You are on page 1of 4

OPTIMALISASI PERAN KELUARGA DALAM

PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING

Abstrak

Bullying merupakan fenomena yang memiliki dampak negatif terhadap pelaku maupun
korban. Prevalensi bullying sendiri di beberapa negara Asia, Amerika dan Eropa terbilang
cukup tinggi. Alternatif tindakan bullying sejauh ini berfokus terhadap perubahan
individual baik pencegahan bullying tentu lebih utama. Solusi yang lebih efektif yakni
program yang menjadikan sistem sosial sebagai sasaran perubahan tersebut salah satunya
pendekatan keluarga sehingga didapatkan program yang dapat diterpakan kepada keluarga
sebagai upaya promotif dan preventif tindakan bullying.

FENOMENA BULLYING

Fenomena kekerasan pada anak atau dikenal dengan istilah Bullying di sekolah semakin
sering ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun di layar televisi. Selain
tawuran antar pelajar terdapat bentuk-bentuk perilaku agresif atau kekerasan yang sudah
lama terjadi di sekolah-sekolah, nemun tidak mendapat perhatian, bahkan tidak dianggap
sesuatu yang serius. Misalnya bentuk intimidasi dari teman – teman atau pemalakan,
pengucilan diri dari temannya sehingga anak menjadi malas pergi ke sekolah karena
merasa takut dan terancam, sehingga memungkinkan anak menjadi depresi tahap ringan
dan dapat mempengaruhi belajar di kelas.

Pelaku bullying dalam dunia pendidikan dapat dilakukan semua komponen, tidak hanya
anak didik, tapi juga guru yang seharusnya berperan sebagai pendidik dan diharapkan
memberikan nilai-nilai edukatif lebih bermakna bagi anak didik sebagai generasi penerus
bangsa. Teror yang berupa kekerasan fisik atau mental, pengucilan, intimidasi,
perploncoan, sebenarnya adalah contoh klasik dari apa yang biasanya disebut bullying.
Perilaku inii sering disebut juga peer victimization dan hazing, yaitu usaha untuk
menyakiti secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang/sekelompok orang yang lebih
“lemah” oleh seseorang/sekelompok orang yang lebih “kuat” (Djuwita, 2007)

Keluarga khususnya orang tua memegang peranan penting dalam membentuk sikap dan
perilaku anak. Berbagai permasalahan dapat mempengaruhi minat anak untuk mengikuti
kegiatan belajar di sekolah. Sejalan dengan itu, Astuti, (2008) menyebutkan bahwa
penekanan dari sekelompok individu yang lebih kuat, lebih senior, lebih besar, terhadap
individu atau bisa juga beberapa individu yang lebih lemah, lebih kecil, lebih junior, dapat
berujung pada pemerasan (meminta uang atau materi), tetapi dapat juga dalam bentuk lain
dengan menyuruh korban melakukan sesuatu yang sama sekali tidak disukai oleh korban,
penekanan tersebut tidak terjadi sekali atau dua kali tetapi berkelanjutan 2 bahkan
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga menjadi semacam
kebiasaan atau bahkan kebudayaan dari kelompok. Perilaku penekanan tersebut di atas
biasanya disebut dengan istilah bullying atau penindasan yang dilakukan oleh teman–
teman sebayanya (peer group).(Nocentini, Fiorentini, Di Paola, & Menesini, 2018)

DAMPAK PERILAKU BULLYING

Dampak bullying dapat mengarah pada depresi sebagaii akibat adanya intimidasi,
akibatnya kesejahteraan psikologis korban bullying cenderung rendah karena korban akan
merasa tidak nyaman, takut, rendah diri serta tidak berharga (Korban bullying juga
mengalami penyesuaian yang buruk dimana korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak
mau ke sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik yang menurun karena
mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar bahkan buruknya korban memiliki
keinginan untuk bunuh diri pada kasus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan atau
hukuman. Siswa korban bullying akan mengalami permasalahan kesulitan dalam
membina hubungan interpersonal dengan orang lain dan jarang datang ke sekolah.
Akibatnya mereka (korban bullying) ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi dalam
belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.(Rigby, 2012)

SOLUSI PENCEGAHAN BULLYING

Solusi yang ada untuk mengatasi masalah bullying adalah program yang menjadikan
sistem sosial sebagai sasaran perubahan dan bukan hanya berfokus terhadap perubahan
individual baik dari sisi pelaku maupun korban bullying. Perlu dipahami bahwa bullying
merupakan perilaku instrumental. Tanpa disadari perilaku tersebut diberikan reward oleh
lingkungan, baik reward yang kasat mata seperti barang-barang dan uang yang diberikan
korban pada pelaku, ataupun reward tidk kasat mata seperti perasaan dominan, berkuasa
dan ditakuti oleh anak-anak lainnya yang dianggap lebih lemah. Maka bullying akan dapat
dikurangi secara signifikan apabila sistem tempat dimana bulying tersebut muncul tidak
memberikan imbalan apapun, dan justru memberikan punishment tiap kali perilaku
bullying itu muncul(Gaffney, Ttofi, & Farrington, 2018)

