampaikan secara on-line pada hari libur
atau hari Sabtu.
(5) Dalam hal tanggal 20 (dua puluh) jatuh pada hari libur atau hari Sabtu
maka BPR yang menyampaikan koreksi laporan BMPK secara off-line wajib
menyampaikan laporan BMPK pada hari kerja sebelumnya.
Contoh:
Koreksi laporan BMPK untuk data bulan Mei 2009 disampaikan secara off-
line paling lambat tanggal 19 Juni 2009 (hari Jumat) untuk penyampaian
secara langsung kepada Bank Indonesia maupun untuk penyampaian
melalui pos, mengingat tanggal 20 Juni 2009 jatuh pada hari Sabtu.
(6) BPR dinyatakan telah menyampaikan koreksi laporan BMPK pada tanggal
diterimanya koreksi laporan BMPK oleh Bank Indonesia.
SE 11/21/DKBU (7) Penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK secara on-line
2009 dilakukan sampai dengan akhir bulan laporan. Laporan BMPK dan/atau
Romawi V No. 4 koreksi laporan BMPK secara on-line tersebut dapat disampaikan pada hari
libur atau hari Sabtu.
SE 11/21/DKBU (8) Dalam hal penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK
2009 dilakukan setelah berakhirnya bulan laporan maka laporan tersebut hanya
Romawi V No. 6 dapat disampaikan secara off-line. Penyampaian laporan BMPK dan/atau
koreksi laporan BMPK secara off-line dilakukan dalam bentuk disket atau
media perekam data elektronik lainnya disertai hasil validasi yang telah
ditandatangani oleh penanggung jawab dan disampaikan kepada Bank
Indonesia yang mewilayahi kantor pusat BPR.
SE 11/21/DKBU (9) Hari libur yang terkait dengan penyampaian laporan BMPK dan/atau
2009 koreksi laporan BMPK secara off-line adalah hari libur nasional dan hari
Romawi V No. 9 libur setempat yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat.
75
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Pasal 23 (2) BPR dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi laporan BMPK apabila
11/13/PBI/2009 sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
Ayat (2) (4) (Paragraf 70 Kodifikasi ini) BPR belum menyampaikan koreksi laporan
BMPK.
SE 11/21/DKBU Dalam hal BPR tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi
2009 laporan BMPK sampai dengan akhir bulan laporan maka BPR dinyatakan
Romawi V No. 5 tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK.
Pasal 23 (3) BPR dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi
11/13/PBI/2009 laporan BMPK apabila sampai dengan akhir bulan berikutnya setelah
Ayat (3) – (4) berakhirnya bulan laporan yang bersangkutan BPR belum menyampaikan
laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK.
Contoh:
BPR dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi
laporan BMPK untuk data bulan Juni 2009 apabila laporan dimaksud belum
diterima Bank Indonesia sampai dengan tanggal 31 Juli 2009.
(4) BPR yang dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi
laporan BMPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tetap wajib
menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK.
(2) BPR wajib melakukan koreksi yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam laporan BMPK BPR kepada Bank Indonesia.
(3) Dalam hal terdapat koreksi Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), BPR wajib menyampaikan koreksi laporan BMPK dimaksud kepada
76
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
BAB X Sanksi
74 Pasal 27 (1) BPR yang melakukan Pelanggaran BMPK sebagaimana dimaksud dalam
11/13/PBI/2009 Pasal 3 ayat (2), Pasal 5, dan Pasal 9 (Paragraf 51, Paragraf 53, dan Paragraf
57 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi penilaian tingkat kesehatan BPR
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
(2) Terhadap setiap kesalahan laporan BMPK yang ditemukan berdasarkan
penelitian dan/atau pemeriksaan Bank Indonesia, dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per jenis
kesalahan atau paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
(3) Dalam hal jenis kesalahan yang sama terjadi pada laporan bulanan BPR
sesuai ketentuan yang berlaku dan atas kesalahan tersebut BPR telah
dikenakan sanksi maka BPR tidak lagi dikenakan sanksi atas jenis kesalahan
yang sama tersebut pada laporan BMPK.
(4) BPR yang dinyatakan terlambat menyampaikan laporan BMPK dan/atau
koreksi laporan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dan
ayat (2) (Paragraf 71 Kodifikasi ini) dan Pasal 25 ayat (1) (Paragraf 73
Kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 50.000,00
(lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan.
(5) BPR yang dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPK dan/atau koreksi
laporan BMPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) (Paragraf 71
Kodifikasi ini) dan Pasal 25 ayat (2) (Paragraf 73 Kodifikasi ini) dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
77
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
78
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(2) BPR yang mengalami Keadaan Memaksa (force majeure) kurang dari satu
periode penyampaian laporan BMPK dan/atau koreksi laporan BMPK
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan laporan BMPK dan/atau
koreksi laporan BMPK dalam batas waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 (Paragraf 70 Kodifikasi ini) ayat (1), ayat (2), ayat (4) dan ayat (5);
79
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
80
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
77 Pasal 2 BPRS wajib memperhatikan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah dalam
13/5/PBI/2011 membuat akad Pembiayaan antara BPRS dengan Nasabah Penerima Fasilitas.
