You are on page 1of 16

Penerapan Manajemen Risiko Dalam Tatanan Klinis

OLEH AHMAT PUJIANTO THURSDAY, SEPTEMBER 4, 2014

Bagikan :

Dalam tatanan keperawatan kritis, ada 8 langkah yang bisa diaplikasikan sebagai upaya penerapan
manajemen resiko, yaitu :

a. Langkah 1 : Menetapkan konteks

Konteks merupakan dasar/pijakan bagi proses manajemen risiko selanjutnya. Indikator yang bisa
dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :

1. Adanya konteks manajemen risiko pada area keperawatan kritis.

Contoh : Dengan data banyaknya kejadian VAP di area kritis, maka perlu dibuat protab untuk
menekan angka kejadian VAP bagi pasien yang terpasang ventilator.

2. Adanya risk criteria pada area keperawatan kritis.

Contoh : dengan membuat peta 10 besar penyakit yang sering dirawat di area keperawatan kritis.

3. Adanya peta risiko korporat di area kepereawatan kritis (gunakan pendekatan masukan, proses,
keluaran).

Contoh : ada laporan tentang kondisi pasien mulai dari masuk ruangan, proses perawatan, sampai
akhir proses perawatan dan pasien meninggalkan ruangan tersebut.

b. Langkah 2 : Identifikasi bahaya

Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :

1. Adanya risiko K3 pada area keperawatan kritis.

Contoh : jika suatu rumah sakit belum memiliki oksigen sentral, maka perlu diantisipasi adanya
tabung oksigen yang jatuh dan bisa menimpa pasien.

2. Adanya registrasi risiko yang ada pada area keperawatan kritis

Risk register mencatat semua sumber bahaya, lokasi, tingkat risiko dan rencana pengendaliannya.
Contoh : pada kasus VAP, sumber bahaya bisa dari pemakaian ventilator dalam jangka waktu lama,
petugas kesehatan yang tidak melakukan prosedur cuci tangan saat dan setelah melakukan intervensi
ke pasien, serta aktivitas lain yang bisa menjadi faktor risiko VAP, serta rencana pengendaliannya
harus dicatat dan perlu dijadikan suatu protab yang harus dipatuhi oleh seluruh tenaga kesehatan
yang ada pada area keperawatan kritis.

c. Langkah 3 : Penilaian risiko

Penilaian risiko merupakan proses menganalisa tingkat resiko, pertimbangan tingkat bahaya, dan
mengevaluasi apakah sumber bahaya dapat dikendalikan atau tidak, dengan memperhitungkan
segala kemungkinan yang terjadi.
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :

1. Adanya penilaian risiko untuk setiap bahaya yang ada.

2. Terdapat risk matrix.

Untuk mengidetifikasi potensi kerugian gunakan tabel matriks kualitatif. Menentukan Nilai
probabilitas kerugian menggunakan 3 kategori: Critical, Very Serious and Less Serious. Contoh risk
matrix :

Tabel 1 : Contoh matrix risiko

Analisa matrik grading risiko (KKP-RS, 2008) :

Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu
insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.

a. Dampak (Consequences)

Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai dari
tidak ada cedera sampai meninggal.

b. Probabilitas / Frekuensi /Likelihood

Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut terjadi.

Tabel 2 : Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity

Tabel 3 : Penilaian Probabilitas / Frekuensi

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading Risiko
untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.

a. SKOR RISIKO

Cara menghitung skor risiko :

Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko (tabel 3) :

1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri

2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan,

3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan dampak.


b. BANDS RISIKO

Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau, Kuning
dan Merah. Warna “bands” akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan :

ƒ Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana

ƒ Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA

Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X terjadi pada 2
tahun yang lalu

Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal

Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu

Skoring risiko : 5 x 3 = 15

Warna Bands : Merah (ekstrim)

Tabel 4 : Matrix Grading Risiko

Tabel 5 : Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko

3. Adanya risk profile atau risk mapping.

Misalnya : di ruang ICU harus ada pemetaan jenis kuman yang berkembang.

d. Langkah 4 : Analisa risiko

Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :

1. Adanya analisa secara kualitatif atau kuantitatif terhadap setiap risiko di area keperawatan kritis

e. Langkah 5 : Pengendalian risiko

Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :

Adanya langkah pengendalian sampai risiko mencapai batas yang dapat diterima. Langkah
pengendalian risiko merupakan eliminasi bahaya dengan desain dan metode penilaian resiko yang
sesuai. Semua resiko harus dikurangi ke arah tingkat As Low As Reasonable Practical (ALARP).

