You are on page 1of 9

JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

HUBUNGAN POSISI KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI BATU BATA


DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN
Erwin Rinaldi1, Wasisto Utomo2, Fathra Annis Nauli3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: erinaldi393@gmail.com

Abstract

Safety at working area still largely ignored by workers. Low back pain was the most frequent musculoskeletal complaint. The purpose of this
study was to identify the image position of working on brick industry workers, identified the risk incidence of low back pain, identified the
risk incidence of low back pain, and also identify the relationship between the working position on brick industry workers with the risk of low
back pain incidence. The method of study is descriptive correlation with cross sectional study. The study conducted on 52 respondents in the
district Benai by using purposive sampling technique. The analysis used an univariat and bivariat with alternative test kolmogorov smirnov.
The result showed that 33 workers (63,5%) are middle age, work >5 years as much 23 workers (44,2%), totally lift brick 5.100-8.499 kg as
much 24 workers (46,2%) and workers are working >7 hour/days as much 29 workers (55,8%). The analysis bivariat showed significant
correlation between the working position on brick industry workers with the risk incidence of low back pain (p value 0,002 <0,05). The
result of this research can be input to the labor department to explain the return to health workers about the principles of safety, and the
results of this study should be useful for other researchers as a basis or benchmark data relating about low back pain in terms of others.
Recommended for the labor offices to get action with K3 for every workers to avoid work accident, by make a tool to facilitate the activities
or workers and to disseminate the correct working position.

Keywords :working position, low back pain, brick industry workers

PENDAHULUAN Musculoskletal Disorder terutama pada pekerja


Hukum Keselamatan dan Kesehatan yang masih menggunakan sistem kerja yang
Kerja (K3) di Indonesia belum begitu banyak tradisional.
dikenal masyarakat, hal ini dapat dilihat dari Musculoskletal Disorder(MSDs) adalah
banyaknya industri yang kurang memperhatikan penerimaan beban pada otot secara statis dan
masalah keselamatan pekerjanya, sedangkan K3 berulang-ulang dalam waktu yang lama, yang
merupakan aspek yang penting dalam aktifitas dapat menyebabkan beberapa kerusakan pada
dunia perindustrian. Menurut undang-undang sendi, ligament dan tendon. Secara garis besar
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua
pasal 86 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap yaitu: 1) keluhan sementara (reversible), yaitu
pekerja berhak memperoleh perlindungan atas keluhan otot yang terjadi pada saat otot
keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan menerima beban statis, namun demikian keluhan
kerja bertalian dengan kecelakaan kerja, yaitu tersebut akan segera hilang apabila pembebanan
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau diberhentikan. 2) keluhan menetap (persistent),
dikenal dengan istilah kecelakaan industri, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap,
kecelakaan industri ini secara umum dapat di walaupun pembebanan kerja telah dihentikan,
artikan suatu kejadian yang tidak diduga semula namun rasa nyeri pada otot dapat terus berlanjut
dan tidak dikehendaki serta mengacaukan proses (Suhardi, 2008).
yang telah diatur dari suatu aktifitas (Husni, Berdasarkan International Association
2005). for the Study of Pain(IASP) nyeri adalah sensori
International Labour Organization (ILO) subyektif dan emosional yang tidak
(dalam Umami, 2014) menyebutkan bahwa menyenangkan yang didapat terkait dengan
ketenagakerjaan informal adalah seluruh jenis kerusakan jaringan yang aktual maupun
pekerjaan yang memberikan pendapatan, baik potensial, atau menggambarkan kondisi
pekerjaan mandiri dan pekerjaan dengan gaji, terjadinya kerusakan(Smeltzer & Bare, 2005).
yang tidak diakui, diatur atau dilindungi oleh Berdasarkan durasinya, nyeri dibagi kedalam
hukum dan peraturan yang ada. Pelayanan dua kelompok, yaitu akut dan kronis. Nyeri akut
kesehatan bagi pekerja di sektor informal pada (acute pain) adalah pengalaman nyeri yang
saat ini belum sesuai dengan beratnya pekerjaan umumnya dialami oleh individu selama tidak
yang dilakukan, sehingga pekerja rentan lebih dari satu hari dan akan mereda saat sumber
mengalami masalah-masalah kesehatan seperti nyerinya diketahui dan diobati. Contoh nyeri
1085
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

