Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Effendy NIM. 1730912310037
Nabila Dara Sholehah Ham NIM. 1730912320094
Olivia Neysaputri Chandra NIM. 1730912320107
Pembimbing:
dr. Ida Bagus Ngurah Swabawa, Sp. THT-KL
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi pendengaran 4
B. Fisiologi pendengaran 9
C. Mekanisme pendengaran 11
D. Bising 13
E. Tuli akibat bising 14
BAB III PENUTUP ............................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Baku tingkat kebisingan (Nilai ambang batas, NAB)
peruntukan lingkungan/kawasan ................................................. 13
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Anatomi telinga ........................................................................... 4
iv
BAB I
PENDAHULUAN
termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%,
sedangkan 3 negara lainnya yakni Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India
6,3%). Angka prevalensi sebesar 4,6% tergolong cukup tinggi, sehingga dapat
Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 250 juta
dampak pada kesehatan. Biaya yang harus ditanggung akibat kebisingan ini sangat
besar. Misalnya, bila terjadi di tempat-tempat bisnis dan pendidikan, maka bising
pendidikan.(2) Sama halnya dengan akibat yang ditimbulkan pada masyarakat yang
1
2
ataupun gangguan pendengaran lain yang timbul akibat bising, gangguan sistemik
truk, bajaj, kenderaan konstruksi, dll), pekerjaan mesin tekstil dan uji coba mesin-
mesin jet. Pada umumnya gangguan pendengaran yang disebabkan bising timbul
bising, komponen impulsif dan lamanya pajanan, serta juga pada kepekaan
Salah satu bising industri yang dianggap perlu untuk diteliti adalah bising
antara subjek dengan tingkat kebisingan pesawat terbang yang tinggi dengan
tingkat kebisingan pesawat terbang yang rendah. Hasilnya adalah didapat kejadian
yang significant pada kejadian hilangnya pendengaran (lebih dari 25 dB) antara
subjek yang terpapar bising dengan yang tidak terpapar bising pesawat terbang
3
(p< 0.5). Hampir 60,8% dari pekerja yang terpapar bising tersebut tercatat sebagai
pendengaran sebagai salah satu faktor penting dalam meningkatkan mutu sumber
daya manusia, maka diperlukan adanya perhatian yang lebih terhadap masalah
(TAB/NIHL).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Pendengaran
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit
4
5
2. Telinga Tengah
dan menguap saluran ini terbuka, sehingga tekanan dikedua sisi gendang telinga
seimbang.9
timpani, batas depan yaitu tuba eustachius, batas bawah yaitu vena jugularis
6
(bulbus jugularis), batas belakang yaitu, aditus ad antrum, kanalis facialis pars
vertikalis. Batas atas yaitu tegmen timpani (meningen/otak), dan batas dalam
facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promomtorium.
tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran
di dalam telinga saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada inkus,
dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di
tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga
3. Telinga dalam
keseimbangan, terletak pada pars petrosa os temporal. Labirin terdiri dari labirin
bagian tulang dan labirin bagian membran. Labirin bagian tulang terdiri dari
didalam labirin bagian tulang, dan terdiri dari kanalis semisirkularis, utrikulus,
diliputi oleh sel-sel rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan
gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang
mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe.
Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan membengkokkan silia sel-
pada bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis
ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista.
Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam
membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel rambut reseptor.
