You are on page 1of 12

KEADAAN DAN MASALAH HEWAN PERCOBAAN DI INDONESIA

M. Edhie Sulaksonol, ~udjoprajitno2,Siti Sundari Yuwonol dan Ketut Patra 3

ABSTRACT

A survey was conducted by sending 437 questionnaires to institutions, university departments and
pharmaceutical industries which presumably have animal laboratories throughout Indonesia, in order to
get information on their laboratory animal resources.
One hundred eleven out of 145 respondents (76,6%) stated that they used laboratory animals for
their activities. Ninety-nine out of the 111respondents (88,3%)mentioned that laboratory animals were
absolutely neccessary for their routine and research work, and 96,4% of the respondents claimed that
they had difficulties in procuring their animals.
The sources of laboratory animals were commonly derived from conventional breeding stocks.
They were bred by their own institutions as self suppliers or by livestock farmers.
Based upon close observation during this survey to several institutions and farmers, i t was con-
cluded that their management and method of breeding were not appropriate and uniform. Therefore i t
is suggested that Indonesia should begin to establish a centralized and/or decentralized laboratory animal
facilities in order to solve the present problem of procurement of good quality laboratory animals at
reasonable prices.

PENDAHULUAN pengaruhi tingkat validitas hasil penggu-


naannya
Hewan percobaan atau sering di se- Di negara yang sedang berkembang
but pula sebagai hewan laboratorium ada- dengan segala keterbatasannya, perhatian
lah semua jenis hewan dengan persyaratan terhadap standar hewan percobaan sudah
tertentu untuk dipergunakan sebagai salah mulai dirintis. Burma misalnya, saat ini
satu sarana dalam berbagai kegiatan pene- telah memiliki laboratorium hewan per-
litian biologi dan kedokteran. co baan yang baik. Demikian pula Malay-
INTERNATIONAL COUNCIL FOR LA- sia, pada tahun 1976 membangun labo-
BORATORY ANIMAL SCIENCE EX- ratonurn hewan percobaan dengan fasili-
PERT COMMITTEE (1983), memperke- tas yang lebih mutakhir dari pada sebe-
nalkan tentang batasan hewan percobaan lumnya.
untuk semua bidang studi, yaitu "mampu Khusus di negara yang beriklim tropis,
memberikan nilai ulang respon yang di- keadaan hewan percobaan perlu men-
timbulkan sebagai gejala yang esensial dan dapat perhatian tersendiri. Tanpa adanya
untu k mencapainy a kondisi ekspenmen manajemen pemeliharaan yang baik, kon-
l~arusdistandarisasikan secara teliti dan disi fisik dan kemarnpuan resproduksi,
akurat"'. hewan akan menjadi cepat menumn 2 .
Di negara yang telah maju tingkat pengu- Terbukti di sekitar Jakarta, kondisi-.
saan ilmu pengetahuan dan teknologinya fisik hewan percobaan lokal umumnya
mutu hewan percobaan merupakan syarat jelek, sebagai akibat kurang pengertian
yang harus dipenuhi, karena dapat mem- tentang cara pemeliharaan dan malnu-
trisi3. . - - pp

1 Pusat Prnelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan R.I.
2. Pusat Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Depar-
temen Kesehatan R.I.
3. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (B.P.P.T).

Bul. Penelit. Kesehat. 1 4 ( 3 ) 1986


Keadaan dan masalah . . . . . M.Edhie S. et al.

