You are on page 1of 4

‫ِلل أل َح ْم ُد‬.

ُّ ‫ِلل أل َح ْمدُ ل‬
ُّ ‫ام لليْنَُ َجزَ ى الذلي ل‬ ‫ال َع ل‬. ُ‫الطا لئ لعيْنَُ وأ َحب‬. ‫َض‬ َُ ‫َوأ ْبغ‬
َُ‫اصيْن‬ ‫العَ ل‬. ُ‫أن أ ْش َهد‬ ُْ َ‫ل‬ ُ َ‫اللللاُ الل ُه‬. ُ‫للال َرس ْولُ م َح ّمدًا أنُ َوأ ْش َهد‬ ُ . ُ‫اَللّهم‬
ُّ‫ص ل‬
‫ل‬ َ ‫س للّ ُْم‬ َ ‫ك َو‬ ُْ ‫ار‬‫ك اللَى ال َهادلي م َح ّمدُ َعلَى َوبَ ل‬ َُ ‫اط‬
‫صر ل‬ َ ‫الم ْست َ لقي لُْم‬. ‫آ لل لُه َو َعلَى‬
‫ص ْح لب لُه‬َ ‫ك فلي َوالم َجا له لديْنَُ َو‬ َُ ‫سبل ْي لل‬ ْ ‫بَ ْعدُ أما‬. ‫للال فَيَا‬
َ ‫القَ لوي لُْم‬. ُ َ‫للاَ لعبَاد‬ ُ ‫اتق ْو‬
‫للاَ أنُ َوا ْعلَموا لس َواهُ الل ُهَ ل الّذلي‬ ُ ‫وال لع َبادَةلُ لبالطا َع لُة أ َم َرك ُْم‬. ْ ‫الظ ْل لُم َونَ َهاك ُْم‬ ُّ ‫لب‬
‫ص َي لُة‬ ‫و ْال َم ْع ل‬.َ ‫ك َيك ْونُ فَال‬ َُ ‫وهَال للك ُْم للخ ْس َرا لنك ُْم اللُ ذ لل‬.َ ‫ن‬ ُّ‫للاَ َولَ لك ل‬
ُ ‫َي ْر َحمك ُْم‬
َُ َ‫ َعلَيْك ُْم لن َع َمهُ َوأ ْنز‬. ُ‫ت َوا ْع َملوا فَأ َ لطيْع ْوه‬
‫ل‬ ُ‫اجت َ لنبوا الصا لل َحا ل‬ ْ ‫ن َو‬ ُ‫ت َع ل‬ ُ‫الس ليّئَا ل‬.
ُ‫للاَ لِلَن‬ ُ ‫أ َ ْع َمالَك ُْم َجزَ ى‬. ‫حل أَثَابَك ُْم‬ ُ ‫صا لل‬ َ ‫أ َ ْع َما للك ُْم بل‬. ‫ي لُء َو َعذبَك ُْم‬ ّ ‫س‬ َ ‫أ َ ْفعَا للك ُْم بل‬.
َُ ‫ ت َ َعالَى ّللاُ قَا‬:ُ‫ان لمنَُ أَع ْوذ لباّللال‬
‫ل‬ ُ‫ط ل‬َ ‫ الر لجي لُْم الش ْي‬، ‫ّللال لب ْس لُم‬ ُ ‫ن‬ ُ‫ الر لحي لُْم الر ْح َم ل‬،
َُ‫ار له ُْم لمن َوأ ْخ لرجوُاْ هَا َجروُاْ فَالذلين‬ ‫س لبي للي فلي َوأوذوُاْ لديَ ل‬ َ ْ‫َوقتللوُاْ َوقَاتَلوُا‬
َ ‫اِل َ ْن َهارُ ت َ ْحتل َها لمن ت َ ْج لري َجناتُ َوِل ْد لخلَنه ُْم‬
ُ‫س ليّئَاتل له ُْم َع ْنه ُْم ِل َك لفّ َرن‬
ً ‫ّللال لعن لُد ل ّمن ث َ َوابُا‬ُّ ‫ّللا‬ُّ ‫ب ح ْسنُ لعندَهُ َو‬ ُ‫الث َوا ل‬
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,
Melalui mimbar khutbah ini, saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada para jama’ah
sekalian, marilah kita bersama-sama senantiasa meningkatkan kadar ketaqwaan kepada Allah SWT.
Taqwa dalam arti yang sebenarnya. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan
meninggalkan semua laranganNya. Bahwasannya tidak ada perbedaan antara seseorang dengan
seorang yang lainnya. Maka alangkah bahagia dan beruntungnya orang yang termasuk dalam
golongan muttaqin. Karena kelak akan mendapat tempat dan maqam yang mulia di sisi Ilahi.

