You are on page 1of 6
XK Vol03/No.02/Mei/2008 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRES! LANSIA DI PANTI WREDHA “WILOSO WREDHO” PURWOREJO Wahyu Dwi Jayanti, Mariyono Sedyowinarso, Ema Madyaningrum Program Studi limu Keperawatan, FK UGM, Yogyakarta ABSTRACT ‘Background: Depression among elderly is a common psychogeriatric problem which needs particular attention, it can bring @ serious Impact to physical and sucial fie of the elderly. Depression may be caused by some factors such as demographic and physical factors, psychosocial stressor, and social support. Objective: The aim of this research was identify factors which affected depression among the elderly at Wiloso Wredho Charity House of Purworejo. Method: The study used descriptive quantitative approach and cross sectional design. There were as many 2s 40 samples of the elderly in the period of February ~ March 2008 that fulfilled inclusion criteria. Research instruments were Geriatric Depression Scale, questionnaires of demographic characteristics, Barthel Index, psychosocial stressor ‘assessment instruments, questionnaires of social support. Data analysis used chi square land multiple regressions. Result: The result of the study showed that 27,5% did not have depression, 60% had light depression and 12,5%. had medium ~ serious depression. Demographic and physical function factors did not affect level of depression. Psychosocial stressor and social support affected level of depression (p<0,05). Social support was the most dominant factors (p=0,002;, Fe= 20,4417) which affected depression among the elderly at Wilosa Wradho Charity House of Purworejo. Conclusion: Social support was the most dominant factor affecting depression among the elderly at Wiloso Wredho Charity House of Purworejo. Faktor-Fektor yang Mempengaruhi Tingkat Depres! Lensia Keywords: depression, the elderly, social support, psychosocial stressor PENDAHULUAN Kelompok lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berusia 00 tahun ke eles." Pertumbuhan jumiah lansia di Indonesia tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990- 2025? Menurutlaporan Perserikatan Bangsa-Bangsa delam The Sex and Age Distribution of Population- The 1990 Revision Population Studies, abad ke-21 dikenal sebagal Kurun Penduduk Menua (Era of meningkatnya umiur harepan hidup? Peningkatan harapan hidup di menjadi indikator kemajuan suatu bangse, tetap! dipinak lain ekan banyak menimbulkan masalah terutamia masalah kesehatan dan kerawanen sosial akibat banyaknya lansia yang terlentar. Penanganan Yang tidak bijaksana akan menimbulken masalan baru terutama secara psikologis lansia tidak ‘mendapatkan tempat secara sosial dimasyarakat.* Salah satu masala psikologis yang paling sering terjadi pada lanjut usia adalah gangguan depresif.* Dari keseluruhan penduduk lanjutusia di negara barat diperkirakan 15%-20% dientaranya menderita depres." Depresi lebih sering terjaci pada lanjut usia dibandingkan pada populasi umum. ‘Seseorang yang menginjak lanjut usia akan semakin ‘meningkat perasaan isclasinya don kondle!inirentan terhadep depresi. Berbagal penelitian telah melaporkan bahwa angka prevalensiterentang dari 25% sampai hampir 50%.* Banyak faktor yang menyebabkan seorang lansia mengalami gangguan mental seperti depres. Dari berbagai nasil peneitian, balk yang dilakuken oleh Livingstone dkk maupun Kue?, menunjukken ‘adanya tendensi peningkatan prevalensi gangguen depresi pada lanjut usia, ini terjadi karena merupakan hasil interaksi deri berbagal faktor biologis, psikologis dan sosial. Hal yang menarik bahwa insidensi tersebut bahkan lebih tinggi terjadi pada lansia di insttusi ‘atau pantl. Meskipun demikian, depresi di kalangan lansia yang tinggal di panti wredha cenderung mengarah pada kondisi yang kronis, Karena potensi iri dan dukungen sosial dari lingkungannya kureng ‘adekuat untuk mengembalikan pada kondisi semula. Pada akhimya, depresi kronis menyebabkan terganggunya fungsi organ sehingga muncul disabilitas fungsional.’ Lansia yeng tinggal di pant 133 IK: Vol0a/o.02/oV2008 wredha mempunyai lingkungan kehidupan yang berbeda dengan lansia yang tinggal di rumah sendiri atau bersama keluarganya. Sikep masyarakat dan lingkungan sekitarterhadap lensia serta pendekatan terhadap mereka banyak mempengaruhi harga dir dan tingkat kesehatan mereka." BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif non eksperimental dengan rancangan cross sectional. Periode pelaksanaan penelitian 22 Februari 2008 -2 Maret 2008 di Panti Wredha’"Wiloso Wredho" Purworejo. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling dan memenuhi kriteria inklusi penelitian, sehingga didapatkan sampel sebesar 40 orang lansia, Responden diminta untuk mengisi kuesioner kerakteristik demografi, Skala Depresi Goriatri, Barthel Index, Instrumen Penilaian Stresor Psikososial dan Kuesioner Dukungan Sosial. Kuesioner dibacakan dan diisikan peneliti apabila responden tidak bisa membaca dan menulis. Data yang telah terkumpul dianalisis secara univariat, bivariat (Chi Square) dan dianalisis regresi berganda untuk mengetahui faktor yang paling doming ‘mempengaruhi tingkat depresi HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Karakteristik Demografi Responden ntase Tabel 1 menunjukkan, pros ‘seimbang berdasarken umur, semor lansia berjenis kelamnin perermpuan (07 jandalduda (62,5%) dan tidak sekolan (67.5%: 2. Analisis Univariat Tabel 2 menunjukken baliw sna ‘mengalamigejala depresiringn (60"4),8°b°sar 82.5% dinyatakan mandiri dalam permenuhan ADL-nya, terdapat 67,6%6lansia yang mengaiami srosc" sedang ‘dan 52% mendepatken dukungan sosial roncah, 3. Analicie Bivariat Tabel 3 menunjukkan bahwa jensia yang berumur lebih muda faktanya jebih banyak yang ‘mengalami depresi (75%), Hai in| \2bir disebabkan kerena lansia yang berumur lebih tua cenderung bersikep "nrimo” akan keadaan hicupiiya. Barbeda dengan hasil penelitian lain®,einive jac 2n depresi ‘abel 1. Karaktoristik Demografi Lansia Panti Wredha *Wiloso Wredho” Purworajo (n=40) Karaieristi Responden ——Frekvenai_——% tae 29-74 tahun 20 00 Srsttun 2 500 denis Kelamin ‘ata 18 x25 Perempuan a as satus Menikah "Tidak Kawin 1 ns Janda/buse % as itawn 2 290 Tingat Penaikan ‘Tidak Stolsh 2 55 Sekcisn # 5 aon ‘Sumber : Data Primer, 2008 ‘abel 2. Hasil Analisis Univariat Panti Wredha "Wiloso Wradho” Purworelo (n=40) Saba tration saat : rae Fe cml (ol oar eee es ee eee Ee setae wee roiroe enc sola ; emesis 3 9 . sc Peat : “Tidak ada siresor a a 7 Soren 3 Be ea ue Gee 49 475, i ee ‘Gumber bala Primer, 2008) 134 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkal Depresi Lansia Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Faktor yang Mempengaruni Depresi Lansia ai be ‘wreana "wil ‘Wreano” Purworejo (n=) cee ne eee = ile, Veriabel Bebas Tidak AG GojalaGelalabepel— (6b) ow n % Urnar 160-74 tahun 5 m0 18807283 275 tahun 6 0 4 709 Joris Kelamin Laki-ak! 4 msg gaa Perempuan 7) 8 OMA ‘Status Menikah Tidak kawin egg Agr ole! cee gagy Jandalduda rT mo 8 20 iawn Be BB co aos Oe Tingkat Pendidikan “Tidak sekoiah 6 m1 7730s Soxoian $ Be 2 106 Fungsi Fsik ‘Ketergantungan 4 43 6 857 0.388 Menai a ‘Strosor Psikososial ‘Ticak ada stosor 6 887) 4443p Queocrrondeh Boh 8Bpcned 0 TOR ‘Stesor sedang 2 varie nee ea etl Dukungan Sosial Rendah ° 21 1000 Seda ss ‘Sumber: Analisis Dala Primer meningeal pada okt-old elderly (=75 tahun) daripade ‘young-old elderly (=74 tahun). Namun, dari hasil Penelitian ini didepatkan behwa umur tidak signfikan (0<0.05) atau tidak berpenaaruh terhadap tingkat depresi lansia. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa kenaikan umur tidak berpengaruh terhadap tingkat depresi."®"* Mayoritas lansia berjenis Kelamin perempuan mengelami depresi (74,1%). Seperti halnya pada ‘semua jenis uur, lebih banyak wanita tua daripada laki-taklterserang depresi." Risiko terjadinya depresi mayor adalah 7%-12% pada laki-laki dan 20%-30% pada wanita. Perempuan berisiko dua kali lebih beser menderita depresi.* Alasan adanya perbedaan tersebut telah cisebutkan seperti melibatkan Perbedaan hormonal, efek kehamilan, perbedaan stresor psikososial bagi wanita dan laki-taki, dar ‘model pertaka tentang keputusasaan yang dipelajar® ‘Tabel 3 menunjukken bahwa jenis kelamin tidak berpengarun terhadap tingkat depresl (p>0,06). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan tingkat depresi."" Keadaan tersebut dapat diartikan bahwa pada laki-leki dan perempuan mempunyal korentanen yang cama terhadap timbuinya gejala depresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas lansia berstatus janda/duda, Namun demikian, deri juruh lansia yang berstatus tidak kawin 85,7% dl antaranya mengelami depresi, Depres! terjedi 4 kell lebih sering pada lansia dengan status tidakmenikxah 424 dibandingkan yang berstatus menikah.'® Pada umumnya gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yana erat atau yana bercerai. Pada umumnya usia lanjut yang berstatus tidak kawin sering kehilangan dukungan yang cukup besar (dalam hal ini dari orang terdekat yaitu pasangan) yang menyebabkan suatu keadaan yang tidak ‘menyenangkan dan kesendirian. ‘Tidak adanya dukungan deri orang terdekat dan kesendirian pada lansia dapat menyebabkan terjadinya kemunduran baik secara langsung ‘maupun tidak langsung.* Berbeda dengan peneiitian sebelumnya, yang menyebutkan bahwa_pisah pasangan (anda/duda) merupakan faktor risiko tertinggi terkena depresi dibanding kelompok kawin dan tidak kawin."* Dari has analisis menggunaken Uji statistik Chi square dan ragrasi berganda didapatkan hasil bahwa status menikeh tidak signifikan terhadap tingkat depresi (>0,05). Hesil penelitian ini menunjukkan, status menikah tidak berpengarun temnadap tingkat depresi. Hal ini dimungkinkan ada faktor lain yang lebih mempengaruhi tingkat depresinya. Hesil penalitian Juga menunjukkan 73.0% lansia tidak sekoish mengalami depres. Tingkat pendidikan tidak signif kan (p>0,05) atau tidek ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat depres! lansia. Golongan lansia di Indonesia pada umuminya sekiter 71,2%, belum mengelami pendidiken formal, Hesil tersobut seleras dengen beberapa penelitian'®"™", 135

You might also like