Dalam penggueaan hewan percobaan Lembaga-lembaga pemerintah maupun


di samping mutu harus baik, juga peng- swasta tersebut sangat membutuhkan
adaan harus mudah dan siap setiap saat hewan percobaan dalam melakukan kegi-
bila mana diperlukan . Dengan demikian atannya, sehingga dengan demikian kebu-
tidak terjadi kendala dalarn merencana- tuhan secara keseluruhannya akan sema-
kan suatu percobaan. Rancangan per- kin meningkat.
cobaan yang makin komplek banyak Di Indonesia sampai saat ini belum
perlakuan, makin banyak memerlukan banyak diketahui informasi tentang ma-
hewan. Lebih-lebih kalau merencanakan salah hewan percobaan maupun lem-
membunuh hewan pada periode berbeda- baga-lembaga yang menggunakan d m
beda, hewan perkelompok harus tersedia memiliki koloni hewan percobaan.
cukup banyak4. Lama penggunaan hewan Oleh karenanya . melalui upaya inventa-
percobaan dapat pula mempengaruhi cara risasi hewan percobaan di Indonesia, diha-
pengadaanny a. rapkan masyarakat pemakai hewan perco-
Adanya peningkatan pembangunan di baan dapat mengetahui lebih lanjut ten-
Indonesia, telah mendorong secara n y a h tang lambaga yang menggunakan dan
tumbuhnya Lembaga/Unit kerja baru, di memiliki koloni hewan serta masalah
samping meningkatnya kegiatan dari masalahnya. Di samping itu informasi ini
LembagalUnit kerja yang lama. dapat pula dijadikan masukan dalam upa-
Misalnya di bidang pengawasan produk ya peningkatan efisiensi dan efektifitas
farmasi yang beredar di Indonesia, Peme- penggunaan hewan percobaan di Indone-
rintah c.q. Direktur Jenderal Pengawasan sia.
Qbat dan Makanan, Departemen Keseha-
tan telah membangun laboratorium nasio-
BAHAN DAN CARA KERJA.
nal untuk pengujian obat dan makanan.
Di samping itu kemampuan laboratorium Untuk memperoleh gambaran keadaan
penguji mutu obat di daerah akan diting- dan masalah hewan percobaan di Indone-
katkan pula Lembaga pemerintah lain- sia, telah dilakukan upaya inventarisasi.
nya, yaitu Departemen Pertanian, telah Inventarisasi ini dilakukan dengan meng-
mendirikan beberapa Balai Penyidikan gunakan bahan dan cara kerja sebagai
Penyakit Hewan di daerah serta Pusat berikut:
Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat He-
wan di daerah Bogor. 1. Dengan cara mengirimkan kuesioner
melalui pos ke seluruh alamat yang
Demikian pula perkembangan pabrik far-
diperkirakan dapat dijadikan respon-
masi jumlahnya dari tahun ke tahun
den. Kuesioner yang telah dipersiap-
mengalami peningkatan. Tercatat pada
kan dengan pertanyaan-pertanyaan
tahun 1969/1970 terdapat 149 pabrik
dalam bentuk cetakan disertai perang-
farmasi 6 . dan pada tahun 1982 mening-
kat menjadi 279 pabrik. 7 . ko secukupnya dengan alamat yang
jelas untuk pengembalian , kuesioner
Di J e p h g pabrik farrnasi merupakan kon-
sumen hewan percobaan yang cukup be- dan dimasukkan ke dalam amplop
sar 8. Menurut PERWODHIREDJO tertutup. Amplop ini kemudian di-
(1979)' hal tersebut bisa saja terjadi , kirimkan ke alamat responden masing-
karena setiap obat sebelum diijinkan un- maqing dari Unit kerja yang ber-
tuk diedarkan terlebih dahulu dicoba baik sangkutan.
mutu maupun khasiatnya pada hewan Melakukan observasi ke beberapa lrota
percobaan. (Semarang, Surabaya, Bandung, Pa-

36 Bul. Penelit. Kesehat. 14 ( 3 ) 1986


Keadaan dan masalah . . . . . M. Edhie S. et al.

lembang, Medan dan Ujung Pandang) 1. Kelompok Pelayanan dan Pengawasan.


Untuk mendapatkan informasi lang- Kelompok responden ini terdiri dari
sung, sebagai tindak lanjut dari pe- lembagalunit kerja yang melakukan
ngisian kuesioner yang dikirimkan. fungsi pelayanan dan pengawasan,
KOta- kota tersebut dipilih berdasarkan yaitu balai Laboratorium Kesehatan
perkiraan jumlah lembaga penelitian , di .seluruh Indonesia dan Balai Peng-
pabrik farmasi dan Universitas Negeril awasan Obat dan Makanan.
Swastanya lebih banyak dibandingkan
dengan kota lainnya. Atau, setidak- 2. Kelompok Pendidikan.
tidakny a. kota-kota tersebut dapat Kelompok responden ini terdiri dari
memberikan informasi lebih banyak, unit kerja yang berasal dari Lembaga
karena merupakan ibukota propinsi. Pendidikan (Perguruan Tinggi Negeri/
Populasi responden adalah lembaga yang : Swasta dan S.L.T.A). Walaupun Per-

