You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persamaan differensial adalah persamaan matematika untuk suatu fungsi tak
diketahui dari satu atau beberapa peubah yang menghubungkan nilai dari fungsi
tersebut dengan turunannya sendiri pada berbagai derajat turunan (Ledder,
2005,p16). Suatu persamaan differensial disebut persamaan differensial biasa, jika
semua turunannya berkaitan dengan satu peubah saja, dan disebut persamaan
differensial parsial, jika turunannya berkaitan dengan dua atau lebih peubah. Orde
dari persamaan differensial adalah derajat tertinggi dari turunan dalam persamaan
yang bersangkutan. Himpunan dari n persamaan differensial orde-satu dengan n
menyatakan banyaknya persamaan yang tidak diketahui disebut sistem persamaan
differensial orde-satu; n adalah dimensi dari sistem yang bersangkutan.
fungsi-fungsi periodik yang rumit dapat dianalisis secara sederhana dengan
cara menguraikannya ke dalam suatu deret fungsi periodik sederhana yang
dibangun oleh fungsi sin x dan cos x atau fungsi eksponensial. Uraian deret fungsi
periodik ini disebut uraian deret Fourier. Penamaan ini untuk menghargai jasa
matematikawan Perancis Joseph Fourier, yang pertama kali merumuskan deret ini
dalam sebuah makalah mengenai hantaran panas, yang dilaporkannya kepada
akademi ilmu pengetahuan Perancis pada tahun 1807. Dalam matematika, Deret
Fourier merupakan penguraian fungsi periodik menjadi penjumlahan fungsi-
fungsi berosilasi, yaitu fungsi sinus dan kosinus, ataupun eksponensial kompleks.
Studi deret Fourier merupakan cabang analisis Fourier. Deret Fourier
diperkenalkan oleh Joseph Fourier (1768-1830) untuk memecahkan masalah
persamaan panas di lempeng logam.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan persamaan diferensial ?
2. Bagaimana cara penyelesaian permasalahn persamaan diferensial
linier orde satu dan dua?
3. Apa saja macam-macam persamaan diferensial?
4. Bagaimanakah bentuk persamaan fungsi periodik?
5. Apakah yang dimaksud dengan deret fourier?
6. Bagaimanakah bentuk dan cara menyelesaikan Deret Fourier ?
7. Apasajakah syarat atau kondisi dirichlet ?
8. Apa yang dimaksud dengan fungsi genap dan fungsi ganjil?
9. Bagaimanakah bentuk persamaan fungsi genap dan fungsi ganjil?
10. Apa yang dimaksud dengan deres sinus & deret cosinus setengah
jangkauan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Persamaan diferensial
2. Mengetahui bentuk persamaan diferensial
3. Mengetahui macam-macam persamaan diferensial
4. Mengetahui bentuk persamaan periodik
5. Mengetahui yang dimaksud dengan deret fourier
6. Mengetahui bentuk dan cara menyelesaikan deret fourier
7. Mengetahui syarat atau kondisi dirichlet
8. Mengetahui yang dimaksud dengan fungsi genap dan fungsi ganjil
9. Mengetahui bentuk persamaan fungsi genap dan fungsi ganjil
10. Mengetahui yang dimaksud dengan deres sinus dan deret cosinus
setengah jangkauan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persamaan Diferensial


Persamaan diferensial dapat dibedakan menjadi 2 macam, yang tergantung
pada jumlah variabel bebas. Apabila persamaan tersebut mengandung hanya satu
variabel bebas, persamaan disebut dangan persamaan diferensial biasa, dan jika
mengandung lebih dari satu variabel bebas disebut persamaan diferensial parsial.
Derajad (order) dari persamaan diferensial ditentukan oleh derajad tertinggi dari
turunannya.
1. Persamaan Diferensial Biasa (PDB) adalah persamaan diferensial di
mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari
variabel bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak
diketahui ini adalah fungsi riil atau fungsi kompleks, namun secara umum
bisa juga berupa fungsi vektor maupun matriks. Lebih jauh lagi,
persamaan diferensial biasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dari
turunan terhadap variabel terikat yang muncul dalam persamaan tersebut.
2. Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial di
mana fungsi yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel
bebas, dan persamaan tersebut juga melibatkan turunan parsial. Orde
persamaan didefinisikan seperti pada persamaan diferensial biasa, namun
klasifikasi lebih jauh ke dalam persamaan eliptik, hiperbolik, dan
parabolik, terutama untuk persamaan diferensial linear orde dua,
sangatlah penting.
Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial dapat digolongkan
sebagai linier atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut linier
apabila fungsi yang tidak diketahui dan turunannya muncul dalam

