You are on page 1of 8

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.

3, November 2015

PERBEDAAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM SETELAH PEMBERIAN


PIJAT OKSITOSIN

Heni Setyowati, Ari Andayani, Widayati

AKBID Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT
The exclusive breastfeeding is very important intervention to improve infants’ intelligence,
affection, and to meet their need. In the early periods of physiological birth breast milk has
not come out on first and second day after delivering. This condition create fussy infant that
drive parent/adult with lack of knowledge to provide her baby a solid food. Many parents do
not know about massage oxytocin. The purpose of this study was to determine differences
in milk production in mothers postpartum in doing massage oxytocin with oxytocin
massage is not done. Research conducted at the midwives at health centers working area
Ambarawa involving 15 mothers conducted post partum massage action of oxytocin and
15 post partum mothers do not do the massage action of oxytocin. The study design used
is quasi-experimental design with the design of the control group posttest only design
differences do not massage the oxytocin with oxytocin massage done. Results of the study
showed that mothers carried out massage oxytocin produce milk more abundant
compared to whom did not. This Renault was beneficial for post partum mothers as well
as their birth attendants to provide education or to implement an alternative massage
techniques to increasing milk production, especially massage oxytocin.
Keywords: mother, post partum, massage, Oxytocin

ABSTRAK
ASI eksklusif sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan bayi, meningkatkan jalinan
kasih sayang, dan untuk memenuhi kebutuhan bayi. Pada peride awal kelahiran bayi
secara fisiologis ASI belum keluar pada hari 1 dan 2 kelahiran, sedangkan bayi akan rewel
sehingga orang tua dengan pengetahuan kurang akan berupaya untuk memberikan
MPASI bagi bayinya. Banyak orang tua yang tidak mengetahui tentang pijat oksitosin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan produksi ASI pada ibu post
partum yang di lakukan pijat oksitosin dengan tidak dilakukan pijat oksitosin. Penelitian
dilaksanakan di bidan-bidan di wilayah kerja puskesmas Ambarawa dengan melibatkan 15
orang ibu post partum yang dilakukan tindakan pijat oksitosin dan 15 orang ibu post
partum tidak dilakukan tindakan pijat oksitosin. Rancangan penelitian yang dipergunakan
yaitu quasi experiment design dengan rancangan posttest only design control group
perbedaan yang dilakukan pijat oksitosin dengan yang tidak dilakukan pijat oksitosin. Hasil
penelitian yang didapatkan bahwa ibu post partum yang dilakukan pemijatan oksitosin
memproduksi ASI lebih banyak jika dibandingkan dengan ibu yang tidak dilakukan
pemijatan oksitosin. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan bagi ibu
post partum juga bagi penolong persalinan untuk memberikan edukasi agar dapat
menerapkan beberapa teknik pemijatan untuk meningkatkan produksi ASI, khususnya pijat
oksitosin.
Kata Kunci: ibu , Oksitosin, pijat, post partum