dalam kegiatannya menggunakan hewan guruan Tinggi melakukan fungsi pela-


percobaan; lembaga yang telah menye- yanan kepada masyarakat (pengabdian
lenggarakanlmemiliki serta menggunakan masyarakat), dikelompokkan dalam
hewan percobaan; lembaga yang diper- kelompok pendidikan.
kirakan menggunakan hewan percobaan, 3. Kelompok Penelitian dan pengem-
tetapi tidak memiliki koloni hewan per- bangan.
cobaan. Kelompok responden ini terdiri dari
Berdasarkan informasi pendahuluan yang LembagaIUnit kerja yang fungsi
telah dikumpulkan, tercatat 437 alamat utamanya melakukan penelitian (Lem-
dari unit kerja yang diperkirakan mempu- baga Penelitian di lingkungan Departe-
nyai kegiatan menggunakan hewan per- men Pertanian, Badan Tenaga Atom
cobaan atau setidak-tidaknya berhubung- Nasional dan lain-lain).
an dengan hewan percobaan yang dapat 4. Kelompok Produksi/pabrik farmasi.
dijadikan responden. Penentuan kelompok Kelompok ini terdiri dari pabrik-
responden didasarkan pada fungsi lembaga pabrik farmasi yang ada di seluruh
yang bersangkutan. Indonesia.
Adapun pengelompokan responden D&i hasil pengiriman . 437 Kuesioner
tersebut adalah sebagai berikut: ke seluruh responden, ternyata terht..n-
pul 145 jawaban kuesioner (33,2%) -
dengan perincian seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah kuesioner yang dikirimkan dan diterima,


menurut kelompok responden, 1983-1984

NO. Kelompok responden Dikirim Diterima (%)

1. Pelayanan dan Pengawasan 27 18 (66,7)


2. Pendidikan 240 90 (37,5)
3. Penelitian dan Pengembangan 11 6 (54,5)
4. Produksilpabrik farmasi 159 31 (19,5)

Jumlah 437 145 (33,2)

Bul. hnelit. Kesehat. 14 ( 3 ) 1986 37


Keadaan dan masalah . . . . . M. Edhie S. et al.

Kalau dilihat dari proporsi kuesioner sudah bentbah dan tidak diketahui
yang masuk (145 responden), 111 res- alarnat yang baru.
ponden (76,6%) menyatakan mengguna- Responden/unit kerja yang menyata-
kan hewan percobaan termasuk kuesio- kan rnenggunakan hewan percobaan, di-
ner yang dikemblikan karena alamat perinci menurut tabel 2

Tabel 2. Jwnlah responden yang menyatakan menggunakan dan tidak menggunakan


hewan percobaan berdasarkan jumlah kuesioner yang diterima, 1983 - 1984

No. Kelompok responden Jumlah Yang menggunakan Yang tidak menggunakan


responden hewan percobaan hewan percobaan atau
alamat pindah
6) (%)

1. Pelayanan dan Pengawasan 18 11 (61,l) 7 (38,9)


2. Pendidikan 90 78 (86,7) 1 2 (13,3)
3. Penelitian dan Pengembangan 6 6 (100) 0 (0)
4. Produksi/pabrik farmasi 31 1 6 (51,6) 1 5 (48,4)

Jumlah : 145 111 (76,6) 34 (23,4)

Responden yang menggunakan hewan sebaliknya yang mendatangkan dari luar


percobaan, bila dilihat dari caranya dalam sebanyak 64,9% dan siasanya (30,6 %)
mendapatkan hewan percobaan dapat di melakukan kedua cara tersebut (di sam-
perinci sebagaimana pada tabel 3. Yang ping mengembang-biakkan sendiri juga
membiakkan sendiri hanya 4,576 dan mendatangkan dari luar).

Tabel 3. Perincian jurnlah responden yang menggunakan hewan percobaan,


menurut cara mendapatkan hewan percobaan, 1983 - 1984.
- -

Membiakkan Mendatangkan Membiakkan


No. Kelompok responden Jumlah sendiri dari luar dan mendatang-
responden kan dari luar (%) .
(%) (%)

1. Pelayanan dan Pengawasan 11 0 (0) 7 (63,6) 4 (36,4)


2. Pendidikan 78 3 (3,9) 61 (78,2) 14 (18,O)
3. Penelitian dan Pengembangan 6 1 (16,7) 0 (0) 5 (83,3)
4. Produksilpabrik farmasi 16 1 (6,3) 4 (25,O) 11 (68,8)

Jumlah 111 5 (4,5) 72 (64,9) 34 (30,6)

38 Bul. Penelit. Kesehat. 14 (3) 1986


Keadaan dan masalah .. . . M. Edhie S. e t al.

Sedangkan tabel 4 menunjukkan bah- kesulitan dalam mendapatkap hewan per-


wa 107 responden (96,4%) menyatakan cobaan sebagai sarana didalam melakukan
kegiatannya.