akut antara lain, sakit gigi, pusing, patah tulang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin
dan luka bakar. Nyeri kronis (chronic pain) Achmad Pekanbaru, menunjukkan bahwa LBP
adalah nyeri yang pada umumnya akan terus termasuk kedalam 5 besar pasien yang dirawat di
menerus dirasakan individu meskipun telah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sebanyak
diketahui dan diobati. Tipe nyeri seperti ini dapat 8.145 pasien (Riau Pos, 2012).
berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan LBP adalah masalah yang banyak
bertahun-tahun setelah penyebab awalnya dihadapi oleh banyak negara dan menimbulkan
diobati. Contoh nyeri kronis antara lain nyeri banyak kerugian. Dilihat dari data yang
yang berhubungan dengan kanker, migraine, dikumpulkan dari penelitian Pusat Riset dan
arthritis, kerusakan saraf atau neurogenic pain Pengembangan Pusat Ekologi Kesehatan,
dan keluhan low back pain (LBP) (Weatherbee, Departemen Kesehatan yang melibatkan 800
2009). orang dari 8 sektor informal di Indonesia
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang menunjukkan keluhan LBP dialami oleh 31,6%
dirasakan pada daerah punggung bawah, dapat petani kelapa sawit di Riau, 21% pengrajin
berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau wayang kulit di Yogyakarta, 18% pengrajin onix
keduanya.Nyeri ini terasa diantara sudut iga di Jawa Barat, 16% penambang emas di
terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu Kalimantan Barat, 14,9% pengerajin sepatu di
didaerah lumbal atau lumbosakral dan sering Bogor dan 8% pengrajin kuningan di Jawa
disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai Tengah. Selain itu, pengerajin batu bata di
dan kaki (Wagiu, 2005). Lampung dan nelayan di DKI Jakarta yang
LBP merupakan efek umum dari Manual menderita keluhan LBP masing-masing 76,7%
Material Handling(MMH).Pekerja berusaha dan 41% (Sakinah, 2013).
untuk mempertahankan kecepatan dan beban Pertambahan penduduk yang tinggi dapat
yang diangkat, sehingga tubuh semakin lama menyebabkan bertambahnya kebutuhan untuk
semakin lelah. Penelitian lain juga mengatakan pemukiman penduduk.Pemukiman atau rumah
bahwa dalam mengangkat beban yang tidak merupakan suatu kebutuhan pokok manusia
terlalu berat tapi terjadi dalam waktu yang lama disamping sandang pangan. Kebutuhan akan
tanpa istirahat akan cepat menurunkan pemukiman berbanding lurus dengan
kemampuan pekerja dalam mengangkat beban meningkatnya permintaan akan bahan bangunan
dan cenderung mudah lelah. Kelelahan ini jika sarana prasarana lainnya juga membutuhkan
terjadi dalam waktu yang lama dapat berbagai bahan pokok dalam pembuatan sebuah
mengakibatkan cedera serius pada sistem bangunan. Sehingga dapat menyebabkan
musculoskeletal.Cedera ini nantinya bisa permintaan akan batu bata mengalami
berkembang menjadi kondisi kronis dan dapat peningkatan sehingga industri batu bata di
meningkatkan resiko kecelakaan (Canadian beberapa daerah juga mengalami perkembangan
Centre for Occupational Health and Safety, (Khairudin, 2011).
2009). Industri batu bata akhir-akhir ini banyak
Berdasarkan data ILO tahun 2013, satu dijumpai diberbagai daerah, termasuk di
pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi,
karena kecelakaan kerja, 160 pekerja mengalami sulitnya mencari lapangan pekerjaan dan
sakit akibat kerja.Tahun sebelumnya (2012) ILO kurangnya keahlian atau keterampilan yang
mencatat angka kematian dikarenakan dimiliki menjadi salah satu alasan sebagian
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) penduduk di Kecamatan Benai Kabupaten
sebanyak 2 juta kasus setiap tahun (Kementrian Kuantan Singingi bekerja sebagai produsen atau
Kesehatan Republik Indonesia, 2014). penghasil batu bata. Hal ini didukung juga
Data untuk jumlah penderita LBP di dengan keadaan demografi Kecamatan Benai
Indonesia tidak diketahui secara pasti, namun yang banyak terdapat jenis tanah liat yang cocok
diperkirakan penderita LBP di Indonesia digunakan sebagai bahan baku pembuatan batu
bervariasi antara 7,6-37% dari jumlah penduduk bata.
yang ada di Indonesia (Lailani, 2013). Data Berdasarkan pengamatan peneliti
mengenai jumlah penderita LBP di Pekanbaru di aktifitas pekerja industri batu bata yang

