You are on page 1of 9

KOP PANITIA SHALAT IDUL FITRI 1439 H

Mempersiapkan Generasi Pejuang Akhir Zaman

‫ت أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه ه‬
ُ‫ّللا‬ ِ ‫سيهِئ َا‬ ْ ‫الِل م ِْن ش ُُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو‬
َ ‫مِن‬ ِ ‫ب إِلَ ْي ِه َونَع ُ ْوذ ُ بِ ه‬ ِ ‫إِ َّن ْال َح ْمدَ ِ ه‬
ُ ‫لِل نَ ْح َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغف ُِرهُ َونَت ُ ْو‬
‫ع ْبدُهُ َو َرسُ ْولُهُ أ َ َّما‬
َ ‫ّللا ُ َو ْحدَهُ الَ ش َِريْكَ لَهُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
‫ِي لَهُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإل َه ِإالَّ ه‬ َ ‫ضل ِْل فَ ََل هَاد‬ ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫فَ ََل ُم‬
.ُ ‫بَ ْعد‬

‫سلَّ َم َوش ََّر ْاْل ُ ُم ْو ِر ُم ْحدَثَات ُ َها َوكُلَّ ُم ْحدَث َ ٍة‬


َ ‫علَ ْي ِه َوآلِ ِه َو‬ َ ‫ّللاِ َو َخي َْر ْال َهدْي ِ هُدَي ُم َح َّم ٍد‬
‫صلَّى ه‬
َ ُ‫ّللا‬ ‫فَإ ِ َّن َخي َْر ْال َكَلَ ِم َكَلَ ُم ه‬
. ‫ار‬ َ ‫ضَلَلةَ ٌَوكُ َّل‬
ِ َّ‫ضَلَل ٍة فِي الن‬ َ ‫ع ٍة‬ َ ْ‫عةٌ َوكُ َّل ِبد‬ َ ْ‫ِبد‬

. ‫﴾ ) آل عمران‬102﴿ َ‫ّللا َح َّق تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُموت ُ َّن ِإالَّ َوأَنتُم ُّم ْس ِل ُمون‬
َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ اتَّقُواْ ه‬

َ ‫ساء َواتَّقُواْ ه‬
‫ّللا‬ َّ ‫اس اتَّقُواْ َربَّكُ ُم الَّذِي َخلَقَكُم همِن نَّ ْف ٍس َواحِ دَةٍ َو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َو َب‬
ً ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكث‬
َ ِ‫ِيرا َون‬ ُ ‫َيا أَيُّ َها ال َّن‬
. ‫﴾ ) النساء‬1﴿ ‫عل ْيك ْم َرقِيبًا‬ ُ َ َ ‫ساءلُونَ بِ ِه َواْل ْر َح‬
َ ‫ام إِ َّن ه‬
َ َ‫ّللا َكان‬ َ َ َ ‫الَّذِي ت‬

َ َّ ‫صلِحْ لَكُ ْم أ َ ْع َمالَكُ ْم َويَ ْغف ِْر لَكُ ْم ذُنُوبَكُ ْم َو َمن يُطِ ْع‬
ُ‫ّللا َو َرسُولَه‬ َ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
ْ ُ‫﴾ ي‬70﴿ ‫ّللا َوقُولُوا قَ ْو ًال سَدِيدًا‬
. ‫﴾ ) اْلحزاب‬71﴿ ‫عظِ ي ًما‬ َ ‫فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا‬

ُ ‫ّللاُ أ َ ْكبَ ُر َو ِ هلِلِ ْال َح ْمد‬


‫ّللا ُ أ َ ْكبَ ُر َ ه‬ ‫ّللاُ أ َ ْكبَ ُر الَ ِإلهَ ِإالَّ ه‬
‫ َو ه‬،ُ‫ّللا‬ ‫ّللا ُ أ َ ْكبَ ُر َ ه‬
‫ َ ه‬،‫ّللاُ أ َ ْكبَ ُر‬
‫َه‬

َ‫ِصينَ له الدَّيْنَ َولَ ْو ك َِره‬ َ َّ ‫ّللاُ أ َ ْكبَ ُر َو َال نَ ْعبُد ُ َّإال‬


ِ ‫ّللا ُم ْخل‬ َّ ‫صي ًَل‬ِ َ ‫ّللا بُ ْك َرة ً َوأ‬ ِ َّ ِ ُ ‫يرا َو ْال َح ْمد‬
ً ‫لِل َكث‬
ِ َّ َ‫ِيرا َوسُ ْب َحان‬ ً ِ‫ّللاُ أ َ ْكبَ ُر َكب‬
َّ
‫ّللا ُ أ َ ْك َب ُر‬ َّ ‫اب َوحْ دَهُ َال إلَ َه َّإال‬
َّ َ ‫ّللاُ َو‬ َ َ‫ْز‬
‫ح‬ َ ْ
‫اْل‬ ‫م‬ َ‫َز‬
‫ه‬ ‫و‬ ‫ه‬‫د‬ ‫ب‬
ْ ‫ع‬ ‫ر‬ ‫ص‬ ‫ن‬
َ ‫و‬ ‫ه‬‫د‬ ‫ع‬
َ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ‫ُ َ حْ َ ُ َ َق‬‫و‬ ‫د‬ ‫ص‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫و‬ َّ
‫ّللا‬ َّ
‫إال‬ ‫ه‬
َ َ ‫ل‬‫إ‬ َ
‫ال‬ َ‫ْال ُ ون‬
‫ِر‬ ‫ف‬ ‫َا‬‫ك‬

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Perjalanan Ramadhan mengajarkan kepada kita bahwa sebuah ketakwaan, sebuah


kemenangan, haruslah melewati berbagai rintangan. Dalam konteks puasa, seluruh balasan
dan pahala yang Allah janjikan, haruslah dilalui dengan rasa lapar, haus dahaga, capek
kurang tidur, dan berbagai jenis pengorbanan lainnya.

