You are on page 1of 12

PENGARUH PERSONAL REFERENCE, THOUGHT AND FEELING

TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI


SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN X

THE INFLUENCE OF PERSONAL REFERENCE, THOUGHT


AND FEELING ON REPRODUCTIVE HEALTH IN FEMALE STUDENTS X
ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Amanda Nazira, Shrimarti Rukmini Devy


Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya
email: amandanazira1994@gmail.com

Abstract: There are still many reproductive health problems in Indonesia which require attention from
all parties. The reproductive health problems are caused by the lack of knowledge, comprehension and
low responsibility among adolescents along with the limited access to the information of reproductive
organs and functions. Therefore, personal hygiene in term of proper treatment for the reproductive
organs is needed to decrease the problem of infectious diseases on reproductive organs. This study was
conducted to examine the effect of personal reference, thought and feeling with behavioral treatments
of reproductive organs among female students at X Islamic Boarding School, Jombang. This study
employed observational design since the data collection was obtained without treatment of the sample
as well as using cross sectional study design to the 45 respondents. The respondents were drawn from a
population based on the simple random sampling method. The results of logistic regression test indicated
that the factors which influence behavioral treatments on reproductive organs among female students
are the respondents knowledge (p = 0,029; OR = 0,165), attitude (p = 0,009; OR = 0,113) and personal
reference (p = 0,049; OR = 0,199). The personal reference was the most influent factor among female
students in conducting behavioral treatment of their reproductive organs at X Islamic Boarding School,
Jombang.

Keywords: female students, Islamic boarding school, personal reference, reproductive health, thought
and feeling.

Abstrak: Kurangnya pengetahuan, pemahaman dan tanggung jawab remaja rendah serta, akses untuk
mendapatkan informasi mengenai organ dan fungsi reproduksi tidak mudah untuk didapatkan. Oleh
sebab itu, perlunya hygiene personal dalam hal ini melakukan perilaku perawatan organ reproduksi
yang baik dan benar untuk mengurangi masalah penyakit infeksi di sekitar organ reproduksi. Penelitian
ini dilakukan untuk melihat pengaruh antara personal reference, thought and feeling dengan perilaku
perawatan organ reproduksi pada santri putri di Pondok Pesantren X Kabupaten Jombang. Rancangan
observasional digunakan dalam penelitian ini karena pengumpulan data didapatkan tanpa adanya
perlakuan terhadap sampel yang diteliti, dengan menggunakan desain studi cross sectional kepada 45
responden. Responden diambil dari populasi berdasarkan dengan metode simple random sampling.
Hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa faktor yang berpengaruh adalah pengetahuan santri putri (p
= 0,029; OR = 0,165), sikap (p = 0,009; OR = 0,113) dan personal reference (p = 0,049; OR = 0,199)
terhadap perilaku perawatan organ reproduksi pada santri putri di Pondok Pesantren X Kabupaten
Jombang. Faktor yang paling berpengaruh pada penelitian ini adalah personal reference yang dimiliki
oleh santri putri, terhadap perilaku perawatan organ reproduksi pada santri putri di Pondok Pesantren
X Kabupaten Jombang.

Kata kunci: kesehatan reproduksi, personal reference, pondok pesantren, santri putri, thought and
feeling.

PENDAHULUAN pihak. Penyebabnya karena rendahnya


Di negara Indonesia masih banyak pengetahuan, pemahaman dan tanggung
masalah mengenai kesehatan reproduksi jawab remaja yang buruk. Selain itu, akses
yang memerlukan perhatian semua untuk mendapatkan informasi yang benar

229
Amanda N. dan Shrimarti R. D., Pengaruh Personal Reference, Thought and… 230

mengenai fungsi dan organ reproduksi Suatu penelitian menyebutkan bahwa


sangat sulit didapatkan. dari 43,3 juta jiwa remaja perempuan yang
Definisi sehat yang dikemukakan oleh berusia 15–24 tahun berperilaku tidak
WHO (2004), yaitu suatu keadaan sehat sehat, seperti disaat mengalami menstruasi
jasmani, rohani dan sosial yang merupakan mengganti pembalut harus menunggu
aspek positif dan tidak hanya bebas dari sampai penuh (Maghfiroh, 2010). Hal
penyakit atau kecacatan yang merupakan tersebut membuktikan bahwa pengetahuan
aspek negatif. Menurut Fauzi (2008), kesehatan reproduksi remaja yang masih
kesehatan reproduksi diartikan sebagai kurang dan perilaku personal hygiene
suatu kondisi sehat yang menyangkut yang buruk. Akibat dari perilaku personal
sistem reproduksi (fungsi, komponen hygiene yang buruk dapat menyebabkan
serta proses) yang dimiliki remaja baik permasalahan keputihan yang merupakan
secara mental, fisik dan sosial. Kesehatan gejala awal dari adanya kanker serviks
reproduksi remaja menjadi isu penting (Manuaba, 2009).
dalam Millenium Development Goals Terdapat fakta bahwa perempuan
(MDGs) dan International Conference of memiliki risiko untuk terkena infeksi HPV.
Population and Development (ICPD) di Selain disebabkan oleh HPV, kanker serviks
Kairo tahun 1994, Delegasi dari 176 negara juga dapat ditimbulkan karena personal
termasuk negara Indonesia menghasilkan hygiene (kebersihan diri) yang kurang baik
kesepakatan membentuk komisi kesehatan pada perawatan organ reproduksi. Diantara
reproduksi. Hal tersebut menjadikan semua jenis personal hygiene, genetalia
kesehatan reproduksi remaja sebagai salah merupakan organ reproduksi wanita yang
satu program Negara (BKKBN, 2010). harus dijaga kebersihannya. Jika tidak dijaga
Penyelenggaraan Kesehatan Reproduksi dengan baik dapat menimbulkan beberapa
Remaja (KRR) diatur dalam Keputusan penyakit infeksi pada organ reproduksi.
Gubernur Jawa Timur Nomor 188/162/ Salah satunya keputihan yang dampaknya
KPTS/013/2014. sebagian besar dapat mengakibatkan gatal-
Permasalahan kesehatan reproduksi gatal disekitar alat kelamin, bau tidak sedap
termasuk terjadinya keputihan pada organ serta dapat terjadi infeksi yang memicu
genetalia wanita harus diwaspadai, karena terjadinya kanker serviks (Bobak, 2004).
dapat menyebabkan gejala awal dari adanya Personal hygiene adalah usaha
kanker serviks (Bobak, 2004). Diseluruh individu dalam menjaga kebersihan diri
dunia terdapat sekitar 2,2 juta penderita dalam rangka pencegahan penyakit (Poetri,
kanker serviks, secara nasional menurut 2011). Sama halnya dengan para santri
Pusat Data dan Informasi Kementerian putri yang tinggal di pondok pesantren.
Kesehatan RI prevalensi penyakit kanker Qomar (2007), berpendapat bahwa pondok
pada penduduk semua umur di Indonesia pesantren merupakan tempat tinggal
tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan dan berkumpulnya para santri dalam
347.792 orang. Berdasarkan estimasi jumlah menerima pelajaran-pelajaran agama Islam.
penderita kanker, Provinsi Jawa Timur dan Diharapkan para santri dan para pemimpin
Jawa Tengah merupakan Provinsi dengan serta pengelola pondok pesantren tidak
estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu saja mahir dalam aspek pembangunan
sekitar 68.638 dan 61.230 orang. Penyakit moral dan spiritual, dengan intelektual
kanker serviks merupakan penyakit kanker yang bernuansa agamis. Namun dapat pula
dengan prevalensi tertinggi di Indonesia menjadi motivator dan innovator dalam
pada tahun 2013. Di Indonesia setiap pembangunan kesehatan. Santri di pondok
tahunnya 8.000 perempuan meninggal dunia pesantren merupakan subjek penting dalam
karena menderita kanker serviks. Seringkali permasalahan kesehatan terutama dalam
kanker serviks menyerang dan membunuh personal hygiene para santri putri terhadap
perempuan pada usia produktif, yakni pada perawatan organ reproduksinya.
rentang usia 30–50 tahun, namun dapat Definisi remaja adalah seseorang
muncul pula pada perempuan dengan usia calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang
yang lebih muda (Nurrana, 2001). akan membentuk keluarga (BKKBN,
231 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 229–240

