You are on page 1of 24

TERM PAPER

MANFAAT PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PADA

PEMBELAJARAN IPA

Ditulis untuk memenuhi ujian akhir semester mata kuliah metodologi penelitian
Pendidikan Biologi Strata Satu

Oleh:
NAMA : Basaria Sitohang dan Greis Naningsi
NPM : 00000026089, 00000028090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


TEACHERS COLLEGE
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................... iv

LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1

PEMBELAJARAN IPA ....................................................................................... 5

HASIL BELAJAR KOGNITIF ........................................................................... 6

BERBAGAI MACAM METODE PEMBELAJARAN ..................................... 9

METODE DEMOSTRASI ................................................................................. 12

MANFAAT METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR KOGNITIF ......................................................................... 15

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

iv
Manfaat Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Kognitif pada Pembelajaran IPA

Basaria Sitohang dan Greis Naningsi


bs6089@student.uph.edu dan gn8090@student.uph.edu

ABSTRAK
Pendidikan merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia pada jaman yang terus berkembang. Pendidikan merupakan proses secara
sadar dilakukan sehingga membawa perubahan positif dalam kehidupan seseorang
yang dialami melalui proses belajar. Setiap proses belajar akan menghasilkan
hasil belajar yang dapat dijadikan tolok ukur tercapainya suatu tujuan
pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi
kesenjangan pada penerapan metode pembelajaran, kesenjangan terjadi antara
metode ceramah dan metode demonstrasi. Pada pembelajaran ilmu pengetahuan
alam dengan menggunakan metode ceramah siswa memperoleh hasil yang tidak
mencapai standar yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan pada penerapan
metode demonstrasi hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat. Kelemahan
yang dimiliki oleh metode ceramah menyebabkan penerapan metode ceramah
tidak dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran ilmu
pengetahuan alam. Berkaitan dengan fakta yang ada, kajian literatur ini bertujuan
membahas manfaat penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil
belajar kognitif pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam dan mengetahui
langkah-langkah metode demonstrasi yang dapat meningkatkan hasil belajar pada
pembelajaran ilmu pengetahuan alam. Pengolahan data hasil belajar menghasilkan
kesimpulan bahwa penerapan metode demonstrasi bermanfaat untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam dan
terdapat tujuh langkah penting yang berfungsi untuk meningkatkan hasil belajar
kognitif pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam.
Kata Kunci: Hasil belajar, Ilmu pengetahuan alam, metode demonstrasi dan
langkah metode demonstrasi.

LATAR BELAKANG

Pada era yang terus berkembang, pendidikan merupakan salah satu

aspek penting bagi manusia untuk terus mengikuti perkembangan pada

saat ini. Ihsan (2008) mengatakan bahwa pendidikan adalah segala daya

upaya dan semua usaha yang terus dilakukan untuk mengembangkan suatu

individu dan membentuk kepribadian dari suatu individu tersebut (Ihsan,

1
2008). Menurut Hamalik (2010) bahwa pendidikan adalah suatu proses

untuk membantu seseorang menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap

lingkungan sehingga terjadi perubahan dalam diri yang membantu

seseorang untuk terlibat dalam masyarakat (Hamalik, 2010). Berdasarkan

pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses

usaha pembelajaran yang terus dilakukan sehingga membawa perubahan

dalam diri seseorang ke arah yang lebih baik dan akan mempengaruhi

kepribadian dan sikap seseorang dalam kehidupan sehari-hari (Ihsan,

2008; Hamalik; 2010).

Proses pendidikan yang membawa perubahan tidak terlepas dari

proses belajar. Belajar merupakan kegiatan terencana yang dilakukan

secara sadar oleh pengajar dan yang diajar dengan tujuan meningkatkan

kemampuan yang diajar, sehingga belajar di sekolah dapat diartikan

sebagai kegiatan terencana yang dilakukan secara sadar oleh guru dan

siswa yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan siswa (Afandi, Chamalah, & Wardani, 2013). Belajar tidak

hanya sebatas menerima atau menghafalkan informasi atau materi

pelajaran yang diperoleh, namun belajar adalah suatu proses panjang yang

dapat diukur dengan adanya perubahan aspek kognitif, afektif dan

psikomotor (Sagala, 2010).