188
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

PENDAHULUAN prolaktin dan oksitosin setelah


melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indiyani,
Angka Kematian Bayi (AKB) dan
2006; Yohmi & Roesli, 2009). Pijatan ini
Angka Kematian Balita (Akaba) di
berfungsi untuk meningkatkan hormon
Indonesia masih cukup tinggi.
oksitosin yang dapat menenangkan ibu,
Berdasarkan Survey Demografi dan
sehingga ASI pun otomatis keluar.
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, AKB
Penelitian yang dilakukan oleh Siswianti
menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup dan
2009 menunjukkan bahwa kombinasi
Akaba 40 per 1000 kelahiran hidup.
teknik marmet dan pijat oksitosin dapat
Pentingnya ASI eksklusif yaitu untuk meningkatkan produksi ASI.
meningkatkan kecerdasan,
Hasil studi pendahuluan yang
meningkatkan jalinan kasih sayang, dan
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Menurut Muchtadi (1996) dalam Astriyani Ambarawa khususnya di Desa Pojoksari,
Bejalen dan Lodoyong pada tanggal 9
(2011) dikatakan bahwa pada
Oktober 2013, diperoleh data bahwa dari
kenyataannya pengetahuan masyarakat
bulan September sampai dengan
tentang ASI eksklusif masih sangat
Oktober 2013 terdapat 15 post partum
kurang, misalnya pada masyarakat desa,
dan 4 diantaranya mengalami sindrom
ibu sering kali memberikan makanan
padat kepada bayi yang baru beberapa ASI kurang dan 2 mengalami payudara
bengkak. Hasil wawancara kepada 15
hari atau beberapa minggu seperti
ibu post partum yang menunjukkan
memberikan nasi yang dihaluskan atau
bahwa 9 ibu post partum mengatakan
pisang. Kadang-kadang ibu mengatakan
nafsu makan ibu menurun. Produksi ASI-
air susunya tidak keluar atau keluarnya
nya hanya sediki. Ibu tidak mengetahui
hanya sedikit pada hari-hari pertama
tentang pijatan oksitosin, tetapi ibu
kelahiran bayinya, kemudian membuang
mengatasi produksi ASI yang kurang
ASI-nya tersebut dan menggantikannya
dengan menambah konsumsi sayuran
dengan madu, gula, mentega, air atau
hijau. Enam orang ibu post partum jarang
makanan lain. Hal tersebut tidak boleh
sekali menyusui bayinya karena bayinya
dilakukan karena air susu yang keluar
diberikan susu formula atas dukungan
pada hari-hari pertama kelahiran adalah
masyarakat sekitar maupun orang
kolostrum.
tuanya. Produksi ASI-nya sedikit dan
Teknik untuk memperbanyak produksi mereka tidak mengetahui tentang pijat
ASI antara lain perawatan yang oksitosin, namun ibu terkadang
dilakukan terhadap payudara atau breast mengatasi produksi ASI yang sedikit
care, senam payudara, pemijatan dengan cara melakukan perawatan
payudara dan pijat oksitosin. payudara (breast care).
Pijat oksitosin merupakan salah satu Berdasarkan uraian tersebut peneliti
solusi untuk mengatasi ketidaklancaran tertarik untuk melakukan penelitian
produksi ASI. Pijat oksitosin adalah dengan judul “Perbedaan Antara
pemijatan pada sepanjang tulang Dilakukan Pijatan Oksitosin dan Tidak
belakang (vertebrae) sampai tulang Dilakukan Pijatan Oksitosin Terhadap
costae kelima- keenam dan merupakan Produksi ASI pada Ibu post partum di
usaha untuk merangsang hormon Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa”.

189
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

METODE PENELITIAN bahwa dari 15 ibu yang tidak diberikan


Penelitian dilaksanakan di bidan- pijat oksitosin sebagian besar berumur
20-35 tahun, yaitu sejumlah 14 orang
bidan di wilayah kerja puskesmas
(93,3%), sedangkan dari 15 ibu yang
Ambarawa dengan melibatkan 15 orang
diberikan pijat oksitosin semuanya
ibu post partum yang dilakukan tindakan
berumur 20-35 tahun. Paritas Ibu, 2
pijat oksitosin dan 15 orang ibu post
partum tidak dilakukan tindakan pijat dapat diketahui bahwa dari 15 ibu yang
oksitosin. tidak diberikan pijat oksitosin jumlah ibu
primipara sejumlah 8 orang (53,3%) dan
Rancangan penelitian yang multipara sejumlah 7 orang (46,6%),
dipergunakan yaitu quasi experiment sedangkan dari 15 ibu yang diberikan
design dengan rancangan posttest only pijat oksitosin lebih banyak ibu primipara
design control group perbedaan yang sejumlah 8 orang (53,3%) dan yang
dilakukan pijat oksitosin dengan yang multipara 7 orang ( 46,6%).
tidak dilakukan pijat oksitosin. Hipotesis
Tingkat pendidikan responden
alternatif (Ha) dirumuskan “Produksi ASI
diketahui bahwa dari 15 ibu yang tidak
Ibu yang diberikan pijat oksitosis berbeda
diberikan pijat oksitosin lebih banyak
dengan tanpa pijat oksitosin.”
berpendidikan SMP dan SMA, masing-
HASIL masing 6 orang (40,0%), sedangkan dari
Karakteristik Responden 15 ibu yang diberikan pijat oksitosin
sebagian besar berpendidikan SMP
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui sejumlah 11 orang (73,3%). Sedangkan

