You are on page 1of 7

KAWASAN TROPIS PEGUNUNGAN SEBAGAI KAWASAN RAWAN BENCANA

DENGAN NILAI EKOLOGI TINGGI DAN UPAYA PELESTARIANNYA

Muhammad Wiharto
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Makassar
Jln. Daeng Tata Raya, Parangtambung, Makassar 90224
e-mail: wiharto09@gmail.com

Abstract: Mountainous Tropical Region as Disaster Prone Areas with High Biological Value
and Its Preservation. Mountainous tropical region is an area that is vulnerable or disaster prone, both
natural and anthropogenic. Understanding of the consequences of habitat change and effort of
effective strategies development for maintaining ecological processes on the Mountainous tropical
region are challenges for scientists and nature conservation practitioners. It is important in the process
of the hydrologic cycle, regional air humidity settings, reduction of erosion and sedimentation, also
provide an important resource both wood and non-wood. Threats against Mountainous tropical region
include land clearing, excessive exploitation of natural resources, increasing population, and
earthquakes and eruptions of Volcano. Mountainous tropical region management requires an effective
communication and collaboration between stakeholders and ensure ecological processes mountainous
region can continue through the use of natural resources sustainable.

Abstrak: Kawasan Tropis Pegunungan sebagai Kawasan Rawan Bencana dengan Nilai Ekologi
Tinggi dan Upaya Pelestariannya. Kawasan tropis pegunungan (KTP) merupakan kawasan yang
rentan atau rawan bencana, baik secara alami maupun antropogenik. Pemahaman terhadap
konsekuensi perubahan habitat, dan usaha pengembangkan strategi efektif untuk mempertahankan
proses-proses ekologi pada KTP merupakan tantangan bagi ilmuwan dan praktisi koservasi alam.
KTP penting dalam proses siklus hidrologi, pengaturan kelembaban udara regional, pengurangan
erosi dan sedimentasi, juga menyediakan sumberdaya penting baik kayu maupun non kayu. Ancaman
terhadap KTP diantaranya adalah pembukaan lahan, eksplotasi sumberdaya alam yang berlebihan,
jumlah penduduk yang semakin meningkat dan gempa bumi serta letusan gunung merapi.
Pengelolaan KTP menuntut komunikasi dan kerjasama efektif antar stakeholder dan memastikan
proses-proses ekologi kawasan pegunungan dapat terus berlangsung melalui pemanfaatan
sumberdaya alam KTP yang berkelanjutan.

Kata kunci: kawasan tropis pegunungan, rawan bencana, antropogenik, sumberdaya alam, gempa
bumi, letusan gunung merapi

A. PENDAHULUAN
Kawasan tropis pegunungan (KTP) merupakan umumnya merupakan kawasan dengan rata-rata
kawasan yang rentan atau rawan bencana, baik curah hujan 1200-1700 mm tahun-1, sehingga dapat
secara alami maupun akibat aktivitas manusia dikatakan sepanjang tahun kawasan ini mengalami
(antropogenik). Kerawanan masyarakat di KTP musim hujan. Karkee (2004) menga-takan bahwa,
menurut Menhart & Sarmiento (2010) terhadap gangguan anthropogenik seperti dehutanisasi,
segala macam bencana alam dapat diakibatkan oleh pemakaian pupuk kimia yang berlebihan,
lempengan tektonik aktif, iklim, dan fitur- pengembalaan yang berlebihan, konstruksi
geomorfik lokal, yang mencakup elevasi, jenis infrastruktur, serta pertanian tidak berkelanjutan
tanah, kejadian vulkanik, getaran dan gempa bumi. pada daerah-daerah perbukitan (lereng curam)
Hal ini diperparah oleh kondisi iklim dan topografi mengakibatkan hilangnya penutup vegetasi dan
kawasan ini. Menurut Boehmer (2011), KTP fauna, erosi tanah, longsor di daerah perbukitan dan

