You are on page 1of 5

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Identitas Ibu
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi.
b. Riwayat kesehatan dahulu
 Adanya trauma sebelumnyaakibat efek pemeriksaan amnion.
 Sintetis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
 Kehamilan ganda, polihidramnion.
 Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.
 Selaput amnion yang lemah/tipis.
 Posisi fetus tidak normal.
 Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek.
 Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang pernah hamil
kembar atau turunan kembar.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
 Mata perlu diperiksa di bagian sklera, konjungtiva.
 Hidung ada/tidaknya pembengkakan konka nasalis. Ada/tidaknya hipersekresi
mukosa.
 Mulut : gigi karies/tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa gigi.
 Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB, dan tiroid.
b. Dada
 Toraks
Inspeksi : kesimetrisan dada, jenis pernapasan torak abdominal, dan tidak ada
retraksi dinding dada. Frekuensi pernapasan normal 16-24 kali/menit. Iktus
cordis terlihat/tidak.
Palpasi : payudara tidak ada pembengkakan
Auskultasi : terdengar BJ I dan II di IC kiri/kanan. Bunyi napas normal vesikuler.
 Abdomen
Inspeksi : ada/tidak bekas operasi, striae, dan linea
Palpasi : TFU, kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih penuh/tidak.
Auskultasi : DJJ ada/tidak
c. Genitalia
 Inspeksi : kebersihan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (red, edema,
discharge,approximately), pengeluaran air ketuban (jumlah, warna, bau) dan
lendir merah muda kecoklatan.
 Palpasi : pembukaan serviks (0-4)
 Ekstremitas : edema, varises ada/tidak
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.
b. Golongan darah dan faktor Rh
c. Rasio lesitin terhadap spingomielin (rasio US) : menentukan maturitas janin.
d. Tes ferning dan kertas nitrazine : memastikan pecah ketuban
e. Ultrasonografi : menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin, dan lokasi
plasenta
f. Pelvimetri : identifikasi posisi janin.

Diagnosis Keperawatan

1. Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan,
vagina berulang, dan ruptur membran amniotik.
2. Kerusakan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan adanya penyakit
3. Risiko tinggi cidera pada janin yang berhubungan dengan melahirkan bayi prematur/ tidak
matur.
4. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/ janin.
5. Risiko tinggi penyebaran infeksi/ sepsis yang berhubungan dengan adanya infeksi, prosedur
invasif, dan peningkatan pemahaman lingkungan.
6. Risiko tinggi keracunan karena toksik yang berhubungan dengan dosis/ efek samping
tokolitik.
7. Risiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan intervensi pembedahan,
penggunaan obat tokolitik.
8. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan hipersensitivitas otot.
9. Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan masukan
cairan.
Intervensi Keperawatan

1. Diagnosis 1 : Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif,
pemeriksaan vagina berulang, atau ruptur membran amniotik.
Tujuan : infeksi maternal tidak terjadi.
Kriteria hasil : dalam waktu 3x24 jam ibu bebas dari tanda-tanda infeksi (tidak demam,
cairan amnion jernih, hampir tidak berwarna, dan tidak berbau).

Intervensi Rasional
Mandiri :
a. Lakukan pemeriksaan vagina awal, a. Pengulangan pemeriksaan vagina
ulangi bila pola kontraksi atau perilaku berperan dalam insiden infeksi saluran
ibu menandakan kemajuan asendens.
b. Gunakan teknik aseptik selama b. Mencegah pertumbuhan bakteri dan
pemeriksaan vagina kontaminasi pada vagina
c. Anjurkan perawatan perineum setelah c. Menurunkan risiko infeksi saluran
eliminasi setiap 4 jam dan sesuai asendens.
indikasi.
d. Pantau dan gambarkan karakter cairan d. Pada infeksi, cairan amnion menjadi
amniotik. lebih kental dan kuning pekat serta
dapat terdeteksi adanya bau yang kuat.
e. Pantau suhu, nadi, pernapasan, dan sel e. Dalam 4 jam setelah membran ruptur,
darah putih sesuai indikasi. insiden korioamnionitis meningkat
secara progresif sesuai dengan waktu
yang ditunjukkan melalui TTV.
f. Tekankan pentingnya mencuci tangan f. Mengurangu perkembangan
yang baik dengan benar. korioamnionitis pada ibu berisiko.
Kolaborasi
g. Berikan cairan oral dan parenteral sesuai g. Meski tidak boleh sering dilakukan,
indikasi. Berikan enema pembersih bila namun evaluasi usus dapat
sesuai indikasi. meningkatkan kemajuan persalinan dan
menurunkan risiko infeksi.
h. Berikan antibiotik profilaktik bila h. Antibiotik dapat melindungi
diindikasikan. perkembangan korioamnionitis pada ibu
berisiko.

2. Diagnosis 2 : Gangguan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan proses
penyakit.
Tujuan : pertukaran gas pada janin kembali normal.
Kriteria hasil yang diharapkan dalam waktu 1x24 jam
a. Klien menunjukkan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal.
b. Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksia selama persalinan.

Intervensi Rasional
Mandiri
a. Pantau DJJ setiap 15-30 menit a. Takikardi atau bradikardi janin adalah
indikasi dari kemungkinan penurunan
yang mungkin perlu diintervensi.
b. Periksa DJJ dengan segera bila terjadi b. Mendeteksi distres janin karena kolaps
pecah ketuban dan periksa 5 menitan alveoli.
kemudian, observasi perineum ibu
untuk mendeteksi prolaps tali pusat.
c. Perhatikan dan catat warna serta c. Pada presentasi verteks, hipoksia yang
jumlah cairan amnion dan waktu lama mengakibatkan cairan amnion
pecahnya ketuban. berwarna seperti mekonium karena
rangsangan vagal yang merelaksasikan
sfingter anus janin.
d. Catat perubahan DJJ selama kontraksi. d. Mendeteksi beratnya hipoksia dan
Pantau aktivitas uterus secara manual kemungkinan penyebab janin rentan
atau elektronik. Bicara pada ibu/ terhadap potensi cedera selama
pasangan dan memberikan informasi persalinan karena menurunnya kadar
tentang situasi tersebut. oksigen.
Kolaborasi
e. Siapkan untuk melahirkan dengan cara e. Dengan penurunan visibilitas mungkin
yang paling baik atau dengan memerlukan kelahiran seksio caesaria
intervensi bedah bila tidak terjadi untuk mencegah cedera janin dan
perbaikan. kematian karena hipoksia
3. Diagnosis 3 : Ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri sendiri/
janin.
Tujuan : mengurangi kecemasan
Kriteria yang diharapkan dalam waktu 1x24 jam :
a. Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektif.
b. Berpartisipasi aktif dalam proses melahirkan.

You might also like