Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Februari 2018 dengan beberapa program kerja. Pada program KKN tersebut kami
merealisasikan salah satu tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada
masyarakat. KKN yang kami lakukan adalah jenis KKN PPM yaitu KKN
salah satu dari 7 program kerja tersebut adalah introduksi dan aplikasi pembuatan
pupuk kompos padat, pupuk organic cair dan kompos kotoran kambing.
Pembuatan pupuk organik padat dan pupuk organik cair telah dilaksanakan, untuk
pupuk organik padat telah dilaksanakan mulai 21 Januari 2018 sampai tanggal 11
Febuari 2018 sedangkan pupuk organik cair telah dilaksanakan pada tanggal 21
Januari 2017 di kandang peternakan sapi kelompok ternak Tirto Margo Utomo
perlakuan yaitu dengan Penutupan terpal dan tidak penutupan ternal. Penutupan
dilakukan satu kali dalam sehari selama 2 minggu. Pembuatan pupuk organik cair
dilakukan dengan membuat dua jenis pupuk organik cair. Pupuk organik cair
pertama dibuat dengan bahan kotoran sapi, rendaman akar bambu, air leri, air
kelapa serta aktivator. Sedangakn pupuk organic cair yang kedua dibuat dengan
bahan urin sapi yang sedang bunting, nanas busuk dan aktivator.
banyak terdapat cacing dibanding pupuk organik padat dengan penutupan, selain
itu pupuk organik padat penutupan lebih basah disbanding pupuk organik padat
berbeda yaitu pupuk organik cair kulturisasi, pupuk organik cair limbah
peternakan, dan pupuk organik cair urin sapi. Pembuatan pupuk organik cair
kulturisasi menggunakan bahan baku utama feses, air dan Lq. Pembuatan pupuk
organik limbah peternakan menggunakan air sisa memandikan sapi, air leri, air
organik cair urin sapi menggunakan urin sapi bunting, nanas, dan SO kontan Lq.
Hasil menunjukan pada pembuatan pupuk organik cair urin sapi bunting
pada usia ke 22 hari ditandai dengan munculnya belatung pada permukaan pupuk.
PENDAHULUAN
Pupuk merupakan nutrisi atau unsur hara yang ditambahkan kepada
tanaman, dimana tanaman kekurangan akan unsur hara. Nutrisi pupuk dapat
berupa bahan organik atau non organik (mineral). Pupuk berbeda dengan
proses metabolisme.
Pupuk dapat berupa pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk kimia
merupakan pupuk berasal dari bahan-bahan kimia sehingga sangat berefek negatif
organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan.
Pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam. Pupuk
organik biasanya berupa zat padat. Akan tetapi, pupuk organik juga dapat berupa
pupuk cair.
Pupuk organik padat adalah pupuk yang secara fisik berbentuk padat yang
besrasal dari sisa-sisa pembusukan tumbuhan sisa pakan ternak. Pupuk organik
cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa
tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari
satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi
defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan
Berdasarkan uraian diatas, pembuatan POC (Pupuk Oganik Cair) dan POP
(Pupuk Organik Padat) ini sengatlah penting untuk dikembangkan bagi peternak
lebih lanjut, peternak akan mampu membuatnya sendiri karena mudah dalam
pembuatannya serta bahan yang digunakan sangat tidak sulit disediakan,
bersumber dari bahan berupa limbah organik. Disisi yag sama petani juga
nantinya akan membutuhkan pupuk organik cair dan pupuk organik padat yang
bersifat organik dan murah sehingga penggunaan pupuk kimia akan berkurang.
TUJUAN
pupuk dengan bioakivator trichoderma pada pupuk organik padat dan pupuk
organik cair.
METODE PELAKSANAAN
Alat yang digunakan pada pembuatan pupuk organik padat dan cair meliputi
bak penampungan, selang, botol aqua bekas, ember, sekop, corong, strimin,
padat, sisa pakan serta kotoran sapi, air cucian sapi, susu busuk, kapur
dolomit, cacahan batang pohon pisang, serbuk gergaji, SO Kontan Lq, urin
sapi hamil, nanas busuk, air leri, air kelapa, air dan air rendaman akar bambu.
