You are on page 1of 8

Name: Gatra Herlambang

Kelas: 5F
Tugas Sistem Otomasi

1. Definisi Analog-Digital Converter (ADC)

ADC adalah proses pengubahan sinyal analog menjadi sinyal digital. Proses
pengubahan terjadi pada konverter/pengubah yang dikenal dengan analog to digital
converter. Proses pengubahan ini dikenal juga dengan nama sistem akusisi data.
Umumnya, sebuah ADC adalah sebuah piranti elektronik yang mengubah sebuah
tegangan menjadi sebuah bilangan digital biner. Bagaimanapun juga, beberapa piranti
non-elektronik, seperti shaft encoders, dapat digolongkan sebagai ADC. Output data
digital dapat menggunakan skema coding yang berbeda-beda. Pada umumnya output
data digital dua bilangan biner yang komplemen yang sama dengan inputnya, namun
dengan beberapa kemungkinan. Sebuah encoder misalnya, outputnya bisa kode Gray.
Sebuah ADC juga dapat digunakan untuk membuat sebuah pengukuran tersendiri.
ADC dapat digunakan untuk menjumlahkan sinyal waktu yang berbeda-beda dengan
merubahnya menjadi rentetan bilangan digital. Hasilnya berupa waktu dan nilainya.

2. Prinsip Kerja Analog-Digital Converter (ADC)

ADC yang digunakan adalah ADC 0809 dari National Semiconductor. ADC tipe ini
merupakan komponen akuisisi data dengan 8 bit A/D converter, 8 bit channel
multiplexer dan kompatibel dengan control logika mikroprosessor. Dengan adanya
fasilitas 8 channel multiplexer memungkinkan untuk mengakses secara langsung 8
buah sinyal atau masukan analog. Adapun gambar dan karekteristik dari ADC 0809
adalah sebagai berikut :
i. Mudah untuk digunakan bersama rangkaian mikroprosessor.
ii. Tidak diperlukan penyesuaian yang rumit.
iii. Mempunyai 8 channel multiplekxer dengan 8 buah alamat logic.
iv. Jangkauan input berkisar 0-5 volt dengan satu buah catu daya 5 volt.
Pada dasarnya Analog To Digital Converter (ADC) memiliki 2 bagian yaitu, bagian
multiplexer dan bagian converter. Bagian multiplexer ini mempunyai 8 buah
masukan. Setiap masukan memilki alamat sendiri sehingga dapat dipilih secara
terpisah melalui address A0, A1 dan A2. table dibawah ini menunjukkan alamat dari
masing-masing masukan.

3. Spesifikasi Analog-Digital Converter (ADC)


• Resolusi

Resolusi dari sebuah converter menunjukkan banyaknya nilai diskrit yang


dapat dihasilkan pada skala tegangan tertentu. Resolusi biasanya dinyatakan
dalam bit (binary digit). Sebagai contoh, sebuah ADC yang yang
mengkodekan sebuah masukan analog menjadi salah satu dari 256 nilai diskrit
mempunyai resolusi 8 bit karena 2^8 = 256.
Resolusi dapat juga dinyatakan secara elektrik dan dinyatakan dalam satuan
volt. Resolusi tegangan dari sebuah ADC adalah sebanding dengan skala
pengukuran keseluruhan dibagi dengan banyaknya nilai diskrit. Contoh:
* Contoh 1
o Jangkauan pengukuran skala penuh = 0 sampai 10 volts
o Resolusi ADC adalah 12 bit: 2^12 = 4096 level kuantisasi
o Resolusi tegangan ADC adalah: (10-0)/4096 = 0.00244 volt = 2.44 mV
* Contoh 2
o Jangkauan pengukuran skala penuh = -10 sampai +10 volt
o Resolusi ADC adalah 14 bit: 2^14 = 16384 level kuantisasi
o Resolusi tegangan ADC adalah: [10-(-10)]/16384 = 20/16384 = 0.00122
volts = 1.22 mV

• Sampling Rate

Sinyal analog merupakan sinyal kontinyu dan perlu diubahnya menjadi sebuah
sinyal digital. Untuk itu perlu untuk menentukan saat/waktu dimana sebuah
nilai digital yang baru diambil dari sebuah sinyal analog. Saat dari
pengambilan nilai baru ini disebut dengan sampling rate atau frekuensi
sampling dari converter.
Karena secara praktis ADC tidak dapat membuat sebuah pengkonversian yang
terus menerus, nilai masukan harus ditahan tetap selama waktu tertentu yaitu
pada saat converter melakukan sebuah pengkonversian (atau disebut waktu
konversi). Sebuah rangkaian masukan yang disebut rangkaian sample and hold
melakukan tugasnya ( kebanyakan menggunakan kapasitor untuk menyimpan
tegangan analog pada masukan dan menggunakan sebuah sakelar elektrik atau
gate untuk memutuskan kapasitor dari masukan. Kebanyakan rangkaian ADC
sudah terintegrasi dengan subsistem sample and hold secara internal.

