You are on page 1of 93

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 MURABAHAH

(STUDI KASUS PADA KSPPS AL-AMIN GOMBONG)

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun oleh:

Dinar Puji Pangesti

143300458

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PUTRA BANGSA

KEBUMEN

2017
HALAMAN JUDU L

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 MURABAHAH

(STUDI KASUS PADA KSPPS AL-AMIN GOMBONG)

LAPORAN TUGAS AKHIR

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

Gelar Ahli Madya (A. Md) Diploma-3 Akuntansi

Disusun oleh:

Dinar Puji Pangesti

143300458

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PUTRA BANGSA

KEBUMEN

2017

i
HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

ii
iii
MOTTO

“Urusan seorang mukmin patut dikagumi. Semua urusannya merupakan kebaikan

bagi dirinya dan tidak terdapat kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila

memperoleh kesenangan dia bersyukur dan itu baik untuk dirinya. Dan bila

ditimpa kesusahan dia bersabar dan itu baik untuknya”.

(H.R. Imam Muslim)

“Bila melihat alam yang indah ini, boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia

amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat

buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui“.

(QS. Al Baqarah 2: 216)

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan Tugas Akhir ini dipersembahkan untuk:

1. Yang pertama dan utama adalah rasa syukur saya terhadap Allah SWT, telah

memberikan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga Laporan

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Nabi Muhammad SAW, nabi terakhir junjungan alam.

3. Keluarga tercinta, kedua orang tua yang senantiasa memberikan kasih sayang,

do’a, dukungan serta motivasi baik secara moril maupun materil untuk selalu

terikat dengan hukum syara’ dan menjadikan orang yang bahagia di dunia

maupun di akhirat.

4. Teman-teman kelas Reguler D3 Akuntansi yang selama ini memberikan

kenangan indah di kampus maupun di luar kampus, khususnya teman-teman

Akuntansi Syariah yang saling menguatkan sebagaimana dalam H.R Muslim

bahwa sesama muslim bagaikan suatu bangunan kokoh yang saling

menguatkan antara satu dengan lainnya.

5. Dosen pembimbing Bapak Eko Darmawan yang senantiasa memberikan

waktu untuk bimbingan, memberikan motivasi dan semangat untuk

menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

6. Seluruh Dosen D3 Akuntansi STIE Putra Bangsa.

7. Almamaterku tercinta Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Putra Bangsa Kebumen.

8. Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Al-Amin yang sudah

mengizinkan untuk melakukan penelitian.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadiran ALLAH SWT atas

segala rahmat dan karunia NYA kepada kita semua sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan dan penulisan LTA ini dengan lancar tanpa hambatan

suatu apapun, dan tidak lupa shalawat serta salam senantiasa kami haturkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabatnya serta semua pengikutnya sampai akhir zaman.

Sebagai tugas akhir dan suatu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya

(A.Md.) di Program Studi Akuntansi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Putra

Bangsa dengan judul: “ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 MURABAHAH

(STUDI KASUS PADA KSPPS AL-AMIN GOMBONG)”. Penulis LTA ini

dimaksudkan untuk menerapkan teori yang pernah penyusun peroleh baik di

bangku perkuliahan maupun literatur dengan menerapkan fakta yang terjadi

sesungguhnya.

Dalam penyusunan LTA ini, penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak yang membantu dari awal hingga terselesaikan LTA ini. Oleh karena itu

penyusun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga diantaranya:

1. Bapak Gunarso Wiwoho, S.E., M.M., selaku ketua STIE Putra Bangsa

2. Ibu Ika Neni Kristanti, S.E., M.Sc., selaku kepala program studi D3

Akuntansi STIE Putra Bangsa

3. Bapak Eko Darmawan Suwandi, S.E., M.Ak., Ak., CA., selaku dosen

pembimbing LTA

vi
Akhirnya penulis berharap, semoga LTA ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Kebumen, 1 Juni 2017

Penulis

vii
ABSTRACT

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah is a non-bank institution


that runs a double role as a business institution and performs a social function.
The role of KSPPS is to collect, manage and channel funds. In collecting Syariah
cooperative funds use various types of contracts, one of which is the Murabahah
contract. Murabahah is a sale and purchase of goods at the selling price of the
acquisition cost plus the agreed profit. On the murabahah contract the seller must
disclose the cost of goods to the buyer. This study aims to determine the
accounting treatment of Murabahah in KSPPS Al-Amin and its conformity with
PSAK 102. The problem of this research is how the application and accounting
treatment of Murabahah in KSPPS Al-Amin Gombong in 2016-2017 and its
conformity with PSAK 102.
The analysis used in this study is descriptive qualitative, with data
obtained in the form of primary data and secondary data. Primary data are data
from KSPPS Al-Amin associated with Murabahah financing and secondary data
in the form of supporting literature for this study as well as interviews with
managers and accountants at KSPPS Al-Amin.
The result of the research indicates that in the case of accounting
treatment of Murabahah transaction in KSPPS Al-Amin is in accordance with
PSAK 102 concerning Murabahah Accounting, but in implementing Murabahah
financing in recognition, measurement, presentation and disclosure have not fully
apply the rules according to standard and sharia Islam.

Keywords: Murabahah Financing, Accounting Treatment, PSAK 102.

viii
ABSTRAK

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah merupakan lembaga non


bank yang menjalankan peran ganda yaitu sebagai lembaga bisnis dan melakukan
fungsi sosial. Peran KSPPS yaitu menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana.
Dalam penghimpunan dana koperasi syariah menggunakan berbagai jenis akad,
salah satunya adalah akad Murabahah. Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati.
Pada akad murabahah penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang
kepada pembeli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi
Murabahah pada KSPPS Al-Amin dan kesesuaiannya dengan PSAK 102.
Masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan dan perlakuan akuntansi
Murabahah pada KSPPS Al-Amin Gombong pada tahun 2016-2017 dan
kesesuaiannya dengan PSAK 102.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif kualitatif,
dengan data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari KSPPS Al-Amin yang terkait dengan pembiayaan Murabahah dan
data sekunder berupa literatur-literatur pendukung untuk penelitian ini serta
wawancara dengan manajer dan akuntan pada KSPPS Al-Amin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal perlakuan akuntansi atas
transaksi Murabahah pada KSPPS Al-Amin sudah sesuai PSAK 102 tentang
Akuntansi Murabahah, namun dalam mengimplementasikan pembiayaan
Murabahah dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan belum
sepenuhnya menerapkan aturan-aturan yang sesuai dengan standar dan syariah
Islam.

Kata Kunci: Pembiayaan Murabahah, Perlakuan Akuntansi, PSAK 102.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
MOTTO ................................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3. Batasan Masalah ....................................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 7
2.1. Akuntansi Syariah .................................................................................... 7
2.2. Baitul Mal wa Tamwil .............................................................................. 8
2.2.1. Prinsip utama Baitul Maal wa Tamwil ............................................ 10
2.2.2. Fungsi Baitul Maal wa Tamwil ....................................................... 11
2.2.3. Ciri-ciri utama Baitul Maal wa Tamwil .......................................... 11
2.3. Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) ....................... 12
2.4. Murabahah ( Jual Beli ) ......................................................................... 15
2.4.1. Sumber Hukum Murabahah ........................................................... 15
2.4.2. Jenis – jenis Murabahah ................................................................. 16

x
2.4.3. Rukun dan Ketentuan akad Murabahah ......................................... 18
2.4.4. Syarat Pembiayaan Murabahah ...................................................... 20
2.4.5. Risiko Pembiayaan Murabahah ...................................................... 20
2.4.6. Skema pembiayaan Murabahah...................................................... 21
2.5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 102 tentang Akuntansi
Murabahah ........................................................................................................ 22
2.5.1. Pengakuan dan Pengukuran ............................................................ 22
2.5.2. Penyajian ......................................................................................... 29
2.5.3. Pengungkapan ................................................................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 31
3.1. Objek Penelitian ..................................................................................... 31
3.2. Sumber Data ........................................................................................... 31
3.3. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 31
a. Metode Wawancara ................................................................................ 32
b. Metode Observasi.................................................................................... 32
c. Metode Dokumentasi ............................................................................. 32
d. Metode Kepustakaan............................................................................... 33
3.4. Metode Analisis Data ............................................................................. 33
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 35
4.1. Hasil Laporan ......................................................................................... 35
4.1.1. Sejarah Singkat KSPPS Al-Amin ................................................... 35
4.1.2. Visi dan Misi KSPPS Al-Amin ....................................................... 36
4.1.3. Legalitas BMT Al-Amin ................................................................. 37
4.1.4. Jenis Produk pada KSPPS Al-Amin ............................................... 38
4.1.5. Biodata Pemilik/Pengurus KSPPS Al-Amin................................... 41
4.1.6. Lokasi KSPPS Al-Amin.................................................................. 41
4.1.7. Struktur Organisasi KSPPS Al-Amin ............................................. 42
4.1.8. Susunan Pengurus, Dewan Pengawas Syariah Periode 2014 – 2017
dan Pengelola pada KSPPS Al-Amin : ......................................................... 46
4.1.9. Jam Kerja ........................................................................................ 47
4.1.10. Motto ............................................................................................... 48

xi
4.1.11. Wilayah Kerja .................................................................................. 48
4.2. Analisis dan Pembahasan ....................................................................... 48
4.2.1. Dokumen dan Persyaratan............................................................... 48
4.2.2. Prosedur Pemberian Pembiayaan .................................................... 49
4.2.3. Flowchart ........................................................................................ 51
4.2.4. Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada KSPPS
Al-Amin dan Kesesuaiannya dengan PSAK 102 .......................................... 52
1. Penentuan Marjin ................................................................................ 52
2. Pencatatan Jurnal Transaksi Murabahah ............................................ 54
3. Penyajian ............................................................................................. 66
4. Pengungkapan ..................................................................................... 72
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 73
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 73
5.2. Saran ....................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel I. 1 Komposisi Jumlah Pembiayaan .............................................................. 2


Tabel III. 1 Ilustrasi Perbandingan Perlakuan Akuntansi pada KSPPS Al-Amin
Gombong dengan PSAK 102 ........................................................................ 34
Tabel IV. 1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi pada KSPPS Al-Amin dengan
PSAK 102 Murabahah (Kasus Pertama) ...................................................... 55
Tabel IV. 2 Perbandingan Perlakuan Akuntansi pada KSPPS Al-Amin dengan
PSAK 102 Murabahah (Kasus Kedua) ......................................................... 57
Tabel IV. 3 Analisis Perlakuan Akuntansi PSAK 102 dan KSPPS Al-Amin....... 58
Tabel IV. 4 Neraca KSPPS Al-Amin Gombong ................................................... 67
Tabel IV. 5 Neraca (Kasus Pertama)..................................................................... 68
Tabel IV. 6 Neraca (Kasus Kedua) ....................................................................... 69
Tabel IV. 7 Laporan Laba Rugi (Kasus Pertama) ................................................. 70
Tabel IV. 8 Laporan Laba Rugi (Kasus Kedua) ................................................... 71

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Skema Pembiayaan Murabahah ...................................................... 21


Gambar III. 1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 34
Gambar IV. 1 Struktur Organisasi KSPPS Al-Amin ............................................ 42
Gambar IV. 2 Prosedur Pembiayaan ..................................................................... 51

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persyaratan dan Perlengkapan Pembiayaan


Lampiran 2. Formulir Aplikasi Permohonan Pembiayaan
Lampiran 3. Daftar Transaksi Pembiayaan Murabahah Bapak Suwahyo dan
Bapak Triyono
Lampiran 4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 102
Lampiran 5. Surat Keterangan atas Pelaksanaan Penelitian pada KSPPS Al-
Amin
Lampiran 6. Lembar Surat Bimbingan atas Tugas LTA

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Koperasi syariah disebut juga Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS),

namun dewasa ini KJKS lebih dikenal dengan nama Baitul Maal wa Tamwil

(BMT), dan belum lama ini Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah nama tersebut digantikan dengan Koperasi

Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) yang merupakan fungsi dan peran

KSPPS untuk menjalankan peran ganda yaitu sebagai lembaga bisnis (tamwil) dan

melakukan fungsi sosial yaitu menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana.

Dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana koperasi syariah dapat

menggunakan berbagai jenis akad. Dari segi penghimpunan, koperasi syariah

dapat menggunakan akad titipan (wadiah) dan bagi hasil (mudharabah). Dari segi

penyaluran dana koperasi syariah menggunakan akad jual beli (murabahah), sewa

(Ijarah), kerjasama (musyarakah), bagi hasil (mudharabah) dan non-profit

(Gardh).