1086
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

dilakukan secara manual berisiko untuk Sampel pada penelitian ini didapatkan
menyebabkan LBP. Hal ini dikarenakan dengan dengan teknik pengambilan sampel
beberapa tahapan proses pekerjaan terdiri dari purposive sampling, dengan menggunakam
mencangkul tanah, memasukkan tanah ke dalam
rumus Slovin didapatkan jumlah sampel 52
gerobak sorong, mencetak batu bata dengan alat
cetak, mengangkat batu bata dengan gerobak orang, yang memenuhi kriteria inklusi tidak
sorong serta menyusun batu bata yang akan di terdiagnosis tumor tulang belakang dan
panggang serta mengangkat kedalam mobil gangguan fungsi ginjal, tidak obesitas, berusia
pengangkut. Kegiatan yang dilakukan dengan 19-60 tahun, masa kerja ≥1 tahun dan bersedia
berulang-ulang, membungkuk dan memutar serta menjadi responden.Instrument pada penelitian
beban yang diangkat berlebihan tersebut juga ini adalah lembar kuesioner acute low back pain
ditambah dengan posisi kerja yang salah
screening questionnaire dan lembar observasi
membuat ketegangan pada otot sehingga para
pekerja semakin beresiko mengalami LBP. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) yang
Pada survei awal yang dilakukan peneliti sudah valid dan reliable.
pada tanggal 11 Januari 2015, hasil wawancara Analisa data pada penelitian ini adalah
kepada 10 orang responden yang keseluruhannya univariat dan bivariat. Analisa univariat
dilakukan untuk melihat karakteristik responden
adalah pekerja industri batu bata didapatkan
meliputi usia, lama masa kerja, rata-rata beban
hasil 90% responden merasakan nyeri didaerah yang diangkat perhari dan lama masa kerja
punggung bawah. Pekerjaaan yang biasa mereka dalam sehari. Analisa bivariat menggunakan uji
lakukan misalnya, mengangkat beban yang alternatif kolmogorov smirnovuntuk melihat
terlalu berat, sikap tubuh memutar tulang adanya hubungan antara variabel dependent
punggung dan membungkuk. Pekerjaan tersebut dengan variabel independent.
dilakukan para pekerja selama lebih kurang 8
HASIL PENELITIAN
jam setiap hari. Berdasarkan fenomena tersebut
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil
penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan posisi sebagai berikut:
kerja pada pekerja industri batu bata dengan 1. Analisa univariat
risiko kejadian low back pain”. Penelitian ini Tabel 1
bermanfaat agar dapat mengidentifikasi lebih Gambaran karakteristik responden
jauh risiko terjadinya lbp pada pekerja sebelum No. Karakteristik Frekuensi Persentase
responden (%)
menyebabkan dampak yang negatif, dan dapat 1 Usia
menjadi sumber informasi dalam pengembangan 19-25 tahun 10 19,2%
ilmu keperawatan serta dinas tenaga kerja. (dewasa awal)
26-45 tahun 33 63,5%
(dewasa tengah)
METODOLOGI PENELITIAN 46-60 tahun 9 17,3%
Desain penelitian ini adalah deskriptif (dewasa akhir)
korelasi dengan rancangan cross sectional yaitu Jumlah 52 100%
penelitian yang menekankan pada waktu 2 Lama masa kerja
pengukuran atau observasi data variabel 1-2 tahun 18 34,6%
3-4 tahun 11 21,2%
independen dan dependen hanya satu kali pada >5 tahun 23 44,2%
satu saat (Setiadi, 2007). Penelitian ini bertujuan Jumlah 52 100%
untuk mengidentifikasi hubungan posisi kerja 3 Rata-rata beban
pada pekerja industri batu bata dengan risiko yang diangkat
perhari
kejadian low back pain.
1.700-5.099 kg 2 3,8%
Populasi dalam penelitian ini adalah 5.100-8.499 kg 24 46,2%
seluruh pekerja pada industri batu bata di 8.500-11.899 kg 15 28,8%
kecamatan Benai yang berjumlah 70 orang. 11900-13.600 kg 11 21,2%
1087
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Jumlah 52 100% Jumlah 52 100%


