Professional Documents
Culture Documents
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan PDF
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan PDF
Oleh
FANNY PRAWAKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
By
FANNY PRAWAKA
Indonesia is a tropical nation which has two season, those are rainy and dry
season. The rainfall data is very important for technical planning especially for
waterworks. Unfortunately, a few points of rainfall recording stasion sometimes
loses their data.In order to fix or estimate the incomplete or lost rainfall data, we
can do the calculation using normal ratio method, inversed square distance
method, and algebraic average
This research is done with the purpose to calculate the correlation of measurable
rainfall data with rainfall data on the calculation using each method mentioned
above which is every method using three rainfall stasions, four rainfall stasions,
and five rainfall stasions. It’s also purposed to decide with how many stasions and
what method is resulting the best correlation value.
As the result of the research using algebraic average method, normal ratio
method, and inversed square distance method with daily rainfall data in a year,
cumulative monthly rainfall data, and also average monthly rainfall data, it can
be concluded that the greater number of stasions resulting the better correlation
value. The correlation value with cumulative monthly rainfall data and average
monthly rainfall data using some different number of stasions for each method is
resulting a not significant differences with the value of percentage is 0,00025% to
0,01182%. The calculation uses cumulative monthly rainfall data and average
monthly rainfall data showing the better correlation value than calculation using
daily rainfall data in a year (0, 67230 - 0,72097 compared to 0,19305 - 0,25890).
OLEH
FANNY PRAWAKA
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang mempunyai dua musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Data curah hujan sangat penting untuk
perencanaan teknik khususnya untuk bangunan air, namun terkadang di beberapa
titik stasiun pencatat curah hujan terdapat data yang hilang. Untuk memperbaiki
atau memperkirakan data curah hujan yang tidak lengkap atau hilang, maka dapat
dilakukan perhitungan dengan metode rata-rata aljabar, metode normal ratio, dan
metode inversed square distane.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghitung korelasi data curah
hujan terukur dengan data curah hujan hasil perhitungan dengan masing- masing
metode menggunakan tiga stasiun, empat stasiun, dan lima stasiun. Serta
menentukan dengan berapa jumlah stasiun dan metode apakah yang menghasilkan
nilai korelasi yang baik
Dari hasil penilitian menggunakan metode rata-rata aljabar, metode normal ratio,
dan metode Inversed Square Distance dengan data hujan harian satu tahun, data
hujan kumulatif bulanan, maupun data hujan rata-rata bulanan, dapat diambil
kesimpulan semakin banyak jumlah stasiun maka semakin baik nilai korelasinya.
Nilai korelasi dengan data hujan kumulatif bulanan serta data hujan rata-rata
bulanan menggunakan beberapa jumlah stasiun yang berbeda setiap masing -
masing metode tidak ada perbedaan yang signifikan dengan nilai persentase
perbedaannya 0,00025% sampai dengan 0,01182%. Perhitungan dengan
menggunakan data hujan kumulatif bulanan dan data hujan rata-rata bulanan
menunjukan nilai korelasi yang lebih baik dibandingkan data hujan harian satu
tahun (0, 67230 - 0,72097 dibandingkan 0,19305 - 0,25890).
Kata kunci : Curah hujan, metode normal ratio, metode inversed square
distance, dan metode rata-rata aljabar
ANALISIS DATA CURAH HUJAN YANG HILANG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE NORMAL RATIO, INVERSED SQUARE
DISTANCE, DAN RATA-RATA ALJABAR
(Studi Kasus Curah Hujan Beberapa Stasiun Hujan Daerah Bandar Lampung)
Oleh
FANNY PRAWAKA
Skripsi
Pada
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Ermawati.