Pembiayaan dengan akad murabahah dikenal sebagai jenis pembiayaan

yang paling banyak digunakan di Lembaga Keuangan Syariah, sebab pembiayaan

murabahah merupakan konsep yang cocok untuk digunakan dalam pembiayaan

modal kerja, investasi dan konsumtif. Pembiayaan konsumtif adalah jenis

pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan umumya bersifat

perorangan. Pembiayaan konsumtif digunakan untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan, seperti pembiayaan

1
2

hunian syariah (pembelian alat dan bahan bangunan dan tanah) pembelian mobil,

pembelian sepeda motor dan pembelian alat-alat rumah tangga. Definisi

pembiayaan murabahah sendiri adalah transaksi penjualan barang dengan

menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh

penjual dan pembeli (Nurhayati dan Wasilah, 2016: 174). Komposisi jumlah

pembiayaan yang diberikan oleh KSPPS Al-Amin Gombong pada tanggal 14

November 2016, yaitu sebagai berikut.

Tabel I. 1 Komposisi Jumlah Pembiayaan


Pada KSPPS Al-Amin Gombong
Bulan November 2016
No. Akad Pembiayaan Jumlah
1. Murabahah Rp 6.059.997.551 393
2. Ijarah Rp 4.677.592.699 280
3. IMBT Rp 1.855.250.000 123
4. Mudharabah Rp 2.233.200 1
5. Musyarakah Rp 5.108.300 1
6. Qardh Rp 5.145.484 3
Jumlah Rp 12.605.327.234 801
Sumber: Laporan Rekap Pembiayaan di KSPPS Al-Amin Gombong, bulan
November 2016.

Melihat dari tabel komposisi jumlah pembiayaan diatas, dapat disimpulkan

bahwa pembiayaan yang paling mendominasi di KSPPS Al-Amin Gombong

adalah jenis akad murabahah. Pada bulan November 2016 pembiayaan

murabahah porposinya lebih besar dari pembiayaan yang lain.

Kontribusi penyaluran dana terbanyak di KSPPS Al-Amin Gombong adalah

pembiayaan murabahah. KSPPS Al-Amin Gombong perlu dilakukan akuntansi

sebagai mana pengertian dari akuntansi yang menggambarkan pentingnya

pencatatan atas aktivitas akuntansi selanjutnya yang akan disajikan dalam bentuk
3

laporan keuangan yang akan berguna bagi yang berkepentingan untuk membuat

kebijakan atau keputusan. Akuntansi dalam perspektif Islam juga berhubungan

dengan pengakuan, pengukuran, dan pencatatan transaksi-transaksi dan penyajian

mengenai kekayaan dan kewajiban-kewajiban, hal ini secara implisit dalam

firman Allah SWT pada Surat Al-Baqarah ayat 282 dimana akuntansi bukan

hanya bermanfaat bagi pengambilan keputusan tetapi juga erat kaitannya dengan

pencatatan sebuah transaksi baik hak dan kewajiban yang ada dengan tujuan

menjunjung tinggi keadilan. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa penting

untuk mengkaji akuntansi dari sudut pandang Islam atau biasa disebut dengan

akuntansi syariah.

Pembiayaan dengan akad murabahah yang dilakukan pada Lembaga

Keuangan Syariah (LKS) dan koperasi syariah tidak lepas dari pencatatan

akuntansi. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 102 tentang

Akuntansi Murabahah untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan

pengungkapan transaksi murabahah. Dalam PSAK 102 mencakup transaksi yang

dilakukan penjual dan pembeli.

Penelitian terhadap penerapan perlakuan akuntansi murabahah berdasarkan

PSAK 102 sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Pratiwi (2014) di KSU BMT Rahmat Syariah Kediri dan

menghasilkan bahwa penerapan pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh

KSU BMT Rahmat Syariah Kediri dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian,

dan pengungkapan terhadap transaksi awal akad tidak sesuai PSAK 102 dan

selama proses akad dalam hal pengukuran keuntungan murabahah telah sesuai
4

dengan PSAK 102 namun dalam hal pengakuan, penyajian dan pengungkapan

tidak sesuai PSAK 102. Pada saat pelunasan pengukuran telah sesuai dengan

PSAK 102, namun pengakuan, penyajian dan pengungkapan tidak sesuai PSAK

102.

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Hariyanto (2015) di BMT Ummah

Banjarmasin dan menghasilkan perlakuan akuntansi murabahah sebagian besar

sudah sesuai namun belum memenuhi PSAK 102 seperti belum adanya perlakuan

akuntansi urbun murabahah, perlakuan akuntansi potongan pelunasan dini, dan

tidak adanya denda pada saat anggota (nasabah) tidak bisa membayar cicilannya.

Hasil penelitian terdahulu di atas menghasilkan perlakuan akuntansi di

kedua koperasi syariah tersebut belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 102.

Kesalahan yang kerap terjadi di koperasi syariah yaitu masih kurang pahamnya

tentang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) khususnya pembiayaan

murabahah. Pada koperasi syariah masih terdapat kekurangan dalam hal proses

akuntansi seperti perlakuan akuntansi atas pengukuran dan pengakuan pendapatan

murabahah, dan apakah koperasi syariah sudah mengimplementasikan dengan

standar transaksi murabahah berdasarkan PSAK 102.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai penerapan perlakuan akuntansi berdasarkan PSAK 102 pada

pembiayaan murabahah di koperasi syariah dengan judul “ANALISIS

PENERAPAN PSAK 102 MURABAHAH (STUDI KASUS PADA KSPPS

AL-AMIN GOMBONG)”.
5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam

penelitian ini, apakah perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada KSPPS

Al-Amin Gombong sudah sesuai PSAK 102.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dilakukan bertujuan untuk memfokuskan penelitian

Analisis Penerapan PSAK 102 Murabahah pada KSPPS Al-Amin Gombong

maka penulis membatasi permasalahan yang akan dikaji yaitu menganalisis

kesesuaian dalam perlakuan akuntansi untuk penjual berdasarkan PSAK 102

akuntansi murabahah pada KSPPS Al-Amin Gombong pada bulan Maret 2016

sampai bulan Maret 2017 atau selama waktu angsuran pembiayaan murabahah.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan

membandingkan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah berdasarkan PSAK

102 pada KSPPS Al-Amin Gombong.

1.5. Manfaat Penelitian

Penilitian ini dilakukan dengan harapan akan dapat memberikan manfaat,

tidak hanya bagi penulis tetapi bagi pihak-pihak lain. Adapun manfaat yang

diharapkan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang perlakuan

akuntansi pembiayaan murabahah pada KSPPS Al-Amin Gombong sesuai dengan


6

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 102 dan lebih memahami standar

akuntansi keuangan syariah yang telah diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional.

1.5.2. Manfaat Praktis

1. Bagi KSPPS Al-Amin Gombong

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan positif

kepada KSPPS Al-Amin Gombong dan juga sebagai pelengkap atau pedoman

tentang perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah yang mengacu pada PSAK

102.

2. Bagi Perguruan Tinggi (STIE Putra Bangsa)

Diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Putra Bangsa Kebumen tentang pembiayaan murabahah serta PSAK

102 yang mengatur perlakuan akuntansinya.

3. Bagi Pembaca

Diharapkan dapat memberikan informasi perlakuan akuntansi murabahah

sesuai dengan PSAK 102.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat memperluas pengetahuan peniliti tentang lembaga

keuangan non bank seperti koperasi syariah terutama yang berkaitan dengan

perlakuan akuntansi murabahah untuk perbankan syariah serta menambah

wawasan peneliti tentang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Nomor 102.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akuntansi Syariah

Secara sederhana, pengertian akuntansi syariah dapat dijelaskan melalui arti

kata yang dimilikinya yaitu akuntansi dan syariah. Defini bebas dari syariah

adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk dipatuhi oleh manusia

dalam menjalankan segala aktivitas hidupnya didunia. Sedangkan menurut

Muhammad (2013: 141) Syari’ah adalah mencakup seluruh aspek kehidupan umat

manusia, baik ekonomi, politik, sosial dan filsafat moral. Dengan kata lain,

syariah berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di

dalamnya dalam hal akuntansi.

Menurut American Institute of Certified Public Accountant dalam

Suwiknyo (2010: 5) mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan,

penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran

moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan,

termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.

Menurut Belkaoui (1981) dalam Suwiknyo (2010: 5) menyatakan bahwa:

Akuntansi adalah kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan


informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, dari suatu
perusahaan atau lembaga yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi di antara berbagai
alternatif tindakan. Penyajian laporan keuangan (sebagai hasil akhir dari
proses akuntansi) terutama ditujukan bagi para pemilik capital perusahaan
tesebut. Oleh karena itu, hasil kalkulasi dari laporan pendapatan (income
statement) adalah rugi atau laba.

Berdasarkan pengertian syariah dan akuntansi tersebut dapat disimpulkan

bahwa definisi akuntansi syariah adalah proses akuntansi atas transaksi-transaksi

7
8

yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT (Nurhayati dan

Wasilah, 2016: 2). Sedangkan menurut Wiroso (2011: 15) menyatakan bahwa

akuntansi syariah antara lain berhubungan dengan pengakuan, pengukuran dan

pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya

secara adil.

Perintah untuk melakukan pencatatan transaksi jual beli ataupun transaksi

muamalah lainnya terdapat dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 282. Allah

SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara

tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan

hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.” (QS: 2:

282).

2.2. Baitul Mal wa Tamwil

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro yang

dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, dengan tujuan meningkatkan kualitas

usaha ekonomi khususnya untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat pada

umumnya yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam dengan cara

mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist.


9

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) atau dapat juga ditulis dengan baitul maal

wa baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil

berarti rumah usaha dimana baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus

mentasyarufkan dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana

sosial lain, pada dana zakat tersebut akan diberikan kepada golongan yang berhak

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sedangkan baitul tamwil

merupakan lembaga bisnis yang berlatar belakang memperoleh laba.

Ridwan (2004: 126) menyatakan bahwa BMT merupakan organisasi bisnis

yang juga berperan social. Peran sosial BMT akan terlihat pada definisi pada

baitul maal, sedangkan peran bisnis BMT terlihat pada definisi baitul tamwil.

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) berasaskan Pancasila dan UUD 45 serta

berlandaskan prinsip Syariah Islam, keimanan, keterpanduan (kaffah),

kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme (Ridwan,

2004: 129).

Dengan berdasarkan asas Pancasila dan UUD 45 dengan demikian

keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah dan legal. BMT harus berpegang

teguh dengan prinsip syariah sebagai komitmen yang dilakukan dengan keimanan

yang menjadikannya landasan atas keyakinan untuk dapat tumbuh dan

berkembang. Dengan adanya landasan yang kuat dan sesuai dengan syariah Islam

maka akan terjadi keterpaduan yang mengisyaratkan adanya harapan untuk

mencapai kesuksesan di dunia maupun akhirat serta antara sisi maal dan tamwil

(sosial dan bisnis).


10

2.2.1. Prinsip utama Baitul Maal wa Tamwil

Menurut Ridwan (2004: 130) prinsip utama baitul maal wa tamwil dalam

melaksankan usahanya berpegang teguh sebagai berikut:

1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan

mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip Syariah dan memuamalah

Islam kedalam kehidupan nyata.

2. Keterpaduan, yakni nilai-nilai sepiritual dan moral menggerakkan dan etika

bisnis yang dinamis, praoktif, progresif adil dan berakhlaq mulia.

3. Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan

pribadi.

4. Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita anta semua

elemen BMT. Antara pengelola dengan pengurus harus memiliki satu visi dan

bersama-sama anggota untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.

5. Kemandirian, yakni mandiri diatas semua golongan politik. Mandiri berarti

juga tidak tergantung dengan dana-dana pinjaman dan bantuan tetapi

senantiasa proaktif untuk menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya.

6. Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi, yakni dilandasi dengan

dasar keimanan. Kerja yang tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia

saja tetapi juga kenikmatan dan kepuasan dengan bekal pengetahuan

(knowledge) yang cukup, keterampilan yang terus ditingkatkan (skill) serta

niat dan ghirah yang kuat (Attitude).


