You are on page 1of 35

PROTEKSI STL

Minggu ke - 1
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah / Kode MK : Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Dosen : Dr. Santosa Gitosusastro
Program / Sem / Kredit : S1 / 7 (tujuh) / 2 (dua) SKS
Buku Ajar : Belum ada (ada tayangan tiap tatap muka)
Referensi
• J.L Blackburn and TJ Domin, “Protective Relaying: Principle and Application,” 3rd Edition, CRC Press, 2007.
• Stanley H. Horowitz, Arun G. Phadke “Power System Relaying”, 3rd Edition ,John Wiley & Sons, 2008.

No. Hari / Tanggal / Pertemuan Modul Kuliah


1. Pertemuan 1 Pengantar Proteksi STL
2. Pertemuan 2 Refreshing Komponen Simetri & Analisa Hubung Singkat
3. Pertemuan 3 Pendeteksian Gangguan, Peralatan Pendeteksi Gangguan dan
Pengenalan Peralatan Proteksi.
4. Pertemuan 4 Grounding / Pentanahan
5. Pertemuan 5 Proteksi Jaringan Distribusi
6. Pertemuan 6 Proteksi Saluran Transmisi
7. Pertemuan 7 Teleproteksi – Review – Latihan Soal
Ujian Tengah Semester - UTS
8. Pertemuan 8 Proteksi Generator dan Sistem Pembangkitan
9. Pertemuan 9 Proteksi Transformator
10. Pertemuan 10 Proteksi Motor dan Peralatan Listrik Lainnya
11. Pertemuan 11 Proteksi Sistem Tenaga Terinterkoneksi
12. Pertemuan 12 Blackout, Load Shedding dan Recovery Gangguan Sistem.

13. Pertemuan 13 Latihan Soal


14. Pertemuan 14 Review
Minggu Tenang
Ujian Akhir Semester (UAS)
ECI 722- Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Tujuan:
Memahami sistem dan peralatan proteksi yang digunakan pada instalasi pembangkit,
transmisi, distribusi dan instalasi pengguna.

Tata Tertib Kuliah


1. Kuliah 1 kali tiap minggu 2 x 50 menit.
2. Ada quiz yang akan diberikan secara random, dikerjakan selama sekitar 30 - 50 menit.
3. Akan ada Tugas kelompok sekitar 2 Tugas.
4. UTS dan UAS bersifat closed book.
Mahasiswa boleh membuat rangkuman dari bahan kuliah sebanyak 1 (satu) lembar kertas A4
polos bolak-balik.
5. Bobot perkuliahan
adalah: 10% absen
10% quiz / Tugas Individu / Tugas kelompok
30% UTS
50% UAS
6. Email sgito54@gmail.com
7. Tata tertib kuliah
• Tidak boleh pindah kelas
• Matikan HP
• Boleh terlambat maksimum 15 menit
• Tidak boleh keluar – masuk kelas
Minggu -1 Pendahuluan

• Review Sistem Tenaga


• Gangguan sistem
• Kondisi transien
• Pengertian Proteksi
• Jenis-jenis relai
TOPOLOGI JARINGAN 500 kV
Electricit SISTEM JAWA BALI
y For
A Better
Life
SLAYA BJGRA
SURALAYA EXT U 2008 T. NAGA

2009 GU U 2009,2010 N
CLGON BLRJA KMBNG
MRTWR JABAR UTARA
2006 CWANG 2006 GU
U 2009,2010
LABUHAN LKONG BKASI CBATU U U TJATI.A/C TJATI REMBANG
2009,2010 2015 2010 U U 2009 W E
GNDUL
U
A CRATA
T. Jati B SCPP TJATI BARU
CIBNG
DEPOK
SGLNG U U 2009 T.AWAR
2006
U A MDCAN PMLNG
2010 U S
JABAR SELATAN CSKAN BDSLN 2011
2009,2010
2012
LGDAR RCKEK GRSIK MADURA
2010 2007 UNGAR G
P TSMYA SBBRT
2005 2012
NGBNG SBLTN
RWALO 2007 2006/7
2011
JAWA PAITON
PKLAN G UN 2009
2012 U CLCAP
2011 MNRJO GRATI
GU
U PITO
KLTEN 2012
BNGIL
2011
JATIM SELATAN U
2009,2010 KDBRU NGORO
2015
GU
BALI
KAPAL
2011