Keberhasilan pencapaian tujuan dalam proses belajar dapat dilihat

melalui hasil belajar yang diperoleh setelah proses belajar. Secara ideal

hasil belajar dilihat dari perubahan yang nyata dari siswa pada aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik (Nurmisanti, Kurniawan, & Muliyani,

2
2017), namun penerapan dalam proses belajar terdapat kesenjangan yang

menimbulkan permasalahan yaitu hasil belajar siswa tidak mencapai

standar yang telah ditentukan sebelumnya. Tidak tercapainya hasil belajar

dapat terjadi karena faktor internal ataupun eksternal yang mempengaruhi

hasil belajar. Faktor-faktor ini dapat membantu meningkatkan

ketercapaian tujuan belajar dalam hasil belajar ataupun menurunkan hasil

belajar (Suwardi, 2012).

Kesenjangan dalam hasil belajar dapat disebabkan oleh faktor

eksternal salah satunya adalah penerapan metode pembelajaran yang

kurang membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Kamsinah,

2008). Metode pembelajaran adalah tahapan sistematis yang diterapkan

dalam proses belajar mengajar yang dapat menunjang ketercapaian tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum proses belajar mengajar

berlangsung (Afandi, Chamalah, & Wardani, 2013). Berdasarkan data

yang diperoleh dari penelitian Fricylia (2018) data menunjukkan bahwa

terjadi kesenjangan antara penerapan metode ceramah dengan metode

demonstrasi. Pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode

ceramah hasil belajar siswa tidak mencapai standar yang telah ditentukan

sebelumnya. Menurut Sri Sulistyorini (2007), pembelajaran IPA harus

melibatkan keaktifan siswa secara penuh dengan cara guru dapat

merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada

siswa untuk melakukan keterampilan proses mencari dan menemukan

sendiri berbagai pengetahuan (Sulistyorini, 2007).

3
Djamarah (2010) menjelaskan bahwa dalam penerapannya metode

ceramah memiliki beberapa kelemahan yaitu siswa mengalami kesulitan

untuk memvisualisasikan setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru

sehingga ketika digunakan terlalu sering membuat siswa menjadi bosan

dan pasif (Djamarah, 2010). Berkaitan dengan kelemahan yang dimiliki

oleh metode ceramah, Gulo (2008) menjelaskan bahwa pada metode

ceramah guru merupakan satu-satunya sumber informasi siswa dan umpan

balik yang diberikan oleh siswa lebih sedikit dibandingkan dengan

informasi yang diterima dari guru sehingga siswa pasif dan bosan (Gulo,

2008).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa metode

ceramah memiliki kelemahan yaitu pembelajaran yang satu arah lebih

sering terjadi dibandingkan dengan umpan balik dari siswa karena siswa

kesulitan dalam merealisasikan pembelajaran, sehingga siswa menjadi

tidak tertarik dengan pembelajaran yang berlangsung dan membuat siswa

tidak berkonsentrasi secara penuh pada pembelajaran. Kelemahan yang

dimiliki oleh metode ceramah menjadi penyebab metode ini tidak dapat

meningkatkan hasil belajar kognitif dalam pembelajaran IPA (Djamarah,

2010; Gulo, 2008). Berlandaskan pada fakta-fakta yang ada, kajian ini

bertujuan untuk mengetahui manfaat penerapan metode demonstrasi untuk

meningkatkan hasil belajar kognitif pada pembelajaran IPA dan

mengetahui langkah-langkah metode demonstrasi yang dapat

meningkatkan hasil belajar kognitif pada pembelajaran IPA.

4
PEMBELAJARAN IPA

Ilmu pengetahuan alam (IPA) berasal dari kata natural science, yang

artinya alamiah atau berhubungan dengan alam (Suyoso, 2010). Menurut

Sujana (2013), IPA dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan

yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di

alam (Sujana, 2013). Sehubungan dengan pendapat tersebut Carin dan

Sund (dalam Sujana, 2013) menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan

yang sistematis, berlaku secara umum, dan kegiatan yang dilakukan dalam

sains berhubungan dengan observasi atau pengamatan dan eksperimen.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Iskandar menyatakan bahwa IPA adalah

ilmu pengetahuan tentang kejadian-kejadian bersifat kebendaan dan pada

umumnya didasarkan atas hasil observasi dan eksperimen (Iskandar,

2003). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang

terjadi di alam dengan melakukan observasi dan eksperimen sehingga

dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar secara langsung

(Iskandar, 2003; Sujana, 2010).