4 Rata-rata lama Berdasarkan Tabel 3 kuesioner yang
kerja perhari disebarkan kepada responden telah didapatkan
≤7 jam 23 44,2%
>7 jam 29 55,8%
hasil, bahwa mayoritas responden mengalami
Jumlah 52 100% risiko tinggi low back pain sebanyak 30
Tabel diatas menjelaskan tentang responden (57,7%)
keseluruhan deskripsi karakteristik responden
berdasarkan usia, lama masa kerja, rata-rata 2. Analisa bivariat
beban yang diangkat perhari dan rata-rata lama Tabel 4
waktu kerja perhari yang didapatkan dari data Hubungan posisi kerja pada pekerja industri
kuesioner yang dikumpulkan dari 52 orang batu bata dengan risiko low back pain
responden. Dari 52 orang responden yang Variabel Risiko kejadian LBP
p
Risiko Risiko Total
diteliti, sebagian besar responden berada pada value
Posisi Kerja rendah tinggi
rentang usia 26-45 tahun (dewasa tengah) n % n % n %
sebanyak 33 orang (63,5%) dan hampir sebagian Posisi kerja 9 75,0 3 25,0 12 100 0,002
besar responden telah bekerja pada industri batu terbaik
Posisi kerja 9 60,0 6 40,0 15 100
bata selama lebih dari 5 tahun 23 orang (44,2%). berisiko
Berdasarkan rata-rata beban batu bata yang Posisi kerja 3 14,3 18 85,7 21 100
diangkat perhari hampir sebagian responden buruk
Posisi kerja 1 25,0 3 75,0 4 100
mengangkat 5.100-8.499 kg dalam satu hari sangat
sebanyak 24 orang (46,2%) dan sebagian besar buruk
rata-rata lama jam kerja perhari responden Jumlah 22 42,3 30 57,7 52 100
% % %
selama >7 jam perhari sebanyak 29 orang
Dapat disimpulkan berdasarkan uji
(55,8%).
statistik bivariat kolmogorov smirnov didapati
bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan
Tabel 2 (p value = 0,002) antara posisi kerja pada pekerja
Distribusi Frekuensi dan persentase posisi kerja industri batu bata dengan risiko kejadian low
ketika mengangkat beba back pain. Artinya ada hubungan posisi kerja
No Posisi kerja Frekuensi Persentase pada pekerja industri batu bata dengan risiko
mengangkat beban (%) kejadian low back pain.
1 Posisi kerja terbaik 12 23,1
2 Posisi kerja berisiko 15 28,8 PEMBAHASAN
3 Posisi kerja buruk 21 40,4
1. Karakteristik responden
4 Posisi kerja sangat 4 7,7
buruk
Berdasarkan kuesioner yang
Jumlah 52 100 diperoleh dari 52 orang responden
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil didapatkan data tentang karakteristik
observasi dari 52 orang responden diperoleh data responden berdasarkan usianya. Dalam
tentang posisi kerja ketika mengangkut beban penelitian ini didapati bahwa mayoritas
bahwa responden melakukan posisi kerja yang responden berusia 26-45 tahun (dewasa
banyak adalah melakukan posisi kerja buruk tengah) sebanyak 33 orang (63,5%). Saputra
dengan persentase 40,4%. (2010) yang meneliti tentang hubungan
posisi kerja terhadap kejadian low back pain
pada petani sawit di kecamatan Dayun
Tabel 3 kabupaten Siak yang menyimpulkan bahwa
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan low back pain terjadi pada rentang usia 31-
risiko kejadian low back pain 40 tahun, karena semakin tinggi usia
No Risiko kejadian LBP Frekuensi Persentase seseorang maka semakin tinggi risiko
(%) perubahan stress mekanis pada diskus
1 Risiko rendah 22 42,3% vertebralis sehingga mayoritas usia dewasa
2 Risiko tinggi 30 57,7% sedang berisiko mengalami low back pain.
1088
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Berdasarkan teori menurut Bull & Archard diskus vertebrata menyempit. Hal ini akan
(2007)umur merupakan faktor yang sering memperbesar kemungkinan terjepitnya
dikaitkan dengan kejadian LBP, karena serabut saraf yang keluar dari foramen
semakin tua umur seseorang maka struktur intervertebrata dan pembuluh darah kecil
tulang belakang dan diskus yang yang memperdarahi daerah lumbal, sehingga
memisahkannya kehilangan fleksibilitas dan dapat menyebabkan kelelahan otot dan
sifat peredam kejutnya menjadi lebih mudah terjadilah nyeri.
rusak. Berdasarkan teori tersebut pekerja Karakteristik responden berdasarkan
berada pada rentang usia yang produktif, rata-rata lama masa kerja perhari didapatkan
pada usia ini pekerja dapat melakukan mayoritas responden bekerja rata-rata >7
pekerjaan secara optimal pada masa jam perhari yaitu berjumlah sebanyak 29
tersebut, dikarenakan dalam bekerja di orang (55,8 %). Dalam undang-undang
industri batu bata perlu menggunakan tenaga ketenagakerjaan telah mengatur waktu kerja,
yang besar untuk mengangkat batu bata yaitu jumlah jam kerja 1 hari adalah >7 jam
tersebut. dalam 1 minggu bekerja 40 jam. Para
Data mengenai karakteristik pekerja industri batu bata di kecamatan
responden berdasarkan lama masa kerja Benai masih bekerja selama 7 hari dalam
didapati mayoritas responden telah bekerja seminggu karena untuk memenuhi
dalam jangka waktu yang lama (>5 tahun) permintaan konsumen yang terus
sejumlah 23 orang atau 44,2%. Melalui data meningkat.Frekuensi kerja berkaitan dengan
tersebut diketahui bahwa mayoritas dari keadaaan fisik tubuh pekerja. Pekerjaan fisik
responden telah bekerja dalam waktu yang yang berat juga akan mempengaruhi kerja
lama sebagai pekerja pada industri batu dari otot. Jika pekerjaan berlangsung lama
bata.Pertambahan jumlah penduduk tanpa istirahat yang mencukupi, maka
menyebabkan persaingan di dunia kerja kemampuan tubuh akan menurun dan dapat
sangat ketat dan kebutuhan ekonomi yang menyebabkan kesakitan pada anggota tubuh
meningkat sehingga diperlukan pekerjaan (Suma’mur, 2009). Meningkatnya
yang tetap dan mencukupi. permintaan batu bata untuk dijadikan
Karakteristik responden berdasarkan sebagai bahan bangunan menyebabkan
rata-rata beban yang diangkat diperoleh kebutuhan batu bata terus meningkat
mayoritas responden mengangkat beban 3-4 sehingga mengakibatkan pekerja memilih
m3 sebanyak 24 responden (46,2%). waktu bekerja lebih lama untuk memenuhi
Meningkatnya pertumbuhan penduduk permintaan tersebut.
berbanding lurus dengan meningkatnya
permintaan batu sehingga pekerja berusaha 2. Posisi kerja ketika mengangkat beban
memenuhi kebutuhan dari konsumennya Data hasil observasi dari 52 orang
sehingga produsen industri batu bata terus responden terdapat 21 orang responden
meningkatkan produksi batu batanya. Data (40%) melakukan posisi kerja yang buruk
ini dapat dihitung secara matematis, 1 m3 pada saat mengangkat beban. Posisi tubuh
(kubik) batu bata = 1.700 kg. jika berat dalam bekerja sangat bergantung oleh jenis
beban yang diangkat perhari sebanyak 4 pekerjaan yang dilakukan, setiap posisi kerja
kubik, maka total berat yang diangkat adalah memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
6.800 kg. sedangkan jika lama masa kerja 8 tubuh.menurut hasil penelitian yang
jam, maka 8 jam x 60 menit = 480 menit. dilakukan Rahmawati (2006) nyeri akan
Sehingga berat total yang diangkat pekerja tambah dirasakan pada saat beban diangkat
dalam waktu 1 menit adalah 6.800 kg / 480 secara tiba-tiba, menggunakan cara
menit = 14,2 kg/menit. Menurut mengangkat yang salah dan banyaknya
Ayuningtyas (2012) beban yang berlebihan frekuensi angkat.
pada punggung akan meningkatkan tekanan Selain menyebabkan kelelahan, MMH
di diskus invertebrate. Tekanan yang juga berpotensi menyebabkan risiko
berlebihan menyebabkan ruang diantara terhadap bahaya fisik dalam hal keluhan
1089
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