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,


Masih di bulan Muharram ini memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmatnya kepada kita semua. Yaitu dengan menggunakan nikmat itu ke jalan yang di ridloi-Nya.
Bersyukur atas nikmatnya, maka Allah pun akan menambah nikmat itu. Sebagaimana dalam surat
Ibrahim ayat 7 Allah SWT berfirman:

ُ‫ش َك ْرت ُْم لَئلن َربُّك ُْم تَأَذنَُ َو لإ ْذ‬


َ ‫شدليدُ َعذَا لبي لإنُ َكفَ ْرت ُْم َولَئلن ِل َ لزيدَنك ُْم‬
َ َ‫ل‬
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
sesungguhnya azab–Ku sangat pedih.”

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,


Sebagai upaya memningkatkan iman dan taqwa kepada-Nya, maka melalui datangnya Tahun Baru
Hijriyah ini kita menengok sejarah masa silam, masa perjuangan Nabi SAW dan para sahabat-sahabat
beliau menegakkan agama Allah.

Sebagaimana di ketahui dalam catatan sejarah, bahwa Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat
beliau mengembangkan risalah Islam di Mekkah banyak menemui tantangan dan hambatan yang
tidak ringan. Orang-orang Quraisy menentangnya. Mereka melakukan penganiayaan terhadap
sahabat-sahabat beliau dengan tujuan agar Nabi SAW menghentikan dakwahnya.
Semakin hari kekejaman dan penganiayaan semakin keras, namun sungguh suatu keajaiban,
semakin keras penindasan dan dan semakin keras penganiayaan, Islam pun semakin berkembang.
Tidak satupun orang yang begitu masuk Islam lalu sudi keluar atau menjadi murtad bagaimanapun
kerasnya kekejaman dan penganiayaan yang mereka lakukan.

Makin hari kekejaman itu semakin menjadi-jadi, dan kemudian mencapai puncaknya. Mereka sepakat
untuk menangkap dan membunuh Nabi SAW. Dalam keadaan genting itulah, Rasulullah mendapat
perintah hijrah ke Madinah. Maka berhijrahlah Beliau bersama para sahabat menuju kota Yatsrib,
yang sekarang menjadi kota Madinah.

Peristiwa hijrah ini terjadi tonggak perjuangan umat Islam untuk selanjutnmya mereka tidak hanya
dikagumi oleh kawan tapi juga disegani oleh lawan. Peristiwa hijrah akan tetap relevan atau cocok
dikaitkan dengan konteks ruang dan waktu sekarang ataupun yang akan datang. Nilai-nilai yang
terkandung dalam peristiwa hijrah itu akan tetap cocok dijadikan rujukan kehidupan. Banyak sekali
hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut. Diantaranya:

Pertama, hijrah merupakan perjalanan mempertahankan keimanan. Karena iman, para sahabat sudi
meniggalakan kampung halaman, meninggalkan harta benda mereka. Karena iman, mereka rela
berpisah dengan orang yang dicintainya yang berbeda akidah. Iman yang mereka pertahankan
melahirkan ketenangan dan ketentraman batin, kalau batin sudah merasa tentram dan teraasa
bahagia, maka bagaimanapun pedihnya penderitaan dzahir yang mereka alami tidak akan terasa.
Itulah mengapa sebabnya para sahabat mau berjalan di gurun pasir yang panas. Mereka melakukan
perjalanan dari Mekkah menuju Madinah dengan bekal iman. Oleh karena itu, dalam memperingati
tahun baru hijriyah ini, perlulah kita tanamkan keimanan dalam diri kita sebagaimana imannya para
sahabat. Dan diwujudkan dalam bentuk amal-amal saleh dalam kehidupan ini.
Para jamaah, iman akan membuat hidup seseorang jadi terarah. Kekuasaan dan kebebasan berfikir
harus ada imbangannya. Allah tidak harus ada imbangannya. Allah tidak hanya menganugerahkan
akal pada amnesia, tapi juga hati. Kita memang butuh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi
dengan keimanan akan membuat manusia semakin sadar akan hakikat dirinya, timbul pengakuan
sebagaimana tersebut dalam surah Ali Imran ayat 191:

َُ ‫اطل هَذا َخلَ ْق‬


‫ت َما َربنَا‬ ‫بَ ل‬
Artinya: “Ya Tuhan kami, tiada sia-sia Engkau menciptakan ini.”