Kanak (TK) Al-Azhar 4, Bandar Lampung pada tahun 1999, SDN 2 Merapi
Bandar Lampung pada tahun 2005, SMPN 29 Bandar Lampung tahun 2008, dan
Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Marga Jaya, Kecamatan
Negarabatin, Waykanan pada tahun 2015. Penulis mengambil tugas akhir dengan
judul Analisis Data Curah Hujan yang Hilang dengan Menggunakan Metode
Normal Ratio, Inversed Square Distance, dan Rata-Rata Aljabar (Studi Kasus
Bermimpilah setinggi langi. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara
bintang-bintang.
(Ir. Soekarno)
semangat terbesarku yang telah memberikan kasih sayang, doa yang tulus,
dinilai. Terima kasih untuk segalanya yang tak mungkin mampu untukku
membalasnya.
Prawaka, S.H., M.H., Nani Chandra, S.E., Rika Emilia, S.H., M.H., serta
doa. Terima kasih atas segala waktunya yang telah menemani sampai saat
4. Seluruh teman seperjuangan Teknik Sipil 2011 yang telah mengisi hari-
dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis memohon maaf dan mengharapkan
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung.
2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik
atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
4. Bapak Subuh Tugiono, S.T., M.T., selaku Pembimbing Kedua terima kasih
atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
5. Bapak Dr. Dyah Indriana K, S.T., M.Sc., selaku Penguji Utama pada ujian
skripsi. Terimakasih untuk masukan dan saran untuk penelitian ini sehingga
7. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Administrasi dan semua pegawai Jurusan Teknik
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
Penulis,
Fanny Prawaka
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
I. PENDAHULUAN
A. Hujan .................................................................................................. 5
B. Curah Hujan ....................................................................................... 5
C. Proses Terjadi Hujan .......................................................................... 6
D. Stasiun Pengamat Hujan .................................................................... 9
E. Alat Pengukur Hujan.......................................................................... 9
F. Metode Konvensional/Rata-Rata ....................................................... 13
G. Metode Normal Ratio ........................................................................ 14
H. Metode Inversed Square Distance .................................................... 14
I. Koefisienkorelasi ............................................................................... 15
A. Wilayah Studi..................................................................................... 17
B. Pengumpulan Data ............................................................................. 17
C. Studi Pustaka...................................................................................... 18
D. Metode Penyajian............................................................................... 18
E. Pengolahan Data ................................................................................ 19
F. Proses Data......................................................................................... 22
G. Kesimpulan ........................................................................................ 23
H. Diagram Alir Metode Penelitian ........................................................ 24
ii
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 88
B. Saran .................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
1. Siklus Hidrologi.......................................................................................... 7
2. Penakar Hujan Observatorium (OBS)....................................................... 10
3. Penakar Hujan Jenis Hellman .................................................................. 12
4. Lokasi Stasiun Curah Hujan ...................................................................... 17
5. Diagram Alir Penelitian.............................................................................. 24
6. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sukarame Tahun 1994 ......................... 27
7. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sukarame Tahun 1995 ......................... 27
8. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sukarame Tahun 1996 ......................... 27
9. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sukarame Tahun 1997 ......................... 28
10. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sukarame Tahun 1998 ......................... 28
11. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sukarame Tahun 1999 ......................... 28
12. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sukarame Tahun 2000 ......................... 29
13. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sukarame Tahun 2002 ......................... 29
14. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sukarame Tahun 2003 ......................... 29
15. Curah Hujan Harian dari Stasiun Pahoman Tahun 1994 .......................... 30
16. Curah Hujan Harian dari Stasiun Pahoman Tahun 1995 .......................... 30
17. Curah Hujan Harian dari Stasiun Pahoman Tahun 1996 .......................... 31
18. Curah Hujan Harian dari Stasiun Pahoman Tahun 1997 .......................... 31
19. Curah Hujan Harian dari Stasiun Pahoman Tahun 1998 .......................... 31
20. Curah Hujan Harian dari Stasiun Pahoman Tahun 1999 .......................... 32
21. Curah Hujan Harian dari Stasiun Pahoman Tahun 2000 .......................... 32
