You are on page 1of 10

TERAPI KELOMPOK SUPORTIF ASERTIF MENURUNKAN NILAI

PERILAKU KEKERASAN PASIEN SKIZOFRENIA BERDASARKAN


MODEL KEPERAWATAN INTERAKSI KING

Khamida
(UNUSA, FIK, Prodi SI Keperawatan, Jl. Smea No 57 Surabaya)
JL.SMEA 57 Surabaya
Email: khamida2yd@gmail.com/ khamida@unusa.ac.id

ABSTRACT

Introduction: Violent behavior can endanger ourselves, others and environment. One of the more
optimal treatments which is highly needed is the assertive supportive group therapy by using the
approach of King’s model of nursing interaction, in which the patient together with his group is
asked to give support to do the assertive behavior to each other. The study was purposed to analyze
the effects of assertive supportive group therapy on violent behavior done by the Schizophrenic
patients based on the King’s interaction nursing model. Method: The design of this study was the
pre-post test control group. The population involved the patients with violent behavior hospitalized
in the in-patient ward of RSJ Menur Surabaya. The samples of 20 respondents were taken by using
simple random sampling technique. The independent variable was the assertive supportive group
therapy, whereas the dependent one was violent behavior. Furthermore, the data were collected by
filling out the observation sheet. The data were processed by using Paired T-test, Wilcoxon’s
Signed Rank Test, and Mann-Whitney’s statistic test. Result: The result of study showed that before
receiving this therapy, the average value of violent behavior in the treatment group was 96.1,
whereas the average value found in the control group was 75.1. After receiving the assertive
supportive group therapy, the average value of violent behavior in the treatment group was 58.4,
whereas the average value found in the control group was 54.8. Moreover, the result of statistic
test in the treatment group showed that the value difference of violent behavior before and after the
treatment was p = 0.005, whereas the value difference found in the control group was p = 0.000,
and the effects of the assertive supportive group therapy on violent behavior was p = 0.045.
Discussion: The assertive supportive group therapy with King’s model of nursing
interaction could decrease the patient’s violent behavior by optimizing the personal system and
interpersonally giving support to one another within the group. Therefore, the qualitative study is
needed to complete the information about how the assertive supportive group therapy brings some
effects to decrease violent behavior.

ABSTRAK : Perilaku kekerasan merupakan perilaku membahayakan baik pada diri


sendiri, orang lain maupun lingkungan. Untuk itu dibutuhkan penanganan yang lebih
optimal. Salah satunya dengan terapi kelompok suportif asertif dengan pendekatan model
keperawatan Interaksi King yaitu mengajak pasien secara bersama-sama dengan
kelompoknya saling memberikan dukungan berperilaku asertif. Penelitian ini bertujuan
menganalisa pengaruh terapi kelompok suportif asertif terhadap perilaku kekerasan pada
pasien skizofrenia berdasarkan model keperawatan interaksi King.
Desain penelitian ini pre-post test control group desain. Populasi penelitian adalah pasien
dengan masalah perilaku kekerasan di ruang rawat inap RS Jiwa Menur Surabaya. Besar
sampel 20 responden diambil secara simple random. Variabel bebas adalah terapi
kelompok suportif asertif dan variabel tergantungnya perilaku kekerasan. Data
dikumpulkan dengan mengisi lembar observasi. Pengolahan data menggunakan uji statistik
Paired t Test, Wilcoxon Signed Ranks Test, dan Mann Whitney .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi kelompok suportif asertif,
rerata nilai perilaku kekerasan kelompok perlakuan adalah 96,1, sedangkan pada kelompok
1
kontrol adalah75,1. Setelah diberikan terapi kelompok suportif asertif, rerata nilai perilaku
kekerasan kelompok perlakuan adalah 58,4, sedangkan kelompok kontrol 54,8. Hasil uji
didapatkan pada kelompok perlakuan ada perbedaan nilai perilaku kekerasan sebelum dan
sesudah diberikan terapi kelompok suportif asertif (p= 0,005), dan pada kelompok kontrol
ada perbedaan antara nilai perilaku kekerasan sebelum dan sesudah diberikan terapi
(p=0,000), serta ada pengaruh pemberian terapi kelompok suportif asertif terhadap perilaku
kekerasan (p= 0,045).
Terapi kelompok suportif asertif berdasarkan model keperawatan Interaksi King dapat
menurunkan perilaku kekerasan pasien dengan cara mengoptimalkan system personal dan
secara interpersonal saling memberikan dukungan dalam kelompok. Untuk itu diperlukan
penelitian kualitatif untuk melengkapai informasi tentang sejauh man terapi kelompok
supotif asertif berpengaruh menurunkan perilaku kekerasan

