You are on page 1of 46

MAKALAH KONSEP KELUARGA DALAM KEPERAWATAN KELUARGA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

ADE MELY RUSMIATUN KHAFIFATUR RAHMI


AUFA HUSNUL SYAM KAHARUDIN
BAIQ INDAH SUCI HELMAYANI HERY KUSWANTO
BAYU WIRYAWAN LINA KUSNIATI
DHITA EMILLIA GITA PURWANDINI
DIMAS ARYA TRIWADI PUTRA M. NASRIANTO
FATMAWATI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PRODI S.1 KEPERAWATAN REGULER

TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah meninggikan derajat orang-
orangyang beriman dan berilmu pengetahuan, atas berkatrahmat dan kharunia-Nya,
penulis dapatmeyelesaikan pembuatan makalah tugas mata kuliah Keperawatan
Keluarga.Selawat beserta salam semoga disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
yangmenjadi suri tauladan dalam setiap sikap dan tindakan sebagai Intelektual
Muslim.Penulis juga mengucapkan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dalam
prosespembuatanmakalahini.TerutamadosenpembimbingmatakuliahKeperawatanKel
uargayangtelah memberi masukan dan pengarahan kepada mahasisa keperawatan
dapatmengaplikasikan dan bermanfaat dalam kehidupan.Pembuatan makalah ini tidak
terlepas dari kekurangan.Oleh karena itu, sudilahkiranya pembaca memberikan
kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang datang.

Mataram, 21 maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Individu dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi agar ia
dapathidup dan bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
dalammasyarakat dimana individu itu berada. Tanpa sosialisasi suatu masyarakat
tidakdapat berlanjut pada generasi berikutnya. Sosialisasi sebagai proses
belajarseorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
bagaimanakeberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik dengan keluarga,
temansebaya, sekolah maupun media massa.Keluarga merupakan cikal bakal
wajah peradaban.Baik buruknyamasyarakat bisa dinilai dari profil-profil keluarga
didalamnya. Belakangan ini kitadapat mengamati apa yang membuat sebuah
keluarga itu retak. Jika kita pikirkan,keluarga merupakan ikatan yang sangat
kuat.Orang-orang didalamnya telahdipertemukan oleh Tuhan bukan tanpa sebab,
sudah ada pertimbangan menurutukuran-Nya. Komposisinya tidak bisa digantikan
oleh yang lain. Pernikahan yangmenjadi awal sebuah keluarga pun selalu
direalisasikan dalam perhelatan yangagung nan meriah. Akan tetapi, saat ini
banyak sekali terdengar cerita perceraianatau keluarga yang ‘berantakan’
tapi belum masuk tahap perpisahan.Hal ini disebabkan karena banyak manusia
yang tidak memahami artisebuah keluarga.Padahal arti sebuah keluarga adalah
saling memiliki, salingpercaya, saling menghormati, saling melindungi dan saling
berbagi rasa, salingmenjaga kehormatan serta saling menjaga rahasia diantara
anggota keluarga.Maka dari itu, karena pentingnya sebuah keluarga, di dalam
makalah ini penulisakan menyajikan materi yang berkaitan dengan keluarga,
dimulai dari konsepdasar, cara mempersiapkan diri untuk pernikahan, cara
menanggapi dinamika masalah keluarga, cara mengelola dan manajemen
keuangan hingga caramencapai keluarga yang sehat dan bahagia.
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas
kepalakeluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Bentuk keluarga
merupakan pola manusia yang disadari oleh anggota keluarga untuk dimasukkan
ke dalam anggota keluarga (Potter dan Perry, 2005).Sekilas keluarga memiliki
hal-hal yang umum, tetapi setiap bentuk keluarga memiliki kekuatan dan
permasalahan yang unik. Keluarga banyak menghadapi tantangan seperti
pengaruh kesehatan dan penyakit, perubahan struktur keluarga dan lain lain.
Dalam teori sistem keluarga di pandang sebagai suatu sistem terbuka dengan
batas-batasnya. Sebuah sitem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang
diarahkan pada tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan
bergantungan satu dengan yang lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka
waktu tertentu. Teori sistem merupakan suatu cara untuk menjelaskan sebuah unit
keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan berinteraksi dengan sistem yang
lain (Harmoko, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep dasar keluarga?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Mengetahi konsep dasar keluarga.
1.3.2 Mengetahui cara mempersiapkan diri menuju pernikahan.
1.3.3 Mengetahui dinamika dan masalah dalam rumah tangga.
1.3.4 Memenuhi cara mencapai keluarga bahagia.
1.3.5 Mengetahui cara mencapai keluarga sehat.
1.3.6 Membantu dalam tugas belajar mengajar.
1.3.7 Memenuhi tugas mata kuliah.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR KELUARGA

