Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN
I. Latar Belakang
Taman nasional Komodo menjadi salah satu destinasi di Indonesia yang mendapatkan
kunjungan yang meningkat dari tahun ke tahunnnya. Mengunjungi Komodo yang merupakan
hewan purbakala yang masih hidup hingga kini menjadi daya tarik wisata utama di lokasi yang
terletak di Kabupaten Manggarai Barat ini. Namun wisata bawah laut di Taman Nasional
Komodo juga sangat menarik di kunjungi dimana memiliki terumbu karang yang indah dengan
ikan-ikan indah yang melimpah. Pari manta dan hiu juga menjadi biota yang eksotik untuk
dikunjungi oleh penyelam di seluruh penjuru dunia. Namun dengan tingginya kunjungan
wisatawan tentu hal ini akan adanya dampak yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem
laut, terutama kunjungan dengan pariwisata yang tidak bertanggung jawab akan
mengakibatkan degradasi lingkungan laut.
Kawasan Konservasi Perairan atau dikenal dengan Marine Protected Area (MPA) menjadi
destinasi utama untuk aktivitas menyelam yang selama beberapa tahun terakhir aktivitas ini
telah meningkat hingga 20% pertahun dan membangkitkan jutaan dolar bagi industri wisata
(Caesar and otehr, 2003). Banyak kajian yang mengevaluasi bahwa konsekuesi adanya
peningkatan jumlah wisatan di dalam kawasan konservasi perairan, dalam banyak kasus
banyak memperburuk struktur komunitas (bawah laut) secara signifikan. (Kriwoken, 1996).
Menurut Hassler, et all (2002), Jumlah degradasi ekosistem terumbu karang oleh penyelam
scuba dapat ditunjukan hubungannya secara langsung akibat dari jumlah penyelam yang
melewati ekosistem tersebut. Hal ini menjadi penting karena ekosistem ini merupakan tempat
hidup bagi beberapa biota penting, termasuk hiu (reef shark) yang berasosiasi dengan karang
maupun pari manta yang menggunakan karang untuk daerah pembersihan diri (cleaning
station). Salah satunya TN. Komodo yang memiliki biodiversitas tinggi dengan kunjungan
wisatawan yang tinggi.
Walaupun adanya dampak negatif bukan hanya berdasarkan dari jumlah saja namun dari
tingkah laku penyelam, tentunya tetap harus memikirkan terkait batas jumlah pengunjung yang
masuk ke dalam Taman Nasional Komodo. Aktivitas manusia tentu memberikan dampak,
dalam hal perhitungan daya dukung wisata ini sangat dibutuhkan di Taman Nasional Komodo
tentu dengan adanya peraturan dan monitoring yang memadai. Dalam kajian ini diharapkan
dapat membantu dalam hal mekanisme pengelolaan wisata Taman Nasiona Komodo yang
bertanggung jawab.
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
II. Metodelogi
Berdasarkan Rios Jaro (2013) yang melakukan penelitian daya dukung wisata di Meksiko dan
di Colombia (Fransisco et all, 2014), maka dengan metodelogi yang hampir serupa dengan
beberapa modifikasi, daya dukung wisata selam dengan memperhatikan beberapa faktor di 14
lokasi penyelaman favorit di Taman nasional Komodo yang terbagi di bagian utara (Castle
Rock, Crystal Rock, Golden Passage, The Cauldron), bagian tengah (Batu Bolong, Karang
Makassar, Mawan, Pengah Kecil, Tatawa Besar, Tatawa Kecil, Siaba Besar, Siaba Kecil), dan
bagian selatan (Manta Alley). Pada dasarnya tidak ada batas untuk bagian utara, tengah maupun
selatan, namun para pelaku wisata sering menyebut 3 bagian tersebut demi memudahkan dalam
perencanaan penyelaman.