Kata kunci: Terapi kelompok suportif asertif, perilaku kekerasan, Skizofrenia

PENDAHULUAN dengan perilaku kekerasan baik pada diri


sendiri, orang lain maupun lingkungan,
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi secara verbal maupun nonverbal. Data
sehat emosional, psikologis, dan sosial yang Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya tahun
terlihat dari hubungan interpersonal yang 2012, rata – rata terdapat 152 pasien
memuaskan, perilaku dan koping yang skizofrenia perbulan dan masalah
efektif, konsep diri yang positif, dan keperawatan perilaku kekerasan sebesar
kestabilan emosi (Videbeck, S.L, 2008). 40%, yang merupakan masalah keperawatan
Menurut Towsend (2009) kesehatan jiwa terbesar kedua setelah halusinasi. Tindakan
merupakan kemampuan beradaptasi terhadap keperawatan pada pasien dengan perilaku
stressor, baik dari diri sendiri maupun kekerasan lebih berfokus pada pengendalian
lingkungan, berdasarkan kondisi yang nyata perilaku kekerasan secara eksternal, yaitu
dan logika, perasaan dan perilaku yang sesuai pengikatan fisik (restrain) dan pembatasan
dengan norma dan budaya setempat. gerak (isolasi) serta tindakan kolaborasi
Kesehatan jiwa merupakan kondisi dengan dokter dalam pemberian obat
emosional, psikologis dan sosial yang sehat antipsikotik. Namun seringkali setelah diberi
serta mampu beradaptasi dari stresor yang intervensi, pasien melakukan perilaku
ditandai dengan perilaku, koping dan emosi kekerasan ulang ketika sudah berkumpul
yang adaptif. Jika seseorang tidak berhasil kembali dengan teman-temannya, tiga pasien
beradaptasi dan koping tidak adaptif serta perilaku kekerasan yang sudah dilakukan
bersikap negatif terhadap diri sendiri dan perawatan atau penanganan maka dua
orang lain dapat mengakibatkan gangguan diantaranya akan terjadi perilaku kekerasan
jiwa. ulang
Skizofrenia merupakan salah satu Terjadinya perilaku kekerasan
gangguan jiwa yang paling banyak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
ditemukan. Skizofrenia merupakan predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor
sekumpulan sindroma klinik yang ditandai predisposisi penyebab perilaku kekerasan
dengan perubahan kognitif, emosi, persepsi dikaitkan dengan faktor psikologis, sosial
dan aspek lain dari perilaku (Kaplan dan budaya dan biologis. Menurut Wahyuningsih,
Saddock, 2005). Perubahan perilaku D (2009) faktor psikologis yang dapat
merupakan salah satu gejala yang dijumpai mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
pada skizofrenia. Perilaku kekerasan adalah kehilangan, kegagalan yang berakibat
merupakan tindakan atau perilaku yang frustasi, penguatan dan dukungan terhadap
membahayakan baik pada diri sendiri, orang perilaku kekerasan, dan riwayat perilaku
lain maupun lingkungan. Menurut Stuart dan kekerasan. Sedangkan faktor presipitasi yang
Laraia (2005), perilaku kekerasan merupakan dapat menecetuskan terjadinya perilaku
salah satu respon terhadap stressor yang kekerasan ada dua, yaitu internal dan
dihadapi oleh seseorang, yang ditunjukkan eksternal. Yang termasuk faktor internal
2
klien diantaranya: kelemahan fisik, dan sistem interpersonal (kelompok). Sistem
keputusasaan, ketidakberdayaan, dan kurang personal (individu) digunakan terutama pada
percaya diri. Sedangkan keributan, sesi pertama dan kedua, sesi pertama
kehilangan obyek atau orang yang berharga diberikan untuk melatih cara-cara
dan adanya konflik interaksi sosial megendalikan perilaku kekerasan dan sesi
merupakan faktor eksternal atau lingkungan kedua melatih bersikap asertif, dimana
yang dapat mencetuskan terjadinya perilaku setelah diberikan sesi pertama dan kedua itu
kekerasan. Situasi lingkungan atau kejadian diharapkan pasien mempunyai persepsi dan
eksternal dapat diinterprestasikan oleh pasien gambaran diri yang positif sehingga dapat
sebagai suatu ancaman, yang menyebabkan berperilaku asertif dalam menghadapi
pasien berperilaku agresif atau perilaku stressor. Untuk sistem interpersonal
kekerasan. (kelompok) pada sesi ke tiga dan empat,
Perilaku kekerasan yang terjadi pada yaitu mengajak pasien secara bersama-sama
pasien perlu penanganan secara tepat, agar dengan kelompoknya untuk saling
tidak terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan, memberikan dukungan dalam berperilaku
karena pasien dengan perilaku kekerasan asertif sehingga pasien dapat lebih adaptif
dapat membahayakan diri pasien itu sendiri, dalam menghadapi stressor.
orang lain, maupun lingkungan sekitar,
misalnya bunuh diri atau membunuh orang BAHAN DAN METODE
lain. Untuk itu selain penaganan
pengendalian perilaku dari diri pasien sendiri Penelitian ini dirancang dengan
dengan latihan asertif, juga harus penelitian ekperimental (pre-post test control
mempertimbangkan lingkungan untuk semua group design), dengan tujuan untuk
pasien ketika mencoba mengurangi, membuktikan pengaruh terapi kelompok
mengendalikan atau menghilangkan perilaku suportif asertif terhadap perilaku kekerasan
kekerasan pasien. Salah satu upaya yang bisa pasien skizofrenia berdasarkan model
dilakukan adalah terapi suportif asertif. keperawatan interaksi King.
Terapi ini merupakan penggabungan antara Populasi penelitian ini adalah pasien
terapi suportif dan latihan asertif, dimana dengan masalah perilaku kekerasan di rawat
pasien diajak secara bersama-sama dengan inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
kelompoknya untuk saling memberikan Kriteria sampel : Usia 25 – 55 tahun, pasien
dukungan berperilaku asertif, sehingga sudah mendapatkan terapi generalis minimal
terbentuk suatu situasi terkondisi, dan Sp 1 ( membina hubungan saling percaya,
dukungan dalam kelompok. Terapi ini dapat identifikasi penyebab perasaan marah, tanda
dilakukan perawat dengan menggunakan dan gejala yang dirasakan, perilaku
pendekatan model keperawatan Interaksi kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta
King. King mengemukakan bahwa manusia cara mengontrol secara fisik 1 ), tidak ada
sebagai sistem terbuka yang berinteraksi penyakit fisik berat yang menyertai, pasien
dengan lingkungannya, dimana interaksi dapat berkomunikasi verbal , dan pasien
antara individu itu diharapkan mampu dapat menulis dan membaca.
mengubah persepsi dan menghasilkan Besar sampel ditentukan dengan rumus
pemaknaan yang positif, sehingga hypothesis testing for two population means
memunculkan tindakan yang positif pula (two side test) dari sample size determination
(Alligood, 2010). Menurut model in health studies WHO soft-ware. hasil
keperawatan King, didalam sistem interaksi penelitian sebelumnya tentang Pengaruh
yang dinamis terdiri dari tiga sistem yang Assertiveness Training (AT) terhadap
saling berinteraksi, yaitu sistem personal Perilaku Kekerasan pada Klien Skizofrenia di
(individu), sistem interpersonal (kelompok) RSUD Banyumas (Wahyuningsih,D 2009)
dan sistem sosial (Tomey & Alligood, 2006). diperoleh nilai σ = 4.14, µ1= 8.83, µ2=
Terapi kelompok suportif asertif 15.11. Jika dalam penelitian ini
dengan pendekatan model keperawatan menggunakan α = 5% dan β=10%, maka
interaksi King diberikan kepada pasien setelah dimasukkan soft ware diperoleh besar
dengan menggunakan dua sistem yang saling sampel 10. Dengan demikian, besar sampel
berinteraksi yaitu sistem personal (individu) dalam penelitian ini adalah 10 orang untuk