Pada prinsipnya, proses pembelajaran IPA menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas, 2009).

Sesuai dengan pernyataan tersebut, Trianto menyatakan bahwa

pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam

sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “membuat”, sehingga dapat

5
membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

(Trianto, 2009). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran IPA adalah untuk menanamkan rasa ingin tahu dan juga

berpikir kritis siswa terhadap alam sekitar (Depdiknas, 2009; Trianto,

2009).

HASIL BELAJAR KOGNITIF

Setiap proses pembelajaran akan menghasilkan hasil belajar, melalui

hasil belajar dapat dilihat kemampuan siswa secara menyeluruh dalam

mencapai tujuan pembelajaran pada suatu proses belajar (Sutrisno, 2016).

Hasil belajar tidak hanya sebatas pengetahuan, tetapi mencakup perubahan

sikap dan tindakan setelah proses belajar berlangsung, oleh karena itu hasil

belajar haruslah memenuhi tiga aspek utama yaitu kognitif, psikomotorik

dan afektif (Nurmisanti, Kurniawan, & Muliyani, 2017).

Hasil belajar menurut Mahananingtyas (2017) merupakan perubahan

perilaku yang ditunjukkan oleh siswa setelah proses belajar. Aspek-aspek

perubahan yang ditunjukkan akan berbeda-beda pada setiap pembelajaran,

karena perubahan ini bergantung pada aspek yang dipelajari saat proses

belajar (Mahananingtyas, 2017). Menurut Afandi, Chamalah, & Wardani

hasil belajar memiliki tujuan untuk mengevaluasi keberhasilan siswa

dalam mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik setelah melalui proses belajar mengajar dengan

penerapan metode pembelajaran (Afandi, Chamalah, & Wardani, 2013).

6
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar

merupakan perubahan yang ditunjukkan oleh siswa meliputi tiga aspek

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bertujuan untuk

mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya

sehingga hasil belajar dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran (Afandi, Chamalah, & Wardani, 2013;

Mahananingtyas, 2017; Nurmisanti, Kurniawan, & Muliyani, 2017;

Sutrisno, 2016).

Salah satu aspek penting dalam hasil belajar yaitu aspek kognitif.

Hasil belajar kognitif merupakan hasil akhir setelah proses pembelajaran

yang diperoleh siswa dalam aspek pemahaman dan penguasaan konsep

dasar ilmu pengetahuan berkaitan dengan pengetahuan yang dipelajari

selama proses belajar (Mahananingtyas, 2017). Menurut Nurmisanti,

Kurniawan, & Muliyani (2017) hasil belajar kognitif merupakan

perubahan yang terjadi dalam ranah intelektual yang terjadi sejak proses

pembelajaran, terbentuknya pemahaman yang akan terus diingat dan

sewaktu-waktu dapat dijadikan sumber informasi untuk menyelesaikan

permasalahan (Nurmisanti, Kurniawan, & Muliyani, 2017). Pada ranah

kognitif siswa dituntun untuk mengintegrasikan pengetahuan yang telah

diterimanya dalam proses pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari,

sehingga hasil yang diperoleh siswa tidak hanya sebatas pengetahuan

tetapi dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata (Sagala, 2010).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar

kognitif merupakan salah satu aspek yang mengalami perubahan setelah

7
proses belajar dalam ranah intelektual sehingga dapat mendorong

perubahan sikap dan perilaku dalam penerapannya di masa mendatang

(Nurmisanti, Kurniawan, & Muliyani, 2017; Sagala, 2010).

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang

berkaitan dengan kondisi yang dialami siswa dalam proses belajar, faktor

tersebut dapat bersumber dari dalam diri ataupun dari luar diri siswa

(Nursyaidah, 2014). Slameto dalam Suwardi (2012) menjabarkan bawah

ada dua faktor mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dalam diri siswa,

berkaitan dengan kesehatan fisik dan psikologi dari siswa. Faktor eksternal

berkaitan dengan faktor-faktor pendukung bagi siswa dalam belajar seperti

kondisi keluarga, lingkungan masyarakat serta lingkungan sekolah

(Suwardi, 2012).

