You are on page 1of 3

Eboni, Pohon Unggulan Sulawesi yang Mulai Langka

Diposting pada 16 Maret 2018

0 Comments

Reading time: 3 menit

Eboni (Diospyros celebica (Bakh.)

Mungkin sebagian besar orang akan setuju jika kayu jati adalah salah satu jenis kayu
komersil yang tergolong mahal dalam perdagangan Indonesia. Namun jangan salah,
nyatanya ada jenis kayu lain yang menyaingi harga kayu jati, bahkan harganya lebih
mahal. Ya, kayu tersebut dihasilkan dari tanaman pohon eboni.

Kayu eboni merupakan kayu komersil dari Sulawesi. Jenisnya yang terkenal
adalah Diospyros celebica (Bakh.) dan Diospyros rumphii (Bakh.). Jenis kayu ini
termasuk kelompok kayu indah dalam perdagangan di Indonesia. Daerah sebaran
alami eboni dan wilayah ekspor terbanyak berasal dari Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara. Meskipun terbilang indah dan memiliki nilai
jual tinggi, pohon eboni sudah masuk dalam kategori tanaman langka yang dilindungi
oleh pemerintah Indonesia. Pasalnya, tanaman kayu ini mengalami pengurangan di
habitat aslinya secara masif. Para pembalak mengincar kayu hitamnya karena memiliki
kualitas yang bagus.
Berdasarkan Balai Penelitian Kehutanan Manado (2013), pemanenan yang dilakukan
terhadap jenis kayu ini telah berlangsung sejak lama dan tidak dapat diimbangi dengan
kemampuan regenerasi alaminya, sehingga dikhawatirkan jenis ini sedang mengalami
ancaman kelangkaan bahkan kepunahan. Ancaman ini diperparah dengan
terganggunya habitat asli flora ini akibat perambahan hutan, fragmentasi kawasan
hutan, penebangan liar dan lain-lain.

Dikutip dari berbagai sumber, pada tahun 1920 ekspor eboni mencapai 2.300 m3 ,
meningkat menjadi 8.200 m3 pada tahun 1928, dan setelah itu rata-rata 6.000
m3/tahun. Tahun 1973, ekspor kayu eboni mencapai puncaknya yaitu 26.000 m3 dan
masih mencapai 23.000 m3 tahun 1978. Setelah itu, tegakan eboni rusak berat
sehingga ekspor menurun tajam (Lemmens et al., 1995). Penurunan potensi tersebut
mendorong pemerintah mengeluarkan SK Menteri Kehutanan No. 31/KPTS-IV/86
mengenai penertiban kayu eboni (pelarangan penebangan baru) di Sulawesi Tengah
(Samedi dan Kurniawati, 2002).

Batang pohon eboni. Foto: wikemedia commons

Sejak tahun 1998, IUCN Red List of Threatened Species menggolongkan eboni
(Diospyros celebica) dalam kategori vulnerable dan mulai tanggal 12 Juni 2013, jenis
ini telah masuk Appendix II CITES yang berarti hanya dapat diperdagangkan
berdasarkan kuota. Ditambah lagi, eboni merupakan salah satu spesies prioritas untuk
dilestarikan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 57/Menhut-II/2008.
Eboni dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah mulai dari tanah berkapur, berpasir
sampai tanah liat dan berbatu asal tidak becek, bermacam-macam jenis tanah seperti
latosol, calcareous soil dan podsolik (Santoso, 1997; Lemmens et al., 1995) serta
tanah podsolik kecoklatan dan inceptisol (Kiding Allo, 2008). Eboni teridentifikasi
tumbuh dalam kompleks land system seperti dataran aluvial, jalur meander, lembah
aluvial, kipas dan lahar, teras, dataran, perbukitan dan pegunungan (Achmad, 2002).
Pohon eboni atau eben menghasilkan kayu berwarna hitam dengan garis-garis coklat
kemerah-merahan. Tinggi pohon dapat mencapai 40m dengan diameter batang
mecapai 100 cm dan memiliki banir yang tingginya bisa 4 m. Eboni tumbuh pada
berbagai jenis tanah asalkan tidak terlalu asam. Pembibitan dilakukan secara generatif
dengan menyemaikan biji/ benih atau panyapihan anakan alam. Musim buah eboni
biasanya sekitar bulan September sampai dengan Nopember dengan jumlah bijinya
1.100/kg (Martawijaya et al, 1981).

Musim berbunga eboni terjadi pada bulan Maret-Mei, buahnya masak pada bulan
Oktober-Desember. Pemanenan dilakukan dengan cara dipanjat. Pohon eboni rentan
diserang jamur Peniulliopsis clavariaeformis. Biji tua eboni berwarna coklat kehitaman
berbentuk bulat panjang 2-5 cm tebal 0,501,5 cm. Rata-rata dalam 1 kg terdapat 1.100
biji (Soerianegara, 1976).

Eboni merupakan pohon penghasil kayu indah dan bernilai komersil relatif tinggi (fancy
wood). Kayu eboni sangat artistik dengan teras kayunya yang berwarna hitam dengan
garis-garis coklat dan coklat kemerahan, mengilap, halus, dan awet. (Soerianegara,
1967). Tergolong ke dalam kayu ekspor, produk ini banyak dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan mebel, perkakas rumah tangga, hiasan dinding, alat musik, kipas,
kayu lapis mewah, bahan bangunan atau barang kerajinan lainnya. Di Jepang, kayu
eboni menjadi tolok ukur status sosial seseorang (Kuhon dkk., 1987), sehingga ekspor
kayu eboni ke negara Jepang tergolong tinggi.
Menurut Balai Penelitian Kehutanan Manado (2014), salah satu langkah yang
mendesak untuk dilakukan dalam rangka menyelamatkan tanaman jenis ini adalah
dengan melakukan konservasi ex situ yaitu penanaman yang dilakukan diluar habitat
aslinya, misalnya di hutan kota, kebun koleksi (arboretum), kebun botani, hutan wisata,
hutan lindung, halaman rumah, halaman sekolah maupun halaman perkantoran dan
lain-lain.

Penulis: Sarah R. Megumi

You might also like