8
putaran. Aksis dari spiral tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf
dan suplai arteri dari arteri vertebralis. Serabut saraf kemudian berjalan
menerobos suatu lamina tulang yaitu lamina spiralis oseus untuk mencapai sel-sel
sensorik organ corti. Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh
adalah skala vestibuli, berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh
membrana Reissner yang tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga
mengandung perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis
oseus dan membrana basilaris. Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada
apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui suatu
celah yang dkenal sebagai helikotrema. Membrana basilaris sempit pada basisnya
sebagai respon terhadap getaran membrana basiler. Organ corti terletak pada
permukaan serat basilar dan membrana basilar. Terdapat dua tipe sel rambut yang
merupakan reseptor sensorik yang sebenarnya dalam organ corti yaitu baris
tunggal sel rambut interna, berjumlah sekitar 3500 dan dengan diameter berukuran
sekitar 12 mikrometer, dan tiga sampai empat baris rambut eksterna, berjumlah
12.000 dan mempunyai diameter hanya sekitar 8 mikrometer. Basis dan samping
sel rambut bersinaps dengan jaringan akhir saraf koklearis. Sekitar 90 sampai 95
persen ujung-ujung ini berakhir di sel-sel rambut bagian dalam, yang memperkuat
peran khusus sel ini untuk mendeteksi suara. Serat-serat saraf dari ujung-ujung ini
koklea.11
B. Fisiologi Pendengaran
Selanjutnya akan diterima oleh "oval window" dan diteruskan ke rongga koklea
serta dikeluarkan lagi melalui "round window". Rongga koklea terbagi oleh dua
sera menjadi tiga ruangan, yaitu skala vestibuli, skala tympani dan skala perilimfe
dan endolimfe. Antara skala tympani dan skala medial terdapat membran
basilaris, sel-sel rambut dan serabut afferen dan efferen nervus cochlearis. Getaran
suara tadi akan menggerakkan membrana basilaris, dimana nada tinggi diterima di
10
bagian basal dan nada rendah diterima di bagian apeks. Akibat gerakan membrana
basilaris maka akan menggerakkan sel-sel rambut sensitif di dalam organ corti.12
menjadi impuls saraf. Impuls ini kemudian dihantar melalui akson atau cabang
saraf sel-sel ganglion pada ganglion spiralis telinga dalam. Akson dari ganglion
impuls dari sel-sel di dalam organ corti telinga dalam ke otak untuk
diinterpretasi.13
Gambar 2.5 Pola getaran membran basiler untuk frekuensi suara yang berbeda
frekuensi suara yang berbeda. Setiap gelombang relatif lemah pada permulaan
tetapi menjadi kuat ketika mencapai bagian membran basilar yang mempunyai
Pada titik ini, membran basilar dapat bergetar ke belakang dan ke depan dengan
11
gelombang berhenti pada titik ini dan gagal berjalan sepanjang membran basilar
yang tersisa. Jadi gelombang suara frekuensi tinggi hanya berjalan singkat
C. Mekanisme pendengaran
1. Jalur pendengaran
koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada bagian atas medula. Pada titik
ini, semua sinaps serabut dan neuron berjalan terutama ke sisi yang berlawanan
dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Beberapa serat juga
nukleus lemniskus lateralis. Banyak yang memintas nukleus ini dan berjalan ke
kolikulus inferior, tempat semua atau hampir semua serat ini berakhir. Dari sini,
jaras berjalan ke nukleus medial thalamus, tempat semua serabut bersinaps. Dan
pada sisi yang sama. Suatu lesi yang mengenai satu lemniskus lateralis dapat
D. Bising
1. Definisi
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-
alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat
1. Definisi
yang terjadi akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu
individu, jenis kelamin, usia dan kelainan di telinga tengah.10,18 Tuli sensorineural
dapat disebabkan oleh toksin (seperti arsen dan quinine) dan antibiotika seperti
3. Patogenesis
rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga
stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan
15
hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut.
Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel
penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut,
dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus
4. Manifestasi klinis
(speech discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekuensi tinggi dapat
Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon
dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinitus
bising (noise induced hearing loss) adalah bersifat sensorineural, hampir selalu
loss).10,19
pada saraf telinga yang terpajan bising. Peningkatan ambang dengar sementara,
16
bising dengan intensitas yang cukup tinggi. Pemulihan dapat terjadi dalam
beberapa menit atau jam. Jarang terjadi pemulihan dalam satuan hari. Peningkatan
dengar menetap akibat pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi (eksplosif)
koklea, antara lain kerusakan organ corti, sel-sel rambut, stria vaskularis, dan
lainnya.7,8
kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000
Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz, dengan
paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz
yang terjadi. 10
5. Diagnosis
Gangguan pendengaran yang terjadi akibat bising ini berupa tuli saraf
koklea dan biasanya mengenai kedua telinga. Pada anamnesis biasanya mula-mula
menggumam, biasanya marah atau merasa keberatan jika orang berbicara tidak
jelas, dan sering timbul tinitus. Biasanya pada proses yang berlangsung perlahan-
untuk itu informasi mengenai kendala komunikasi perlu juga ditanyakan pada
telinga karena agen fisik lainnya, gangguan telinga karena agen toksik dan alergi.