B. Cara Kerja
100 liter.
a. Sisa pakan serta kotoran sapi ditempatkan pada tempat yang tidak
Trichoderma padat.
selama 2 minggu.
Coklat
Agak sedikit kering, kehitaman,
8-14 sudah menyerupai bau feses
tanah tidak terlalu
menyengat
Coklat hitam,
Pupuk kering, bahan
bau
14-18 telah tercampur
menyerupai
dengan sempurna
tanah
Terdapat banyak
Coklat keruh,
1-4 gumpalan feses,
bau menyengat
masih kental
Coklat keruh,
Gumpalan sudah
bau tidak
5-8 mulai menghilang,
terlalu
cair
menyengat
Tabel 3. Pupuk Organik Cair II
Cair, endapan
tidak sebanyak Coklat
sebelumnya, kekuningan, bau
6-10 tumbuh jamur feses tidak
terdapat uap terlalu
air pada menyengat
dinding tong
Cair, endapan
Coklat dominan
sedikit dan uap
11-14 kuning, bau
air hanya
sudah heterogen
sedikit
Tabel 4. Pupuk Organik Cair (urine sapi)
Tidak terjadi
perubahan yang Coklat
1-10 signifikan, nanas kekuningan,
masih belum nanas pekat
terurai
Coklat
Nanas mulai
keruh,
terurai, terdapat
11-20 nanas
busa dan jamur
bercampur
berwarna putih
gas
2. Tanaman 32 Daun
Sawi 2 cm segar,
hijau
muda
30
25
So lq Konta
20
Mandi Sapi
15 Urin sapi
Urea dan POP
10
0
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanamn 4
PEMBAHASAN
Pupuk organik adalah pupuk yang menggunakan bahan dasar dari alam atau
bahan sisa buangan yang tidak di gunakan (limbah), limbah dapat berupa limbah
pertanian limbah peternakan. Pupuk organik dapat dibuat dengan bahan dasar
feses seperti feses kambing dan sapi. Pupuk organik terbagi menjadi pupuk
Pupuk organik padat berbahan dasar dari feses dengan bahan tambahan
bahan tersebut dibuat dengan dua perlakuan yaitu pembalikan dan tidak dibalik.
Hasil dari perlakuan tersebut mendapat perubahan setiap beberapa hari dari segi
waran, bau dan tekstur. Hari pertama sampai kedelapan kondisinya Basah dan
masih menyerupai jerami, berwarna Coklat dan masih berbau feses. Hari ke 8
berwarna coklat kehitaman, bau feses tidak terlalu menyengat. Hari ke 14 sampai
hari ke 18 kondisi pupuk kering, bahan telah tercampur dengan sempurna
warnanya coklat hitam, bau menyerupai tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Indrawati (2013) warna yang diperoleh pada semua perlakuan adalah dengan
warna coklat kehitaman setelah proses dekomposisi 21 hari. Hal ini menunjukkan
dengan baik. jika proses pembuatan kompos berjalan dengan normal maka tidak
menghasilkan bau yang menyengat tetapi berbau tanah. Hasil ini sudah sesuai
dengan standar (SNI 19-7030-2004) bahwa kompos matang berbau tanah. tekstur
berubah menjadi remah atau seperti tanah, tidak menyerupai bentuk komposisi
awalnya lagi.