Tabel 4. Jurnlah responden yang menyatakan kesulitan dalam mendapatkan


hewan percobaan, 1983 - 1984.

Jumlah responden Jumlah responden yang kesulitan


No. Kelompok responden yang menggunakan dalam mendapatkan hewan (%)
hewan

1. Pelayanan dan Pengawasan 11


2. Pendidikan 78
3. Penelitian dan Pengembangan 6 5 (83,3)
4. F Produksilpabrik farmasi 16. 1 5 (93,8)

Jumlah : 111 107 (96,4)

Perincian bentuk kesulitan yang me silitas laboratorium dapat dilihat pada


nyangkut dana, hewan percobaan dan fa- tabel 5.

Tabel 5. Jumlah responden yang menyatakq macam kesulitannya


dalarn mendapatkan hewan percobaan, 1983 - 1984.

No .
.
Macam kesulitan Jumlah responden (%)

1. Kesulitan dana 17 ( 15,9 )


2. Kesulitan pada hewan percobaan 46 ( 43,O )
3. Kesulitan fasilitas laboratollurn 5 ( 4,7
4. Lebih dari satu macam kesulitan 29 ( 36,4)

Hewan percobaan yang digunakan le- unit kerja tidak hanya menggunakan satu
bih dari 15 jenis dan pada umulnnya satu jenis hewan percobaan saja.

Tabel 6. Jumlah responden yang memberikan jawaban tentang strain


hewan percobaan yang digunakan, 1983 - 1984.

Jumlah Pelayanan Pendidikan Penelitian Produksil


No. Jawaban Responden dan Penga- % dan Pengem- pabrik farmasi
wasan !%) bangan (%) (%)

1. Strain hewan 40 2 (1,8) 26 (23,4) 3 (2,7) 9


diketahui
2. Hewan yang di-
gunakan harus
inbred 38 1 (0,9) 29 ( 2 6 , l ) 2 (1,8) 6 (5,4)

Bul. Penelit. Kesehat. 1 4 ( 3 ) 1986 39


Keadaan dan rnasalah . . . . . M . Edhie S. et al.

Tentang strain yang tercantum pada kerja. Sebanyak 98 responden menyata-


tabel 6 tersebut, dalam pemeliharaannya kan bahwa hewan percobaan tidak dapat
responden belum pernah atau tidak me- diganti dengan cara lain.
lakukan pengawasan sifat genetiknya. Tabel 7 menunjukkan bahwa respon-
Pengawasan sifat genetik dan pencatatan den menggunakan hewan percobaan se-
("record keeping") yang teliti serta tera- bagai sarana dalam melakukan kegiatan-
tur setiap penggantian generasi adalah nya. Karena terdapat responden yang
sangat penting guna mempertahankan melakukan lebih dari satu jenis kegiatan
strain Hewan percobaan. dan memerlukan hewan percobaan, maka
Dari responden juga diketahui tentang angka yang tertulis pada jumlah respon-
segi esensial hewan terhadap kegiatan den yang melakukan kegiatan untuk
yang dilakukan oleh masing-masing unit masing-masing jenis kegiatan tidak pro-
porsional.

Tabel 7. Perincian jenis kegiatan responden yang menggunakan


hewan percobaan, 1983 - 1984.

No. J e n i s kegiatan Jumlah responden yang melakukan kegiatan

1. Diagnosa
2. Isolasi kuman
3. Produksi obat
4. Kontrol kuaJih.lmutu
5. Mencoba obat
6. Tes keracunan
7. Peragaan
8. Radiasi 5
9. Tes in vivo lain 45
10. Manfaat darah 2
11. Penelitian 9

Tentang ketenagaan dapat diketahui responden yang menggunakan hewan per-


bahwa umumnya tenaga khusus yang cobaan menyatakan bahwa tenaga khusus
menangani hewan percobaan belum atau teknisi hewan percobaan tersebut ti-
ada. Tabel 8 menunjukkan bahwa 64,9 % dak atau belum ada.
Tabel 8. Jumlah responden yang menyatakan tentang tenaga khusus
untuk hewan percobaan, 1983 - 1984.
Kelompok Jumlah Tenaga khusus untuk hewan percobaan
No.
responden responden Ada (%) Tidak ada (%)
.
1. Pelayanan dan Pengawasan 11 4 (36.4) 7 (63,6)
2. Pendidikan 78 19 (24,4) 59 (75,6)
3. Penelitian dan Pengembangan 6 3 (50,O) 3 (50,o)
4. Produksi/Pabrik farmasi 16 13 (81,3) 3 (18,7)
Jumlah : 111 39 (35,l) 72 (64,9)

40 Bul. Penelit. Kesehat. 14 (3)1986


Keadaan dan masalah . . . . .M. Edhie S. et al.

