You are on page 1of 10

FORMULA PENGHITUNGAN TENAGA KEPERAWATAN MODIFIKASI FTE

DENGAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL TIM


(FTE Modification of Nursing Staff Calculating Formula
with Team Profesional Nursing Care Model)

Erlin Kurnia*, Nyoman Anita Damayanti**, Nursalam***


*Stikes RS Baptis Kediri
Jl. Mayjend. Panjaitan No.3b Kediri 64102
E-mail: egan.erlin@gmail.com
** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
*** Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

ABSTRACT
Introduction: A variety of formulas that can be done to count the needs of nursing staff in inpatient
rooms include Ministry of Health Republic of Indonesia method, Gillies, Nina Formulation, Douglas,
and Full Time Equivalent (FTE). The purpose of this study was to recommend the formula for
calculating nurse staff needs in implementation of team nursing model of care delivery. Method:
The design used in this study was a time and motion study. Data was collected by observations and
questionnaires. The population was the nurses who work at Kediri Baptist Hospital inpatient wards.
The observation and questionnaires to the resource persons utilized as a data collection method. Two
inpatient wards were the taken as simulation places, there were Ward A and Ward B. Ward A was
taken as simulation place based on FTE method and Ward B was taken as simulation place based on
Ministry of Health Republic of Indonesia method. Based on the calculation according to the Ministry
of Health Republic of Indonesia method obtained the required number of nursing staff as many as
17 people in Ward A and 23 in Ward B. Meanwhile, according to FTE count obtained the number
of nursing staff as many as 20 people in Ward A and 33 in Ward B. Result: The simulation results
obtained an increase in performance of duties and job satisfaction of nurses in inpatient wards that
were simulated using the FTE method. Discussion: The inpatient ward that is simulated using the
Ministry of Health Republic of Indonesia method obtained an increase in performance of duties but
a decrease in job satisfactions. It can be concluded that the FTE method is more appropriate to use
than Ministry of Health Republic of Indonesia.

Keywords: formula, nurse staff needs, team nursing models of care delivery

PENDAHULUAN MAKP memiliki empat komponen


utama yang perlu diperhatikan yaitu: kebutuhan
Pelayanan keperawatan merupakan
pasien, demografi populasi pasien, jumlah
bagian dari pelayanan kesehatan di rumah
perawat, rasio perawat dengan berbagai peran
sakit sehingga mutu pelayanan kesehatan juga
dan tingkat tanggung jawab. MAKP yang ada
ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan.
saat ini antara lain tim, primer, modular dan
Pelayanan keperawatan terutama diperuntukkan
manajemen kasus. Jumlah perawat sesuai rasio
bagi pemenuhan kebutuhan dasar manusia
yang sesuai dengan mempertimbangkan tingkat
(Kuntoro, 2010). Kualitas pelayanan
tanggung jawab sesuai MAKP yang digunakan
keperawatan di ruang rawat inap juga dapat
memerlukan metode penghitungan kebutuhan
dipengaruhi oleh Model Asuhan Keperawatan
yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan.
Profesional (MAKP) yang diberlakukan.
Formula penghitungan kebutuhan tenaga yang