Pingge & Wangid (2016) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan belajar adalah pembelajaran

yang dilakukan oleh guru yang meliputi pemanfaatan media belajar,

penggunaan metode dan model pembelajaran sebagai pendekatan yang

digunakan untuk mengkomunikasikan materi pembelajaran (Pingge &

Wangid, 2016). Guru merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa karena guru yang berperan dalam setiap proses pembelajaran yang

terjadi di dalam kelas sehingga setiap keterampilan, teknik mengajar,

strategi mengajar serta metode pembelajaran yang di tampilkan dan

diterapkan oleh guru sangat mempengaruhi siswa dalam belajar

(Firmansyah, 2015). Menurut Suwardi (2012) salah satu faktor yang

8
mempengaruhi hasil belajar yaitu sekolah meliputi metode dan model

pembelajaran, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan

siswa dan disiplin sekolah, waktu sekolah, fasilitas yang tersedia (Suwardi,

2012).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa dalam proses

pembelajaran guru memberikan pengaruh yang besar terhadap siswa.

Penerapan dan penggunaan metode belajar, media pembelajaran atau pun

relasi yang terjalin antara guru dan siswa ikut mempengaruhi hasil belajar

yang diperoleh siswa. Penerapan metode pembelajaran yang tepat dan

sesuai dengan kebutuhan siswa, akan membantu siswa untuk

meningkatkan hasil belajar (Pingge & Wangid, 2016; Firmansyah, 2015;

Suwardi, 2012).

BERBAGAI MACAM METODE PEMBELAJARAN

Proses belajar di sekolah memerlukan metode pembelajaran yang

baik untuk menunjang tercapainya tujuan belajar antar pendidik dan

peserta didik. Menurut Nana Sudjana metode pembelajaran ialah cara yang

digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pengajaran (Sudjana, 2010). Menurut Sanjaya metode

pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk merealisasikan

proses belajar mengajar yang telah ditetapkan sebelumnya (Sanjaya,

2008). Sehubungan dengan pendapat tersebut, Abdurrahman Ginting

menyatakan bahwa metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau

pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan

9
serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses

pembelajaran pada diri pembelajar dalam upaya untuk mencapai tujuan

(Ginting, 2008).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa

metode pembelajaran adalah suatu cara atau strategi yang digunakan oleh

seorang guru untuk merealisasikan proses pembelajaran secara sistematis

sehingga terjadi proses belajar yang mendukung siswa untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Sudjana, 2010; Sanjaya, 2008;

& Ginting, 2008).

Proses pembelajaran yang baik dilakukan untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode

pembelajaran yang tepat. Pada pelaksanaan proses pembelajaran, terdapat

beragam metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru guna

mencapai tujuan pembelajarannya. Menurut Sagala (2009), bahwa ada

beberapa jenis metode pembelajaran yaitu:

1. Metode Ceramah, adalah penerangan secara lisan atas bahan

pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu.

2. Metode Diskusi, yakni proses pelibatan dua orang atau lebih untuk

saling berinteraksi dan bertukar pendapat dalam memecahkan

suatu masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.

3. Metode Demonstrasi, yaitu metode penyajian pelajaran dengan

memperagakan dan mempertunjukkan suatu kegiatan tertentu.

10
4. Metode Simulasi, yaitu cara penyajian pengalaman belajar yang

menggunakan situasi tiruan untuk memahami konsep, prinsip dan

keterampilan tertentu.

5. Metode Latihan, yaitu suara cara mengajar untuk menanamkan

kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk

memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.

6. Metode Eksperimen, adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran

dimana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami

dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.

Sementara itu, Nana Sudjana (2010: 90), mengemukakan bahwa ada

beberapa metode pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Metode Ceramah, yakni metode yang menuturkan atau

menyampaikan materi yang sudah ada di dalam buku secara lisan

2. Metode Diskusi, yakni metode bertukar informasi, ide, dan

gagasan secara sistematis.