Bercerita tentang ujian dan kesuksesan, cobaan dan tamkin, ada baiknya kita merenungi
kisah Nabi Yusuf –alaihis salam-. Ada banyak rintangan dan cobaan yang beliau lalui, mulai
dari godaan wanita, ujian penjara, dilupakan rekan sepenjara dan serangkaian ujian-ujian
lainnya, hingga Allah angkat derajat beliau dengan menjadi pemegang perbendaharaan
Mesir kala itu.

Namun hal yang menarik adalah ketika Yusuf dibeli oleh pejabat Mesir, Allah menyebutnya
dengan sebutan Tamkin yang berarti kemenagan, padahal itu adalah awal ujian bagi Yusuf.
Allah SWT berfirman :

َ ‫َو َك َٰذَلِكَ َم َّكنَّا ِليُوس‬


ِ ‫ُف فِي أاْل َ أر‬
‫ض‬

1
Artinya, “Dan demikianlah kami memberikan tamkin kepada Yusuf di negeri (Mesir).” (QS
Yusuf : 21)

Syaikh Abdul Azis Ath-Tharifi mengatakan bahwa rangkaian ujian adalah tangga menuju
kemenangan, jalan menuju tamkin. Senada dengan ini, Imam Syafii ditanya, kondisi mana
yang lebih baik, bersabar, menerima ujian atau tamkin. Beliau berkata, “Tamkin adalah
derjatnya para nabi, tamkin itu tidak akan terwujud, kecuali setelah adanya serangkaian
ujian, jika mendapat ujian maka bersabar, jika bersabar maka Allah akan anugerahkan
tamkin (kemenangan).”

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Berbicara tentang ujian umat ini, ada baiknya kita melihat kondisi kaum muslimin hari ini. Di
Suriah, ratusan ribu kaum muslimin menjadi korban pembantaian dan pengeboman, rumah
rumah mereka luluh lantak, mereka kehilangan sekolah, Rumah sakitpun seadanya,
kedinginan ketika datang musim salju, kelaparan tak ada yang dimakan, sebuah kondisi yang
membuat kita merintih perih, mengaduh sakit karena mereka adalah saudara kita.

Sementara di tempat lain, disebuah daerah yang bernama Palestina, Baitul Maqdis, pasca
diumumkannya pemindahan ibu kota Israel ke Al-Quds, serangan Israel terhadap pejuang
Islam semakin meningkat, hujanan roket mereka tembakkan ke pemukiman kaum muslimin.
Mereka terus berteriak dan berjuang tanpa tahu kapan berakhir.

Di Rohingnya, entah apa dosa mereka, rumah mereka dibakar, keluarga mereka dibunuh,
mereka diusir dari tanah kelahiran mereka, tanah yang telah mereka diami berpuluh-puluh
tahun.

Dan di dalam negeri, umat Islam seolah mnjadi tamu di rumah sendiri, syiar-syiar mereka
distigma negatif, mulai dari cadar jenggot dan simbol-simbol Islam lainnya, ulama mereka
dikriminalisasi, aktivis mereka dibui, suara-suara kebenaran dibungkam, mendakwahkan
politik Islam dianggap radikal, ketidakadilan terhadap umat Islam dipertontonkan dengan
begitu jelas dan nyata. Sebuah kondisi yang seolah mirip dengan penggambaran nabi
Muhammad SAW 14 abad lalu.

،‫ بل أنتم يومئ ٍذ كثير‬:‫ ومِ ن قلَّ ٍة نحن يومئذ؟ قال‬:‫ فقال قائل‬.‫ كما تداعى اْلكلة إلى قصعتها‬،‫يوشك اْلمم أن تداعى عليكم‬
‫ولكنكم غثاء كغثاء السَّيل‬

Artinya, “Umat-umat lain akan memperebutkan kalian, sebagaimana para penyantap


makanan berlomba mengejar santapannya. Ada yang bertanya, “Apakah karena sedikitnya
jumlah kami wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Tidak, bahkan kalian banyak saat itu, tapi
kalian seperti buih di lautan.”

Dan lihatlah hari ini, musuh-musuh Islam berlomba-lomba menyerang umat Islam. Negeri-
negeri kaum muslimin ditindas dengan semena-mena, syariat Islam diperangi, ulamanya
dikrimanalisasi, aktivisnya ditangkap, dan berbagai diskriminasi yang terjadi kepada umat
Islam.
Dan yang menyedihkan, rangkaian perang terhadap umat Islam juga dilakukan oleh mereka
yang megaku beragama Islam, namun mereka menjalankan program-program musuh Islam,
mereka membuat aturan-aturan yang mengkriminalkan ajaran Islam, mereka
mengkampanyekan hal-hal buruk terhadap simbol-simbol Islam, memberikan stigma-stigma

2
negatif terhadap syariat Islam. Mereka lakukan itu semua agar mendapatkan pujian,
kenaikan pangkat dan gelontoran dana dari musuh-musuh Islam.

Musuh-musuh Islam sadar bahwa umat Islam akan cukup resistan jika mereka yang terlibat.
Oleh karenanya mereka menggunakan tangan-tangan kaum muslimin yang lemah hatinya,
mudah diperalat dan bisa dijadikan kacung mereka demi menjalankan proyek-proyek
deislamisasi di negeri kaum muslimin.