nyeri pinggang, punggung dan bahu, atau juga hampir melewati batas maksimal yaitu
dikenal dengan muskuloskeletal disorders. 28,3 kg/menit.
Masalah otot tersebut sudah biasa dialami Menurut Bull & Archad (2009)
oleh para pekerja yang melakukan gerakan sebagian besar nyeri punggung bersifat
yang sama dan berulang secara terus sederhana yang melibatkan kerja tulang,
menerus. Pekerjaan dengan beban yang ligament dan otot punggung.Gejala LBP
berat dan perancangan alat yang tidak dapat berupa sakit atau kaku otot, kebas
ergonomis pada pekerja pabrik (mati rasa), serta kesemutan. LBP dapat
mengakibatkan pengerahan tenaga menyebar ke bagian tubuh lain seperti
berlebihan dan postur yang salah seperti bokong, tungkai dan kaki.
memutar dan membungkuk menyebabkan Menurut Smeltzer (2005)
risiko terjadinya MSDs dan kelelahan dini kebanyakan LBP disebabkan oleh salah satu
(Sarmauly,2009) dari berbagai masalah muskuloskeletal
Pekerja batu bata banyak bekerja (misalnya: regangan lumbosakral akut,
dengan posisi berdiri sehingga dapat ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan
memperburuk keadaan otot otot disekitar kelemahan otot, stenosis tulang belakang
punggung dan kaki. Menurut Suma’mur masalah diskus invertebralis, ketidak
(2009) posisi kerja yang baik adalah samaan panjang tungkai). Sesuai dengan
bergantian antara posisi duduk dan posisi teori tersebut responden yang memiliki
berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan risiko tinggi LBP lebih merasakan dampak
berdiri lebih baik dalam posisi duduk. LBP secara langsung. LBP menimbulkan
Kesimpulan dari penelitian diatas rasa nyeri yang khas, sehingga penderitanya
sesuai dengan hasil penelitian peneliti, akan kesulitan dan terganggu dalam
pekerja mendapat keluhan LBP akibat posisi melakukan berbagai aktifitas, misalnya
kerja yang buruk dalam mengangkat beban. kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari
Para pekerja industri batu bata memiliki hari, seperti tidur dimalam hari, berjalan dan
kebiasaan memposisikan tubuh yang salah bekerja.
ketika bekerja misalnya, ketika mengangkat LBP merupakan salah satu keluhan
beban ada gerakan membungkuk dan yang dapat menurunkan produktifitas kerja
memutar punggung, kegiatan yang manusia. LBP jarang fatal namun nyeri yang
dilakukan berulang-ulang dan dalam dirasakan dapat membuat penderita
mengangkat beban tidak berada sedekat mengalami penurunan kemampuan
mungkin dengan tubuh. melakukan aktivitas sehari-hari, problema
kesehatan kerja, dan banyak kehilangan jam
3. Kejadian low back pain kerja pada usia produktif maupun usia
Berdasarkan hasil penelitian lanjut, sehingga merupakan alasan terbanyak
diperoleh bahwaremaja dengan tipe dalam mencari pengobatan (Suharto, 2005).
kepribadian ekstrovert, mayoritas memiliki Risiko MSDs bersifat akumulatif
perilaku bullying tinggiyaitu sebanyak 29 yang berarti meskipun saat penelitian
responden (63,0 %). Hasil uji statistik pekerja melakukan pekerjaan yang berisiko
menggunakan uji chi square menunjukkan rendah namun jika sebelumnya pekerja
bahwa terdapat hubungan yang signifikan pernah melakukan pekerjaan dengan risiko
antara tipe kepribadian dengan perilaku tinggi maka kemungkinan pekerja tersebut
bullying pada remaja (p value=0,021<α) akan mengalami keluhan MSDs, khususnya
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan LBP. Menurut teori yang dikemukakan
dari 52 orang responden didapati responden Tarwaka (2004) bahwa masa kerja
yang memiliki risiko tinggi LBP sebanyak menyebabkan beban statis yang terus
30 responden (57%). LBP disebabkan oleh menerus, apabila pekerja tidak
mengangkat beban dan lama jumlah jam memperhatikan faktor-faktor ergonomis,
kerja yang melebihi ambang batas. Dalam maka akan lebih mudah menimbulkan
segi jumlah beban yang diangkat permenit keluhan LBP. Semakin lama bekerja,