3
pangkat satu (hasil kali tidak dibolehkan). Bila tidak memenuhi syarat ini,
persamaan tersebut adalah nonlinier.
Sebagai contoh persamaan diferensial biasa dibawah ini :
orde 1

orde 2

Persamaan diferensial biasa dengan ordo n, merupakan persamaan dengan


satu perubah ( variabel) yang dapat dituliskan dalam bentuk :

dy d2 y dn y
F(x, y, , , … … … . . , n) = 0
dx dx dx
dengan y = f(x)
Penyelesaian persamaan differensial ordo satu dapat lebih dari satu,
sehingga untuk mencari penyelesaian yang unik atau khusus memerlukan
informasi tambahan berupa harga awal.

Metode Euler adalah salah satu dari metode satu langkah yang paling
sederhana dibandingkan dengan beberapa metode lainnya, metode ini
paling kurang teliti.
Persamaan Metode Euler dapat dituliskan sebagai berikut :
yn = yn-1 + h . f ( xn -1,yn- 1 ) ; n = 1,2, 3, ……

4
dengan : xn = nilai x yang ditanya nilai fungsinya
x0 = nilai x awal.
n = bilangan bulat

B. Macam macam Persamaan Deferensial


1.1 Persamaan Deferensial Eksponen

Persmaan deferensial eksponen adalah persamaan deferensial yang


didalamnya terdapat pangkat yang berbentuk fungsi dalam x(x sebagai
pengubah). Berikut ini adalah rumus yang terkait dengan persamaan deferensial
eksponen

No. y = f(x) dy
= f ’(x)
dx
1 k, k adalah konstanta 0
2 xn nxn-1 , n  Riil
3 ex ex
4 ekx kekx
5 ax ax ln(a)

Sifat-sifat turunan.
Jika f(x) dan g(x) adalah dua fungsi yang mempunyai turunan yaitu f ’(x) dan g
’(x) maka berlaku :
1. (k f) ‘(x) = k f ‘(x)
2. (f + g) ’(x) = f ’(x) + g ’(x)
3. (f – g) ‘(x) = f ‘(x) – g ‘(x)
4. (f . g) ‘(x) = f ‘(x) . g(x) + f (x) . g ‘(x)

5
'
f  f ' ( x). g ( x)  f ( x). g ' ( x)
5.    x   , g(x) ≠ 0
g g ( x)2

untuk dua sifat (rumus) terakhir dapat diringkaskan agar memudahkan kita untuk
menghafalnya, yaitu dengan cara memisalkan u = f(x) maka u’ = f ’(x) dan v =
g(x) maka v’ = g ‘(x). sehingga dua rumus terakhir dapat dituliskan sebagai
berikut :
(u . v) ‘(x) = u’ . v + u . v’ dan

u ' .v  u.v '


'
u
  ( x )  , v ≠ 0.
v v2
Selanjutnya, contoh-contoh berikut akan menjelaskan bagaimana daftar (rumus)
dasar turunan dan sifatnya dapat digunakan dalam menyelesaikan persoalan
turunan untuk fungsi sederhana..
Contoh :
Tentukan turunan dari fungsi y = x4 + 5x3 – 4x2 + 7x – 2.
Penyelesaian
y = x4 + 5x3 – 4x2 + 7x – 2, berdasarkan rumus no.1 dan 2 pada daftar maka
dy
= 4x4-1 + 5 (3x3-1) – 4 (2x2-1) + 7 (x1-1) – 0
dx
= 4x3 + 15x2 - 8x + 7.