Kalau bangsa Yahudi dahulu hanya mau berperang dari desa yang kuat dan benteng yang
kokoh, maka musuh Islam hari ini juga seperti itu. Dalam perang terhadap ajaran Islam,
mereka tidak mau head-to head menentang syariat Islam, akan tetapi mereka menggunakan
istilah-istilah lain, namun pada hakikatnya mereka memerangi Islam.

Dengan alasan HAM mereka melarang hukum Islam, dengan alasan memecah belah mereka
melarang syariat Islam, dengan alasan teror, mereka mengamputasi jihad, dengan alasan
radikal mereka memerangi ide politik Islam, dengan alasan budaya, mereka memerangi
cadar, dan begitu seterusnya. Sehingga satu per satu simbol-simbol Islam menjadi asing bagi
umat Islam itu sendiri. Orang yang mendakwahkan Islam menjadi aneh, orang yang
memperjuangkan Islam mendapat celaan, cibiran dari umat Islam sendiri, orang yang
melawan musuh-musuh Islam dianggap radikal dan intoleran. Mereka yang menyuarakan
kebenaran ditangkap dengan berbagai dalih dan alasan, para pembawa panji-panji
kebenaran diusir dan para pengusung dakwah Islam dikriminilisasi. Sebuah kondisi yang
sempurna untuk mengingat sabda Nabi Muhammad SAW :

‫ فِتَنًا‬،‫ب‬ َ ‫مِن ش ٍ هَر قَ ِد ا ْقت ََر‬


ْ ‫ب‬ ِ ‫"و ْي ٌل ل ِْلعَ َر‬
َ :‫سلَّ َم‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ ‫صلَّى هللا‬ َ ‫ّللا‬ِ َّ ‫ قَا َل َرسُو ُل‬:‫ع ْنهُ قَا َل‬
َ ُ‫ي هللا‬َ ‫ض‬ ِ ‫ث أَبِي ه َُري َْرة َ َر‬ ِ ‫َحدي‬
‫سِكُ َي ْو َمئِ ٍذ‬ ‫ ْال ُمت َ َم ه‬،‫ض مِنَ الدُّ ْن َيا قَلِي ٍل‬ ٍ ‫ َي ِبي ُع قَ ْو ٌم دِينَ ُه ْم ِب َع َر‬،‫ َويُ ْمسِي كَاف ًِرا‬،‫الر ُج ُل ُمؤْ ِمنًا‬
َّ ‫ح‬
ُ ‫ب‬
ِ ‫ص‬
ْ ُ ‫ي‬ ، ‫ِم‬ ْ ْ
ِ ُ ِ ‫ط ِع‬
‫ل‬‫ظ‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ْل‬ ‫ي‬ َّ ‫ل‬ ‫ال‬ َ ‫َك ِق‬
َ
َّ ‫على ال‬
" ِ‫ش ْوك‬ َ ْ
َ :‫ أ ْو قَا َل‬،‫على ال َج ْم ِر‬ َ َ ‫ض‬ ْ
ِ ِ‫بِدِينِ ِه كَالقَاب‬

Artinya, “Dari hadits Abu Hurairoh –radhiyallahu anhu- berkata, “Rasulullah SAW bersabda,
“Celakalah bangsa Arab karena keburukan telah mendekat. Akan datang fitnah seperti
potongan malam yang gelap gulita, di pagi harinya seseorang dalam kondisi beriman dan di
sore harinya dalam kondisi kafir, mereka menukar agamanya dengan dunia yang sedikit.
Pada saat itu orang yang berpegang teguh kepada agamanya bagaikan orang yang
memegang bara api atau duri.” (HR Ahmad)

Penggambaran sebuah kondisi fitnah yang menimpa umat Islam di akhir zaman. Umat Islam
akan ditimpa ujian demi ujian yang menggerus agama mereka sedikit demi sedikit secara
perlahan-lahan. Kondisi di mana seseorang tidak lagi memperdulikan agama, sehingga
mereka rela menggadaikan agamanya demi kepentingan dunia.

Sehingga Rasulullah SAW menggambarkan orang-orang yang berpegang teguh kepada


agamanya seperti orang yang menggenggam bara api. Islam laksana bara api, jika kita
pegang, maka kita akan terbakar, perih dan merintih luar biasa, namun jika kita lepaskan,
dikhawatirkan di akhirat kelak kita bertemu dengan Allah dalam keadaan merugi.
Rasa sakit dan perih yang dirasa menggambarkan ujian yang menimpa umat Islam di akhir
zaman cukup besar.

Maka di zaman fitnah ini kita dihadapkan kepada dua pilihan, menjadi seorang mukmin yang
mempertahankan agamanya yang dengannya kita mendapat ujian atau menjadi munafiq

3
yang menjual agamanya dan membantu musuh-musuh Islam dalam memerangi kaum
muslimin.

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Mari sejenak kita mendengar seuntai nasehat dari Rasulullah SAW ketika salah seorang
sahabat beliau yang bernama Khobab bin Art mengadukan nasib kaum muslimin kepada
beliau. Ketika itu ujian kepada kaum muslimin datang bertubi-tubi, mereka dipersekusi,
mereka diperlakukan secara tidak adil, membawa keimanan pada masa itu sama halnya
dengan mempertaruhkan nyawa. Pada saat seperti itu Khobab datang kepada Nabi
Muhammad SAW dan meminta kepada Rasulullah SAW untuk mendoakan kehancuran
kepada orang-orang kafir.

