You are on page 1of 4

Asal Mula Ikan Pesut, Cerita Rakyat Kalimantan Timur

Konon tinggallah sekelompok keluarga yang berdiam diantara kota Bangun


dan Muara Muntai. Diantara mereka ada yang bernama Pak Ipung. Pak Ipung
mempunyai seorang istri dan dua orang anak, laki-laki dan perempuan yang masih
kecil.

Seperti penduduk lain, pekerjaan Pak Ipung adalah bertani dan menangkap
ikan. Pada suatu hari, istri Pak Ipung jatuh sakit sehingga ia tidak dapat ikut suaminya
ke ladang. Penyakit istri Pak Ipung dari hari ke hari bukannya membaik, tetapi makin
parah.

Telah banyak dukun diminta bantuannya untuk memberikan pertolongan. Ia juga


diobati dengan bebelian yaitu upacara adat yang dilakukan dukun belian untuk
mengobati si sakit. Akan tetapi, tidak membawa hasil juga. Akhirnya atas kehendak
Yang Maha Kuasa, istri Pak Ipung meninggal dunia.

Kini, tugas Pak Ipung bertambah. Selain ke kebun dan mencari ikan, ia juga mengurus
rumah tangga dan kedua anaknya .Hari berjalan terus hi ngga tibalah saatnya
diadakan acara Pelas Tahun di Kampung Pak Ipung. Pelas Tahun adalah upacara adat
suku pedalaman Kalimantan sebagai tanda terima kasih kepada Sang Hyang yang
telah memberikan panen yang baik.

Pak Ipung datang ke upacara adat itu dan mengikuti pesta adat dengan menari dan
menyanyi bersahut-sahutan. Ia menari dengan seorang gadis cantik.

Setelah sekian lama menduda, muncul keinginan Pak Ipung untuk memperistri gadis
itu. Ternyata Pak Ipung tidak bertepuk sebelah tangan. Si Gadis bersedia menjadi istri
Pak Ipung.

Pada bulan-bulan pertama kehidupan rumah tangga, keluarga ini sangat cocok satu
sama lain. Istri Pak Ipung sangat baik kepada kedua anak tirinya. Ia memelihara
mereka dengan kasih sayang seperti anak kandung sendiri.

Hari berjalan terus. Keadaan rumah tangga Pak Ipung yang bahagia itu tidak dapat
berjalan lama. Istri Pak Ipung mulai kesal kepada anak tirinya. Ia mulai mengurangi
makanan mereka.

Ia pun menghukum mereka jika mereka tidak melaksanakan perintah dengan baik.
Anak-anak itu juga disuruh mengambil kayu api di hutan. Tiap anak harus mengambil
kayu api sesuai dengan bagian yang sudah ditentukan.

Pada suatu hari, kedua anak itu pergi ke hutan mencari kayu api. Akan tetapi hari itu
mereka kuranga mujur. Sampai matahari condong ke barat, mereka belum berhasil
mengumpulkan kayu sesuai dengan bagian yang telah ditetapkan. Karena takut
dimarahi ibu tiri, mereka memutuskan untuk bermalam di hutan.

Keesokan harinya ketika terbangun mereka merasa lapar karena belum makan
seharian. Oleh karena itu, mereka berjalan di hutan mencari buah-buahan yang
dapat dimakan.

Telah berjam-jam mereka mencari buah tetapi belum juga menemukannya. Sampai
di suatu tempat mereka bertemu dengan seorang kakek tua. Kakek tua itu bertanya,
"Apa yang kalian cari di tengah hutan lebat ini?"

Mereka menjelaskan bahwa mereka disuruh mencari kayu bakar oleh ibu tiri mereka.
Akan tetapi sampai menje lang malam, bagian yang sudah ditetapkan ibu tiri belum
dapat mereka penuhi.

Mereka tidak berani pulang terpaksa bermalam di hutan. kini mereka sedang
mencari buah untuk dimakan sebab mereka belum makan seharian.

Kakek tua itun menyarankan agar mereka menuju ke utara. Di sana mereka akan
menemukan sebuah pohon yang amat lebat buahnya. "Buah itu sangat lezat rasanya.
Kalian boleh mengambil sesukanya. Tetapi ingat kalian tidak boleh pergi dua kali
mengambil buah itu", kata kakek tua itu.