2.1 Definisi Keluarga


Difinisi keluarga yang di bahas oleh beberapa ahli.
2.1.1 Menurut WHO
Keluarga adalah anggota rumah tangga saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
2.1.2 Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012)
konsep keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.Keluarga merupakan
aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan,
kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling
berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat.
2.1.3 Narwoto Dan Suyanto (2004)
Pengertian keluarga menurut Narwaoto dan Suyanto adalah lembaga
sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya
berkembang.
2.1.4 UU No. 10 Tahun 1992
Pengertian keluarga menurut UU.No. 10 Tahun 1992 adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya
atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
2.1.5 Effendy (2005)
Pengertian keluarga menurut Effendy adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
2.1.6 Sayekti (1994)
Pengertian keluarga menurut Sayekti adalah sutu ikatan atau persekutuan
atas dasar perkawinan anta orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak baik anak sendiri atau adopsi yang tinggal dalam
sebuah rumah tangga
2.1.7 Salvicion Dan Celis (1998)
Pengertian keluarga menurut Salvicion dan Celis adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan setiap individu memiliki peran masing-masing.
2.1.8 Departemen Kesehatan RI (1998)
Pengertian keluarga menurut Departemen Kesehatan RI adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
2.1.9 Bailon dan Maglaya (1978)
Pengertian keluarga menurut Bailon dan Maglaya adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi. Salin berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyi peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya.
2.1.10 Duvall dan Logan (1986)
Pengertian keluarga menurut Duvall dan Logan adalah sekumpulan orang
denga ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial tiap anggotanya.
2.1.11 UU. No. 52 Tahun 2009
Pengertian keluarga menurut UU. No. 52 Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1 ayat
6 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami istri, atau
suami, istri dan anaknya, atau ayah dengan anak (duda) atau ibu dengan
anaknya (janda)
2.1.12 Raisner
Pengertian keluarga menurut Raisner adalah sebuah kelompok yang
terdiri dua orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan
kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, kakak, dan nenek.
2.1.13 Spradley dan Allender
Pengertian keluarga menurut Spradley dan Allender adalah satu atau lebih
yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan
mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
2.1.14 Gillis
Pengertian keluarga menurut Gillis adalah sebagaimana sebuah kesatuan
yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa
komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu
2.1.15 BKKBN (Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional)
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya yang
meliputi kebutuhan fisik (makan dan minum), psikologi (disayangi/
diperhatikan), spiritual/ agama, dan sebagainya.Adapun tujuan
membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi anggota keluarganya, serta untuk melestarikan
keturunan dan budaya suatu bangsa. Keluarga yang sejahtera diartikan
sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi,
selaras, dan seimbang antar anggota keluarga, dan antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989; BKKBN 1992).
2.1.16 Wikipedia
Wikipedia mengemukakan pengertian keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadan
saling ketergantungan.
2.1.17 KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
KBBI mengemukakan pengertian keluarga adalah ibu dan bapak beserta
anak-anaknya.
2.1.18 Departemen Kesehatan RI (1998)
Departemen Kesehatan RI mengemukakan pengertian keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
2.1.19 Padila (2012)
Padila mengemukakan pengertian keluarga adalah Keluarga berasal dari
bahasa sanksekerta kulu dan warga atau kuluwarga yang artinya anggota
kelompok kerabat.
2.1.20 Wall (1986)
Wall mengemukakan pengertian keluarga adalah sebagai du atau lebih,
yang disatukan oleh ikatan emosional dan kebersamaan, serta
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
2.1.21 Friedman (1998)
Friedman mengemukakan pengertian keluarga adalah sebagai suatu
sumber sistem sosial.
2.1.22 Menurut Helvie (1981)
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah
tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
2.1.23 Menurut UU No. 10 tahun 1992
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami,
istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya.
2.1.24 Menurut Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu denga yang lainnya.
2.1.25 Menurut Johnson’s (1992)
Keluarga adalah adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan
yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan
emosional dan mempunyai kewajiban anatara satu orang dengan lainnya.
2.1.26 Pengertian Keluarga Secara Umum
Keluarga merupakan sebuah kata yang memiliki makna yang
berbeda.Banyak orang yang memiliki pemikiran sendiri untuk
mendefinisakan mengenai arti keluarga.Bahkan, di dalam aspek ekonomi,
budaya, dan sosial, “keluarga” tentu saja memiliki arti yang berbeda-
beda.Namun, perlu Anda ketahui bahwa pengertian keluarga secara
umum adalah kelompok sosial yang mendasar dalam masyarakat yang
umumnya terdiri dari satu atau dua orang tua dan anak-anak mereka.
Orang-orang yang tergabung dalam satu keluarga ini umumnya memiliki
komitmen jangka panjang satu sama lain dan sebagian besar tinggal
dalam satu atap bersama-sama
2.1.27 Pengertian Keluarga Menurut Ilmu Sosiologi
Di bangku Sekolah Menengah Akhir (SMA), Anda pasti pernah
menjumpai pelajaran Sosiologi jika Anda mengambil jurusan
IPS.Pengertian keluarga juga dipaparkan dalam ilmu sosiologi. Menurut
sosiologi, keluarga adalah sebuah kelompok domestik intim dari orang-
orang yang terkait satu sama lain dengan ikatan darah, perkawinan
seksual, dan ikatan hukum.
2.1.28 Pengertian Keluarga Secara Struktural
Keluarga memiliki definisi berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran
salah satu anggota keluarga, baik itu orang tua, anak, atau kerabat lain
yang tergabung dalam satu rumah tangga. Dari perspektif inilah,
pengertian keluarga secara struktural dapat diartikan ke dalam 3 hal,
yakni keluarga sebagai asal-usul (families of origin), keluarga sebagai
sarana utama untuk meneruskan keturunan (families of procreation), dan
keluarga sebagai wadah orang tua beserta anaknya (extended family).
2.1.29 Pengertian Keluarga Secara Fungsional
pengertian keluarga yang dipahami oleh sebagian besar orang. Pengertian
keluarga secara fungsional mencakup tugas-tugas dan fungsi
psikososial.Fungsi tersebut dapat berupa perawatan terhadap anak,
mengajarkan anak untuk bersosialisasi, membentuk sifat atau
mengendalikan emosional tiap anggota keluarga, sebagai dukungan
materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu.Intinya, pengertian keluarga
secara fungsional ini lebih fokus terhadap tugas-tugas yang seharusnya
dilakukan oleh setiap anggota keluarga.
Dari beberapa definisi di atas, dapat kami simpulkan bahwakarakteristik keluarga
adalah sebagai berikut:
a. Unit kecil dari masyarakatTerdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh
hubungan darah,perkawinan atau adopsi.
b. Keluarga yang Hidup dalam suatu rumah yangdi bawah asuhan seorang
kepala rumah keluarga dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya,meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota
keluarga
c. Setiap anggota keluarga memiliki pernan sosial masing-masing terdiri dari
suami,istri,anak, kakak dan adik

2.2 Tipe Keluarga


Kelurga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan.Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya, agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan mengetahui
berbagai tipe keluarga.
2.2.1 tipe keluarga menurut friedman,Bowden, & jones, 2003
a. tipe tradisional
keluarga tradisional di ikat oleh perkawinan contohnya ayah-ibu dan
anak hasil perkawinan atau adopsi.( effendi ferry, makhfudli. 2009)
1. Tipe keluarga tradisional ( encyclopedia of social work ),
pada awalnya:
a) Standard nuclear family
Suami, istri, dan anak-anaknya tinggal di satu rumah tangga
dengan suami pekerja dan istri sebagai pekerja rumah tangga.
b) Dyadic nuclear family
Suami dengan istri tanpa anak tinggal di satu rumah dan
salah satu atau keduanya berkerja mencari nafkah.
c) Dual work family
Keduapasanganbekerjasebagai kesepakatan perkawinannya.
d) Single paren family
Salah satu orang tua tinggal serumah, biasanya dengan anak
pra sekolah dan usia sekolah sebagai konsekuensi dari
perceraian, ditinggal pergi, meninggal tanpa sumbangan
financial dari pihak lain.
e) Tree generation family
Tiga generasitinggal bersama dalam satu rumah.
f) Middle age eiderly couple
Suami atau istri berkerja dan satu tinggal dirumah, sementara
anak-anak sibuk menuntut ilmu, mengejar karir atau
menikah.
g) tuond career family
Istri berkerja atau membantu orang tuanya ketika anak
sedang di sekolah ( berkerja part time)
h) Kinnetwork
tipenya adalah keluarga inti yang hidup tinggal bersama
tanpa menikah, mereka saling melayani sesuai
kesepakatantanpa di atur oleh peran peran nasional.
i) Remarried family
Telah bercerai dalam beberapa waktu dan kembali menikah.