Nabi Muhammad SAW menjawab dengan berkata, “Orang-orang sebelum kalian pernah
digalikan untuknya lubang, badan mereka dikubur kemudian dibawakan gergaji dan
digergajilah kepalanya sehingga terbelah dua, ujian tersebut tidak mereka berpaling dari
agamanya. Ada juga yang disisir kepalanya dengan sisir besi, sehingga terlepas tulang dari
dari daging dan uratnya, tetapi ia tidak berpaling dari agamanya. Ada pula yang dipenggal
lehernya hingga kepalanya putus, namun ia tetap teguh dengan agamanya. Sungguh Allah
‘Azza wa Jalla akan memenangkan perjuangan agama ini sehingga suatu saat nanti, orang
akan berkendaraan dari Shan’a hingga Hadramaut tanpa merasa takut kecuali hanya
kepada Allah, sampai serigala bisa berdampingan dengan kambing (tanpa memangsanya).
Namun sungguh kalian adalah orang yang suka tergesa-gesa.”

Sebuah hadits yang pantas kita renungkan ditengah banyaknya ujian yang menimpa umat
Islam dewasa ini. Rasul mengingatkan kepada Khobab tentang kesabaran dan keteguhan
dalam memegang prinsip. Kesabaran yang menjadi sunnatullah para Nabi, keteguhan yang
menjadi jalan para pembawa panji kebenaran.

Kesabaran dan keberanian Nabi Ibrahim, yang teguh dan tanpa kenal lelah mendakwahkan
tauhid, mengajak kaumnya meninggalkan segala bentuk peribadatan kepada selain Allah.
Meskipun pada akhirnya Nabi Ibrahim harus dihukum dan dibakar hidup-hidup oleh
penguasa kala itu. Hal tersebut sama sekali tidak membuat Nabi Ibrahim loyo dan putus asa
dalam menyuarakan kebenaran. Beliau juga tidak merubah materi-materi dakwah beliau
agar lembut dan disukai penguasa, namun beliau tegas dan teguh dalam menyampaikan
pesan tauhid, pesan kebenaran.

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Kesabaran dan keteguhan ini pula yang mesti kita pelajari dari Nabi Musa. Keteguhannya
menentang kezaliman Firaun, keteguhannya dalam menyuarakan kebenaran, keteguhan dan
kesabaran yang mengundang pertolongan dari Allah SWT. Mari kita bayangkan seberapa
kuatnya Nabi Musa melawan rasa takut. Bayangkan, Musa hanya berdua ditemani oleh
Harun, datang ke istana Firaun yang terkenal zalim, yang terkenal tak kenal belas kasihan,
tangannya berlumur darah bayi-bayi Bani Israil, dan memiliki bala tentara yang maha
dahsyat kala itu.

Namun Musa tetap melangkah menjalankan amanat Rabb-nya, meski dia tahu resiko yang
akan dihadapinya. Inilah keteguhan dan kesabaran yang diajarkan Musa kepada kita.

Sebagaimana keteguhannya Ashabul Ukhdud yang beriman kepada Allah dan menolak
perintah raja untuk beriman kepadanya. Melihat rakyat yang tidak mau tunduk padanya,

4
melihat rakyat yang lebih memilih jalan kebenaran yang dibawa oleh Ghulam, seketika itu
pula sang raja murka, dia memerintahkan kepada bala tentaranya untuk menggali parit-parit
besar.

Setelah parit-parit digali, dia perintahkan kepada pasukannya untuk membakar parit-parit
tersebut. Dan seketika itu pula rakyatnya dipaksa murtad, dipaksa meninggalkan agama
Allah, namun mereka teguh dan tetap sabar, meskipun ancamannya mereka akan
dilemparkan ke dalam kobaran api yang menyala-nyala. Mereka paham betul bahwa inilah
harga keimanan yang mereka pilih, inilah harga yang mesti mereka bayar, dibakar diapi
dunia, agar nanti diselamatkan dari api neraka.

Jalan iman ini adalah jalan yang menyebabkan Nabi Nuh didustai kaumnya, Luth dianggap
sok suci oleh kaum Sodom, Ibrahim dibakar dengan api, Musa dikejar-kejar oleh Firaun, para
Nabi Bani Israil dibunuh oleh kaumnya, Nabi Isa dikejar-kejar oleh kaumnya.

Jalan ini pula yang menyebabkan Rasulullah SAW dimusuhi bangsa Quraiys, beliau dilempar
kotoran unta, beliau dan orang-orang yang beriman bersamanya diembargo, beliau
didustakan, beliau mengalami percobaan pembunuhan, beliau diusir, beliau diperangi,
semua itu adalah konsekuensi dari jalan iman ini, konsekuesi dari jalan kebenaran.

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Ujian, kezaliman, intimidasi, cobaan, gangguan, penjara, pengusiran bahkan pembunuhan


adalah jalan yang harus dilalui oleh orang-orang Sholih. Allah SWT berfirman :

‫ين‬ ِ َّ ِ ِ ِ ‫َح ِسب النَّاس أَ ْن يُْ َْتُكوا أَ ْن يَ ُقولُوا آَ َمنَّا وُهم ََل يُ ْفتَ نُو َن*ولَ َق ْد فَتَ نَّا الَّ ِذ‬
َ ‫ين م ْن قَ ْبله ْم فَ لَيَ ْعلَ َم َّن هللاُ الذ‬
َ َ ْ َ ُ َ َ ‫آمل*أ‬
ِ
‫ي‬َ ِ‫ص َدقُوا َولَيَ ْعلَ َم َّن ال َكاذب‬
َ
Artinya, “Alif Laam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata
kami beriman, sedangkan mereka tidak diuji? Kami telah menguji orang-orang sebelum
mereka, agar Allah mengetahui mana orang-orang yang jujur (dengan keimannya) dan
mana mereka yang dusta (dengan keimanannya). (QS Al-Ankabut 1-3)

Dengan berbagai ujian yang datang silih berganti, maka lahirlah sebuah generasi yang
mampu dan sanggup memikul beban perjuangan, karena sejatinya beban perjuangan ini
cukuplah berat.