1090
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

semakin tinggi tingkat risiko menderita mengalami spasme. Spasme yang terjadi
LBP. karena gerakan pinggang yang terlalu
LBP adalah masalah yang banyak mendadak atau berlebihan melampaui
dihadapi oleh banyak negara dan kekuatan otot tersebut.Saat mengangkat
menimbulkan banyak kerugian. Dilihat dari beban berat dan dalam frekuensi yang lama
data yang dikumpulkan dari penelitian Pusat otot disekitar lumbosakral memberikan
Riset dan Pengembangan Pusat Ekologi beban yang berat sehingga jika sudah
Kesehatan, Departemen Kesehatan yang melampaui dari kekuatan otot inilah yang
melibatkan 800 orang dari 8 sektor informal menyebabkan nyeri (Smeltzer & Bare,
di Indonesia menunjukkan keluhan LBP 2005).
dialami oleh 31,6% petani kelapa sawit di Posisi kerja yang tidak benar dan
Riau, 21% pengrajin wayang kulit di dipaksakan dapat menimbulkan kelelahan
Yogyakarta, 18% pengrajin onix di Jawa pada otot sehingga kerja menjadi tidak
Barat, 16% penambang emas di Kalimantan efisien.Dalam jangka waktu yang lama
Barat, 14,9% pengerajin sepatu di Bogor dapat menyebabkan gangguan fisik dan
dan 8% pengrajin kuningan di Jawa Tengah. psikologis dengan keluhan yang dirasakan
Selain itu, pengerajin batu bata di Lampung pada punggung (Nurmianto, 1996).
dan nelayan di DKI Jakarta yang menderita Posisi tubuh fleksi , ekstensi dan
keluhan LBP masing-masing 76,7% dan rotasi punggung pada saat berkerja akan
41% (Sakinah, 2013). menyebabkan otot pada perut akan menjadi
. lemah sehingga dapat menyebabkan lordosis
4. Hubungan posisi kerja pada pekerja industri yang belebihan. Secara anatomis lordosis
batu bata dengan risiko kejadian LBP yang berlebihan pada lumbal akan
mengakibatkan penyempitan saluran atau
Hasil analisa dari hubungan posisi
menekan saraf tulang belakang dan
kerja pada pekerja industri batu bata dengan
penonjolan kebelakang dari ruas tulang
kejadian low back pain menunjukkan bahwa
rawan (diskus invertebralis). Hal inilah yang
dari kelompok posisi kerja yang buruk
kemudian menyebabkan LBP (Tarwaka,
sebanyak 18 orang atau 85,7% yang
2004).
mengalami risiko tinggi LBP dari jumlah
Posisi dalam pekerjaan dapat
total 21 yang bekerja dengan posisi buruk.
berhubungan dengan keluhan LBP. Hal ini
Hasil dari penelitian ini dapat
sesuai dengan landasan teori yang
dibandingkan dengan penelitian yang
menyatakan bahwa posisi kerja yang salah,
dilakukan oleh peneliti lain, seperti yang
canggung dan diluar kebiasaan dapat
dilakukan oleh Mayrika (2009) pekerja yang
menambah besar risiko cidera pada sistem
mengangkat dan membawa beban setiap
muskuloskletal (Astuti, 2006). Pernyataan
hari, maka tulang belakangnya akan terus
tersebut sesuai dengan penelitian yang
mengalami penekanan sehingga lama
dilakukan Samara (2005) tentang posisi
kelamaan sikap tubuhnya akan berubah.
kerja pekerja yang membungkuk dan
Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari
memutar selama bekerja dapat memperbesar
kebiasaan mereka bertumpu saat membawa
risiko terjadinya LBP sebesar 2,35.
beban, cara bekerja didalam waktu yang
Seorang pekerja yang melakukan
lama dengan sikap yang salah (tidak
satu gerakan berulang-ulang (repetitive
ergonomi), dapat menyebabkan LBP kronis.
motions) atau melakukan pekerjaan fisik
Menurut Fathoni (2009) posisi kerja yang
berat atau mengalami stress mekanik atau
tidak ergonomis dan aktifitas tubuh yang
berada pada posisi statis dalam waktu yang
kurang baik merupakan salah satu
lama maupun vibrasi setempat akan
pernyebab terjadinya LBP.
menyebabkan inflamasi tendon, insersio dan
Low back pain disebabkan adanya
persendian sehingga dapat menjepit saraf
penekanan pada susunan saraf tepi didaerah
dan akhirnya timbullah keluhan nyeri,
pinggang atau dengan kata lain sarafnya
berada pada posisi terjepit, sehingga otot
1091
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