3. Metode Demonstrasi, yakni metode dengan menunjukkan cara

melakukan atau mengerjakan sesuatu secara langsung di depan

siswa.

4. Metode Simulasi, yakni metode yang memberikan pembelajaran

melalui sebuah kejadian tiruan dari materi yang disampaikan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada banyak

metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses

pembelajaran di kelas. Namun, guru harus tepat dalam memilih metode

pembelajaran yang akan digunakan berdasarkan mata pelajaran dan

11
karakteristik siswa, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai

dengan baik (Sagala, 2009; Sadjana, 2010).

METODE DEMOSTRASI

Metode demonstrasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk peragaan

atau pertunjukan. Menurut Rusminiati (2007) metode demonstrasi adalah

pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa. Metode demonstrasi

menurut Syaiful (2008) merupakan suatu metode yang menampilkan

terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah

laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta

didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008).

Sementara itu, Sanjaya (2008) menyatakan bahwa metode

demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan

memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan

(Sanjaya, 2008). Berkaitan dengan hal tersebut, Syah (2012) menyatakan

bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu

kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang

disajikan (Syah, 2012).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan

memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses

12
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan

dengan tujuan untuk memperjelas pengertian siswa mengenai proses

terjadinya suatu peristiwa (Rusminiati, 2007; Syaiful, 2008; Sanjaya,

2008; Syah, 2012).

Sanjaya (2008:152) menjelaskan bahwa sebagai suatu metode

pembelajaran demonstrasi memiliki keunggulan, diantaranya:

1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat

dihindari, sebab siswa langsung memperhatikan bahan pelajaran

yang dijelaskan.

2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya

mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki

kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.

4. Setelah melihat secara langsung, siswa akan lebih meyakini

kebenaran materi pembelajaran.

Sedangkan menurut Syaiful (2010:210) kelebihan metode

demonstrasi ini adalah:

1. Metode ini dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih

kongkret. Sehingga dapat menghindarkan verbalisme.

2. Siswa diharapkan lebih mudah dalam memahami apa yang dipelajari

3. Proses pengajaran akan lebih menarik

4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori

dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

13
5. Melalui metode ini dapat disajikan materi pelajaran yang tidak

mungkin kurang sesuai dengan menggunakan metode lain.

Di samping beberapa kelebihan tersebut, metode demonstrasi juga

memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut diungkapkan oleh

Sanjay dan Syaiful. Menurut Sanjaya (2008) dan Syaiful (2010)

kelemahan metode demonstrasi adalah:

1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang,

sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal

sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi

2. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang

khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional

3. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang

memadai yang berarti menggunakan metode ini memerlukan

pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.

(Sanjaya, 2008; Syaiful, 2010)

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa dalam

pembelajaran metode demonstrasi memiliki kelebihan dan kelemahan.

Oleh sebab itu, sebelum menggunakan metode demonstrasi sebaiknya

guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga siswa

memperoleh pengertian dan gambaran yang benar tentang apa yang

sedang didemonstrasikan. Selain itu guru juga harus mengadakan uji coba

sebelum menggunakan metode demonstrasi (Sanjaya, 2008; Syaiful,

2010).

14
MANFAAT METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR KOGNITIF

Setiap metode pembelajaran pada hakikatnya memiliki tujuan dan

fungsi yang arahnya pada peningkatan hasil belajar siswa. Menurut Winata

Putra, tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi adalah untuk

memperjelas pengertian konsep, dan memperlihatkan cara melakukan

proses terjadinya sesuatu (Putra, 2008). Hal yang sama juga dikemukakan

oleh Mulyani & Permana (2001), yang menyatakan mengenai tujuan

penggunaan metode demonstrasi yaitu:

1. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus di miliki

peserta didik atau dikuasai peserta didik

2. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik

3. Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan

penglihatan para peserta didik secara bersama - sama.

Sesuai dengan tujuan tersebut maka penggunaan metode demonstrasi

mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan oleh guru

kepada peserta didik sehingga dan menanamkan keyakinan pada siswa

akan kepastian terjadinya sesuatu hal (Mulyani & Permana, 2001).