Walaupun belum ada Lembaga yang 102 tesponden (91.9 7%) menyatakan te-
menangani pendidikan untuk tenaga atau naga atau teknisi khusus tersebut diperlu-
teknisi khusus hewan percobaan, ternyata kan sekali ( lihat tabel 9 ).

Tabel 9. Jumlah responden yang menyatakan perlu atau tidaknya


tenaga khusus untuk hewan percobaan, 1983 - 1984.

Jumlah Tenaga khusus hewan percobaan


No. Kelompok responden
responden
Perlu (7%) Tidak perlu (%)
pp -

1. Pelayanan dan Pengawasan 11


2. Pendidikan 78
3. Penelitian dap Pege Pengembangan 6
4. Produksi/pabrik farmasi 16

Jumlah : 111 102 (91,9) 9 (8,1)

Adapun informasi tentang jumlah he- mendapatkannya. Namun demikian se-


wan percobaan yang digunakan oleh se- bagian responden (80 responden) mem-
mua responden sukar diketahui dengan berikan informasi tentang rencana kebu-
pasti, karena pada umumnya responden tuhan hewan percobaan setiap tahunnya
belum memiliki program penggunaan yang menumt jenisnya (lihat tabel 10).
tetap, di samping kesulitan di dalam

Tabel 10. Rencana kebutuhan penggunaan hewan percobaan


menurut jenis hewan, 1983 - 1984.

N o. Jenis hewan Perkiraan kebutuhan pertahun


(ekor)

Mencit (Mus musculus)


Tikus (Rattus norvegicus)
Marmut (Cavia porcellus L.)
Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Domba (Ovis aries)
Ayam (Gallus domesticus)
Anjing (Canis familiaris)
Angsa
Hamster (Mesocricetus auratus)
Gerbil (Meriones unguiculatus)
Kucing (Felis catus)
Kera ( (Macaca fascicularis)
Unggas lain
Hewan lain

Bul. Penelit. Kesehat. 14 ( 3 ) 1986 41


Keadaan dan masalah . . . . .M. Edhie S. et al.

Sedangkan perincian dari 80 respon- cana kebutuhan tersebut terlihat pada


den yang telah memberikan informasi ren- tabel 11

Tabel 11. Perincian responden yang membuat rencana kebutuhan


hewan percobaan, 1983 - 1984.

No. Kelompok responden Jumlah responden Responden yang merencana-


kan kebutuhan hewan (%)

1. Pelayanan dan Pengawasan 11 6 (54,4)


2. Pendidikan 78 57 (73,l)
3. Penelitian dan Pengembangan 6 5 (83,3)
4. Produksilpabrik farmasi 16 12 (75,O)

Seperti dijelaskan di muka, kesulitan yang memiliki sendiri koloni hewan per-
hewan percobaan merupakan kesulitan cobaan, walaupun sebagian besar belum
yang utama khususnya untuk daerah -da.e- memenuhi persyaratan baik mu tu maupun
rah di luar Jawa (lihat tabel 5). Tabel 1 2 jumlahnya.
menjelaskan informasi Lembaga/Instansi

Tabel 12. Daftar Lembaga/Instansi yang memiliki koloni hewan percobaan,


menurut daerah responden, 1983 - 1984.
P

N o . Daerah Lo kasi Lembagal Jenis hewan Keterangan


Instansi

1. Jawa Semarang Balai Laboratorium Mencit, marmut Jumlah sangat


Kesehatan kelinci, kambing * terbatas

Fakultas Kedokteran,
UNDIP Mencit, tikus, mar-
mut, kelinci, kambing* - idem -
angsa*, kucing* ,
anjing*
Yogyakarta Balai Laboratorium
Kesehatan Mencit, tikus, marmut,
kelinci hamster, kam-
bing*, angsa*. - idem -
Surakarta Fakultas Kedokteran,
UNIV. 11 MARET
( USM Mencit, kelinci
- idem -
Surabaya Pusat Veterinaria Farma Mencit, kelinci -idem-
Fakultas Farmasi
UNAIR Mencit, tikus, kelinci,
anjing* Jumlah ter-
hatas

Bul. Penelit. Kesehat. 14 (3) 1986


Keadaan dan masalah . . . . . M. Edhie S. et al.

