You are on page 1of 19
BAB III PRODUK HILANG DALAM PROSES PRODUKSI PRODUK RUSAK, DAN PRODUK CACAD A. PRODUK HILANG DALAM PROSES Dalam suatu proses produksi selalu ditemukan adanya partikel yang hilang. Partikel ‘yang hilang tersebut hilang bukan karena faktor kesengajaan, tetapi karena secara alami reaksi kimia dalam teknik pengolahan tersebut menghendaki adanya partikel yang lepas dan hilang secara wajar. Dengan demikian dalam suatu proses input suatu produk akan lebih besar dari outputnya. Sebagai contoh, dalam industri guia, teréapat partikel yang epas selama reaksi pemanasan dan pengkristalan bahan cair menjadi gula kristal. Partikel yang lepas tersebut hilang menguap dan tentunya tidak dapat ditelusuri ke mana jejaknya. Contch yang sederhana dan sering dijumpai, kala ibu-{busedang menanaknasi.Campurkan beras dan air masing-masing dengan berat | liter, artinya bahan-bahan yang masuk dalam proses seberat 2 kg. Setelah dimasak (dengan melalui proses pemanasan) kedua bahan tersebut bereaksi dan menghasilkan nasi dengan berat 1,5 kg. Ini berarti ada partikel yang hilang dalam proses berupa air (H20) yang menguap bersamaan dengan ‘proses produksi’ tersebut seberat 0,5 kg. Dari contoh tersebut di atas dapat diketahui adanya input yang hilang secara wajar (normal). Hal ini disebut produk hilang dalam proses secara normal. Hilang dalam proses. secara normal, disebabkan alasan alami, Dengan demikian produk yang hilang tersebut tidak dapat dihindarkan terjadinya. ‘Di samping adanya produk yang hilang secara normal, ada pula produk yang hilang karena alasan yang tidak dapat terduga (unpredicted), bahkan mungkin adanya faktor kesengajaan, Sehingga terdapat produk yang hitang tidak secaranormal. Tentunya sesuatu yang hilang secara normal dan tidak normal tersebut akan sangat berbeda perlakuannya dalam penentuan kos produk. Produk yang hilang karena alasan yang tidak normal tentunya akan diperlakukan sebagai kerugian bagi perusahaan. Dalam penentuan kos produk adanya produk yang hilang dalam proses menjadi perhatian, mengingat komponen biaya sebagai akibat hilangnya produk tersebut bisa terpengaruh. Apabilanilai yang hilang tidak material mungkin dapat diabaikan. Tetapi bila a7 nilai yang hilang tersebut dipandang cukup materiil, tentunya hal tersebut tidak dapat diabaikan. Jadi berapa nilai yang hilang dalam suatu proses harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap penentuan kos produk. Apabila proses produksi diteliti/ditelusuri jejaknya satu persatu, maka akan sulit diketahui di manakah dan kapankah sesuatu partikel lepas dalam suatu reaksi kimia. Dengan kata lain kapan sesuatu produk hilang secara normal dalam suatu proses produksi, sulit dideteksi. Mengingat kenyataan tersebut produk hilang dalam proses secara normal digunakan anggapan sebagai berikut: a. Produk hilang dalam proses dianggap terjadi di awal proses. Anggapan ini digunakan apabila dalam suatu departemen produksi, terdapat produk yang hilang dan terjadi pada awal proses produksi di departemen tersebut. Anggapan ini membawa konsekuensi bahwa semua produk yang hilang dalam proses secara normal tersebut dianggap belum ikut menyerap biaya-biaya yang terjadi dalam satu periode. b. Produk hilang dalam proses dianggap terjadi di akhir proses. Anggapan ini digunakan apabila dalam suatu departemen produksi, terdapat produk yang hilang dan terjadi dij akhir proses produksi di departemen tersebut. Anggapan ini membawa Konsekuensi, bahwa semua produk yang hilang dalam proses secara normal tersebut dianggap telah ikut menyerap biaya-biaya yang terjadi dalam satu periode Untuk menggambarkan adanya produk yang hilang dalam proses berikut ini disajikan kasus PT RADITYA. Perusahaan ini memproduksi produk X melalui tiga departemen produksi. Bahan baku yang dibutuhkan adalah X dan bahan pembantu Yd, kesemuanya masuk dalam departemen A. Mengingat mesin-mesin baru saja direparasi besar (over- haul), maka produksi di bulan Januari tersebut adalah periode produksi pestama kali dalam tahun 1980. Dalam periode tersebut tidak ditemukan adanya produk dalam proses awal, PT RADITYA memproduksi produk melalui 3 departemen produksi. Produk X diolah dari bahan departemen "X drops", dengan bahan pembantu "Y pallet”. Dianggap tidak ada produk dalam proses awal. Informasi biaya dan produksi pada bulan Januari 1980 disajikan pada halaman berikut: Keterangan Dep. A Dept. B Dept. C Produk yang ditransfer ke B 550 kg Produk yang ditransfer ke C 400 ke Produk yang ditransfer ke gudang 300 kg Produk yang masih dalam proses: 250 kg 100 kg 75 kg bahan baku & penotong, 100% biaya konversi 60% 75 % 60% unit hilang di awal proses 150 kg SOkg - ‘wnt hilang di akhir proses - : 26 kg Komponen biaya produksi: Biaya bahan baku Rp 20.000 Rp Rp- Biaya bahan pembantu 10,000 : : Biaya tenaga kerja 19.250 16.625 30.525 Biaya overhead pabrik 15.925 12.468 17.575 Total biaya produksi Rp65.175 Rp29.093 Rp 48.100 Dari informasi di atas, diminta menghitung kos produksi dan menyusun laporan produksi bulan Januari 1980 untuk ketiga departemen produksi tersebut. Kasus di atas menggambarkan hal-hal sebagai berikut: 1. Perlakwan unit yang hilang dalam proses di awal periode dalam departemen A (initial departement). 2. Perlakuan unit yang hilang dalam proses di awal periode dalam departemen B (departemen berikutnya). 3. Perlakuan terhadap unit yang hilang dalam proses di akhir periode dalam departemen C. Jawaban: Komposisi praduk yang dihasilkan dalam ketiga departemen tersebut adalah sebagai berikut: Dept A Dep. B Dept. C Masuk dalam proses 950 kg, 550 kg, 400 kg, Produk selesai bulan ini 550kg Qk 300 kg PDP akhir periode 250kg —-100kg 75kg Hilang dalam proses 1S0kg = S0kg 25kg Total output 950kg «S50 kg 400 kg

You might also like