You are on page 1of 9
Mette pa renga Medi, GU 199; 60): 26. ed -MALOKLUSI PADA REMAJA USIA 12-17 TAHUN DI MEDAN LL Natamibarja dan U.A. Lubis ‘agian imu Kedokteran Gigi Pencepahan dan Time Kesehatan Gig Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universi Sunatere Ua 1. Natamiharja dan U.A. Lubis. Malou pa maja usin 12-17 tahun di Medan Jamal Kedoktern Gipi Universi Indonesia 1999; 62): 26- Abstrak Peneitan ini untuk mengeahulkebutuban peswatan malo, pevalens dan keparshan nalokus dantararemaja,Diambil sebagai sampel stu SMP yang berada di ping Kota Medan, ‘eran muri seSonyak 213 orang diperitsndskolh yng edit data ak 472%, prema 52388 yong best 12-17 ehun, Pengukuran males clan oleh satu orang, menggunk=n Treatment Priority Index (TPL dai Grange, 1967) langsung di dalam sul. Tidak sats anak menggunakan pesawat rtodont cel atau lepasan. Prevalens yang tidak mengalami maloklus 15.62%, malokus ingan 27-23%, malls sedang 26 16%, malokls beat 1831% din sant ‘ert 14,089 Prensa dito oka 18,308, meio okiusi 093%, Dapat kami smpulkan bah ‘revalensmaokis! dan Kebutanpeawatantaloklsicakup gi dat amp xm sper ane ‘Signa oleh peli lana di beberapa tempt Abstract “The sim ofthis study as oases the need fr onodntc treatment, prevalence and severity cof malocclusion among teragers. A hgh school ected ina suburban area of Medan wat chosen a ‘cluster sume. All aden (23 individual, male 47.42% ad females 52.58% age 12-17 you) ‘were examined at school The measurement of maloclsion ws perermed ay one examiner, ung ‘TrestmentPriosty Index (TP, Grainger, 1967) ety inthe mah. None of the students wore removable of fixed onbadenic liane. Te prevalence need fr onhodontic treatment vas $9,159 ‘The protalense of nasal olin nab 13627 sauces 27.23%, erate recon 26,16 severe malocclusion 18.3% and very severe 148% The percentage of dso oclsion vas 180% nd meso oechsion 0939 an twat contd thatthe prevalence of malochsion and the ‘eed of orthadonic teatment vas high, similar as reported in ther counties. 2% Pendahuluan Pelayanan keschatan masyarskat ibe toerspa negara berkembang umumnya toelum mengikut-sertakan pelayanan ono- dln dalam program pelayanan Kesehatan ‘masyarakst. Menurut — Djokosalamoen (1983), Koesoemahardja dkk (1991), Desi Fitri (1991) pada bangsa yang teri dai Derbagai macam sul bangst dan terjad percampuran antar suka bangsa tescbut, Seperti di Indonesia, eenderang didaptian prevalensi maloklusl yang tinggi berkisar ‘ntra 70.27-99,899', ‘Di Amerika tahun 1970 diadakan penel i oklusi yang dapat dikategorikan deal dan selebihnya maloklusi para Tingkat maloklusi ini disebabkan adanya berbngai populasi campuran di Amerika Serikat. Menurat Morris dkk (1983), mal kta iarang dump pada negara-negara ‘yang kurang populas arparanaya ‘Malokust adalah oklusi yang menyim- pang dari normal. Penyimpangan tersebut Ierupakan cir-cir maloklusl Yang jumlah ddan macamnya sangat bervariasibaik pada tiaptiap individu maypun sckelompok populis?. Penderita malolusi di Indonesia cokup tinggi welaupun jumlah permintaan akan perawaten ortodonti —masih_kurang. Penelian Gan Gan P. dkk (1997) tentang ‘maloklusi pade muridmurid SMP di wil yeh Kotanadya Bandung menunjukkan ‘aha rsponden yang mengetaui bahwa ‘maloklust dapat drwat 54.4% Peneltian Mohammad Dharma Utama

You might also like