1
2 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm. 1-7

banjir di dataran datar. Selanjutnya Tissafi & ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan
Briales, (2011) mengatakan bahwa, pertumbuhan lebih lanjut. Data dan sumber informasi dalam
populasi manusia dan ekspansi pertanian yang tulisan ini bersumber dari referensi-referensi ilmiah
intensif telah memaksa petani-petani miskin di tepercaya seperti jurnal penelitian, buku dan
KTP berpindah ke daerah-daerah marjinal di berbagai sumber informasi yang relevan. Setelah
elevasi lebih tinggi dan lereng lebih curam dan dilakukan pengumpulan data informasi, semua
membuka hutan di situ. hasil diseleksi untuk mengambil data dan informasi
Deteorasi lingkungan dapat menyebabkan yang relevan dengan masalah yang dikaji yaitu
masyarakat menjadi pengungsi lingkungan, yaitu kawasan tropis pegunungan.
orang-orang yang harus pindah dari tempat
tinggalnya semula akibat lingkungan yang ter- C. HASIL DAN PEMBAHASAN
degradasi. Lebih jauh, penelitian organisasi Palang
Di dunia ini terdapat 3 blok besar hutan
Merah Internasional menunjukkan bahwa saat ini
hujan tropis. Blok yang terbesar terdapat di hutan
lebih banyak masyarakat yang kehilangan tempat
hujan tropis Amerika yang pusatnya di dataran
tinggal dan harus berpindah tempat akibat bencana
rendah Amazon. Blok kedua terbesar adalah hutan
lingkungan dibanding oleh akibat perang (Butler,
hujan tropis timur jauh yang terentang mulai dari
2012).
sebagian India bagian barat daya, Sri Langka,
Pegunungan-pegunungan tinggi di Asia
Burma (Myanmar), bagian tenggara China, menuju
Tenggara, terutama di Indonesia, Malaysia, dan
ke seluruh wilayah di Asia Tenggara, kemudian ke
Filipina adalah pusat penyebaran KTP (Hamilton,
Papua Nuguni, dan bagian timur laut Australia.
et al., 1995). Seperti daerah lainnya, dengan
Terakhir adalah hutan hujan tropis Afrika yang
semakin luasnya hutan tropis dataran rendah di
berpusat di dataran rendah Kongo (Soepadmo,
Asia Tenggara dan khususnya Indonesia yang
1983; Whitmore, 1986).
hilang akibat beragam tekanan, maka keberadaan
Istilah hutan hujan tropis umumnya
KTP menjadi semakin penting sebagai kawasan
diberikan tidak hanya pada hutan selalu hijau dari
tempat perlindungan dan sumberdaya dari beragam
dataran rendah tropis yang lembab. Formasi ini
tumbuhan dan hewan, dan juga merupakan tempat
ditemukan menyebar mulai pada ketinggian rendah
perlindungan keanekaragaman genetik (Göltenboth,
sampai pada ketinggian sedang di daerah
et al., 2006).
pegunungan tropis, walau dengan struktur yang
Sekitar 23 juta atau 10 persen dari 227 juta
tidak semelimpah dibanding hutan hujan tropis
penduduk Indonesia adalah masyarakat yang
dataran rendah (Richard, 1964). Menurut UNEP
mendiami daerah pegunungan (Sumedi, 2010
(2003) sekitar 3.4% dari permukaan bumi di daerah
dalam Sumedi et al., 2012). Namun demikian,
tropis adalah kawasan pegunungan.
penduduk pegunungan secara umum menikmati
Iklim pegunungan di daerah tropis lebih
pendapatan per kapita yang paling rendah (Sumedi
beragam dibanding dengan iklim dataran rendah
et al., 2012). Pemahaman terhadap konsekuensi
daerah tropis. van Steenis (2006) mengatakan
perubahan habitat, dan usaha pengembangkan
bahwa, iklim KTP merupakan hasil dari perpaduan
strategi efektif untuk mempertahankan proses-
rumit berbagai variabel yang mengikuti pola dasar
proses ekologi pada KTP merupakan tantangan
(1) buaian harian hari pendek, (2) penurunan suhu
bagi ilmuwan dan praktisi koservasi alam. Pada
secara teratur sesuai elevasi, dan (3) pergantian
tulisan ini dibahas mengenai pentingnya KTP,
tahunan tiupan angin tenggara atau angin muson
berbagai ancaman yang terjadi terhadap kawasan
sepanjang musim panas di belahan bumi utara (Juni
ini, dan beberapa tindakan yang dapat diambil
hingga September) dan angin muson basah barat
untuk perlindungan dan konservasi KTP.
laut (November hingga Maret). Hadiyanto, (1997),
B. METODE mengatakan bahwa, setiap kenaikan 100 m dpl
penurunan suhu udara yang terjadi adalah sekitar
Tulisan dalam artikel ilmiah ini bersifat 0.60ºC namun penurunan ini juga tergantung pada
kajian pustaka atau library research. Data yang faktor-faktor seperti penutupan oleh awan, waktu,
diperoleh, disajikan secara deskriptif yang disertai dan kandungan uap air yang terdapat di udara.
dengan analisis sehingga menunjukkan suatu kajian
Wiharto, Kawasan Tropis Pegunungan 3