11
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 11–20

ada antara lain metode Departemen Kesehatan perawat tersebut adalah kepala ruang, ketua
Republik Indonesia, Gillies, Formulasi Nina, tim dan anggota tim (staf perawat).
Douglas, dan Full Time Equivalent (FTE). Instrumen yang digunakan dalam
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengusulkan penelitian ini adalah lembar observasi untuk
formula penghitungan tenaga keperawatan mengetahui kegiatan perawat pada setiap
dalam pelaksanaan MAKP Tim di Rumah Sakit shift dinas. Kuesioner untuk mengetahui
Baptis Kediri (RSBK). pelaksanaan tugas dan kepuasan perawat
sebelum dan sesudah simulasi. Kemudian data
akan ditabulasi dan dianalisis menggunakan
BAHAN DAN METODE
uji statistik paired t-test untuk mengetahui
Metode penelitian yang digunakan apakah ada perbedaan tugas yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah penelitian survei perawat dan kepuasan kerja perawat sebelum
analitik dengan pendekatan time and motion dan sesudah simulasi.
study. Jenis penelitian adalah action research,
yaitu memberikan intervensi berupa simulasi
penyesuaian jumlah tenaga keperawatan sesuai HASIL
hasil penghitungan berdasarkan Departemen Penghitungan tenaga keperawatan
Kesehatan Republik Indonesia dan FTE. yang dilakukan berdasarkan pedoman cara
Simulasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan
apakah jika jumlah tenaga dipenuhi akan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia
terjadi perubahan mutu pelaksanaan tugas dan yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Ruang
kepuasan perawat. Penelitian ini dilakukan A dan Ruang B dilakukan dengan berdasarkan
melalui dua tahap. Tahap I untuk menghitung data tentang rerata jumlah pasien per hari
tenaga keperawatan menggunakan pedoman dengan berbagai tingkat ketergantungan, rerata
cara penghitungan dari Departemen Kesehatan jam perawatan pasien perhari sesuai tingkat
Republik Indonesia dan Full Time Equivalent ketergantungan sesuai pedoman.
(FTE). Tahap II yaitu melakukan simulasi untuk Departemen Kesehatan Republik
dapat mengusulkan formula penghitungan Indonesia, jam kerja efektif perawat per
tenaga keperawatan untuk pelaksanaan MAKP hari sesuai pedoman Departemen Kesehatan
Tim di ruang rawat inap dewasa RSBK. Republik Indonesia yaitu sebanyak 7 jam,
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat jumlah hari libur/cuti perawat dalam setahun,
inap dewasa yaitu Instalasi Rawat Inap Gedung yaitu 78 hari (meliputi 52 hari minggu dalam
Utama Lantai III Kelas IIIA (GU III Kelas IIIA) setahun +12 hari cuti dalam setahun +14 hari
dan Instalasi Rawat Inap Gedung Paviliun libur nasional dalam setahun), serta jumlah
Lantai III Kelas IIIB (GP III Kelas IIIB) Rumah perawat yang dibutuhkan untuk melakukan
Sakit Baptis Kediri. Penelitian ini dilakukan kegiatan non keperawatan sesuai pedoman
mulai bulan Maret–Juli 2011. Tahap I dilakukan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
pada bulan Maret–Juni 2011, tahap II dilakukan
(25% dari jumlah perawat).
pada bulan Juli 2011.
Populasi dalam penelitian ini adalah
perawat di ruang rawat inap dewasa RSBK Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Kebutuhan
yang digunakan sebagai ruang simulasi yaitu Te n a g a M e n u r u t D e p a r t e m e n
Ruang GU III Kelas IIIA dan GP III Kelas IIIB. Kesehatan Republik Indonesia dan
Sampel penelitian dari perawat diambil dengan FTE di Instalasi Rawat Inap Ruang
teknik Purposive Sampling, dikategorikan A dan Ruang B RSBK
sesuai tingkat tanggung jawab perawat dalam No Komposisi Ruang A Ruang B
pelaksanaan MAKP Tim di Ruang GU III
Kelas IIIA dan GP III Kelas IIIB. Jumlah 1 Kepala Ruang 1 1
sampel dalam penelitian ini sebanyak 3 yang 2 Perawat 13 18
diklasifikasikan berdasarkan tingkat tanggung 3 POS 3 4
jawab perawat. Tingkat tanggung jawab Jumlah 17 23

12
Formula Penghitungan Tenaga Keperawatan Modifikasi (Erlin Kurnia, dkk)

Berdasarkan tabel 1 dapat dipelajari Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Kebutuhan


bahwa berdasarkan penghitungan Departemen Tenaga Menurut FTE di Instalasi
Kesehatan Republik Indonesia jumlah Rawat Inap Ruang A dan Ruang B
perawat yang dibutuhkan di Ruang A RSBK
sebanyak 17 orang dan di Ruang B adalah No Komponen Ruang A Ruang B
23 orang. 1 Kepala Ruang 1 1
Metode FTE merupakan metode yang 2 Perawat 17 29
mendasarkan bahwa seorang perawat penuh 3 POS 2 3
waktu bekerja selama 52 minggu/tahun, 40 Jumlah 20 33
jam/minggu. Berdasarkan asumsi tersebut
dapat dihitung jam potensial seorang perawat
adalah 2080 jam/tahun. Namun, beberapa yang dibutuhkan di Ruang A sebanyak 20 orang
jam potensial tersebut digunakan untuk dan di Ruang B adalah 33 orang.
libur, sakit, melanjutkan pendidikan, dan Upaya penentuan formula penghitungan
sebagainya sehingga waktu yang dimiliki tenaga keperawatan yang sesuai dilakukan
kurang dari 2080 jam. Waktu produktif dari melalui simulasi yaitu menempatkan sejumlah
seorang perawat penuh waktu diasumsikan perawat sesuai jumlah hasil penghitungan
sebesar 85% sehingga menghasilkan 1768 untuk bekerja di Instalasi Rawat Inap Ruang A
jam/tahun. Untuk menghitung jumlah tenaga dan Ruang B. Simulasi tersebut dilaksanakan
keperawatan dilakukan dengan membagi total pada tanggal 11–16 Juli 2011. Instalasi Rawat
jam perawatan yang diperlukan perawat untuk Inap Ruang A disimulasikan dengan metode
memberikan perawatan pada pasien di satu FTE sedangkan Instalasi Rawat Inap Ruang B
ruang dibagi dengan 1768 jam. disimulasikan metode Departemen Kesehatan
Penghitungan tenaga keperawatan yang Republik Indonesia. Hal yang dievaluasi adalah
dilakukan berdasarkan metode FTE yang pelaksanaan tugas sesuai tanggung jawab
dilakukan di Instalasi Rawat Inap Ruang A perawat seperti Kepala Ruang, Ketua Tim dan
dan Ruang B dilakukan dengan berdasarkan Anggota Tim serta kepuasan kerja perawat.
data berikut ini. Kedua hal itu diukur pada saat sebelum dan
a. Jam perawatan per 24 jam sesudah simulasi, kemudian dibandingkan
b. Hari perawatan pasien hasilnya.
Berdasarkan perkalian kedua data Jumlah tenaga keperawatan yang ada di
tersebut dapat dihitung beban kerja unit rawat Instalasi Rawat Inap Ruang A sebelum simulasi
inap. Setelah diketahui beban kerja unit maka sebanyak 17 orang (terdiri dari 13 perawat dan
akan dibagi dengan 1768 jam sehingga akan 4 POS). Saat simulasi jumlah tenaga menjadi
diketahui jumlah tenaga yang diperlukan. 20 orang (terdiri dari 18 perawat dan 2 POS).
penghitungan metode FTE jumlah perawat Rerata jumlah pasien sebelum simulasi adalah