22. Curah Hujan Harian dari Stasiun Pahoman Tahun 2002 .......................... 32
23. Curah Hujan Harian dari Stasiun Pahoman Tahun 2003 .......................... 33
24. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumberejo Tahun 1994 ........................ 33
25. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumberejo Tahun 1995 ........................ 34
26. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumberejo Tahun 1996 ........................ 34
27. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumberejo Tahun 1997 ........................ 34
28. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumberejo Tahun 1998 ........................ 35
29. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumberejo Tahun 1999 ........................ 35
30. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumberejo Tahun 2000 ........................ 35
31. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumberejo Tahun 2002 ........................ 36
32. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumberejo Tahun 2003 ........................ 36
33. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumurputri Tahun 1994 ....................... 37
34. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumurputri Tahun 1995 ....................... 37
35. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumurputri Tahun 1996 ....................... 37
36. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumurputri Tahun 1997 ....................... 38
37. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumurputri Tahun 1998 ....................... 38
38. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumurputri Tahun 1999 ....................... 38
39. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumurputri Tahun 2000 ....................... 39
40. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumurputri Tahun 2002 ....................... 39
41. Curah Hujan Harian dari Stasiun Sumurputri Tahun 2003 ....................... 39
42. Curah Hujan Harian dari Stasiun Waygalih Tahun 1994.......................... 40
43. Curah Hujan Harian dari Stasiun Waygalih Tahun 1995.......................... 40
44. Curah Hujan Harian dari Stasiun Waygalih Tahun 1996.......................... 41
45. Curah Hujan Harian dari Stasiun Waygalih Tahun 1997.......................... 41
46. Curah Hujan Harian dari Stasiun Waygalih Tahun 1998.......................... 41
47. Curah Hujan Harian dari Stasiun Waygalih Tahun 1999.......................... 42
48. Curah Hujan Harian dari Stasiun Waygalih Tahun 2000.......................... 42
49. Curah Hujan Harian dari Stasiun Waygalih Tahun 2002.......................... 42
50. Curah Hujan Harian dari Stasiun Waygalih Tahun 2003.......................... 43
51. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan 3 Stasiun Metode Rata-Rata Aljabar ............................................. 47
52. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan 4 Stasiun Metode Rata-Rata Aljabar ............................................. 48
53. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan 5 Stasiun Metode Rata-Rata Aljabar ............................................. 48
54. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan Metode Rata-rata Aljabar .............................................................. 49
55. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan 3 Stasiun Metode Rata-Rata Aljabar ............................................. 50
56. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan 4 Stasiun Metode Rata-Rata Aljabar ............................................. 50
57. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan 5 Stasiun Metode Rata-Rata Aljabar ............................................. 51
58. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan Metode Rata-Rata Aljabar ............................................................. 51
59. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan 3 Stasiun Metode Rata-Rata Aljabar ............................................. 52
60. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan 4 Stasiun Metode Rata-Rata Aljabar ............................................. 53
61. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan 5 Stasiun Metode Rata-Rata Aljabar ............................................. 53
62. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan Metode Rata-Rata Aljabar ............................................................. 54
63. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan 3 Stasiun Metode Normal Ratio.................................................... 58
64. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan 4 Stasiun Metode Normal Ratio.................................................... 59
65. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan 5 Stasiun Metode Normal Ratio.................................................... 59
66. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan Metode Normal Ratio ................................................................... 60
67. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan 3 Stasiun Metode Normal Ratio.................................................... 61
68. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan 4 Stasiun Metode Normal Ratio.................................................... 61
69. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan 5 Stasiun Metode Normal Ratio.................................................... 62
70. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan Metode Normal Ratio ................................................................... 62
71. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan 3 Stasiun Metode Normal Ratio.................................................... 63
72. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan 4 Stasiun Metode Normal Ratio.................................................... 64
73. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan 5 Stasiun Metode Normal Ratio.................................................... 64
74. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan Metode Normal Ratio ................................................................... 65
75. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan 3 Stasiun Metode Inversed Square Distance ................................ 69
76. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan 4 Stasiun Metode Inversed Square Distance ................................ 70
77. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan 5 Stasiun Metode Inversed Square Distance ................................ 70
78. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
dengan Metode Inversed Square Distance ................................................ 71
79. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan 3 Stasiun Metode Inversed Square Distance ................................ 72
80. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan 4 Stasiun Metode Inversed Square Distance ................................ 72
81. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulanan
dengan 5 Stasiun Metode Inversed Square Distance ................................ 73
82. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif bulananv
dengan Metode Inversed Square Distance ................................................ 73
83. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan 3 Stasiun Metode Inversed Square Distance ................................ 74
84. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan 4 Stasiun Metode Inversed Square Distance ................................ 75
85. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan 5 Stasiun Metode Inversed Square Distance ................................ 75
86. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata bulanan
dengan Metode Inversed Square Distance ................................................ 76
87. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
Menggunakan Tiga Stasiun dengan Tiga Metode Berbeda....................... 78
88. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
Menggunakan Empat Stasiun dengan Tiga Metode Berbeda.................... 79
89. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Harian Satu Tahun
Menggunakan Lima Stasiun dengan Tiga Metode Berbeda...................... 80
90. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif Bulanan
Menggunakan Tiga Stasiun dengan Tiga Metode Berbeda....................... 81
91. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif Bulanan
Menggunakan Empat Stasiun dengan Tiga Metode Berbeda.................... 82
92. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Kumulatif Bulanan
Menggunakan Lima Stasiun dengan Tiga Metode Berbeda...................... 83
93. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata Bulanan
Menggunakan Tiga Stasiun dengan Tiga Metode Berbeda....................... 85
94. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata Bulanan
Menggunakan Empat Stasiun dengan Tiga Metode Berbeda.................... 86
95. Grafik Rata-Rata Korelasi Data Hujan Rata-Rata Bulanan
Menggunakan Lima Stasiun dengan Tiga Metode Berbeda...................... 87
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang mempunyai dua musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Dalam siklus hidrologi hujan merupakan
faktor penting dalam menentukan kapasitas air yang ada di suatu Daerah Aliran
Sungai (DAS). Hujan yang turun di suatu daerah akan masuk ke dalam DAS
tersebut, mengalir ke dalam sungai, dan akhirnya ke laut. Hujan yang terjadi
musim, dan faktor-faktor lain yang menyebabkan itu turun. Intensitas dan
durasi hujan juga menentukan banyaknya jumlah air yang turun pada daerah
tersebut.
Data curah hujan sangat penting untuk perencanaan teknik khususnya untuk
dermaga, dan lain-lain. Karena itu data curah hujan di suatu daerah dicatat
data curah hujan yang dilakukan pada suatu DAS dilakukan di beberapa titik
stasiun pencatat curah hujan untuk mengetahui sebaran hujan yang turun pada
suatu DAS apakah merata atau tidak. Diperlukan data curah hujan bertahun-
banyak data curah hujan yang ada maka semakin akurat perhitungan yang akan
dilakukan.
Namun terkadang di beberapa titik stasiun pencatat curah hujan terdapat data
yang hilang. Hilangnya data tersebut dapat disebabkan oleh kelalaian dari
petugas pencatat curah hujan atau rusaknya alat pencatat curah hujan karena
hujan yang tidak lengkap atau hilang, maka dapat dilakukan perhitungan
dengan metode normal ratio, metode inversed square distance dan metode
rata-rata aljabar. Karena hujan yang turun di suatu daerah di Indonesia juga
akan turun secara periodik maka dapat dihitung apabila ada data yang hilang
air yang sesuai dan bermanfaat sesuai dengan tujuan awal peruntukan
B. Rumusan Masalah
masing metode menggunakan tiga stasiun, empat stasiun, dan lima stasiun,
3. Dan dengan metode manakah yang paling baik nilai angka korelasinya.
C. Batasan Masalah
1. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini dari 5 stasiun curah hujan
Stasiun Hujan PH 004 Sumur Putri, Stasiun Hujan PH 005 Sumber Rejo,
dan Stasiun Hujan PH 035 Way Galih di wilayah Kota Bandar Lampung.