Tabel 1 Karakteristik Demografi (n=15)

Umur A B
n (%) n (%)

Usia
< 20 Tahun 1 (6,6) 0 (0,0)
20-35 Tahun 14 (93,3) 15 (100,0)
> 35 Tahun 0 (0,0) 0 (0,0)
Paritas
Primipara 8 (53,3) 8 (53,3)
Multipara 7 (46,6) 7 (46,6)

Tingkat Pendidikan
SD 1 (6,6) 1 (6,6)
SMP 6 (40,0) 11 (73,3)
SMA 6 (40,0) 3 (20,0)
Perguruan Tinggi 2 (13,3) 0 (0,0)
Pekerjaan
IRT 7 (46,6) 11 (73,3)
Swasta 8 (53,3) 4 (26,6)

190
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Tabel 2. Produksi ASI pada Ibu yang Diberi Pijat Oksitosin dan Tidak Diberikan

Produksi ASI A B
n (%) n (%)
Kurang (< 250 ml) 1 (6,6) 11 (73,3)
Normal (250-400 ml) 12 (80,0) 4 (26,6)
Lebih (> 400 ml) 2 (13,3) 0 (0,0)
Ket: A diberikan pijat oksitosin, B tidak diberikan

pekerjaan responden, 15 ibu yang tidak karena kedua nilai p tersebut lebih besar
diberikan pijat oksitosin lebih banyak dari 0,05 maka disimpulkan bahwa data
bekerja swasta sejumlah 8 orang yang diperoleh berdistribusi normal.
(53,3%), sedangkan dari 15 ibu yang Selain itu, responden yang terlibat dalam
diberikan pijat oksitosin sebagian besar penelitian antara yang diberikan
bekerja sebagai ibu rumah tangga perlakuan dengan yang tidak diberikan
sejumlah 11 orang (73,3%). perlakuan berbeda, sehingga uji
perbedaan yang digunakan adalah uji t-
Produksi ASI
independen.
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
bahwa dari 15 ibu yang diberikan pijat Rata-rata produksi ASI pada ibu yang
tidak dilakukan pijat oksitosin sebesar
oksitosin, sebagian besar memiliki
1,267 ml sedangkan pada ibu yang
produksi ASI dalam kategori normal,
dilakukan pijat oksitosin sebesar 1,933
yaitu sejumlah 12 orang (80,0%).
ml. Ini menunjukkan bahwa produksi ASI
Sebaliknya pada 15 ibu yang tidak
pada ibu yang dilakukan pijat oksitosin
diberikan pijat oksitosin, sebagian besar
lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak
memiliki produksi ASI dalam kategori
dilakukan pijat oksitosin. Berdasarkan uji
kurang, yaitu sejumlah 11 orang (73,3%).
t independen, dengan nilai p sebesar
Perbedaan Produksu ASI 0,000. Oleh karena nilai p 0,000 <
Perbedaan produksi ASI pada ibu (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
post partum yang dilakukan pijatan ada perbedaan yang signifikan produksi
oksitosin dan tidak dilakukan pijatan ASI antara ibu postpartum yang
oksitosin. Berdasarkan uji normalitas diberikan pijat oksitosin dan tidak
menggunakan uji Saphiro Wilk diperoleh diberikan pijat oksitosin di wilayah kerja
nilai p untuk yang tidak diberikan pijat Puskesmas Ambarawa.
sebesar 0,118 sedangkan untuk yang PEMBAHASAN
diberikan pijat sebesar 0,118. Oleh
Bagian ini penulis akan memaparkan