SE 13/17/DPbS Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan
2011 itu berupa:
Romawi I No. 3 a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’;
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BPRS dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
78 Pasal 3 (1) BPRS dilarang membuat akad Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam
13/5/PBI/2011 Pasal 2 (Paragraf 77 Kodifikasi ini) apabila akad Pembiayaan tersebut
mewajibkan BPRS untuk menyalurkan dana yang akan mengakibatkan
terjadinya pelanggaran BMPD.
(2) BPRS dilarang memberikan Penyaluran Dana yang mengakibatkan
Pelanggaran BMPD.
81
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
82
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Kelompok 30%:
- bulan Maret 2011 sebesar Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah) = (30% x Rp2.000.000.000,00)
- bulan April 2011 sebesar Rp570.000.000,00 (lima ratus tujuh puluh
juta rupiah) = (30% x Rp1.900.000,00)
83
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Jumlah
Nama Penyaluran Pelanggaran BMPD
BMPD
Nasabah Dana
Nominal %
A 100.000.000,00 400.000.000,00 - 0
B 80.000.000,00 400.000.000,00 - 0
C 450.000.000,00 400.000.000,00 50.000.000,00 2,50
D 50.000.000,00 400.000.000,00 - 0
E 120.000.000,00 400.000.000,00 - 0
BPRS "Y" 450.000.000,00
50.000.000,00
500.000.000,00 400.000.000,00 100.000.000,00 5,00
1.250.000.000,
Kelompok 00 600.000.000,00 650.000.000,00 32,50
84
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Jumlah
Nama Penyaluran Pelanggaran BMPD
Nasabah BMPD
Dana
Nominal %
A 95.000.000,00 380.000.000,00 - 0
B 75.000.000,00 380.000.000,00 - 0
C 441.000.000,00 380.000.000,00 61.000.000,00 3,21
D 40.000.000,00 380.000.000,00 - 0
E 115.000.000,00 380.000.000,00 - 0
BPRS "Y" 440.000.000,00
50.000.000,00
490.000.000,00 380.000.000,00 110.000.000,00 5,79
Kelompok 1.206.000.000,00 570.000.000,00 636.000.000,00 33,47
Jumlah pelanggaran 42,47
85
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
81 Pasal 6 Penyaluran Dana dalam bentuk Pembiayaan kepada Pihak Terkait wajib
13/5/PBI/2011 memperoleh persetujuan dari 1 (satu) orang anggota Direksi dan 1 (satu) orang
anggota Dewan Komisaris BPRS.
86
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
e. Pejabat Eksekutif;
i. perusahaan yang 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah
keseluruhan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksinya
merupakan anggota Dewan Komisaris BPRS;
87
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan jaminan adalah janji yang dibuat secara tertulis
oleh pihak yang menjamin untuk mengambil alih dan/atau melunasi
sebagian atau seluruh kewajiban pihak yang berutang dalam hal pihak
yang berutang gagal memenuhi kewajibannya (wanprestasi).
83 Pasal 8 Penyaluran Dana kepada pihak-pihak selain yang dimaksud dalam Pasal 7
13/5/PBI/2011 (Paragraf 82 Kodifikasi ini) dapat dikategorikan sebagai Penyaluran Dana
kepada Pihak Terkait apabila Penyaluran Dana tersebut digunakan untuk
keuntungan Pihak Terkait.
Yang dimaksud dengan Penempatan Dana Antar Bank kepada BPRS lain
adalah penempatan dana dalam bentuk Tabungan, Deposito dan
Pembiayaan yang Diberikan.
88
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Yang dimaksud dengan suatu keluarga adalah keluarga inti yang terdiri
dari suami, isteri dan anak kandung/tiri/angkat; suami dan isteri; suami
dan anak kandung/tiri/angkat; atau isteri dan anak kandung/tiri/angkat.
Contoh:
1. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham masing-masing
perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C, dimiliki oleh 1 (satu)
orang/perusahaan. Apabila perusahaan A, perusahaan B dan
perusahaan C menjadi Nasabah Penerima Fasilitas BPRS yang sama
maka perusahaan perusahaan tersebut digolongkan sebagai 1 (satu)
kelompok Nasabah Penerima Fasilitas.
2. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham masing-masing
perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C, dimiliki secara
bersama oleh X, Y dan Z yang merupakan suami, isteri dan anak
kandung/tiri/angkat. Apabila perusahaan A, perusahaan B dan
perusahaan C menjadi Nasabah Penerima Fasilitas BPRS yang sama
maka perusahaanperusahaan tersebut digolongkan sebagai 1 (satu)
kelompok Nasabah Penerima Fasilitas.
3. 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham perusahaan A dimiliki
oleh suami dan anak pertama, 25% (dua puluh lima persen) atau lebih
saham perusahaan B dimiliki oleh isteri dan anak kedua. Apabila
perusahaan A dan perusahaan B menjadi Nasabah Penerima Fasilitas
BPRS yang sama maka perusahaan-perusahaan tersebut digolongkan
sebagai 1 (satu) kelompok Nasabah Penerima Fasilitas.
Contoh:
Perusahaan A memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham perusahaan B.
Perusahaan B memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham perusahaan C.
Apabila perusahaan A, perusahaan B dan perusahaan C menjadi Nasabah
Penerima Fasilitas BPRS maka perusahaan A dan perusahaan B
digolongkan sebagai 1 (satu) kelompok Nasabah Penerima Fasilitas.