Langkah pengendalian risiko yang bisa diterapkan dalam area keperawatan kritis diantaranya :

1. Pencegahan pada sumbernya


Misalnya : pada kasus VAP, angka kejadian VAP bisa ditekan dengan melakukan tindakan pencegahan
terhadap semua faktor risiko yang bisa menyebabkan VAP, diantaranya : membuat protab cuci tangan
yang benar, teknik suctioning yang tepat, dll.

2. Proteksi akibat dari bahaya

3. Tanggap darurat

4. Belajar dari kasus sebelumnya

f. Langkah 6 : Komunikasi risiko

Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :

1. Adanya pola komunikasi semua risiko kepada pihak terkait.

2. Adanya media untuk menyebarkan hasil ke seluruh pihak terkait dengan kegiatan

g. Langkah 7 : Dokumentasi manajemen risiko

Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :

1. Adanya dokumen semua program manajemen risiko.

Misalnya : adanya pelaporan untuk setiap angka kejadian VAP.

2. Adanya dokumen hasil identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian yang dilakukan

h. Langkah 8 : Implementasi manajemen risiko

Contoh program yang bisa dilakukan di area keperawatan kritis antara lain :

1. Implementasikan semua hasil pengendalian risiko dalam setiap tahapan aktivitas.

2. Adanya program pengendalian risiko dalam rencana kerja

SUMBER :

Komite Keselamatan Rumah Sakit. 2007. Meningkatkan Kepercayaan Dengan Patient Safety.
http://www.inapatsafety-persi.or.id
Konsep Safety dan Manajemen
Risiko dalam Akreditasi
PUSKESMAS dan FKTP (#5)

Manajemen Risiko

Salah satu upaya untuk menurunkan KTD adalah dengan menerapkan manajemen risiko.
Risiko adalah kerugian yang mungkin terjadi pada suatu waktu atau kegiatan. Manajemen
risiko dapat didefinisikan sebagai proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan,
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh.

Manajemen risiko efektif untuk mengidentifikasi pemicu-pemicu terjadinya KTD, dan


apabila manajemen dapat merespon/menindaklanjuti secara tepat waktu maka angka KTD
akan dapat diturunkan secara signifikan.

Kita sebelumnya harus membedakan dulu antara Risk dengan Hazard. Risiko adalah kejadian
yang tidak diharapkan yang mungkinterjadi pada suatu waktu atau suatu kegiatan. Sedangkan
hazard adalah Sesutu yang bisa menimbulkan kerugian atau korban. Sesuatu yang terpapar
hazard akan menimbulkan risiko.

Apabila kita merujuk pada multi causal theory dengan menggunakan Swiss Cheese diagram
(Reason, 1991) maka trigger atau pemicu terjadinya KTD adalah lack of procedures, punitive
policies, mixed message, production pressures, sporadic training, clumsy technology, zero
fault tolerance, attention distraction, deferred maintenance. Hal-hal yang bisa dilakukan
untuk menangkal pemicu-pemicu tersebut adalah kebijakan dan prosedur, profesionalisme,
team, invididual, lingkungan dan equipment.