Tabel 3. Hasil Uji Mean

Variabel Pijat Oksitosin N Mean SD p


Produksi ASI Tidak Diberikan 15 1,267 0,468 0,000
Diberikan 15 1,933 0,468

191
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

tentang pembahasan antara hasil Penelitian ini untuk mengukur


penelitian dengan teori yang sudah ada produksi ASI dengan melihat urin bayi.
dan analisa dari peneliti. Produksi urin bayi dihitung selama 24
jam setelah ibu dilakukan pijat oksitosin.
Karakteristik responden
Hasil perhitungan urin bayi kemudian
Berdasarkan hasil penelitian usia dikategorikan ke dalam produksi ASI,
yang paling banyak adalah usia 20-35 pada penelitian ini ibu yang dilakukan
tahun baik pada ibu yang dilakukan pijat pijat okistosin sebagian besar memiliki
oksitosin maupun yang tidak dilakukan produksi ASI yang dalam kategori
pijat oksitosin, sedangkan paritas normal. Hasil produksi ASI yang
sebagian besar adalah dilakukan dengan mengukur urin bayi
primipara,pendidikan sebagian besar dan ditimbang dengan menggunakan
adalah SMP, pekerjaan sebagian besar timbangan digital dengan satuan gram
adalah Ibu Rumah Tangga. kemudian dikonversikan ke dalam satuan
Penelitian Worthington (2000) bayi ml dengan menggunakan rumus massa
mendapatkan ASI yang kurang dari jenis di mana massa jenis urin 1,026
kebutuhannya berasal dari ibu yang g/cm3 sehingga dapat diketahui bahwa
mempunyai pendidikan rendah. Hasil setiap 1 gram urin=0,975 ml.
pernyataan tersebut diperkuat oleh Ibu yang dilakukan pijatan oksitosin
penelitian Wardah (2003) bahwa ada memiliki produksi ASI dalam kategori
hubungan yang bermakna antara normal karena salah satu fungsi dari pijat
pendidikan dengan pemberian ASI pada oksitosin untuk meningkatkan produksi
bayi. ASI dan mengatasi ketidaklancaran
Tersedianya fasilitas menyusui di produksi ASI di mana pemijatan ini
tempat kerja juga mempengaruhi dilakukan pada sepanjang tulang
perilaku ibu menyusui yang pada belakang (vertebrae) sampai tulang
akhirnya mempengaruhi keberhasilan costae kelima- keenam untuk
dari pemberian ASI. Penelitian yang merangsang refleks oksitosin atau reflex
dilakukan oleh Kathryn (2008) bahwa let down.
diantara wanita pekerja yang Pijat oksitosin ini dapat
menunjukkan perilaku menyusui yang mempengaruhi keberhasilan ibu
positif ternyata bekerja di kantor ataupun menyusui pada masa post partum di
perusahaan yang menyediakan fasilitas mana ibu yang diberikan pijat oksitosin
ibu untuk menyusui. Hal ini menunjukkan produksi ASInya meningkat, ibu merasa
bahwa produksi ASI juga dipengaruhi tenang, nyaman dan senang pada saat
oleh pekerjaan. menyusui bayinya serta dapat
Produksi ASI pada Ibu yang Dilakukan menghilangkan stres pada ibu.
Pijatan Oksitosin Penelitian Mardianingsih (2010)
Berdasarkan hasil penelitian dapat menyatakan bahwa bayi yang
diketahui bahwa dari 15 ibu yang mendapatkan ASI yang cukup, dapat
diberikan pijat oksitosin, sebagian besar dilihat dari produksi urin bayi dalam
memiliki produksi ASI dalam kategori sehari (24 jam) 6-8 kali dan berwarna
normal, yaitu sejumlah 12 orang (80,0%). kuning jernih. Menurut (Novita 2011)
volume urin menentukan beberapa
jumlah urin yang dikeluarkan dalam