Sementara perusahaan B dan perusahaan C digolongkan sebagai 1 (satu)
kelompok Nasabah Penerima Fasilitas yang lain.
Pertimbangan azas mayoritas 50% (lima puluh persen) atau lebih dihitung
dari jumlah kumulatif Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi
89
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Modal BPRS:
- per akhir Maret 2011 sebesar Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima
ratus juta rupiah).
- per akhir April 2011 sebesar Rp1.350.000.000,00 (satu miliar tiga
ratus lima puluh juta rupiah).
- per akhir Mei 2011 sebesar Rp1.200.000.000,00 (satu miliar dua
ratus juta rupiah).
- per akhir Juni 2011 sebesar Rp800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah).
90
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Pelampauan BMPD
Bulan Saldo Harga Pokok BMPD
Nominal %
April 220.000.000,00 270.000.000,00 - 0
Mei 200.000.000,00 240.000.000,00 - 0
Juni 180.000.000,00 160.000.000,00 20.000.000,00 2,50
91
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
c. perubahan ketentuan.
(3) Action plan untuk Pelampauan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang disebabkan karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
(Paragraf 86 Kodifikasi ini) huruf a dan huruf b harus disampaikan oleh
BPRSS dan diterima oleh Bank Indonesia paling lama 1 (satu) bulan setelah
akhir bulan laporan BMPD bulan yang bersangkutan atau 14 (empat belas)
hari sejak exit meeting untuk Pelampauan BMPD yang ditemukan dalam
pemeriksaan.
(4) Action plan untuk Pelampauan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang disebabkan karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
92
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
88 Pasal 13 (1) Action plan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 87 Kodifikasi
13/5/PBI/2011 ini) ayat (1) wajib memuat paling kurang langkah-langkah untuk
penyelesaian Pelanggaran BMPD dan/atau Pelampauan BMPD serta target
waktu penyelesaian.
Contoh:
1. Pada tanggal 3 Januari 2011 BPRS B memberikan Pembiayaan kepada
debitur X (Pihak Tidak Terkait) sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) yang merupakan 20% (dua puluh persen) dari modal BPRS
B dengan jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Pada tanggal 28 Februari
2011 modal BPRS B turun karena mengalami kerugian sehingga
persentase Pembiayaan kepada debitur X menjadi 25% (dua puluh lima
persen) dari modal BPRS B atau melampaui BMPD yang ditetapkan
sebesar 5% (lima persen). Untuk itu BPRS B wajib membuat action plan
untuk menyelesaikan pelampauan tersebut dengan target waktu
penyelesaian paling lama 6 (enam) bulan sejak action plan
disampaikan kepada Bank Indonesia.
2. Pada tanggal 3 Januari 2011 BPRS A menempatkan Deposito 3 bulan
(jatuh tempo pada tanggal 3 April 2011) pada BPRS B (Pihak Tidak
Terkait) sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang
merupakan 30% (tiga puluh persen) dari modal BPRS A. Pada tanggal 7
Februari 2011 dikeluarkan ketentuan mengenai BMPD BPRS yang
mengatur bahwa penempatan dana BPRS ke BPRS lain paling tinggi
93
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Contoh:
Pada tanggal 3 Januari 2011 BPRS A menempatkan Tabungan pada BPRS B
(Pihak Tidak Terkait) sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
yang merupakan 30% (tiga puluh persen) dari modal BPRS A.
Pada tanggal 7 Februari 2011 dikeluarkan ketentuan mengenai BMPD
BPRS yang mengatur bahwa penempatan dana BPRS ke BPRS lain paling
tinggi 20% (dua puluh persen) dari modal. Dengan asumsi modal BPRS A
tetap maka dengan adanya ketentuan BMPD tersebut penempatan
Tabungan BPRS A ke BPRS B menjadi melampaui BMPD yang ditetapkan
sebesar 10% (sepuluh persen). Untuk itu BPRS A wajib membuat action
plan untuk menyelesaikan pelampauan tersebut dengan target waktu
penyelesaian paling lama 1 (satu) bulan sejak action plan disampaikan
kepada Bank Indonesia.
(5) Bank Indonesia dapat meminta BPRS melakukan penyesuaian action plan
yang disampaikan apabila menurut penilaian Bank Indonesia langkah-
langkah dan/atau target waktu penyelesaian tidak mungkin dicapai.
89 Pasal 14 (1) BPRS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan action plan untuk
13/5/PBI/2011 penyelesaian Pelanggaran BMPD dan/atau Pelampauan BMPD disertai
dengan bukti pendukungnya.
Yang dimaksud dengan bukti pendukung antara lain adalah bukti setoran
modal dan bukti pembayaran atau pelunasan Pembiayaan.
(2) Laporan pelaksanaan action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib disampaikan oleh BPRS dan diterima oleh Bank Indonesia paling lama
14 (empat belas) hari sejak realisasi action plan.
(3) Dalam hal jangka waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur maka BPRS wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan action plan pada hari kerja
sebelumnya.
