You are on page 1of 14

INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN DAN MORFOLOGI

DAERAH VULKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penginderaan Jauh


Dosen : Dra. Esti Sarjanti, MSi.

Dibuat Oleh :
Rusfik Yulli Anur Wati (1701010018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
A. Tema : Interpretasi Penggunaan Lahan dan Morfologi Daerah Vulkan

B. Hari / Tanggal : Kamis, 02 Mei 2019


Waktu : Pukul 08.40 - Selesai
Tempat : Laboratorium Penginderaan Jauh

C. Tujuan
1. Mengetahui karakteristik penggunaan lahan daerah vulkanik
2. Mengetahui morfologi daerah vulkanik
3. Mampu mengenali kenampakan objek pada citra yang didapat dari aplikasi
Google Earth
4. Mampu menginterpretasi berdasarkan unsur-unsur interpretasi citra
5. Mampu membuat simbol berdasarkan peta RBI

D. Alat dan Bahan


Alat :
1. Spidol OHP F
2. Isolasi
3. Spirtus
4. Kapas
5. Penggaris
6. Pensil Warna/ Crayon
7. Penghapus
Bahan :
1. Foto Udara Pankromatik Berwarna, Daerah Vulkanik Lereng Gunung Slamet,
Banyumas, Jawa Tengah dengan skala 1:20.000
2. Plastik Transparan
3. Buku Penginderaan Jauh
4. Kertas Kalkir
5. Kertas HVS
E. Cara Kerja
1. Menyiapkan foto udara yang di unduh dari aplikasi Google Earth
2. Menempelkan foto udara di meja menggunakan isolasi agar tidak bergeser
3. Menempelkan plastik transparan di foto udara.
4. Membuat garis batas untuk menentukan cakupan wilayah yang akan diinterpretasi
5. Melakukan interpretasi berdasarkan unsur-unsur interpretasi citra
6. Membuat simbol berdasarkan masing-masing objek

F. Kajian Teori
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
objek, wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, wilayah, atau gejala
yang dikaji.
Citra penginderaan jauh adalah data berupa gambar yang diperoleh dalam
sistem penginderaan jauh Citra penginderaan jauh adalah gambaran rekaman
objek yang dihasilkan dengan cara optik, elektro - optik, optik - mekanik atau
elektronik. Gambar yang dihasilkan mirip dengan objek sesungguhnya di alam.

Citra Foto Udara Pankromatik Berwarna


Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra
dengan maksud untuk menidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek
tersebut. Rangkaian kegiatan yang diperlukan di dalam pengenalan obyek yang
tergambar pada citra yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi berarti
penentuan ada atau tidak adanya sesuatu obyek pada citra. Ia merupakan tahap
awal dalam interpretasi citra. Keterangan yang didapat pada tahap deteksi bersifat
global. Keterangan yang didapat pada tahap interpretasi selanjutnya, yaitu pada
tahap identifikasi, bersifat setengah rinci. Keterangan rinci diperoleh dari tahap
akhir interpretasi, yaitu tahap analisis.
Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
interpretasi foto udara monoskopis dan interpretasi foto udara stereoskopis.
Interpretasi foto udara monoskopis merupakan kegiatan interpretasi foto udara
tanpa menggunakan alat bantu, hanya menggunakan mata telanjang. Interpretasi
foto udara stereoskopis merupakan kegiatan interpretasi foto udara dengan
menggunakan alat bantu yang bernama stereoskop.
Unsur-Unsur Interpretasi Citra