Secara umum risiko-risiko tersebut dapat digolongkan menurut proses sebagai berikut:

1. Risiko pada saat akses ke faskes (misalnya kegagalan melakukan akses,


keterlambatan akses, salah menuju/memilih tempat pelayanan)

2. Risiko pada saat pendaftaran (kekeliruan identitas rekam medis, rekam medis tidak
ditemukan, kartu identitas tertukar, rekam medis tertukar)

3. Risiko pada saat pengkajian dan penyusunan rencana asuhan (salah baca hasil
pemeriksaan penunjang, salah intepretasi hasil, salah menyusun rencana terapi)

4. Risiko pada pelaksanaan (tidak sesuai rencana, kesalahan tindakan, kesalahan diit,
kesalahan penulisan resep, kesalahan penyediaan obat, pelayanan tidak hygienis, tidak
melakukan monitoring)

5. Risiko pada saat evaluasi dan tindak lanjut

6. Risiko pada saat kembali ke rumah/masyarakat

Risiko juga bisa dibagi kedalam sumber-sumbernya :

1. Patient care related risks

2. Clinical staff related riks

3. Non clinical staff related risks

4. Facility related risks

5. Financial risks

6. Other risks

Langkah awal yang harus kita lakukan adalah risk analysis yaitu kegiatan menentukan
estimasi risiko secara kuantitatif dan kualitatif. Proses mengenali hazard yang mungkin
terjadi dan potensi kegawatan dari hazard tersebut. Lingkup dari analisis risiko

1. Apa yang bisa terjadi?


2. Kapan itu bisa terjadi

3. Faktor-faktor apa yang terkait dengan kejadian tersebut

Proses manajemen risiko ada beberapa langkah

1. Inisiasi – mementukan ruang lingkup manajemen risiko

2. Identifikasi risiko

1. Risk identification

Apa yang mungkin salah

1. Risk analysis

 Apa kemungkinan terjadi (likelihood/probability)

 Apa dampaknya (consequences/severity)

1. Risk evaluation

Berapa tingkat risiko apa ada faktor-faktor yang memitigasi?

3. Pengendalian risiko

1. Risk reduction

2. Risk acceptance

4. Output

5. Review

6. Risk Management Tools

7. Risk Documentation

Teknik untuk analisa risiko ada tiga yaitu:

1. Severity Assessment

2. RCA (root caused analysis)

3. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)


Severity Assessment

Severity assessment menentukan tingakt keparahan risiko, variable yang digunakan untuk
menilai keparahan adalah dampak risiko dan probabilitas.

Kemungkinan atau probabilitas dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu

1. Frequent (sangat sering terjadi, tiap minggu/bulan)

2. Probable (sering terjadi , beberapa kali/tahun)

3. Possible (mungkin terjadi, 1 sd 2 kali setahun

4. Unlikely (jarang terjadi , 2 sd 5 tahun sekali)

5. Rare (sangat jarang terjadi (> 5 tahun/kali)

Dampak dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu

1. Extreme

2. Major

3. Moderate

4. Minor

5. Minimal

Kedua hal tersbut kalau dikombinasikan akan menghasilkan tingkatan keparahan yang dibagi
menjadi 4 yaitu

1. Extreme risk

2. High risk

3. Moderate risk

4. Low risk

Berikut ini adalah table yang menggambarkan tingkat risiko dan contohnya

Tingkat Risiko Deskripsi Dampak


1 Minimal Tidak ada cedera

Cedera Ringan misalnya luka lecet, dapat diatasi


2 Minor
dengan P3K

· Cedera sedang, missal: luka robek

· Berkurangnya fungsi
3 Moderat motoric/sensorik/psikologis atau intelektual
(reversible, tidak berhubungan dengan penyakit

· Setiap kasus yang memperpanjang perawatan

· Cedera luas/berat, missal: catat, lumpuh

· Kehilangan fungsi / sensorik/psikologi atau


4 Mayor intelektual (ireversibel), tidak berhubungan dengan
penyakit

5 Extreme Kematian yang tidak berhubungan dengan penyakit

Matrik risiko gabungan yaitu perkalian dampak dan probability akan terlihat seperti matriks
berikut ini:

Dampak Tak
MINOR Moderat Mayor Katatrospik
Significant
Probabilitas 2 3 4 5
1
Sangat sering terjadi