2. Tipe keluarga teradisional sesuai perkembangannya:


a) The nuclear family ( keluarga initi)
Keluarga yang terdiri dari suami,istri dan anak.
b) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan isti (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
c) Kelurga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d) The chidleass family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang di sebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada
wanita.
e) The extended family
Keluarga yang teridiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman,
tante ,orang tua (kakek- nenek),keponakan.
f) The single –parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu )
dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalului proses
perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi
hokum pernikahan ).
g) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang
bekerja di luar kota biasa kumpul pada anggota keluarga
pada saat “weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.
h) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang
dan pelayanan yang sama. Contoh : dapur,kamar mandi
,televise,telpon, dan lain-lain.
j) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian ) yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari
perkawinan sebelumnya.
k) The single adult living alone/single- adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihan nya atau perpisahan (separasi)seperti:
perceraian atau ditinggal mati.
b. Non tradisional
Keluarga non tradisional adalah tidak diikat oleh dasar perkawin
contohnya sekelompok orang yang tinggal di sebuah asrama.
a) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) commune family
Beberapa pasangan keluarga ( dengan anak nya ) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan failitas yang sama, pengalaman yang sama ; sosialisasi anak
melalui aktifitas kelompok/ membesarkan anak bersama
d) The nonmarital heterosexsual cohabiting family
Keluarga yang hidupm bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan
e) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai pasangan sex hidup bersama
sebagaimana “material partners”
f) cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g) grup-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa saliang menikah satu dengan
yang lainnya, berbagai sesuatu termasuk seksual dan
membesarkan anaknya.
h) group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu dama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anakknya.
i) fostre family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
j) homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perindungan yang
permanen karena kerisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.
2.2.2 Tipe keluarga Dikutip melalui sumber: Tabloid Bintang Home,
September 2005)
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang dibentuk
karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdidri dari
suami, istri, dan anak-anak baik karena kelahiran (natural) maupun
adopsi
b. Keluarga asli (family of origin) merupakan satu unit keluarga
tempat asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended family) keluarga inti ditambah keluarga
yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibik,
paman, kepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua
tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis
(guy/lesbian familys)
d. Keluarga berantai (social family), keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu
keluarga inti
e. Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena
perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai
f. Keluarga komponsit (composite family), keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu
keluarga tanpa pernikahan, bias memiliki anak atau tidak. Di
Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan budaya
timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ibi mulai dapat di
terima
h. Keluarga Inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-
nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, di jumpai
bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan
menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak
kandung laki-laki, paman menikah dengan keponakannya, kakak
menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah
menikah dengan anak perempuan tirinya . walaupun tidak lazim
dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin
hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui
pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
2.2.3 Sedangkan tipe keluarga Menurut sudiharto,2007
Menyatakan bahwa keluarga tradisoanal dan non tradisional di bedakan
berdasarkan ikatan perkawina.Keluarga tradisional diikat oleh
perkawinan, sedangkan keluarga non tradisional tidak dikat berdasarkan
perkawinan.
2.2.4 Menurut Kamanto Sunarto (1993:159-160), keluarga dapat
dibedakan menjadi beberapa bentuk
a. Berdasarkan keanggotaannya, terdiri dari keluarga batih dan keluarga
luas.
b. Berdasarkan garis keturuan, terdiri atas keluarga patrilineal, keluarga
matrilineal, dan keluarga bilateral.
c. Berdasarkan pemegang kekuasaannya, terdiri dari keluarga patriarhat,
keluarga matriarhat, dan keluarga equalitarian.
d. Berdasarkan bentuk perkawinan, terdiri atas keluarga monogami,
keluarga
poligami, dan keluarga poliandri.
e. Berdasarkan status sosial ekonomi, terdiri atas keluarga golongan
rendah, keluarga golongan menengah, dan keluarga golongan tinggi.
f. Berdasarkan keutuhan, terdiri atas keluarga utuh, keluarga pecah atau
bercerai, dan keluarga pecah semu.
2.2.5 Berdasarkan tipe keluarga menurut jhonson R Leny R, 2010
Ada beberapa tipe keluarga yakni:
a. Keluarga inti, yang terdiri dari suami,istri, dan anak atu anak-anak.
b. Keluarga conjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa ( ibu dan ayah)
dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari
salah satu atau dua pihak orang tua.
c. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis
keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi
hubungan antara paman,bibi, kluarga kakek dan keluarga nenek.
2.2.6 Ada dua macam bentuk keluarga diamati dari bagaimana keputusan
diambil, yaitu berlandaskan lokasi dan berlandaskan pola otoritas
menurut Richard R Clayton. 2003
a. Berlandaskan lokasi
1. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi keleluasaan kepada
berpasangan suami istri untuk memilih tempat tinggal, patut itu di
sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar
kediamanan kaum kerabat istri;
2. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa berpasangan
suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum
kerabat suami;
3. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa berpasangan
suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
4. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa berpasangan
suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami
pada periode tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat
istri pada periode tertentu pula (bergantian);
5. Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa berpasangan
suami istri dapat menduduki tempat yang baru, dalam guna kata
tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;
6. Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan berpasangan
suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara
laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;
7. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri
masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka
juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.
b. Berlandaskan pola otoritas
1. Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-
laki (laki-laki tertua, umumnya ayah)
2. Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)
3. Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara
seimbang.

2.3 Struktur Keluarga dan fungsi keluarga


2.3.1 menurut friedman,Bowden,& jones (2003)
menyatakan bahwa struktur dann fungsi kelurga merupakan hubungab
yang dekat dan adanya intraksi yang terus menerus satu dengan yang
lainnya. Struktur di dasari oleh organisasi keanggotaan dan pola
hubungan yang terus menerus.keluarga dapat diperluasn dan dipersempit
tergantung dari kemampuan keluarga tersebut untuk merespon stressor
yang ada dalam keluarga. struktur di dalam keluarga yang sangat kaku
dan fleksibel akan dapat meneruskan fungsi didalam keluarga. Sedangkan
fungsi dalam keluarga merupakan apa yang dikerjakan dalam
keluarga,sedangkan struktur keluarga meliputi proses yang digunakan
dalam keluarga untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Proses ini
meliputi komunikasi antar anggota keluarga,tujuan,pemecahan
konflik,pemeliharaan, dan pengguna sumber internal dan eksternal.
Apabila dukungan tersebut tidak di dapatkan maka akan menimbulkan
konsekuensi emosional seperti marah,depresi, dan perilaku yang
menyimpang. Tujuan yang ada di dalam keluarga akan lebih mudah
dicapai apa bila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung.
Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan
pemecahan masalah. Sehinga Friedman, Bowden, & jones (2003)
menyatakan bahwa fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur
keluarga adalah sebagai berikut:
a. Struktur egalisasi:masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama
dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)
b. Struktur yang hangat,menerima dan koleransi
c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka: mendorong
kejujuran dan kebenaran ( honesty dan authenticity)
d. Struktur yang kaku: suka melawan dan tergantung pada peraturan
e. Struktur yang bebas: tidak adanya peraturan

2.3.2 Dalam Setiadi,2008


Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatukeluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun
macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :
a. Patrilineal
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudarasedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusunmelalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudarasedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusunmelalui jalur garis
ibu.
c. Matrilokal
sepasang suami-istri yang tinggal bersamakeluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
sepasang suami-istri yang tinggal bersamakeluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawin
hubungan suami-istri sebagai dasar bagipembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadibagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.