1.2 Persamaan Diferensial Logaritma


Sebelum mencari turunan logaritma natural maka kita harus mengingat bilangan
natural
Bilangan natural bisa didefinisikan sebagai berikut

diturunkan fungsi f(x) = ln x,maka

6
sekarang misalkan y = h/x misal h = xy atau 1/h = 1/(xy). Karena h ->0 maka
y -> 0 Jadi

7
Jadi turunan dari f(x) = ln x adalah

Aturan rantai bisa dipakai pada logaritma natural ini, jadi

Contoh 2 :
Tentukan turunan pertama dari y = ln 9x adalah ....
Jawab :
Cara I :

Cara II
y = ln 9x = ln 9 + ln x, maka

(ln 9 adalah konstanta, jadi turunannya = 0)

1.3 Persamaan Diferensial Trigonometri


Trigonometri atau yang juga dikenal sebagai ilmu ukur segitiga adalah salah
satu dari cabang ilmu matematika yang sangat terkenal dan telah digunakan sejak
ribuan tahun yang lalu. Mungkin banyak diantara kita yang tidak mengetahui
bahwa Trigonometri telah banyak digunakan untuk mengungkap banyak misteri
alam yang pada akhirnya banyak membantu manusia dalam bidang sains dan
teknologi.

8
Turunan Sinus dan Kosinus
Pada dasarnya turunan sinus dan kosinus mengacu pada definisi turunan, namun
hasilnya telah diringkaskan pada teorema berikut :
Teorima 1
Fungsi-fungsi f(x) = sin x dan g(x) = cos x, keduanya mempunyai turunan (dapat
didiferensialkan) yaitu turunan sin x adalah f ’(x) = cos x dan turunan cos x
adalah g ’(x) = - sin x.
Dengan menggunakan teorema diatas dan rumus turunan hasil kali serta turunan
hasil bagi, maka dapat di tentukan rumus turunan fungsi trigonometri lainnya
yang dinyatakan pada teorema berikut.
Contoh :
Tentukan turunan dari fungsi y = 3 sin x – 2 cos x.
Penyelesaian.
y = 3 sin x – 2 cos x, maka
dy d d
=3 (sin x) - 2 (cos x)
dx dx dx
= 3 cos x - 2 (- sin x) = 3 cos x + 2 sin x.
Teorima 2
d d
Jika (sin x) = cos x dan (cos x) = – sin x, maka :
dx dx
d
1. (tan x ) = sec2 x.
dx
d
2. (cot anx) = - cosec2 x.
dx
d
3. (sec x ) = sec x . tan x.
dx
d
4. (cos ecx) = - cosec x . cotan x.
dx

9
C. Pengertian Deret Fourier
Pada awalnya deret Fourier diperkenalkan oleh Joseph Fourier pada tahun
1807 untuk memecahkan model masalah persamaan panas pada suatu lempeng
logam (Fourier, 1878). Meskipun motivasi awal adalah menyelesaikan model
tersebut, namun kemudian deret Fourier dikembangkan untuk menyelesaikan
banyak permasalahan dalam matematika dan fisika seperti penyelesaian
persamaan diferensial biasa maupun parsial. Salah satu permasalahan yang
menarik pada deret Fourier adalah tentang kemonotonan koefisien-koefisien deret
Fourier, yaitu monoton turun dan konvergen ke nol karena merupakan salah satu
syarat cukup agar deret tersebut konvergen seragam.

2.1. Fungsi Periodik


Fungsi f(x) dikatakan periodik dengan perioda P, jika untuk
semua harga x berlaku:
f (x + P) = f (x) ; P adalah konstanta positif.
Harga terkecil dari P > 0 disebut perioda terkecil atau
sering disebut perioda dari f(x).
Contoh :

• Fungsi sin x mempunyai perioda 2π; 4 π; 6 π; ...... karena sin (x+2 π) =


sin (x+4 π) = sin (x+6 π) = ..........= sin x.
• Periode dari sin nx atau cos nx ; dengan n bilangan bulat positif
adalah 2 π /n.
• Periode dari tan x adalah π.
• Fungsi konstan mempunyai periode sembarang bilangan positif.
Gambar grafik dari fungsi-fungsi yang periodik, misalnya :

10
Fungsi f(x) dikatakan kontinu pada setiap segmen (piecewise continuous
function), bila f(x) hanya kontinu pada interval-interval tertentu dan
diskontinu pada titik-titik yang banyaknya berhingga. Harga f(x) di titik-titik

11
diskontinu ditentukan dengan menghitung harga limit fungsi f(x) untuk x
mendekati titik diskontinu (ujung masing-masing interval).