94
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
95
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Bagian Penempatan Dana yang dimaksud dalam ayat ini adalah bagian
penempatan dana dalam rangka memenuhi simpanan/iuran/porsi dana
atau penempatan dana dalam rangka penanggulangan likuiditas yang
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Contoh:
Terdapat 28 BPRS yang membuat kesepakatan untuk menempatkan dana
berupa simpanan/iuran/porsi dana pada salah satu BPRS yang ditunjuk
untuk mengkoordinir pengelolaan dana yang terhimpun. Dalam
kesepakatan tersebut dimuat antara lain:
- Jumlah simpanan/iuran/porsi dana yang wajib ditempatkan oleh BPRS
pada BPRS lain yang ditunjuk, misalnya Rp25.000.000,00 (dua puluh
lima juta rupiah) per BPRS.
- Jumlah maksimum dana/pinjaman likuiditas yang dapat ditempatkan
oleh BPRS yang ditunjuk kepada salah satu dari 28 BPRS tersebut,
misalnya 10 (sepuluh) kali dari jumlah simpanan/iuran/porsi dana yang
ditempatkan atau Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah).
91 Pasal 16 (1) Penyediaan dana BPRS berupa Pembiayaan dengan pola kemitraan inti-
13/5/PBI/2011 plasma atau pola Pengembangan Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya
Masyarakat (PHBK) dikecualikan dari pengertian kelompok Nasabah
Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 (Paragraf 84 Kodifikasi ini) ayat (3).
96
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(2) Pola kemitraan inti-plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan dari pengertian kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak
Tidak Terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 84 Kodifikasi
ini) ayat (3), sepanjang memenuhi persyaratan:
a. Pembiayaan diberikan dengan pola kemitraan;
b. Perusahaan inti merupakan Pihak Tidak Terkait dengan BPRS;
c. Plasma bukan merupakan anak perusahaan atau cabang yang dimiliki,
dikuasai atau berafiliasi dengan perusahaan inti;
d. Plasma memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan
intisebagai bagian dari produksi perusahaan inti; dan
e. Akad Pembiayaan antara BPRS dengan plasma dilakukan secara
langsung.
(3) Pola PHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan dari
pengertian kelompok Nasabah Penerima Fasilitas Pihak Tidak Terkait
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 84 Kodifikasi ini) ayat (3),
sepanjang memenuhi persyaratan:
a. Pembiayaan diberikan kepada kelompok;
97
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
SE 13/17/DPBS BPRS pelapor menyampaikan laporan BMPD kepada Bank Indonesia paling
2011 lama tanggal 14 (empat belas) pada bulan berikutnya setelah
Romawi V No. 1 berakhirnya bulan laporan.
Pasal 18 (2) Laporan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
13/5/PBI/2011 a. Penyaluran Dana kepada Pihak Tidak Terkait yang melanggar dan
Ayat (2) – (3) melampaui BMPD; dan
b. Seluruh Penyaluran Dana kepada Pihak Terkait.
(3) Tatacara penyampaian laporan BMPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam ketentuan Bank Indonesia.
94 Pasal 19 (1) BPRS bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan isi laporan
13/5/PBI/2011 BMPD yang disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 (Paragraf 93 Kodifikasi ini) ayat (1).
(2) Dalam hal terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan atas laporan BMPD
yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia, BPRS wajib menyampaikan
koreksi atas laporan BMPD secara on-line dengan memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 (Paragraf 93 Kodifikasi ini).
95 Pasal 20 (1) Kewajiban penyampaian laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD
13/5/PBI/2011 secara on-line sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 (Paragraf 93 Kodifikasi
ini) ayat (1) dan Pasal 19 (Paragraf 94 Kodifikasi ini) ayat (2) dikecualikan
dalam hal:
a. BPRS berkedudukan di daerah yang belum tersedia fasilitas
98
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
96 Pasal 21 (1) BPRS yang tidak dapat menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi
13/5/PBI/2011 laporan BMPD secara on-line sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
(Paragraf 95 Kodifikasi ini), wajib menyampaikan laporan dimaksud secara
off-line.
97 Pasal 22 (1) Laporan BMPD wajib disampaikan oleh BPRS kepada Bank Indonesia paling
13/5/PBI/2011 lama tanggal 14 (empat belas) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya
bulan laporan yang bersangkutan.
Laporan BMPD dapat disampaikan secara on-line pada hari libur atau hari
Sabtu.
(2) Dalam hal tanggal 14 (empat belas) jatuh pada hari libur atau hari Sabtu
maka BPRS yang menyampaikan laporan BMPD secara off-line wajib
menyampaikan laporan BMPD pada hari kerja sebelumnya.
99
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(4) Dalam hal terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan atas laporan BMPD
yang telah disampaikan, BPRS wajib menyampaikan koreksi atas laporan
BMPD dimaksud kepada Bank Indonesia secara on-line paling lama tanggal
20 (dua puluh) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan
yang bersangkutan.
Koreksi laporan BMPD dapat disampaikan secara on-line pada hari libur
atau hari Sabtu.
(5) Dalam hal tanggal 20 (dua puluh) jatuh pada hari libur atau hari Sabtu
maka BPRS yang menyampaikan koreksi laporan BMPD secara off-line
wajib menyampaikan laporan BMPD pada hari kerja sebelumnya.
Contoh:
Koreksi laporan BMPD untuk data bulan Februari 2011 disampaikan secara
off-line paling lambat tanggal 18 Maret 2011 (hari Jumat) untuk
penyampaian secara langsung kepada Bank Indonesia maupun untuk
penyampaian melalui pos, mengingat tanggal Maret 2011 jatuh pada hari
Minggu.