Tabel 3. Tugas kepala ruang di Instalasi Rawat Inap Ruang A dan B RSBK sebelum dan sesudah
simulasi
Ruang A Ruang B
No. Tugas Rerata Rerata
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. Perencanaan 3,9 3,8 3,8 3,9
2. Pengorganisasian 3,8 4 4 4
3. Pengarahan 3,3 4 4 4
4. Pengawasan 4 4 4 4
5. Evaluasi 3,5 3,5 3,5 4
Rerata 3,7 4 3,9 3,9
Uji Paired T-test p = 0,115 p=1

13
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 11–20

16, sedangkan saat simulasi meningkat menjadi Perubahan terjadi pada semua aspek tugas
25 pasien. Jumlah tenaga keperawatan yang kecuali aspek pengawasan yang sudah memiliki
ada di Instalasi Rawat Inap Ruang B sebelum nilai optimal pada saat sebelum simulasi,
simulasi sebanyak 24 orang (terdiri dari namun, di Ruang B didapatkan tidak ada
17 perawat dan 7 POS). Saat simulasi perubahan. Tugas Kepala Ruang mulai dari
jumlah tenaga menjadi 23 orang (terdiri dari perencanaan sampai evaluasi didapatkan
19 perawat dan 4 POS). Rerata jumlah pasien rerata yang sama antara sebelum dan sesudah
sebelum simulasi adalah 28, sedangkan saat simulasi.
simulasi sebanyak 19 pasien. Sebagian besar tugas yang dilaksanakan
Berikut ini disajikan data tentang hasil Kepala Ruang sudah mencapai nilai optimal.
rekapitulasi tugas yang dilaksanakan oleh Ketua tim dalam pelaksanaan tugasnya sebelum
Kepala Ruang, Ketua Tim dan Anggota Tim dan sesudah simulasi di Ruang A tidak terjadi
sesuai dengan uraian tugas masing-masing perubahan karena pelaksanaan tugas ketua
perawat di Instalasi Rawat Inap Ruang B dan tim sebelum simulasi sudah mencapai nilai
Instalasi Rawat Inap Ruang A sebelum dan maksimal. Sedangkan di Ruang B didapatkan
sesudah simulasi. peningkatan rerata yaitu dari 3,4 menjadi 3,8.
Kepala Ruang dalam pelaksanaan Hasil uji statistik didapatkan perubahan
tugasnya sesudah simulasi di Ruang A terdapat yang signifikan. Perubahan yang terjadi
peningkatan pelaksanaan tugas dibandingkan pada ketua tim Ruang B meliputi tugas
sebelum simulasi yaitu dari 3,7 menjadi 4. untuk mengkaji catatan perkembangan,

Tabel 4. Tugas ketua tim di Instalasi Rawat Inap Ruang A dan B RSBK sebelum dan sesudah P
Ruang A Ruang B
No Tugas Rerata Rerata
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 Pengkajian 4 4 3,7 3,7
2 Catatan perkembangan 4 4 3,7 4
3 Koordinasi rencana 4 4 3,7 3,7
keperawatan
4 Pembimbingan anggota 4 4 3,3 4
tim
5 Evaluasi respons klien 4 4 3 3,7
6 Penilaian kemajuan 4 4 3,3 3,7
kondisi klien
Rerata 4 4 3,4 3,8
Uji Paired T-test p=1 p = 0,042

Tabel 5. Tugas anggota tim di Instalasi Rawat Inap Ruang A dan Instalasi Rawat Inap Ruang B RSBK
sebelum dan sesudah simulasi
Ruang A Ruang B
No Tugas Rerata Rerata
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 Memberi asuhan keperawatan 3, 4 3,9 3,9 3,8
2 Kerja sama 3,6 3,8 4 3,9
3 Pelaporan tindakan keperawatan 3,5 3,6 4 3,8
4 Menerima bimbingan dari ketua tim 3 2,5 3,2 3,1
Rerata 3,4 3,6 3,5 3,8
Uji Paired T-test p = 0,022 p = 0,118