PT PLN P(ersero)
Edit
DIREKTORAT TRANSMISI DAN DISTRIBUSI
Mei 2007
KANTOR PUSAT
PETA JARINGAN 500 kV Sub DIREKTORAT
SISTEM JAWA BALI PERENCANAAN SISTEM

Rencana 500 kV U PLTU D PLTD

Kit Eksisting
Rencana 500 kV G PLTG A PLTA

PLTGU PLTP Kit Rencana


GU P
Banda Aceh

Peta Jaringan Transmisi


Sigli
Bireueun
Lhokseumawe
Jantho
P Idie
Seulawah NAD

Sumatera
110 MW, 2012
PLTA A Talang Cut
Peusangan Langsa
Takengon P.Brandan
Meulaboh 1 & 2
Electricit 2x100 MW, 2010, U Binjai GU PLTG/U Belawan
B. Pidhie
2011 Medan Baru
Meulaboh P. Geli SeG
i.Rotan1x150 MW, 2009
T. Tuan
y For Titi Kuning
Perbaungan
Sumut Inf. Summit
2x200 MW, 2012, 2013 N
U K.Tanjung Asahan I
A Better Kotacane T.Tinggi
G.Para Kisaran 1 x180 MW, 2010
Brastagi Galang Asahan III
Life Subulussalam A
Aek
1x154 MW, 2012
Kanopan
W E
Sidikalang P.Siantar
Porsea
Sarulla-GeoPP 1-2 A PLTA Asahan
Sibayak
1x110 MW, 2011 Tele P 1x10 MW, 2007
Sarulla-GeoPP 3 Tarutung Simangkuk R.Prapat S
1x55 MW, 2012 P K.Pinang
Tj Balai Karimun 1 & 2
Sarulla-GeoPP 4-5, PLTA PLTP Sarula 2x6 MW, 2009
Dumai
1x110 MW, 2014 Sipan Sipahoras A Sibolga Tj Balai Karimun 1 & 2
G.Tua
Sarulla-GeoPP 6 PLTU Sibolga U
U
Duri
U 2x7 MW, 2009
Tj Balai Karimun 3 & 4
1x55 MW, 2015 Bagan Batu
2x6 MW, 2009
Lb. Angin-SCPP
2x115 MW, 2008, 2009 U Panyabungan Garuda Sakti U Bengkalis 1&2
2x7 MW, 2013, 2014
Sibolga A1,A2 Bangkinang
Pd. Sidempuan Bengkalis 3 & 4
2x100 MW, 2010, 2011 G Teluk Lembu 1x14 MW, 2012
Kt.Panjang Kulim
HPP U Tj Pinang 1 & 2
A 2x10 MW, 2009
RIAU
Pd. Luar Payakumbuh Rengat 1 & 2 Sel. Panjang 1 & 2
Maninjau HPP T.Kuantan U 2x7 MW, 2009 U 2x7 MW, 2009
A Batusangkar
Rengat Sel. Panjang 1 & 2
A Tembilahan 1 & 2
U 2x7 MW, 2009 2x7 MW, 2010
Lubuk Alung Singkarak HPP U Ombilin