2. Data yang digunakan adalah data hujan harian dalam satu tahun, kumulatif
3. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normal ratio,
masing dilakukan dengan tiga jumlah stasiun yang berbeda yaitu tiga
D. Tujuan Penelitian
1. Menghitung korelasi data curah hujan terukur dan data curah hujan hasil
4
E. Manfaat Penelitian
keperluan perencanaan.
(model sintetik).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hujan
Hujan adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang
atas titik leleh es di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses
kondensasi (perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat) uap air di
atmosfer menjadi butiran air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di
daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara
uap air ke udara. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam mulai dari butiran
B. Curah Hujan
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Satuan curah
hujan selalu dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di
indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan milimeter
(mm). Curah hujan dalam 1 (satu) milimeter memiliki arti dalam luasan satu
6
meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter
Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu
hujan tahunan, dan sebagainya. Biasanya data yang sering digunakan untuk
Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa
berupa hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis hujan
presipitasi adalah sebutan umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke
dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm). Jika uap air yang jatuh
berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berbentuk padat disebut salju
(snow).
dimana air bergerak dari bumi ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi.
Proses ini diawali dengan menguapnya air di permukaan tanah dan laut ke
udara. Uap air tersebut bergerak dan naik ke atmosfer, yang kemudian
mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air yang berbentuk awan.
7
dan selebihnya sampai ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang sampai ke
permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya
mengisi cekungan tanah, danau, dan masuk ke sungai dan akhirnya mengalir ke
laut. Air yang meresap ke dalam tanah sebagian mengalir secara vertikal di
dalam tanah (perkolasi) mengisi air tanah (ground water) yang kemudian keluar
sebagai mata air atau mengalir ke sungai. Akhirnya aliran air di sungai akan
sampai ke laut (Triatmodjo, 2008). Gambar proses siklus hidrologi dapat dilihat
(Sumber : www.google.com/siklushidrologi)
Pada dasarnya hujan dapat terjadi di sembarang tempat, asalkan terdapat dua
faktor, yaitu faktor massa udara yang lembab dan faktor sarana meteorologi
terjadi akibat massa udara yang mengalami penurunan suhu di bawah titik
8
massa udara terangkat ke atas dan mengalami perubahan suhu sampai mencapai
membentuk awan. Hujan hanya dapat terjadi apabila molekul-molekul air hujan
sudah mencapai ukuran lebih dari 1 mm. Agar hujan dapat terjadi diperlukan
ini mempunyai sifat yang dapat mengambil uap air dari udara.
Siklus terjadinya hujan tersebut adalah muktlak terjadi setiap tahunnya, karena
tidak bisa dipungkiri bahwa air merupakan sumber daya alam yang sangat
penting untuk kelangsungan makhluk hidup dan karena manfaat air bagi
terjadinya hujan akan membedakan jenis hujan yang terjadi di setiap wilayah.
Hal ini karena proses pembentukan awan pada siklus terjadinya hujan
1. Sirus
Sirus adalah lapisan yang paling atas yang bentuknya seperti serabut halus
langit, jika sudah terbentuk seperti itu biasanya hujan akan turun.
2. Cumulus
Pada lapisan kedua ini, akan membentuk yang biasanya seperti gumpalan
putih lembut yang menandakan kalau cuaca akan panas serta kering.
Namun ada juga yang bisa muncul dengan warna hitam yang menandakan
3. Stratus
Pengamatan curah hujan dilakukan dengan sebuah alat ukur curah hujan.
Salah satu alat pengamat curah hujan adalah alat ukur biasa yang diletakkan di
suatu tempat terbuka yang tidak dipengaruhi oleh bangunan atau pepohonan
satu kali sehari dan dibaca sebagai curah hujan hari sebelumnya dengan waktu
yang sama.