14
Formula Penghitungan Tenaga Keperawatan Modifikasi (Erlin Kurnia, dkk)

Tabel 6. Kepuasan kerja kepala ruang di Instalasi Rawat Inap Ruang A dan Instalasi Rawat Inap
Ruang B RSBK sebelum dan sesudah simulasi
Ruang A Ruang B
No. Kepuasan Rerata Rerata
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. Kebutuhan fisiologis 4 4 4 4
2. Kebutuhan aman nyaman 3,2 3,2 3,6 3,6
3. Kebutuhan dicintai mencintai 4 4 3,4 3,4
4. Kebutuhan penghargaan dan pengakuan 4 4 4 4
Rerata Kepuasan 3,7 3,7 3,6 3,6
Uji Statistik Paired T-test p=1 p=1

Tabel 7. Kepuasan kerja ketua tim di Instalasi Rawat Inap Ruang A dan Instalasi Rawat Inap Ruang
B RSBK sebelum dan sesudah simulasi
Ruang A Ruang B
No. Kepuasan Rerata Rerata
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. Kebutuhan fisiologis 2 2,5 3,3 3,3
2. Kebutuhan aman nyaman 3,8 4,2 3,1 2,9
3. Kebutuhan dicintai mencintai 4,1 4,5 4 4
4. Kebutuhan penghargaan dan pengakuan 4 4,5 4,7 4
Rerata Kepuasan 3,7 4,2 3,7 3,6
Uji Statistik Paired T-test p = 0,001 p = 0,266

Tabel 8. Kepuasan kerja anggota tim di Instalasi Rawat Inap Ruang A dan Instalasi Rawat Inap Ruang
B RSBK sebelum dan sesudah simulasi
Ruang A Ruang B
No. Kepuasan Rerata Rerata
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. Kebutuhan fisiologis 3,1 3,4 3,2 3,1
2. Kebutuhan aman nyaman 2,9 3,1 3,0 3,1
3. Kebutuhan dicintai mencintai 3,7 3,8 3,9 3,6
4. Kebutuhan penghargaan dan pengakuan 3,6 3,6 3,8 3,7
Rerata Kepuasan 3,3 4,3 3,5 3,4
Uji Statistik Paired T-test p = 0,308 p = 0,103

pembimbingan anggota tim, evaluasi Ruang A tetapi di Ruang B perubahan yang ada
respon klien, dan penilaian kemajuan tidak signifikan. Semua aspek tugas anggota
kondisi klien. Sedangkan nilai tugas yang tim di Ruang A mengalami peningkatan.
tetap sama yaitu pengkajian dan koordinasi Sedangkan di Ruang B dari semua aspek tugas
rencana keperawatan. anggota tim mengalami peningkatan rerata ada
Anggota tim dalam pelaksanaan tugasnya satu aspek yang reratanya tetap yaitu memberi
sebelum dan sesudah simulasi di Ruang A dan asuhan keperawatan.
Ruang B terjadi peningkatan rerata. Jika dilihat Kepuasan Kepala Ruang sebelum dan
dari hasil uji statistik, didapatkan adanya sesudah simulasi di Ruang A dan Ruang B
perubahan pelaksanaan tugas yang signifikan di tidak didapatkan perubahan pada semua aspek