1. Rona/ warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Rona
merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya. Sedangkan warna
adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit,
lebih sempit dari spektrum tampak. Permukaan yang menyerap cahaya seperti
permukaan air akan berwarna gelap, sedangkan tanah yang kering akan berwarna
cerah karena memantulkan cahaya ke kamera atau satelit penangkap
sinyal/gelombang cahaya. Contoh tegalan akan tampak lebih cerah diabndingkan
dengan semak belukar.
2. Bentuk
Bentuk merupakan konfigurasi atau kerangka suatu objek, sehingga dapat
mencirikan suatu penampakan yang ada pada citra dapat di identifikasi dan dapat
dibedakan antar objek. Dari penampakan pada citra maupun foto udara dapat di
identifikasi bentuk massa bangunan, maupun bentuk-bentuk dasar fisik alam
lainnya seperti jalan, sungai, kebun, hutan dan sebagainya. Dengan melihat
bentuk-bentuk fisik dari citra maupun foto udara dapat ditentukan penggunaan
lahan suatu tempat, sebagai contoh bentuk penggunaan lahan untuk kawasan
industri/ pergudangan yang di cirikan dengan bentuk bangunan yang seragam
persegi dan massa bangunan yang cukup. Kenampakan sungai berbeda dengan
jalan raya, jika sungai berbentuk berkelok-kelok sesuai dengan alirannya, tetapi
jalan berbentuk lurus dan teratur.
3. Ukuran
Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan
volume. Ukuran obyek pada citra maupun foto udara merupakan fungsi skala
sehingga dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu
memperhatikan skala citranya. Dengan kata lain ukuran merupakan perbandingan
yang nyata dari obyek-obyek dalam citra maupun foto udara, yang mengambarkan
kondisi di lapangan. Sebagai contoh perbedaan antara ukuran lapangan biasa
dengan stadion, ukuran jalan lingkungan berbeda dengan jalan arteri. Perbedaan
ukuran antara stdion dan lapangan sepak bola biasa atau lahan kosong yang di
manfaatkan untuk lapangan. Dengan melihat perbedaan ukuran ini, dapat
menentukan penggunaan lahan suatu area ataupun kapasitas/ daya tampung obyek
tersebut serta fungsi dari obyek yang diamati dalam dunia nyata sehari-harinya.
4. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona
kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur
sering dinyatakan dari kasar sampai halus. Tekstur merupakan hasil gabungan dari
bentuk, ukuran, pola, bayangan serta rona. Dengan melihat tekstur dapat di
kelompokkan penggunaan lahan atau fungsi dari kawasan-kawasan tertentu.
Misalnya tekstur semak belukar akan kelihatan lebih halus berbeda dengan hutan.
5. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek
bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah lainnya. Pengulangan bentuk
tertentu dalam hubungan merupakan karakteristik bagi obyek alamiah maupun
bangunandan akan memberikan suatu pola yang membantu dalam interpretasi
citra maupun foto udara dalam mengenali obyek tertentu. Misalnya pola
perumahan yang teratur menunjukkan adanya kompleks perumahan (permukiman
bukan perkampungan). Atau pola yang persegi dan teratur serta bentuk dan
ukuran yang hampir sama dapat menunjukkan suatu perkantoran ataupun kawasan
pendidikan. Dalam menginterpretasi citra atau foto udara pola sangat di
perhatikan, guna membedakan antara obyek-obyek yang hampir sama
karakteristiknya, jika di interpretasi dengan unsur-unsur sebelumnya. Pola
perumahan yang teratur menunjukkan bahwa obyek tersebut merupakan
perumahan bukan tipe perkampungan, tetapi perumahan yang dibangun/
dikembangan oleh developer.

6. Bayangan
Bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek
yang justru lebih tampak dari bayangannya. Akan tetapi di sisi lain keberadaan
bayangan merupakan suatu kondisi yang bertentangan, pada satu sisi bentuk dan
kerangka bayangan dapat memberikan gambaran profil suatu obyek. Tetapi pada
lain sisi jika ada suatu obyek yang berada di bawah bayangan, maka hanya sedikit
memantulkan sedikit cahayadan sulit untuk diamati pada citra atau foto udara.
Dengan bantuan unsur bayangan ini juga dapat menentukan arah mata angin serta
pengenalan terhadap suatu obyek yang kemungkinan sulit diamati sebelumnya.
7. Situs
Situs atau lokasi suatu obyek dalam hubungannya dengan obyek lain dapat
membantu dalam menginterpretasi foto udara ataupun citra ikonos. Situs ini
sering dikaitkan antara obyek dengan melihat obyek yang lain. Contoh hutan lebih
dominan berada di daerah lereng atas.
8. Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek
yang lain, dengan kata lain asosiasi ini hampir sama dengan situs. Adanya
keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering menjadi petunjuk
adanya obyek yang lain. Contoh pemukiman berada di daerah kaki gunung
Konvergensi bukti dapat diartikan penggunaan kombinasi unsur-unsur
interpretasi sebagai pengumpulan dan pemilahan bukti untuk menyimpulkan suatu
obyek yang terdapat pada citra. Di dalam mengenali obyek pada citra hendaknya
tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi saja, tetapi dianjurkan untuk
menggunakan unsur sebanyak mungkin. Semakin banyak menggunakan
kombinasi unsur-unsur interpretasi, semakin menciut lingkupnya ke arah titik
simpul tertentu. Jadi konvergensi bukti dapat pula dikatakan sebagai bukti-bukti
yang mengarah pada simpul-simpul tertentu.