Kita bisa melihat potongan sejarah yang Allah ceritakan di dalam surat Al-Baqoroh ayat 249.
Yaitu ketika Allah memerintahkan kepada Bani Israil untuk keluar berperang melawan Jalut
dan diangkatlah Thalut sebagai komandan mereka. Di tengah perjalanan, Allah SWT menguji
pasukan Thalut dengan sebuah perintah. Yaitu janganlah meminum air sungai kecuali
setangkup tangan, kebanyakan pasukan tidak lulus dari ujian ini.

Disebutkan di dalam Tafsir bahwa yang lulus ujian ini hanyalah 300 orang, yang nantinya 300
orang inilah yang mengalahkan pasukan Jalut dan Nabi Daud adalah salah satu dari mereka.
Allah menutup cerita ini dengan sebuah ungkapan yang cukup indah dan menyejukkan hati
orang-orang beriman, Allah SWT berfrman :

َ ‫كَم ِمن فِئ َ ٍة قَلِيلَ ٍة غَلَبَتأ فِئَةً َكث‬


َّ ‫ِيرة ً بِإِ أذ ِن‬
ِ‫ّللا‬

5
Artinya, “Berapa banyak kelompok yang kecil mampu mengalahkan kelompok yang besar
dengan izin Allah.” (QS Al-Baqoroh : 249)

Membaca ayat ini mengingatkan kita pada perang Badar, di mana 315 sahabat bertempur
dengan 1000 pasukan Quraisy yang siap perang. 315 sahabat yang ikut perang Badar adalah
sahabat-sahabat yang telah teruji keimanannya, telah teruji kesabarannya, telah teruji
loyalitasnya kepada Nabi.

Mereka adalah para Muhajirin yang telah mendapat berbagai siksaan dan cobaan selama di
Makkah, mereka juga yang rela meninggalkan tanah kelahiran, meninggalkan sanak famili,
meninggalkan mata pencarian demi menunaikan perintah hijrah yang Allah wajibkan kepada
mereka.

Dan mereka adalah kalangan Anshor, kaum yang bersumpah setia untuk membela Nabi
Muhammad SAW, mereka berbaiat untuk melindungi Rasulullah SAW, keimanan mereka
dibuktikan dengan tanpa pamrih membantu saudara-saudara Muhajirin, mereka berbagi
pangan, berbagi sandang dan berbagi pekerjaan. Sebuah pembuktian dan ujian keimanan
yang luhur.

Bahkan, ketika akan menghadapi pasukan musuh, pembesar Anshor berkata kepada Rasul :

،‫ وأعطيناك على ذلك عهودنا ومواثيقنا على السمع والطاعة‬،‫ وشهدنا أن ما جئت به هو الحق‬،‫ فصدقناك‬،‫فقد آمنا بك‬
‫ ما تخلف منا رجل‬،‫فامض يا رسول هللا لما أردت فو الذي بعثك بالحق لو استعرضت بنا هذا البحر فخضته لخضناه معك‬
‫ فسر بنا‬،‫ ولعل هللا يريك منا ما تقر به عينك‬،‫ صدق في اللقاء‬،‫عدوا غدًا إنا لصبر في الحرب‬
ًّ ‫ وما نكره أن تلقى بنا‬،‫واحد‬
‫على بركة هللا‬

Artinya, “Wahai Rasulullah, kami (Anshor) telah beriman kepadamu, kami membenarkanmu,
dan kami bersaksi bahwa apa yang engkau bawa adalah kebenaran, dan kami telah
memberikan baiat dan sumpah setia kami kepadamu untuk senantiasa mendengar dan taat.
Lakukanlah (perag Badar) ini wahai Rasulullah, jika engkau ingin melakukannya. Demi Allah
(Dzat yang mengutusmu)Kalau engkau hadapkan kepada kami lautan, lalu engkau
menyebranginya, maka niscaya akan kami sebrangi laut ini bersama engkau, tanpa ada
satupun yang tercecer di antara kami. Kami tidak sedikitpun ragu jika besok kami bertempur
melawan musuh, kami adalah orang-orang yang sabar dalam pertempuran dan jujur
(berani) saat di medan laga. Semoga Allah (besok hari)menampakkan hal yang menyejukkan
pandanganmu. Maka bergeraklah bersama kami dengan berkah dari Allah.”

Sebuah kejujuran iman, sebuah pembuktian dan ungkapan kesatria dari sahabat Anshor
yang diwakili oleh Saad bin Muadz. Pasukan Badar adalah pasukan pilihan Allah, pasukan
yang sudah melewati berbagai ujian keimanan, Rasulullah SAW memberikan sebuah garansi
kepada mereka dengan berkata, “Apapun yang dilakukan pasukan Badr setelah ini, tidak
akan membahayakan keimanan mereka, karena Allah telah mengapuni mereka.”

Maka bisa jadi, serangkaian ujian yang menimpa kaum muslimin di Suriah hari ini, mereka
kehilangan tempat tinggal, kehilangan sanak famili, kehilangan pekerjaan, kesulitan
mendapat makan, kedinginan ketika salju datang, bom-bom yang berjatuhan adalah dalam
rangka Allah mempersiapkan sebuah generasi yang mampu teguh dan sabar dalam
menjalani perjuangan yang menuntut kesabaran tingkat tinggi. Karena Rasulullah
mengatakan bahwa iman itu di Syam ketika terjadi fitnah.

Dan semoga rangkaian ujian dan cobaan yang menimpa kaum muslimin hari ini, di manapun
dan kapanpun adalah bagian dari skenario Allah untuk mempersiapkan sebuah generasi
yang tangguh, sabar dan istiqomah dalam menegakkan kebenaran.