192
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

waktu 24 jam di mana urin bayi normal keluarnya ASI dan jumlahnya mencukupi
250 ml – 400 ml/hari. bagi bayi pada 2- 3 hari pertama
kelahiran, diantaranya adalah sebelum
Produksi ASI pada Ibu yang Tidak
disusui payudara ibu terasa tegang, ASI
Dilakukan Pijatan Oksitosin
yang banyak dapat keluar dari puting
Berdasarkan hasil penelitian dapat dengan sendirinya, ASI yang kurang
diketahui bahwa dari 15 ibu yang tidak dapat dilihat saat stimulasi pengeluaran
diberikan pijat oksitosin, sebagian besar ASI, ASI hanya sedikit yang keluar, bayi
memiliki produksi ASI dalam kategori baru lahir yang cukup mendapatkan ASI
kurang, yaitu sejumlah 11 orang (73,3%) maka BAK-nya selama 24 jam minimal 6-
dan sejumlah 4 orang (26,7%) memiliki 8 kali, warna urin kuning jernih, jika ASI
produksi ASI dalam kategori normal. cukup setelah menyusu maka bayi
Dalam penelitian ini untuk mengukur tertidur atau tenang selama 2- 3 jam
produksi ASI dengan melihat urin bayi. (Bobak, Perry & Lowdermilk, 2005).
Produksi urin bayi dihitung selama 24 Menurut (Novita 2011) volume urin
jam setelah ibu bersedia menjadi menentukan beberapa jumlah urin yang
responden dan pada penelitian ini ibu dikeluarkan dalam waktu 24 jam di mana
tidak dilakukan pijat oksitosin. Hasil urin bayi normal 250 ml – 400 ml/hari.
produksi ASI yang dilakukan dengan Penelitian yang dilakukan oleh
mengukur urin bayi dan ditimbang Budiarti (2009) bahwa produksi ASI juga
dengan menggunakan timbangan digital dilihat dari produksi urin bayi yang baru
dengan satuan gram kemudian lahir, bayi yang mendapatkan ASI cukup
dikonversikan ke dalam satuan ml akan BAK sebanyak 6-8 kali dalam
dengan menggunakan rumus massa sehari.
jenis di mana massa jenis urin 1,026
Penelitian ini juga didukung oleh
g/cm3 sehingga dapat diketahui bahwa
penelitian Mardianingsih (2010)
setiap 1 gram urin=0,975 ml. Hasil
menyatakan bahwa ibu yang
perhitungan urin bayi kemudian
mendapatkan intervensi teknik marmet
dikategorikan ke dalam produksi ASI,
dan pijat oksitosin efektif meningkatkan
pada penelitian ini ibu yang tidak
produksi ASI dibandingkan dengan
dilakukan pijat oksitosin sebagian besar
kelompok kontrol.
memiliki produksi ASI yang dalam
kategori kurang. Perbedaan Produksi ASI
Menurut penelitian yang dilakukan Berdasarkan uji t independen,
Lowdermilk (2006), produksi ASI juga dengan p-value sebesar 0,000. Oleh
dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan karena p-value 0,000 < (0,05), maka
cairan ibu. Ibu pada saat menyusui dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
membutuhkan kalori tambahan sebesar yang signifikan produksi ASI antara ibu
300-500 kalori. Ibu yang nutrisi dan post partum yang dilakukan pijat
asupan kurang dari 1500 kalori perhari oksitosin dan tidak dilakukan pijat
dapat mempengaruhi produksi ASI (King, oksitosin di wilayah kerja Puskesmas
2003). Ambarawa dengan kata lain Ho ditolak
Penilaian terhadap produksi ASI dan Ha diterima.
dapat menggunakan beberapa kriteria Berdasarkan hasil penelitian diketahui
sebagai acuan untuk mengetahui bahwa rata-rata produksi ASI pada ibu