Iman juga berfungsi untuk mengendalikan nafsu. Makhluk yang bernama Malaikat cuma
dianugerahakan akal saja tanpa nafsu, karena itu tidak ada malaikat yang mendurhakai Allah,
sehingga wajar kalau kita tiap hari berbuat salah. Sedangkan manusia diberi kedua-duanya akal
sekaligus nafsu. Jika akal yang menguasai dirinya maka kebenaran akan menang dan meningkat ke
derajat malaikat. Namun kalau nafsu yang mengendalikan dirinya maka sifat-sifat binatang yang
menghiasi perilakunya. Sehingga ia turun derajat ke tataran binatang. Hal ini seperti yang difirmankan
oleh Allah dalam suarh At-Tin ayat 4 dan 5 yang berbunyi:

ُ‫سانَُ َخلَ ْقنَا لَقَ ْد‬ ‫ن فلي ْ ل‬


َ ‫اْلن‬ َ ‫ت َ ْق لويمُ أ َ ْح‬. ُ‫ل َردَ ْدنَاهُ ثم‬
ُ‫س ل‬ َُ َ‫سافل للينَُ أ َ ْسف‬
َ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.”

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,


Hikmah kedua adalah bahwasanya hijrah merupakan perjalanan ibadah. Pada waktu hijrah,
dorongan sahabat untuk ikut tidak sama. Oleh karena itu Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori menyatakan bahwa amal-amal perbuatan itu tergantung pada
niatnya dan bagi tiap orang apa yang diniatkannya.
Oleh karena itu, semangat ibadah inilah yang harus menjiwai peringatan hijrah dan langkah memasuki
tahun baru hijriah.

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,


Kemudian hikmah ketiga adalah bahwa hijrah adalah perjalanan ukhuwah.

Para jamaah, kita bisa menyimak bersama bagaimana penduduk Madinah menyambut orang-orang
Mekkah sebagai saudara. Kemudian mereka bergaul dalam suasana ukhuwah yang berlandaskan
satu keyakinan bahwa semua manusia berasal dari Nabi Adam dan beliau diciptakan dari tanah. Maka
bersatulah orang-orang muhajirin dan orang ansharsebagai saudara yang diikat oleh akidah. Dalam
surah Al-Hujarat ayat 10 Allah Swt berfirman :

‫لإ ْخ َوةُ ْالمؤْ لمنونَُ لإن َما‬


Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”

Dan kaum muhajirin dan anshar ini mendapat jaminan dari Allah akan masuk surga. Sebagaimana
dalam surah At-taubah ayat 100 Allah Swt berfirman :

َُ‫اج لرينَُ لمنَُ اِلَولونَُ َوالسابلقون‬ ‫ار ْالم َه ل‬ َ ‫سانُ اتبَعوهم َوالذلينَُ َواِلَن‬
ُ‫ص ل‬ َ ‫بلإ ل ْح‬
َُ ‫ض‬
‫ي‬ ُّ ‫خَا للدلينَُ اِل َ ْن َهارُ ت َ ْحت َ َها ت َ ْج لري َجناتُ لَه ُْم َوأ َ َعدُ َع ْنهُ َو َرضوُاْ َع ْنه ُْم‬
‫ّللا ر ل‬
َُ ‫ْال َع لظيمُ ْالفَ ْوزُ ذَ لل‬
‫ك أَبَدُا ً فلي َها‬
Artinya: “Dan orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridla kepada
mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar.”