2.2 Deret Fourier


Dalam beberapa permasalahan yang berhubungan dengan gelombang
(gelombang suara, air, bunyi, panas, dsb) ; pendekatan dengan deret Fourier
yang suku-sukunya memuat sinus dan cosinus sering digunakan. Dengan
mengekspansikan ke dalam bentuk deret Fourier ; suatu fungsi periodik bisa
dinyatakan sebagai jumlahan dari beberapa fungsi harmonis, yaitu fungsi
dari sinus dan cosinus (fungsi sinusoidal).
Jika fungsi f(x) terdefinisi pada interval (-L;L) dan di luar interval
tersebut f(x) periodikdengan periode 2L ; maka deret Fourier atau
ekspansi Fourier dari fungsi f(x) tersebut di definisikan sebagai :

(2 -1)

dengan koefisien Fourier an , bn ditentukan oleh :

(2-2)

Jika interval (–L;L) sembarang dan f(x) mempunyai periode


2L maka :

12
dengan C sembarang bilangan real. Jika C = -L maka rumus (2-4) dan (2-5)
akan sama dengan (2-2) dan (2-3). Deret Fourier konvergen bila memenuhi
syarat/kondisi Dirichlet.
2.3 Syarat/Kondisi
Dirichlet
Teorema :Jika,
1. f(x) terdefinisi dan bernilai tunggal, kecuali pada beberapa titik yang
banyaknya berhingga pada interval (-L:L).
2. f(x) periodik dengan perioda 2L.
3. f(x) dan f’(x) merupakan fungsi-fungsi yang kontinu pada setiap segmen
pada interval (L;L).
Maka deret Fourier (2-1) dengan koefisien (2-2) dan (2-3) atau (2-4) dan (2
5) konvergen ke :

Contoh :
1. Tentukan deret Fourier dari fungsi f(x) yang
didefinisikan sebagai :

13
di luar interval ini f(x) periodik dengan perioda2π.
Penyelesaian :

14
Fungsi f (x) pada contoh diatas bisa dimisalkan merupakan suatu pulsa
voltase yang periodik; dan suku-suku dari deret Fourier yang dihasilkan akan
berkaitan dengan frekuensi frekuensi yang berbeda dari arus bolak balik yang
dihubungkan pada gelombang “bujur sangkar” dari voltase tadi.
2. Tentukan deret Fourier dari :

dan bagaimanakah f (x) harus ditentukan pada x = -5 ; x = 0 dan x = 5 agar


deret Fourier tersebut konvergen ke f (x) pada -5 < x < 5.
Penyelesaian :
Periode = 2L ………. L=5

15
Deret fouriernya yaitu :

f(x) memenuhi syarat Dirichlet , jadi deret Fourier akan konvergen ke:
- F (x) ; jika x titik kontinu
- f (x+) + f (x- ) ; jika x titik diskontinu
2
titik-titik x = -5; 0 dan 5 merupakan titik-titik diskontinu dari f
(x) pada interval (-5,5) sehingga : di x = -5 ; deret akan
konvergen ke :

16
di x = 0 ; deret akan konvergen ke :

di x = 5 ; deret akan konvergen ke :

Deret Fourier diatas akan konvergen ke f(x) pada interval -5 ≤ x ≤ 5 apabila f


(x) ditentukan sbb:

diluar interval ini periodik dengan p = 10


4. Ekspansikan f (x) = x 2 ; 0 < x < 2𝜋 kedalam deret Fourier
jika f (x) Periodik dengan periode 2 𝜋.
Penyelesaian:

periode 2L = 2 𝜋 → L=𝜋

17
18
2.4 Fungsi Genap dan Fungsi Ganji
Fungsi f(x) disebut fungsi genap jika f ( -x ) = f (x) untuk setiap x.
Contoh :

1.

Polinomial dalam x yang suku-sukunya adalah x berpangkat


genap merupakan fungsi genap. Jika f (x) fungsi genap maka:

(2 -6 )
Fungsi f (x) disebut fungsi ganjil jika f ( -x ) = - f (x) untuk semua x.
2.

Polinomial dalam x yang suku-sukunya adalah x berpangkat


ganjil merupakan fungsi ganjil. Jika f (x) fungsi ganjil maka:

19
2.5 Deret Sinus dan Deret Cosinus Setengah Jangkauan (Half – Range)
Deret fourier dari fungsi genap :

genap

Jadi, jika f(x) fungsi genap maka bn = 0 ; sehingga yang muncul hanya suku-
suku yang mengandung cosinus saja atau suku-suku dari an.