Definisi dan Morfologi Daerah Vulkan


Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol
oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi. Keluarnya magma dari dalam
bumi terjadi pada gunug api. Gerakan magma keluar ditentukan oleh
kekentalannya yang dipengaruhi kandungan gas di dalamnya. Istilah vu;lkanisme
berarti aktivitas alamiah yang berupa keluarnya magma dari dalam bumi. Ada tiga
macam vulkanisme yang dikenal yaitu letusan, lelehan, dan campuran. Hasil
vulkanisme berupa padatan yang terdiri dari batuan vulkanik dengan berbagai
ukuran. Selain itu dalam wujud gas dan likuid. Morfologi Gunung api dapat
dibedakan menjadi 3 zona yaitu:
1. Zona pusat erupsi Zona ini merupakan zona/daerah yang merupakan zona tempat
keluarnya magma dari dalam bumi pada saat erupsi yang pada umumnya berupa
puncak dari gunung api. Zona ini memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Banyak radial dike/sill
b. Adanya sumbat kawah (plug) dan crumble breccia
c. Adanya zona hidrotermal
d. Sifat piroklastiknya kasar
e. Bentuk morfologi kubah dengan pusat erupsi

Potrensi positif dari zona ini antara lain keindahan yang dapat dijadikan tempat
pendakian yang menarik. Selain itu juga dapat terbentuknya danau kawah pada
zona ini sehingga menimbulkan keindahan tersendiri. Zona ini juga dapat
menghasilkan produk-produk sumber daya alam seperti belerang sehingga dapat
ditambang. Potensi positif laiinya yaitu adanya panas bumi yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber tenaga listrik dari proses hidrotermal. Potensi
negatif dari zona ini yaitu terkena langsung produk-produk hasil erupsi. Sebagai
contoh lava yang keluar pada saat erupsi akan segera menghancurkan daerah ini.
Selain itu material-material piroklastik seperti abu gunung api, lapili gunung api,
bom gunung api akan menutupi zona ini sehingga akan segera membunuh
kehidupan yang ada pada zona ini. Zona ini juga kan menerima dampak langsung
dari awan pijar yang merupakan campuran ynag pekat dari gas, uap dan material
halus yang bersuhu tinggi (hingga 1200° C) sehingga semua yang ada pada zona
ini akan terbakar. Potensi negatif lainnya yitu keluarnya gas-gas beracun berupa
fumarol yaitu gas H2S yang mengeluarkan uap air, muncul sebagai gejala post
vulkanisme.Selain fumarol juga terdapat gas beracun lainnya yang juga
berbahaya seperti solfator dan mofet.

2. Zona Proksimal Zona proksimal merupakan zona yang terkena dampak langsung
dari erupsi gunung api. Zona ini pada umumnya berupa lereng dari gunung api.
Zona ini dicirikan oleh:
a. Materila piroklastik agak terorientasi
b. Terdapat lapuk pada lava dan material piroklastik yang dicirikan oleh soil yang
tipis
c. Sering dijumpai parasitic cone
d. Banyak dijumpai ignimbrit dan welded tuff

Potensi positif dari zona ini yaitu sebagai tepat wisata pendakian seperti halnya
zona erupasi yang menyimpan keindahan tersendiri. Zona ini juga dapat menjadi
sumber barang tambang seperti belerang yang merupakan gejala post vulkanisme.
Zona ini juga dapat menjadi daerah pengisian air tanah bagi daerah-daerah sekitar
gunung api. Potensi positif laiinnya antara lain adanya geyser berupa semburan
mata air panas yang keluar dari celah atau retakan batuan. Potensi negatif dari
zona ini adalah adanya aliran lava serta dampak lansung dari produk piroklastik
baik itu pyroclastic fall, pyroclastic surge, maupun pyroclastic flow. Produk
tersebut antara lain bom gunung api, lapili gunung api, abu gunung api, serta awan
pijar. Kehidupan pada zona ini akan musnah karena suhu yang sangat tinggi pada
produk-produk erupsi yang secara langsung mengenai zona ini. Selain itu daerah
ini akan rawan terjadi gerakan massa berupa lahar. Hal itu dapat terjadi ketika
material-material hasil erupsi mengendap pada zona yang notabene berupa lereng
gunung api ini. Sehingga ketika hujan turun maka akan serta merta membawa
material-material yang menumpuk di daerah ini ke tempat yang lebih rendah.