3
setiap kelompok. dijadikan responden. Seleksi ini dilakukan
Variabel independen dalam penelitian oleh tim observer di ruang Wijaya Kusuma,
ini adalah terapi kelompok suportif asertif. jika memenuhi kriteria sampel maka
Variabel dependen dalam penelitian ini dijadikan responden, selanjutnya dilakukan
adalah perilaku kekerasan. Instrumen yang pre test selama 3 hari (3 x 24 jam atau 3 shift
digunakan dalam variabel independen perhari), jika responden belum 3 hari sudah
(pemberian terapi kelompok suportif asertif) dipindah ke ruang Gelatik atau Kenari maka
menggunakan modul atau pedoman pre test dilanjutkan oleh tim observer di
pelaksanaan terapi kelompok suportif asertif ruang Gelatik atau Kenari, akan tetapi jika
yang dimodifikasi sendiri oleh peneliti responden dipindah diruang selain Gelatik
dengan mempertimbangkan kebutuhan data atau Kenari, maka responden tersebut di
dalam penelitian ini. Instrumen perilaku droup out atau dikeluarkan dari sampel. (4)
kekerasan responden (variabel dependen) Responden yang telah ditentukan
diobservasi dengan menggunakan skala berdasarkan kriteria sampel dibagi menjadi 2
pengukuran perilaku kekerasan dari Keliat kelompok yaitu sebagai kelompok perlakuan
(2003) yang yang merupakan hasil adopsi dan kelompok kontrol, dengan cara;
dari Morison (1994) dengan uji validitas responden yang dipindah diruang Gelatik
pearson product moment dengan hasil r = dijadikan kelompok perlakuan dan responden
0.75 yang artinya valid untuk digunakan yang dipindah di ruang Kenari dijadikan
(lebih besar dari 0.30), untuk uji kelompok Kontrol.
reliabilitasnya dengan menggunakan teknik Intervensi dilaksanakan selama 2
Alfa Cronbach dengan hasil 0.90 (Keliat, minggu, yaitu: tiga hari pertama dilaksanakan
2003). Pre test (3 shift perhari) oleh tim observer,
Penelitian ini dilakukan dengan hari ke empat sampai ke sembilan
rekomendasi dari program studi Magister dilaksanakan Terapi kelompok suportif
keperawatan Fakultas keperawatan Unair dan asertif selama 4 sesi untuk kelompok
ijin dari direktur Rumah Sakit Jiwa Menur perlakuan, dengan rincian: hari ke empat
Surabaya. Tahapan dalam pengumpulan data dilaksanakan sesi pertama (melatih pasien
yang telah dilakukan peneliti adalah:.(1). cara-cara mengatasi perilaku kekerasan. Hari
Melakukan koordinasi RS Jiwa Menur ke lima dilaksanakan sesi kedua (melatih
Surabaya untuk pembentukan tim observer. berperilaku asertif). Hari ke tujuh
(2) Sosialisasi pelaksanaan penelitian dan dilaksanakan sesi ketiga (melatih pasien
instrumen penelitian kepada perawat ruangan menggunakan sistem dukungan kelompok
dan tim observer. Observer bertugas (support system) dalam mengendalikan
melakukan penilaian terhadap perilaku perilaku kekerasan). Hari ke sembilan
kekerasan responden pada saat pre test dan dilaksanakan sesi keempat ( evaluasi). Untuk
post test. Persamaan persepsi antara peneliti kelompok kontrol tidak diberi terapi
dan observer dilakukan dengan sosialisasi kelompok suportif asertif, hanya diberi
tentang insrumen penelitian yang digunakan tindakan medis dan perawatan rutin harian
untuk mengukur respon perilaku kekerasan sesuai protap rumah sakit (terapi generalis).
dengan lembar observasi. Peneliti Dan kedua kelompok pada hari ke 10 sampai
menjelaskan isi dan cara pengisian lembar dengan 12 dilakukan post test ( 3 x 24 jam)
observasi untuk pre test dan post test. (3) oleh tim observer yang jaga pada setiap shift
Seleksi pasien perilaku kekerasan yang akan (shift pagi, sore dan malam).