Lembagal Jenis hewan Keterangan


No. Daerah lokasi
Instansi

- Malang Fakultas Kedokteran Mencit Jumlah sangat


UNBRA terbatas
- Bandung Perum. Biofarma Mencit, marmut, Dikelola se-
tikus, kelinci, cara ilmiah
hamster, kuda* dan jumlah
cukup
Fakultas MIPA Mencit, kelinci Jumlah ter-
Jurusan Biologi ITB marmut ,kelinci, batas
kucing,*, anjing*
Pusat Penelitian
Teknik Nuklir Mencit, tikus, - idem -
kelinci*
- Bogor Balai Penelitian Mencit, tikus, - idem -
Penyakit Hewan marmut, kelinci

Fakultas Kedokteran Mencit, kelinci, - idem -


Hewan (laboratorium anjing* , kambing,*
virologi), IPB ayam*
Pusat Pengujian Mutu Mencit, marmut Dikelola se-
dan Sertifikasi Obat cara ilmiah
Hewan, Ditjen Peternakan
- Jakarta Fakultas Kedokteran, Mencit, tikus, mar- Jumlah
U.1 mut, kelinci terbatas
Pusat Pengawasan Obat Mencit, tikus, mar- Dikelola seca-
Obat dan Makanan, mut, kelinci ra ilmiah dan
Ditjen P.O.M, Depar- Jumlah cukup
temen Kesehatan
Badan Penelitian dan Mencit, tikus, mar- Dikelola seca-
Pengembangan Kese- mut, kelinci, ger- ra ilmiah dan
hatan, Departemen bil, hamster, kera, jumlah cukup.
Kesehatan angsa,* kambing*
2. Sumatera -Medan Fakultas Kedokteran, Mencit, tikus Jumlah ter-
U.S.U batas
Balai Laboratorium Mencit, marmut, - idem -
Kesehatan kelinci,* kambing,*
angsa*
- Padang Balai Laboratorium Mencit, marmut, - idem -
Kesehatan kambing,* angsa,*
kelinci*
3. Sulawesi - Ujung Fakultas Kedokteran, Mencit, tikus - idem -
k'andang UNHAS
4. Bali - Balai Penyidikan Mencit, marmut, - idem -
Penyakit Hewan kelinci, hamster,
gerbil, angsa,* ayam,*
kambing*

*) tidak dikembang-biakkan

Bul. penelit: Kesehat. 1 4 ( 3 ) 1986


Keadaan dan masalah . . . . .M. Edhie S. et al.

PEMBAHASAN besar, karena sarana ini tidak dapat di-


Di dalarn bab pendahuluan telah tinggalkan.
disebutkan bahwa Jepang merupakan con- Kesulitan yang dihadapi untuk mendapat-
toh negara Asia yang maju dalam pe- kan "pure strain" hewan percobaan ini
nguasaan ilmu dan teknologi hewan banyak sekali. Antara lain: tenaga kerja,
percobaan. Konsumen hewan percobaaan biaya, fasilitas laboratorium dan lain-
yang paling besar adalah pabrik farmasi. lain.
Pada umumnya hewan tersebut digunakan Tenaga kerja yang dimaksudkan adalah
sebagai sarana dalarn melakukan uji kaji "skilled labor" dalam bidang hewan
hayati, di samping untuk kegiatan pene- percobaanlhewan laboratorium. Di In-
litian dan pengembangan di lingkungan donesia tenaga ini masih terbatas jumlah-
laboratorium sendiri. nya. Namun tenaga ini sangat dibutuhkan
Di pabrik farmasi yang menghasilkan dalam pengembangan koloni hewan perco-
produk biologi (vaksin, hormon, sera dan baan. Apalagi hewan percobaan yang
lain sebagainya), hewan percobaan dlsarn- ingin dikembangkan adalah hewan per-
ping untuk kegiatan-kegiatan percobaan, cobaan' "specified pathogen free" atau
juga merupakan alat produksi (darah, "gnotobiotic", di mana sistim pemelihara-
antigen, organ ginjal dan lain sebagainya). annya sangat rumit dan memerlukan
Stmin hewan percobaan yang digunakan keahlian khusus untuk menghasilkan
jelas asal-usulnya dan banyak "pure strain" jenis hewan percobaan yang kualitasnya
yang digunakan, yang spesifik untuk lebih tinggi dari pada hewan percobaan
percobaan tertentu. konvensional.
Negara tersebut juga unggul dalam hal Pengembangan "skilled labor" dapat di-
sistim pengelolaan dengan menggunakan lakukan dengan melakukan kegiatan latih-
teknologi tingkat tinggi. Tidak hanya an kerja baik di dalam negeri maupun
menghasilkan hewan percobaan konven- di luar negeri.
sional, tetapi juga hewan percobaan Faktor biaya sudah barang tentu merupa-
"specified pathogen free" maupun "gno- kan masalah yang menentukan dalam
tobiotic", yaitu hewan percobaan yang pengembangan koloni hewan percobaan
bebas kuman yang dipelihara dan dikem- "pure strain". Tidak sedikit biaya yang
bangkan sebagai hasil bedah caesar. diperlukan dalam mendirikan koloni he-
Dengan demikian jelas bahwa baik pene- wan percobaan. Antara lain biaya untuk
litian maupun produksi yang berasal gedung, alat perkandangan dan lain
dari hewan percobaan sudah sangat sebagainya. Masing-masing jenis hewan
maju dan akurat. Tentu saja ha1 ini percobaan mempunyai "standard cost"
membutuhkan kecanggihan teknologi dan yang berbeda-beda. Semakin meningkat
modal yang h a t , seperti yang dikemuka- teknologi yang digunakan semakin tinggi
kan oleh OEI (1984)'' bahwa biotekno- pula biaya yang dikeluarkan. Oleh ka-
logi tingkat tinggi sangat intensif modal, renanya sistim pemeliharaan hewan per-
menggunakan pabrik dan prosesnya sangat cobaan "specified pathogen free" dan
canggih. Pembuatan pangan dan bahan "gnotobiotic" memerlukan biaya yang
pangan tambahan serta produksi vaksin jauh lebih tinggi dibanding sistim peme-
dan obat merupakan contoh kategori liharaan hewan percobaan konvensional.
ini. Dalam pengembangan koloni hewan per-
Untuk negara berkembang hal ini cobaan djperlukan beberapa fasilitas labo-
masih sukar dilaksanakan, walaupun ke- ratorium. Untuk menghasilkan hewan
butuhan akan hewan percobaan cukup percobaan standar, baik konvensional