193
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

yang tidak dilakukan pijat oksitosin Ada perbedaan yang signifikan


sebesar , 1,267 ml sedangkan pada ibu produksi ASI antara ibu post partum
yang dilakukan pijat oksitosin sebesar yang diberikan pijat oksitosin dan tidak
1,933 ml. Ini menunjukkan bahwa diberikan pijat oksitosin di wilayah kerja
produksi ASI pada ibu yang dilakukan Puskesmas Ambarawa, hal ini dibuktikan
pijat oksitosin lebih banyak dibandingkan dengan p-value 0,000 < (0,05).
ibu yang tidak dilakukan pijat oksitosin,
KEPUSTAKAAN
karena pijat oksitosin merupakan pijatan
yang dapat merangsang pelepasan Afianti, S. (2012). Efektivitas pemijatan
hormon oksitosin dan kerja hormon payudara dengan senam payudara
oksitosin dipengaruhi oleh pikiran dan terhadap kelancaran pengeluaran
perasaan ibu, dengan demikian pijat ASI pada ibu post partum.
oksitosin dikatakan berhasil apabila ibu Purwokerto: FKIK Universitas
sudah merasa tenang dan nyaman pada Jenderal Soedirman
saat ibu diberikan pijatan oksitosin, pada Anggraini, Y. (2010). Asuhan kebidanan
saat hormon oksitosin keluar maka akan masa post partum. Yogyakarta:
membantu pengeluaran ASI. Hal ini Pustaka Rihama
sejalan dengan penelitian Suryani dan Astriyani, N. (2011). Manfaat penyuluhan
Astuti (2013) bahwa ada pengaruh pijat gizi dalam upaya peningkatan
okxitosin terhadap produksi ASI dengan pemberian asi eksklusif pada ibu
indikasi berat badan bayi, frekwensi bayi menyusui di posyandu kelurahan
menyusu, frekwensi bayi BAK dan lama Padasuka Kecamatan Cimahi
bayi setelah bayi menyusu. Tengah. Jakarta: UPI
Biancuzzo, M. (2003). Breastfeeding the
Pijat oksitosin merupakan salah satu
newborn : clinical strategies for
contoh intervensi mandiri bidan dan
nurses. St Louis: Mosby
dengan mudah dipilih dalam
Budiarti. (2009). Perbedaan kelancaran
penatalaksanaan merangsang produksi
produksi ASI antara kelompok yang
ASI.
diberikan intervensi paket “SUKSES
KESIMPULAN ASI” dengan tanpa intervensi, UNDIP
Produksi ASI pada ibu yang tidak Cadwell, K. (2011). Buku saku
dilakukan pijatan oksitosin didapatkan manajemen laktasi. Jakarta: EGC
bahwa sebagian besar memiliki produksi Cox. (2006). Breastfeeding with
ASI dalam kategori kurang, yaitu confidence: Panduan untuk belajar
sejumlah 11 orang (73,3%) dan sejumlah menyusui dengan percaya diri.
4 orang (26,6%) memiliki produksi ASI Jakarta : Gramedia
dalam kategori normal. Depkes RI.( 2007). Gizi KIA dalam materi
advokasi BBL. Jakarta: Depkes RI
Produksi ASI pada ibu yang dilakukan Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar
pijatan oksitosin dapat diketahui Fisiologi Kedokteran, (Edisi 11).
sebagian besar memiliki produksi ASI Jakarta: EGC.
dalam kategori normal, yaitu sejumlah 12 Indriyani, D. (2008). Pengaruh menyusui
orang (80,0%) sedangkan 2 orang ibu dini dan teratur terhadap produksi
produksi ASInya dalam kategori lebih ASI pada ibu post partum dengan
(13,3%). sectio caesarea Di RSUD Dr.
Soebandi Jember dan Dr. H.

194
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Koesnadi Bondowoso. Tesis. Depok: childbearing and childrearing family.


FIK UI. Philadelphia: Lippincott
King, F. S. (2000). Nutrition for Roesli, U., & Yohmi, E. (2009).
developing countries. New York: Manajemen laktasi. Jakarta IDAI
Oxford University Press Inc. Rowe, M & Fisher (2002). Pengaruh
pemberian ASI dini terhadap
Lawrence, R.A. 2004. Breastfededing a peningkatan produksi ASI. Jakarta:
guide for the medical profession. St UI
Louis: Cv Mosby Siswianti, D. (2009). Pengaruh
Mardianingsih. (2010). Pengaruh teknik pemberian tindakan pijat oksitosin
marmet dan pijat oksitosin terhadap terhadap keberhasilan proses
produksi ASI. Jakarta: FK UI menyusui pada ibu post partum di
Perinasia. 2004. Manajemen laktasi PKU Muhammadiyah Bantul.
menuju persalinan dan bayi-bayi lahir Yogyakarta: Poltekkes Yogyakarta
sehat. Edisi 2. Jakarta Suryani & Astuti (2013). Pengaruh pijat
Pillitteri, A. (2003). Maternal and child oksitosin terhadap produksi ASI.
health nursing: care of the Jakarta: FK UI

195

You might also like