(6) BPRS dinyatakan telah menyampaikan koreksi laporan BMPD pada tanggal
diterimanya koreksi laporan BMPD oleh Bank Indonesia.
98 Pasal 23 (1) BPRS dinyatakan terlambat menyampaikan laporan BMPD apabila sampai
13/5/PBI/2011 dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 (Paragraf 97
Kodifikasi ini) ayat (1) BPRS belum menyampaikan laporan BMPD.
(2) BPRS dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi laporan BMPD apabila
sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
(Paragraf 97 Kodifikasi ini) ayat (4) BPRS belum menyampaikan koreksi
laporan BMPD.
(3) BPRS dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi
laporan BMPD apabila sampai dengan akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya bulan laporan yang bersangkutan BPRS belum menyampaikan
laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD.
100
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
101
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
102
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(2) BPRS wajib melakukan penyesuaian atas koreksi yang ditetapkan Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam laporan BMPD BPRS
kepada Bank Indonesia.
(3) Dalam hal terdapat koreksi Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), BPRS wajib menyampaikan koreksi laporan BMPD dimaksud
kepada Bank Indonesia paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal
pemberitahuan oleh Bank Indonesia atau sejak tanggal exit meeting.
(4) Dalam hal jangka waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur maka BPRS wajib
menyampaikan koreksi atas laporan BMPD pada hari kerja sebelumnya.
100 Pasal 25 (1) BPRS dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi laporan BMPD
13/5/PBI/2011 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 99 Kodifikasi ini) ayat (2)
apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
(Paragraf 99 Kodifikasi ini) ayat (3) BPRS belum menyampaikan koreksi
laporan BMPD.
(2) BPRS dinyatakan tidak menyampaikan koreksi laporan BMPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 (Paragraf 99 Kodifikasi ini) ayat (2) apabila
sampai dengan 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemberitahuan oleh Bank
Indonesia atau sejak tanggal exit meeting, BPRS belum menyampaikan
koreksi laporan BMPD.
(3) BPRS yang dinyatakan tidak menyampaikan koreksi laporan BMPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap wajib menyampaikan koreksi
laporan BMPD.
101 Pasal 26 (1) BPRS wajib melaporkan struktur kelompok usaha yang terkait dengan BPRS
13/5/PBI/2011 termasuk badan hukum pemilik BPRS sampai dengan ultimate
shareholders kepada Bank Indonesia, 1 (satu) tahun sekali untuk posisi
akhir tahun dan setiap terdapat rencana perubahan struktur kelompok
usaha yang menyebabkan perubahan pengendali BPRS.
103
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
104
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(6) BPRS melaporkan setiap rencana perubahan struktur kelompok usaha yang
menyebabkan perubahan pengendali BPRS paling lama 30 (tiga puluh)
hari sebelum terjadinya perubahan.
(7) BPRS mengajukan calon PSP untuk dilakukan uji kemampuan dan
kepatutan (fit and proper test) yang disebabkan oleh adanya
perubahan struktur kelompok usaha BPRS yang mengakibatkan
terjadinya perubahan Pengendalian
102 Pasal 27 Bank Indonesia dapat menolak perubahan pengendali BPRS, apabila
13/5/PBI/2011 berdasarkan penilaian Bank Indonesia perubahan tersebut dapat
menyebabkan atau diindikasikan dapat menghambat pelaksanaan pengawasan
BPRS.
103 Pasal 28 (1) BPRS wajib mengungkapkan ultimate shareholders BPRS dalam laporan
13/5/PBI/2011 keuangan tahunan dan laporan keuangan publikasi BPRS.
(2) Kewajiban pengungkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakantambahan atas kewajiban pengungkapan informasi mengenai
pemegang saham BPRS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia yang berlaku.
105
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
BAB X Sanksi
104 Pasal 29 (1) BPRS yang melakukan Pelanggaran BMPD sebagaimana dimaksud dalam
13/5/PBI/2011 Pasal 3 ayat (2), Pasal 5, dan Pasal 9 (Paragraf 78 ayat (2), Paragraf 80, dan
Paragraf 84 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi penilaian tingkat kesehatan
BPRS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
(2) Terhadap setiap kesalahan laporan BMPD yang ditemukan berdasarkan
penelitian dan/atau pemeriksaan Bank Indonesia, dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per jenis
kesalahan atau paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
(3) Dalam hal jenis kesalahan yang sama terjadi pada laporan bulanan BPRS
sesuai ketentuan yang berlaku dan atas kesalahan tersebut BPRS telah
dikenakan sanksi maka BPRS tidak lagi dikenakan sanksi atas jenis
kesalahan yang sama tersebut pada laporan BMPD.
(4) BPRS yang dinyatakan terlambat menyampaikan laporan BMPD dan/atau
koreksi laporan BMPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dan
ayat (2) dan Pasal 25 ayat (1) (Paragraf 98 ayat (1) dan ayat (2) dan
Paragraf 100 ayat (1) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan.
(5) BPRS yang dinyatakan tidak menyampaikan laporan BMPD dan/atau
koreksi laporan BMPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) dan
Pasal 25 ayat (2) (Paragraf 98 ayat (3) dan Paragraf 100 ayat (2) Kodifikasi
ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah).