Ada dua jenis alat pengukur hujan, yaitu manual dan otomatis.
Alat ini lebih dikenal dengan dengan nama Penakar Hujan Observatorium
Penakar Hujan OBS ini merupakan jejaring alat ukur cuaca terbanyak di
sampai radius 5 km. Fungsinya yang vital terhadap deteksi awal musim
10
penampang yang berbeda akan memiliki tinggi yang sama dengan catatan
mengukur curah hujan. Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu
alat penakar hujan berjenis recording atau dapat mencatat sendiri. Alat ini
dengan menggunakan alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu
mekipun cuaca dalam keadaan baik/hari sedang cerah. Alat ini mencatat
11
jumlah curah hujan yang terkumpul dalam bentuk garis vertikal yang
tercatat pada kertas pias. Alat ini memerlukan perawatan yang cukup
alat ini.
Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang mana datanya
malah menghambat kegiatan manusia. Oleh karena itu kualitas data curah
hujan yang didapat haruslah bermutu dan memiliki keakuratan yang tinggi.
satu alat penakar hujan yang sering dipakai ialah penakar hujan jenis
Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul
Jika air dalam tabung hampir penuh (dapat dilihat pada lengkungan selang
gelas), pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai
siphon otomatis (sistem selang air), air dalam tabung akan keluar sampai
tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan
vertikal.
Jumlah hujan yang terjadi dalam suatu DAS merupakan besaran yang
masukan utama dalam suatu DAS, oleh sebab itu pengukuran harus
seluruh hujan yang terjadi dalam DAS yang bersangkutan karena hujan ini
yang akan menjadi aliran di sungai. Dengan demikian, ini berarti seluruh
hujan yang terjadi setiap saat harus dapat diukur. Konsekuensi dari
kebutuhan ini adalah bahwa di dalam DAS tersebut tersedia alat ukur yang
mampu menangkap seluruh air hujan yang jatuh. Agar memperoleh hasil
F. Metode Konvensional/Rata-rata
digunakan untuk mencari data curah hujan yang hilang. Pengukuran yang
P= ........................................................................................(1)
Keterangan :
Metode Normal Ratio adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari
data yang hilang. Metode perhitungan yang digunakan cukup sederhana yakni
untuk mencari data curah hujan yang hilang di stasiun tersebut. Variabel yang
diperhitungkan pada metode ini adalah curah hujan harian di stasiun lain dan
jumlah curah hujan 1 tahun pada stasiun lain tersebut. Rumus Metode Normal
Ratio untuk mencari data curah hujan yang hilang sebagai berikut :
= ...................................................................(2)
Keterangan :
Metode Inversed Square Distance adalah salah satu metode yang digunakan
untuk mencari data yang hilang. Metode perhitungan yang digunakan hampir
berdekatan untuk mencari data curah hujan yang hilang di stasiun tersebut. Jika
pada Metode Normal Ratio yang digunakan adalah jumlah curah hujan dalam
15
1 tahun, pada metode ini variabel yang digunakan adalah jarak stasiun
terdekat dengan stasiun yang akan dicari data curah hujan yang hilang. Rumus
Metode Inversed Square Distance untuk mencari data curah hujan yang
= ...................................................................................................(3)
Keterangan :
I. Koefisien Korelasi
pengamatan atau pengukuran terdiri dari banyak variabel, maka dalam melakukan
yang kuat hubungannya. Studi yang membahas mengenai derajat asosiasi atau
sukar untuk dipisahkan dari analisa regresi, karena apabila variabel hasil
pengamatan ternyata memiliki kaitan yang erat dengan variabel lainnya, maka kita
dapat meramalkan nilai variabel pada suatu individu lain berdasarkan nilai variabel-
variabelnya. Hal ini dilakukan dengan analisa regresi (Walpole, 1993) Besaran
−1≤r≤1 ..................................................................................................................(5)
erat secara positif, artinya : semakin besar nilai variabel pertama dari suatu
objek, semakin besar pula nilai variabel kedua pada objek yang sama.