2010). Menurut Soeparmanto (2001), menalarkan perilaku personal hygiene yang


dalam BKKBN (2010), pengetahuan dan baik, karena kurangnya pengetahuan untuk
perilaku reproduksi remaja saat ini akan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
mempengaruhi dan berdampak pada yang berakibat pada personal hygiene yang
generasi penerus bangsa. Berdasarkan data buruk (Poetri, 2011).
penelitian yang dilakukan Listiawan (2013), Selain itu, faktor personal reference
dilaporkan bahwa pelayanan kesehatan di di lingkungan pondok pesantren terkait
pondok pesantren, mengalami peningkatan perilaku perawatan organ reproduksi,
prevalensi kejadian keputihan pada remaja sangat berpengaruh pada perilaku santri
putri di pondok pesantren. putri dalam melakukan perawatan organ
Perubahan yang terjadi pada hormon reproduksinya. Hal ini sesuai dengan teori
reproduksi menyebabkan remaja putri rentan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
mengalami keputihan (Winkjosastro, 2005). (2007), perilaku seseorang lebih banyak
Masalah kesehatan reproduksi remaja sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap
variatif dan dapat menimbulkan beberapa penting. Apabila seseorang tersebut penting
penyakit infeksi seperti candidiasis, baginya, maka apa yang dikatakan ataupun
vaginosis bacterial, dermatitis serta perbuatan orang tersebut cenderung untuk
adanya gejala infeksi organ reproduksi dicontoh. Komponen lain dari pondok
wanita, yaitu terjadinya keputihan (flour pesantren yang terpenting adalah keberadaan
albus). Penyakit infeksi di sekitar organ ustadzah dan kakak tingkat dari santri
reproduksi banyak menyerang remaja putri putri. Hal ini berarti keberadaan ustadzah
apalagi didukung dengan perilaku perawatan dan kakak tingkat merupakan salah satu
organ reproduksi yang buruk di pondok panutan yang ada di pondok pesantren,
pesantren. Hal ini menjadikan santri putri yang bisa dijadikan kelompok referensi
rentan mengalami permasalahan tersebut. dalam melakukan perilaku perawatan organ
Dengan adanya permasalahan mengenai reproduksi. Kelompok referensi menurut
kesehatan reproduksi maka harus di lakukan Green (1980), yang dikutip dari Maulana
pencegahan terutama di pondok pesantren. (2013), merupakan salah satu faktor
Salah satu pencegahannya yaitu dengan yang mendorong adanya suatu perilaku.
menjaga dan melakukan pemeliharaan Sedangkan menurut Notoatmodjo (2014),
kebersihan diri organ reproduksi pada agar terwujudnya suatu sikap menjadi suatu
santri putri. Berdasarkan studi pendahuluan perilaku nyata diperlukan faktor pendukung
yang dilakukan kepada dua santri putri, yang lain. Faktor tersebut berupa fasilitas
pada kenyataannya sebagian besar santri dan dukungan dari pihak lain dalam hal ini
putri di pondok pesantren masih melakukan yaitu personal reference di suatu lingkungan
perilaku yang kurang benar. Salah satunya tempat tinggal.
apabila sedang menstruasi jarang mengganti Berdasarkan studi pendahuluan
pembalut, cara membersihkan organ kelamin didapatkan bahwa persebaran penyakit
(vagina) yang salah dan tidak mencuci pada santri putri di pondok pesantren,
celana dalam dengan bersih. lebih mudah melalui kontak fisik, peralatan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pribadi (pemakaian handuk, celana dalam
Rossa (2011), permasalahan penting yang di pakai secara bersamaan) dan
mengenai hygiene personal seperti melalui udara. Hal tersebut menunjukkan
keputihan yang menimbulkan dampak apabila terdapat salah seorang santri putri
gatal-gatal disekitar kemaluan, bau tidak yang memiliki penyakit, maka penularannya
sedap dan mengeluarkan cairan bening yang akan lebih cepat menyebar ke santri putri
berlendir bagi para santri putri. Berdasarkan yang lainnya. Menurut data Pusat Kesehatan
informasi dan data yang diuraikan diatas, Pesantren Tebuireng Jombang Tahun 2014
menunjukkan bahwa para santri putri dan 2015 terdapat tiga penyakit teratas yang
belum memiliki kebiasaan yang baik dalam menjadi penyakit yang sering dialami oleh
kehidupan sehari-hari di pondok pesantren santri putri.
yang sesuai dengan syarat kesehatan. Scabies dan candidiasis merupakan
Serta belum memiliki kemampuan untuk penyakit yang masih dialami oleh santri
Amanda N. dan Shrimarti R. D., Pengaruh Personal Reference, Thought and… 232