(6) BPRS yang melanggar ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 6, Pasal 12,
Pasal 14, serta Pasal 24 ayat (2) (Paragraf 78 ayat (1), Paragraf 81, Paragraf
87, Paragraf 89, serta Paragraf 99 ayat (2) Kodifikasi ini), dikenakan sanksi
administratif sesuai dengan Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa:
a. teguran tertulis; dan
b. penurunan nilai faktor manajemen dalam perhitungan tingkat
kesehatan.
(7) BPRS yang melanggar ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 6, Pasal 12,
Pasal 14, serta Pasal 24 ayat (2) (Paragraf 78 ayat (1), Paragraf 81, Paragraf
87, Paragraf 89, serta Paragraf 99 ayat (2) Kodifikasi ini) selain dikenakan
sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat dikenakan sanksi
106
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
107
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(2) BPRS yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) kurang dari satu
periode penyampaian laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan laporan BMPD dan/atau
koreksi laporan BMPD dalam batas waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 (Paragraf 97 Kodifikasi ini) ayat (1), ayat (2), ayat (4) dan ayat (5).
(3) BPRS yang mengalami keadaan memaksa (force majeure), menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan disertai
penjelasan mengenai keadaan memaksa yang dialami.
(4) BPRS wajib menyampaikan laporan BMPD dan/atau koreksi laporan BMPD
setelah kembali melakukan kegiatan operasional secara normal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 24 ayat (3) (Paragraf 97
dan Paragraf 99 ayat (3) Kodifikasi ini).
108
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
108 Pasal 3 (1) Bank hanya dapat melakukan Penyertaan Modal pada Perusahaan yang
15/11/PBI/2013 Bergerak di Bidang Keuangan.
(2) Bank Umum Syariah hanya dapat melakukan Penyertaan Modal pada
Perusahaan yang Bergerak di Bidang Keuangan berdasarkan prinsip syariah.
(3) Unit Usaha Syariah dan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar
negeri hanya dapat melakukan kegiatan Penyertaan Modal Sementara.
Unit Usaha Syariah adalah unit usaha syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri adalah kantor
cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai persyaratan dan tata cara
pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu, dan kantor perwakilan dari bank
yang berkedudukan di luar negeri.
109
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(3) Penyertaan Modal yang berasal dari dividen saham tidak memerlukan
persetujuan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
110 Pasal 5 (1) Penyertaan Modal dapat dilakukan secara langsung atau melalui
15/11/PBI/2013 pasar modal.
(2) Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dilakukan untuk investasi jangka panjang dan tidak dimaksudkan
untuk jual beli saham.
111 Pasal 6 (1) Jumlah seluruh portofolio Penyertaan Modal ditetapkan paling tinggi
15/11/PBI/2013 sebesar Penyertaan Modal sesuai pengelompokan Bank berdasarkan
BUKU.
(2) Jumlah seluruh portofolio Penyertaan Modal sebagaimana pada
ayat (1) termasuk peningkatan Penyertaan Modal dan dividen saham.
112 Pasal 7 Bank dilarang melakukan Penyertaan Modal melebihi batas penyediaan dana
15/11/PBI/2013 sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai BMPK.
113 Pasal 8 (1) Dalam hal Bank telah menerapkan manajemen risiko secara
15/11/PBI/2013 konsolidasi dengan Perusahaan Anak maka:
a. Penyertaan Modal pada Perusahaan Anak tidak diperhitungkan
sebagai penyediaan dana dalam perhitungan BMPK.
b. peningkatan Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal yang berasal
dari dividen saham pada Perusahaan Anak yang sama
dikecualikan dari batas Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 (Paragraf 111 dan 112 Kodifikasi ini).
110
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Investee dalam ayat ini dapat berupa Perusahaan Anak yang belum
menerapkan manajemen risiko secara konsolidasi dengan Bank atau bukan
Perusahaan Anak.
114 Pasal 9 (1) Kegiatan Penyertaan Modal pada Investee di luar negeri hanya dapat
15/11/PBI/2013 dilakukan oleh Bank sesuai pengelompokan Bank berdasarkan BUKU.
(2) Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) harus
dilakukan dalam valuta asing.
115 Pasal 10 (1) Bank yang akan melakukan Penyertaan Modal paling kurang harus
15/11/PBI/2013 memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. rencana Penyertaan Modal telah dicantumkan dalam Rencana Bisnis
Bank (RBB);
111
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
112
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
D a l a m me l a k u k a n an a l i s i s , B a n k me m pe r t im b a n g k a n
faktor-faktor antara lain:
1. karakteristik usaha Investee;
2. Penyertaan Modal yang telah dan/atau akan dilakukan oleh Investee;
dan
3. kesesuaian kegiatan usaha Investee dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal Investee adalah perusahaan baru persyaratan dalam hur uf ini
dapat berupa rancangan str uktur kepemilikan dan
kepengurusan.
Dalam hal Investee adalah perusahaan baru persyaratan dalam huruf ini
dapat berupa identitas dari calon.
113
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
d. surat keterangan dari otoritas yang berwenang yang mengawasi kegiatan usaha
Investee beserta pernyataan tidak keberatan bahwa Bank Indonesia dapat
melakukan pemeriksaan kepada Investee.
114
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(5) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3) dan/atau ayat
(4), Bank menyampaikan hasil due dilligence terhadap Investee dan/atau dokumen
pendukung lainnya, apabila diminta oleh Bank Indonesia.