HASIL

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di RS. Jiwa Menur


Surabaya, bulan Mei 2013
Karakteristik Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%)
1. Umur
a. 25 – 30 tahun 5 50 2 20

4
b. 31 – 55 tahun 5 50 8 80
2. Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 10 100 10 100
3. Pendidikan
a. Tidak Sekolah 0 0 1 10
b. Dasar 6 60 6 60
c. Menengah 4 40 2 20
d. Tinggi 0 0 1 10
4. Riwayat Pekerjaan
a. Bekerja 0 0 2 20
b. Tidak Bekerja 10 100 8 80
5. Status perkawinan
a. Tidak Kawin 9 90 5 50
b. Kawin 0 0 4 40
c. Duda 1 10 1 10
6. Agama
a. Islam 10 100 100 100
7. Riwayat Perilaku Kekerasan
a. Pernah 9 90 7 70
b. Tidak Pernah 1 10 3 30
8. Frekuensi dirawat
a. 1 – 5 kali 7 70 9 90
b. 6 – 10 kali 0 0 1 10
c. > 10 kali 3 30 0 0
9. Diagnosa Medis
a. Skizofrenia Paranoid 1 10 1 10
b. Selain Skizofrenia Paranoid 9 90 9 90

Tabel 2. Distribusi Perilaku Kekerasan Responden Sebelum (Pre test) Diberikan Terapi
di RS. Jiwa Menur Surabaya, Mei 2013
Komponen Perlakuan Kontrol p
Kekerasan Mean Median Min - Mean Median Min - Mann
Mak Mak Whitney
Diri sendiri 18,1 17,5 15 - 23 17,3 16,5 15 - 27
Orang Lain 19,3 18,5 14 - 30 16,9 15 13 - 23
Lingkungan 30 28 15 - 60 19,3 18,5 15 - 31
Verbal 28,7 28 19 - 48 21,6 21,5 16 - 28
Perilaku
96,1 94 66-153 75,1 71 62 - 96 0,017
Kekerasan