Walter (1971) mengatakan bahwa, di atas kawasan Dengan keanekaragaman yang demikian, maka
yang selalu tertutup awan curah hujan berkurang akan mengurangi dampat kegagalan dari satu
dengan drastis. Karakter lingkungan menjadi kering varietas, dan kemudian memungkinkan adaptasi
dan hutan menjadi semakin terbuka. terhadap perubahan lingkungan di masa depan.
Menurut Walter (1971) 70 % spesies Kecen-derungan erosi keanekaragaman hayati
tumbuhan hutan hujan tropis memiliki bentuk secara global terjadi seiring dengan digantikannya
hidup (life form) panerofit (pohon dan semak). varietas lokal dengan varietas baru atau oleh
Bentuk hidup ini tidak hanya dominan dalam hal tanaman-tanaman yang bersifat cash crop, namun
jumlah spesies tapi juga dalam hal jumlah individu demikian laju kehilangan pada KTP tidaklah
spesies. Walaupun demikian, bentuk-bentuk hidup secepat yang terjadi di daerah dataran rendah
lainnya juga ditemukan di dalam hutan hujan (Blyth et al., 2002).
tropis. Berikut ini adalah bentuk-bentuk hidup yang Göltenboth et al., (2006) mengatakan
ditemukan di dalam hutan hujan tropis, yaitu: (1) bahwa, KTP berperan penting dalam
pohon dan semak, (2) herba, (3) liana, (4) hemi- mempertahankan keanekaragaman hayati di
epifit, (5) epifit, (6) saprofit dan parasit. Whitten et Indonesia, disebabkan lahan-lahan hutan alam yang
al., (1996) mengatakan bahwa, pada daerah utuh dan masih tersisa saat ini terutama di
pegunungan di tropis hanya sedikit pepohonan Sumatera, Jawa, Bali, Nusatenggara, dan Sulawesi
yang memiliki banir, dan jika ada ukurannya kecil. hanya terdapat di dataran tinggi, yang termasuk di
Tumbuhan liana berkayu berukuran besar juga dalamnya adalah KTP. Tingkat endemisme juga
jarang ditemukan. Pada sisi lain tumbuhan Epifit tinggi untuk taxa-taxa tertentu di kawasan tropis
seperti anggrek jauh lebih melimpah. pegunungan, khususnya burung, mamalia kecil, dan
Hutan KTP memiliki manfaat yang sangat beberapa family tumbuhan-tumbuhan yang terbatas
tinggi, diantaranya adalah berperan penting dalam penye-barannya pada zona di atas ketinggian 1000
proses siklus hidrologi, dengan menangkap air m dpl, dan untuk Indonesia contohnya adalah
langsung dari awan dan menyimpannya yang Ranunculaceae dan Primulaceae.
kemudian dibebaskan secara perlahan-lahan pada Nilai terpenting dari kawasan pengunungan
musim kemarau (cf. Bruijnzeel, 2004), pengaturan adalah sebagian besar sungai utama di dunia
kelembaban udara regional, pengurangan erosi dan berasal dari kawasan pegunungan. KTP adalah
sedimentasi. Dalam bentang hutan inilah sumber utama air dan berperan penting dalam
terkonsentrasi keragaman hayati darat. Hutan ketahanan pangan di daerah tropis. Pengunungan
pegunungan juga menyediakan sumberdaya penting juga merupakan pusat keanekaragaman budaya,
baik kayu maupun non kayu (Sumedi et al., 2012). dan tempat perlindungan bagi budaya-budaya asli
Pusat-pusat keanekaragaman hayati dari tekanan budaya yang lebih dominan. Hal ini
terbesar di dunia juga terdapat di KTP, antara lain disebabkan oleh posisinya yang terisolasi, dan jarak
di hutan Atlantik, Brazil, bagian utara Pulau yang jauh dari pusat kekuasaan. (Price, 2004).
Kalimantan, bagian sebelah timur pegunungan Aktivitas-aktivitas manusia yang meng-
Andes, dan Papua New Guinea. Kekayaan hayati akibatkan dehutanisasi hutan hujan tropis dapat
yang melimpah di daerah KTP ini tidak hanya digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu: (1)
penting karena nilai intrinsiknya, tetapi juga karena pemanfaatan kayu dan berbagai produk hutan
ia merupakan sumberdaya yang dimanfaatkan lainnya; (2) kegiatan pertanian; (3) bendungan
untuk masyarakat sekitar, selain itu memiliki hidro elektrik; dan (4) urbanisasi dan industrialisai
potensi genetik yang sangat tinggi. Banyak varietas (Goudie, 1994). Kebakaran merupakan salah satu
tanaman pangan, seperti gandum, kentang, dan faktor yang menyebabkan kawasan tropis pe-
kacang-kacangan berasal mula dari kawasan yang gunungan menjadi rusak. Menurut Nurhasmawaty
disebut di atas (Price, 2004). (2004), terjadinya kebakaran hutan disebabkan
Beberapa masyarakat di dataran tinggi faktor: alam, kelalaian, dan kesengajaan.
Andes mempertahankan lebih dari 150 varietas Mayoritas KTP saat ini telah menjadi
kentang, sedangkan petani di Afrika Tengah pulau-pulau terfragmentasi gunung tropis yang
membudidayakan kacang-kacangan dalam per- dikelilingi oleh bentang alam budidaya pertanian.
tanian campuran sampai lebih dari 30 varietas. Pembukaan lahan oleh petani-petani miskin adalah
4 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm. 1-7