Gambar 1. Distribusi Penyakit Yang Sering menunjukkan 75% wanita di dunia pasti
Diderita Santri Tahun 2014- menderita keputihan paling tidak sekali
2015. seumur hidup dan 45% di antaranya bisa
mengalaminya sejumlah dua kali atau lebih.
50.00% Berdasarkan data Badan Kependudukan dan
40.00% Keluarga Berencana BKKBN (2010), untuk
30.00%
20.00%
wanita Indonesia yang mengalami keputihan
10.00% sekitar 75%. Hal ini disebabkan karena di
0.00% negara Indonesia memiliki kelembaban
Scabie Candid udara yang cukup tinggi (Octaviyanti,
ISPA
s iasis
2006). Penyebab keputihan patologis yang
2014 42.30% 5.60% 5.50% paling banyak adalah Bacterial Vaginosis
2015 32.50% 4.42% 0.49% yaitu sebesar 40%–50% kasus infeksi vagina
Sumber: Rekam Medis Pusat Kesehatan Pondok (Endang, 2007).
Pesantren Tebuireng Jombang, Tahun 2014– Pada umumnya wanita di Indonesia
2015. termasuk remaja putri tidak tahu mengenai
keputihan sehingga mereka menganggap
keputihan sebagai hal yang umum dan sepele
meskipun jumlahnya mengalami penurunan (Manuaba, 2009). Hal itu karena rendahnya
dua tahun terakhir. Sedangkan penyakit pengetahuan dan personal hygiene yang
candidiasis merupakan penyakit yang kurang baik mengenai kesehatan reproduksi.
selalu ada peningkatan setiap tahunnya Akibat dari keputihan ini sangat fatal,
sehingga sangat memerlukan pencegahan. apabila terlambat dalam menanganinya
Untuk santri putri apabila terdapat jamur akan mengakibatkan kemandulan dan hamil
dan gatal-gatal di daerah vagina merupakan di luar kandungan. Keputihan merupakan
gejala akan timbulnya keputihan (fluor gejala awal dari kanker leher rahim yang
albus), candidiasis dan trikomonas, serta bisa berujung pada kematian (Sugi, 2009).
merupakan dampak dari perilaku perawatan Penyebab terjadinya keputihan antara lain,
organ reproduksi yang buruk (Manuaba, karena infeksi pada organ genetalia, adanya
2009). benda asing, misalnya alat kontrasepsi dalam
Menurut Winkjosastro (1994), rahim, penyakit kanker serviks, stress dan
menyatakan bahwa keputihan atau fluor perilaku personal hygiene yang kurang baik
albus yaitu cairan yang dikeluarkan oleh (Manuaba, 2009).
vagina yang bukan berupa cairan darah. Pondok pesantren yang ada di Indonesia
Terdapat 2 macam keputihan yaitu, berjumlah 14.798, terdiri dari 3.184 (21,5%)
keputihan normal (fisiologis) dan keputihan pondok pesantren salafi/salafiah (tradisional),
abnormal (patologis). Keputihan normal 4.582 (31,0%) pondok pesantren khlafi/
terlihat bening, tidak berbau dan muncul khalafiah (modern), dan pondok pesantren
beberapa saat setelah menstruasi (12- terpadu/kombinasi sejumlah 7.032
14 hari setelah menstruasi) dan juga saat (47,0%), dengan jumlah santri sejumlah
kondisi terangsang serta kelelahan atau saat 3.464.334 orang, menurut (Education
mengalami stress. Angka prevalensi infeksi Management Information System/EMIS,
vagina yang dialami wanita diakibatkan Depag, 2004/2005 dalam Depkes RI, 2007).
oleh bakteri candidiasis 52,8%, vaginitis Kabupaten Jombang terletak di bagian
38% serta trikomonas 3,7%. Keputihan yang tengah Provinsi Jawa Timur. Memiliki luas
dialami oleh wanita merupakan suatu gejala wilayah 1.159,50 km, serta penduduknya
dari penyakit organ reproduksi (Departemen berjumlah 1.201.557 jiwa (tahun 2010).
Kesehatan RI, 2008). Jombang merupakan kota yang memiliki
Keputihan (fluor albus) menyerang sebutan kota santri, karena di kota Jombang
sekitar 50% populasi perempuan dan banyak terdapat pondok pesantren (59
mengenai hampir pada semua umur. Data Pesantren) dan lembaga pendidikan berbasis
penelitian yang dilakukan Putu (2009), Islam di wilayahnya, baik pondok pesantren
tentang kesehatan reproduksi wanita tradisional maupun pondok pesantren
233 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 229–240