11

7. Istiqomah, konsisten, konsekuen, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti dan

tanpa pernah putus asa. Setelah mencapai suatu tahap maka maju lagi ke tahap

berikutnya dan hanya kepada Allah SWT.

2.2.2. Fungsi Baitul Maal wa Tamwil

Menurut Ridwan (2004: 131) dalam rangka mencapai tujuannya, BMT

berfungsi:

1. Mengidentifikasi, memobolisasi, mengorganisasi, mendorong dan

mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota,

kelompok anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya.

2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia anggota dan Pokusma menjadi

lebih profesional dan Islami sehingga semaki utuh san tangguh dalam

menghadapi persaingan global.

3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan anggota.

4. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara aghniya sebagai

shohibul maal dengan du’afa sebagai mudhorib, terutama untuk dana-dana

sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dll.

5. Menjadi perantara keuangan (financial intermediar), antara pemilik modal

dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan

pengguna dana (mudhorib) untuk pengembangan usaha produktif.

2.2.3. Ciri-ciri utama Baitul Maal wa Tamwil

Menurut Ridwan (2004: 132) baitul maal wa tamwil memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:
12

1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan

ekonomi paling banyak untuk anggota dan masyarakat.

2. Bukan lembaga sosial, tetapi bermanfaat untuk mengefektifkan pengumpulan

dan pensyarufan dan zakat, infaq, dan sedekah bagi kesejahteraan orang

banyak.

3. Ditumbuhkan dari bawah berlandasan peran serta masyarakat di sekitarnya.

4. Milik bersama masyarakat bawah bersama dengan orang kaya di sekitar

BMT, bukan milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat. Atas

dasarnya ini BMT tidak dapat berbadan hukum perseroan.

2.3. Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS)

Kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah terdapat pada

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015. Dalam peraturan Menteri tersebut dijelaskan

ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

Syariah terdapat pada pasal 1 sampai dengan 37 yang ditetapkan di Jakarta pada

tanggal 23 September 2015 dan diberlakukan kepada setiap koperasi.

Dalam peraturan yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang seorangan atau badan hukum koperasi dengan melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan sebagaimana yang dimaksud

dengan peraturan perundang-undangan perkoperasian.

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah selanjutnya dalam

peraturan ini disebut KSPPS adalah koperasi yang kegiatan usahanya meliputi
13

simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola

zakat, infaq/sedekah dan wakaf sebagai dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah ada 2 (dua) macam yaitu:

1. KSPPS Primer yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang

seorangan.

2. KSPPS Sekunder yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

KSPPS.

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah memiliki dewan pengawas

syariah. Dewan pengawas syariah adalah dewan yang dipilih oleh koperasi yang

bersangkutan berdasarkan keputusan rapat anggota dan beranggotakan alim ulama

yang ahli dalam syariah yang menjalankan fungsi dan tugas sebagai pengawas

syariah pada koperasi yang bersangkutan dan berwenang memberikan tanggapan

atau penafsiran terhadap fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional.

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan

itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam ijarah

muntabiya bittamlik

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh

e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara KSPPS dan/atau USPS

Koperasi dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi
14

fasilitas dana untuk mengembalikan dan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Pendirian Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah sebagai berikut:

1. Pendirian KSPPS dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

dengan memperhatikan kelayakan usaha serta manfaat bagi anggotanya.

2. Pengesahan akta pendirian KSPPS diberikan dengan menerbitkan 2 (dua)

dokumen yaitu dokumen pengesahan badan hukum dan dokumen ijin usaha

simpan pinjam dan pembiayaan syariah.

3. KSPPS sekunder didirikan oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) badan hukum

KSPPS.

Legalitas Usaha pada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah yaitu

sebagai berikut:

1. Legalitas usaha berbentuk ijin usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah.

2. Koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah hanya dapat melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

3. Ijin usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah diberikan pada KSPPS dan

USPPS Koperasi setelah akta pendirian disahkan.

4. Penerbitan ijin usaha ditetapkan sebagai berikut :

a. Bupati/Walikota menerbitkan ijin usaha KSPPS/USPPS Koperasi yang

wilayah keanggotaannya dalam 1 (satu) daerah Kabupaten/Kota

b. Gubernur menerbitkan ijin usaha KSPPS/USPPS Koperasi yang wilayah

keanggotaannya lintas daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) daerah Provinsi


15

c. Menteri menerbitkan ijin usaha KSPPS/USPPS Koperasi yang wilayah

keanggotaannya lintas daerah Provinsi.

2.4. Murabahah ( Jual Beli )

Antonio (2001: 101) menyatakan bahwa Bai’ al-murabahah adalah jual beli

harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, penjual harus memberi

tahu harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai

tambahannya. Menurut Nurhayati dan Wasilah (2016: 174) murabahah adalah

transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan

(marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Menurut PSAK 102 Akuntansi

Murabahah, paragraf 5 menyatakan bahwa Murabahah adalah akad jual beli

barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang

disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut

kepada pembeli.

2.4.1. Sumber Hukum Murabahah

1. Al-Quran

Sumber hukum murabahah yang menyatakan bahwa diperbolehkannya jual

beli terdapat dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 275. Allah SWT berfirman:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.

Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata


16

(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah SWT

telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS, 2: 275).

2. Al-Hadist

Sumber hukum murabahah pada Al-Hadist yaitu dari Abu Sa’id Al-Khudri

bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan

suka sama suka”, (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu

Bibban).

Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan:

jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampuri gandum

dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu

Majah dari Shuhaib).

“Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan

membeli serta di dalam menagih haknya”. (Dari Abu Huraraih).

2.4.2. Jenis – jenis Murabahah

Menurut Nurhayati dan Wasilah (2014: 177) jenis-jenis murabahah ada 2

(dua) yaitu sebagai berikut:

1. Murabahah dengan pesanan (murabahah to the purchase order)

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada

pemesanan dari pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan

menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Bersifat mengikat, yaitu apabila telah dipesan maka harus dibeli.


17

b. Bersifat tidak mengikat, yaitu walaupun nasabah telah memesan barang tetapi

nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima atau membelikan barang

tersebut.

2. Murabahah tanpa pesanan

Murabahah tanpa pesanan maksudnya, ada yang memesan atau tidak ada

yang memesan, lembaga keuangan menyediakan barang dagangannya.

Murabahah tanpa pesanan ini bersifat tidak mengikat.

Menurut ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 4/DSN-

MUI/IX/2000 dimungkinkan Lembaga Keuangan Syariah mewakilkan kepada

mitra atau pihak ketiga untuk mengadakan barang. Pada saat Lembaga Keuangan

Syariah menyerahkan uang untuk membeli barang maka akad yang dipergunakan

bukan akad murabahah melainkan akad wakalah.

Menurut Wiroso (2011: 100) jurnal untuk transaksi Murabahah bil wakalah

yaitu sebagai berikut:

1. Pada saat KSPPS menyerahkan uang tunai kepada mitra dengan akad

Murabahah yang dipergunakan adalah akad wakalah. Maka KSPPS

melakukan jurnal sebagai berikut.

Dr. Piutang Wakalah xxx

Cr. Kas/ Rekening Mitra xxx

2. Setelah mitra melaksanakan tugasnya untuk membeli barang dan

menyerahkan barang tersebut kepada KSPPS, maka KSPPS melakukan jurnal

sebagai berikut.

Dr. Persediaan/ Aset Murabahah xxx


18

Cr. Piutang Wakalah xxx

3. Setelah barang menjadi milik KSPPS, selanjutnya KSPPS melakukan akad

Murabahah dengan mitra. KSPPS melakukan jurnal sebagai berikut.

Dr. Piutang Murabahah xxx

Cr. Marjin Murabahah Tangguhan xxx

Cr. Persediaan/ Aset Murabahah xxx

2.4.3. Rukun dan Ketentuan akad Murabahah

Menurut Ascarya (2015: 82) rukun pembiayaan murabahah yang harus

dipenuhi dalam transaksi sebagai berikut:

1. Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk

dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan

membeli barang.

2. Objek akad, yaitu mabi’ (barang dangangan) dan tsaman (harga).

3. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul

Menurut Nurhayati dan Wasilah (2016: 179) menyatakan bahwa ketentuan

akad murabahah sebagai berikut:

1. Pelaku akad yaitu cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat

memberdakan), sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah

sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya.

2. Objek atau barang yang akan dijualbelikan harus memenuhi syarat

persyaratan sebagai berikut:

a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang yang halal.


19

b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memliki

nilai, dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang diperjualbelikan,

misalnya: jual beli barang yang kadaluwarsa.

c. Barang tersebut dimiliki penjual.

d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentuan

di masa depan, barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak

sah, karena dapat mengnimbulkan ketidakpastian (gharar), yang dapat

merugikan salah satu pihakyang bertransaksi dan dapat menimbulkan

persengketaan.

e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan

oleh pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian).

f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya denga jelas,

sehingga tidak ada gharar.

g. Harga barang tersebut jelas

h. Barang yang diakadkan tidak boleh ada di tangan penjual.

3. Ijab dan Qabul adalah pernyataan dan ekspresi ridha/rela di anatara pihak-

pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui

korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern. Apabila jual

beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka kepemilikannya,

pembayarannya dan pemanfaat atas barang yang diperjualbelikan menjadi

halal.
20

2.4.4. Syarat Pembiayaan Murabahah

Menurut Antonio (2001: 102) pembiayaan murabahah memiliki syarat

sebagai berikut:

a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

c. Kontrak harus bebas dari riba.

d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang

sesudah pembelian.

e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,

misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d) atau (e) tidak dipenuhi, pembeli

memiliki pilihan:

a. Melanjutkan pembelian seperti akad adanya.

b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang

dijual.

c. Membatalkan kontrak.

2.4.5. Risiko Pembiayaan Murabahah

Menurut Antonio (2001: 107) kemungkinan risiko yang harus diantisipasi

pada pembiayaan murabahah antara lain sebagai berikut:

1. Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

2. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik

setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga

jual beli tersebut.


21

3. Penolakan barang oleh nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh

nasabah karena berbagai sebab.

4. Dijual, karena pembiayaan murabahah bersifat jual beli dengan uang, maka

ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah

bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, temasuk untuk

menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.

2.4.6. Skema pembiayaan Murabahah

Menurut Antonio (2001: 107) secara umum aplikasi perbankan dari

murabahah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:

1. Negosiasi
dan
Persyaratan

2. Akad Jual Beli


Penjual Pembeli
6. Bayar

5. Terima
3. Beli Barang 4. Kirim Barang dan
Supplier Dokumen

Gambar II. 1 Skema Pembiayaan Murabahah


Sumber: Antonio (2001: 107)

Menurut Rifqi (2010: 137-138) berdasarkan gambar II.1 dapat dijelaskan

mekanisme yang dilakukan dalam transaksi pembiayaan murabahah yang

dilakukan di sektor Perbankan Syariah adalah sebagai berikut:

1. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga

jual adalah harga beli bank dari produsen (pabrik/toko) ditambah keuntungan
22

(mark up). Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu

pembayaran.

2. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak

dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah

lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil).

3. Dalam transaksi pembiayaan murabahah bila sudah ada barang, maka segera

akan diserahkan kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan secara

tangguh.

2.5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 102 tentang

Akuntansi Murabahah

Dewan Standar Akuntansi Syariah telah menyetujui PSAK 102 (2013):

Akuntansi Murabahah dalam rapatnya pada tanggal 30 September 2013 untuk

disebarluaskan dan ditanggapi oleh perusahaan, regulator, perguruan tinggi,

pengurus dan anggota IAI, dan pihak lainnya.

Menurut Nurhayati dan Wasilah (2016: 182-187) Akuntansi Murabahah

(PSAK 102 Revisi 2013) Akuntansi Untuk Penjual sebagai berikut:

2.5.1. Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan

1. Pada saat perolehan, asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya

perolehan.

Dr. Aset Murabahah xxx

Cr. Kas xxx

2. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut:


23

a. Jika murabahah pesanan mengikat, maka dinilai sebesar biaya perolehan, dan

jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya

sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai

beban dan mengurangi nilai aset:

Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, maka

jurnal:

Dr. Beban Penurunan Nilai xxx

Cr. Aset Murabahah xxx

b. Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat, maka

asset dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat

direalisasikan, dan dipilih mana yang lebih rendah. Apabila nilai bersih yang

dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui

sebagai kerugian.

Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat,

maka jurnal:

Dr. KerugianPenurunan Nilai xxx

Cr. Aset Murabahah xxx

3. Diskon pembelian asset murabahah diakui sebagai:

a. Jika terjadi sebelum akad murabahah akan menjadi pengurang biaya

perolehan aset murabahah, jurnal:

Dr. Aset Murabahah xxx

Cr. Kas xxx


24

b. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi

hak pembeli, menjadi kewajiban kepada pembeli, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Utang xxx

c. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi

hak penjual, menjadi tambahan pendapatan murabahah, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Pendapatan Murabahah xxx

d. Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad,

maka akan menjadi hak penjual dan diakui sebagai pendapatan operasional

lain, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Pendapatan Operasional Lain xxx

4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon pembelian akan

tereliminasi pada saat:

a. Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah

dikurangi dengan biaya pengembalian, jurnal:

Dr. Utang xxx

Cr. Kas xxx

b. Dipindahkan sebagai dana kebijakan jika pembeli sudah tidak dapat

dijangkau oleh penjual, jurnal:

Dr. Utang xxx

Cr. Kas xxx


25

Dr. Dana Kebajikan-Kas xxx

Cr. Dana Kebajikan-Potongan Pembelian xxx

5. Pengakuan keuntungan murabahah:

a. Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa

angsuran murabahah tidak melebihi satu periode laporan keuangan, maka

keuntungan murabahah diakui pada saat terjadi akad murabahah:

Dr. Kas xxx

Dr. Piutang Murabahah xxx

Cr. Aset Murabahah xxx

Cr. Pendapatan Marjin Murabahah xxx

b. Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah

sebagai berikut.

1. Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila

risiko penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir a.

2. Keuntungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil

ditagih dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi

murabahah tangguh di mana risiko piutang tidak tertagih relatif besar

dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang relatif besar, maka

jurnal:

Pada saat penjualan kredit dilakukan:

Dr. Piutang Murabahah xxx

Cr. Aset Murabahah xxx

Cr. Magin Murabahah Tangguhan xxx


26

Marjin Murabahah Tangguhan disajikan sebagai akun kontra dari Piutang

Murabahah.

Pada saat penerimaan angsuran:

Dr. Kas xxx

Cr. Piutang Murabahah xxx

Dr. Marjin Murabahah Tangguhan xxx

Cr. Pendapatan Marjin Murabahah xxx

3. Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih, metode

ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh di mana risiko piutang

tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.

Pencatatannya sama dengan poin (2), hanya saja jurnal pengakuan

keuntungan dibuat saat seluruh piutang telah selesai ditagih.

6. Pada saat akad murabahah, piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah

dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan,

piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama

dengan akuntnasi konvensional, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan

kerugian piutang. Jurnal untuk penyisihan piutang tak tertagih:

Dr. Beban Piutang Tak Tertagih xxx

Cr. Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx

7. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang

melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati

diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.


27

a. Jika potongan diberikan pada saat pelunasan, maka dianggap sebagai

pengurangan keuntungan murabahah, dan jurnal:

Dr. Kas xxx

Dr. Marjin Murabahah Tangguhan xxx

Cr. Piutang Murabahah xxx

Cr. Pendapatan Marjin Murabahah xxx

(Nilai Pendapatan Marjin Murabahah sebesar saldo Marjin Murabahah

Tangguhan – Potongan)

b. Jika potongan diberikan setelah pelunasan yaitu penjualan menerima pelunasan

piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya

kepada pembeli. Maka jurnalnya:

Pada saat penerimaan piutang dari pembeli

Dr. Kas xxx

Dr. Marjin Murabahah Tangguhan xxx

Cr. Piutang Murabahah xxx

Cr. Pendapatan Marjin Murabahah xxx

(Nilai Pendapatan Marjin Murabahah sebesar saldo Marjin Murabahah

Tangguhan)

Pada saat pengembalian kepada pembeli:

Dr. Pendapatan Marjin Murabahah xxx

Cr. Kas xxx

8. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai

dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
28

Dr. Dana Kebajikan-Kas xxx

Cr. Dana Kebajikan-Denda xxx

9. Pengakuan dan pengkuran penerimaan uang muka adalah:

a. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang

diterima.

b. Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai

pembayaran piutang (merupakan bagian pokok).

c. Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada

pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya – biaya yang telah dikeluarkan

oleh penjual.

Jurnal terkait dengan penerimaan uang muka:

a. Penerimaan uang muka dari pembeli

Dr. Kas xxx

Cr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx

b. Apabila murabahah jadi dilaksanakan

Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx

Cr. Piutang Murabahah xxx

c. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli

lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan oleh penjual dalam rangka

memenuhi permintaan calion pembeli maka selisihnya dikembalikan pada

calon pembeli.

Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx

Cr. Pendapatan Operasional xxx


29

Cr. Kas xxx

d. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli

lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan oleh penjual dalam rangka

memenuhi permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pemeli

untuk membayarkan kekurangannya dan pembeli membayarkan

kekurangannya.

Dr. Kas/Piutang xxx

Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx

Cr. Pendapatan Operasional xxx

e. Jika perusahaan menanggung kekurangannya atau uang muka sama dengan

beban yang dikeluarkan.

Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx

Cr. Pendapatan Operasional xxx

2.5.2. Penyajian

1. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan,

yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.

2. Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)

piutang murabahah.

3. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)

utang murabahah.

2.5.3. Pengungkapan

Penjualan mengungkapkan hal–hal yang terkait dengan transaksi

murabahah, tetapi tidak tebatas pada:


30

a. Harga perolehan asset murabahah.

b. Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban

atau bukan.

c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan

Keuangan Syariah.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah Koperasi Simpan

Pinjam Pembiayaan Syariah Al-Amin yang beralamat di Jalan Dewi Sartika

Nomor 35, Gombong, Kabupaten Kebumen yaitu mengenai perlakuan akuntansi

pembiayaan murabahah yang diterapkan pada KSPPS Al-Amin Gombong.

3.2. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian

yang berhubungan dengan masalah pokok bahasan yang akan diteliti serta data

informasi tentang gambaran secara umum tentang “KSPPS Al-Amin Gombong”.

Data tersebut yaitu data yang berhubungan dengan perlakuan akuntansi

pembiayaan murabahah di KSPPS Al-Amin Gombong seperti jurnal pencatatan

transaksi pembiayaan murabahah yaitu dari proses saat akad sampai waktu

pelunasan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai buku dan

literatur-literatur lain yang dapat mendukung serta dapat melengkapi materi dari

masalah pokok bahasan yang diteliti.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data merupakan rangkaian kegiatan yang akan

dilakukan penulis dalam rangka mendapatkan fakta-fakta atau bukti yang

31
32

berhubungan dengan pembiayaan murabahah sesuai dengan penelitian ini yang

menitik beratkan pada perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah yang telah

diterapkan dalam KSPPS Al-Amin Gombong yang kemudian dianalisis

berdasarkan karakteristik Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 102

tentang pembiayaan murabahah. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan

dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian dengan metode-metode

sebagai berikut:

a. Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang

terkait dan yang dapat mendukung keakuratan data-data.

b. Metode Observasi

Metode observasi yaitu teknik pengumpulan data berdasarkan pada

pengamatan langsung proses kerja atau hal-hal yang berhubungan dengan

perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada KSPPS Al-Amin

Gombong dan informasi lain yang terkait dengan objek penelitian.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data berdasarkan pada

dokumen-dokumen tentang perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah

pada KSPPS Al-Amin Gombong dan informasi lain yang terkait dengan

objek penelitian.
33

d. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan yaitu pengumpulan data yang didapat dari buku-buku

atau literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini, seperti

tentang koperasi syariah, produk-produk koperasi syariah khususnya

pembiayaan murabahah serta PSAK 102 yang berhubungan dengan

perlakuan akuntansi murabahah.

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini penulis

menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu suatu metode pengumpulan data

dengan cara observasi, kemudian diinterpretasikan dan dianalisis sehingga

memberikan gambaran dan menjelaskan yang sebenarnya tentang perlakuan

akuntansi murabahah pada KSPPS Al-Amin Gombong khususnya pada

pembiayaan murabahah. Penelitian ini membandingkan antara pelaksanaan

pencatatan, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan akuntansi

murabahah yang dilakukan KSPPS Al-Amin Gombong dengan PSAK 102

tentang akuntansi murabahah. Hasil akhir penelitian ini bersifat evaluasi.

Kerangka pemikiran untuk penelitian tentang analisis penerapan dan perlakuan

akuntansi untuk transaksi murabahah pada KSPPS Al-Amin Gombong ber

dasarkan PSAK 102 digambarkan sebagai berikut:


34

ANALISIS PENERAPAN PSAK NOMOR 102


MURABAHAH (STUDI KASUS PADA KSPPS AL-AMIN
GOMBONG

KSPPS AL-AMIN GOMBONG

Murabahah

Perlakuan akuntansi Murabahah di PSAK 102 Akuntansi


KSPPS AL-AMIN Gombong Murabahah

Hasil Analisis

Gambar III. 1 Kerangka Pemikiran

Dalam membandingkan perlakuan pembiayaan murabahah pada KSPPS Al-

Amin Gombong dengan PSAK 102 tentang murabahah penulis akan

menampilkan perbandingannya dan akan menjelaskan perbedaan yang terjadi

pada setiap transaksi dengan tabel, gambaran ilustrasi tabel yang akan disajikan

sebagai berikut:

Tabel III. 1 Ilustrasi Perbandingan Perlakuan Akuntansi pada KSPPS Al-Amin


Gombong dengan PSAK 102
Jurnal
No. Jenis Transaksi Jurnal KSPPS Berdasarkan
Al-Amin PSAK 102
1. Saat pembelian barang yang diwakilkan
(murabahah bil wakalah)
2. Saat akad murabahah disepakati
Saat penerimaan angsuran dari mitra
3. (nasabah)
4. Saat pelunasan
5. Saat pembayaran angsuran jatuh tempo
6. Saat terjadi keterlambatan pembayaran
7. Saat pelunasan setelah jatuh tempo
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Laporan

4.1.1. Sejarah Singkat KSPPS Al-Amin

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Al-Amin merupakan sebuah

KSPPS yang berbadan hukum koperasi, sebelumnya nama KSPPS Al-Amin

adalah BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Al-Amin sehingga KSPPS ini berintikan

dua kegiatan usaha yang mencakup baitul maal dan baitul tamwil. BMT sebagai

baitul maal adalah lembaga keuangan yang mengelola dana-dana sosial, antara

lain zakat, infaq, sedekah, wakaf dan upaya pentasyarufan zakat kepada golongan

yang paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah (UU Nomor 38 tahun

1999). Sedangkan Baitul Tamwil merupakan lembaga keuangan yang melakukan

kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong

kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan (kredit) kegiatan ekonomi.

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Al-Amin berdiri dengan

melalui banyak proses yang cukup panjang. Diawali dari sebuah kelompok

diskusi FOKKI (Forum Komunikasi dan Kajian Islam) yang terdiri dari unsur

pengusaha muda, Ustadz muda dan aktivis masjid di kota Gombong. Melalui

forum ini muncul ide perlunya BMT di Gombong sebagai sarana mendakwahkan

ekonomi syariah. Sementara, pemerintah pada saat itu melalui Departemen

Koperasi sedang meluncurkan program perencanaan Gerakan BMT Nasional

tahun 1997. Dengan adanya program Gerakan BMT Nasional tersebut

35
36

memberikan peluang besar bagi BMT Al-Amin untuk mewujudkan ide tersebut

dan mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Kemudian BMT Al-Amin

menjalin komunikasi dengan Ikatan Cendekiawan Islam Indonesia (ICMI), Pusat

Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), Pemerintah, maupun ke tokoh

masyarakat, kelompok pengajian dan para aghniya.

Pada tanggal 2 Maret 1997 diselenggarakannya Rapat Umum Pendirian

BMT di Masjid Murrohmah, Jalan Stasiun No. 06 Gombong. Pada rapat tesebut

hadir sebanyak 60 orang dan sebagian besar sanggup unuk menyetorkan modal

awal. Modal awal yang dapat dihimpun sampai saat peresmian tanggal 19 Mei

1997 sebesar 9.460.000 rupiah. Pada rapat tersebut sekaligus memberikan nama

BMT AL-AMIN.

Pada tanggal 31 Maret 1998 BMT Al-Amin Gombong secara resmi

mendapatkan legalitas berbentuk Koperasi (KOPPONTREN) bernama

KOPPONTREN Al-Amin.