Dalam perhitungan daya dukung wisata ini area yang digunakan adalah luasan area dimana
pengambilan langsung (GPS Tracking) dan mengestimasi panjang dan lebar yang digunakan
untuk penyelaman efektif bagi para wisatawan. Tourism Carrying Capacity (TCC) atau Daya
Dukung Wisata pada dasarnya adalah menghitung jumlah penyelam di dive site tertentu dalam
satu hari yang bisa diterima dengan menggunakan faktor koreksi yang sesuai dengan masing-
masing kawasan konservasi. Tentunya Taman Nasional Komodo akan berbeda dengan
kawasan lain seperti Taman Nasional Wakatobi atau Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Flores Timur misalnya. Daya dukung wisata ditetapkan oleh level dampak yang dapat diterima
(Davis and Tisdell, 1996). Selain faktor koreksi, hal lain yang dinilai adalah kapasitas
pengelola yang dinilai oleh wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo.
Perhitungan daya dukung wisata dengan menggunakan metode oleh Cifuentes (1999) dengan
beberapa koreksi faktor yang telah diadopsi oleh Rios Jara (2013) yang disesuaikan dengan
kondisi bawah laut dengan memperhatikan resiko dan keretanan ekosistem, dengan 3 tahap
yaitu :
Perhitungan Phisical Carrying Capacity (PCC)
Perhitungan Real Carrying Capacity (RCC); dan
Perhitungan Tourism Carrying Capacity (TCC)
Physical Carrying Capacity (PCC) adalah perhitungan yang dilakukan untuk mengestimasi
maksimal jumlah kunjungan secara fisik bisa diterima di area tertentu dengan periode waktu
tertentu pula, dengan rumus sebagai berikut :
NV : Jumlah kunjungan (visits) yang bisa diulang saat penyelaman (Visits/day/dive site)
Gambar 1. Peta Dive Site Taman Nasional Komodo Dalam Kajian Carrying Capacit
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
Pemilihan lokasi dive site berdasarkan dari tingkat kunjungan oleh wisatawan yang
berdasarkan informasi dive operator maupun dari rekomendasi berbagai media online
maupun cetak yang tersebar. Selain itu adanya daya tarik wisata utama berupa pari manta,
hiu, terumbu karang, dan lain-lain (lihat tabel 1). Menurut Rachel (2017), Berdasarkan
penelitian, dari 203 responden terdapat 122 responden yang menyatakan tidak bersedia untuk
mengunjungi kawasan Taman Nasional Komodo apabila hiu dan manta sudah tidak lagi
ditemukan di kawasan ini. Dalam perhitungan daya dukung wisata ini, diperuntukan untuk
penyelam yang akan masuk ke dalam dive site dalam daftar yaitu 11 titik dari lebih dari 30
titik dalam Taman Nasional Komodo. Penelitian ini telah berjalan sejak 2015 dengan
pengambilan luas area penyelaman efektif (Gambar 1) berdasarkan informasi dari dive guide
yang telah memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun dengan menggunakan persepsi luasan dan
di ground check di lokasi masing-masing.
Dalam kajian ini melakukan perhitungan dengan total 6 kali kunjungan dimana kapal harian
(daily boat) biasa beroperasi pukul 09.00 – 15.00 di lokasi. Sedangkan waktu berangkat
diperkirakan antara 07.00 – 09.00 dan waktu kepulangan adalah 15.00-17.00 untuk kembali ke
Labuan Bajo. Nilai PCC (Physic Carrying Capacity) menghitung berapa total penyelam
dengan membagi antara luasan area dengan permukaan yang dipakai untuk penyelam. Dalam
penelitian ini, tinggi penyelam diperhitungkan dimana 1,7 meter adalah rata-rata tinggi yang
digunakan (laki-laki maupun wanita) dan jarak dengan biota maupun penyelam lain di
anjurkan sekitar 3 meter untuk batas aman. Contohnya di lokasi Tatawa Besar (Tabel 2), nilai
PCC adalah 404 orang per hari. Tentu nilai ini terlalu besar dan membuat lokasi penyelaman
akan menjadi terlalu padat dengan 6 kali kunjungan (67 penyelam dalam waktu yang
bersamaan). Hal ini disebabkan karena belum melakukan perhitungan faktor koreksi untuk
mendapatkan nilai RCC (Real Carrying Capacity) .