Bul. Penelit. Kesehat. 14 ( 3 ) 1986


Keadaan dqp masalah . . . . .M. Edhie S.et al.

maupun9'specified pathogen free" atau cobaan sendiri guna memenuhi kebutuh-


"gnoto biotic", diperlukan failitas labo- annya. Namun tidak semuanya melaku-
rdmium yang standar pula. Misalnya kannya dengan cara ilmiah. Sedangkan
rancangan bangunan, bentuk kandang, responden lainnya (30,6%) menyatakan
material kandang, ukuran kandang, untuk di samping mengembang-biakkan sendiri
masing-masing jenis hewan percobam d m juga mendatangkan atau membeli dari
sistim pemeliharaan sangat berlainm. luar. Sisanya (64,9%) semata-mata meng-
Di negara maju seperti Jepang, faktor- gantungkan dari sumber luar.
faktor tersebut bukan merupakan m a d a h
lagi. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan SARAN
yang semakin meningkat itu, pihak s w a -
Karena hampir semua responden
ta ikut bersaing mengembangkan usaha (96,4%) menyatakan kesulitan dalam
ini.
Di Indonesia kesulitan-kesulitan tadi ten- mendapatkan hewan percobaan, sedang-
kan sarana tersebut sangat diperlukan,
tunya sangat berpengaruh terhadap pelak-
Sanaa program kerja secara keselumhan. maka perlu dilakukan upaya cara peng-
Demikian pula mutu dan akurasi peneliti- adaan yang terorganisasi. Yaitu dengan
melakukan pengelolaan hewan percoba-
an akan jauh dari memadai.
Oleh karena itu untuk mengatasi kesu- an secara sentralisasi atau desentralisasi,
litan-kesulitan tersebut tidak tertutup agar dapat meningkatkan efisiensi dan
memudahkan dalam melakukan standari-
kemungkinan pihak swasta ("commercial
sasi terhadap hewan percobaan. Altema-
breeder") untuk ikut berpartisipasi me-
tif lainnya yaitu melakukan kerjasama di
ngembangkan usaha hewan percobam
antara pemakai hewan percobaan, baik
yang dikelola secara ilmiah, di samping
pemerintah sendiri liarus sudah memikir- pemerintah maupun swasta, dalam meng-
kan kemungkinan untuk melakukan upa- usahakan hewan percobaan secara koo-
ya sentralisasi atau desentralisasi hewan peratif, sehingga diharapkan dapat mem-
perkecil kesulitan yang ada.
percobaan.
Di samping itu, mengingat penyelenggara-
an dan penanganan hewan percobaan
biasanya menyerap dana yang tidak se-
dikit (untuk hewan percobaan konvensi-
Hasil inventarisasi ini masih bersifat onal dan terlebih lag- hewan "specified
penjajakan untuk mengetahui secara pathogen free" dan "gnotobiotic"),
kualitatif lembaga-lembaga yang menggu- sedangkan hewan-hewan ini dibutuhkan
nakan hewan percobaan di Indonesia. oleh masyarakat pemakai hewan baik
Informasi yang dapat dikumpulkan dari di masa sekarang maupun yang akan
111responden telah memberikan gambar- datang, maka adanya "commercial bree-
an bahwa walaupun ada beberapa kesulitan den" patut pula dipertimbngkari.
atau hambatan dalam mendapatkan he-
wan percobaan, serta kondisi umum UCAPAN TERIMA KASIH
hewan percobaan yang kurang memuas- Ucapan terimakasih terutama disam-
kan narnun 98 responden (88,3%) me- paikan kepada Dr. Iskak Koiman, selaku
nyatakan bahwa hewan percobaan masih Kepala Pusat Penelitian Penyakit Menu-
merupakan sarana yang tidak bisa diting- lar-Badan Penelitian dan Pengembangan
galkan begitu saja. Kesehatan-Departemen Kesehatan R.1,
Hanya 4,5% dari ill responden yang yang telah memberikan petunjuk dan
melakukan pengembangan hewan per- bimbingan dalam pelaksanm proyek
* ,, r