b. Jika r mendekati -1, maka kedua variabel berkaitan erat secara negatif, artinya :
semakin besar nilai variabel pertama dari suatu objek, diharapkan semakin kecil
c. Jika r berkisar sekitar 0, maka kedua variabel memiliki hubungan yang sangat
lemah atau mungkin tidak memiliki kaitan sama sekali, artinya : tidak ada
A. Wilayah Studi
Wilayah studi pada penelitian ini adalah beberapa Stasiun Pengamat Curah
Indonesia. Stasiun curah hujan yang diteliti yaitu Stasiun Pahoman, Stasiun
Sukarame, Stasiun Sumur Putri, Stasiun Sumberejo, dan Stasiun Way Galih.
Stasiun Sukarame
Stasiun Sumberejo
A
Stasiun Sumurputri
Stasiun Pahoman
B. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan harian
Lampung. Dari beberapa stasiun hujan yang ada di wilayah tersebut, hanya 5
(lima) lokasi stasiun curah hujan yang digunakan yaitu Stasiun Pahoman,
Stasiun Sukarame, Stasiun Sumur Putri, Stasiun Sumberejo, dan Stasiun Way
Galih.
C. Studi Pustaka
aljabar, metode normal ratio, dan metode inversed square distance melalui
D. Metode Penyajian
Penyajian data pada metode analisis ini dengan menggunakan beberapa jenis
bentuk penyajian data untuk membantu penulis menganalisa hasil dari proses
yang terdiri dari banyak data yang dimasukkan dalam suatu format yang
E. Pengolahan Data
1. Normalisasi Data
Hal yang pertama kali dilakukan yaitu mengumpulkan data curah hujan
yang akan dihitung dalam satu tahun dan menyajikannya dalam bentuk
tabel dan memberikan angka 0 pada hari dimana tidak terjadi hujan. Dalam
tabel tersebut terdapat bulan dan tanggal terjadinya hujan yang dicatat
Day Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 11,3 1.5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 20,1 25,5 2.6 2 1 0 0 0 0 0 18,4 0
3 0 27 2,4 8 29,1 0 0 0 0 0 0 0
4 0 1.6 6 0 0 0 0 0 0 0 0 1,9
5 26 1.4 23,3 0 10,9 0 0 0 0 0 0 18,4
6 52,2 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 9,2 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 48,4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1,8
9 8,5 0 1,8 0 4,7 0 0 0 0 0 118,6 1,4
10 21.5 37 0 28 0 0 0 0 0 0 0 5.5
11 9 18 4 0.5 0 0 0 0 0 1 0 0
12 0 0 3 0.7 0 0 0 0 0 0 0 1
13 4,6 25 0 0 0 0 0 0 0 0 1,5 28
14 8,4 13,2 0 20 0 0 0 0 0 0 0 43,5
15 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8,7 66,8
16 1 38 0 3,3 0 0 0 0 0 0 0 0
17 1,6 23 12,5 0 0 0 0 0 0 4,8 0 0
18 1,4 0 0 0 0 0 0 0 0 6.3 0 0
19 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 14
20 0 14,6 0 16 0 0 0 0 0 0 1,6 31,9
20
21 0 0 0 0,5 0 0 0 0 0 0 0 14,5
22 59 0 11 54 0 0 0 0 0 0 8,4 5,7
23 3 19 7.5 42,9 0 0 0 0 0 0 0 7,5
24 6 2,8 0 57 0 0 0 0 0 0 6,2 0
25 22 18.9 2 46 0 0 0 0 0 0 1,6 1
26 0,5 1 28 2,5 0 0 0 0 0 0 9,4 0
27 1 49 0 0,6 0 0 0 0 0 0 14,3 0
28 0,6 27 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
29 1 xxxxxx 0 0 0 0 0 0 0 0 17,9 0
30 14 xxxxxx 0 0 0 0 0 0 0 2 0 19,5
31 56 xxxxxx 0 xxxxxx 0 xxxxxx 0 0 xxxxxx 0 xxxxxx 0
Total 399,3 343,5 121,1 288,0 45.7 0.0 0.0 0.0 0.0 14,1 206,6 262,4
kemudian pengolahan data yang berupa data curah hujan harian dalam
bentuk digital (tabel excel) dari beberapa stasiun curah hujan yang ada di
dahulu menjadi data dalam bentuk time series, menyusun data curah hujan
tersebut kedalam dua kolom, kolom pertama adalah hari dan kolom kedua
adalah curah hujan harian. Data curah hujan tersebut disusun dari tanggal 1
hari untuk tahun biasa dan 366 hari untuk tahun kabisat.