Pauh Limo A Indarung U


Salak Kiliranjao Cirenti 1 & 2 SCPP Kuala Tungkal
S.Haru Solok 2 x 150 MW, 2013, 2014
Bungus Aur Duri
SUMBAR Sengeti
Kambang 1 & 2
G G 1x28 MW, 2008
2x200 MW, 2011, 2012
U JAMBI Payo Selincah Keramasan 1 & 2 U Bangka 1&2
Bayung Lincir U 1x10 MW, 2009
Sumbar Pesisir 1 & 2 Jambi
G 2x100 MW, 2009
1x86 MW, 2010
2x100 MW, 2009, 2010 1x11 MW, 2009 Bayung Lincir
GU Keramasan 1 & 2 U Air Anyer 1 & 2
2x50 MW, 2009 1x10 MW, 2010
S.Lilin
S.Penuh 2x150 MW, 2009 G
2x7 MW, 2009, 2010 Bangko PLTG KAJI
Muba Borang G
U A 1x80 MW, 2009 G Tl.Kelapa
Inderalaya
S. Penuh G SUMSEL GU 1x40 MW, 2009 Belitung 1 & 2
Merangin-HPP G G. Megang Palembang Timur
Betung GU 1x150 MW, 2010 1. PLTG Apung
1x6 MW, 2008
1x350 MW, 2015 2x40 MW, 2007 U Belitung 1 & 2 Mantung 1 & 2
U Musi Rawas SCPP Keramasan
2. PLTG Ex Pulo Gadung 1x6 MW, 2009 1x10 MW, 2009
3. IPP Palembang Timur
Tes HPP 2 x 600 MW
Bukit Asam
U
A Lubuk Linggau 4Muara Enim SCPP
G
x 600 MW
U U Mariana
Excess Power
Simpang Tiga PERTAMINA+PUSRI
Curup Prabumulih Kayu Agung
(2001)
PT PLN (Persero) A
Edit Sukamerindu Lahat
DIREKTORAT TRANSMISI DAN DISTRIBUSI Musi HPP Gumawang
Mei 2007 1x210 MW, 2006 HVDC Interconnection
KANTOR PUSAT BENGKULU 55

Pagar Alam Baturaja LAMPUNG


Menggala
PETA JARINGAN TRANSMISI Ulubelu Sp. Surabaya
PERENCANAAN SISTEM 1 x 110 MW, 2010 P 90
Lampung Tengah 1 - 2
SISTEM SUMATERA Bukit Kemuning 65,5
Kotabumi U 1 x 12 MW, 2009
Trans Eksisting
16
TGNNG
Transmisi 500 kV 37,5 Sribawono
U PLTU D PLTD Besai HPP A
Metro
Trans Rencana
52
Adijaya 18,2

Transmisi 275 kV PLTA B.Tegi A Natar


S30utami Kalianda 1 & 2

G PLTG A PLTA Kit Eksisting 16,8 2x6 MW, 2009, 2010


Pagelaran P Tarahan 1& 2
U61,7 2x100 MW, 2008, 2009
Transmisi 150 kV Tl. Betung
LumutBalai GeoPP
Kit Rencana 1 x 110 MW, 2012 G Tarahan Baru 1& 2
GU PLTGU P PLTP Tarahan
2x100 MW, 2009, 2010
Transmisi 70 kV Kalianda
Apa Yang Harus Diproteksi

Peralatan Sistem Tenaga

1. Saluran Transmisi / Distribusi


2. Transformer
3. Peralatan Milik Pelanggan
4. Generator / Pembangkit

Sistem Tenaga

1. Operational Integrity – Power Quality – Power Delivery


2. Stabilitas System
Topologi Jaringan Sistem Tenaga Listrik
Pengaruh Kepada Sistem Tenaga

Proteksi Lokal
1. Peralatan Yang terdekat pada gangguan
2. Meminimalisir pemadaman beban
Mengurangi lamanya gangguan

Sistem Yang Lebih Luas


1. Menjaga stabilitas sistem
2. Potensi terhadap gangguan yang jauh

Power Quality
Peristiwa Apa Saja Yang Memerlukan Tindakan Proteksi
Gangguan
1. 1 Fasa ke Tanah – Paling sering
2. 2 Fasa ke tanah – berkembang dari 1 F ke T
3. Fasa ke Fasa
• 3 Fasa – sangat jarang
• Fasa terbuka (bisa juga 2 fasa)
4. Generator
• Loss of field
• Gangguan rotor

Kondisi Operasi Tidak Normal


1. Sub synchron resonance
2. Kondisi sistem – stabilitas
3. Dynamic vs steady state
• Overvolage - undervoltage
• Under frequency – Ocver frequency
• Reverse power ke generator
Pendeteksian Gangguan

Orde ½ cycle – 2 cycle


1. Pengukuran Tegangan dan Arus
2. Keterlambatan Filter Digital
3. Pengukuran Irms ss
• Identifikasi adanya gangguan
• Memutuskan diperlukan adanya tindakan
• Jika ya, berikan sinyal untuk mengisolir gangguan / Trip sinyal