akar dan bersifat endofit pada tanaman pisang sehingga efektif dalam
endofit Trichoderma pada akar bibit pisang belum relefan dengan peningkatan
jumlah daun bibit pisang, tetapi ada kecendrungan interaksi Trichoderma spp
dengan ketiga jenis pisang dapat meningkatkan jumlah daun bibit. Kelebihan
tumbuh cepat pada berbagai media , Trichoderma harzianum pada umumnya tidak
ruang dan makanan, serta Dapat menghasilkan antibiotika dan enzsim yang dapat
berbeda yaitu pupuk organik cair kulturisasi, pupuk organik cair limbah
peternakan, dan pupuk organik cair urin sapi. Pembuatan pupuk organik cair
diaplikasikan pada tanaman dengan dosis 2 kali lipat dibandingkan pupuk starter
yang digunakan atau SO kontan Lq. Harga pupuk starter yaitu SO kontan Lq yang
bahan baku berupa feses sapi digunakan sebanyak 10 kg kemudian air sebanyak
100 liter dan SO kontan lq yang telah dilarutkan ke air 1 liter. Namun menurut
Lehar (2012) bahwa komposisi yang digunakan untuk membuat pupuk organik
cair kompleks menggunakan feses sapi sebanyak 10 kg dan air sebanyak 50 kg.
Pupuk yang dihasilkan memiliki warna yang tidak begitu keruh dan bau tidak
Pupuk organik cair yang berasal dari limbah peternakan dengan bahan
baku utama berupa air bekas memandikan sapi dan kandang ditambahkan dengan
air leri, kelapa, rendaman akar bambu/rumput gajah, Trichoderma, SO kontan Lq.
Perbandingan bahan baku utama yaitu antara air cucian : air leri adalah 1 : 10
perbandingan antara air leri : air kelapa adalah 2 : 1. Rendaman akar bambu yang
dibutuhkan untuk 50 liter poc sebanyak 4 liter. Larutan starater pembuatan poc
liter air. Hasil dari pembuatan poc II dapat dilihat di tabel 3 yang menunjukan
perubahan dari hari ke 1 sampai hari ke 5 kondisi pupuk Kental, banyak endapan
pada bagian atas dan bawah tong, warna Coklat keruh, beraroma feses bercampur
dengan kelapa. Hari ke 6 sampai hari ke 10 kondisi pupuk cair, endapan tidak
sebanyak sebelumnya, tumbuh jamur terdapat uap air pada dinding tong, warna
Coklat kekuningan, bau feses tidak terlalu menyengat. Hari ke 11 sampai hari ke
14 kondisi pupuk sudah cair, endapan sedikit dan uap air hanya sedikit, warna
Coklat dominan kuning, bau sudah heterogen. Menurut supadma (2008), Pupuk
kompos yang bermutu baik, yaitu kompos yang telah matang (tidak panas),
perbandingan C/N rasio 15/1, mempunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) tinggi
netral, serta mampu mensuplai unsur hara makro maupun mikro ke dalam tanah
seperti N, P, K, S, Fe, Zn dan unsur lain. Sementara itu, standar kualitas kompos
menurut SNI (2004) antara lain : pH (6,8 – 7,49), kadar N (> 0,4 %), karbon (9,80
– 32 %), fosfor (P2O5) (>0,10 %), kalium (K2O) (>0,20 %), C/N rasio (10-20), dan
Pupuk organik cair urin sapi bunting dibuat dengan bahan baku utama
diantaranya adalah urin sapi bunting , nanas busuk dan ditambahkan SO kontan
Lq 1 cc yang telah dilarutkan kedalam air 250 ml. Pupuk Organik cair
(2016) bahwa dalam pembuatan pupuk hingga minggu kelima tidak ada tanda-
dalam pembuatan pupuk organik cair memberikan hasil yang berbeda pula, karena
adanya nanas busuk yang menyebabkan munculnya belatung pada pupuk organik
Hal ini menunjukkan bahwa peranan jamur antagonis sebagi contoh jamur
preventif bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Harman (1998) yang
tersebut semakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme
merupakan jamur saprofit yang hidup di dalam tanah, serasah dan kayu mati.
kitinase.
KESIMPULAN
limbah peternakan yang di olah menjadi pupuk organik padat dan cair mampu
POP dan POC secara benar dan dapat membedakan pupuk dengan kualitas yang
Supadma, A.A. N, dan Dewa M A.2008. Uji Formulasi Kualitas Pupuk Kompos
Yang Bersumber Dari Sampah Organik Dengan Penambahan Limbah
Ternak Ayam, Sapi, Babi Dan Tanaman Pahitan. Jurnal Bumi Lestari. Vol
8 (2).