• Tipe Respons

 ADC Linear

Kebanyakan tipe-tipe ADC adalah linear. Maksud linear disini adalah


batas antara nilai input yang terhubung ke masing-masing nilai output
yang linear terhadap dengan nilai output. Misalnya nilai output k
digunakan untuk membatasi nilai input m(k+b) menjadi m(k+1+b)
dimana m dan b konstant. Nilai b biasanya 0 – 0.5. Saat b = 0, ADC
akan menjadi mid-rise. Dan ketika b = 0.5, ADC akan menjadi mid-
tread.

 ADC non-linear

Jika kemungkinan fungsi density sebuah sinyal diubah kedalam bentuk


digital itu selalu sama, lalu sinyal untuk rasio kebisingan relatif pada
jumlah kebisingan adalah kemungkinan yang terbaik. Karena
seringkali terjadi sinyal lewat melalui CDF(cumulative distibution
function)nya sendiri tanpa dikuatisasikan/dijumlahkan. Hal ini bagus
karena pembalikan CDF dibutuhkan dalam peng-kuantisasian ulang
agar mendapat resolusi yang lebih baik. Sebuah 8-bit A-law or the μ-
law logaritma ADC yang mencakupi dynamic-range yang lebar dan
mempunyai resolusi tinggi pada daerah amplitudo yang rendah sama
dengan kemampuan sebuah 12-bit ADC linear.

Prinsip ini sama pada compander yang digunakan di beberapa tape-


recorder dan sistem komunikasi lainnya yang berhubungan dengan
maksimalitas entropi.

• Akurasi

Sebuah ADC mempunyai beberapa sumber kesalahan. Kesalahan quantisasi


dan non-linearity adalah yang sering terjadi pada analog-digital converter
manapun. Ada juga yang disebut aperture error atau kesalahan celah yang
disebabkan oleh clock jitter dan clock revealed secara tiba-tiba ketika proses
pengubahan sinyal-waktu yang berbeda(nilai tidak konstant). Kesalahan-
kesalahan ini disebut LSB (least significant bit). Dalam contoh diatas, sebuah
ADC 8-bit, salah satu kesalahannya adalah 1/256 dari batas sinyal keseluruhan
atau sekitar 0.4%.

 Kesalahan Kuantitas

Ini disebabkan oleh terbatasnya resolusi dari sebuah ADC dan juga
ketidak-sempurnaan yang tak terhindarkan dari semua tipe-tipe ADC.
Contoh sederhana untuk ukuran kesalahan quantiti adalah antara nol
sampai setengah dari sebuah LSB.

 Non-linearity

Ini disebabkan oleh ketidak-sempurnaan fisik dari ADC yang


mengakibatkan penyimpangan output dari fungsi linearnya pada
inputnya. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan kalibrasi atau juda
dengan test. Parameter atau acuan yang penting dari linearitas adalah
intergral non-linearity (INL) atau differensial non-linearity (DNL).
Non-linearitas ini mengurangi batas dinamis dari sinyal yang dapat
didigitalkan oleh ADC, juga mengurangi keefektifan resolusi dari
sebuah ADC.

 Kesalahan Celah (aperture error)

ADC input frequency


(resolution
1 Hz 44.1 kHz 192 kHz 1 MHz 10 MHz 100 MHz 1 GHz
in bit)
8 1243 µs 28.2 ns 6.48 ns 1.24 ns 124 ps 12.4 ps 1.24 ps
10 311 µs 7.05 ns 1.62 ns 311 ps 31.1 ps 3.11 ps 0.31 ps
12 77.7 µs 1.76 ns 405 ps 77.7 ps 7.77 ps 0.78 ps 0.08 ps
14 19.4 µs 441 ps 101 ps 19.4 ps 1.94 ps 0.19 ps 0.02 ps
16 4.86 µs 110 ps 25.3 ps 4.86 ps 0.49 ps 0.05 ps –
18 1.21 µs 27.5 ps 6.32 ps 1.21 ps 0.12 ps – –
20 304 ns 6.88 ps 1.58 ps 0.16 ps – – –
24 19.0 ns 0.43 ps 0.10 ps – – – –
32 74.1 ps – – – – – –
Tabel diatas ini (salah satu contoh), tidak berguna apabila
menggunakan ADC 24-bit untuk sound recording jika tidak memiliki
ultra low jitter clock. Orang-orang harus memperhatikan hal ini
apabila ingin membeli sebuah ADC. Clock jitter disebabkan oleh fase
bunyi. Resolusi ADC-ADC dengan bandwith digitalisasi adalah antara
1 MHz dan 1 GHz dan dibatasi oleh jitter. Ketika sampling sinyal
audio sebesar 44.1 kHz, anti-aliansing filter akan menghapus semua
frekuensi diatas 22 kHz. Pada kasus ini,frekuensi input(bukan
frekuensi clock ADC) merupakan faktor yang ditentukan oleh
performance jitter.