Deret fourier dari fungsi ganjil:

20
Jika f(x) fungsi ganjil maka an = 0 ; sehingga yang muncul hanya suku-suku
yang mengandung sinus saja atau suku-suku dari bn.
Deret sinus dan cosinus setengah jangkauan adalah suatu deret Fourier
yang hanya mengandung suku sinus atau cosinus saja. Apabila diinginkan
deret setengah jangkauan yang sesuai dengan fungsi yang diberikan, fungsi
yang dimaksud biasanya hanya diberikan dalam setengah interval adari (-L;L)
yaitu pada interval (0;L) saja. Setengah lainya yaitu (-L,0) ditentukan
berdasarkan penjelasan fungsinya genap atau ganjil. Deret sinus setengah
jangkauan adalah deret Fourier dengan :
f(x) fungsi ganjil

Deret Cosinus setengah jangkauan adalah deret Fourier dengan:


f(x) fungsi genap

Contoh:
Ekspansikan f (x) = x ; 0 < x < 2 ke dalam :
a. deret sinus setengah jangkauan
b. deret cosinus setengah jangkauan
Penyelesaian :
a. deret sinus setengah jangkauan

21
f (x) = x ; 0 < x < 2 diperluas dalam bentuk fungsi ganjil sepanjang interval-2
< x < 2 (dengan periode 4), sebagai berikut:
Sehingga :
an = 0

Jadi deret sinus:

a. Deret cosinus setengah jangkauan

f (x) = x ; 0 < x < 2 diperluas dalam bentuk fungsi ganjil sepanjang interval-2
< x < 2 (dengan periode 4), sebagai berikut:
an = 0

22
Bn = 0

Jadi deret cosinus :

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persamaan diferensial terbagi menjadi dua yaitu persamaan diferensial biasa
dan persamaan diferensial parsial. Persamaan diferensial biasa adalah persamaan
diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui variabel terikat adalah fungsi dari
variabel bebas tunggal.Persamaan diferensial parsial adalah persamaan diferensial
di mana fungsi yang tidak diketahui adalahfungsi dari banyak variabel bebas, dan
persamaan tersebut juga melibatkan turunan parsial.
Ada beberapa macam persamaan diferensial sebaggai berikut :
1. Persamaan Diferensial Eksponen.
2. Persamaan Diferensial Logaritma.
3. Persamaan Diferensial Trigonometri.

 Fungsi f(x) dikatakan periodik dengan perioda P, jika untuk semua harga x
berlaku: f (x + P) = f (x) ; P adalah konstanta positif.
Harga terkecil dari P > 0 disebut perioda terkecil atau sering disebut perioda
dari f(x).
1. Dalam beberapa permasalahan yang berhubungan dengan gelombang
(gelombang suara, air, bunyi, panas, dsb) ; pendekatan dengan deret Fourier
yang suku-sukunya memuat sinus dan cosinus sering digunakan. Dengan
mengekspansikan ke dalam bentuk deret Fourier ; suatu fungsi periodik bisa
dinyatakan sebagai jumlahan dari beberapa fungsi harmonis, yaitu fungsi dari
sinus dan cosinus (fungsi sinusoidal).

24
2. Syarat atau kondisi dirichlet yaitu:
Jika:
1. f(x) terdefinisi dan bernilai tunggal, kecuali pada beberapa titik yang
banyaknya berhingga pada interval (-L:L).
2. f(x) periodik dengan perioda 2L.
3. f(x) dan f’(x) merupakan fungsi-fungsi yang kontinu pada setiap
segmen pada interval (L;L).
Maka deret Fourier (2-1) dengan koefisien (2-2) dan (2-3) atau (2-4) dan (2-
5) konvergen ke :

25
DAFTAR PUSTAKA

srimawarni. wordpress 2009, Bab 3 Turunan


Blogspot 2012, Turunan Logaritma natural
Meet math, Materi Turunan Fugsi Trigonometri
Lubis, zaky. Blogspot 2011, Aplikasi Persamaan Diferensial tentang Peluruhan

26

You might also like