modern dengan peningkatan jumlah santri penelitian yang dilakukan. Serta data
setiap tahunnya. Setidaknya, terdapat empat yang diperoleh dari Pondok Pesantren X,
pondok pesantren besar yang berdiri di kota Puskesmas Cukir, Pos Kesehatan Pesantren
ini yaitu Darul ‘Ulum di Rejoso Peterongan, Tebuireng dan dari penelitian sebelumnya.
Tebuireng di Diwek, Bahrul ‘Ulum di Sebelum melakukan penelitian untuk terjun
Tambakberas, dan Mamba’ul Ma’arif di secara langsung di lapangan, penelitian
Denanyar. ini telah lolos uji etik pada komisi etik di
Berdasarkan permasalahan yang Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
ada di pondok pesantren, pembuatan Airlangga.
artikel ini bertujuan untuk mengetahui Variabel independent dalam penelitian
pengaruh personal reference, thought ini adalah personal reference, thought and
and feeling terhadap perilaku perawatan feeling. Dalam hal ini dibagi lagi menjadi
organ reproduksi pada santri putri. Hal tiga variabel yaitu (pengetahuan, sikap
ini dilakukan untuk mencegah serta dan kepercayaan) santri putri di Pondok
meminimalisir beberapa penyakit infeksi Pesantren X di Kabupaten Jombang.
pada organ reproduksi wanita. Salah satunya Variabel dependent dalam penelitian ini
seperti candidiasis, dermatitis dan keputihan yaitu perilaku perawatan organ reproduksi
yang dialami oleh santri putri Pondok pada santri putri.
Pesantren X di Kabupaten Jombang. Setelah data terkumpul kemudian
data diolah melalui beberapa tahapan
yaitu sebagai berikut: editing data, koding
METODE PENELITIAN
data, entry data dan yang terakhir adalah
Jenis metode penelitian yang digunakan tabulasi silang (Notoatmodjo, 2010).
dalam penelitian ini adalah kuantitatif, Analisis data yang akan dijadikan acuan
dengan menggunakan instrumen kuesioner pembuatan artikel ini menggunakan uji
yang diberikan kepada responden. Penelitian regresi logistik. Hal tersebut bertujuan
ini menggunakan metode sampel yang untuk mengetahui pengaruh antara
dipilih dari populasi tanpa memperhatikan personal reference, pengetahuan, sikap dan
adanya strata yang ada atau bisa disebut kepercayaan terhadap perilaku perawatan
dengan metode sample random sampling. organ reproduksi pada santri putri di Pondok
Pengambilan data dilakukan dengan Pesantren X Kabupaten Jombang.
menggunakan pendekatan cross sectional.
Jumlah populasi secara keseluruhan
HASIL PENELITIAN
dalam penelitian ini berjumlah 80 orang.
Sampel menggunakan 45 santri putri. Pondok Pesantren Putri X merupakan
Tempat penelitian berada di Pondok pondok pesantren yang berada di bawah
Pesantren X di Kabupaten Jombang. naungan yayasan Al-Anwar. Letak dari
Responden berusia 13 dan 14 tahun. Pondok Pesantren X tidak jauh dari pusat
Metode pengumpulan data pada penelitian kota Kabupaten Jombang kurang lebih hanya
ini dibedakan menjadi dua, yaitu data berjarak 6 km. Pendidikan dan kegiatan di
primer dan data sekunder. Data primer Pondok Pesantren X terdiri dari kegiatan
pada pembuatan artikel ini, menggunakan harian, mingguan, bulanan dan tahunan
kuesioner dan melakukan indepth interview yang masih terus dilakukan sampai detik ini.
kepada dua orang santri putri di Pondok Supaya dapat menerapkan kedisiplinan dan
Pesantren X, dua orang petugas pelayanan dapat menciptakan moral serta pendidikan
kesehatan di Puskesmas wilayah kerja agama Islam yang baik pada santri putri di
pondok pesantren tersebut. Serta observasi pondok pesantren.
lapangan pada saat melakukan pengumpulan Karakteristik responden yang ada
data awal di Pondok Pesantren X dan di di dalam penelitian ini dapat diketahui
Puskesmas tersebut. melalui distribusi usia responden yang
Data sekunder dalam pembuatan artikel dikelompokkan menjadi dua kelompok,
ini didapatkan dari literatur, artikel, jurnal, yaitu 13 dan 14 tahun. Usia remaja awal
situs di internet yang berkenaan dengan lebih banyak pada rentang umur yang masih
Amanda N. dan Shrimarti R. D., Pengaruh Personal Reference, Thought and… 234

muda. Hal ini berarti dibutuhkan adanya adalah objek kesehatan). Berikut ini akan
suatu pendidikan kesehatan atau penyuluhan dijelaskan satu persatu mengenai setiap
mengenai permasalahan kesehatan. variabel yang ada di dalam Thoughts and
Supaya para remaja dalam hal ini santri Feeling. Pengetahuan responden mengenai
putri di pondok pesantren yang memasuki perawatan organ reproduksi di Pondok
masa pubertas awal dapat mempunyai Pesantren X Kabupaten Jombang diukur
pengetahuan dan dapat menalarkan dengan beberapa pernyataan. Diantaranya
perawatan organ reproduksi, sehingga terkait dengan hal-hal yang seharusnya
dapat melakukan perilaku perawatan organ dilakukan untuk menjaga kebersihan
reproduksi dengan baik. organ reproduksi sehari-hari maupun pada
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui saat menstruasi di Pondok Pesantren X
bahwa santri putri di dalam pondok Kabupaten Jombang.
pesantren lebih banyak yang berusia 13 Terdapat pernyataan yang ada pada
tahun, dengan persentase terbesar yaitu kuesioner dengan tipe jawaban benar dan
sejumlah 62,2% atau sebanyak 28 santri salah. Hal ini akan memudahkan responden
putri. Rata-rata umur santri putri yang dalam menjawab pernyataan tersebut. Tabel
menjadi responden adalah 13 tahun. Hal 2 menunjukkan bahwa responden yang
ini berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa, memiliki pengetahuan tentang perilaku
santri putri yang menjadi responden paling perawatan organ reproduksi, sebagian besar
banyak dalam penelitian ini yaitu berusia berada dalam kategori baik dengan jumlah
13 tahun. 27 orang. Responden yang sudah melakukan
Berdasarkan data primer tentang lama perawatan organ reproduksi sejumlah 20
tinggal responden di Pondok Pesantren orang (44,4%) dan yang belum melakukan
Putri X Kabupaten Jombang tahun 2016. perilaku perawatan organ reproduksi
Diperoleh data pada tabel 1 menunjukkan sejumlah 7 orang (15,6%). Responden yang
bahwa sejumlah 25 responden 55,6% memiliki pengetahuan dengan kategori
mengaku telah tinggal di pondok pesantren buruk sejumlah 18 orang. Sedangkan
selama 1 tahun. Hal tersebut menunjukkan responden yang belum melakukan perilaku
bahwa mayoritas santri putri yang menjadi perawatan organ reproduksi sejumlah
responden dalam penelitian ini, adalah santri 13 orang (28,9%), dan responden yang
putri yang tinggal di Pondok Pesantren X sudah melakukan perilaku perawatan
selama 1 tahun yaitu sejumlah 25 responden, organ reproduksi 5 orang (11,1%). Hal
dengan rata-rata umum 1,4 tahun yang tersebut menunjukkan bahwa, responden
memiliki standart deviasi 0,5. yang memiliki pengetahuan buruk tidak
Pemahaman dan pertimbangan melakukan perilaku perawatan organ
(Thoughts and Feeling) di dalam artikel reproduksi dengan baik dari pada responden
ini mengacu pada teori WHO. Teori yang memiliki pengetahuan baik.
tersebut menjelaskan bahwa thoughts and Tabel 2 menunjukkan bahwa responden
feeling dibagi dalam tiga bentuk. Terdiri yang memiliki sikap baik terhadap perilaku
dari pengetahuan, sikap dan kepercayaan perawatan organ reproduksi sejumlah 25
seseorang terhadap objek (dalam hal ini orang. Responden yang sudah melakukan
perilaku perawatan organ reproduksi
sejumlah 19 orang (42,2%) dan yang belum
Tabel 1. Karakteristik Individu Responden melakukan perawatan organ reproduksi
di Pondok Pesantren X Tahun sejumlah 6 orang (13,3%). Responden yang
2016 memiliki sikap buruk terhadap perilaku
perawatan organ reproduksi sejumlah 20
Usia Responden N %
orang. Kategori responden dengan status
13 Tahun 28 62,2%
tidak melakukan perilaku perawatan organ
14 Tahun 17 37,8%
reproduksi sejumlah 14 orang (31,1%) dan
Lama Tinggal N % yang sudah melakukan perawatan organ
1 Tahun 25 55,6% reproduksi sejumlah 6 orang (13,3%). Hal
2 Tahun 20 44,4% ini menunjukkan bahwa, responden yang
235 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 229–240