Selain itu upaya yang berfokus pada pencegahan akan memberikan hasil yang lebih
baik daripada berfokus pada kuratif. Hal ini dikarenakan tingginya dampak penderitaan
yang dialami individu setelah mengalami bullying. Bullying pada umumnya terjadi di awal
kehidupan, oleh sebab itu sebaiknya mulai dilakukan pada early childhood (Knox &
Burkhart, 2014). Intervensi berbasis keluarga melalui parenting training dapat diberikan
berupa facilitative parenting. Melalui facilitative parenting, orang tua belajar mengenai
bagaimana bersikap hangat pada anak, cara merespon perilaku anak, membangkitkan rasa
percaya diri, membimbing anak cara mengatasii konflik dan mendukung tahap tumbuh
kembang anak (Healy, Sanders, & Iyer, 2015)

Parenting training dapat dilakukan melalui kunjungan rumah kepada orang tua, namun
hal ini hanya menjangkau sedikit keluarga. Prenting Program yang dibuat sebaiknya dapat
menerima lebih banyak orang tua sehingga dapat bermanfaaat banyak bagi anak dan orang
tua. Oleh sebab itu intervensi berbasis komunitas, cost-effective, pencegahan dan pelayanan
primer yang terjangkau sangat diperlukan. Parenting Program berbasis komunitas
memberikan pemahaman kepada orang tua dengan lingkup yang lebih luas sehingga
memungkinkan untuk mengurangii stigma dan hambatan yang mungkin muncul dalam
memberikan dukungan dan edukasi pada orang tua (Knox & Burkhart, 2014)

Salah satu program yang ditujukan untuk menanggulangi bullying yakni The bully
busters program. Fokus dari program ini yakni merubah sistem sosial sehingga
kemunculan bullying bisa dihindarkan (Espelage, Low, Polanin, & Brown, 2015). Program
tersebut memiliki beberapa prinsip utama sebagai berikut : Prinsip utama yang pertama
yakni bahwa merubah lingkungan lebih berdampak kuat daripada merubah individu per
individu. Prinsip kedua, yakni pencegahan lebih baik daripada intervensi. Prinsip ini
merupakan prinsip dasar yang selalu dipakai dalam berbagai permasalahan yang terjadi,
bagaimanapun pencegahan permasalahan bullying tentu lebih utama dibandingkan
melakukan intervensi sesudah terjadinya bullying. Prinsip yang ketiga yakni bahwa dalam
merubah lingkungan dibutuhkan dukungan dan pemahaman dari berbagai pihak, khususnya
para guru dan Manajemen kelas.

Pengetahuan dan pemahaman orangtua dalam pola asuh terhadap anak sangat
berpengaruh terhadap tumbuh perkembangan anak dan masa depannya. Maka dari itu
orangtua perlu diberikan keterampilan dalam mendidik anak didalam keluarga,
pengetahuan mengasuh dan membimbing anak dan agar dapat menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas di masa yang akan datang (Janitra & Prasanti, 2017). Oleh
karena itu program parenting merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan dalam
meningkatkan kualitas sebagai orangtua di dalam keluarga. Salah satunya dengan
penanaman sikap atau perilaku orangtua ramah anak seperti ramah pendidikan, ramah gizi,
ramah pengasuhan dan ramah perlindungan agar kebutuhan anak-anaknya dengan baik
akan mempengaruhi fase-fase perkembangan anak yang secara terstuktur dan teratur
Dayat Trihadi
Mental Health Nursing Departement
Faculty of Health Science
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Letjend Soepardjo Roestam Km. 7 PO BOX 228
Sokaraja - Purwokerto 53181
Central Java, Indonesia
Phone : +6285227997818
Email : dayatrihadi@gmail.com

Daftar Pustaka

Espelage, D. L., Low, S., Polanin, J. R., & Brown, E. C. (2015). Clinical trial of Second
Step© middle-school program: Impact on aggression & victimization. Journal of
Applied Developmental Psychology, 37(1), 52–63.
https://doi.org/10.1016/j.appdev.2014.11.007
Gaffney, H., Ttofi, M. M., & Farrington, D. P. (2018). Evaluating the effectiveness of
school-bullying prevention programs: An updated meta-analytical review. Aggression
and Violent Behavior, #pagerange#. https://doi.org/10.1016/j.avb.2018.07.001
Healy, K. L., Sanders, M. R., & Iyer, A. (2015). Parenting Practices, Children’s Peer
Relationships and Being Bullied at School. Journal of Child and Family Studies,
24(1), 127–140. https://doi.org/10.1007/s10826-013-9820-4
Janitra, P. A., & Prasanti, D. (2017). Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku
Bullying Bagi Anak. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 6(1), 23.
https://doi.org/10.22202/mamangan.1878
Keluarga, K., Digital, E., Prasanti, D., & Limilia, P. (2018). KELUARGA [ Studi Kualitatif
tentang Komunikasi Positif Sebagai Upaya Menjaga. 3(1), 33–39.
Knox, M., & Burkhart, K. (2014). A multi-site study of the ACT Raising Safe Kids
program: Predictors of outcomes and attrition. Children and Youth Services Review,
39, 20–24. https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2014.01.006
Nocentini, A., Fiorentini, G., Di Paola, L., & Menesini, E. (2018). Parents, family
characteristics and bullying behavior: A systematic review. Aggression and Violent
Behavior, #pagerange#. https://doi.org/10.1016/j.avb.2018.07.010
Rigby, K. (2012). Bullying Interventions in Schools. In Bullying Interventions in Schools:
Six Basic Approaches. https://doi.org/10.1002/9781118362648

You might also like