Tabel 3 Distribusi Perilaku Kekerasan Responden Sebelum (Pre test) dan Sesudah (Post test)
Terapi di RS. Jiwa Menur Surabaya, Mei 2013
Perilaku Kekerasan n Mean SD p
Kelompok Perlakuan
Sebelum (Pre test) 10 96,10 23,634 Wilcoxon Signed Ranks Test
0,005
Sesudah (Post test) 10 58,4 3,565
Kelompok Kontrol
Sebelum (Pre test) 10 75,10 11,902 Paired T Test
0,000
Sesudah (Post test) 10 54,9 0,876

5
Tabel 4 Distribusi Penurunan (selisih pre-post test) Perilaku Kekerasan Responden Sesudah
Diberikan Terapi di RS. Jiwa Menur Surabaya, Mei 2013
Kelompok Mean Median Min-Mak SD p Mann Whitney
Perlakuan 37,7 38,5 3 - 92 23,376
0,045
Kontrol 20,2 17 6 - 41 11,698

PEMBAHASAN. merupakan komponen dari terapi perilaku


dan suatu proses dimana individu belajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengkomunikasikan kebutuhan, menolak
sebelum diberikan terapi kelompok suportif permintaan dan mengekspresikan perasaan
asertif kelompok perlakuan maupun positif dan negatif secara terbuka, jujur,
kelompok kontrol mengalami perilaku langsung, dan sesuai dengan pemahaman.
kekerasan yang tidak terkendali dengan rerata Individu yang menggunakan respon asertif
nilai perilaku kekerasan kelompok perlakuan mempertahankan haknya dan respek terhadap
adalah 96,1 dan kelompok kontrol 75,1. Dan hak dan harkat orang lain.
setelah diberikan terapi kelompok suportif Terapi kelompok suportif asertif yang
asertif baik pada kelompok perlakuan diberikan pada pasien dalam penelitian ini
maupun kelompok kontrol mengalami menggunakan pendekatan model
penurunan nilai perilaku kekerasan, namun keperawatan Interaksi King, yaitu dengan
pada kelompok perlakuan penurunan nilai menggunakan dua sistem yang saling
perilaku kekerasan lebih besar dari pada berinteraksi yaitu sistem personal (individu)
kelompok kontrol, pada kelompok perlakuan dan sistem interpersonal (kelompok). Hal ini
rerata penurunan nilai sebesar 37,7, sesuai dengan teori model keperawatan King
sedangkan kelompok kontrol sebesar 20,2. yang diungkapkan oleh Tomey & Alligood
Hasil uji didapatkan pada kelompok (2006) yang menyatakan bahwa didalam
perlakuan ada perbedaan nilai perilaku sistem interaksi yang dinamis terdiri dari tiga
kekerasan sebelum dan sesudah diberikan sistem yang saling berinteraksi, yaitu sistem
terapi kelompok suportif asertif (p= 0,005), personal (individu), sistem interpersonal
dan pada kelompok kontrol ada perbedaan (kelompok) dan sistem sosial. Dalam
antara nilai perilaku kekerasan sebelum dan pelaksanaan terapi kelompok suportif asertif,
sesudah diberikan terapi (p=0,000), serta ada sistem personal (individu) digunakan
pengaruh pemberian terapi kelompok suportif terutama pada sesi pertama dan kedua. Sesi
asertif terhadap perilaku kekerasan (p= pertama diberikan untuk melatih cara-cara
0,045). mengendalikan perilaku kekerasan dan sesi
Terapi kelompok suportif asertif kedua melatih bersikap asertif, dimana
merupakan penggabungan antara terapi setelah diberikan sesi pertama dan kedua itu
suportif dan latihan asertif . Terapi pasien mempunyai persepsi dan gambaran
kelompok suportif asertif merupakan terapi diri yang positif sehingga dapat berperilaku
yang diberikan kepada pasien secara asertif dalam menghadapi stressor. Untuk
bersama-sama dengan kelompoknya sesama sistem interpersonal (kelompok) pada sesi ke
pasien perilaku kekerasan untuk saling tiga dan empat, yaitu mengajak pasien secara
memberikan dukungan dalam berperilaku bersama-sama dengan kelompoknya untuk
asertif. Hal ini sesuai dengan pendapat saling memberikan dukungan dalam
Hernawaty, dkk (2011) yang menyatakan berperilaku asertif sehingga pasien dapat
bahwa terapi kelompok suportif merupakan lebih adaptif dalam menghadapi stressor.
terapi yang diberikan pada sekumpulan dua Sedangkan pada system sosial tidak banyak
orang atau lebih yang memiliki anggota diterapkan pada penelitian ini, karena
dengan cara mengklarifikasi permasalahan responden masih dirumah sakit dan belum
yang dihadapi pasien sehingga pasien mampu bias melibatkan keluarga pasien.
memanfaatkan support system yang Terapi kelompok suportif asertif sesi
dimilikinya dan mengekspresikan pikiran pertama, yang dilakukan adalah
serta perasaannya melalui ekspresi verbal. mendiskusikan dengan pasien mengenai
Sedangkan Latihan asertif (Assertiveness perilaku kekerasan, jenis perilaku kekerasan
Training) menurut Fortinash (2003) yang pernah dilakukan, akibat dan cara