• Waktu Konversi

Waktu yang dibutuhkan oleh ADC untuk mengubah tegangan menjadi


kombinasi bit disebut dengan waktu konversi (conversion time). Waktu
konversi ini pada konverter yang bekerja atas dasar prinsip pendekatan
bertingkat tidak gayut pada besarnya tegangan yang diukur.

• Spesifikasi ADC lainnya adalah Aliasing, Dither, Oversampling, Relative


speed and precision, dan the sliding scale principle. Penjelasannya dapat
dibaca pada situs Wikipedia.

4. Jenis-jenis Analog-Digital Converter (ADC)

 Integrating

Tipe Integrating menawarkan resolusi tertinggi dengan biaya terendah.


ADC tipe ini tidak dibutuhkan rangkaian sample hold. Tipe ini
memiliki kelemahan yaitu waktu konversi yang agak lama, biasanya
beberapa milidetik.

 Tracking
Tipe tracking menggunakan prinsip up down counter (pencacah naik
dan turun). Binary counter (pencacah biner) akan mendapat masukan
clock secara kontinyu dan hitungan akan bertambah atau berkurang
tergantung pada kontrol dari pencacah apakah sedang naik (up counter)
atau sedang turun (down counter). ADC tipe ini tidak menguntungkan
jika dipakai pada sistem yang memerlukan waktu konversi masukan
keluaran singkat, sekalipun pada bagian masukan pada tipe ini tidak
memerlukan rangkaian sample hold. ADC tipe ini sangat tergantung
pada kecepatan clock pencacah, semakin tinggi nilai clock yang
digunakan, maka proses konversi akan semakin singkat.

 Flash/Parallel

Tipe ini dapat menunjukkan konversi secara lengkap pada kecepatan


100 MHz dengan rangkaian kerja yang sederhana. Sederetan tahanan
mengatur masukan inverting dari tiap-tiap konverter menuju tegangan
yang lebih tinggi dari konverter sebelumnya, jadi untuk tegangan
masukan Vin, dengan full scale range, komparator dengan bias
dibawah Vin akan mempunyai keluaran rendah. Keluaran komparator
ini tidak dalam bentuk biner murni. Suatu dekoder dibutuhkan untuk
membentuk suatu keluaran yang biner. Beberapa komparator
berkecepatan tinggi, dengan waktu tunda (delay) kurang dari 6 ms
banyak digunakan, karena itu dihasilkan kecepatan konversi yang
sangat tinggi. Jumlah komparator yang dibutuhkan untuk suatu
konversi n bit adalah 2^n – 1.

 Successive Aprroximation Register

Tipe successive approximation merupakan suatu konverter yang paling


sering ditemui dalam desain perangkat keras yang menggunakan ADC.
Tipe ini memiliki kecepatan konversi yang cukup tinggi, meskipun dari
segi harga relatif mahal. Prinsip kerja konverter tipe ini adalah, dengan
membangkitkan pertanyaan-pertanyaan yang pada intinya berupa
tebakan nilai digital terhadap nilai tegangan analog yang
dikonversikan. Apabila resolusi ADC tipe ini adalah 2^n maka
diperlukan maksimal n kali tebakan.

Beberapa parameter yang menentukan mutu sebuah ADC, yaitu:


kesalahan kuantisasi, ketidaklineran, kode tidak lengkap (hilang) dan
waktu konversi. Resolusi suatu konverter A/D, yang dinyatakan
dengan bit, menunjukkan tingkat ketelitian konverter A/D di dalam
mengubah sinyal analog ke digital. Semakin banyak bitnya, maka
semakin peka konverter A/D tersebut terhadap perubahan masukan
analognya. Misalnya untuk konverter A/D 8 bit dengan jangkauan
masukan 10 Volt, tegangan terkecil yang dapat dibedakan adalah
10/256 = 39.0625 mV, sedangkan pada konverter A/D 12 bit adalah
10/4096 = 2.44 mV.

You might also like