6
Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Ujian keimanan adalah keniscayaan yang dilalui oleh orang-orang yang jujur keimanan, emas
yang murni adalah hasil dari pengolahan yang cukup lama, disaring, dibakar hingga
kemudian menghasilkan kilauan emas. Begiltu juga keimanan. Kilau keimanan akan terlihat
dan nampak setelah ujian demi ujian dilewati. Entah itu dizalimi, didiskriminasi,
dikriminalisasi, dipenjara, diusir bahkan dibunuh sekalipun. Semua itu juga pernah dialami
oleh Rasulullah SAW.

Marilah sejenak kita mendengar perkataan imam Malik, beliau berkata :

‫ال تغبطوا أحدا ً لم يُصبه في هذا اْلمر بالء‬


Artinya, “Janganlah kamu kagum terhadap seseorang yang belum pernah ditimpa ujian
dalam agamanya.”

Sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa jalan keimanan, mempertahankan dan


mendakwahkannya adalah jalan orang-orang besar, Allah memilih mereka untuk menjadi
tiang-tiang penyangga agama ini.

Inilah Imam Ahmad bin Hanbal, ketika fitnah khalqul quran, beliau teguh memegang
pendirian, sama sekali tidak bergeser dari prinsip, beliau dipenjara dan dicambuk agar mau
mengatakan bahwa Al-Quran itu makhluk, namun tidak ada yang keluar dari beliau kecuali
ketegasan prinsip dan keteguhan dalam memegang kebenaran.

Hal yang sama juga terjadi kepada Imam Al-Buwaithi Asy-Syafi’i, beliau dipenjara, tangan
diborgol, leher dirantai dan kakinya dibelenggu. Dalam kondisi seperti itu beliau berkata :

‫ حتى يأتي قوم يعلمون أنه قد مات في هذا الشأن قوم في حديدهم‬،‫ْلموتن في حديدي هذا‬
Artinya, “Saya lebih memilih mati dalam belenggu besi ini, hingga suatu hari nanti orang-
orang mengetahui bahwa dalam mempertahankan ini (Al-Quran kalamullah) ada orang
yang mengorbankan nyawanya.”

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Ketika siksaan dan ancaman Kafir Quraisy terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW semakin
meningkat, Abu Thalib mendatangi Nabi, seolah-olah Abu Thalib meminta beliau untuk
berhenti mendakwahkan Islam ini, karena semakin hari ancaman kafir Quraisy semakin
meningkat. Rasulullah SAW berkata kepada pamannya :

‫ أو أهلك فيه ما‬،‫ وهللا لو وضعوا الشمس في يمينى والقمر في يساري على أن أترك هذا اْلمر حتى يظهره هللا‬،‫يا عم‬
‫تركته‬

Artinya, “Wahai pamanku, jikalau seandainya matahari ditaruh di tangan kananku dan
bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (Islam) ini, demi Allah saya tidak akan
pernah meninggakan urusan ini hingga Allah memenangkannya atau saya mati karena
memperjuangkannya.”

Sebuah potret keteguhan yang digambarkan oleh Rasulullah SAW, meskipun dibujuk dengan
dunia seisinya, meskipun diberikan kepada beliau matahari, meskipun dijanjikan segala
kenikmatan hidup, beliau tidak akan pernah meninggalkan mendakwahkan Islam, hingga

7
Allah memenangkannya atau beliau terbunuh karena memperjuangkannya. Sebuah
gambaran yang kongrit tentang makna hidup mulia dan mati syahid.

Nampaknya keteguhan para Nabi, sahabat dan para ulama inilah yang menginspirasi seorang
Sayyid Qutb. Sebuah keteguhan yang yang digambarkan oleh seorang Sayid, ketika beliau
digiring ke tiang gantungan, beliau diminta untuk minta maaf atas dakwah beliau tentang
penerapan syariat, beliau berkata :

‫إن إصبع السبابة الذي يشهد هلل بالوحدانية في الصالة ليرفض أن يكتب حرفا واحدا يقر به حكم طاغية‬

Artinya, “Sesungguhnya jari telunjuk yang bersaksi atas tauhid di dalam sholat, pasti akan
menolak menulis satu hurufpun demi mendukung hukum thogut.”

Sebuah untaian hikmah yang mengalir dari panjangnya dakwah, beratnya siksa penjara,
beliau meatap tiang gantungan dengan begitu teguh tanpa ragu sedikitpun, karena beliau
yakin berada di atas kebenaran.

Potret keteguhan mereka membuat kita memahami perkataan Ibnu Taimiyah ketika beliau
di penjara :

َّ ،‫فارقُني‬
،ٌ‫إن َحبسي خلوة‬ ِ ُ ‫ َف َجنَّتي َمعي وال ت‬:‫ أين ُرحت‬،‫صدري‬
َ ‫إن َجنَّتي وبُستاني في‬
َّ ‫ما يَصنَ ُع بي أعدائي؟‬
ٌ
‫ وقتلي شهادة‬،‫وإخراجي مِن بلدي سياحة‬

Artinya, “Apa yang bisa dilakukan musuhku terhadapku? Sesungguhnya taman-taman


syurgaku berada di dadaku, kemanapun saya pergi, maka dia bersamaku dan tidak terpisah
dariku, jika aku dipenjara maka itu adalah waktuku berkhalwat bersama Allah, jika aku
diusir, maka ini adalah waktu jalan-jalanku dan jika saya dibunuh, maka kematianku adalah
kesyahidan.”