117 Pasal 12 Bank wajib menyampaikan surat pernyataan yang menjamin kebenaran dokumen
15/11/PBI/2013 dan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), ayat (3) dan/atau ayat
(4) (Paragraf 116 Kodifikasi ini) yang disampaikan dalam rangka permohonan
persetujuan Penyertaan Modal kepada Bank Indonesia.
118 Pasal 13 (1) Persetujuan atau penolakan atas permohonan Penyertaan Modal
15/11/PBI/2013 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 116 Kodifikasi ini) akan
diberikan setelah mempertimbangkan kelengkapan dokumen dan
analisis kemampuan Bank serta kelayakan dan kesesuaian kegiatan
Penyertaan Modal yang akan dilakukan oleh Bank.
(2) Dalam rangka memberikan persetujuan, Bank Indonesi a dapat
meminta Bank dan/atau Investee untuk memberikan
komitmen tertulis.
119 Pasal 14 Dalam hal terdapat pelanggaran terhadap komitmen sebagaimana dimaksud
15/11/PBI/2013 dalam Pasal 13 ayat (2) (Paragraf 118 Kodifikasi ini), Bank Indonesia akan
memerintahkan Bank untuk melakukan tindakan tertentu.
120 Pasal 15 (1) Bank harus merealisasikan rencana Penyertaan Modal paling lama 6
15/11/PBI/2013 (enam) bulan sejak persetujuan Penyertaan Modal diberikan oleh Bank
Indonesia.
(2) Apabila dalam jangka waktu 6 ( enam) bulan sejak tanggal
persetujuan diberikan oleh Bank Indonesia, Bank tidak
merealisasikan Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
maka persetujuan Bank Indonesia menjadi tidak berlaku.
(3) Bank Indonesia berdasarkan permohonan Bank, dapat
memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dengan mempertimbangkan faktor tertentu.
115
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
(2) Rencana tindak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa rencana
tindak dalam rangka:
a. pemenuhan persyaratan modal inti dan/atau Modal Bank; atau
b. penyesuaian jumlah Penyertaan Modal.
(3) Rencana tindak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Bank Indonesia paling lambat pada akhir bulan keempat sejak
terjadinya pelampauan batasan Penyertaan Modal.
116
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
Pada posisi bulan Februari, Maret dan April 2014, modal inti Bank X
mengalami penurunan menjadi:
Dengan demikian Bank X berubah menjadi BUKU 2 dan harus menyampaikan rencana
tindak kepada Bank Indonesia paling lambat akhir bulan Mei 2014.
(4) Rencana tindak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan
persetujuan dari Bank Indonesia dan penyelesaian rencana tindak
dimaksud paling lama 1 ( satu) tahun sejak persetujuan dari Bank
Indonesia.
Y a n g d i m a k s u d d e ng a n " p e n u r u n a n p e r m o d a l a n B a n k
secara signifikan" adalah apabila penurunan permodalan dimaksud
mengakibatkan jumlah Modal Bank lebih rendah dari
kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank.
117
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
123 Pasal 18 (1) Bank dapat melakukan divestasi Penyertaan Modal atas inisiatif
15/11/PBI/2013 sendiri dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. divestasi ditujukan untuk menyesuaikan dengan strategi bisnis
Bank;
b. Penyertaan Modal telah dilakukan paling singkat selama 5 (lima) tahun;
c. dicantumkan dalam RBB untuk tahun yang sama dengan tahun
pengajuan permohonan;
d. divestasi dilakukan paling kurang sebesar 50% (lima puluh
persen) dari saham yang dimiliki;
e. divestasi dilakukan melalui suatu transaksi yang wajar (arm's
length transaction);
f. divestasi tidak semata -mata ditujukan untuk memperoleh
keuntungan (capital gain); dan
g. telah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
untuk divestasi pada Investee yang dinyatakan pailit atau dalam
proses likuidasi.
(3) Bank wajib mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk
memperoleh persetujuan divestasi atas inisiatif sendiri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum
divestasi dilakukan dengan melampirkan informasi dan dokumen
paling kurang:
a. latar belakang dan tujuan divestasi;
b. analisis dampak divestasi terhadap kinerja Bank; dan
c. informasi mengenai calon pemegang saham baru dan analisis dampak
divestasi pada Investee dalam hal divestasi dilakukan atas sebagian
Penyertaan Modal pada Investee dimaksud.
(4) Dalam hal batas waktu pengajuan permohonan persetujuan divestasi atas
inisiatif sendiri jatuh pada hari libur maka pengajuan
permohonan persetujuan divestasi atas inisiatif sendiri disampaikan
pada hari kerja berikutnya.
(5) Dalam hal divestasi atas inisiatif sendiri dilakukan pada Perusahaan
Anak, selain persyaratan informasi dan dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Bank wajib menyampaikan hasil keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Persetujuan Dewan Komisaris
yang memuat rencana divestasi Penyertaan Modal Bank pada
Perusahaan Anak.
(6) Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat meminta dokumen
pendukung selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan/atau ayat
(5).
118
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
125 Pasal 20 (1) Divestasi atas Penyertaan Modal Sementara wajib dilakukan apabila Penyertaan
15/11/PBI/2013 Modal Sementara telah melebihi jangka waktu paling lama 5 (lima)
tahun atau perusahaan debitur tempat Penyertaan Modal Sementara
telah memperoleh laba kumulatif.