penekan utama terhadap KTP di seluruh dunia. Di sungai hutan tropis pegunungan Montevirde di
Amerika Selatan, peternakan yang ekstensif Costa Rica (Blyth et al., 2002).
merupakan penekan utama. Kawasan di Afrika, ini Gangguan-gangguan yang dikemukakan ini
juga telah mengalami degradasi akibat pembakaran selain menimbulkan kerugian bagi manusia, juga
di musim kering, dan kegiatan wisata perburuan. Di dapat mengakibatkan habitat bagi banyak spesies.
Asia Tenggara, pembalakan adalah faktor utama Menurut WWF Global (2011), hilangnya habitat
penyebab rusaknya KTP (Blyth et al., 2002). merupakan ancaman utama terhadap 85% dari
Soepadmo (1983) menaksir bahwa secara global, seluruh spesies yang terdapat dalam daftar IUCN
sektor urbanisasi dan industrialisasi, setiap tahun dengan klasifikasi Threatened dan Endangered.
mengakibatkan hilangnya hutan hujan tropis seluas Kerapatan populasi manusia berkorelasi
3 juta ha. Brown & Brown (1992) mengatakan sangat kuat dan bersifat negatif terhadap
bahwa pembukaan hutan yang serampangan juga keseluruhan penutupan hutan, dan dan berkorelasi
turut menyumbang cepatnya hutan hujan tropis positif dengan laju hilangnya hutan (Laurance,
terdegradasi. 2007). Penelitian Kirleis et al., (2011) di Taman
Tekanan akibat aktivitas perumputan yang Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, yang di
sangat tinggi di daerah pegunungan mempercepat dalamnya terdapat hutan hujan pegunungan yang
proses erosi. Budidaya pertanian pada lereng-lereng unik, menunjukkan bahwa aktivitas manusia dan
curam, tanpa aplikasi teknik-teknik konservasi variasi iklim berperan penting terhadap perubahan
tanah, juga merupakan penyebab meningkatnya vegetasi di kawasan tersebut. Penduduk pedesaan
erosi. Erosi yang berlebihan, peningkatan run-off, di dalam dan di sekitar taman selama beberapa
pemadatan tanah, dan juga meningkatnya turbiditas generasi telah menggunakan sumber daya yang ada
sumber air. Rusaknya sumber air akan mem- secara berkelanjutan. Namun demikian, baru-baru
pengaruhi keanekaragaman hayati daerah pe- ini, pendatang baru telah melakukan perambahan
gunungan. Kerusakan daerah pegunungan akan pada kawasan taman. Oleh karena kerapatan
semakin parah dengan banyaknya aktivitas populasi meningkat, terjadi peningkatan ancaman
pembangunan seperti jalan raya, bangunan, dan terhadap hutan dan satwa liar akibat konversi lahan
bendungan (Neupane & Thapa, 2001). menjadi kawasan pertanian dan pemanfaatan
Letusan gunung berapi yang merupakan sumberdaya hutan yang ilegal (The Nature
sumber api alami, dan gempa bumi merupakan Conservancy Indonesia Program ca. 2004; Erasmi
ancaman langsung terhadap kehidupan manusia. et al., 2004).
Aktivitas alam ini dapat memicu migrasi penduduk Penduduk yang sangat padat di Pulau Jawa,
jika berlangsung, yang pada gilirannya meng- mengakibatkan penggunaaan tanah jauh melebihi
akibatkan pergeseran pada pola-pola eksploitasi dari kapasitasnya. Rata-rata ukuran luas tanah
sumberdaya alam dan juga mengakibatkan pertanian sekarang ini kurang dari satu hektar (2,47
meningkatnya ketegangan sosial (Blyth et al., hektar) (tahun 2000), hampir tidak cukup bahkan
2002). untuk hidup secara subsisten. Sekitar dua pertiga
KTP juga sangat rentan terhadap perubahan dari penduduk pedesaan mengolah lahan yang
iklim. Perubahan iklim mampu mengakibatkan terlalu kecil ini. Situasi demikian memaksa petani
pergeseran frekuensi dan intensitas kejadian subsisten mencari nafkah dengan memperluas
bencana dengan mempengaruhi distribusi musiman budidaya ke lereng gunung dan hutan lindung di
curah hujan dan posisi jalur-jalur kawasan yang daerah aliran sungai dataran tinggi.
akan dilewati oleh badai (Boehmer, 2011). Bencana yang kemudian terjadi, saat
Terdapat bukti bahwa pemanasan global dapat berlangsung musim hujan tropis di Indonesia di
mengangkat posisi awan pada daerah-daerah lereng tandus, menghanyutkan tanah, jalan, desa,
berhutan di kawasan ini ke altitude yang lebih dan bahkan manusia. Akibat pepohonan dan
tinggi, yang menimbulkan kekeringan pada hutan- semak-semak tidak mampu lagi mengikat air dan
hutan tersebut, juga telah dikaitkan dengan menahan tanah, maka erosi menyebar pada sungai,
punahnya jenis-jenis katak emas dan hewan waduk, saluran irigasi, dan pelabuhan, dan
amphibi lainnya, serta menurunnya debit aliran kemudian menjadi tersumbat dengan lumpur.
Hampir dua setengah juta hektar dataran tinggi di
Wiharto, Kawasan Tropis Pegunungan 5