2.3.3 Menurut fidemen 1999


Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan
informal.misal nya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala
keluarga dan mencari nafkah.peran informal ayah adalah sebagai panutan
dan perlindungan keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,
kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan system penduduk
diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan
menyelesaikan masalah.lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut
:
a. Fungsi efektif
fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikosocial,
saling mengasuh dan memeberikan cinta kasih, serta saling menerima
dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi
proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat
anggota keluarga berintraksi social dan belajar berperan dilingkungan
social.
c. Fungsi reproduksi
fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuah keluarga, seperti sandang,
pangan, dan papan
e. Fungsi perawatan kesehatan
kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami masalahkesehatan.
2.3.4 Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi : saling berhubungan, saling bergantungan antara
anggota keluarga.
2) Adanya keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga memiliki keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugas masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga memiliki
peran dan fungi masing-masing.

Salah satu pendekatan dalam asuhan keperawatan keluarga adalah


pendekatan structural fungsional. Struktur keluarga menyatakan bagaimana
keluarga disusun atau bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama
lain. Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentuk atau tipe keluarga, namun
ada juga yang meamndang struktur keluarga yang menggambarkan subsistem-
subsistemnya sebagai dimensi structural.

Struktur keluarga didasari oleh organisasi meliputi keanggotaan dan pola


hubungan yang terus menerus. Friedman, Bowden, & Jones (2003) membagi
struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu pola komunikasi, peran
keluarga, nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.

1. Pola komunikasi keluarga


Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa disebabkan oleh bebrapa factor yang ada dalam komponen
komunikasi seperti sender, chanel-media, massage, environment dan
receiver.Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara
emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular
(Wright&Leahey, 2000).
Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga
dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah
diantar para anggota keluarga.Pada komunikasi verbal individu dalam
keluarga dapat mengungkapkan sesuatu yang diinginkan melalui kata-
kata yang dapat diiringi dengan adanya komunikasi non verbal yang
dapat berupa gerakan tubuh dalam penekanan sesuatu hal yang
diucapkannya dalam keluarga.Komunikasi sirkular mencakup sesuatu
yang melingkar dua arah dalam keluarga. Misalnya apabila istri marah
pada suami, maka suami akan melakukan klasifikasi kepada istri tentang
sesuatu yang membuat istri marah kepada suami (Wright & Leahey,
2000).
2. Pola peran keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan sehingga pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal.Posisi atau status dalam keluarga adalah posisi
individu dalam keluarga yang dapat dipandang oleh masyarakat sebagai
istri, suami, atau anak. Peran formal didalam keluarga merupakan
kesepakatan bersama yang dibentuk dalam suatu norma keluarga.
Peran didalam keluarga menunjukkan pola tingah laku dari semua
anggota didalam keluarga (Wright, 1984). Aldous (1978) dalam (Wright
& Leahey, 2000) peran dalam keluarga merupakan pola tingkah laku yag
konsisten terhadap suatu situasi didalam keluarga yang terjadi akibat
interaksi diantara aggota keluarga, seperti menyapu membersihkan
halaman rumah. Peran didalam keluarga sekarang ini terjadi
perubahan.Peran didalam keluarga dapat juga terjadi peran ganda
sehingga anggota keluarga dapat menyesuaikan peran tersebut.Peran
didalam keluarga dapat fleksibel sehingga anggota keluarga dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
3. Pola normal dan nilai keluarga
Nilai merupakan persepsi seseorang tentang sesuatu hal apakah baik
atau bermanfaat bagi dirinya.Norma adalah peran-peran yang dilakukan
manusia, berasal dari nilai budaya terkait.Norma mengarah sesuai dengan
nilai yang dianut oleh masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak
dari kecil (DeLaune, 2002).Persepsi seorang tentang nilai dipengaruhi
nilai. Nilai mengarahkan respon seseorang terhadap nilai orang lain. Nilai
merefleksikan identitas seseorang sebagai bentuk dasar evalusi diri. Nilai
memberikan dasar untuk posisi seseorang pada berbagai issue personal,
professional, sosial, politik. Nilai yang merupakan perilku motivasi
diekspresikan melalui perasaan, tindakaan dan pengetahuan.Nilai
memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (DeLaune,
2002).
Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoma bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai dalam keluarga.
4. Pola kekuatan keluarga
Friedman, Bowden, & Jones (2003) kekuatan keluarga merupakan
kemampuan (potensial atau actual) dari individu untuk mengendalikan
atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kea rah positif.
Tipe struktur kekuatan kekuatan dalam keluarga antara lain: legitimate
power/ authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap anak,
referent power (seseorang yang ditiru), resource or expert power
(pendapat, ahli dan lain-lain), reward power (pengaruh kekuatan karena
adanya harapan yang akan diterima), coercive power pengaruh yang
dipaksakan sesuai keinginan), affective power (pengaruh yang diberikan
melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan sexual). Hasil
dari keturunan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam
pengendalian kepitusan dalam keluarga seperti konsesus, tawar menawar
atau akomodasi, kompromi atau de facto dan paksaan.