6
mengendalikan perilaku kekerasan, serta bahwa segera dan setelah satu-bulan follow-
memotivasi pada pasien untuk up diberikan assertiveness training subjek
mengungkapkan pendapat dan pikirannya mengalami peningkatan yang signifikan
tentang berbagai macam informasi yang dalam sikap asertif. Wahyuningsih (2009)
diketahui, memberi umpan balik positif dalam penelitiannya yang berjudul “pengaruh
kepada pasien mengenai cara mengendalikan assertiveness Training terhadap perilaku
perilaku kekerasan yang sudah benar kekerasan pada klien skizofrenia”
dilakukannya selama ini dan memberi menyatakan bahwa terapi generalis dan
masukan serta penjelasan mengenai Assertiveness Training terbukti menurunkan
perawatan pasien perilaku kekerasan yang perilaku kekerasan pada klien Skizofrenia
belum diketahui atau belum dipahami. Hasil dan direkomendasikan.
dari evaluasi pelaksanaan sesi pertama ini Sesi ketiga dilaksanakan yaitu dengan
didapatkan bahwa seluruh pasien didapatkan melatih pasien menggunakan system
melaksanakan sesi pertama dengan baik, dukungan kelompok (support system) dalam
meskipun ada 3 orang (30%) pasien awalnya mengendalikan perilaku kekerasan. Sesi ini
pasif dan kurang terbuka, tetapi setelah diberi setiap pasien memiliki daftar kemampuan
motivasi dan melihat teman-temannya yang dalam menggunakan dukungan antar anggota
lain, maka menjadi lebih aktif dan terbuka. kelompok, mampu melakukan demonstrasi
Berdasarkan hasil diskusi pada pelaksanaan atau role play cara menggunakan dukungan,
sesi pertama ini ada beberapa cara mencegah misalnya saling mengingatkan antar anggota
atau mengendalikan perilaku kekerasan yang jika ada salah satu temannya mau atau sedang
diungkapan oleh anggota kelompok terapi marah dengan tugas masing-masing yang
diantaranya mandi, berwudhu, sholat, tealah disepakati bersama oleh kelompok.
berdzikir, mengaji atau membaca Alquran, Namun pada kenyataannya ada salah satu
menyanyi atau mendengarkan musik. anggota meminta rokok dengan marah, maka
Terapi kelompok suportif asertif sesi teman atau anggota yang lain mengingatkan
kedua adalah melatih berperilaku asertif. untuk meminta rokok dengan cara yang baik.
Latihan asertif merupakan tindakan untuk Hal ini sesuai dengan model keperawatan
melatih kemampuan dasar interpersonal yang interaksi King yang menyatakan bahwa
sering teganggu pada klien skizofrenia interaksi antara individu itu diharapkan
(Stuart & laraia, 2005), kemampuan yang mampu mengubah persepsi dan
dimaksud yaitu mengkomunikasikan secara menghasilkan pemaknaan yang positif,
langsung pada orang lain, mengatakan tidak sehingga memunculkan tindakan yang positif
untuk permintaan yang tidak rasional, pula.
menyampaikan rasa tidak setuju dan Sesi keempat dilaksanakan untuk
mengekspresikan pendapat. Berdasarkan mengevaluasi pengalaman yang dipelajari
evaluasi akhir pelaksanaan sesi kedua ini berkaitan dengan penggunaan system
seluruh anggota dapat mendemontrasikan dukungan baik dari diri pasien maupun dari
cara berperilaku asertif, misalnya meminta luar. Sesi ini pasien menceritakan bahwa
dan menolak dengan menggunakan bahasa setiap kali berkeinginan marah langsung
baik atau asertif. Pada sesi kedua ini anggota melaksanakan tindakan yang dinjurkan pada
kelompok dilatih untuk mengkomunikasikan sesi pertama dan kedua, ada lima orang yang
secara langsung pada orang lain, mengatakan menyatakan dilakukan dengan bernyanyi, dua
tidak untuk permintaan yang tidak rasional, orang dengan mandi, dua orang berwudlu dan
menyampaikan rasa tidak setuju dan satu orang dengan berdzikir. Dan selain itu
mengekspresikan pendapat, selain itu latihan saling mengingatkan antar temannya agar
asertif pada sesi ini dapat memotivasi pasien marah tidak terjadi.
untuk lebih berperan aktif berkomunikasi Dalam terapi kelompok suportif asertif
yang lebih baik kepada orang lain, sehingga pasien skizofrenia yang mengalami perilaku
perilaku kekerasan secara verbal dapat kekerasan mampu mengatasi atau
dikendalikan. Hal ini sesuai dengan mengendalikan perilaku kekerasannya,
penelitian Yen-Ru Lin, et.al (2008) yang karena terbentuknya suatu situasi yang
berjudul “Evaluation of assertiveness terkondisi, dukungan yang telah diciptakan
training for psychiatric patients” menyatakan dalam kelompok, karena hubungan yang