pulau Jawa rusak, sehingga tidak dapat lagi dari kawasan tersebut (Wiharto, 2009). Mening-
mendukung bahkan pertanian yang subsisten. katnya pemahaman terhadap pengendalian atas
Daerah-daerah yang terdegradasi meluas mencapai distribusi spesies di ekosistem ini akan bermanfaat
494.000 ha tahun-1 (About Indonesia, 2000). bagi perlindungan dan manajemen hutan yang ada
Kasus tipikal KTP adalah sebagaimana di kawasan ini (Martin et al., 2010). Bab 13 dari
yang terjadi di Gunung Rinjani, Lombok, Agenda 21 mengakui diperlukannya peningkatan
Indonesia, dimana Departemen Kehutanan pengetahuan ekologi dan pembangunan yang
kesulitan menerapkan aturan hukum yang berlaku berkelanjutan pada ekosistem pegunungan, dan
ketika mereka tidak dapat menawarkan alternatif mendorong integrasi pembangunan daerah aliran
lain terhadap kemiskinan akut para petani. sungai, serta kesempatan untuk memperoleh mata
Sebagian besar hutan di daerah rendah telah pencaharian alternatif di kawasan pegunungan
menjadi tambalan-tambalan berupa lahan kecil, (Blyth et al., 2002). Pemahaman mengenai
dengan sebaran pepohanan yang sedikit, juga kekayaan spesies sangat penting untuk menentukan
ditumbuhi oleh semak dan ilalang. Api yang prioritas dalam perencanaan dan manajemen
digunakan untuk membuka kawasan ini kemudian koservasi (Ashton, 1992).
merambah ke hutan di lerang atas. Hal ini Dipastikannya perlindungan keanekara-
berimplikasi pada seluruh pulau, oleh karena hutan gaman hayati, sumber air, dan bagian lain dari
pegunungan berfungsi sebagai pengumpul air untuk ekosistem hutan tropis pegunungan memerlukan
seluruh Lombok, yang menyuplai air ke kota dan serangkaian tanggapan, yang di dalamnya termasuk
peristirahatan turisme, serta irigasi untuk meningkatnya kesadaran masyarakat maupun
persawahan di dataran datar. Para petani sawah di politisi mengenai nilai-nilai unik dari ekosistem
dataran rendah kemudian mengeluh bahwa selama KTP, dukungan terhadap pertanian dan mata
musis kering air tidak mencukupi, dan ketika pencaharian lainnya yang berkelanjutan, dan
musim hujan, banjir menjadi lebih banyak (Sayer & mengembangkan mekanisme inovatif pendanaan
Rooswiadjie, 2004). untuk konservasi DAS di KTP (Blyth et al., 2002).
Tradisi dan budaya KTP juga mendapat Hal yang penting adalah sampainya aliran aliran air
ancaman oleh globalisasi, dan sayangnya termasuk dalam kunatitas dan kualitas yang dibutuhkan,
ke dalam hal ini adalah kebutuhan terhadap obat- sehingga dipastikan bahwa manager-manager lahan
obatan seperti marijuana, kokain, dan heroin, yang dataran tinggi mendapat insentif untuk pengelolaan
sebagian besar diperoleh dari pegunungan. Tekanan yang layak.
juga datang dari kegiatan turisme, dimana KTP Adanya ramalan peringatan dini yang
merupakan kawasan yang sering dijadikan daerah akurat mengenai kemungkinan bencana, dan
pariwisata dan rekreasi (Price, 2004). disampaikan dalam bentuk yang mudah dipahami,
Pegunungan merupakan lingkungan yang pendidikan terhadap masyarakat untuk
sangat dinamis karena pengaruh proses-proses merpersiapkan diri menhadapi bahaya sebelum
tektonik. Banyak rangkaian pegunungan terbentang bancana sesungguhnya tiba, dapat membuat
di sepanjang tepian lempengan benua, yang kehidupan dan harta benda masyarakat
memiliki peluang yang tinggi mengalami gempa diselamatkan. Kerjasama diperlukan di antara
bumi dan letusan gunung berapi. Lereng yang banyak pihak dalam mengembangkan prosedur
curang dan curah hujan yang tinggi yang sistem peringatan dini dan monitoring bencana.
merupakan ciri dari daerah pegunungan membuat Dalam kerjasama tersebut juga harus tercakup tata
pergerakan bebatuan, tanah, dan air juga salju cara mengatasi kerusakan alam lainnya seperti
menjadi mudah. Pola penggunaan lahan dan penebangan hutan, perambahan kawasan lindung,
pembangunan infrastruktur jaga dapat menim- juga ancaman-ancaman tidak langsung lainnya
bulkan dampak negative bagi daerah pegunungan. seperti polusi dan kegiatan manusia di dalam
Interaksi diantara bahaya-bahaya ini dapat kawasan lindung (Acharya&Kafle, 2009).
mengakibatkan bencana yang lebih besar (Blyth et Penelitian Sumedi et al., (2012) di
al., 2002). pegunungan Dieng menunjukkan bahwa
Usaha perlindungan terhadap KTP me- pengelolaan harus memerhatikan strategi yang
merlukan pemahaman mengenai kondisi ekologi paling prioritas dan mendesak dilakukan yaitu
6 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm. 1-7