Sesuai dengan metodelogi yang telah dijelaskan diatas, terdapat 4 faktor yang digunakan dalam
kajian ini yang sesuai dengan karakteristik Taman Nasional Komodo, dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Faktor Koreksi Sosial (Cfsos)
Dalam estimasi faktor ini, interview dilakukan untuk mengetahui jarak nyaman yang
digunakan bagi penyelam antar grup. Dalam 1 grup menurut peraturan yang berlaku pada
Professional Association of Diving Instructor (PADI) yang berlaku di Taman Nasional
Komodo adalah 5 orang sudah termasuk guide. Hal tersebut diterapkan pada semua dive site
(11 titik), namun jumlah grup di dalam lokasi penyelaman, cukup beragam yaitu sekitar 4-24
grup dalam satu trail penyelaman. Lokasi seperti Batu Bolong dan Pengah Kecil menjadi lokasi
dengan jumlah grup terkecil (4 grup) yang dianggap nyaman dan Karang Makassar yang
memiliki area yang luas sehingga jumlah grup yang terbanyak (24 grup) masih dianggap
nyaman oleh wisatawan maupun guide. Nilai Cfsos ini didapatkan dari :
Dimana :
CFsos : Faktor Koreksi Sosial
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
Lm : Besarnya batasan yang didapatkan dari pengurangan antara jarak antar grup dengan
total penyelam dalam satu grup dan total grup dalam satu trail
L : Jarak antar grup penyelaman
Dalam estimasi ini jarak antar grup berbeda-beda antara 25 meter hingga 400 meter tergantung
panjang trail dan karakteristik lokasi penyelaman. Contohnya adalah dive site Golden Passage
(Tabel 2), dalam satu trail penyelaman terdapat 8 grup penyelaman dengan 5 penyelam setiap
group dan menggunakan jarak 200 meter antar grup,sehingga bisa mendapatkan nilai :
Lm = 200 – (8 x 5) = 160
Sehingga Cfsos = 1 – (160/200) = 0.2
2. Faktor Kerapuhan (CFfg)
Pengambilan data tutupan karang ini mengacu pada laporan Taman Nasional dalam monitoring
kesehatan terumbu karang (reef health monitoring) padaa tahun 2013 (Herwata et al) dan 2016
(Kefi at al). Selain itu untuk terdapat beberapa site juga didapatkan dari perhitungan data bentik
(karang keras) dari monitoring hiu dan pari manta oleh BTN. Komodo dan WWF Indonesia.
Nilai yang didapat yaitu :
Dimana :
CFfg : Koreksi Kerapuhan
% fragile coverage : Presentase tutupan karang (karang yang rapuh)
Pada tabel 2 dapat dilihat salah satunya adalah lokasi penyelaman Mawan dengan tutupan
karang hidup yaitu 32,6% sehingga :
CFfg = 1 – (32,6% / 100%) = 0.32
Koreksi Kerapuhan ini harus diperhitungkan karena sangat rentan oleh kontak penyelam dan
akibat jangkar kapal (Hawkin and Robert, 1992). Selain itu karang juga sangat lama dalam
proses pemulihannya dan tempat hidup bagi banyak biota biota laut yang penting bagi
ekosistem terumbu karang.