7
bersifat suportif antar anggota yang Chien, W.T., Chan, S.W.C dan Thompson,
dibangun, mampu membuat pasien D.R . 2006. Effects of a mutual support
mengendalikan perilaku kekerasannya group for families of chinese people
dengan cara mengoptimalkan kemmapuan with schizophrenia: 18-months follow-
positif pada dirinya dan dukungan dari up. http://bjp.rcpsych.org, diperoleh
anggota kelompok tanggal 10 Februari 2013.
Citrome & Volavka. 2002. Aggression
SIMPULAN DAN SARAN retrievol. www.emedicine.com.
Diakses tanggal 10 februari 2013.
Simpulan Degleris,N, Mantelou.E, Solias.A,
Pasien dengan perilaku kekerasan pada Karamberi. D and Milinie A. 2008 .
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Assertiveness training as major
mengalami perilaku kekerasan yang tidak component element of a
terkendali sebelum diberikan terapi psychoeducational program addressed
kelompok suportif asertif dan kelompok to psychiatric patients and their
perlakuan mengalami penurunan nilai families.http://www.annals-general-
perilaku kekerasan lebih besar dari pada psychiatry.com/content/7/SI/S300.
kelompok kontrol setelah diberikan terapi diakses tanggal 10 Januari 2013
kelompok suportif asertif. Terapi kelompok Dharma Kelana K., 2011. Metodologi
suportif asertif berdasarkan model Penelitian Keperawatan : Panduan
keperawatan Interaksi King dapat Melaksanakan dan Menerapkan Hasil
menurunkan perilaku kekerasan pasien Penelitian. Jakarta : Trans Info Media
dengan cara mengoptimalkan system Direja, AHS .2011. Buku Ajar Asuhan
personal dan secara interpersonal saling Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.
memberikan dukungan dalam kelompok. Nuha Medika.
Saran Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Diharapkan adanya pemberian terapi Indonesia (FIK UI) .2011. Draf
aktivitas kelompok suportif asertif sebagai Standar Asuhan Keperawatan.
upaya untuk membantu klien mengendalikan Program pendidikan kekhususan
perilaku kekerasan. Dan perlu penelitian keperawatan jiwa fakultas ilmu
tentang terapi kelompok suportif asertif keperawatan Universitas Indonesia
dengan melibatkan keluarga, sebagai Depok.
persiapan perawatan pasien setelah keluar Fontaine, K.L .2009., Mental health nursing.
dari rumah sakit (di rumah). Serta penelitian 5th ed. New Jersey: Pearson Education,
kualitatif untuk melengkapai informasi Inc.
tentang sejauh mana terapi kelompok supotif Fortinash. 2003. Psychiatric mental health
asertif berpengaruh menurunkan perilaku nursing. St. Louis: Mosby
kekerasan, Hayakawa,M.,2009. How repeated 15-minute
assertiveness training sessions reduce
KEPUSTAKAAN wrist cutting in patients with
borderline personality disorder.
Akihiro Shiina. 2005. An Open Trial of American Journal of psychotherapy.
Outpatient group Therapy for Bulimic Vol 63, No.I.
Disorder: Combination program of Hijazi.M.A, Tavakoli.S, Slavin-Spenny.M.O,
Cognitive Behavioral Therapy with and Lumley.A.M. 2011. Targeting
Assertive Training and Self Esteem Interventions: Moderators of the
Enhancement.Psychiatry and Clinical effects of expressive writing and
Neurosciences, 59,690 -696 assertiveness training on the
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu adjustment of international university
Pendekatan Praktek . Edisi Revisi VI students. Int J Adv
Jakarta: Rineka Cipta Counselling:33:101-112
Alligood. 2010. Nursing Theory Utilization Hernawaty.T, Widiastuti.H.S, Hidayati E.
& Application. Fourth edition. 2011. Modul Modifikasi Terapi
Philadelphia USA: Mosby Kelompok Suportif pada Perilaku