kelemahan/kerusakan (impairment) dan selama >7 jam perhari yaitu sebanyak 29 orang
kerusakan fisik (Munir, 2007). atau 55,8%..
Berdasarkan hasil uji statistik Mayoritas responden melakukan posisi
menggunakan uji fisher exact dengan tingkat kerja yang buruk ketika mengangkut beban
signifikansi 95% didapatkan p value sebesar sebanyak 21 orang atau 40% dan mayoritas
0,012% dimana nilai p value lebih kecil dari responden mengalami risiko tinggi low back
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pain sebanyak 30 orang atau 57,7%. Melalui uji
hubungan posisi kerja terhadap LBP pada Kolmogorov Smirnov ditemukan bahwa terdapat
pekerja pengolahan bandeng presto hubungan yang cukup signifikan (p value =
kelurahan Bandengan kecamatan Kendal 0,002) antara posisi kerja pada pekerja industri
(Dyah, 2014). Menurut penelitian yang batu bata dengan risiko kejadian low back pain.
dilakukan oleh Sakinah (2012), analisa .
berdasarkan posisi tubuh saat bekerja Saran
dengan menggunakan uji statistik chi-square Bagi perkembangan ilmu kesehatanhasil
dengan melihat continuity correlation penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
menunjukkan bahwa ada hubungan antara bagi institusi pendidikan terutama dibidang
posisi kerja dengan keluhan low back pain kesehatan keperawatan komunitas agar dapat
pada pekerja batu bata di kelurahan melakukan sosialisasi posisi kerja yang benar
Lawawoi kabupaten Sidrap tahun 2012 agar terhindar dari masalah low back pain.Bagi
dengan nilai p value = 0,042 < 0,05. dinas tenaga kerja diharapkan untuk memberikan
Hasil uji kolmogorov smirnov pemahaman kepada para pekerja industri agar
menunjukkan nilai p value 0,002, jika tetap memperhatikan prinsip K3 dalam bekerja
dibandingkan dengan nilai α (0,05) maka Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat
jika disimpulkan p value< α yang berarti ada melakukan penelitian lebih mendalam dapat
hubungan yang cukup signifikan antara terus mengembangkan penelitian tentang faktor-
hubungan posisi kerja pada pekerja industri faktor risiko lainnya yang dapat menimbulkan
batu bata dengn risiko kejadian low back risiko kejadian low back pain.
pain. Dalam proses pembuatan batu bata 1
Erwin RinaldiMahasiswa Program Studi
pekerja banyak melakukan kegiatan Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
mengangkat batu bata dengan cara yang 2
Ns. Wasisto Utomo, M.Kep., Sp.KMB
tidak ergonomis yang merupakan salah satu Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan Medikal
penyebab LBP. Pada proses mengangkat Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan
batu bata pekerja banyak melaukan posisi Universitas Riau, Indonesia.
kerja yang tidak benar seperti membungkuk 3
Ns.Fathra Annis Nauli, M.Kep., Sp.Kep.
dan memutar punggung, hal inilah yang JDosen Bidang Keilmuan Keperawatan Jiwa
menyebabkan terjadinya LBP. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau, Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Setelah melakukan penelitian hubungan Ayuningtyas, S. (2012). Hubungan antara masa
posisi kerja pada pekerja industri batu bata kerja dengan risiko terjadinya nyeri
dengan kejadian low back pain peneliti dapat punggung bawah (NPB) pada karyawan
menyimpulkan mayoritas responden berusia 26- PT. Krakatau Steel di Cilegon Banten
45 tahun (dewasa tengah) sebanyak 33 orang diperoleh tanggal 10 Juni 2015 dari
atau 63,5% dan mayoritas responden telah http://www.eprints.ums.ac.id
bekerja lebih dari 5 tahun (lama) sebanyak 23 Black, J.M. & Jacob, E.M. (2005).Medical
orang atau 44,2%, mayoritas rata-rata beban surgical nursing clinical management for
angkat sehari responden 5.100-8499 Kg/perhari continuity of care.Philadelpia: WB.
sebanyak orang 24 orang atau 46,2% dan Saunders
mayoritas rata-rata lama kerja perhari responden Canadian Centre for Occupational Health and
Safety.(2009). Manual material handling
1092
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