15
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 11–20

penilaian kepuasan mulai dari aspek kebutuhan pasien lebih dari 50% tetapi perawat Ruang
fisiologis sampai kebutuhan penghargaan A dapat bekerja lebih baik. Kepuasan kerja
dan pengakuan kepuasan ketua tim sebelum perawat di Ruang A mengalami peningkatan
dan sesudah simulasi di Ruang A didapatkan pada saat sesudah simulasi tetapi di Ruang B
peningkatan kepuasan tetapi di Ruang B justru terjadi penurunan kepuasan kerja. Ruang
ada penurunan rerata kepuasan. Jika dilihat A sebagai ruang simulasi metode FTE setelah
berdasarkan uji statistik maka perubahan yang simulasi didapatkan peningkatan tugas yang
terjadi di Ruang A merupakan perubahan yang dilakukan perawat dan peningkatan kepuasan
signifikan. Hal tersebut terjadi akibat semua kerja meskipun terjadi penambahan jumlah
aspek kepuasan pada ketua tim di Ruang A pasien lebih dari 50% dibanding sebelumnya.
mengalami peningkatan rerata. Dua dari empat Ruang B sebagai tempat simulasi metode
aspek kepuasan yang diteliti pada ketua tim di Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Ruang B yaitu kebutuhan aman nyaman dan didapatkan peningkatan tugas yang dilakukan
kebutuhan penghargaan pengakuan mengalami perawat tetapi terjadi penurunan kepuasan
penurunan rerata, sedangkan dua aspek yang kerja perawat. Pada saat simulasi di Ruang B
lain yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan terjadi penurunan jumlah pasien mencapai 25%
dicintai mencintai tetap nilainya. dibanding sebelumnya.
Rerata kepuasan anggota tim di Ruang
A mengalami peningkatan tetapi di Ruang
PEMBAHASAN
B mengalami penurunan. Tiga dari empat
aspek kepuasan yang dinilai di Ruang A Pasien yang dirawat inap di Instalasi
meningkat reratanya setelah simulasi yaitu Rawat Inap mempunyai tingkat ketergantungan
kebutuhan fisiologis, aman nyaman dan dicintai yang berbeda. Departemen Kesehatan Republik
mencintai. Hanya satu aspek saja yaitu kebutuhan Indonesia membagi tingkat ketergantungan
penghargaan dan pengakuan yang mengalami pasien menjadi 4 yaitu pasien dengan tingkat
nilai tetap. kepuasan anggota tim di Ruang B, tiga ketergantungan minimal, sedang, agak berat, dan
dari empat aspek kepuasan yang dinilai menurun maksimal. Tiap tingkat ketergantungan tersebut
reratanya setelah simulasi, hanya satu aspek saja mempunyai kriteria yang didasarkan pada
yaitu kebutuhan aman nyaman yang mengalami penggunaan alat bantu pemenuhan kebutuhan
peningkatan rerata meskipun hanya 0,1 poin. dan frekuensi observasi yang diperlukan
Tugas yang dilaksanakan oleh Kepala (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Ruang, Ketua Tim dan Anggota Tim di Ruang 2005). Tingkat ketergantungan memengaruhi
A dan Ruang B adalah baik karena terjadi kebutuhan akan perawatan dari perawat.
peningkatan pada saat sesudah simulasi. Pada Klasifikasi tingkat ketergantungan menurut
saat simulasi terjadi peningkatan jumlah pasien Departemen Kesehatan Republik Indonesia
di Ruang A dari rerata per hari 16 pasien adalah ketergantungan maksimal (jam perawatan
menjadi 25 pasien, sedangkan di Ruang B 6,16 jam/hari), ketergantungan agak berat
terjadi penurunan dari rerata 28 pasien menjadi (4,15 jam/hari), ketergantungan sedang
19 pasien. Meskipun dengan peningkatan jumlah (3,08 jam/hari) atau ketergantungan minimal

Tabel 9. Perbandingan perubahan tugas dan kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah simulasi
di Instalasi Rawat Inap Ruang A dan Instalasi Rawat Inap Ruang B RSBK
No. Ruang Jabatan Tugas Kepuasan Kerja
1. Ruang A Kepala Ruang Meningkat (p = 0,115) Tetap (p = 1)
Ketua Tim Tetap (p = 1) Meningkat (p = 0,042)
Anggota Tim Meningkat (p = 0,022) Meningkat (p = 0,118)
2. Ruang B Kepala Ruang Tetap (p = 1) Tetap (p = 1)
Ketua Tim Meningkat (p = 0,001) Menurun (p = 0,266)
Anggota Tim Meningkat (p = 0,308) Menurun (p = 0,103)