Kaum Muslimin jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Janji Allah pasti, pada akhirnya kemenangan adalah milik orang-orang beriman. Setiap makar
musuh akan kembali kepada mereka, mereka berusaha memadamkan cahaya Allah tapi
Allah tetap akan memenangkan dan menyempurnakan cahayanya. Maka yang dituntut dari
kita adalah untuk terus istiqomah dan teguh di atas jalan iman hingga Allah wafatkan kita
dalam keadaan beriman atau Allah menangkan Islamdan kita menjadi bagian dari
kemenangan itu. Allahu akbar

‫ار‬
َ ‫س‬ ْ َ ‫الرا ِش ِديْنَ ْال َم ْه ِديهِيْنَ َوأ‬
َ ‫ص َحابِ ِه أ َ ْج َم ِعيْنَ َو َم ْن‬ َّ ‫علَى ُخلَفَائِ ِه‬
َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬
َ ‫علَى نَبِيهِنَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫ار ْك‬ ِ َ‫س ِله ْم َوب‬
َ ‫ص هِل َو‬َ ‫الَّل ُه َّم‬
.‫ط ِر ْيقَتِ ِه ْم ِإلَى َي ْو ِم ال ِدهي ِْن‬
َ ‫علَى نَ ْه ِج ِه ْم َو‬
َ

َ‫عد ه ُِوك‬ َ َ‫ص ْرهُ ْم عل‬


َ ‫ى‬ ُ ‫صلِحْ ذَاتَ بَ ْينِ ِه ْم َوا ْن‬ ْ َ ‫ِف بَيْنَ قُلُ ْو ِب ِه ْم َوأ‬ْ ‫ت َوأَله‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما‬ ِ ‫ا َ َّلل ُه َّم ا ْغف ِْر ل ِْل ُمؤْ مِ نِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬
َ‫ِف بَيْن‬ َّ َ َ ُ َ َ ‫ه‬
ْ ‫ الل ُه َّم خَال‬. َ‫سبِ ْيلِكَ َويُكَ ِذب ُْونَ ُرسُلكَ َويُقاتِل ْونَ أ ْو ِليَا َءك‬ َ ‫عن‬ ْ َ َ‫صد ُّْون‬ َّ
ُ َ‫ب ال ِذيْنَ ي‬ ِ ‫ اَللَّ ُه َّم ْالعَ ْن َكف ََرة َ أ َ ْه ِل ال ِكت َا‬.‫عد ه ُِو ِه ْم‬
ْ َ ‫َو‬
. َ‫ظا ِل ِميْن‬ ْ
‫ع ِن القَ ْو ِم ال ه‬َ ُ ‫ه‬ُّ ‫د‬ ‫َر‬
ُ ‫ت‬ ‫ال‬َ ‫ِي‬‫ذ‬ َّ ‫ل‬‫ا‬ َ‫ك‬ ‫س‬ ْ ‫أ‬ ‫ب‬
َ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ب‬
َ ِِْ ِ َ ُْ َ ‫ل‬ْ ‫ز‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫م‬ ‫ا‬َ ‫د‬ ْ
‫ق‬ َ ‫أ‬ ْ
‫ل‬ ‫ز‬ ْ
ِ َ ْ ِ ِ ‫َك ِل‬
‫ل‬ َ‫ز‬‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫م‬

‫صلِحْ لَنَا آخِ َرتَنَا الَّتِي فِ ْي َها َم َعادُنَا‬


ْ َ ‫صلِحْ لَنا َ د ُ ْنيَانَا الَّتِي فِ ْي َها َم َعاشُنَا َوأ‬
ْ َ ‫ص َمةُ أ َ ْم ِرنَا َوأ‬
ْ ‫صلِحْ لَنَا ِد ْينَنَا الَّذِي ه َُو ِع‬
ْ َ ‫اَلَّل ُه َّم أ‬
ْ ‫َواجْ عَ ِل ْال َح َياة َ ِز َيادَة ً لَنَا فِي كُ ِهل َخي ٍْر َوا ْجعَ ِل ْال َم ْوتَ َرا َحةً لَنَا‬
.‫مِن كُ ِهل ش ٍ هَر‬

َ َ‫ اللَّ ُه َّم أَحْ ِينَا ُمؤْ مِ ِنيْن‬.َ‫ت ِرض َْوانَكَ َو ْال َجنَّة‬
‫طا ِئ ِعيْنَ َوت ََوفَّنَا‬ ِ ‫ش َهادَة ً َو َب ْعد َ ْال َم ْو‬ َ ‫ت‬ ِ ‫ت ت َْو َيةً َو ِع ْندَ ْال َم ْو‬ ِ ‫ار ُز ْقنَا قَ ْب َل اْلَ ْمو‬ْ ‫الَّل ُه َّم‬
ْ‫مِن كُ هِل إِث ٍم‬
ْ َ‫عزَ ائ َِم َم ْغف َِرتِكَ َوالس َََّل َمة‬ َ ‫ت َر ْح َمتِكَ َو‬ ُ ‫ه‬ َّ
ِ ‫ الل ُه َّم إِنَّا نَسْألكَ ُم ْو ِجبَا‬. َ‫ُم ْس ِل ِميْنَ ت َائِبِيْن‬
‫عاقِ َبتَنَا فِي ْاْل ُ ُم ْو ِر كُ ِله َها َوأ َ ِج ْرنَا ِم ْن خِ ْزي ِ الدُّ ْن َيا‬
َ ْ
‫ِن‬‫س‬ ْ‫ح‬ َ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ه‬
َّ ُ َّ ‫الل‬ . ‫ار‬
ِ َّ ‫ن‬‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ َ ‫ة‬‫ا‬‫ج‬َ َّ‫َو ْالغَنِ ْي َمةَ م ِْن كُ ِهل ِب ٍ هر َو ْالف َْوزَ ِب ْال َجنَّ ِة َوالن‬
ِ‫ب اْلَخِ َرة‬ِ ‫عذَا‬ َ ‫و‬. َ