(MMH). Diperoleh tanggal 2 Januari 2015 http://repository.unhas.ac.id/bitstream/han


dari dle/123456789/6701/JURNAL.pdf
http://www.ccohs.ca/oshanswers/ergonomi Saputra, B. (2010). Hubungan posisi kerja
cs/hlth_haz.html terhadap kejadian low back pain pada
Dyah, W.L. (2014). Hubungan posisi kerja dan petani sawit di kecamatan Dayun
waktu kerja terhadap nyeri pinggang kabupaten Siak. Pekanbaru: skripsi tidak
bawah (low back pain) pada pekerja dipublikasikan
pengolahan bandeng presto kelurahan Sarmauly, S.R. (2009). Evaluasi postur tubuh di
bandengan kecamatan Kendal tahun 2014. tinjau dari segi ergonomi di bagian
Diperoleh tanggal 10 Juni 2015 dari pengepakan pada PT. Coca Cola Bottling
http://www.Eprints.dinus.ac.id Indonesia Medan.Skripsi teknik
Fathoni, H. (2009). Hubungan sikap dan posisi Industri.USU Medan.
kerja dengan low back pain pada perawat Setiadi.(2007). Konsep & penulisan riset
di RSUD Purbalingga diperoleh tanggal 10 keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Juni 2015 dari http://www.jos.unsoed.ac.id Suhardi, B. (2008). Perancangan sistem kerja
Husni, L. (2005). Hukum ketenagakerjaan.Edisi dan ergonomi industri. Jakarta: Pusat
revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Perbukuan Departemen Pendidikan
Kementrian Kesehatan Republik Nasional
Indonesia.(2014). 1 orang pekerja di dunia Suharto. (2005) Penatalaksanaan fisioterapi
meninggal setiap 15 detik karena pada nyeri punggung bawah spesifik
kecelakaan kerja. Diperoleh tanggal 25 akibat joint blocka thoracal dan
Februari 2015 dari lumbal.skripsi tidak dipublikasikan
http://www.depkes.go.id Universitas Hasanudin
Mayrika, P.H. (2009). Beberapa faktor yang Suma’mur, P.K. (2009). Higiene perusahaan
berpengaruh terhadap keluhan nyeri dan kesehatan kerja (HIPERKES). Jakarta:
punggung pada penjual jamu Sagung Seto
gendong.Jurnal promosi kesehatan Tarwaka.(2004), Ergonomic untuk keselamatan,
Indonesia 4(1): 61-67 kesehatan kerja dan produktifitas.
Munir. (2012) Analisis nyeri punggung bawah Surakarta: Uniba Press
pada pekerja Final Packing dan Part Umami, A. R. (2014). Hubungan antara
Supply di PT. X Tahun 2012 skripsi tidak karakteristik responden dan sikap kerja
dipublikasikan duduk dengan keluhan nyeri punggung
Nurmianto, E. (1996). Ergonomi konsep dasar bawah (low back pain) pada pekerja batik
dan aplikasinya. Surabaya: Guna wijaya tulis. Diperoleh tanggal 5 Januari 2015 dari
Pasien nyeri lambung tertinggi, stroke http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/articl
meningkat.(28 Desember 2012).Riau pos e
Rahmawati, S. (2006).Hubungan antara berat Wagiu, S. A. (2005). Pendekatan diagnostik low
beban, frekuensi angkat dan jarak angkut back pain. Diperoleh tanggal 13 Januari
dengan keluhan nyeri pinggang pada 2015 dari
buruh angkut stasiun Tawang. Diperoleh http://neurology.multiply.com/journal/item
tanggal 10 Juni 2015 dari /24
http://digilib.unnes.ac.id Weatherbee, S. R. (2009). Assesing the between
Samara, D (2011). Duduk statis sebagai faktor and within-person relationships between
risiko terjadinya nyeri punggung bawah pain and cognitive performance in order
pada pekerja perempuan diperoleh tanggal adults. North Carolina: Faculty or North
30 Juni 2015 dari http://www.univmed.org Carolina State University
Sakinah.(2012). Faktor yang berhubungan
dengan keluhan nyeri punggung bawah
pada pekerja batu bata di Kelurahan
Lawawoi Kabupaten Sidrap. Diperoleh
tanggal 12 Januari 2015 dari

1093

You might also like