Orde 1 cycle – 8 cycle


1. Response Trip Coil pada CB
2. Response CB
Menunggu sampai arus melewati nol
Tindakan Yang Dilakukan
Mengisolir Gangguan
1. Alarm Indicator
2. Start Timer – Delay Trip
3. Buka CB – Reclose setelah wakty tertentu
Kemungkinan gangguan masih ada, beberapa kali reclose –
lockout)
Buka 3 fasa atau 1 fasa saja
4. Capasitor atau Induktor switching
5. Load Shedding
6. Dynamic Breaking resistor
7. By pass series capasitor
8. Tidak perlu trup – kalau hanya power swing
Sistem Proteksi
Unsur proteksi

1. CT dan VT
2. Relai
3. CB
4. Sistem Komunikasi
5. Koordinasi dengan : relai lain, fuse, sistem kontrol

Persyaratan proteksi

1. Harus bisa membedakan gangguan atau kondisi sistem yang abnormal -


sensitivitas
2. Secara akurat identifikasi jika ada masalah – dan hanya bereaksi kalau ada
masalah – selektivitas
3. Harus bisa terus menerus beroperasi dalam jangka lama tanpa melakukan
tindakan – namun jika suatu ketika harus bertindak harus dengan tepat –
reliabilitas
4. Bereaksi dengan cepat mengatasi gangguan - kecepatan
Tipikal Response

1. Mendeteksi bahwa sesuatu berubah


2. Identifikasi apa yang terjadi
• Pengukuran lokal
• Komunikasi data
3. Ambil keputusan (apakah suatu masalah atau bukan)
• Berikan sinyal trip
• Perlu waktu 1 – 3 cycle
4. Response CB: 2 – 8 cycle
Contoh Gangguan Sederhana

Besar arus gangguan


Pada sistem lengkap, gangguan di bus 2, memberikan arus gangguan sebesar – j20.
Namun apabila saluran 2 – 3, keluar karena pemeliharan/kerusakan, maka arus
gangguan turun drastis tinggal menjadi -j10.
Arus Gangguan Dengan dan Tanpa Komponen DC

Upper envelope

De component

i
0
Im (sym. component shown
non-decaying}

Fault at
1 = 0 6 = 0 =Jrl2

---,------ - - - - - - - -
1(cycles)
(a)
Lower envelope

Prefaull and post voltage


i
0
(shown constant)
Fa11f1 at
I = 0 8 = 7'12 = ?r/2
--. -+-+-'.-++-!-+-++-+*-+-o'-+'1-++--t+--+---+ -

t (cycles) (b)
Arus Gangguan

i
Prefaull and post voltage
(shown constant)
0 Fa11/1 at

--,.--+-+' +-ll-\--++--+-'1,.+f-+Jr-1-+--1-\--+---->c
I =08=1'12 =t r / 2

-- --- --- --- -----------------


t (cycles) (b)
Arus Gangguan
Biasanya untuk mempermudah perhitunan digunakan besaran per unit (pu).

Bila terjadi perubahan Base kV, maka perubahan p.u impedance dapat disesuaikan sbb.:

Kemudian apabila kVA dan kV keduanya berubah, p.u impedance bisa disesuaikan sbb.:
Arus Gangguan
Perhitungan arus gangguan untuk keperluan setting relay pengaman.

1. Untuk setting relay instantenous, digunakan arus moment atau cycle pertama:
perhitungan didasarkan pada sub – transient reactance dari generator/sumber.
2. Untuk setting lainnya yang menggunakan time delay, digunakan steady state
symmetrical faults currents. Impedansi menggnakan impedansi steady state, DC
komponen umumnya sudah mendekati nol dan bisa diabaikan.
3. Hitunglah untuk kondisi maksimum dan minimum.
Arus Gangguan
Gangguan 3 fasa
E
If = Z 1

Gangguan fasa ke tanah

Gangguan 2 fasa ke tanah

Gangguan 3 fasa biasanya yang terbesar, sedangkan yang terkecil adalah gangguan fasa
ke tanah. Namun gangguan fasa ke tanah bisa saja memberikan arus gangguan arus yeng
terbesar dalam hal, generator dibumikan (ditanahkan) secara solid demikian juga
transformator juga solid grounded.