Tabel 2. Tabulasi Silang antara Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan dan Personal Reference
Santri Putri dengan Perawatan Organ Reproduksi di Pondok Pesantren Putri X
Perilaku Perawatan Total
Pengetahuan Tidak Ya
N % N % N %
Buruk 13 28,9 5 11,1 18 40
Baik 7 15,6 20 44,4 27 60
Total 20 55,5 25 44,5 45 100
Sikap
Buruk 14 31,1 6 13,3 20 44,4
Baik 6 13,3 19 42,2 25 55,6
Total 25 44,4 20 55,5 45 100
Kepercayaan
Tidak Percaya 10 22,2 13 28,9 23 51,1
Percaya 10 22,2 12 26,7 22 48,9
Total 20 44,4 25 55,6 45 100
Personal Reference
Tidak Ada 13 28,9 6 13,3 19 42,2
Ada 7 15,6 19 42,2 26 57,8
Total 20 44,4 25 55,6 45 100

memiliki sikap buruk tidak melakukan Berdasarkan tabel 2 menunjukkan


perilaku perawatan organ reproduksi dengan bahwa, responden yang memiliki personal
baik dari pada responden yang memiliki reference terhadap perilaku perawatan
sikap baik dalam melakukan perilaku organ reproduksi sejumlah 26 orang
perawatan organ reproduksi. (yang dijadikan panutan oleh santri putri
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan yaitu ustadzah, kakak tingkat dan teman
bahwa, responden yang tidak percaya jika sebaya). Responden yang sudah melakukan
perawatan organ reproduksi dapat membuat perawatan organ reproduksi sejumlah 19
organ reproduksi menjadi sehat sejumlah 23 orang (42,2%) dan yang belum melakukan
orang. Responden yang belum melakukan perilaku perawatan organ reproduksi
perilaku perawatan organ reproduksi sejumlah 7 orang (15,6%). Responden yang
sejumlah 10 orang (22,2%) dan responden tidak memiliki personal reference terhadap
yang sudah melakukan perawatan organ perilaku perawatan organ reproduksi
reproduksi sejumlah 13 orang (28,9%). sejumlah 19 orang. Kategori responden yang
Responden yang memiliki kepercayaan belum melakukan perilaku perawatan organ
positif terhadap perawatan organ reproduksi reproduksi sejumlah 13 orang (28,9%) dan
sejumlah 22 orang. Kategori responden yang sudah melakukan perilaku perawatan
dengan status belum melakukan perawatan organ reproduksi sejumlah 6 orang (13,3%).
organ reproduksi sejumlah 10 orang Hal tersebut menunjukkan bahwa, responden
(22,2%) dan sudah melakukan perawatan yang tidak memiliki personal reference
organ reproduksi 12 orang (26,7%). Hal tidak melakukan perilaku perawatan dengan
ini menunjukkan bahwa, responden dengan baik, dari pada responden yang memiliki
kepercayaan yang baik maupun responden personal reference di pondok pesantren
dengan kepercayaan yang buruk, keduanya dalam melakukan perilaku perawatan organ
sama-sama memiliki posisi seimbang reproduksi.
dalam melakukan perilaku perawatan organ Uji regresi logistik digunakan untuk
reproduksi yang baik. mengetahui faktor yang mempengaruhi
Amanda N. dan Shrimarti R. D., Pengaruh Personal Reference, Thought and… 236