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
3. Faktor Koreksi Dampak Akibat Kontak (Cfda)
Dalam perhitungan ini menggunakan penelitian Dicker (2015) tentang Sustainable Scuba
Diving : Exploring Conscious Underwater Impacts as Influenced by Perception in Puerto
Galera, Philippines and Tulamben, Bali,Indonesia. Walaupun area yang digunakan berbeda,
namun lokasi di Tulamben, Bali menjadi refrensi bagi tingkah laku wisatawan yang datang di
Indonesia. Hal ini akan menjadi salah satu faktor koreksi dengan pengamatan bagi penyelam
seberapa besar frekuensinya terhadap kontak pada biota, hal ini bisa diasumsikan sentuhan
terhadap terumbu karang maupun hewan seperti hiu dan pari manta. Nilai didapat dari :
Dimana :
Cfda = Faktor Faktor Koreksi Dampak Akibat Kontak
Frequecy of touch = Frekuensi penyelam kontak dengan biota
Dive Time = Total pengamatan dalam penyelaman
Kajian ini hanya mengambil Tulamben Bali untuk refrensi dimana pengamatan dilakukan 7
menit kepada setiap penyelam dengan penyelam berdasarkan kemampuan penyelaman
pemula/beginner (80%) dan menengah/intermediate (20%). Penelitian ini diamati pada 27
penyelam dengan total 189 menit (7 menit x 27 penyelam) dengan total kontak 60 kali,
sehingga :
Cfda : 1 – (60 / 189) = 0.68 kontak/menit/penyelam
4. Faktor Koreksi Angin
Perhitungan yang dilakukan adalah mengetahui jumlah waktu yang bisa digunakan untuk
lokasi penyelaman. Bagi lokasi penyelaman di bagian tengah (Tabel 1) tidak ada batasan
waktu karena bisa dilakukan penyelaman dalam 1 tahun penuh (365 hari), berbeda dengan
lokasi penyelaman di utara dan selatan yang tidak bisa diselami karena kapal tidak bisa
menuju lokasi karena angin mempengaruhi tinggi rendahnya gelombang. Dengan nilai yaitu :
Dimana :
Cfwind : Nilai Faktor Koreksi Angin
Hl : jumlah waktu (hour) yang membatasi angin pertahun
Ht : jumlah waktu (hour) yang tersedia dalam setahun
Pada dive site di utara misalnya Castle Rock (Tabel 2), hanya bisa diakses 300 hari dimana 65
hari dianggap sebagai waktu musim buruk atau peralihan sehingga tidak aman untuk penyelam
menuju kesana. Maka dapat dihitung dengan 6 kali kunjungan perhari adalah :
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
Cfwind = 1 – (6 x 300) / (6 x 365) = 0.822
Pada akhirnya nilai yang didapat adalah nilai Real Carrying Capacity (RCC) dapat dilihat pada
Tabel 2. Nilai tersebut sudah mendapatkan faktor koreksi dari nilai PCC. Seperti sebelumnya,
nilai PCC Tatawa Besar yaitu sebesar 404 penyelam per hari namun jika dengan koreksi yaitu:
RCC Tatawa Besar = PCC x Cfsos x CFfg x CFda x Cfwind
= 404 x 0.4 x 0.523 x 0.683 x 1
Sehingga dapat dididapatkan hasilnya adalah 42 penyelam dalam satu hari dengan 6 kali
kunjungan. Jumlah ini dengan perhitungan kenyamanan penyelam dengan penyelam lain
maupun biota, memperhatikan kerentanan terumbu karang dalam ekosistem,
memperhitungkan kontak penyelam dengan biota-biota laut, dan measumsikan penyelaman
yang bisa dilakukan selama satu tahun dengan memperhatikan keamanan. Sehingga bisa
dilihat dari diagram dibawah bagaimana proses estimasi daya dukung wisata didapatkan yaitu
:
Gambar 2. Diagram Faktor Estimasi Daya Dukung Wisata di Taman Nasional Komodo
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman Taman Nasional Komodo
Dimana :
TCC : Tourism Carrying Capacity
RCC : Real Carrying Capacity
MC : Management Capacity
Dalam mendapatkan nilai MC, penelitian Rachel (2017) dapat mengakomodir dalam
perhitungan kapasitas pengelola di Taman Nasional Komodo dengan metode interview pada
sekitar lebih dari 400 wisatawan yang dapat mencangkup 3 aspek yaitu Infrastuktur,
Peralatan dan Personel yang tersedia di dalam kawasan (tabel 3) :
Tabel 3. Aspek Penilaian Kapasitas Pengelola
Komponen Persentase Hasil
Diving/Snorkeling 80.55 Good
Komodo Trekking 79.10 Good
Cultural/Village Tour 66.88 Netral
Restaurant 66.93 Netral
Accomodation 67.73 Netral
Interpretation Board 67.33 Netral
Mooring Buoy 64.39 Netral
Souvenir/Gift Shop 61.95 Netral
Trash Bin 63.99 Netral
Toilet 64.79 Netral
Kebersihan WL 69.78 Good
Kebersihan WD 77.01 Good
Kebersihan CVT 68.03 Good
Keamanan WL 76.11 Good
Keamanan WD 79.45 Good
Keamanan CVT 72.92 Good
Dive Center 75.26 Good
Naturalist Guide 81.85 Good
Kapal Wisata 76.46 Good
Local Community Involvement 71.92 Good
Options of Tourism Activities 74.41 Good
Adequacy of Promotion 66.48 Netral
Sehingga dalam komponen tersebut, dapat dilihat 3 aspek tersebut sesuai dengan kategori
didapat nilai 0.73 untuk nilai MC dengan menghitung rata-rata-nya (tabel 4).