Bul. Penelit. Kesehat. 14 ( 3 ) 1986


Keadaan dan masalah . . . . .M . Edhie S. et al.

penelitian ini dan Deputi Ketua Bidang 7. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (I.S.F.1)
Pengkajian Kekayaan Alam-Badan Peng- (1982). Informasi Spesialite Obat Indone-
kajian dan Penerapan Teknologi (B.P.P.T), sia (ISO). Edisi alfabetis, Vol. IV, PT. Anem
Kosong Anem, Jakarta.
yang telah memberikan kesempatan kepa-
da Drs. Ketut Patra, staf penelitian 8. Honjo, S dan Nomura (1972). The Use
of Laboratory Primates in Japan. Journal
Bidang Pengkajian Kekayaan Alam untuk of Experimental Animal, 21 ( 4 ) : 263-
ikut melaksanakan penelitian ini. 267.
Demikian pula ucapan terimakasih disam- 9. Poerwodhiredjo, B (1979). Peranan Hewan
paikan kepada Kepala Kantor Wilayah Percobaan dalam Pengawasan Obat Tradi-
Departemen Kesehatan Jawa Timur, Jawa sional di Jakarta, Departemen Kesehatan
Barat, Jawa Tengah, Sumatra Selatan, RI.
Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan, 10. Oei Ban Liang (1984). Bioteknologi di In-
yang telah membenkan bantuan selama donesia Suatu Pandangan. Pidato Ilmiah
pelaksanaan observasi dalam rangka inven- Sidang Terbuka Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
tarisasi hewan percobaan di wilayah
tersebut dan juga kepada semua peneliti
dan semua pihak yang telah membantu
baik langsung maupun' tidak langsung
dalam pelaksanaan penelitian ini.

KEPUSTAKAAN
1. International Council for Laboratory Animal
Science Expert Committee (1983). Standar-
dized Nomenclature for Non Inbred Ani-
mals. Bul1.I.C.L.A. S.No. 52.
2. Lau Kheng Khuang (1966). Laboratory
Animal Production Under Malaysian Condi-
tion. Bull. Institute for Medical Research
of Malaya No. 13.

3. Pudjoprajitno, et al. (1978). Beberapa Kela-


inan Organ Tubuh yang Nampak Pada Mar-
mut Lokal. Bull. Fakultas Peternakan, Uni-
versitas Gajahmada, VO. 2.
4. Mangkoewidjojo S (1981). Teknik Hewan
Percobaan. Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Gadjahmada, Yogyakarta.
5. Habibie, I.B. J (1983). Pola Kebijaksanaan
Nasional Riset dan Teknologi di bidang
Industri Farmasi. Ceramah di sampaikan
pada simpwium Ilmiah Konggres Nasional
ISFI, Jakarta.
6. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan (1982). Program Pengawasan Obat
dan Makanan. Risalah disampaikan pada
Sepadyakes ke I, Direktorat Jenderal Peng-
awasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Bul. Penelit. Kesehat. 1 4 (3) 1986

You might also like