2.4 Tahap Perkembangan Keluarga


Pandangan Para Ahli Teori Mengenai Tahap Perkembangan
Keluarga,yaitu:
a. Duvall (1957)
1. Keluarga pasangan baru
2. Childbearing family
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
4. Keluarga dengan anak sekolah
5. Keluarga dengan anak remaja
6. Keluarga melepaskan anak dewasa muda
7. Orang tua paruh baya
8. Keluarga lansia dan pension
b. Feldman (1961)
1. Awal Pernikahan (tanpa anak)
2. Anak tertua masih bayi
3. Anak tertua berusia pra sekolah
4. Semua anak berusia sekolah
5. Anak tertua adalah remaja, lainnya berusia sekolah
6. Satu anak atau lebih berada di rumah dan satu anak atau lebih
meninggalkan rumah
7. Semua anak meninggalkan rumah
8. Pasangan lansia
c. Rodgers (1964)
1. Pasangan baru dan belum memiliki anak
2. Semua anak berusia kurang dari 36 bulan
3. Anak prasekolah yang tertua berusia 3-6 tahun dan yang termuda berusia
di bawah 3 tahun
4. Semua anak berusia 3-6 tahun
5. Keluarga dengan anak sekolah dan bayi
6. Keluarga dengan anak sekolah dan prasekolah
7. Semua anak berusia 6-13 tahun
8. Keluarga dengan anak remaja dan bayi
9. Keluarga dengan anak remaja dan pra sekolah
10. Keluarga dengan anak remaja dan anak sekolah
11. Semua anak berusia 13-20 tahun
12. Keluarga dengan anak dewasa muda dan bayi
13. Keluarga dengan anak dewasa muda dan anak Prasekolah
14. Keluarga dengan anak dewasa muda dan anak berusia sekolah
15. Keluarga dengan anak dewasa muda dan anak remaja
16. Semua anak berusia di atas 20 tahun
17. Melepaskan keluarga dengan bayi
18. Melepaskan keluarga dengan anak pra sekolah
19. Melepaskan keluarga dengan anak sekolah
20. Melepaskan keluarga dengan remaja
21. Anak termuda berusia 20 tahun
22. Pada saat semua anak telah dilepaskan sampai kelurga mengalami masa
pensiun
23. Pensiun sampai kematian pasangan
24. Kematian salah satu pasangan sampai kematian keduanya
d. Carter & Mcgoldrick (1980)
1. Between Family : Orang dewasa muda yang lajang
2. Persatuan keluarga melalui pernikahan : pasangan baru
3. Keluarga dengan anak kecil (usia bayi sampai sekolah)
4. Keluarga dengan anak remaja
5. Melepaskan anak-anak melanjutkan kehidupan
6. Keluarga dalam kehidupan lanjut
e. Menurut duval (1991)
daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap perkembangan
yang mempunyai tugas dan resiko tertetu pada tiap tahap perkembangannya.
1. Tahap I : Keluarga pasangan baru
Dimualai saat individu laki-laki / perempuan membentuk keluarga
melalui perkawinan, meninggalkan keluarga mereka masing-masing baik
fisik ataupun fisiologis
a) Tugas Perkembangannya :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok
social
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak (KB)
b) Masalah kesehatan yang Muncul :
1. Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang
KB, penyakit kelamin baik sebelum atau sesudah menikah
2. Konsep perkawinan tradisional : di jodohkan, hukum adat
3. Tugas Perawat : membantu setiap keluarga untuk saling
memahami satu sama lain
2. Tahap II : Childbearing family
Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan (2,5
tahun), keluarga menanti kelahiran anak dan mengasuh anak
a) Tugas Perkembangan Keluarga :
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan seksual
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan
b) Masalah kesehatan keluarga :
1. Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi,
imunisasi, konseling perkembangan anak, KB, pengenalan,
dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini
2. Inaksesibilitas dan ketidak adekuatan fasilitas perawatan ibu
dan anak

3. Tahap III : Keluarga dengan anak pra sekolah


Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 – 5 tahun, keluarga lebih
majmek dan berbeda (suami – ayah = istri – ibu = anak laki-laki – saudara
= anak perempuan – saudari)
a) Tugas Perkembangan :
1. Memenuhi kebutuhan anggita keluarga seperti : tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman, membantu anak untuk
sosialisasi
2. Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak
yang lain
3. Mempertahankan hubungan yang sehat internal maupun
eksternal keluarga, pembagian tanggung jawab anggota
keluarga
4. Stimulasi tumbuh kembang anak
5. Pembagian waktu untu individu, pasangan dan anak
b) Masalah kesehatan :
1. Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar,
keracunan, kecelakaan, dll.

4. Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah


a) Keluarga mencapai anggota yang maksimal, keluarga sangat sibuk
b) Aktivitas sekolah, anak punya aktivitas masing-masing
c) Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak dan
dirinya
d) Orang tua belajar dan menghadapi membiarkan anak pergi (dengan
teman sebayanya)
e) Orang tua muali meraskan tekanan yang besar dari komunitas di luar
rumah (sistem sekolah)
1. Tugas Perkembangan Keluarga :
a) Membantu sosialisasi anak : meningkatkan prestasi belajar
anak
b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat termasuk biaya kesehatan

5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja


a) Dimulai ketka anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung 6-
7 tahun
b) Tujuan keluarga pada tahap ini : melonggarkan ikatan yang
memungkinkan tanggung jawab dan kebebasan yang lebih optimal
bagi remaja untuk menjadi dewasa muda
c) Konflik perkembangan : menjadi tantangan perawat
d) Otonomi yang meningkat (kebebasan anak remaja)
e) Kesenjangan antara generasi : (beda nilai-nilai dengan orang tua)
1. Tugas perkembangan keluarga :
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak
2. Masalah-masalah kesehatan :
a) Maslah kesehatan fisik keluarga biasanya baik, tapi promosi
kesehatan tetap harus di berikan
b) Perhatian pada gaya hidup keluarga yang sehat : penyakit
jantung koroner pada orang tua (usia 35 tahun)
c) Pada remaja : kecelakan, penggunaan obat-obatan, alkohol,
mulai menggunakan rokok sebagai alat pergaulan, ,
kehamilan tidak dikehendaki
d) Konseling dan pendidikan kesehatan tentang sex education
menjadi sangat penting
e) Terdapat beda persepsi antara orang tua dengan anak remaja
tentang sex education, konseling antara anak dengan orang
tua harus terpisah
f) Persepsi remaja tentang sex education : uji kehamilan, AIDS,
alat kontrasepsi dan aborsi
6. Tahap VI : Keluarga melepaskan anak dewasa muda
a) Dimuali anak pertama meninggalkan rumah berakhir sampai rumah
menjadi kosong
b) Tahap ini bisa singkat atau lama tergantung jumlah anak (bisa
berlangsung 6-7 tahun) faktor ekonomi menjadi kendala
1. Tugas perkembangan :
a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya
b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan
kembali hubungan perkawinan
c) Membantu orang tua (lansia) yang sakit-sakitan dari suami
atau istri
2. Masalah kesehatan :
Masalh komunikasi anak dengan orang tua (jarak), perawatan
usia lanjut, masalah penyakit kronik : hipertensi, kolesterol,
obesitas, menopouse, DM, dll
7. Tahap VII : Orang tua paruh baya
a) Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau
kematian pasangan
b) Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan berakhir saat
masuk pensiun 16-18 tahun kemudian
1. Tahap perkembangan :
a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
b) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orang tua
c) Lansia (teman sebaya) dan anak-anak
d) Memperkokoh hubungan perkawinan
2. Maslah kesehatan :
Kebutuhan promosi kesehatan : istirahat yang cuup, kegiatan
waktu luang & tidur, nutrisi, olah raga teratur, berat badan harus
ideal, tidak merokok, dan pemeriksaan secara berkala
8. Tahap VIII : Keluarga lansia dan pensiun
a) Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu atau
keduanya meninggal
b) Kehilangan yang lazim pada usia ini : ekonomi dan pekerjaan
(pensiun), perumahan (pindah ikut anak atau panti), sosial (kematian
pasangan dan teman-temannya), kesehatan (penurunan kemampuan
fisik)
1. Tugas Perkembangan :
a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b) Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun
c) Mempertahankan hubungan perkawinan
d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
f) Meneruskan untuk memahami ekstensi mereka (penelaahan
dan integrasi hidup)
2.5 Peranan Keluarga
2.5.1 Santrock, 2003
Peran (role) merupakan posisi tertentu dalam kelompok yang disusun
oleh aturan-aturan dan harapan-harapan.Peran menentukan bagaimana
remaja harus bertingkah laku dalam posisi tersebut.
2.5.2 W.J.S Poerwadarminta
Peran menurut Bahasa dari kamus W.J.S Poerwadarminta dalam
Nurhayati (2008), adalah Sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang
pimpinan yang utama.
2.5.3 Soekanto dalam Nurhayati 2008
mengungkapkan bahwa peran menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri
dari suatu prose. Peran keluarga adalah tingkat laku spesifik yang
dilakukan seseorang dalam kontek keluarga.
2.5.4 Undang-undang kesehatan No 23 tahun 1992 pasal 5
menyebutkan setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan, perorangan, keluarga
dan lingkungan.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antarpribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisidan situasi tertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari olehharapan dan pola perilaku dan
keluarga, kelompok dan masyarakat.Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagaiberikut:
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperansebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnyaserta sebagai anggota
masyarakat dari lingkunganya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai perananuntuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagianak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dariperanan sosial serta sebagai anggota
masyarakat di lingkungannya,disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari
nafkah tambahandalam keluarganya.
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkatperkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.6 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga yang dijabarkan oleh Friedman (1998) yang sampai
saat ini masih dipakai dalam asuhan keperawatan keluarga.Tugas kesehatan
keluarga menurut Friedman (1998) dalam Efendi dan Makhfudi (2009) tersebut
adalah:
1. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dank arena kesehatnlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana akan habis. Orang tua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota
keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Apabila menyadari
adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa
yang terjadi, dan berapa besar perubahannya. Sejauh man keluarga
mengetahui dan dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan yang
memengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga
tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan. Berikut
ini adalah hal-hal yang perlu dikaji oleh perawat:
a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah.
b. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialaminya.
d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
e. Apakah keluarga mempunyai sifat negative terhadap masalah kesehatan.
f. Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan.
g. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
3. Member perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan
perawatannya).
b. Sifat dan perkembangan perawat yang dibutuhkan.
c. Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan,
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab atau financial, fasilitas fisik, psikososial).
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a. Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.
b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c. Pentingnya hygiene sanitasi
d. Upaya pencegahan penyakit.
e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.
f. Kekompakan antar anggota keluarga.
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Ketika merujuk anggita keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut ini:
a. Keberadaan fasilitas keluarga.
b. Keuntungan-keuntungan, yang diperoleh dari fasilitas kesehatan.
c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan.
d. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
e. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