Pada tanggal 31 Maret 2016 BMT Al-Amin Gombong berubah nama

menjadi KSPPS Al-Amin Gombong ini merupakan menetapan baru oleh Menteri

Koperasi dan UMKM.

4.1.2. Visi dan Misi KSPPS Al-Amin

1. Visi

Terlaksananya nilai-nilai ekonomi syariah dalam kehidupan muamalah

sehari-hari.
37

2. Misi

a. Membangun koperasi berbasis syariah yang tangguh, professional, modern,

dan terpercaya

b. Mendakwahkan nilai-nilai ekonomi syariah

c. Mengupayakan terciptanya msyarakat yang sadar dan peduli akan nilai-nilai

ekonomi syariah

d. Mengupayakan tercapainya kesejahteraan anggota

4.1.3. Legalitas BMT Al-Amin

Nomor SK Pendirian BMT : 13828/ BH/ KWK.11/III/1998

Nomor SK BMT menjadi KSPPS : SK Bupati No. 518-08/ 13828/

PAD/ BH/ XIV.12/ III/ 2016

Tanggal SK Pendirian BMT : 31 Maret1998

Pejabat Penandatangan : Menteri Koperasi dan UMKM

Opersional BMT : Maret 1997

Nomor Badan Hukum : 13828/ BH/ KWK.11/III/1998

NPWP : 1.627.754.3-523

Tanggal SK Izin Operasional : 08/ SISP/ DP-UMKM/ IV/ 2015

TDP : 06.0100.503.3685/ PK/ VI/ 2015

Nomor SK Keanggotaan PBMT : 32/ SK-DPP/ PBMT/ IX/ 2012

Nomor Telepon KSPPS Al-Amin : 0287 – 472706

Nomor Faksimili KSPPS Al-Amin : 0287 – 472706

Homepage dan E-mail/KSPPS : bmtalamin_gb@yahoo.co.id


38

4.1.4. Jenis Produk pada KSPPS Al-Amin

1. Produk – Produk Simpanan

Produk simpanan pada KSPPS Al-Amin disebut dengan DAMARA yaitu

singkatan dari Dana Masyarakat Sejahtera, jenis jenis produk simpanan tersebut

sebagai berikut:

a. Simpanan Damara Umum

Setoran awal untuk simpanan Damara umum minimal 30.000 rupiah. Setoran

selanjutnya minimal 10.000 rupiah. Simpanan Damara Umum menggunakan

akad wadiah (titipan).

b. Simpanan Damara Pendidikan

Setoran awal untuk simpanan Damara pendidikan minimal 10.000 rupiah.

Setoran selanjutnya minimal 5.000 rupiah. Simpanan Damara Pendidikan

menggunakan akad wadiah (titipan).

c. Simpanan Damapan

Pada simpanan Damapan mempunyai pilihan jangka waktu yaitu lima,

sepuluh, sampai dua puluh tahun. Setoran awal untuk simpan Damapan

minimal 50.000 rupiah. Setoran selanjutnya tetap yaitu 50.000. Simpanan

Damapan menggunakan akad mudharobah.

d. Simpanan Damara Berjangka

Pada simpanan Damara berjangka mempunyai pilihan jangka waktu yaitu

satu, tiga, enam dan dua belas bulan. Setoran awal untuk simpan Damara

berjangka minimal 2.500.000 rupiah. Simpanan Damara berjangka

menggunakan akad mudharobah.


39

e. Simpanan Damara Qurban

Setoran awal simpanan Damara qurban minimal 50.000 rupiah. Setoran

selanjutnya sebesar 10.000 rupiah. Pada simpanan Damara qurban

pengambilan simpanan dapat diambil tunai, hewan qurban atau laporannya

saja.

2. Produk – Produk Pembiayaan

Produk pembiayaan merupakan salah satu kegiatan penyediaan dana untuk

investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon

anggota, koperasi lain dan atau anggotanya yang mewajibkan penerimaan

pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak

koperasi sesuai akad dengan pembayaran sejumlah bagi hasil dari pendapatan atau

laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut.

Berikut pembiayaan yang ditawarkan oleh KSPPS Al-Amin:

a. Pembiayaan Mudharobah (Bagi Hasil)

Pembiayaan dengan akad syirkah/kerjasa antara KSPPS dengan anggota

menjalankan usaha dengan modal seluruhnya berasal dari KSPPS. Dalam

jangka waktu tertentu hasil keuntungan usaha akan dibagi sesuai kesepakata.

Namun pada KSPPS Al-Amin pembiayaan mudharobah merupakan

pembiayaan paling sedikit diminati karena memiliki resiko besar yaitu

mencari mitra yang dapat mengelola dan bertanggungjawab atas dana yang

diberikan oleh KSPPS Al-Amin dan bagi hasil yang merupakan dari

keuntungan usaha yang dijalankan oleh mitra tersebut sehingga memerlukan

kepercayaan tinggi kepada mitra.


40

b. Pembiayaan Ijaroh (Sewa)

Pembiayaan dengan akad sewa-menyewa antara pemilik barang (pihak

KSPPS) dengan penyewa (mitra) untuk mendapatkan imbalan atas objek

sewa yang disewakannya. Pada KSPSS Al-Amin terdapat Ijarah muntahiyah

bittamlik adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa

untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan

“opsi perpindahan hak milik” objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan

akad sewa.

c. Pembiayaan Murabahah (Jual Beli)

Sistem pembiayaan dengan akad jual beli, dimana nasabah membutuhkan

barang (alat untuk sarana usaha) dan KSPPS menyediakan barang yang

dibutuhkan tersebut. Jenis pembiayaan murabahah yaitu berdasarkan pesanan

dan tanpa pesanan namun pada KSPPS Al-Amin lebih banyak menjalankan

murabahah berdasarkan pesanan yaitu menyediakan barang jika ada pesanan.

Murabahah berdasarkan pesanan memiliki resiko lebih kecil dibandingkan

dengan murabahah tanpa pesanan.

KSPPS Al-Amin kemudian akan menjual barang tersebut kepada mitra

yang telah memesan. Pembayaran pada pembiayaan murabahah dapat secara

tunai atau tangguh. Besarnya harga dan lamanya pembayaran ditentukan

berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

d. Pembiayaan Musyarokah (Kerjasama)

Pembiayaan dengan akad syirkah/kerjasama antara KSPPS dengan

anggota yang menjalankan usaha dengan modal yang tidak seluruhnya berasal
41

dari KSPPS. Dalam jangka waktu tertentu hasil keuntungn usaha akan dibagi

sesuai kesepakatan.

e. Pembiayaan Qord (Hutang Piutang)

Pembiayaan Qord penyaluran dana kepada nasabah dengan ketentuan

bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada

pengelola pada waktu yang yang telah disepakati antara kedua belah pihak.

KSPPS Al-Amin menyertakan modalnya yang bersumber dari dana sosial

seperti infaq, sedekah, zakat dan sumber lainnya.

4.1.5. Biodata Pemilik/Pengurus KSPPS Al-Amin

Pemilik atau pengurus KSPPS Al-Amin Gombong merupakan para

anggota koperasi baik dari pengurus, pengelola maupun anggota yang

menggunakan jasa yang diberikan oleh KSPPS Al-Amin atau lebih dikenal

dengan sebutan nasabah pada bank umum namun pada KSPPS Al-Amin disebut

dengan anggota koperasi. Biodata pemilik/Pengurus KSPPS Al-Amin merupakan

biodata semua anggota koperasi.

4.1.6. Lokasi KSPPS Al-Amin

Lokasi KSPPS Al-Amin sebelumnya berada di Jalan Yos Sudarso No. 493

Gombong dan kemudian KSPPS Al-Amin membangun kantor baru KSPPS Al-

Amin di Jalan Dewi Sartika No. 35, Gombong Kabupaten Kebumen dan memiliki

kantor cabang di Jalan Puring Km nomor 7, Kuwarasan Kabupaten Kebumen.


42

4.1.7. Struktur Organisasi KSPPS Al-Amin


RAT
Dewan Pengawas
Syariah
MANAGER

Kepala M. M. M. Baitul
Cabang Keuangan Operasional Marketing Maal
dan PSDI

Pembukuan Administrasi Staff Marketing

Teller Staff Marketing

Customer Staff Marketing

Internal Staff Marketing


Service
Security Staff Marketing
Gambar IV. 1 Struktur Organisasi KSPPS Al-Amin
Sumber: KSPPS Al-Amin

a. RAT (Rapat Anggota Tahunan)

Rapat Anggota Tahunan merupakan rapat anggota koperasi yang minimal

dilakukan satu (1) tahun sekali. RAT merupakan pemegang kekuasaan tertinggi

dalam koperasi di Indonesia. Biasanya dalam rapat ini berhak memutuskan

tentang sebagai berikut:

1. Pengesahan atau perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

organisasi
43

2. Pemilihan, pengangkatan dan sekaligus pemberhentian pengurus dan

pengawas, baik pengawas syariah maupun manajemen

3. Penetapan anggaran pendapatan dan belanja BMT selama satu tahun

4. Penetapan visi dan misi organisasi

5. Pengesahan laporan pertanggungjawaban pengurus tahun sebelumnya

6. Pengesahan rencana program kerja tahunan

b. Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah memilik tugas utama dalam mengawasan KSPPS

terutama yang berkaitan dengan sistem syariah yang dijalannkannya. Landasan

kerja Dewan ini berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). Fungsi utama

tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai penasehat dan pemberi saran dan atau fatwa kepada pengurus dan

pengelola mengenai hal-hal yang terkait dengan syariah seperti penetapan

produk.

2. Sebagai mediator antara BMT dengan Dewan Syariah Nasional atau Dewan

Pengawas Syariah Propinsi.

3. Mewakili anggota dalam pengawasan syariah.

c. Manajer

Manejer BMT memimpin jalannya BMT sehingga sesuai dengan

perencanaan, tujuan lembaga dan sesuai kebijakan umum yang telah di gariskan

oleh dewan pengawas syari’ah. Adapun tugasnya adalah:

1. Membuat rencana pemasaran, pembiayaan, operasional dan keuangan secara

periodik.
44

2. Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang digariskan

oleh dewan pengurs syariah.

3. Memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilakukan oleh staffnya.

4. Membuat laporan pembiayaan baru, perkembangan pembiayaan, dana, rugi

laba secara periodik kepada dewan pengawas syariah.

d. Bagian Administrasi dan Pembukuan

Bagian pembukuan memiliki wewenang menanggani administrasi keuangan

dan menghitung bagi hasil serta menyusun laporan keuangan. Adapun tugasnya

yaitu:

1. Mengerjakan jurnal dan buku besar

2. Menyusun neraca percobaan

3. Melakukan perhitungan bagi hasil

4. Menyusun laporan keuangan secara periodik

e. Kasir/ Teller

Bagian ini merupakan yang berkaitan langsung dengan bagian keuangan

karena kasir bertugas sebagai berikut:

1. Kasir harus melakukan pembukuan dan penutupan kas pada setiap harinya.

2. Kasir bertugas membuat, merencanakan kebutuhan kas harian, mencatat

semua transaksi kas serta menerapkannya dalam catatan uang keluar dan uang

masuk.

Jika terdapat staf khusus pada kasir harus terpisah dengan bagian pembukuan

yaitu:
45

1. Pada tahap awal staf kasir dapat berfungsi ganda yaitu sebagai fungsi

pelayanan nasabah atau anggota (mitra).

2. Namun pada perkembangannya dapat dibentuk staf khusus yang akan

menangani masalah jasa pelayanan anggota. Bagian ini merupakan bagian

terdepan dari pelayanan KSPPS. Ia akan memberikan penjelasan secukupnya

terhadap berbagai hal tentang KSPPS kepada calon anggota /nasabah.

f. Manager Marketing

Bagian pembiayaan memiliki wewenang melaksanakan kegiatan pemasaran

dan pelayanan baik kepada calon penabung maupun kepada calon peminjam serta

melakukan pembinaan agar tidak terjadi kemacetan pengembalian pijaman.

Adapun tugas Manager Marketing sebagai berikut:

1. Mencari dana dari anggota dan para pemilik sertifikat saham sebanyak-

banyaknya.