(Tiap minggu/bulan)
Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
5

Sering terjadi

(bbrp kali/tahun)
Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
4

Mungkin terjadi

(1 – < 2 tahun/kali)
Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
3

Jarang terjadi

(> 2 – < 5 th/kali)


Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
2

Sangat jarang terjadi

( > 5 thn/Kali)
Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
1
Berdasarkan tingkatan risiko tersebtu akan diambil tindak lanjut, seperti yang terlihat
dibawah ini:

LEVEL/BANDS TINDAKAN

EKSTREM

Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari, membutuhkan


(SANGAT
tindakan segera, perhatian sampai ke Direktur RS
TINGGI)

HIGH
Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dng detail &
(TINGGI) perlu tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top
manajemen

MODERATE
Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2
(SEDANG) minggu. Manajer/pimpinan klinis sebaiknnya menilai dampak
terhadap bahaya & kelola risiko

LOW
Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1
(RENDAH) minggu diselesaikan dng prosedur rutin

Konsep Safety Dan Manajemen Risiko Dalam Akreditasi PUSKESMAS Dan


FKTP (#5)

posted by admin on August 28, 2016


Manajemen Risiko

Salah satu upaya untuk menurunkan KTD adalah dengan menerapkan


manajemen risiko. Risiko adalah kerugian yang mungkin terjadi pada suatu
waktu atau kegiatan. Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai proses
mengenal, mengevaluasi, mengendalikan, meminimalkan risiko dalam suatu
organisasi secara menyeluruh.

Manajemen risiko efektif untuk mengidentifikasi pemicu-pemicu terjadinya


KTD, dan apabila manajemen dapat merespon/menindaklanjuti secara tepat
waktu maka angka KTD akan dapat diturunkan secara signifikan.

Kita sebelumnya harus membedakan dulu antara Risk dengan Hazard. Risiko
adalah kejadian yang tidak diharapkan yang mungkinterjadi pada suatu waktu
atau suatu kegiatan. Sedangkan hazard adalah Sesutu yang bisa menimbulkan
kerugian atau korban. Sesuatu yang terpapar hazard akan menimbulkan risiko.

Apabila kita merujuk pada multi causal theory dengan menggunakan Swiss
Cheese diagram (Reason, 1991) maka trigger atau pemicu terjadinya KTD
adalah lack of procedures, punitive policies, mixed message, production
pressures, sporadic training, clumsy technology, zero fault tolerance,
attention distraction, deferred maintenance. Hal-hal yang bisa dilakukan
untuk menangkal pemicu-pemicu tersebut adalah kebijakan dan prosedur,
profesionalisme, team, invididual, lingkungan dan equipment.

Secara umum risiko-risiko tersebut dapat digolongkan menurut proses


sebagai berikut:

1. Risiko pada saat akses ke faskes (misalnya kegagalan melakukan


akses, keterlambatan akses, salah menuju/memilih tempat pelayanan)

2. Risiko pada saat pendaftaran (kekeliruan identitas rekam medis, rekam


medis tidak ditemukan, kartu identitas tertukar, rekam medis tertukar)

3. Risiko pada saat pengkajian dan penyusunan rencana asuhan (salah


baca hasil pemeriksaan penunjang, salah intepretasi hasil, salah
menyusun rencana terapi)

4. Risiko pada pelaksanaan (tidak sesuai rencana, kesalahan tindakan,


kesalahan diit, kesalahan penulisan resep, kesalahan penyediaan obat,
pelayanan tidak hygienis, tidak melakukan monitoring)

5. Risiko pada saat evaluasi dan tindak lanjut

6. Risiko pada saat kembali ke rumah/masyarakat

Risiko juga bisa dibagi kedalam sumber-sumbernya :

1. Patient care related risks

2. Clinical staff related riks

3. Non clinical staff related risks

4. Facility related risks

5. Financial risks

6. Other risks

Langkah awal yang harus kita lakukan adalah risk analysis yaitu kegiatan
menentukan estimasi risiko secara kuantitatif dan kualitatif. Proses
mengenali hazard yang mungkin terjadi dan potensi kegawatan dari hazard
tersebut. Lingkup dari analisis risiko