3. Zona Distal Zona distal merupakan zona yang terkena dampak erupsi gunung api
secara tidak langsung. Zona ini dicirikan oleh:
a. Material piroklastik berukuran halus
b. Banyak dijumpai lahar

Potensi positif dari zona ini antara lain lahan pertanian yang subur. Hal ini dapat
terjadi karena tanah yang terkena dampak erupsi akan menjadi subur, sehingga
memungkinkan untuk menjadi lahan pertanian yang produktif. Daerah ini juga
dapat menjadi zona wisata yang tak kalah indah. Selain itu keuntungan lain dari
zona ini adalah barang tambang golongan C yang banyak terdapat setelah terjadi
adanya erupsi. Misalnya saja endapan-endapan pasir pada lairan-aliran sungai.
Endapan pasir hasil erupsi tersebut juga mengandung banyak mineral sehingga
memeiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Daerah vulkanik mempunyai beberapa ciri khas tertentu yang dapat dikenali,
yaitu:
a. daerah kawah, pola kontur pada daerah ini berupa kontur yang tertutup dan
melingkar, jika kawahnya berupa kaldera, maka lingkarannya akan semakin besar.
Pola aliran sungai di daerah ini berupa aliran radial.
b. jatuhan piroklastik, pola kontur di daerah ini ditandai dengan jarak antar kontur
yang cenderung sama (spasi konturnya sama). Hal ini menandakan bahwa,
endapan piroklastik yang terbentuk memiliki ketebalan yang sama.
c. aliran lava, bentukan kontur di daerah ini berupa punggungan memanjang.
punggungan memanjang ini terbentuk akibat adanya aliran lava yang cenderung
kental dan panas. Arah dari punggungan ini mencerminkan arah aliran dari
lavanya. Sehingga, kita bisa mengikuti aliran lava ini hingga ke sumber erupsinya.
d. aliran lahar. aliran lahar ditandai dengan bentukan kontur dan citra satelit yang
morfologi daerahnya berupa bentukan kipas. endapan yang tebal dilembah dan
tipis di lereng terjal dikenal sebagai endapan surge.

G. Hasil dan Pengolahan


Jenis Citra : Foto Udara Pankromatik Berwarna
Skala : 1 : 20.000
Daerah : Kaki Gunung Slamet
Lintang : 7°20′ 17.04′′𝑆
Garis Bujur : 109°10′ 50.92′′𝑆
Tabel Interpretasi Citra
Objek Rona Bentuk Ukur Tekstu Pola Bayanga Situs Asosiasi Simbol
an r n
Jalan Gelap Garis Lebar Halus Teratur Tidak Di Pemukiman
Ada Sepanjang
Pemukima
n
Sungai Gelap Garis Lebar Halus Tidak Teratur Tidak Daerah Pintu Air
Ada Aliran
Sungai
Tegalan Agak Persegi Luas Halus Teratur Tidak Kaki Hutan
Gelap Panjang Ada gunung
Hutan Gelap Tak Luas Kasar Tidak Teratur Tidak Lereng Tegalan
Beraturan Ada Tengah
Semak Belukar Agak Tak Luas Sedang Tidak Teratur Tidak Permukim Pemukiman
Gelap Beraturan Ada an
Lahan Kosong Cerah Persegi Luas Halus Tidak Teratur Tidak Lahan Hutan
Ada Tidak
Subur
Pemukiman Cerah Persegi Kecil Kasar Tidak Teratur Ada Memanjan Jalan
g
mengikuti
jalan
Pintu Air Cerah Persegi Kecil Kasar Teratur Ada Aliran Sungai
Sungai