16
Formula Penghitungan Tenaga Keperawatan Modifikasi (Erlin Kurnia, dkk)

(2 jam/hari). Metode Departemen Kesehatan terjadi peningkatan rerata jumlah pasien dari 16
Republik Indonesia hanya menghitung waktu menjadi 25 pasien per hari. Peningkatan tugas
perawatan langsung yang diberikan kepada perawat tersebut dapat terjadi karena jumlah
pasien. Setelah mengetahui jam perawatan tenaga yang ada dapat diatur sesuai kebutuhan
total maarus ditka akan dibagi dengan 7 jam MAKP Tim yang dijalankan. Ruang A terbagi
(jam efektif perawat) sehingga diketahui menjadi dua tim. Pada saat simulasi setiap tim
jumlah tenaga yang diperlukan. Jumlah ini bisa terdiri dari 2 orang, sebelumnya seringkali
masih perlu ditambah dengan faktor koreksi hanya terdiri dari satu orang perawat per tim.
yaitu loss day dan non-nursing jobs. Loss day Berdasarkan observasi, Kepala ruang bersama
adalah jumlah perawat yang dibutuhkan untuk Ketua tim lebih dapat mengatur pembagian
mengganti waktu hari libur. Non-nursing jobs tugas pemberian asuhan keperawatan pada
menurut pedoman Departemen Kesehatan sekelompok pasien sesuai tanggung jawabnya.
Republik Indonesia dijelaskan sebagai jumlah Anggota tim lebih dapat fokus melakukan
tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas- perawatan pada kelompok pasien yang menjadi
tugas non keperawatan. Non-nursing jobs tanggung jawab mereka.
ini diperkirakan 25% dari jam pelayanan Kepuasan kerja ketua tim dan anggota
keperawatan (Departemen Kesehatan Republik tim di kedua ruang rawat inap mengalami
Indonesia, 2005). perubahan, sedangkan kepuasan kerja Kepala
Metode FTE juga mempertimbangkan Ruang tetap. Perubahan kepuasan kerja ketua
hari rawat inap dan klasifikasi tingkat tim dan anggota tim di Instalasi Rawat Inap
ketergantungan karena klasifikasi tersebut Ruang A merupakan perubahan positif yaitu
memengaruhi jumlah jam perawatan yang kepuasan sesudah simulasi menjadi lebih
diperlukan. Namun, tidak semua waktu tersebut tinggi dibanding sebelumnya. Hal tersebut
digunakan sepenuhnya oleh seorang perawat dapat terjadi akibat perubahan jumlah tenaga
untuk bekerja. Ada waktu yang dihabiskan yang dinas. Total jumlah perawat yang dinas
untuk libur, sakit, melanjutkan pendidikan dan mengalami penambahan 3 orang. Berdasarkan
sebagainya. Oleh sebab itu waktu produktif uji statistik perubahan kepuasan kerja pada
seorang perawat dalam satu tahun sebesar Ketua Tim menunjukkan hasil yang signifikan.
85% yaitu 1768 jam/tahun (Hendrich, et al., Semua aspek kepuasan yang diteliti mengalami
2008). Jumlah perawat sesuai metode FTE peningkatan. Kebutuhan fisiologis yaitu
dihitung dengan mengalikan jam perawatan per waktu untuk makan dan minum, kebutuhan
24 jam dengan hari rawat inap. Jam perawatan aman nyaman meliputi jumlah perawat yang
pasien per 24 jam merupakan penjumlahan dinas dan rotasi dinasnya, kebutuhan dicintai
semua waktu yang digunakan perawat untuk mencintai yaitu kebutuhan akan komunikasi
melakukan perawatan baik perawatan langsung antar perawat, dengan dokter dan tim kesehatan
maupun tidak langsung. lain, kebutuhan penghargaan dan pengakuan
Simulasi di ruang rawat inap dilakukan yaitu interaksi dengan pasien mengalami
dengan menempatkan sejumlah tenaga peningkatan. Jumlah tenaga yang ditempatkan
keperawatan sesuai jumlah hasil penghitungan di Ruang A setiap shift dapat memberikan
dua metode. Evaluasi dilakukan dengan waktu bagi perawat untuk melakukan tugasnya
mengukur tugas yang dilaksanakan perawat memberi asuhan keperawatan pada pasien,
dan kepuasan kerja baik dari kepala ruang, menjaga komunikasi dan interaksi yang lebih
ketua tim dan anggota tim. baik baik bagi pasien, sesama perawat, kepada
Tugas yang dilakukan oleh perawat dokter maupun tim kesehatan lain.
di ruang simulasi metode FTE (Ruang A) Hasil kuesioner tugas yang dilakukan oleh
dapat dipelajari bahwa terjadi peningkatan perawat di ruang simulasi metode Departemen
terutama pada Kepala Ruang dan Anggota Tim, Kesehatan Republik Indonesia (Ruang B) dapat
sedangkan pada Ketua Tim tetap. Pada saat dipelajari bahwa terjadi peningkatan terutama
simulasi di ruang tersebut mengalami perubahan pada Ketua tim dan anggota tim, sedangkan
jumlah tenaga dari 17 menjadi 20 orang, dan pada Kepala ruang tetap. Hal tersebut dapat