1. Apa yang bisa terjadi?

2. Kapan itu bisa terjadi

3. Faktor-faktor apa yang terkait dengan kejadian tersebut

Proses manajemen risiko ada beberapa langkah


1. Inisiasi – mementukan ruang lingkup manajemen risiko

2. Identifikasi risiko

1. Risk identification

Apa yang mungkin salah

1. Risk analysis

 Apa kemungkinan terjadi (likelihood/probability)

 Apa dampaknya (consequences/severity)

1. Risk evaluation

Berapa tingkat risiko apa ada faktor-faktor yang memitigasi?

1. Pengendalian risiko

1. Risk reduction

2. Risk acceptance

2. Output

3. Review

4. Risk Management Tools

5. Risk Documentation

Teknik untuk analisa risiko ada tiga yaitu:

1. Severity Assessment

2. RCA (root caused analysis)

3. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)

Severity Assessment

Severity assessment menentukan tingakt keparahan risiko, variable yang


digunakan untuk menilai keparahan adalah dampak risiko dan probabilitas.

Kemungkinan atau probabilitas dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu

1. Frequent (sangat sering terjadi, tiap minggu/bulan)

2. Probable (sering terjadi , beberapa kali/tahun)


3. Possible (mungkin terjadi, 1 sd 2 kali setahun

4. Unlikely (jarang terjadi , 2 sd 5 tahun sekali)

5. Rare (sangat jarang terjadi (> 5 tahun/kali)

Dampak dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu

1. Extreme

2. Major

3. Moderate

4. Minor

5. Minimal

Kedua hal tersbut kalau dikombinasikan akan menghasilkan tingkatan


keparahan yang dibagi menjadi 4 yaitu

1. Extreme risk

2. High risk

3. Moderate risk

4. Low risk

Berikut ini adalah table yang menggambarkan tingkat risiko dan contohnya

Tingkat DeskripsiDampak
Risiko

1 Minimal Tidak ada cedera

2 Minor Cedera Ringan misalnya luka lecet, dapat diatasi dengan P3K

3 Moderat Cedera sedang, missal: luka robek Berkurangnya fungsi


motoric/sensorik/psikologis atau intelektual (reversible, tidak berhubungan
dengan penyakit Setiap kasus yang memperpanjang perawatan

4 Mayor Cedera luas/berat, missal: catat, lumpuh Kehilangan fungsi / sensorik/psikologi


atau intelektual (ireversibel), tidak berhubungan dengan penyakit

5 Extreme Kematian yang tidak berhubungan dengan penyakit

Matrik risiko gabungan yaitu perkalian dampak dan probability akan terlihat
seperti matriks berikut ini:

DampakProbabilitas Tak Significant1 MINOR2 Moderat3Mayor4Katatrospik5


Sangat sering terjadi(Tiap minggu/bulan)5Moderat ModeratTinggi Ekstrim Ekstrim

Sering terjadi(bbrp kali/tahun)4 Moderat ModeratTinggi Ekstrim Ekstrim

Mungkin terjadi(1 - < 2 tahun/kali)3 Rendah ModeratTinggi Ekstrim Ekstrim

Jarang terjadi(> 2 - < 5 th/kali)2 Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim

Sangat jarang terjadi( > 5 thn/Kali)1 Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim

Berdasarkan tingkatan risiko tersebtu akan diambil tindak lanjut, seperti yang
terlihat dibawah ini:

LEVEL/BANDS TINDAKAN

EKSTREM(SANGAT Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari, membutuhkan tindakan
TINGGI) segera, perhatian sampai ke Direktur RS

HIGH(TINGGI) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dng detail & perlu
tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top manajemen

MODERATE(SEDANG) Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu.


Manajer/pimpinan klinis sebaiknnya menilai dampak terhadap bahaya &
kelola risiko

LOW(RENDAH) Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu


diselesaikan dng prosedur rutin

You might also like