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah


Demikianlah sekelumit tentang hikmah hijrah Nabi SAW yang dapat saya sampaikan dalam khutbah
ini. Sebegai penutup saya ingin menyampaikan dua kisah penting yang dapat kita petik dalam
menyikapi kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Perjalanan Nabi dari Makkah ke Madinah, sekitar 416 kilometer, ditempuh selama 16 hari dengan
mengendarai onta. Nabi mengistirahatkan onta pada saat matahari hampir tepat di atas kepala dan
baru melanjutkan perjalanan sore harinya. Betapa Nabi sangat menaruh belas kasih kepada sesama
mahluk Allah.

Dalam perjalanan itu, Nabi diikuti oleh pembunuh bayaran dari Makkah bernama Suroqoh bin Malik
yang mengendarai kuda pilihan. Dia mendapatkan iming-iming hadiah seratus unta dan wanita cantik
untuk bisa membunuh Nabi, minimal bisa menggagalkan perjalanan ke Madinah.

Namun ketika hendak mendekati Nabi, kuda Suroqoh mendadak terpeleset dan jatuh. Riwayat lain
menyebutkan, kuda Suroqoh terperosok masuk kedalam tanah, dan itu terjadi sampai tiga kali.

Nabi yang mengetahui hal itu lalu mendekati Suroqoh dan menolongnya. Suroqoh yang penasaran
dengan perilaku Nabi itu lantas menanyakan sesuatu perihal Tuhan Muhammad. Terjadilah dialog.
Lalu turunlah ayat Al-Quran surat Al-Ihlas. Pada ayat pertama berbunyi,

ُ‫أ َ َحدُ ّللاُ ه َُو ق ْل‬


“Kakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa.”

Suroqoh tertegun, tidak bisa berkata apapun. Bahkan kemudian dia menawarkan barang-barang
perbekalannya untuk keperluan perjalanan Nabi, namun Beliau menolak.

Inilah pelajaran pertama, bahwa seorang pemimpin tidak mudah menerima sesuatu dari orang lain
karena kepemimpinannya.

Peristiwa selanjutnya adalah ketika Nabi kehabisan perbekalan. Nabi bersama Sahabat Abu Bakar
dan dua orang pengawal singgah di sebuah perkemahan, hendak membeli perbekalan. Perkemahan
itu dihuni oleh seorang perempuan bernama Umi Ma’bad yang ternyata dalam keadaan serba
berkekurangan.

Ada seekor hewan perahan tapi dalam keadaan kurus kerontang. “Jangankan susu Tuan, air kencing
hewan itu pun sudah tidak ada,” kata Umi Ma’bad kepada Nabi.

Namun kemudian Nabi mendekati hewan itu, memeras kantong susunya dan dengan izin Allah hewan
itu keluar air susunya. Pertama-tama Nabi memberikan gelas berisi susu kepada Abu Bakar, kedua
kepada Sahabat yang menuntun onta Nabi, ketika kepada Sahabat yang menuntun onta Abu Bakar,
baru kemudian Nabi meminumnya.

Banyak perintiwa penting dalam hijrah, namun dari peristiwa yang barusan kita diajarkan bahwa
semestinya pemimpin mendahulukan kepentingan rakyatnya.

Umi Ma’bad yang keheranan lalu bertanya kepada Nabi. “Kenapa Anda tidak minum terlebih dahulu?”
Nabi menjawab:

ُ‫آخره ُْم اِْل َم لُم خَادلم‬


‫ش ْربُا ً ل‬
Nabi mengajarkan bahwa, pelayan umat itu semestinya minumnya belakangan, mendahulukan
kepentingan umat dari pada kepentingan pribadi.

َ ‫آن فلى َولَك ُْم للى للا َب‬


ُ‫ار َك‬ ُ‫اْل َع لظي لُْم اْلق ْر ل‬, ‫ن لب َما لف ْي لُه َوإلياك ُْم َونَفَ َع لنى‬
ُْ ‫آ َي لُة لم‬
‫ل ْال َح لكي َُْم َو ْذك َُر‬
َُ ‫ال َع لليْمُ ه َوالس لميْعُ َوالنهُ لتالَ َوتَهُ َو لم ْنك ُْم لمنا للاُ َوتَقَب‬, ُ‫َوأَق ْول‬
‫للاَ فَا ْست َ ْغ لفرُ َهذَا قَ ْولى‬
ُ ‫الر لحيْم الغَف ْورُ ه َُو لإنهُ ال َع لظي َُْم‬

You might also like