17
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 11–20

terjadi karena ada penurunan rerata jumlah yang dinas. Aspek kepuasan yang menurun
pasien dari 28 menjadi 19 per hari. Jumlah pada sesudah simulasi adalah aspek kebutuhan
pasien yang lebih sedikit dibanding jumlah aman nyaman dan kebutuhan penghargaan
perawat yang relatif tetap akan menyebabkan dan pengakuan. Hal tersebut menandakan
Ketua tim menjadi lebih mudah melakukan perubahan jumlah perawat yang ditempatkan
asuhan keperawatan maupun melakukan di Ruang B menyebabkan penurunan kepuasan
koordinasi antar anggota tim yang lain. Begitu perawat pada aspek jumlah perawat yang dinas
pula anggota tim merasakan beban kerja lebih setiap shift juga memengaruhi interaksi mereka
berkurang karena ada penurunan jumlah dengan pasien.
pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Evaluasi kuesioner tugas yang dilakukan
Berdasarkan wawancara dan observasi, Kepala perawat di kedua ruang rawat inap dapat
ruang menghabiskan waktu lebih banyak untuk dipelajari bahwa sebagian besar perawat baik
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Kepala Ruang, Ketua Tim maupun Anggota
dibandingkan melakukan tugas mereka sebagai Tim mengalami peningkatan tugas setelah
kepala ruang. Ketua tim diberi tanggung jawab simulasi dari sebelum simulasi. Sebagian kecil
melakukan asuhan keperawatan langsung pada memiliki rerata yang tetap antara sebelum dan
pasien dengan jumlah sebanyak jumlah pasien sesudah simulasi. Apabila dicermati dari hasil
yang diberikan untuk anggota tim. Kondisi uji statistik, terjadi peningkatan rerata tugas
tersebut menyebabkan ketua tim kurang dapat secara signifikan yang dilakukan oleh anggota
melakukan semua tugas yang seharusnya tim di Ruang A. Anggota tim merupakan
menjadi tugas ketua tim. perawat yang memiliki paling banyak waktu
Kepuasan kerja ketua tim dan anggota untuk memberikan asuhan keperawatan
tim di kedua ruang rawat inap mengalami langsung pada sekelompok pasien yang
perubahan, sedangkan kepuasan kerja kepala menjadi tanggung jawabnya. Hasil kuesioner
ruang tetap. Perubahan kepuasan kerja ketua kepuasan kerja pada Kepala Ruang di kedua
tim dan anggota tim di Ruang A merupakan ruang rawat inap tidak mengalami perubahan.
perubahan positif yaitu kepuasan sesudah Kepuasan kerja Ketua Tim dan Anggota Tim
simulasi menjadi lebih tinggi dibanding di Ruang A mengalami peningkatan tetapi di
sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi akibat Ruang B justru mengalami penurunan jika
perubahan jumlah tenaga yang dinas. Perubahan dibandingkan dengan hasil sebelum simulasi.
jumlah tenaga tersebut mengakibatkan Kepala Perbedaan hasil penghitungan
Ruang lebih mampu mengatur penjadwalan dan berdasarkan pedoman Departemen Kesehatan
pengaturan tugas setiap shift sesuai pedoman Republik Indonesia dan FTE dapat disebabkan
dalam pelaksanaan MAKP Tim. Berdasarkan antara lain pada penentuan jam perawatan pasien.
uji statistik perubahan kepuasan kerja pada Bila pada pedoman Departemen Kesehatan
Ketua Tim menunjukkan hasil yang signifikan. Republik Indonesia yang diperhitungkan hanya
Semua aspek kepuasan yang diteliti mengalami perawatan langsung (direct care) sedangkan
peningkatan. Jumlah tenaga yang ditempatkan pada metode FTE jam perawatan merupakan
di Ruang A setiap shift dapat memberikan semua waktu yang digunakan perawat untuk
waktu bagi perawat untuk melakukan tugasnya memberikan perawatan kepada pasien. Semua
memberi asuhan keperawatan pada pasien, waktu tersebut berarti tidak hanya waktu untuk
menjaga komunikasi dan interaksi yang lebih perawatan langsung (direct care) tapi juga
baik baik bagi pasien, sesama perawat, kepada waktu perawatan tidak langsung (non-direct
dokter maupun tim kesehatan lain. Perubahan care). Selain itu pada pedoman Departemen
kepuasan kerja pada ketua tim dan anggota Kesehatan Republik Indonesia, jam efektif
tim di Instalasi Rawat Inap Ruang B adalah perawat dihitung 7 jam sedangkan pada metode
negatif yaitu kepuasan sesudah simulasi FTE yang dipertimbangkan hanya waktu
menjadi lebih rendah dibanding sebelumnya. produktif perawat yaitu waktu yang diperlukan
Hal tersebut dapat terjadi akibat perubahan untuk melakukan asuhan keperawatan pada
jumlah dan komposisi tenaga keperawatan pasien. Bila jam efektif perawat ini lebih