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Logistik yang dijadikan panutan dalam melakukan
perilaku perawatan organ reproduksi.
Variabel Nilai p Exp(B) B Berdasarkan hasil analisis regresi
Pengetahuan 0,029 0,165 -1,803 logistik multivariabel, didapatkan nilai B
Sikap 0,009 0,113 -2,181 yang terbesar yaitu personal reference,
Personal atau orang yang menurut responden dapat
0,049 0,199 -1,613 menjadi acuan dan panutan terhadap
Reference
Konstanta 0,001 15,132 2,717 perilaku perawatan organ reproduksi di
pondok pesantren yaitu sebesar -1,613.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa personal
perilaku perawatan organ reproduksi pada reference merupakan variabel yang paling
santri putri di Pondok Pesantren X. Hasil uji berpengaruh terhadap perilaku perawatan
regresi logistik multivariabel berdasarkan organ reproduksi pada santri putri di Pondok
variabel dependent dengan variabel Pesantren X Kabupaten Jombang.
independent dapat dilihat pada tabel 3 di
bawah ini. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa PEMBAHASAN
ada pengaruh antara variabel pengetahuan,
sikap dan personal reference responden Hasil dalam artikel ini menjelaskan,
terhadap perilaku perawatan organ bahwa responden yang menjadi populasi
reproduksi. penelitian sebanyak 45 santri putri yang
Variabel dependent yang diujikan yaitu harus dijadikan sampel. Responden
perilaku santri putri dalam melakukan dalam penelitian ini adalah santri putri
perilaku perawatan organ reproduksi. Hasil yang berusia 13 dan 14 tahun. Distribusi
analisis regresi logistik multivariabel pada responden yang paling banyak berusia 13
variabel pengetahuan responden didapatkan tahun yang tergolong pada usia remaja
bahwa nilai signifikan sebesar 0,029. Hal dalam keadaan transisi. Responden tersebut
ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan memiliki kecenderungan sikap yang acuh
responden dengan kategori baik memiliki terhadap lingkungan dan dirinya sendiri,
risiko 0,165 berperilaku melakukan terutama dalam menjaga dan merawat organ
perawatan organ reproduksi, dari pada reproduksinya yang dapat mempertinggi
responden dengan kategori berpengetahuan risiko terkena penyakit. Penyakit tersebut
buruk. Hasil analisis regresi logistik disebabkan karena kurangnya perawatan
multivariabel pada variabel sikap responden organ reproduksi, misalnya penyakit
didapatkan bahwa nilai signifikan sebesar candidiasis dan keputihan. Hal tersebut
0,009. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sejalan dengan pendapat dari Departemen
responden dengan sikap baik terhadap Kesehatan (2009), bahwa usia tersebut
perawatan organ reproduksi memberikan berada pada rentang usia remaja awal yaitu
risiko untuk melakukan perilaku perawatan umur 12-16 tahun.
organ reproduksi sebesar 0,113 dari pada Penelitian dari Listiawan (2013),
responden yang memiliki sikap buruk. menyatakan bahwa berdasarkan data
Hasil analisis regresi logistik yang dilaporkan pelayanan kesehatan di
multivariabel pada variabel personal pondok pesantren, mengalami peningkatan
reference didapatkan bahwa nilai signifikan prevalensi kejadian keputihan pada remaja
sebesar 0,049. Hal ini dapat disimpulkan putri. Lama tinggal responden di pondok
bahwa, responden yang memiliki personal pesantren berdasarkan hasil penelitian
reference atau terdapat seseorang yang menunjukkan bahwa, paling banyak santri
menjadi panutan di pondok pesantren putri yang tinggal di pondok pesantren
terhadap perawatan organ reproduksi, selama 1 tahun yaitu sebanyak 25 orang.
akan memberikan risiko responden Lama tinggal santri putri terhitung sejak
dalam melakukan perilaku perawatan santri putri tersebut tinggal di asrama
organ reproduksi sebesar 0,199 dari pada sampai penelitian dilakukan. Semakin lama
responden yang tidak memiliki personal seseorang tinggal di dalam suatu komunitas
reference, atau tidak memiliki seseorang yang didalamnya terdapat prevalensi infeksi
237 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 229–240

organ reproduksi dan penyakit kulit yang reproduksi eksternal wanita maka akan
cukup tinggi, maka risiko untuk tertular bersikap baik juga dalam merawatnya.
akan semakin tinggi. Penelitian Rahardian Hal ini sesuai dengan teori yang
(2008), menyatakan bahwa lama tinggal dikemukakan oleh Wijayanti (2009), bahwa
santri putri di pondok pesantren akan semakin tinggi pengetahuan seseorang maka
berkaitan dengan terjadinya penyakit kulit semakin memahami terhadap kesehatan
dan gatal-gatal. Hal ini disebabkan karena organ reproduksi, sehingga remaja tersebut
adanya kontak fisik yang cukup lama antara akan melakukan perawatan organ reproduksi
santri putri yang sehat dengan santri putri yang baik pula. Menurut Notoatmodjo
yang mengalami penyakit kulit dan gatal- (2007), perilaku akan bersifat langgeng
gatal, yang disebabkan karena kurangnya apabila didasari oleh pengetahuan dan
melakukan perilaku perawatan organ kesadaran sikap yang positif.
reproduksi. Sejalan dengan pernyataan Sikap responden berdasarkan hasil
Suhelmi (2007), bahwa penyakit yang masih penelitian di Pondok Pesantren X Kabupaten
banyak terjadi di pondok pesantren yaitu Jombang, didapatkan bahwa sikap santri
penyakit kulit. putri terhadap perilaku perawatan organ
Menurut Departemen Kesehatan (2008), reproduksi sebagian besar berada pada
penyakit kulit dan gatal-gatal tersebut kategori baik. Hasil uji regresi logistik
didukung dengan adanya perilaku perawatan membuktikan bahwa, variabel sikap
organ reproduksi serta perilaku yang tidak responden berpengaruh secara signifikan
sehat lainnya. Seperti mengantung pakaian terhadap perilaku perawatan organ
di kamar dan di jendela serta di ventilasi reproduksi pada santri putri. Hal ini sejalan
kamar, tidak memperbolehkan pakaian santri dengan penelitian yang dilakukan oleh
putri dijemur di bawah terik sinar matahari Purnamasari (2015), bahwa sikap santriwati
secara langsung dan saling bertukar pakaian, di Pondok Pesantren Al-Aqobah mengenai
benda pribadi seperti sisir, celana dalam dan kebersihan diri dinyatakan 87,5% baik.
handuk di lingkungan pondok pesantren. Berdasarkan Wawan (2010), menyatakan
Pengetahuan responden berdasarkan bahwa sikap seseorang cenderung stabil
hasil penelitian di Pondok Pesantren X walaupun kadang-kadang mengalami
didapatkan bahwa, pengetahuan santri perubahan, dan sangat erat hubungannya
putri terhadap perilaku perawatan organ dengan objek-objek tertentu atau faktor-
reproduksi sebagian besar berada pada faktor yang mempengaruhinya.
kategori baik. Pengetahuan dibagi menjadi Berdasarkan hasil penelitian di
dua kategori yaitu pengetahuan baik dan Pondok Pesantren X didapatkan bahwa,
pengetahuan buruk. Hasil uji regresi logistik kepercayaan santri putri sangat buruk
membuktikan bahwa variabel pengetahuan dalam melakukan perilaku perawatan organ
responden berpengaruh secara signifikan reproduksi. Hasil analisis uji regresi logistik
terhadap perilaku perawatan organ didapatkan bahwa, kepercayaan responden
reproduksi pada santri putri. Hal tersebut terhadap perawatan organ reproduksi
sesuai dengan penelitian yang dilakukan tidak berpengaruh secara signifikan dalam
oleh Rossa (2011), mengenai perilaku melakukan perilaku perawatan organ
hygiene alat reproduksi dan faktor-faktor reproduksi. Hal ini diperkuat oleh penelitian
yang berhubungan pada santri Madrasah Andira (2010), yang menyatakan bahwa
Tsanawiyah Pondok Pesantren Ittifaqiyah manfaat dari organ eksternal wanita sangat
Indralaya Sumatera Selatan. Penelitian begitu besar, namun tidak sedikit perempuan
tersebut menunjukkan bahwa, ada yang masih kurang perhatian memberikan
hubungan yang bermakna secara statistik perawatan yang baik terhadap organ
antara pengetahuan dan perilaku menjaga reproduksi eksternalnya. Menurut Endang
kebersihan alat reproduksi (nilai p = 0,001 (2007), dalam penelitiannya mengatakan
dan OR = 4,462). Penelitian Andira (2010), bahwa minimnya pengetahuan dan
menyatakan bahwa pengetahuan yang sangat pengalaman akan mengakibatkan seseorang
baik dalam menjaga atau merawat organ memiliki kepercayaan yang buruk mengenai
perilaku perawatan organ reproduksi. Sesuai
Amanda N. dan Shrimarti R. D., Pengaruh Personal Reference, Thought and… 238