Perlu digaris bawahi bahwa 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan


diatas, mesti selalu dijalankan. Tentu apabila salah satu ata beberapa
diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan masalah
kesehatan dalam keluarga.

2.7 Implikasi keperawatan keluarga


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga terdapat beberapa peran yang
dapat dilakukan oleh perawat, yaitu
1. Pengenalan kesehatan.
Perawat dapat membantu keluarga menganalisis masalah yang dialami secara
objektif serta membuat keluarga sadar akan masalah tersebut. Sehingga
keluarga akan mampu dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi.
2. Memberi layanan askep kepada keluarga yang sakit.
Banyak sekali pertemuan pertama kali terjadi jika ada keluarga yang sakit
baik itu pertemuan secara langsung atau bertemu di pusat pelayanan
kesehatan.Perawat memberi asuhan keperawatan kepada individu atau
keluarga dengan kasus tertentu, misalnya pasien tuberkulosis, diabetes, dan
ibu hamil, yang di jumpai di klinik yang kadang-kadang ditindaklanjuti
keperawatannya di rumah (lingkungan keluarga).
3. Menjadi kordinator layanan kesehatan dan perawatan kesehatan.
Perawat dapat berperan sebagai kordinator pelayanan kesehatan
Keluarga baik secara berkelompok maupun individu
4. Fasilitator.
Perawat bekerja sebagai fasilitator agar pelayanan kesehatan mudah di
jangkau bagi keluarga yang mengalami masalah kesehatan dan membantu
mencari jalan keluar mengenai masalah tersebut
5. Perawat sebagai pendidik atau penyuluh dan konsultan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan kepada
keluarga yang sakit dan berperan sebagai konsultan dalam memberikan
petunjuk tentang asuhan dasar keluarga (Dion dan Yasinta, 2013).
Dari beberapa peran diatas, jika perawat keluarga dapat melakukan semua hal
tersebut dengan baik maka manfaat yang akan dirasakan oleh keluarga dan
perawat itu sendiri akan sangat besar. Menurut Ferry Effendi dan Makhfudli
(2009), manfaat peran perawat kesehatan di rumah baik untuk keluarga
maupun perawan, adalah:
1. Manfaat untuk keluarga
a. Biaya kesehatan akan lebih terkendali atau sesuai dengan kemampuan
keluarga. Karna selalu melibatkan keluarga dalam segala keputusan
b. Mempererat hubungan ikatan keluarga karna dapat berdekatan dengan
keluarganya yang sakit
c. Klien dapat merasa sangat nyaman karna berada di rumahnya sendiri
2. Manfaat untuk perawat
a. Selalu merasakan parian tempat kerja yang berbeda, sehingga tidak
akan merasa jenuh
b. Dapat mengenali lingkungan dan klien dengan baik sehingga
pendidikan kesehatan yang di diberikan sesuai dengan situasi dan
kondisi rumah klien

Adapun hal- hal yang harus di perhatikan oleh seorang perawat kelurga untuk
mengoptimalkan kinerja asuhan keperawatan keluarga adalah:

1. Perawatan kesehatan yang bersifat preventif, kuratif maupun edukatif, di


rumah dan sistem pelayanan kesehatan diarahkan untuk membantu
seluruh keluarga dalam meningkatkan cara-cara hidup sehat.
2. Pencakupan pelayanan kesehatan yang sangat luas, karena itu semua
anggota keluarga dicakupi dan semua sumber yang ada dapat dikerahkan
untuk kepentingan kesehatan keluarga dan masyarakat.
3. Pelayan kesehatan, pencatatan dan pelaporan, kunjungan ke puskesmas
serta pendekatan secara epidemiologi harus dilakukan ke semua keluarga
agar pelayanan dabat dioptimalkan.
4. Asuhan keperawatan keluarga dioptimalkan dan ditekankan pada waktu-
waktu rawan dalam kehidupan keluarga dan pada keadaan-keadaan
resiko tinggi.
5. Perlu ada kesinambungan dari pelayanan kesehatan serta pengawasan
secara teratur agar keluarga dapat mendapatkan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dengan tepat dan cepat, sehingga program- program
yang direncanakan oleh perawat keluarga dapat berjalan dengan baik.