meningkatkan komunikasi yang efektif antar Hutan KTP memiliki manfaat yang sangat
stakeholder. Strategi prioritas pengelolaan lainnya tinggi, diantaranya adalah, penting dalam proses
yang disarankan adalah: (1) Mencari dan siklus hidrologi, pengaturan kelembaban udara
menerapkan model optimal penggunaan lahan regional, pengurangan erosi dan sedimentasi, juga
(ekonomi, sosial, ekologi); (2) Menghilangkan menyediakan sumberdaya penting baik kayu
hambatan sektoral untuk bersama-sama mendaya- maupun non kayu. Berbagai ancaman terhadap
gunakan potensi dari luar daerah; (3) Meningkatkan KTP diantaranya adalah pembukaan lahan,
kompetensi kelembagaan yang mampu menarik eksplotasi sumberdaya alam yang berlebihan,
peran institusi dari semua level; (4) Peningkatan jumlah penduduk yang semakin meningkat, dan
kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia tentang peristiwa-peristiwa alam seperti gempa bumi dan
pengelolaan wilayah gunung; (5) Meningkatkan letusan gunung merapi. Pengelolaan KTP harus
peran forum dialog dengan mengambil pengalaman memerhatikan strategi yang paling prioritas dan
sejarah; dan (6) Meningkatkan kesadaran mendesak dilakukan yaitu meningkatkan komu-
lingkungan disertai program lapang yang realistis. nikasi yang efektif antar stakeholder. ramalan
peringatan dini yang akurat mengenai kemung-
D. KESIMPULAN kinan bencana, dan disampaikan dalam bentuk
yang mudah dipahami, pendidikan terhadap
Kawasan tropis pegunungan (KTP)
masyarakat untuk merpersiapkan diri menhadapi
merupakan kawasan yang rentan atau rawan
bahaya sebelum bancana sesungguhnya tiba, dapat
bencana, baik secara alami maupun akibat aktivitas
membuat kehidupan dan harta benda masyarakat
manusia (antropogenik). Pemahaman terhadap
diselamatkan. Kerjasama diperlukan di antara
konsekuensi perubahan habitat, dan usaha
banyak pihak dalam mengembangkan prosedur
pengembangkan strategi efektif untuk memper-
sistem peringatan dini dan monitoring bencana.
tahankan proses-proses ekologi pada KTP
Dalam kerjasama tersebut juga harus tercakup tata
merupakan tantangan bagi ilmuwan dan praktisi
cara mengatasi kerusakan alam lainnya seperti
koservasi alam. Penyebaran KTP berdasarkan
penebangan hutan, perambahan kawasan lindung,
lintang terbatas pada kawasan tropis, yang meliputi
juga ancaman-ancaman tidak langsung lainnya
wilayah katulistiwa dan meluas ke utara sampai
seperti polusi dan kegiatan manusia di dalam
garis balik utara dan ke selatan sampai garis balik
kawasan lindung.
selatan.