dengan Teori Notoatmodjo (2010), setiap putri di Pondok Pesantren X Kabupaten


individu mempunyai perbedaan struktur Jombang.
sosial, mempunyai perbedaan gaya hidup Hasil analisis perhitungan dilakukan
dan akhirnya mempunyai perbedaan dalam melalui program SPPS dengan menggunakan
melakukan suatu perilaku kesehatan. Dalam perhitungan statistik uji regresi logistik
hal ini yaitu perilaku perawatan organ berganda. Hal ini menunjukkan bahwa
reproduksi. hanya tiga variabel yang berpengaruh
Personal reference responden yaitu pengetahuan, sikap dan personal
berdasarkan hasil penelitian di Pondok reference. Variabel tersebut memiliki
Pesantren X didapatkan bahwa, responden nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka
yang memiliki personal reference terhadap dinyatakan berpengaruh. Sedangkan hanya
perilaku perawatan organ reproduksi di satu variabel yang tidak berpengaruh yaitu
pondok pesantren sebagian besar sudah kepercayaan. Hal ini dapat terjadi karena
baik. Hasil uji regresi logistik membuktikan variabel kepercayaan memiliki nilai
bahwa variabel personal references signifikansi lebih dari 0,05. Ini berarti dapat
responden berpengaruh secara signifikan, dinyatakan bahwa variabel kepercayaan
terhadap perilaku perawatan organ tidak berpengaruh terhadap perilaku
reproduksi pada santri putri. perawatan organ reproduksi pada santri putri
Hal ini sesuai dengan pendapat dari di Pondok Pesantren X.
Azwar dalam Maulana (2013), mengatakan
bahwa pembentukan sikap dipengaruhi
SIMPULAN
oleh beberapa faktor salah satunya yaitu
pengalaman pribadi dan orang lain yang Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
dianggap penting. Santri putri yang tinggal pembahasan yang dilakukan mengenai
lama di pondok pesantren, memiliki personal reference, thought and feeling,
pengalaman dan pengetahuan yang lebih terhadap organ reproduksi pada santri putri
banyak dari pada yang baru tinggal sebentar di Pondok Pesantren X Kabupaten Jombang.
di pondok pesantren. Tentunya pengalaman Dapat disimpulkan bahwa karakteristik
tersebut dipengaruhi oleh kelompok santri putri yang menjadi responden rata-rata
referensi yang dianggap penting. Dalam hal paling banyak berusia 13 tahun. Mayoritas
ini ustadzah maupun teman sebaya yang ada santri putri yang menjadi responden adalah
di lingkungan pondok pesantren. Menurut santri putri yang sudah tinggal di Pondok
Slamet (2006), dalam kelompok sebaya Pesantren X selama 1 tahun. Faktor personal
individu akan merasakan adanya kesamaan reference (orang penting sebagai referensi)
dengan yang lainnya seperti di bidang yang berkaitan dengan perilaku perawatan
usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat organ reproduksi di Pondok Pesantren X
memperkuat hubungan antar sesamanya. Hal dapat dikatakan cukup baik.
tersebut dapat dikatakan bahwa personal Pemahaman dan pertimbangan
reference dapat mempengaruhi seseorang (Thougts and Feeling), yakni dalam bentuk
untuk melakukan perilaku perawatan organ pengetahuan santri putri sudah cukup baik
reproduksi di pondok pesantren. dalam melakukan perilaku perawatan organ
Hasil analisis multivariabel didapatkan reproduksi. Sikap santri putri terhadap
bahwa variabel yang berpengaruh adalah perilaku perawatan organ reproduksi di
pengetahuan, sikap dan personal reference, Pondok Pesantren X sudah dapat dikatakan
terhadap perilaku perawatan organ baik. Kepercayaan yang dimiliki santri
reproduksi, pada santri putri di Pondok putri terhadap perilaku perawatan organ
Pesantren X Kabupaten Jombang. Analisis reproduksi masih dikatakan rendah. Faktor
multivariabel yang didapatkan dari hasil yang paling berpengaruh terhadap perilaku
uji regresi logistik berganda, bertujuan perawatan organ reproduksi, pada santri
untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari putri di Pondok Pesantren X Kabupaten
variabel pengetahuan, sikap, kepercayaan Jombang adalah pengetahuan santri putri,
dan personal reference, terhadap perilaku sikap santri putri dan personal reference
perawatan organ reproduksi pada santri santri putri.
239 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 229–240