18
Formula Penghitungan Tenaga Keperawatan Modifikasi (Erlin Kurnia, dkk)

banyak padahal waktu yang diperlukan untuk pasien dari 28 menjadi 19 orang. Jumlah pasien
melakukan perawatan adalah sama maka akan yang menurun sedangkan jumlah perawat
didapatkan hasil yang berbeda dalam jumlah relatif tetap menyebabkan perawat tetap dapat
perawat. Kedua aspek tersebut yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik
memengaruhi perbedaan hasil penghitungan bagi setiap pasien. Namun, dari wawancara
berdasarkan pedoman Departemen Kesehatan perawat mengatakan bahwa jumlah perawat
Republik Indonesia dan FTE. Hasil perhitungan yang dinas saat simulasi memang masih cukup
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tetapi pada kondisi yang biasa terjadi dengan
lebih sedikit jumlah perawat yang diperlukan rerata 28–30 pasien maka jumlah yang ada saat
daripada metode FTE. simulasi tidak akan mencukupi.
Hasil penilaian kedua metode Berdasarkan fakta tersebut dapat
penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan disimpulkan bahwa metode FTE lebih sesuai
tersebut dapat disimpulkan bahwa penghitungan dengan kebutuhan ruang rawat inap. Metode
berdasarkan Departemen Kesehatan Republik FTE dapat dimodifikasi dengan menyesuaikan
Indonesia dapat menyebabkan peningkatan waktu libur dan cuti setiap karyawan. Modifikasi
pelaksanaan tugas perawat pada kondisi FTE dilakukan pada persentase waktu produktif
penurunan rerata jumlah pasien, sedangkan yang semula adalah 85% menjadi 92%.
penghitungan berdasarkan FTE dapat
menyebabkan peningkatan pelaksanaan
SIMPULAN DAN SARAN
tugas perawat meskipun rerata jumlah
pasien meningkat lebih banyak. Metode Simpulan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tugas perawat yang dilakukan oleh
dapat menurunkan kepuasan kerja perawat Kepala Ruang dan Anggota Tim di ruang
sedangkan metode FTE dapat meningkatkan simulasi metode FTE meningkat, sedangkan
kepuasan kerja perawat. tugas Ketua Tim tetap karena nilai sebelum
Hasil observasi dan wawancara yang simulasi sudah optimal. Tugas perawat yang
peneliti lakukan di Ruang A dapat dipelajari dilakukan oleh Ketua Tim dan Anggota Tim di
bahwa dengan perubahan jumlah tenaga ruang simulasi metode Departemen Kesehatan
yang disimulasikan, perawat dapat lebih Republik Indonesia meningkat, sedangkan
mengatur pemberian asuhan keperawatan tugas Kepala Ruang tetap karena nilai sebelum
setiap perawat yang dinas setiap shiftnya. simulasi sudah optimal.
Perawat juga dapat memberikan waktu dan Kepuasan kerja Ketua Tim dan Anggota
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan Tim di ruang simulasi metode FTE terjadi
yang diberikan pada pasien. Jumlah perawat peningkatan rerata kepuasan sesudah simulasi,
yang ditempatkan masih mencukupi meskipun sedangkan kepuasan Kepala Ruang tetap.
terjadi peningkatan jumlah pasien dari rerata Kepuasan kerja Ketua Tim dan Anggota
16 menjadi 25 orang. Jumlah tersebut juga Tim di ruang simulasi metode Departemen
masih bisa diterima pada kondisi ada beberapa Kesehatan Republik Indonesia mengalami
perawat yang tidak dinas karena melanjutkan penurunan rerata kepuasan sesudah simulasi,
pendidikan. Observasi terhadap tindakan sedangkan Kepala Ruang rerata kepuasannya
keperawatan langsung yang dilakukan perawat tetap, Formula penghitungan kebutuhan tenaga
kepada pasien, didapatkan bahwa perawat lebih keperawatan yang diusulkan untuk pelaksanaan
mempunyai waktu untuk berinteraksi lebih MAKP Tim di Rumah Sakit Baptis Kediri
baik dengan pasien, melaksanakan tindakan adalah metode FTE. Formula FTE dapat
sesuai prosedur operasional yang ditetapkan dimodifikasi pada persentase waktu produktif
rumah sakit. yaitu menjadi 92%.
Hasil kuesioner pelaksanaan tugas
menunjukkan tugas perawat meningkat pada Saran
saat sesudah simulasi. Peningkatan tersebut Rumah Sakit Baptis Kediri dapat
dapat dikaitkan dengan penurunan rerata jumlah menggunakan metode modifikasi FTE sebagai

19
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 11–20

metode penghitungan kebutuhan tenaga How Do Medical-Surgical Nurses Spend


keperawatan dalam pelaksanaan MAKP Tim. Their Time?. The Permanente Journal,
Hal ini sangat diperlukan supaya MAKP Tim 12(3).
yang merupakan model asuhan keperawatan Kuntoro Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen
professional minimal yang seharusnya Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
dilakukan di ruang rawat inap, dapat dijalankan Medika, hlm. 110–147.
secara optimal. Neisner dan Raymond, 2002. Nurse Staffing and
Care Delivery Models: A Review of the
Evidence. Oakland: Kaiser Permanente
KEPUSTAKAAN Institute for Health Policy.
DeLaune dan Ladner, 2002. Fundamentals of Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan
Nursing: Standards & Practice. United Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
States of America: Delmar, a division of Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Thomson Learning, Inc. Parker, Marilyn E. 2005. Nursing Theories and
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Nursing Practice: 2nd ed. Philadelphia:
2005. Standar Tenaga Keperawatan F.A. Davis Company.
di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Spetz, Joanne. 2008. Nurse Satisfaction and
Keperawatan dan Keteknisan Medik, the Implementation of Minimum Nurse
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Staffing Regulations. Policy, Politics &
Gillies. 1994. Nursing Management. Nursing Practice, 20(10).
Philadelphia: WB Saunders Company. Whitehead, Diane K, Weiss, Sally A,
Hendrich. et al., Chow. Marilyn, Skierczynski. Tappen, Ruth M. 2010. Essentials of
Boguslaw A, dan Lu. Zhenqiang. 2008. Nursing Leadership and Management.
A 36-Hospital Time and Motion Study: Philadelphia: F.A. Davis Company.

20

You might also like