8
‫ارى اللَّ ُه َّم احْ َفظِ ْالعُلَ َما َء ْال َعامِ ِليْنَ‬ ‫ص َ‬ ‫مِن أ َ ْيدِي ْال َي ُه ْو ِد َوالنَّ َ‬‫ص َها ْ‬‫صى َوأ َ ْخ ِل ْ‬ ‫اْلس ََْل ِم َف ْوقَ ْال َمس ِْج ِد ْاْل َ ْق َ‬
‫ارفَ ْع َرا َي َة ْ ِ‬ ‫اللَّ ُه َّم ْ‬
‫ْ‬ ‫ه‬
‫الرشَا ِد َو َو ِفق ُه ْم‬ ‫ْ‬
‫سبِيْلَ ال ُهدَى َو َّ‬ ‫ْ‬
‫صال ِِحيْنَ َو اه ِد ِه ْم َ‬ ‫سلفِ ال َّ‬ ‫َ‬ ‫ج نَبِيهِكَ َو ال َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْال ُم ْخ َل ِ‬
‫لى َمن َه ِ‬
‫ع َ‬ ‫صيْنَ َو ق َوادَ ال ُم َجا ِه ِديْنَ َو ثبهِت ُه ْم َ‬
‫ق َو ُمت َا َب َعتِ ِه َيا َربَّ ْال َعالَ ِميْنَ‬ ‫ل ِْل َح ه ِ‬

‫َربَّنَا الَ ت َ ْج َع ْلنَا فِتْنَةً للذين كفروا واغفر لنا ربنا إنك أنت العزيز الحكيم‬

‫َربَّنَا الَ ت َجْ َع ْلنَا فِتْنَةً ل ِْلقَ ْو ِم ال َّ‬


‫ظا ِلمِينَ ونجنا برحمتك من القوم الكافرين‬

‫ضاهُ َوأَدْخِ ْلنا ِب َر ْح َمتِكَ فِي ِع َبادِكَ‬ ‫علَى َوا ِلدَينا َوأ َ ْن نَ ْع َم َل َ‬
‫صال ًِحا ت َْر َ‬ ‫َربَّنا أ َ ْو ِزعْنا َ أ َ ْن نَ ْشكُ َر نِ ْع َمتَكَ الَّتِي أ َ ْنعَ ْمتَ َ‬
‫علَينا َو َ‬
‫صالِحِ ينَ ‪.‬‬ ‫ال َّ‬

‫علَى الَّذِينَ مِن قَ ْب ِلنَا َر َّبنَا َوالَ ت ُ َح هم ِْلنَا َما الَ‬ ‫طأْنَا َربَّنَا َوالَ ت َ ْحم ِْل َ‬
‫علَ ْينَآ ِإص ًْرا َك َما َح َم ْلتَهُ َ‬ ‫َربَّنَا الَ تُؤَاخِ ذْنَآ ِإن نَّسِينَآ أ َ ْو أ َ ْخ َ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ع َلى القَ ْو ِم الكَاف ِِرينَ ‪.‬‬‫ص ْرنَا َ‬ ‫َ‬
‫ار َح ْمنَآ أنتَ َم ْوالَنَا فَان ُ‬ ‫عنَّا َوا ْغف ِْر لَنَا َو ْ‬ ‫ْف َ‬‫طاقَةَ لَنَا بِ ِه َواع ُ‬ ‫َ‬

‫سنَا َوإِ ْن لَ ْم ت َ ْغف ِْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَكُون ََّن مِنَ ْالخَاس ِِرينَ‬
‫ظلَ ْمنَا أ َ ْنفُ َ‬
‫َربَّنَا َ‬

‫ار َح ْم َم ْوت َانا وتَقَب َّْل شُ َهدَائ َنا‪ ،‬الله هم ا ْشفِ َم ْر َ‬


‫ضانا‬ ‫ظ ْل َم َوال ُّ‬
‫ط ْغيَان‪ ،‬الله هم ْ‬ ‫عنا َّ ال ُّ‬ ‫صر اْلس ََْل َم وال ُم ْس ِلمِين‪َ ،‬و ْ‬
‫ارفَ ْع َ‬ ‫الله هم ا ْن ُ‬
‫ار ِب ْ‬
‫ط َبيْنَ قُلُو ِبنَا‬ ‫َو ْ‬

‫ظلَ َمة‪ ،‬الله هم زَ ْل ِز ْل عُ ُر ْو َ‬


‫ش ُهم َم ْن ت َحْ تَ‬ ‫طغَاةِ ال َ‬ ‫علَيكَ ِبال ُّ‬
‫ش ْيءٍ ‪ ،‬الله هم َ‬‫ت َر ْح َمتُهُ كُلَّ َ‬ ‫ار َح ْمنا ِب َر ْح َمتِكَ َيا َم ْن َو ِس َع ْ‬
‫الله هم ْ‬
‫ُ‬
‫ائب قدْرتِك‬
‫ع َج َ‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫أ َ ْقدَا ِم ِهم‪ ،‬الله هم ُخذهُ ْم أخذ َ‬
‫ع ِزي ٍْز ُمقتَدِر‪ ،‬الله هم انت َ ِق ْم ِمن ُه ْم َوأ ِرنَا فِ ْي ِهم يوما َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬

‫‪ ،‬الله هم هذا دعا ُؤنَا فََلَ ت َُردَّنَا خَائِبِينَ‬

‫والحمد هلل رب العالمين‬

‫‪Naskah khutbah Idul Fitri 1439 H. ini ditulis oleh Ust. Miftahul Ihsan, Lc, dan diunduh dari‬‬
‫‪situs www.kiblat.net.‬‬

‫‪9‬‬

You might also like