Menurut Syaiful (2010), metode demonstrasi mempunyai

kemampuan atau potensi mengatasi kekurangan-kekurangan guru, metode

demonstrasi mampu menyampaikan materi secara jelas dan mudah

dipahami siswa (Syaiful, 2010). Selain itu, dengan metode demonstrasi

siswa menjadi aktif serta dapat menarik perhatian siswa dalam kegiatan

pembelajaran dan melalui proses yang dialami siswa secara langsung akan

15
mempengaruhi pemahaman dan hasil belajar siswa akan meningkat

(Mulyani & Permana, 2001). Berdasarkan pendapat di atas dapat

dikatakan bahwa tujuan penggunaan metode demonstrasi dapat

memberikan manfaat dimana proses belajar menjadi lebih efektif dan hasil

belajar siswa akan meningkat (Mulyani & Permana, 2001; Syaiful, 2010;

Putra, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fricylia (2018)

penerapan metode demonstrasi berhasil meningkatkan hasil belajar siswa

secara bertahap. Pada hasil belajar formatif 1 siswa yang memperoleh nilai

tidak mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditentukan

yaitu 68 berjumlah 10 orang. Sebelum melakukan ujian formatif 1, guru

menerapkan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Pada

pembelajaran berikutnya guru mengganti metode ceramah dengan metode

demonstrasi dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Setelah diterapkan metode demonstrasi pada tes formatif 2 siswa yang

memperoleh nilai tidak mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM)

berjumlah 6 orang (tabel 1). Menurut Sri Sulistyorini (2007), pembelajaran

IPA harus melibatkan keaktifan siswa secara penuh dengan cara guru

dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan

pada siswa untuk melakukan keterampilan proses mencari dan

menemukan sendiri berbagai pengetahuan (Sulistyorini, 2007).

Sehubungan dengan hal tersebut, IPA sebagai ilmu pengetahuan tentang

alam, maka dalam pembelajarannya harus menggunakan metode yang

tepat agar dapat merealisasikan pembelajaran IPA sehingga mampu

16
menunjukkan secara langsung benda ataupun konsep-konsep penting

pembelajaran pada siswa. Pembelajaran IPA tidak dapat dilakukan dengan

hanya menggunakan metode ceramah, sebab pada pembelajaran IPA siswa

belajar dengan pengalaman yang nyata (Bundu, 2010).

Tabel 1. Hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran IPA (Fricylia,2018)

No. Siswa Formatif 1 Formatif 2 Formatif 3 Sumatif


S1 18 85 94 86
S2 73 95 94 98
S3 75 95 81 96
S4 73 85 81 48
S5 88 70 81 96
S6 69 68 94 94
S7 74 80 81 92
S8 65 65 68 92
S9 100 100 100 94
S10 87 90 94 92
S11 68 40 100 67
S12 68 68 75 94
S13 60 68 94 96
S14 39 50 100 96
S15 6 40 94 86
S16 73 95 94 92
S17 70 68 81 98
S18 79 90 94 98
S19 88 85 94 98
S20 73 80 94 100
S21 48 20 94 88
S22 40 68 94 94
S23 0 68 94 96
S24 63 68 94 98
S25 25 50 100 100
S26 79 90 100 98
Rerata 61,57692308 72,34615385 90,92307692 91,80769231

Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa penerapan metode

demonstrasi memberikan peningkatan secara bertahap pada hasil belajar

siswa. Metode demonstrasi merupakan salah satu alternatif untuk

mengatasi masalah dalam pembelajaran IPA. Berkaitan dengan

17
pembelajaran IPA, metode demonstrasi adalah suatu cara atau bentuk

penyajian materi pembelajaran yang lebih kongkret, artinya metode

demonstrasi dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat

siswa sehingga terjadi proses belajar IPA (Hamruni, 2012). Menurut

Suprijono (2009), terdapat langkah-langkah penerapan metode

demonstrasi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran IPA yaitu: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin

dicapai. 2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dibahas.

3)Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan. 4) Menunjuk salah

seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah

disiapkan. 5) Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan

menganalisisnya. 6)Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga

pengalaman siswa didemonstrasikan. 7) Guru membuat kesimpulan

(Suprijono, 2009).