Ada beberapa implikasi dalam pemberian pelayanan kesehatan yang


dipusatkan pada keluarga, diantaranya :
a. Pelayanan kesehatan dan keperawatan diarahkan untuk membantu
seluruh keluarga dalam meningkatkan cara-cara hidup sehat sehingga
meningkatkan produktivitas dan derajat kesehatan keluarga.
b. Cakupan pelayanan kesehatan dan keperawatan lebih luas, karena banyak
anggota keluarga yang dapat dicakup dan sumber-sumber keluarga yang
dapat diarahkan untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
c. Pelayanan kesehatan dan keperawatan dipusatkan kepada keluarga
sebagai satu kesatuan yang utuh.
d. Pelayanan kesehatan dan keperawatan keluarga ditekankan pada waktu-
waktu rawan didalam kehidupan dan keluarga-keluarga dengan resiko
tinggi.
e. Agar dapat mencapai tujuaan dan sasaran dalam pelayanan kesehatan
keluarga diperlukan kontinuitas pelayanan pada keluarga-keluarga rawan
terhadap masalah kesehatan dan keperawatan.
f. Perlu mempersiapkan tenaga-tenaga perawat kesehatan keluarga yang
mempunyai kemampuan dalam memberikan pelayanan.
g. Perlu pengembangan dan peningkatan sumber-sumber yang ada dalam
masyarakat untuk kepentingan asuhan pelayanan keperawatan kesehatan
keluarga.
2.8 Proses dan strategi koping keluarga
2.8.1 Hill dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003
Stressor merupakan agen pencetus stress atau penyebab yang
mengaktifkan stress seperti kejadian-kejadian dalam hidup yang cukup
serius (lingkungan, ekonomi, social budaya) yang menimbulkan
perubahan-perubahan dalam sistem keluarga. Stress adalah respon atau
keadaan yang dihasilkan oleh stressor atau oleh tuntutan_tuntutan nyata
yang belum tertangani. Stress merupakan tekanan dalam diri seseorang
atau sistem social (individu, keluarga) (Burgess dalam Friedman,
Bowden, dan jones (2003). Adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian
terhadap perubahan yang dapat positif atau negative yang dapat
mempengaruhi meningkat atau menurunya kesehatan keluarga (Bugess
dalam Friedman,Bowden, dan jones (2003).
Ada tiga strategis untuk adaptasi menurut White (dalam
Friedman,Bowden,dan jones (2003), yaitu ;
a. Mekanisme pertahana
Merupakan cara-cara yang dipelajari,kebiasaan,otomatis untuk
berespon yang bertujuan untuk menghindari masalah-masalah yang
dimiliki stressor dan biasanya digunakan apabila tidak ada
penyelesaian yang jelas dalam keluarga.
b. Strategi koping
Merupakan perilaku koping atau upaya-upaya koping dan merupakan
strategi yang positif, aktif, serta khusus untuk masalah, yang
disesuaikan untuk pemecahan suatu masalah yang dihadapi keluarga.
c. Penguasaan
Merupakan strategi adaptasi yang paling positif karena keadaan
koping bebar-benar diatasi sebagai hasil dari upaya –upaya koping
yang efektif dan dipraktikkan dengan baik yang didasarkan pada
kompetensi keluarga.
2.8.2 Model Stress Keluarga Berdasarkan Konteks Dari Boss (1988)
Teori ini dikembangkan dari teori stress Hill untuk menerangkan
pengaruh dari konteks internal dan eksternal keluarga. Konteks eksternal
adalah konteks yang tidak dikontrol oleh keluarga dan dapat termasuk
lingkungan,tempat dan waktu. Konteks internal keluarga terdiri dari tiga
elemen yang di control oleh keluarga dan dapat diubah, yaitu psikologis,
structural dan filosofis.
2.8.3 Sumber dasar Stress keluarga
a. Kontak penuh stress anggota keluarga dengan kekuatan diluar
keluarga, Sumber stress antara lain: Kehilangan pekerjaan, kena
tindak pidana, masalah sekolah, masalah perkawinan dll.
b. Kontak penuh stress seluruh anggota keluarga dengan kekuatan diluar
keluarga. Sumber stress antara lain: kemiskinan, krisis ekonomi,
krisis keamanan dll.
c. Stressor situasional
Biasanya stressor ini terantisipasi dan memaksa kapasitas koping
seperti: Anggota keluarga ada yang di rumah sakit sehingga perlu
redistribusi peran dan fungsi keluarga.
d. Stressor tradisional
Merupakan masalah –masalah transisi yang sering terjadi dalam
perkembangan keluarga seperti: keluarga dengan bayi; keluarga
dengan anak remaja : blended family; keluarga dengan orang tua
(kakek dan nenek ), keluarga dengan anak dewasa; dan keluarga
dengan ditinggal pasangannya
2.8.4 Tahap waktu stress dan tugas koping
1. Periode Ante stress
Masa sebelum melakukan konfrontasi yang sebernarnya dengan
stressor.Contoh masuknya anak ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi. Antisipasi juga dimungkinkan, sudah menyadari adanya
kejadian atau ancaman yang akan datang.
2. Periode stress actual
Strategi adaptif selama masa stress biasanya memiliki intensitas dan
jenis taktik yang digunakan sebelum terjadinya stressor dan stress
yang berbeda-beda. Respon koping yang paling dapat membantu
dalam masa-masa penuh stress biasanya respon-respon yang
datangnya dari keluarga.
3. Periode paska stress
Strategi yang digunakan untuk mengembalikan keluarga perlu bersatu,
mengungkapkan perasaan satu sama yang lain untuk memecahkan
masalah bersama.
2.8.5 Dampak stressor (lihat hal. 446, Friedman,1992)
Dampak stressor tergantung pada kualitas dan kuantitasnya sehingga
Holmes dan Rahe membuat skala-skala dari kejadian hidup yang dapat
menimbulkan stress, sesuai urutan yang paling membuat stress adalah
a. kematian pasangan
b. perceraian
c. perpisahan perkawinan
d. lamanya dipenjara
e. kematian anggota keluarga dekat
f. sakit pribadi dll
2.8.6 Strategi koping keluarga
a. Strategi koping keluarga internal (intrafamilial)
1. Mengandalkan kelompok keluarga
2. Penggunaan humor
3. Memelihara ikatan keluarga
4. Mengontrol arti dari masalah dan penyusunan kembali dan
kognitif
5. Pemecahan masalah secara bersama
6. Fleksibilitas peran
7. Normalisasi keadaan
b. Strategi koping keluarga eksternal (ekstrafamilial)
1. Mencari informasi
2. Memelihara hubungan aktif dengan berkomunikasi
3. Mencari dukungan social
4. Mencari dukungan spiritual
SOAL