E. DAFTAR PUSTAKA
About Indonesia. 2000. Transmigration: A New Direction for Risks. Brauch, H. G., Ú. O. Spring., C. Mesjasz., J.
Population Growth. Embassy of The Republic of Grin., P. Kameri-Mbote, B. Chourou., P. Dunay., & J.
Indonesia in London, United Kingdom. Birkmann (Eds). Springer, Berlin.
http://www.indonesianembassy.org.uk/indonesia_issue Brown Jr, K.S. & G.G. Brown. 1990. Habitat alteration and
s_transmigration.html [5 Desember 2012] Spesies Loss in Brazilian Forest in Tropical
Acharya, A.K. & N. Kafle. 2009. Land Degradation Issues In Deforestation and Spesies extinction. Edit by
Nepal And Its Management Through Agroforestry. The Whitmore, T.C. and J.A. Sayer. Chapman and Hall,
Journal of Agriculture and Environment, Vol:10, 115- London.
123. Bruijnzeel, L. A. 2004. Hydrological functions of tropical
Ashton, P. 1992. Species Richness in Plant Community in forests: not seeing the soil for the trees? Agriculture,
Conservation Biology. The Theory and Practice of Ecosystems and Environment 104: 185 – 228.
Nature Conservation Preservation and Management. Butler, R. 2012. Soil Erosion and Its Effects.
Edit by Fedler, P.L., & S.K. Jain. Chapman and Hall, http://rainforests.mongabay.com/0903.htm [31 Oktober
New York, London. 2012]
Blyth, S., B. Groombridge., I. Lysenko., L. Miles., & A. Erasmi, S., A. Twele., M. Ardiansyah, A. Malik., & M.
Newton. 2002. Mountainwatch. Environmental Change Kappas. 2004. Mapping deforestation and land cover
And Sustainable Development In Mountains. UNEP. conversion at the rainfor-est margin in Central
Swaingrove Imaging, UK. Sulawesi, Indonesia. EARSeL eProc. 3:388–397
Boehmer, H. J. 2011. Vulnerability of Tropical Montane Rain Göltenboth, F., K.H. Timotius., P.P. Milan., & J. Margraf.
Forest Ecosystems due to Climate Change in Coping 2006. Ecology of Insular Southeast Asia. The
with Global Environmental Change, Disasters and Indonesian Archipelago. Elsevier B.V. Amsterdam,
Security. Threats, Challenges, Vulnerabilities and Boston, Heidelberg, London.
Wiharto, Kawasan Tropis Pegunungan 7