Asumsi yang biasanya digunakan dalam menghitung arus gangguan:


1. Sistem tanpa beban
2. Impedansi gangguan nol
3. Motor-motor berputar pada tegangan dan putaran rated
4. Transformator pada tap nominal
5. Sistem 3 fasa yang simetri
Kondisi Transien

F
Kondisi Transien
Kondisi Transien
Tujuan proteksi
Tujuan proteksi
Untuk mendeteksi adanya gangguan atau kondisi operasi yang abnormal. Relai
proteksi harus mampu mengevaluasi besran-besaran atau parameter yang sangat
luas untuk dapat melakukan tindakan korektif.
Parameter yang umum digunakan adalah tegangan dan arus yang dideteksi pada
terminal dimana relai berada. Posisi di terminal tersebut juga dipengaruhi oleh
banyak faktor lainnya, antara lain buka tutupnya PMT, atau DS.

Pendeteksian gangguan
Secara umum, kalau terjadi gangguan,
maka magnitude arus akan naik dan tegangan akan turun. Selain magnitude,
besran lain yang berubah adalah sudut fasa arus, phasor tegangan, komponen
harmonic, daya dan daya reaktif, frekuensi, dsbnya.
Dasar-dasar proteksi
Selektivitas relai
Relai harus mampu membedakan apakah gang-
guan ada dalam zone yang harus diamankan,
yaitu F1, atau di luar zonenya, yaitu F2.

Koordinasi relai
Untuk menunjang selektivitas, maka
Penyetelan relay harus dikoordinasikan dengan baik

Kecepatan
Relai harus mampu memberikan reaksi yang cepat untuk dapat mengisolir suatu gangguan,
sehingga tidak merembet ke zona lain yang bisa menyebabkan total black-out. Sebagai
contoh sistem 150 kV PLN, mensyaratkan clearing time untuk mengisolir gangguan kurang
dari 150 msec, untuk sistem 500 kV, kurang dari 90 msec. Clearing time ini termasuk waktu
kerja dari PMT.

Reliabilitas
Sangat penting bahwa sistem proteksi haruslah andal yang ditunjukkan dengan kemampuan
yang tinggi dan terus menerus untuk mendeteksi secara akurat kalau ada gangguan di
sistem. Ini sangat terkait juga kepada power supply ke sistem proteksi, yang harus tetap
terjaga meskipun sistemsedang terganggu. Oleh karenanya, salah satu cara supaya tetap
andal menggunakan sumber dari DC/Battery.
Pendeteksian Gangguan
Secara umum, kalau terjadi gangguan, maka magnitude arus akan naik dan tegangan akan
turun. Selain magnitude, besran lain yang berubah adalah sudut fasa arus, phasor tegangan,
komponen harmonic, daya dan daya reaktif, frekuensi, dsbnya.

Pendeteksian Level (bisa arus, tegangan daya, dsb.)


Ini adalah yang paling sederhana, magnitude naik atau turun, sebagai contoh overcurrent
relay. Misalnya relai bekerja kalau arus yang mengalir melebihi suatu level tertentu, misalnya
25% di atas nilai normal.
Pendeteksian Gangguan
Pembandingan magnitude
Membandingkan 2 atau lebih magnitude dari suatu besaran satu dengan lainnya, misalnya
arus, relay current balance membandingkan 2 besaran arus yang seharusnya sama atau
proporsional pada kondisi normal, jika ketidakseimbangan melewati ambang tertentu, maka
relai mendeteksi adanya suatu gangguan.
Pendeteksian Gangguan
Pembandingan differensial
Membandingkan selisih 2 atau lebih magnitude dari suatu besaran satu dengan lainnya,
misalnya arus, relay current differensial, membandingkan selisih 2 besaran arus yang
seharusnya nol atau kecil sekali, jika selisihnya melewati ambang tertentu, maka relai
mendeteksi adanya suatu gangguan. Ini adalah metoda yang paling efektif untuk
mendeteksi bahwa telah terjadi gangguan di dalam daerah saluran transmisi yang
diamankan. Salah satu kesulitannya adalah membawa besaran di salah satu ujung saluran
yang sangat jauh.
Pendeteksian Gangguan
Pembandingan phase angle
Membandingkan sudut fasa relatif diantara 2 besaran untuk mendeteksi arah arus terhadap
suatu besaran referensi. Perubahan arah arus ini yang dipakai sebagai dasar adanya
gangguan pada saluran transmisi yang diproteksi.
Pendeteksian Gangguan
Pengukuran jarak
Pembandingan arus differensial adalah yangpaling effektif untuk memproteksi saluran,
namun ini kadang-kadang menjadi mahal. Salah satu cara yang cukup effektif adalah dengan
pengukuran jarak ke lokasi gangguan. Prinsipnya adalah dengan mengetahui tegangan
danarus gangguan di titik relai, maka bisa dihitung impedansi ke titik gangguan, ini
memberikan jarak ke titik gangguan, sehingga bisa ditentukan apakah gangguan berada pada
daerah yang diamankan.