2. Menyusun rencana pembiayaan

3. Menerima permohonan pembiayaan

4. Melakukan analisa pembiayaan

5. Mengajukan persetujuan pembiayaan kepada ketua baitul tamwil

6. Melakukan administrasi pembiayaan

7. Melakukan pembinaan anggota

8. Memuat laporan perkembangan pembiayaan.

g. Customer Service

h. Internal Service

i. Security
46

4.1.8. Susunan Pengurus, Dewan Pengawas Syariah Periode 2014 – 2017 dan

Pengelola pada KSPPS Al-Amin:

1. Dewan Pengawas Syariah

Ketua : Drs. H. Sholeh Said

Anggota : H. Fahrus Malik Abdillah

K.H. Sajidan, BA

Ahmad Ghozali, S.Ag.

K.H. Mundzirin

2. Pengurus

Ketua : H. Abdul Khalik

Sekretaris 1 : Ir. H. Ngadino

Sekretaris 2 : Aditya Wibowo, S.T.

Bendahara 1 : Ir. H. Yahya Fuad, S.E.

Bendahara 2 : H. J. Abdul Karim A, S.H.I.

3. Pengelola

Manajer Umum : Margono, A.Md.

Manajer Operasi dan PSDI : Parmono Dian Yuantoro

Manajer Pemasaran : Agus Sutarin

Manajer Keuangan : Yuni Astuti, S.E.

Kepala Cabang : Taofik Abdillah

Administrasi : Endang Setiarini, A.Md.

Customer Service : Dewi Retnosari, S.Sy.

Teller : FH Nurul HN
47

Rina Setyawati

Baitul Maal (ZIS) : Erwin Puji Oktiana, S.E.

Harjito

Pemasaran : Septu Ananto

Wariso

Mukhtarom

Mukholifah N

Muh Khaeruddin

Internal Service : Moh Toha

Dedi Prabowo

Security : Asep Firmansyah

Eko Heriawan

4.1.9. Jam Kerja

Pengaturan jam kerja yang baik akan menghasilkan kinerja karyawan yang

maksimal. Jam kerja KSPPS Al-Amin adalah:

a. Hari Senin sampai Jumat : Jam 07.20 – 15.30

Pada jam 07.20 sampai jam 08.00 dilakukan kajian oleh semua karyawan dan

staff kemudian diteruskan kas dan kegiatan pelayanan terhadap mitra.

b. Hari Sabtu : Jam 06.30 – 11.00

Pada jam 06.30 sampai jam 08.00 dilakukan kegiatan rutin olahraga oleh para

karyawan dan staff kemudian diteruskan kas dan aktivitas pelayanan kepada

mitra.

c. Hari Minggu : Libur pelayanan


48

4.1.10. Motto

Menuai Berkah Dengan Syariah

4.1.11. Wilayah Kerja

Wilayah kerja KSPPS Al-Amin Gombong adalah wilayah Kabupaten

Kebumen bahkan sampai Kabupaten Banyumas dan sekitarnya.

4.2. Analisis dan Pembahasan

Dalam analisis dan pembahasan penelitian ini, penulis melakukan

perbandingan antara perlakuan akuntansi pada Koperasi Simpan Pinjam

Pembiayaan Syariah Al-Amin dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Nomor 102 tentang pembiayaan Murabahah.

4.2.1. Dokumen dan Persyaratan

Dalam melakukan permohonan pembiayaan adapun yang perlu

diperhatikan oleh calon anggota yaitu sebagai berikut:

1. Mengisi Aplikasi Permohonan Pembiayaan (blangko tersedia)

2. Pengantar Desa

3. Rekening Simpanan Anggota KSPPS Al-Amin (Koppontren)

4. Fotokopi KTP suami istri dan pemilik jaminan (masing-masing 3 lembar)

5. Fotokopi surat nikah suami istri dan Kartu Keluarga.

6. Bukti pembayaran rekening rumah tangga (PAM, Listrik, Telepon) bulan

terakhir.

7. Struk Gaji terbaru (untuk karyawan/karyawati)

8. Fotokopi legalitas Usaha sesuai jenis bidang usaha: SIUP, TDP, NPWP, dan

ijin lainnya.
49

9. Faktur Pembelian atau kuitansi jual beli.

10. Jaminan / Penguat amanah dapat berupa:

a. Sertifikat Tanah dan tanda lunas PBB tahun terakhir.

b. SK PNS / Swasta Pertama dan terakhir dilengkapi Surat Keterangan

Pimpinan dan Juru Bayar Instansi bersangkutan beserta slip gaji terakhir.

c. BPKB dan Fotokopi STNK.

d. Surat Berharga lainnya.

11. Persyaratan lain yang dibutuhkan (kondisional).

4.2.2. Prosedur Pemberian Pembiayaan

a. Mitra lama atau baru yang akan mengajukan permohonan pembiayaan harus

mengisi formulir permohonan pengajuan pembiayaan beserta persyaratan

lengkap sebagaimana persayaratan yang sebelumnya sudah disampaikan

kemudian akan di cek kembali melalui Customer Service.

b. Customer service akan meneliti pesyaratan yang dilampirkan sudah sesuai

dan cukup atau tidak seperti dokumen berikut:

1. Fotokopi KTP suami istri dan pemiliki jaminan (3 lembar).

2. Fotokopi Kartu Keluarga.

3. Fotokopi Surat Nikah.

4. Bukti pembayaran rekening rumah tangga (PAM, Listrik, Telepon) bulan

terakhir.

5. Agunan atau jaminan dapat berupa BPKB, SHM Tanah atau surat berharga

lainnya. Mitra tidak diperkenankan menggunakan surat-surat yang digunakan


50

sebagai persyaratan atau jaminan yang sudah mati atau surat tersebut sedang

digunakan untuk mengurus surat-surat lainnya atau sedang diperpanjang.

d. Tim survei akan menyurvei langsung setelah persyaratan dan dokumen sudah

lengkap. Tim survei melihat langsung atau melihat kondisi fisik jaminan yang

diberikan mitra seperti motor, mobil atau tanah, dilihat apakah barang

tersebut ada dan kondisinya cukup untuk dijadikan jaminan sesuai dengan

pembiayaan yang akan diberikan.

e. Setelah dilakukan pemenuhan dokumen persyaratan dan dilakukannya survei

jaminan yang diberikan cukup maka Komite Pembiayaan akan melakukan

rapat untuk menentukan keputusan disetujui atau tidaknya pengajuan

pembiayaan tersebut.

f. Untuk dapat direalisasikan perlu persetujuan dari Komite Pembiayaan,

Manajer Pembiayaan, dan Manajer Umum kemudian ditandatangi

persetujuannya kemudian dapat direalisasikan.


51

4.2.3. Flowchart

Mitra CSO Pemasaran Keuangan Tel


ler

Menjadi Meneliti Melakukan


anggota kelengkap survei dan
KSPPS an dilanjutkan
Persyarat Rapat
an Komite
Mengisi
formulir
permohonan Menyerah
pembiayaan kan
Berkas Menerbit
kan no.
Ya rekening
pembiay
Formulir aan,
akad dan
Tidak slip
Berkas pencaira
Menyer Memb n
ahkan uat
seluruh pemes
berkas anan
kepada akad
CSO lengka Melakuka
untuk p n proses
penolak denga pengadaa
an n ttd n dan
dan menerima
jadwal jaminan
notaris

Menerima
pencairan
dana

Gambar IV. 2 Prosedur Pembiayaan


Sumber: KSPPS Al-Amin
52

4.2.4. Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada KSPPS

Al-Amin dan Kesesuaiannya dengan PSAK 102

Pada setiap koperasi tidak lepas dari proses pengakuan, pengukuran,

penyajian dan pengungkapan atas suatu transaksi, begitu juga dengan transaksi

murabahah pada KSPPS Al-Amin. Mulai dari penentuan marjin, penjurnalan

setiap transaksi, penyajian pada laporan keuangan hingga pengungkapannya akan

dijelaskan sebagai berikut.

1. Penentuan Marjin

Dalam menentukan harga jual kepada mitra (nasabah) KSPPS Al-Amin

akan menetapkan marjin terlebih dahulu yang telah disepakati. Metode

perhitungan marjin yang digunakan adalah metode marjin keuntungan

proporsional atau flat yaitu sistem pembayaran yang dilakukan setiap selang

waktu yang teratur dalam jumlah yang sama atau tetap. Dalam perhitungan jumlah

angsuran, porsi marjin yaitu sebesar 1,5% sampai dengan 2,5%.

Sehubungan dengan bentuk transaksi murabahah yang diterapkan pada

KSPPS Al-Amin, berikut ini adalah contoh kasus pembiayaan murabahah yaitu

sebagai berikut.

Kasus pertama:

Pada tanggal 4 Maret 2016 bapak Suwahyo telah menandatangani akad

pembiayaan murabahah yaitu murabahah bil wakalah untuk pembelian bahan

bangunan dengan harga perolehan Rp 10.000.000 ditambah keuntungan yang

disepakati sebesar Rp 2.160.000. Adapun biaya diluar harga perolehan yang

dibebankan kepada KSPPS yaitu biaya materai sebesar Rp 12.000, biaya


53

administrasi Rp 15.000 dan biaya survei Rp 75.000. Dan telah disepakati bahwa

pembayaran dilakukan secara tangguh dalam jangka waktu 12 bulan. Atas

transaksi tersebut pihak KSPPS Al-Amin menyerahkan uang tunai kepada Bapak

Suwahyo sebesar Rp 10.000.000 dengan jatuh tempo pada tanggal 4 Maret 2017.

Perhitungan akad murabahah:

Harga Perolehan = Rp 10.000.000

Marjin disepakati = Rp 2.160.000 +


Harga jual disepakati = Rp 12.160.000

Perhitungan angsuran perbulan:

Total Piutang
Angsuran per bulan = Jumlah Bulan
Pelunasan
Rp 12.160.000
Angsuran per bulan = = Rp 1.013.333
12
Total Marjin
Prosentase keuntungan = Total Piutang × 100%
Murabahah
= Rp 2.160.000
× 100% = 17,76%
Rp 12.160.000
Prosentase keuntungan = 17,76%
= 1,48% per bulan
12
Marjin perbulan = Rp 1.013.333 × 17,76% = Rp 179.999,94

Kasus kedua:

Pada tanggal 27 Juli 2016 Bapak Triyono telah menandatangani akad

murabahah untuk pembelian sepeda motor dengan harga perolehan Rp

33.000.000 dan disepakati marjin perbulan sebesar Rp 627.000. Adapun biaya

diluar harga perolehan yang dibebankan kepada KSPPS yaitu biaya materai Rp

12.000, biaya administrasi 30.000 dan biaya survei Rp 80.000. Pembayaran telah
54

disepakati yaitu secara tangguh dengan jangka waktu 4 (empat) tahun atau 48

bulan. Dengan jatuh tempo pada tanggal 27 Juli 2020.

Perhitungan akad murabahah:

Harga Perolehan = Rp 33.000.000

Marjin disepakati = Rp 30.096.000 +


Harga jual disepakati = Rp 63.096.000

Perhitungan angsuran perbulan:

Rp 63.096.000
Angsuran perbulan = = Rp 1.314.500
48
Prosentase keuntungan = Rp 30.096.000
× 100% = 47,7%
Rp 63.096.000
Prosentase keuntungan = 47,7%
= 0,99% per bulan
48
Marjin perbulan = Rp 1.134.500 × 47,7% = Rp 626.999,99

2. Pencatatan Jurnal Transaksi Murabahah

Perbandingan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah KSPPS Al-

Amin dengan PSAK 102 berdasarkan kasus Bapak Suwahyo antara lain saat

pembelian barang yang diwakilkan (Murabahah bil wakalah), saat akad

murabahah disepakati, saat penerimaan angsuran dan sampai saat pelunasan

sedangkan kasus Bapak Triyono antara lain perlakuan saat akad disepakati, saat

penerimaan angsuran dan sampai pelunasan sebelum jatuh tempo. Berikut adalah

perbandingan perlakuan akuntansi murabahah pada KSPPS Al-Amin dengan

PSAK 102 disajikan pada tabel sebagai berikut.