Goudie, A. 1994. The Human Impact on Natural Environment. Sayer, J., & T.A. Rooswiadjie. 2004. Conserving the cloud
4th. Ed. The MIT Press, Massachusetts. forests of Lombok, Indonesia in Conservation and
Hadiyanto, S. 1997. Kondisi Iklim Makro dan Mikro di Sustainable Development in Mountain Areas. Edt:
Daerah Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, dan Price, M.F. WCPA, Commission on Ecosystem
Gunung Halimun dalam Manajemen Bioregional. Management, IUCN.
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Taman Sciencedaily. Tropical Rain forest and mountain species may
Nasional Gunung Halimun dan Gunung Salak. be threatened by global warming. 2008.
Prosiding. Puslitbang Biologi-LIPI dan Program Studi http://www.sciencedaily.com/releases/2008/10/081009
Biologi Pascasarjana, Universitas Indonesia. 143700.htm. [10 Feb 2012].
Hamilton, L. S., J. O. Juvic., & F.N. Scatena. (Eds.), 1995. The Soepadmo, E. 1983. Forest and Man. An Ecologycal
Tropical Mountain Cloud Forest. Springer Verlag, Appraisal. An Inaugural Lecture delivered atau The
Berlin. University of Malaya. University of Malaya, Kuala
Karkee, K., 2004. Land degradation in Nepal: A menace to Lumpur.
economy and ecosystems international Master’s Sumedi, N., H. Simon., & Djuwantoko. 2012. Strategi
Programme in environmental science, University of Pengelolaan Pegunungan Jawa: Studi Kasus
Lund, Sweden. Pegunungan Dieng Jawa Tengah, Indonesia. Jurnal
Kirleis, W., V. D. Pillar., & H. Behling. 2011. Human– Penelitian Kehutanan Wallacea. Vol. 1 No. 1:36-49.
environment interactions in mountain rainforests: The Nature Conservancy Indonesia Program. 2004. Lore Lindu
archaeobotanical evidence from central Sulawesi, National Park: building partnerships to protect
Indonesia. Veget Hist Archaeobot, 20: 165–179. Sulawesi’s unique wildlife.
Marquis, G., T. Baldassarri., T. Hofer., R. Romeo., P. Wolter. http://www.nature.org/wherewework/asiapacific/indon
2012. FAO`s Current Engagement in Suistainable esia/files/lore_lindu_summary.pdf. [24 Nov 2008]
Mountain Development Internasional Mountain Tisafi, M., & E. R. Briales. Foreword in Mountain Forest in a
Society. changing world. Realizing values, addressing
Martin, P. H., T. J. Fahey., & R. E. Sherman. 2010. Vegetation challenges. Eds. Price, M.F., G. Gratzer., L.A.
Zonation in a Neotropical Montane Forest: Duguma., T Kohler., D. Maselli., & R. Romeo.
Environment, Disturbance and Ecotones. Biotropica FAO/MPS & SDC, Rome.
43(5): 533–543 UNEP. 2003. Main Theme: Mountain Biodiversity. Status and
Menhart, A.D., & F.O. Sarmiento. 2010. Landscape Trend of, and Threats to, Mountain Biological
Transitions: Integration of Pedagogical Approaches for Diversity. Montreal.
Sustainability in Tropical American Mountain Van Steenis, C.G.G. J. 2006. Flora Pegunungan Jawa (Judul
Communities. Journal of Sustainability Education. Asli: The Mountain Flora of Java). Penerjemah:
Vol. 1, May 2010. ISSN: 2151-7452 Kartawinata, J. A. Pusat Penelitian Biologi-LIPI,
Neupane, R.P. and G.B. Thapa, 2001. Impact of agroforestry Bogor, Indonesia.
intervention on farm income under the subsistence Walter, H. 1971. Ecology of Tropical and Subtropical
farming system of the middle hills, Nepal. Agroforest. Vegetation. Van Nostrand Reinhold Company, New
Syst.,53: 31–37. York, London.
Nurhasmawaty. 2004. Gangguan Asap Dan Kebakaran Hutan. Whitmore, T.C. 1986. Tropical Rain Forest of The Far East.
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas 2nd. ed. ELBS Oxford University Press, Oxford.
Sumatera Utara. e-USU Repository. Whitten, T., R. E. Soeriatmadja., & S.A. Adif. 1996. The
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1319/1 Ecology of Java and Bali. Periplus Edition, Singapore.
/tkimia-nurhasmawaty5.pdf. [10 Maret 2012]. Wiharto, M. 2009. Klasifikasi Vegetasi Gunung Salak, Bogor,
Price, M. F. 2004. (Edt). Conservation and Sustainable Jawa Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB,
Development in Mountain Areas. WCPA, Commission Bogor.
on Ecosystem Management, IUCN. WWF Global. 2011. Impact of habitat loss on species.
Richard, P. W. 1964. The Tropical Rain Forest. An Ecological http://wwf.panda.org/about_our_earth/species/problem
Study. At The University Press, Cambridge. s/habitat_loss_degradation/ [31 Oktober 2012].

You might also like