21
Menguji data hujan harian tiap stasiun untuk mengetahui data mana yang
harian dari 1 stasiun dengan curah hujan maksimum harian yang pernah
Pada proses ini data hujan terukur dibuat seolah-olah terjadi data curah
F. Proses Data
metode normal ratio dengan tiga jumlah stasiun yang berbeda. Metode
data curah hujan di beberapa stasiun hujan yang saling berdekatan untuk
mencari data curah hujan yang hilang di stasiun tersebut. Variabel yang
diperhitungkan pada metode ini adalah curah hujan harian di stasiun lain
metode inversed square distane dengan tiga jumlah stasiun yang berbeda.
data sebenarnya.
4. Koefesien korelasi
dihitung korelasinya.
G. Kesimpulan
Hasil dari perhitungan data curah hujan yang hilang dibandingkan dengan
data curah hujan terukur, maka dapat diambil kesimpulan seberapa besar
korelasi antara data curah hujan hasil perhitungan dan data curah hujan
yang terukur. Hasil kesimpulan data curah hujan ini untuk dapat
jumlah stasiunkah yang menghasilkan angka korelasi yang baik. Data curah
hujan hasil perhitungan yang mendekati data curah hujan terukur dapat
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
metode Inversed Square Distance hasil perhitungan data hujan harian satu
tahun, data hujan kumulatif bulanan, maupun data hujan rata-rata bulanan
yang berbeda setiap masing - masing metode tidak ada perbedaan yang
3. Nilai korelasi untuk perhitungan dengan data hujan harian satu tahun
lemah.
4. Dengan menggunakan data hujan kumulatif bulanan dan data hujan rata-
B. Saran
distance sangat tergantung pada data curah hujan. Oleh karena itu data
Ashruri. 2015. Pemodelan Periodik dan Stokastik untuk Menganalisis Data Curah Hujan yang
Hilang Menggunakan Studi Kasus Stasiun Hujan Sukarame. Fakultas Teknik,
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Bunganaen, W., et.al., 2013. Analisis Hubungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun
Klimatologi Lasiana Kota Kupang. Jurnal Teknik Sipil, Vol. II, No. 2: 182-183. Kupang.
Cambodia, Mirnanda. 2015. Model Stokastik Curah Hujan Harian dari Beberapa Stasiun Curah
Hujan di Way Jepara. Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Fahmi, Ikromi. 2015. Analisis Pencarian Data Curah Hujan yang Hilang dengan Model
Periodik Stokastik (Studi Kasus Wilayah Kabupaten Pringsewu). Fakultas Teknik,
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Fauzi, Manyuk dkk. 2012. Pengisian Kekosongan Data Hujan dengan Metode Multiple
Nonlinear Standardize Corelation pada Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Indragiri
dan Rokan. Program Studi S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Unversitas Riau. Riau.
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Saputro, DR dkk. 2011. Pendugaan data tidak lengkap curah hujan di Kabupaten Indramayu
(berdasarkan data tahun 1980-2000). Sains. IPB Press. Bogor.
Walpole, Ronald E. 1993. Pengantar Statistika edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Wei, T.C., McGuiness, J.L. 1973. Reciprocal distance squared, a computer technique for
estimating area precipitation. Technical Report ARS-Nc-8. US Agricultural Research
Service. North CentralRegion. Ohio.