Konvergensi Bukti
Objek Bentuk Rona Ukuran Pola
(Tidak Beraturan) (Gelap) (Luas) (Tidak Teratur)
Hutan Tak Beraturan Gelap Luas Tidak Teratur
Tegalan Persegi Panjang Agak Gelap Luas Teratur
(Tidak Sesuai) (Tidak Sesuai) (Tidak Sesuai)
Semak Belukar Tak Beraturan Agak Gelap Luas Teratur
(Tidak Sesuai) (Tidak Sesuai)
H. Pembahasan
Dari interpretasi yang dilakukan terdapat 20 objek yang telah diinterpretasi.
1. Objek pertama dengan rona gelap, bentuk garis, ukuran lebar, tekstur halus, pola
teratur, bayangan tidak ada, situs di sepanjang pemukiman, dan asosiasi dengan
pemukiman. Dapat disimpulkan bahwa objek tersebut adalah jalan.
2. Objek kedua dengan rona gelap, bentuk garis, ukuran lebar, tekstur halus, pola
tidak teratur, bayangan tidak ada, situs di daerah aliran sungai, dan asosiasi
dengan pintu air. Dapat disimpulkan bahwa objek tersebut adalah sungai.
3. Objek ketiga dengan rona agak gelap, bentuk persegi panjang, ukuran luas, tekstur
halus, pola teratur, bayangan tidak ada, situs di kaki gunung, dan asosiasi dengan
hutan. Dapat disimpulkan bahwa objek tersebut adalah tegalan.
4. Objek keempat dengan rona gelap, tak berbentuk, ukuran luas, tekstur kasar, pola
tidak teratur, bayangan tidak ada, situs lereng tengah, dan asosiasi dengan tegalan.
Dapat disimpulkan bahwa objek tersebut adalah hutan.
5. Objek kelima dengan rona agak gelap, tak beraturan, ukuran luas, tekstur sedang,
pola tidak teratur, bayangan tidak ada, situs di pemukiman, dan asosiasi dengan
pemukiman. Dapat disimpulkan bahwa objek tersebut adalah semak belukar.
6. Objek keenam dengan rona cerah, bentuk persegi, ukuran luas, tekstur halus, pola
tidak teratur, bayangan tidak ada, situs di lahan tidak subur, dan asosiasi dengan
hutan. Dapat disimpulkan bahwa objek tersebut adalah lahan kosong.
7. Objek ketujuh dengan rona cerah, bentuk persegi, ukuran kecil, tekstur kasar, pola
tidak teratur, bayangan ada, situs memanjang mengikuti jalan, dan asosiasi dengan
Jalan. Dapat disimpulkan bahwa objek tersebut adalah permukiman.
8. Objek kedelapan dengan rona cerah, bentuk persegi, ukuran kecil, tekstur kasar,
pola teratur, bayangan ada, situs di aliran sungai, dan asosiasi dengan sungai.
Dapat disimpulkan bahwa objek tersebut adalah pintu air.

Kemudian dari contoh interpretasi suatu objek menggunakan konvergensi


bukti didapat hasil bahwa yang berbentuk tidak beraturan, rona gelap, berukuran
luas, dan polanya tidak teratur adalah hutan. Karena tegalan bentuk, rona dan
polanya tidak sesuai, sedangkan semak belukar rona dan polanya yang tidak
sesuai.
Dari pengertian dan ciri-ciri morfologi daerah vulkan, terdapat beberapa objek
yang menunjukkan bahwa wilayah yang ada di foto udara adalah daerah vulkan,
yaitu banyak hutan dan tegalan. Dalam kajian pada citra pankromatik berwarna di
atas tentang daerah vulkan di kaki gunung Slamet, dapat dikategorikan atau dibagi
menjadi 3 daerah, yaitu daerah lereng atas, lereng tengah, dan lereng bawah,
dimana di daerah lereng atas didominasi oleh hutan. Di daerah tersebut memang
sebagian besarnya adalah hutan dan tanaman-tanaman besar lainnya. Di daerah
lereng tengah didominasi oleh tegalan walaupun tak sedikit terdapat lahan yang
dimana ditumbuhi pohon-pohon berukuran sedang hingga besar. Dimana di
daerah ini digunakan oleh masyarakat untuk menanam sayuran atau
mengembangkan holtikultura. Sedangkan di daerah lereng bawah yaitu digunakan
masyarakat sebagai area pemukiman.

I. Kesimpulan
1. Kenampakan suatu objek di muka bumi dapat diidentifikasi dengan
menginterpretasi foto udara menggunakan stereoskop cermin
2. Interpretasi dilakukan berdasarkan delapan unsur interpretasi yaitu rona/ warna,
bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi
3. Terdapat 8 objek hasil interpretasi yaitu jalan, sungai, tegalan, hutan, semak
belukar, lahan kosong, pemukiman, dan pintu air.
4. Karakteristik penggunaan lahannya didominasi untuk hutan dan banyaknya
tegalan di daerah lereng tengah.

J. Daftar Pustaka
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

You might also like