(2) Dalam hal jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) akan berakhir dan perusahaan debitur tempat Penyertaan Modal
Sementara belum memperoleh laba, dalam rangka persiapan divestasi, Bank
wajib menyampaikan rencana pelaksanaan divestasi kepada Bank Indonesia
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum jangka waktu tersebut berakhir.
(3) Dalam hal batas waktu penyampaian rencana pelaksanaan divestasi Penyertaan
Modal Sementara jatuh pada hari libur maka rencana pelaksanaan
divestasi Penyertaan Modal Sementara disampaikan pada hari kerja
berikutnya.
126 Pasal 21 Bank wajib menyampaikan laporan pelaksanaan divestasi Penyertaan Modal dan
15/11/PBI/2013 Penyertaan Modal Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 19 dan
Pasal 20 (Paragraf 122, Paragraf 124, dan Paragraf 125 Kodifikasi ini) paling lama 7 (tujuh)
hari kerja setelah pelaksanaan divestasi.
Divestasi Penyertaan Modal mencakup divestasi wajib atau divestasi atas inisiatif
sendiri.
119
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
128 Pasal 23 (1) Perusahaan penunjang jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15/11/PBI/2013 22 ayat (1) huruf (a) (Paragraf 127 Kodifikasi ini) merupakan
perusahaan yang didirikan atau kegiatan usahanya ditujukan hanya
untuk menunjang kegiatan usaha Bank melalui sistem pembayaran,
meliputi perusahaan yang melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
a. prinsipal alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) atau
uang elektronik;
b. penerbit APMK atau uang elektronik;
c. acquirer APMK atau uang elektronik;
d. penyelenggara kliring APMK atau uang elektronik;
e. penyelenggara penyelesaian akhir APMK atau uang elektronik;
f. penyelenggara transfer dana;
g. penyelenggara switching;
h. pelaksanaan sertifikasi sistem pembayaran;
i. penyedia jaringan sistem pembayaran;
j. pengelola standar APMK atau uang elektronik;
k. penyedia perangkat pembayaran; dan/atau
l. pelaksana personalisasi.
120
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
131 Pasal 26 Kualitas dan penyisihan penghapusan aset atas Penyertaan Modal dan
15/11/PBI/2013 Penyertaan Modal Sementara mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai penilaian kualitas aset Bank.
133 Pasal 28 (1) Bank wajib menerapkan manajemen risiko dalam mengelola kegiatan
15/11/PBI/2013 Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara dengan mengacu pada
ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan manajemen risiko bagi
bank umum atau penerapan manajemen risiko bagi bank umum syariah
dan unit usaha syariah.
(2) Penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling kurang mencakup:
a. pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;
b. kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
manajemen risiko;
c. kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko; dan
d. sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
121
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
BAB X Lain-Lain
134 Pasal 29 Bank dilarang:
15/11/PBI/2013 a. menerima penyertaan saham dari Investee atau melakukan
Penyertaan Modal pada perusahaan pemegang saham Bank, baik secara
langsung maupun tidak langsung; dan
b. melakukan Penyertaan Modal yang mengakibatkan Bank memiliki
kewajiban yang tidak terbatas pada Investee.
135 Pasal 30 Penyertaan Modal pada Investee berupa Bank, selain tunduk pada
15/11/PBI/2013 ketentuan ini juga mengacu pada ketentuan antara lain mengenai
pembelian saham Bank, kepemilikan saham Bank, dan kepemilikan
tunggal pada perbankan Indonesia, serta merger, konsolidasi dan akuisisi Bank.
136 Pasal 31 (1) Bank Indonesia dapat memerintahkan Bank untuk mengambil langkah-
15/11/PBI/2013 langkah perbaikan (corrective actions) dan/atau merekomendasikan
kepada otoritas yang berwenang untuk melakukan tindakan perbaikan atau
pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan Investee.
137 Pasal 32 (1) Bank Indonesia berdasarkan pertimbangan tertentu dapat memerintahkan
15/11/PBI/2013 Bank untuk melakukan divestasi Penyertaan Modal atau menolak
permohonan Penyertaan Modal atau divestasi atas inisiatif sendiri.
122
Aset BMPK dan Prinsip Kehati-hatian dalam Penyertaan Modal
BAB XI Sanksi
138 Pasal 33 Bank yang melanggar ketentuan dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 ayat (1) dan ayat
15/11/PBI/2013 (2), Pasal 5 ayat (2), Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 ayat (2), Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11,
Pasal 12, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19 ayat (2), Pasal 20, Pasal
21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28 dan/atau Pasal 29
(Paragraf 107, Paragraf 108, Paragraf 109, Paragraf 110, Paragraf 111, Paragraf
112, Paragraf 113, Paragraf 114, Paragraf 115, Paragraf 116, Paragraf 117,
Paragraf 120, Paragraf 121, Paragraf 122, Paragraf 123, Paragraf 124, Paragraf
125, Paragraf 126, Paragraf 127, Paragraf 128, Paragraf 130, Paragraf 131,
Paragraf 132, Paragraf 133, dan/atau Paragraf 134 Kodifikasi ini) dikenakan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 atau Pasal 58 Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
123