Pilot relaying
Ini adalah cara bagaimana membawa informasi di sisi lain dari saluran transmisi ke lokasi
relay di sisi yang lain. Apabila jaraknya dekat bisa menggunakan pilot wire, namun apabila
jauh, umumnya menggunakan channel plc, atau microwave atau telekomunikasi lainnya.

Harmonic content
Salah satu cara yang juga digunakan untuk mendeteksi gangguan adalah dengan
menghitung besarnya harmonic, misalnya harmonic ke tiga. Mengingat pada saat terjadi
gangguan, dengan adanya DC komponen menyebabkan timbulnya harmonic.

Frekuensi sensing
Perubahan frekuensi dari frekuensi dasar (50 Hz atau 60 Hz) juga merupakan indikasi adanya
gangguan. Namun sifat gangguan biasanya bukan suatu hubung singkat, melainkan beban
lebih atau kekurangan beban yang tiba-tiba.
Jenis-jenis Relai
Setelah membahas caa-cara mendeteksi gangguan, perlu dipelajari juga bagaimana
mendesign relai untuk pendeteksian gangguan tadi.
Yang paling sederhana adalah fuse, dimana arus lebih memanaskan suatu material,
sehingga material tersebut terbakar dan terjadi pemutusan terhadap gangguan.
Berikutnya adalah elektromechanical relay, dimana arus gangguan yang tinggi dapat dirubah
ke gaya atau torsi mekanik untuk meggerakkan suatu konta yang memberikan sinyal untuk
memutus gangguan melalui suatu PMT.
Kemudian yang lebih modern adalah dengan solid state relay atau kadang-kadang disebut
juga static relay. Perubahan besaran tadi diproses secara electronic sehingga memberikan
sinyal elektronik untuk menggerakkan PMT dalammemutus suatu gangguan.
Yang paling mutakhir adalah dengan adanya digital relay dan cumputerized relays dimana
prosessing besaran-besaran listrik dilakukan secara digital / computerized. Dengan
computerized relay, satu microcomputer dapat dipakai untuk beberapa jenis relay.
Jenis-jenis Relai
Electromechanical Relay
Ada 2 jenis yaitu plunger type relay dan induction relay.
Plunger type relay
Naiknya arus menimbulkan energi dan co-energi yang tersimpan dalam medan magnetic.

Energi ini menimbulkan gaya, yang akan menarik plunger.

Dan pick up current, Ip serta drop out current, Id dapat dihitung dari:
Jenis-jenis Relai
Induction type relay
Arus mengalir menimbulkan flux linkage.

Yang menginduksikan arus di rotor.

Arus induksi ini menimbulkn torsi yang akan menggerakkan kontak untuk memberi sinyal ke
PMT.
Jenis-jenis Relai
Solid state relay
Arus mengalir dilewatkan pada suatu resistor, yang akan di-dc-kan dan bila daya yang
ditimbulkan melebihi suatu refernsi tertentu, maka relay akan bekerja.
Jenis-jenis Relai
Computer relay
Prinsip dasar dari computer relay ini adalah, bahwa arus dan tegangan input yang cacat
dicacah dalam banyak sampling (untuk mengkonversi sinyal analog ke sinyal digital) sehingga
didapatkan informasi untuk merekonstruksi bentuk gelombang dasar. Ini dipakai untuk
menghitung, apakah arus dasar melebihi ambang tertentu, atau perbandingan V/I yang
merefleksikan tahanan/jarak lebih kecil dari suatu jarak/impedansi tertentu, yang akan
memberikan sinyal untuk PMT memutus gangguan.

You might also like