Rerata yang diperoleh berdasarkan data penelitian Fricylia (2018)

menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar yang

diperoleh siswa. Pada formatif 1 rerata yang diperoleh siswa berkisar pada

nilai 61,57 sedangkan pada formatif 2 terjadi peningkatan hasil belajar

yaitu rerata hasil yang diperoleh berada pada kisaran 72,34. Peningkatan

yang besar terlihat pada rerata hasil belajar pada formatif 3 dengan nilai

rerata berkisar pada 90,92 (gambar 1).

18
Rerata Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran IPA Menggunakan Metode
Demonstrasi

100
80
60
40
20
0
Formatif 1 Formatif 2 Formatif 3 Sumatif

Gambar 1 : Rerata Rerata Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Menggunakan

Metode Demonstrasi

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode demonstrasi

memiliki hubungan yang sangat erat dengan proses pembelajaran IPA, di

mana siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar karena tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, serta mendemonstrasikan. Dengan kata lain, melalui metode

demonstrasi pembelajaran IPA di kelas menjadi lebih konkret, lebih

mudah dan sesuai dengan permasalahan kehidupan yang dihadapi siswa

(Sulistyorini, 2007; Bundu, 2010; Hamruni, 2012; Suprijono, 2009).

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan kajian literatur dapat disimpulkan bahwa

penerapan metode demonstrasi memberikan manfaat untuk meningkatkan hasil

19
belajar siswa dan terdapat tujuh langkah utama yang perlu dilakukan pada

penerapan metode demonstrasi untuk mencapai peningkatan hasil belajar siswa.

b. Saran

Sebaiknya dalam penerapan metode demonstrasi di dalam kelas dapat

dikombinasikan dengan metode belajar lain yang dapat meningkatkan

keberhasilan metode demonstrasi, sehingga pencapaian hasil belajar siswa lebih

meningkat dibandingkan jika hanya menggunakan metode demonstrasi semata.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M., Chamalah, E., & Wardani, O. P. (2013). Model dan Metode

Pembelajaran di Sekolah. Semarang: UNISSULA PRESS .

Bundu, P. (2010). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam

Pembelajaran Sains di SD. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2009). Panduan Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terpadu.

Jakarta: Pendikbud.

Djamarah, S. B. (2010). Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu

Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

Firmansyah, D. (2015). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar

Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan UNSIKA, 34-44.

Ginting, A. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung:

Humaniora.

Gulo, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hamalik, O. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

20
Ihsan, F. (2008). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Iskandar. (2003). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: DIKTI.

Kamsinah. (2008). Metode dalam Proses Pembelajaran: Studi tentang Ragam dan

Implementasinya. Lentera Pendidikan , 101-114.

Mahananingtyas, E. (2017). Hasil Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor

Melalui Penggunaan Jurnal Belajar bagi Mahasiswa PGSD. Prosiding

Seminar Nasional, 1-9.

Mulyani, S., & Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar,. Bandung: C.V

Maulana.

Nurmisanti, Kurniawan, Y., & Muliyani, R. (2017). Identifikasi Hasil Belajar

Ranah Kognitif Siswa Pada Materi Fluida Statis. Jurnal Ilmu Pendidikan

Fisika, 17-18.

Nursyaidah. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Peserta Didik.

Forum Paedagogi, 70-79.

Pingge, H. D., & Wangid, M. N. (2016). Faktor yang Mempengaruhi Hasil

Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kota Tambolaka. Jurnal

Pendidikan Sekolah Dasar, 146-167.

Putra, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rusminiati. (2007). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sagala, S. (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta:

Kencana. .

21
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sujana, A. (2013). Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Mega Aksara.

Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan

Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM.

Surabaya: Pustaka Pelajar.

Sutrisno, V. L. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

pada Pembelajaran Praktik Kelistrikan Otomotif SMK di Kota

Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi, VI(1), 111-120.

Suwardi, D. R. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Kompetensi Dasar Ayat Jurnal Penyesuaian Mata Pelajaran Akuntansi

Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Bae Kudus. Economic Education Analysis

Journal, 1-7.

Suyoso, A. (2010). Pengembangan Pendidikan IPA SD. Jakarta: Dirjendikti.

Syah, M. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Syaiful. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya:

Kencana Prenada Media Group.

22

You might also like