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
Tabel 4. Aspek Kapasitas Pengelola (MC)
Wisatawan memberikan penilaian tertinggi kepada kriteria pelayanan naturalist guide dan
aktivitas diving/snorkeling dengan persentase nilai di atas 80%, sedangkan penilaian terendah
diberikan kepada toko cenderamata, toilet, tambatan kapal, dan tempat sampah dengan rata-
rata penilaian di antara 61-64%. Aktivitas wisata yang paling disukai oleh wisatawan adalah
diving/snorkeling dengan besaran persentase 51% atau setara dengan 203 responden.
Nilai TCC dapat dilihat pada tabel 2 diatas dengan melihat hasil akhir dari nilai Real Carrying
Capacity (RCC) dengan Management Capacity (MCC) dengan total penyelam yaitu 216,984
dengan rata-rata 19,726 penyelam per tahun untuk setiap dive site. Dengan begitu, penyelam
yang bisa diterima rata-rata perhari adalah 594 orang dengan 54 orang per lokasi
penyelaman/hari. Perlu diingat ini berlaku pada 11 dive site yang masuk dalam perhitungan
estimasi ini dengan 6 kunjungan per hari di Taman Nasional Komodo dengan memperhatikan
kenyamanan, keamanan, kapasitas pengelola, dan paling penting adalah keberlajutan ekosistem
di dalam kawasan yang lestari dengan dukungan pariwisata yang bertanggung jawab.
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
IV. Rekomendasi
• Dalam implementasi penyesuaian daya dukung wisata di lokasi penyelaman Taman
Nasional Komodo dapat dilakukan secara bertahap dengan memperhitungkan kapasitas
sumber daya yang berada di dalam kawasan. Monitoring dan evaluasi harus tetap
dilaksanakan setiap tahun.
• Pengaturan lokasi selam dalam penyelaman perhari bisa menggunakan range batasan
jumlah penyelaman, namun untuk pertahun bisa angka tetap (fix) sesuai dengan
perhitungan. Terkait dengan implementasinya bisa dilakukan sesuai dengan tahun
pelaksanaan masterplan 2018 – 2022
Tahun 1-2 (2018 – 2019) Tahun 2 – 3 (2019-2020) Tahun 4-5 (2021-20122
• Adanya penerapan terkait kode etik berpariwisata yang bertanggung jawab untuk
mengurangi kerusakan alam bawah laut akibat aktivitas penyelaman dan tekanan di
setiap lokasi penyelaman yang berpengaruh pada ekosistem bawah laut.
• Meningkatkan kapasitas pengelola dalam memperhatikan beberapa aspek seperti
infrastrutur, peralatan dan personel yang sesuai dengan sumber daya alam yang ada.
Lokasi penyelaman dalam kajian ini meliputi 11 lokasi yang memiliki daya tarik wisata
utama adalah hiu, pari manta dan terumbu karang. Dengan detail infografis seperti
berikut :
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
• Lokasi selam yang memiliki daya tarik wisata yang indah dan memiliki
tingkat minat yang tinggi dapat di susuaikan dengan ketahanan lokasi
tersebut menerima jumlah penyelam dalam 1 kali waktu atau dalam 1 hari,
hal ini bisa diperlakukan buka tutup atau pembatasan jumlah penyelaman
dengan harga jual yang relatif tinggi. Hal ini diperuntukan agak lokasi
tersebut dapat tetap terjaga.
• Penerapan daya dukung wisata selam dilakukan disesuaikan dengan rencana
masterplan Taman Nasional Komodo pada tahun 2018-2022
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
Referensi
Backer NHL, Roberts CM. 2004. Scuba Diver Behaviour and the Management of Diving
Impacts on Coral Reef. Biol Conservation
Davis D. Tisdell . 1995. Recreational Scuba Diving and Carrying Capacity in Marine Protected
Areas. Ocean Coast Manage.