8
Kekerasan dengan Klien Skizoprenia. Essence of The Science of Nursing, A
Program pendidikan kekhususan Complexity Integration Nursing
keperawatan jiwa fakultas ilmu Theory. http://www.nursing.gr.
keperawatan Universitas Indonesia Diakses tanggal 20 November 2012
Depok. Stuart, G.W .2009. Principles and practice of
Isaacs, Ann. 2005. Panduan Belajar: psychiatric nursing, .9th ed. Missouri:
Keperawatan Kesehatan Jiwa & Mosby, Inc
Psikiatrik. .ed. Indonesia. Ed.3. Stuart, G.W., and Laraia .2005., Principles
Jakarta: EGC and practice of psychiatric nursing .7th
Kaplan & Saddock. 2005. Comprehensive ed. St.Louis, Missouri: Mosby Year
textbook of psychiatry. 8th ed, Book
Lippincot: Williams & Wilkins. Stuart & Sundeen .2006., Keperawatan
Keliat, Budi A. 2003.Pemberdayaan Klien psikiatrik: Buku Saku Keperawatan
dan Keluarga dalam Perawatan Klien Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC
Skizofrenia dengan Perilaku Sunardi .2010. Latihan Asertif. PLB FIB
Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Pusat UPI. Makalah tidak dipublikasikan
Bogor. Disertasi. Universitas Indonesia Surtiningrum, A. 2011. Pengaruh terapi
Keliat,B. A dan Akemat. 2005. Keperawatan suportif terhadap kemampuan
Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. bersosialisasi pada klien isolasi sosial
Jakarta: Penerbit buku kedokteran di rumah sakit jiwa daerah Dr.Amino
EGC Gondohutomo Semarang. Tesis.
Kementrian Kesehatan. 2011. Kementrian Universitas Indonesia.
Kesehatan Prioritaskan Kesehatan Jiwa Susana & Hendarsih. 2012. Terapi Modalitas
.http://www.depkes.go.id . diperoleh Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
tanggal 12 desember 2013. EGC
Klingberg,et.al. 2010. Cognitive Behavioural Tommey, A.M and M.R. Alligood. 2006.
Therapy Versus Supportive Therapy Nursing Theorists and Their Work.
for Persistent Positive Symptoms in Philadelphia USA: Mosby
Psychotic Disoder: The Positive Townsend, M.C. 2009. Essentials of
Study,a Multicenter,Prospective, psychiatric mental health nursing .3rd
Single-Blind,Randomised Controlled ed. Philadelphia, F.A. Davis Company
Clnical Varcarolis, E., Carson, V.B., Shoemaker,
Trial.http://www.trialsjournal.com/con N.C. 2006. Foundations of psychiatric
tent/11/1/123. diakses tanggal 10 mental health nursing. A clinical
Januari 2013. approach, 5th ed, St.Louis: Elsevier.
Maramis,W. F .2011. Catatan Ilmu Videbeck, Sheila L. 2008. Psychiatric mental
Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga health nursing. 3rd edition.
University Press. Philadhelpia: Lippincott Williams &
Maleis, A. I. 2012. Theoritical Nursing : Wilkins
Development Progress. 5th ed. Wahyuningsih,D 2009. Pengaruh
Philadelphia: Lippincott Assertiveness Training (AT) terhadap
Nihayati, H.E. 2010. Pengaruh Terapi Perilaku Kekerasan pada Klien
Kelompok Suportif terhadap Skizofrenia di RSUD Banyumas.
Kemandirian Pasien Skizofrenia yang Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta
Mengalami Defisit Perawatan Diri di Yen-Ru Lin, Mei-Hsuen Wu, Cheng-I Yang,
Rumah Sakit Jiwa Surabaya. Tsai-Hwei Chen, Chen-Chuan Hsu,
Tesis.Universitas Airlangga. Tidak Yue-Cune Chang, et.al. 2008.
dipublikasikan Evaluation of Assertiveness of
Potter dan Perry .2005. Buku Ajar Training for Psychiatric Patient.
Fundamental Keperawatan: Konsep, Journal of Clinical Nursing, 17,2875-
Proses dan Praktik, Edisi 4, Alih 2883
Bahasa oleh Yasmin Asih, Yosep, I .2011.. Keperawatan Jiwa, Edisi
Jakarta:EGC revisi. Bandung: Refika Aditama
Sell, Kallofissudis.2005. The Evolving

9
10

You might also like