Selain itu pemeriksaan saraf pusat perlu dilakukan untuk menyingkirkan adanya
6. Prognosis
Tuli akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural koklea yang sifatnya
menetap, dan tidak dapat diobati dengan obat maupun pembedahan.6 Penggunaan
alat bantu dengar hanya sedikit manfaatnya bagi pasien, bahkan alat tersebut
bicara pada pasien tersebut. Untuk sebagian pasien dianjurkan pemakaian implan
sensorineural.7
7. Penatalaksanaan
dipergunakan alat pelindung telinga terhadap bising, seperti sumbat telinga (ear
Oleh karena itu akibat bising adalah tuli sensorineural yang bersifat
sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi denga adekuat
ABD secara efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir (lip reading), mimik
dan gerakan anggota badan, serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi. Di
samping itu, oleh karena pasien mendengar suaranya sendiri sangat lemah,
rendah dan irama percakapan. Pada pasien yang telah mengalami tuli total
implant).7
beberapa alat lainnya. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 – 130 dB dan dari
National Standard Institute) tahun 1977 dan dilengkapi dengan alat pengukur 3
dB.10
b. Audiometri
an, mencontoh rangkaian oktaf dari skala C seperti pada garputala. Intensitas nada
intensitas nada segera berkurang setelah dibunyikan. Nada dapat pula diinterupsi
sesuai kehendak, atau intensitas dapat dilemahkan pada interval tertentu dengan
pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-
beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada di atas.
Grafiknya terdiri atas skala desibel. Suara dipresentasikan dengan earphone (air
conduction) dan skull vibrator (Bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka
21
Hearing Loss). 21
dengan telinga yang diperiksa (warna merah untuk telinga kanan dan biru untuk
telinga kiri). Pemeriksaan dimulai pada frekwensi 1000 Hz, selanjutnya 2000 Hz,
4000 Hz & 8000 Hz. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan pada 1000Hz dan
menurun (500 Hz, 250 Hz, 125 Hz). Pada masing-masing frekuensi pemeriksaan
menunjuk jari). Ambang dengar pasien adalah intensitas terkecil yang dapat
22
didengar oleh pasien. Pemeriksaan audiometri dilakukan pada ruangan kedap
suara atau jika tidak ada dapat digunakan ruangan yang sunyi.23
BAB III
PENUTUP
yang terjadi akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu
bising, kerentanan individu, jenis kelamin, usia dan kelainan di telinga tengah.10,18
Tuli sensorineural dapat disebabkan oleh toksin (seperti arsen dan quinine) dan
pada saraf telinga yang terpajan bising. Peningkatan ambang dengar sementara,
bising dengan intensitas yang cukup tinggi. Pemulihan dapat terjadi dalam
beberapa menit atau jam. Jarang terjadi pemulihan dalam satuan hari. Peningkatan
dengar menetap akibat pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi (eksplosif)
22
23
koklea, antara lain kerusakan organ corti, sel-sel rambut, stria vaskularis, dan
lainnya.7,8
Tuli akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural koklea yang sifatnya
menetap, dan tidak dapat diobati dengan obat maupun pembedahan.6 Penggunaan
alat bantu dengar hanya sedikit manfaatnya bagi pasien, bahkan alat tersebut
5. Hong OS, Chen SP, Conrad KM. 1998. Noise induced hearing loss among
male airport workers in Korea. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9526275?ordinalpos=1&itool=Entre
zSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPan
el.Pubmed_Discovery_RA&linkpos=1&log$=relatedarticles&logdbfrom=
pubmed.
8. Adams L, George, dkk. Buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC, 1997.