Gallo M et all. 2014. Carrying Capacity for dive sites in San Andreas Island (Colombia).
Universidad Technologica de Pereira
Hawkins JP, Roberts CM, Van’t Hof T, De Meyer C. 1999. Effects of recreational Scuba
Diving on Carribbian Coral and Fish Communities. Conserverv Biol 13(4)
Hawkins, J. P., & Roberts, C. M. (1993). Effects of recreational scuba diving on coral reefs:
trampling on reef-flat communities. [Article]. Journal of Applied Ecology, 30(1), 25-30.
Katherine A. Dicker. 2015. Sustainable Scuba Diving: Exploring Conscious Underwater
Impacts as Influenced by Perception in Puerto Galera, Philippines and Tulamben, Bali,
Indonesia
Lane M. 2010. The Carrying Capacity Imperative; Assesing Regional Carrying Capacity
Methodelogies for Sustainable Land-use planning. Land Use Policy 27.
Rachel Shinta. 2017. Studi Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional Komodo Dengan
Pendekatan Analisis Multikriteria Dan Nilai Ekonomi. Universitas Surya Tangerang
Rios-Jarra E., C.M. Galvan-Villa, F.A. Rodriguez-Zaragoza, E.L. Uriarte, V.T. Munoz
Fernandez. 2013. The Tourism Carrying Capacity of Underwater Trails in Isabel Island
National Park, Mexico. Environmental Management 52 : 335-347.
Rouphael, A. B., & Inglis, G. J. (1997). Impacts of recreational SCUBA diving at sites with
different reef topographies. Biological Conservation, 82(3), 329-336. doi: 10.1016/s0006-
3207(97)00047-5
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
Lampiran 1. Ilustrasi 11 Dive Site di Taman Nasional Komodo
Bagian Utara
Bagian Tengah
Karang Makassar
Bagian Selatan
Manta Alley
Estimasi Daya Dukung Wisata Selam di Lokasi Penyelaman
Taman Nasional Komodo
Lampiran II. Detail Master Plan dalam Rencana Pengelolaan Pariwisata
Master plan wisata alam yang dibuat pada tahun 2016 menerapkan strategi yang berlaku
untuk selama 5 tahun (2018-2022) dengan indikator sebagai berikut:
No Strategi Indikator
1 Sistem informasi 1.1.Manual prosedur sistem database wisata berbasis komputer (excel)
pariwisata dan online
berbasis data 1.2.Petugas tabulasi & analisis data yang terampil
terkini 1.3.Data pengunjung terunggah pada laman Taman Nasional
1.4.Perbaikan (update) sistem database pariwisata
2 Taman Nasional 2.1. Penetapan aturan wisata dalam kawasan
bebas dari 2.2. Pemasangan papan larangan
sampah 2.3. Kepatuhan wisatawan terhadap aturan wisata dalam kawasan
2.4. Koleksi sampah plastik oleh naturalist guide
3 Implementasi 3.1. Manual prosedur pelayanan pariwisata dalam kawasan
praktek 3.2. Buku saku Komodo Natural History Guide I
pariwisata alam 3.3. Buku saku Komodo Natural History Guide II
yang baik 3.4. Buku saku Komodo Natural History Guide III
3.5. Training & sertifikasi naturalist guide
3.6. Sertifikasi pelayanan jasa pariwisata alam dalam kawasan
3.7. Survey kepuasan pelanggan (pengunjung) Taman Nasional
3.8. Peningkatan fasilitas pelayanan pariwisata di dalam kawasan
4 Penerapan 4.1. Prosedur manual patroli
aturan zonasi di 4.2. Kehadiran petugas patroli di laut
laut 4.3. Monitoring terumbu karang
4.4. Monitoring lokasi pemijahan ikan - karang di laut
4.5. Monitoring pari manta
4.6. Monitoring pemanfaatan sumber daya ikan
5 Peningkatan 5.1. Studi business plan pendanaan konservasi melalui pariwisata alam
status pelayanan 5.2. Pengembangan sistem administrasi berbasis Badan Layanan Umum
(BLU)
5.3. Pengajuan proposal status layanan umum
5.4.Menuju Taman Nasional dengan sistem pendanaan mandiri