1. Keluarga adalah sebuah system dan kumpulan dari beberapa komponen yang saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya menurut
a. Logan’s (1979)
b. Raisner (1980)
c. WHO (1969)
d. Salvicion dan celis (1998)
e. Depkes (1988)
2. Di dalam keluarga tuan S memiliki 4 anggota keluarga yang terdiri dari Ny S sebagai
rumah tangga, kedua anaknya wahyu dan uni beserta tuan S sendiri sebagai kepala
keluarga. tipe keluarga ini adalah
a. Extended Family
b .Nuclear Family
c. Reconstitutednuclear
d. Dyadicnuclear
e. CommuterMarried
3. Dalam pengkajian struktur keluarga hal-hal yang perlu dikaji adalah
a. Pola komunikasi keluaraga, nilai atau nilai keluarga
b. struktur kekuatan keluarga dan struktur peran
c. A+B benar
d. Strategi koping yang digunakan
e. Fungsi ekonomi, fungsi reproduksi
4. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi keluarga dalam pengkajian keperawatran
keluarga adalah
a. Fungsi Afektif
b. fungsi sosialisasi
c. fungsi perawatan kesehatan
d. fungsi rekreasi
e. fungsi reproduksi
5. Langkah-langkah proses keperawatn dalam asuhan keperawatan keluarga adalah
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. perencanaa
d. inplementasai dan evaluasi
e. semua benar
6. Pak Andi merupakan keluarga yang memiliki pendapatan yang sangat kurang
dalam mencukupi ketiga anak dan istrinya. Dalam keseharianya pak Andi bekerja
sebagai tukang gali kubur, sedangkan istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
anaknya masih sekolah. Pak Andi tinggal dirumah yang sangat sederhana dan dipakai
untuk tinggal bersama istri dan ketiga anaknya.
Dari kasus diatas yang bukakn merupakan kriteria BPS terhadap keluarga miskin pak
Andi diatas yaitu...
a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 14 meter persegi perorang
b. Jenis dinding terbuat dari bambu /kayu
c. Sumber penerangan masih menggunakan lilin
d. Sumber air minum berasal dari sungan atau air hujan yang di tendon
e. Mengkonsumsi daging, susu, dalam sebulan sekali
Jawaban : A
7. Perawat berkunjung dalam sebuah keluarga. Dalam keluarga tersebut terdapat
bapak X berumur 35 tahun dan ibu Y ber umur 30 tahun serta 2 orang anak
perempuan. Bapak X menceritakan bahwa seminggu yang lalu diukur tekanan darah
150/90 mmHg . Tingkat pencegahan apa yang dapat dilakukan keluarga tersebut
untuk mencegah dampak yang lebih lanjut...
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan skunder
c. Pencegahan skrining
d. Pencegahan tersier
e. Rehabilitasi
Jawaban : A
7. Bapak Ali adalah kepala rumah tangga dikeluarganya. Bapak Ali memiliki
seorang istri dan seorang anak yang masih dalam proses menyusui. Sebagai
pengambil keputusan bapak Ali selalu memutuskan masalah dalam keluarganya
dengan cara diam dan tanpa komunikasi dengan anggota keluarganya. Bapak Ali
terlalu cuek dengan istrinya yang mengurus rutinitas keluarganya seorang diri,
sehingga masalah yang ada dalam keluarganya tidak dibicarakan secata terbuka hal
ini salah satu pengkajian dalam struktur keluarga apa?
a. Struktur kekuatan keluarga
b. Struktur peran keluarga
c. Struktur Peran
d. Fungsi keluarga
e. Nilai dan norma keluarga
Jawaban : B
8. Bapak A tinggal dengan istrinya ibu B dan dua anak perempuanya yang berusia
19 tahun dan 16 tahun. Keluarga tersebut merupakan keluarga yang bahagia dan
sejahtera. Berikut ini salah satu pernyataan yang berhubungan dengan keluarga
sejahtera adalah kecuali...
a. Dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah
b. Mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan materi yang layak
c. Bertaqwa kepada TYME
d. Salah satu anggota keluarga memiliki gangguan kejiwaan
e. Memiliki hubungan yang sama,selaras,seimbang antar anggota
Jawaban : D
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Pentingnya peran keluarga dalam membangun masyarakat
yangberkompeten.Selain itu, pentingnya peran setiap anggota keluarga
dalammenerapkan setiap perannya secara optimal agar mencapai
kehidupanmasyarakat yang harmonis.Beberapa penyebab yang
menyebabkanhilangnya fungsi keluarga secara bertahap dalam kehidupan era
globalisasiyang menyebabkan turunnya kualitas setiap individu dalam
sebuahkeluarga dalam mencapai kehidupan masyarakat yang
berkompeten.Namun masalah yang menggangu fungsi keluarga tentu dapat
tertasisebagaimana anggota keluarga menanggapinya.
3.2 Saran
Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu mencapaikehidupan
masyarakat yang harmonis dalam menjalankan kehidupanbermasyarakat dan
bernegara dengan baik. Kepada setiap pembaca yangmerupakan sebuah
keluarga yang merupakan kelompok terkecil dalammasyarakat agar menerapkan
perilaku yang baik dalam setiap fungsi yangharus di terapkan dalam masyarakat
dan tidak menyimpang dari fungsi-fungsi tersebut .

DAFTAR PUSTAKA

Sukadji, Soetarlinah. 2010.Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika


Zaman.Jakarta: PT. Rajafrafindo Persada.
Setiono, Kusdwiratri. 2012.Psikologi Keluarga.Yogyakarta: Gudang
Penerbit.Goode,
William J. 1983.2011. Sosiologi Keluarga : Cetakan Pertama. Diterjemahkanoleh:
Sahat Simamora. Jakarta: Bina Aksara.Kin.
Friedman, Marilyn. Dkk. 2013. Keperawatan Keluarga : Riset, Teori & Praktik. Jakarta :
Buku kedokteran EGC
Efendi. Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Peran Keluarga dalam Masyarakat.
http://padullpop.blogspot.com/p/peran-keluarga-dalam
masyarakat_11.html. Diakses hari Selasa, 25 Oktober 2016, pukul
16.00WIB.Syafei, Buyung Ahmad. 2007.
Kompeten dan Kompetensi
.http://deroe.wordpress.com/2007/10/05/kompeten-dan-kompetensi/.Diakses hari
Selasa, 25 Oktober 2016, pukul 16.03 WIB.KBBI. Arti Kata
Kompeten. http://kbbi.web.id/kompeten. . Diakses hari Selasa,25 Oktober 2016,
pukul 16.10 WIB.Kino. 2013.
Peran Keluarga dalam Pembentukan Individu dalam PerananSebagai Anggota
Masyarakat.
http://unsurbudaya4ka38.blogspot.com/2013/10/peran-keluarga-dalam
pembentukan.html. Diakses hari Selasa,25 Oktober 2016, pukul 16.33
WIB.Senda. 2011.
Fungsi Keluarga dalam Masyarakat.
http://senda-ronyrama.blogspot.com/2011/12/fungsi-keluarga-dalam-
masyarakat.html. . Diakses hari Selasa, 25 Oktober 2016, pukul 16.50WIB.
Dion & Yasinta.2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Dilengkapi Aplikasi Kasus
Askep
Keluarga Terapi Herbal dan Terapi Modalitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan: Aplikasi Teori Pada Praktik
Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM
Fredman, alih bahasa, Achir Yani. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga :
Riset,Teori & Praktik. Jakarta: EGC

You might also like