SARAN di lingkungan pondok pesantren. Serta


Diharapkan bagi pihak instansi Pondok memanfaatkan fasilitas informasi yang ada
Pesantren Putri X untuk memberikan seperti internet, perpustakaan yang ada di
pemahaman, pengetahuan dan wawasan pondok pesantren dan media komunikasi
kepada santri putri, mengenai perilaku yang lainnya. Perilaku perawatan organ
perawatan organ reproduksi. Salah satunya reproduksi merupakan hal yang sangat
dengan memberikan informasi mengenai penting, karena perawatan organ reproduksi
bagaimana perilaku perawatan organ remaja saat ini akan sangat berpengaruh
reproduksi yang benar. Pemahaman bisa pada kesehatan reproduksi dimasa yang
dilakukan melalui sosialisasi kepada santri akan datang.
putri yang disisipkan pada saat kegiatan
belajar mengaji di pondok pesantren. Untuk DAFTAR PUSTAKA
menambah kepercayaan yang dimiliki
Andira, D. 2010. Kesehatan Reproduksi
oleh santri putri di Pondok Pesantren X,
Wanita. Jogjakarta.
maka pihak pondok pesantren seharusnya
Azwar, S. 2013. Sikap Manusia dan
membentuk peer educator. Hal ini bertujuan
Pengukurannya. Yogyakarta. Pusat
untuk menjembatani santri putri junior
Belajar Offset.
dengan santri putri senior (kakak tingkatnya)
BKKBN. 2010. Remaja Genre dan
mengenai pengetahuan dan pemahaman
Perkawinan Dini. Diunduh dari: http://
kesehatan reproduksi di pondok pesantren.
www.bkkbn.go.id/publikasi/Documents/
Dinas Kesehatan setempat agar
Policy%20brief%20remaja%20%20
mampu memberikan binaan kepada santri
perkawinan%20dini.pdf. Tanggal akses:
putri di Pondok Pesantren X Kabupaten
09 Januari 2016.
Jombang. Hal ini dikarenakan di pondok
Bobak, I.M. 2004. Buku Ajar Keperawatan
pesantren tersebut belum ada program Pos
Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Kesehatan Pesantren (Poskestren). Pada
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
dasarnya di pondok pesantren sudah ada
2008. Komunikasi Informasi Edukasi
divisi yang menangani masalah kesehatan
(KIE) Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
dan kebersihan. Akan tetapi kegiatannya
Departemen Kesehatan Republik
hanya terfokus pada kegiatan yang kuratif
Indonesia.
saja. Hal ini perlu dikembangkan agar
Departemen Agama Republik Indonesia.
seluruh warga pondok pesantren dapat
2003. Pola Pembelajaran di Pesantren.
menjangkau pelayanan kesehatan. Selain
Jakarta: Departemen Agama Republik
itu, bagi instansi yang terkait dengan
Indonesia.
kesehatan reproduksi remaja, supaya lebih
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
meningkatkan kerjasama lintas sektoral dan
2009. Profil Kesehatan Indonesia.
lintas program.
Jakarta; Departemen Kesehatan Republik
Hal ini bertujuan agar dapat diadakan
Indonesia.
sosialisasi berkala mengenai pendidikan
Endang, S.W. 2007. Wanita dan Keputihan
kesehatan reproduksi remaja dan penyuluhan
Serta Penyebabnya. http://www.balipost.
tentang kesehatan reproduksi. Termasuk
co.id/Balipostcetak/2007/2/25/kel2/
tentang perawatan organ reproduksi,
html.
meningkatkan konseling serta pemanfaatan
Fauzi. 2008. Definisi Kesehatan Reproduksi
program teman sebaya kepada santri
Remaja, diambil dari http://www.
putri dan ustadzah di Pondok Pesantren
remajaindonesia.org/,diakses. Tanggal:
X Kabupaten Jombang. Bagi santri putri
21 Desember 2016.
yang ada di Pondok Pesantren X agar selalu
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
bersikap aktif dalam upaya preventif. Hal
2012. Buku Petunjuk Penggunaan Media
tersebut dilakukan agar santri putri dapat
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
melakukan pemeliharaan dan perawatan
Versi Pekerja dan Mahasiswa. Jakarta:
organ reproduksi diri sendiri termasuk
Pusat Promosi Kesehatan.
dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan
Amanda N. dan Shrimarti R. D., Pengaruh Personal Reference, Thought and… 240

Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor Putu, G.G. 2009. Sosiologi Remaja.
188/162/KPTS/013/2014 Tentang Komisi Yogyakarta: CV Andi Offset.
Kesehatan Reproduksi Provinsi Jawa Qomar, M. 2007. Pesantren Dari Transformasi
Timur. Metodologi Menuju Demokratisasi
Listiawan, M.Y. 2013. Ilmu Kesehatan Kulit Institusi. Jakarta: Erlangga.
dan Kelamin. Surabaya. Hal 80–151: Vol Rahardian, D.M. 2008. Sanitasi Pondok dan
25. Insan Cendekia. Higiene Perorangan Santri di Pesantren
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Putri KHA. Wahid Hasyim Kecamatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. Bangil Pasuruan. Skripsi. Surabaya:
Maulana, H.D.J. 2013. Promosi Kesehatan. Departemen Kesehatan Lingkungan,
Jakarta, ECG: 196-201, 226–227. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Universitas Airlangga.
Kesehaan. Jakarta: Rineka Cipta. Rekam Medis Pusat Kesehatan Pesantren
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Tebuireng Jombang Tahun 2014–2015.
Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Rossa, N.L. 2011. Gambaran Perilaku
Cipta. Hygiene Alat Reproduksi dan Faktor-
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Faktor yang Berhubungan pada Santri
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Putri Madrasah Tsanawiyah Pondok
Rineka Cipta. Pesantren Al-Ittifaqiyah, Inderalaya,
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Sumatera Selatan Tahun 2011. (Skripsi
Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta: Ilmiah). FKM UI Depok.
177-190. Suhelmi. 2007. Cegah dan Hilangkan
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Penyakit “Khas” Pesantren. http//sehelmi.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. wordpress.com/2007/10/23/cegah dan
Notoatmodjo, S. 2012. Ilmu Perilaku hilangkan penyakit khas pesantren/.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. (Sitasi 29 Mei 2016).
Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan
Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta: Pengukuran Pengetahuan Sikap dan
20–32. Perilaku Manusia. Jogjakarta: Nuha
Nuranna, L. 2001. Skrining Kanker Serviks Medika.
Dengan Metode Alternatif IV A. Jakarta: World Health Organization. 2004. The Global
Majalah Cermin Dunia Kedokteran No. Burden Of Disease. Geneva: WHO
133. Library Cataloguing-in-Publication
Poetri, E. N. 2011. Hubungan Sanitasi Data.
Pondok Dan Higiene Perorangan Dengan Wijayanti, F.A. 2009. Hubungan Tingkat
Kejadian Skabies Pada Santri Pondok Pengetahuan Wanita Penjaja Seks (WPS)
Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng Tentang HIV/AIDS Di Resosialisasi
Jombang. Skripsi. Surabaya, Universitas Argorejo Kelurahan Kali Banteng Kulon
Airlangga. Semarang.
Purnamasari, P.M. 2015. Faktor Yang Winkjosastro, H. 1994. Ilmu Kebidanan.
Mempengaruhi Perilaku Santriwati Ya y a s a n B i n a P u s t a k a S a r w o n o
Mengenai Tindakan Kebersihan Diri Prawirohardjo. Jakarta.
(Studi di Pondok Pesantren Al-Aqobah Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan.
Jombang). Skripsi. Ya y a s a n B i n a P u s t a k a S a r w o n o
Prawirohardjo. Jakarta.

You might also like