Anak-anak itu pun pergi ke arah yang ditunjuk kakek tua. Tidak lama kemudian
mereka sampai di tempat tujuan. Pohon itu sangat lebat dan ranum buahnya.
Kakaknya yang laki-laki segera memanjat pohon itu, sedangkan adiknya menunggu di
bawah. Ia mengumpulkan buah-buah yang dipetik kakaknya.

Setelah merasa cukup kakaknya turun. Mereka makan buah sekenyang-kenyangnya.


Ingat akan pesan kakek tua yang menolong mereka sisa buah itu mereka bawa
sebagai bekal karena mereka tidak bo leh pergi mengambil dua kali buah pohon itu.

Kedua anak itu pun kembali berjalan tanpa arah menurut kehendak kaki. Setelah
beberapa hari mengembara di hutan, persediaan makanan mereka habis. Akhirnya,
mereka memutuskan kembali ke rumah dengan harapan ibu tiri tidak marah lagi.
Ketika mereka masuk ke rumah, kedua orang tua mereka tidak ada. Semua perkakas
rumah juga tidak ada. Mereka menanyakan kepada tetangga. Tetangga menjelaskan
bahwa orang tua mereka sudah pindah. Setelah mendengar penjelasan itu mereka
pun meninggalkan rumah. Akan tetapi, mereka tidak tahu ke mana arah tujuan.

Setelah berjalan seharian, mereka tiba di ladang yang tidak berpenghuni. Di ladang
itu juga terdapat pondok. Mereka menemukan makanan di dalam pondok. Karena
rasa lapar makanan itu mereka makan.

Keesokan harinya pagi-pagi benar mereka melanjutkan perjalanan. Menjelang


tengah hari mereka sampai di tepi sungai. Ketika sedang melepaskan lelah, tiba-tiba
muncul seorang tua do h adapan mereka.

Orang tua itu bertanya, "Apa kerja kalian di hutan ini dan dimanakah orang tua
kalian?" Kakaknya menjawab bahwa mereka sedang mencari orang tua mereka yang
pindah entah ke mana.

Orang tua itu menasihati agar mereka berjalan menuju hulu sungai. Di sana mereka
akan menemukan pohon yang rebah melintangi sungai. Mereka disuruh
menyeberang sungai lewat pohon tumbang itu dan akan menemukan sebuah
pondok yang baru didirikan. Itulah pondok orang tua mereka.

Setelah mendengar penjelasan orang tua itu dan mengucapkan terima kasih, mereka
melanjutkan perjalanan sesuai petunjuk orang tua tadi. Benar juga, tidak lama
berjalan, mereka menemukan pohon rebah melintangi sungai, Mereka
menyeberangi sungai lewat pohon itu. Setelah berjalan beberapa saat mereka
menemukan pondok yang baru didirikan.

Mereka masuk ke dalam pondok tetapi pondok itu tidak berpenghuni. Mereka
melihat periuk besi terjerang di atas tungku. Terdorong rasa lapar, nasi ketan dalam
periu k itu mereka makan sampai habis tanpa merasakannya.
Setelah nasi habis dimakan, tiba-tiba seluruh tubuh mereka terasa panas. Mereka
pun keluar rumah menuju sungai untuk mendinginkan tubuh. Mereka berlari sambil
membuka baju dan melemparkan baju ke tanah.

Menurut yang empunya cerita pada waktu mereka berlari menuju sungai semua
tanaman dan tumbuhan yang mereka lewati habis terbakar. Setiba di sungai mereka
segera menceburkan diri. Mereka timbul tenggelam sambil menyemburkan air dari
hidung.
Ketika orang tua mereka kembali dari ladang, mereka terkejut melihat dua helai baju
ada di halaman pondok. Mereka yakin bahwa baju itu baju anak mereka. Apa yang
terjadi pada mereka setelah lama tidak pulang ? Mereka juga melihat pohon-pohon,
rumput dan tumbuh-tumbuhan sepanjang jalan menuju sungai hangus terbakar.

Pak Ipung dan istri mengikuti jalan itu. Setiba di sungai mereka melihat dua ekor ikan
timbul tenggelam berenang menuju hulu sungai sambil menyemburkan air dari
hidung. Pak Ipung dan istri yakin bahwa dua ekor ikan itu adalah anak mereka.
Mereka sangat sedih terlebih istri Pak Ipung. Ia sangat menyesali segala
perbuatannya terhadap kedua anak tirinya.

You might also like