Tabel IV. 1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi pada KSPPS Al-Amin dengan PSAK 102 Murabahah (Kasus Pertama)

Tanggal Jenis Transaksi Jurnal KSPPS Al-Amin Jurnal Berdasarkan PSAK 102

Saat KSPPS Al- (Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 10.000.000 (Dr) Piutang Wakalah Rp 10.000.000
Amin (Cr) Kas Besar Rp 10.000.000 (Cr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 10.000.000
4/3/2016 menyerahkan
uang tunai kepada
Bapak Suwahyo
Saat penerimaan (Dr) Persediaan Aktiva Murabahah Rp 10.000.000 (Dr) Persediaan Aset Murabahah Rp 10.000.000
barang yang (Cr) Kas Besar Rp 10.000.000 (Cr) Piutang Wakalah Rp 10.000.000
4/3/2016 diwakilkan
(murabahah bil
wakalah)
Saat akad (Dr) Piutang Murabahah (Suwahyo) Rp 12.160.000 (Dr) Piutang Murabahah (Suwahyo) Rp 12.160.000
4/3/2016 Murabahah (Cr) Persediaan Aset Rp 10.000.000 (Cr) Persediaan Aset Murabahah Rp 10.000.000
disepakati (Cr) Marjin Murabahah Tangguhan Rp 2.160.000 (Cr) Pendapatan Marjin Murabahah Rp 2.160.000

4/4/2016 Saat penerimaan (Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 1.013.333 (Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 1.013.333
angsuran ke 1-10 (Cr) Piutang Murabahah Rp 1.013.333 (Cr) Piutang Murabahah Rp 1.013.333
s/d
dari mitra (Dr) Marjin Murabahah yang ditangguhkan Rp 180.000
4/1/2017 (Suwahyo) (Cr) Pendapatan Marjin Murabahah Rp 180.000

55
Tanggal Jenis Transaksi Jurnal KSPPS Al-Amin Jurnal Berdasarkan PSAK 102
(Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 145.721 (Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 325.721
Saat penerimaan
angsuran lebih (Cr) Piutang Murabahah Rp 147.721 (Dr) Piutang Murabahah Jatuh Tempo Rp 687.612
kecil dari (Dr) Marjin Murabahah yang ditangguhkan Rp 180.000 (Cr) Piutang Murabahah Rp 1.013.333
4/2/2017
kewajiban pada (Cr) Pendapatan Marjin Murabahah Rp 180.000
angsuran ke 11
saat jatuh tempo
Saat penerimaan (Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 50.000 (Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 50.000
sebagian (Cr) Piutang Murabahah Rp 50.000 (Cr) Piutang Murabahah Jatuh Tempo Rp 50.000
17/2/2017 angsuran ke 11
setelah jatuh
tempo
Saat penerimaan (Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 637.612 (Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 637.612
21/2/2017 pelunasan (Cr) Piutang Murabahah Rp 637.612 (Cr) Piutang Murabahah Jatuh Tempo Rp 637.612
angsuran ke 11
(Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 1.013.333 (Dr) Kas/Rekening Bapak Suwahyo Rp 1.013.333
(Cr) Piutang Murabahah Rp 1.013.333 (Cr) Piutang Murabahah Rp 1.013.333
3/3/2017 Saat pelunasan
(Dr) Marjin Murabahah yang ditangguhkan Rp 180.000
(Cr) Pendapatan Marjin Murabahah Rp 180.000
Sumber: KSPPS Al-Amin dan Data Olahan

56
Tabel IV. 2 Perbandingan Perlakuan Akuntansi pada KSPPS Al-Amin dengan PSAK 102 Murabahah (Kasus Kedua)

Tanggal Jenis Transaksi Jurnal KSPPS Al-Amin Jurnal Berdasarkan PSAK 102

Saat akad (Dr) Piutang Murabahah (Triyono) Rp 63.096.000 (Dr) Piutang Murabahah (Triyono) Rp 63.096.000
27/7/2016 Murabahah (Cr) Persediaan Aset Murabahah Rp 33.000.000 (Cr) Persediaan Aset Murabahah Rp 33.000.000
disepakati (Cr) Marjin Murabahah Tangguhan Rp 30.096.000 (Cr) Marjin Murabahah Tangguhan Rp 30.096.000
(Dr) Kas/Rekening Bapak Triyono Rp 1.314.500 (Dr) Kas/Rekening Bapak Triyono Rp 1.314.500
27/8/2016 Saat penerimaan
(Cr) Piutang Murabahah Rp 1.314.500 (Cr) Piutang Murabahah Rp 1.314.500
s/d angsuran ke 1-7 dari
27/02/2017 mitra (Triyono) (Dr) Marjin Murabahah yang ditangguhkan Rp 627.000 (Dr) Marjin Murabahah Tangguhan Rp 627.000
(Cr) Pendapatan Marjin Murabahah Rp 627.000 (Cr) Pendapatan Marjin Murabahah Rp 627.000
(Dr) Kas/Rekening Bapak Triyono Rp 53.894.500 (Dr) Kas/Rekening Bapak Triyono Rp 53.894.500
Saat terjadi (Cr) Piutang Murabahah Rp 53.894.500 (Cr) Piutang Murabahah Rp 53.894.500
potongan pelunasan (Dr) Marjin Murabahah Tangguhan Rp 25.707.000 (Dr) Marjin Murabahah Tangguhan Rp 25.707.000
22/3/2017 piutang Murabahah (Cr) Pendapatan Marjin Murabahah Rp 25.707.000 (Cr) Pendapatan Marjin Murabahah Rp 25.707.000
sebelum Jatuh (Dr) Potongan Pelunasan Piutang
Tempo (Dr) Beban Potongan Pelunasan Murabahah Rp 1.254.000 Rp 1.254.000
Murabahah
(Cr) Kas/Rekening bapak Triyono Rp 1.254.000 (Cr) Kas/Rekening bapak Triyono Rp 1.254.000
Sumber: KSPPS Al-Amin dan Data Olahan

57
58

Tabel IV. 3 Analisis Perlakuan Akuntansi PSAK 102 dan KSPPS Al-Amin

No. Perlakuan Akuntansi PSAK 102 Implementasi Keterangan


Pada saat perolehan asset Pada KSPPS Al-Amin saat
murabahah diakui sebagai memperoleh aset murabahah atas
persediaan sebesar biaya murabahah bil wakalah dicatat Pengakuan dan
perolehan. (Paragraf 18) sebesar uang yang diserahkan pengukuran
1.
sedangkan peroleh aset sudah sesuai
murabahah secara pesanan PSAK 102.
KSPPS mencatat sebesar harga
perolehan.
Pada saat akad murabahah, Piutang murabahah dicatat
Pengakuan dan
piutang murabahah diakui sebesar sebesar pembiayaan yang
pengukuran
2. biaya perolehan asset murabahah diajukan dan ditambah dengan
sudah sesuai
ditambah keuntungan yang keuntungan yang disepakati.
PSAK 102.
disepakati. (Paragraf 22)
Keuntungan murabahah diakui Keuntungan murabahah tidak
pada saat terjadinya penyerahan diakui pada saat penyerahan Pengakuan dan
barang jika dilakukan secara tunai barang namun diakui secara pengukuran
3.
atau secara tangguh yang tidak proporsional diakui setiap waktu tidak sesuai
melebihi satu tahun. (Paragraf mengangsur. PSAK 102.
23a)
Keuntungan murabahah diakui Keuntungan murabahah untuk
selama periode akad sesuai transaksi tangguh, diakui secara
dengan tingkat resiko dan upaya proporsional namun jika Pengakuan
untuk merealisasikan keuntungan pengangsuran dilakukan secara sudah sesuai
tersebut untuk transaksi tangguh teratur dan tepat waktu saja. PSAK 102.
4.
lebih dari satu tahun, jika Namun sebaliknya jika angsuran Pengukuran
keuntungan diakui secara kurang dari kewajiban maka tidak sesuai
proporsional dengan besaran kas jumlah angsuran diakui sebagai PSAK 102.
yang berhasil ditagih dari piutang marjin terlebih dahulu sisanya
mrabahah. (Paragraf 22b-ii) untuk angsuran pokok.
Potongan pelunasan piutang Pemberian potongan pelunasan
murabahah yang diberikan piutang murabahah diberikan
kepada pembeli yang melunasi pada saat pelunasan, yaitu dengan Pengakuan,
secara tepat waktu atau lebih mengurangi piutang murabahah pengukuran
5.
cepat dari waktu yang disepakati dan keuntungan murabahah. sesuai PSAK
diakui sebagai pengurang 102.
keuntungan murabahah. (Paragraf
26)
Denda dikenakan jika pembeli Pada KSPPS Al-Amin tidak Pengakuan,
lalai dalam melakukan diberlakukannya denda (ta’zir) pengukuran,
kewajibannya sesuai dengan akad, kepada mitra atas kelalaiannya penyajian dan
6.
dan denda yang diterima diakui dalam melakukan kewajibannya pengungkapan
sebagai bagian dana kebajikan. untuk transaksi tangguh. tidak sesuai
(Paragraf 29) PSAK 102.
59

No. Perlakuan Akuntansi PSAK 102 Implementasi Keterangan


7. Jika barang jadi dibeli oleh Pada KSPPS Al-Amin
pembeli, maka uang muka diberlakukan atas uang muka
diakui sebagai pembayaran namun belum dilakukan
Belum ada
piutang (merupakan bagian perlakuan akuntansi karena
transaksi
pokok). (Paragraf 30b) belum ada pengajuan atas uang
muka untuk pembiayaan
murabahah.
8. Piutang murabahah dinilai Pada saat pelunasan piutang
Pengukuran telah
sebesar nilai neto yang dapat murabahah dicatat sebesar
sesuai PSAK 102.
direalisasi, yaitu saldo piutang nilai pembiayaan yang
Pengakuan tidak
dikurangi penyisihan kerugian dilunasi.
sesuai PSAK 102.
piutang. (Paragraf 22)

a. Perlakuan akuntansi atas pemberian kuasa kepada mitra (Murabahah bil

wakalah)

KSPPS Al-Amin menerapkan murabahah bil wakalah dimana pembelian

barang diwakilkan kepada mitra. KSPPS Al-Amin akan menyerahkan uang

sesuai dengan perjanjian akad pembiayaan murabahah. Berdasarkan

ketentuan DSN-MUI tentang murabahah bil wakalah, saat penyerahan uang

pembelian barang dilakukan pencatatan yaitu dengan mengakui piutang

wakalah sebesar uang yang diserahkan oleh KSPPS kepada mitra.

Pada KSPPS Al-Amin untuk penyerahan uang atas pembelian barang yang

diwakilkan memiliki ketentuan sebagai berikut:

1. Jika harga perolehan barang lebih dari uang yang diserahkan maka mitra

menambahkan dana dari pihak mitra sendiri dan dicatat sebesar dana yang

diserahkan.

2. Jika harga perolehan barang kurang dari uang yang diserahkan maka uang

tersebut dikembalikan kepada KSPPS namun tetap dicatat sebesar harga

perolehan barang yang dibeli.


60

Berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi pada murabahah bil

wakalah, KSPPS sudah melakukan pencatatan namun tidak ada pengakuan

atas piutang wakalah maka perlakuan atas wakalah tidak sesuai dengan

ketentuan Dewan Syariah Nasional.

b. Perlakuan akuntansi saat penerimaan barang yang diwakilkan

Berdasarkan penerapan penerimaan barang atas murabahah bil wakalah

setelah barang diserahkan maka KSPPS melakukan pencatatan pengadaan

barang murabahah yaitu persediaan aset murabahah atas piutang wakalah

dan dicatat sebesar harga perolehan barang, namun pada KSPPS tidak ada

pengakuan atas piutang wakalah.

Berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi saat pengukuran aset

murabahah sudah sesuai namun pengakuan atas piutang wakalah tidak sesuai

dengan Dewan Syariah Nasional untuk pengukuran, pengakuan tidak sesuai

PSAK 102.

c. Perlakuan akuntansi saat akad murabahah disepakati

Berdasarkan PSAK 102 paragraf 22 mengatur bahwa “Pada saat akad

murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan asset

murabahah ditambah keuntungan yang disepakati.”

PSAK 102 paragraf 23 menjelaskan tentang pengakuan keuntungan saat

penyerahan barang yaitu sebagai berikut.

1. Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa

angsuran murabahah tidak melebihi satu periode laporan keuangan, maka

keuntungan murabahah diakui pada saat terjadi akad murabahah.


61

2. Apabila angsuran lebih dari satu periode, keuntungan diakui secara

proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang

murabahah.

Pada KSPPS Al-Amin pengakuan keuntungan dilakuakan secara

proporsional yaitu pada masa angsuran 1 (satu) periode maupun lebih dari 1

(satu) periode. Berdasarkan pengakuan keuntungan sesuai PSAK 102 maka

kasus pembiayaan murabahah Bapak Suwahyo dengan masa angsuran

murabahah 1 (satu) periode maka pengakuan keutungan diakui saat terjadi

akad dan kasus Bapak Triyono pengakuan keuntungan secara proporsional

dengan besaran kas yang berhasil ditagih, karena masa angsuran lebih dari 1

(satu) periode.

Berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi pada KSPPS Al-Amin saat

akad murabahah disepakati tidak sesuai PSAK 102.

d. Perlakuan akuntansi saat penerimaan angsuran

Perlakuan akuntansi saat penerimaan angsuran dari mitra yang

merupakan biaya pokok angsuran ditambahkan dengan marjin per angsuran

atau perbulannya.

Pada saat penerimaan angsuran Bapak Suwahyo, KSPPS Al-Amin

melakukan pengakuan keuntungan sebesar Rp 180.000 namun berdasarkan

PSAK 102 tidak ada pengakuan keuntungan karena pengakuan pendapatan

telah dilakukan pada saat penyerahan barang. Namun KSPPS sebagai

pengelola dana dengan investor sebagai pemilik modal porsi keuntungan dari

angsuran yang diterima harus diperhitungkan dalam pembagian hasil usaha.


62

Besarnya porsi keuntungan yang diperhitungan dalam pembagian hasil usaha

adalah sebagai berikut:

Rp 2.160.000
Keuntungan = × Rp 1.013.333 = Rp 179.999,94
Rp 12.160.000
Pengakuan keuntungan kasus Bapak Triyono dilakukan secara proporsional

maka besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah dihitung

sebagai berikut:

Angsuran ke-1 sebesar Rp 1.314.500

Total marjin
= Piutang Murabahah × Besar angsuran yang berhasil ditagih

Rp 30.096.000
= Rp 63.096.000 × Rp 1.314.500 = Rp 627.000

Maka pencatatan yang dilakukan KSPPS atas transaksi angsuran

murabahah adalah Piutang Murabahah sebesar Rp 1.314.500 dan Pendapatan

Marjin Murabahah angsuran ke-1 Bapak Triyono sebesar Rp 627.000.

Berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi pada saat penerimaan

angsuran di KSPPS Al-Amin pengukuran sudah sesuai namun pengakuan

tidak sesuai PSAK 102.

e. Perlakuan akuntansi untuk pembayaran angsuran lebih kecil dari kewajiban

Pada KSPPS Al-Amin untuk perlakuan akuntansi murabahah saat

pembayaran angsuran lebih kecil dari kewajiban yaitu jumlah angsuran yang

berhasil ditagih dikurangi jumlah marjin yang ditangguhkan perbulan

kemudian sisanya untuk angsuran pokok.


63

Untuk pembayaran angsuran lebih kecil dari kewajiban memiliki dampak

terhadap penentuan berapa besarnya porsi pendapatan keuntungan

murabahah yang dipergunakan sebagai perhitungan bagi hasil usaha.

Perhitungan keuntungan Bapak Suwahyo yaitu sebagai berikut:

Rumus Pendapatan Marjin Murabahah:

Total Marjin
= × Angsuran yang berhasil ditagih
Piutang Murabahah
Rp 2.160.000
= × Rp 325.721 = Rp 57.858
Rp 12.160.000

Jika secara proporsional maka angsuran tersebut dihitung sebagai berikut:

10.000.000
Porsi Pokok = × Rp 325.721 = Rp 267.862,66
12.160.000
2.160.000
Porsi Marjin = × Rp 325.721 = Rp 57.858
12.160.000
Maka pendapatan bagi hasil usaha murabahah sebesar Rp 57.858.

Pencatatan yang dilakukan untuk sisa angsuran piutang murabahah

dicatat sebagai piutang murabahah jatuh tempo sebesar Rp 687.612 dan

aliran kas masuknya sebesar angsuran yang berhasil ditagih sebesar Rp

325.721.

Berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi saat pembayaran angsuran

lebih kecil dari kewajiban, dalam pengukuran dan pengakuan pada KSPPS

Al-Amin tidak sesuai PSAK 102.

f. Perlakuan akuntansi penerimaan pelunasan angsuran setelah jatuh tempo

Berdasarkan PSAK 102 untuk perlakuan akuntansi penerimaan pelunasan

angsuran setelah jatuh tempo pada kasus Bapak Suwahyo yaitu pembayaran

piutang murabahah jatuh tempo sebelumnya dibayar sebagian pada tanggal


64

17 Februari 2017 sebesar Rp 50.000 kemudian dilakukan pelunasan tanggal

21 Februari 2017 sebesar sisa piutang murabahah jatuh tempo sebesar Rp

637.612 dan tidak ada pengakuan pendapatan atas keuntungan murabahah,

karena pengakuan pendapatan murabahah telah dilakukan pada saat

penyerahan barang. Namun pada KSPPS tidak ada pengakuan keuntungan

karena sudah diakui saat pembayaran angsuran lebih kecil saat jatuh tempo

pada tanggal 4 Maret 2017.

Berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi saat penerimaan

pembayaran angsuran jatuh tempo pada KSPPS Al-Amin pengukuran sudah

sesuai namun dalam pengakuan tidak sesuai PSAK 102.

g. Perlakuan akuntansi atas denda

Berdasarkan PSAK 102 paragraf 15 KSPPS dapat mengenakan denda

kepada mitra sesuai dengan perjanjian. Pada KSPPS Al-Amin tidak

diberlakukan denda (ta’zir), yaitu terhadap penurunan kemampuan membayar

dalam mengangsur. Pada KSPPS Al-Amin melakukan tindakan lain yaitu

dengan pendekatan langsung pada mitra untuk mengetahui sebab terjadi

keterlambatan pembayaran tersebut sehingga dapat dilakukan alternatif lain

yaitu melakukan schedule dengan mengubah jumlah angsuran sesuai dengan

kemampuan mitra namun tidak merubah marjin pada akad. Perubahan

anggsuran yaitu sesuai dengan jumlah sisa angsuran tanpa menambahkan

biaya tambahan lainnya namun dengan menambah jangka waktu angsuran.

Berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi atas denda (ta’zir) pada

KSPPS Al-Amin tidak sesuai PSAK 102.


65

h. Perlakuan akuntansi saat pelunasan

Perlakuan akuntansi saat pelunasan atau pada akhir periode akad

Murabahah terdapat pada PSAK 102 paragraf 22 yaitu piutang Murabahah

dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang

murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Namun pada KSPPS Al-

Amin dicatat sebesar nilai piutang murabahah yang dilunasi namun tidak ada

akun transaksi atas pengurangan saldo untuk penyisihan kerugian piutang.

Berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi saat pelunasan tidak sesuai

PSAK 102.

i. Perlakuan akuntansi atas potongan pelunasan sebelum jatuh tempo

Pada KSPPS Al-Amin untuk perlakuan akuntansi atas potongan pelunasan

sebelum jatuh tempo yaitu dengan mengurangi jumlah piutang murabahah

dan potongan sebagai pengurang keuntungan murabahah. Perhitungan atas

potongan pelunasan pada KSPPS yaitu dari 2 (dua) angsuran terakhir

pengurangan atas marjin murabahah.

Perhitungan atas potongan pelunasan sebelum jatuh tempo untuk kasus

Bapak Triyono yaitu sebagai berikut.

Jumlah angsuran perbulan = Rp 1.314.500

Angsuran pokok perbulan = Rp 687.500

Angsuran marjin perbulan = Rp 627.000

Jangka waktu angsuran = 4 (empat) tahun atau 48 bulan

Sisa pembayaran angsuran = 41 kali

Sisa piutang murabahah yang harus dibayar


66

= Piutang murabahah – Jumlah angsuran yang sudah terbayar

= Rp 63.096.000 – (Rp 1.314.500 × 7) = Rp 53.894.500

Sisa angsuran pokok = Rp 687.500 × 41 = Rp 28.187.500

Sisa marjin tangguhan = RP 627.000 × 41 = Rp 25.707.000

Potongan pelunasan = 2 × Rp 627.000 = Rp 1.254.000 (diambil dari 2 (dua)

kali marjin per bulan).

Berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah

atas potongan pelunasan sebelum jatuh tempo dalam hal pengakuan dan

penyajian sudah sesuai PSAK 102.

j. Perlakuan akuntansi saat pembayaran uang muka

Pada KSPPS Al-Amin pada saat mitra menyerahkan uang muka diakui

sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima. Kemudian uang

muka akan diakui oleh KSPPS Al-Amin sebagai pembayaran piutang atau

merupakan bagian pokok. Namun untuk pengajuan pembiayaan murabahah

disertai pembayaran uang muka sudah jarang dilakukan, maka pada tahun

2016 sampai 2017 belum ada pencatatan atas transaksi uang muka.

3. Penyajian

PSAK 102 paragraf 37-39 yaitu telah mengatur penyajian murabahah dalam

laporan keuangan sebagai berikut.

a. Piutang Murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan,

yaitu saldo piutang Murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.

b. Marjin Murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)

piutang Murabahah.
67

c. Beban Murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)

utang tambahan.

Pada KSPPS Al-Amin sudah melakukan penyajian untuk pembiayaan

murabahah pada laporan posisi keuangan atau Neraca, disajikan sebagai berikut.

Tabel IV. 4 Neraca KSPPS Al-Amin Gombong


Per 31 Desember 2017
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar Kewajiban
Kas Rp 191.957.700 Kewajiban Segera
Giro Pada Bank Rp 6.756.909 Simpanan-Simpanan Rp 11.586.761.269
Penempatan Pada Bank Rp 1.503.280.431 Dana ZIS Rp 38.652.102
Surat Berharga Kewajiban Lain-lain Rp 685.658.628
Perlengkapan Kantor Rp 115.174.850 Rupa-rupa Pasiva Rp 28.636.066
Beban Dibayarkan Dimuka Rp 237.829.142 Antar kantor Pasiva
Jumlah Aktiva Lancar Rp 2.054.999.032
Aktiva Produktif Modal
Pembiayaan-pembiayaan Rp 13.228.776.382 Simpanan Pokok (SP) Rp 1.150.000
Piutang Marjin Ditangguhkan (Rp 3.288.117.650) Simpanan Wajib (SW) Rp 172.315.000
Simpanan Pemupukan
PPAP (Rp 272.680.263) Rp 489.204.304
Modal (SPM)
Penyertaan Usaha Modal Penyertaan
Jumlah Aktiva Produktif Rp 9.667.978.469 Modal Donasi Rp 652.700
Aktiva Tetap dan Inventaris Cadangan Rp 613.939.291
Inventaris Kantor Rp 365.523.850 Jumlah Modal Rp 1.277.261.295
Ak. Penyusutan Inventaris
(Rp 265.751.023) SHU Tahun Berjalan Rp 92.327.375
kantor
Inventaris Kendaraan Rp 48.750.000
Ak.Penyusutan Inventaris
Kendaraan (Rp 18.033.744)
Gedung Rp 621.200.000
Ak. Peny. Inventaris Gedung
Tanah Rp 222.900.100
Jumlah Aktiva Tetap Rp 974.589.183
Rupa-rupa Aktiva Rp 1.084.269.399
TOTAL AKTIVA Rp 13.781.836.083 TOTAL PASIVA Rp 13.781.836.083
Sumber: KSPPS Al-Amin
68

Keterangan Tabel IV.3 Neraca:

Untuk piutang pembiayaan Murabahah pada neraca KSPPS Al-Amin yaitu

masuk pada aktiva produktif yaitu disajikan dengan akun pembiayaan-

pembiayaan. Untuk pembiayaan murabahah disajikan menjadi satu akun dengan

pembiayaan lainnya. Pembiayaan-pembiayaan atau piutang murabahah dikurangi

dengan piutang marjin pembiayaan dan kemudian dikurangi dengan Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).

Sedangkan penyajian laporan posisi keuangan (neraca) berdasarkan PSAK

102 yaitu disajikan sebagai berikut.

Tabel IV. 5 Neraca (Kasus Pertama)


KSPPS “ Al-Amin”
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Periode 31 Desember 2017
AKTIVA
Piutang Murabahah Rp 12.160.000
Piutang Pembiayaan lainnya Rp 13.216.616.382
Jumlah Piutang Pembiayaan Rp 13.228.776.382
Marjin Murabahah Tangguhan Rp 2.160.000
Marjin Pembiayaan Tangguhan lainnya Rp 3.285.957.650
Jumlah Marjin Tangguhan (Rp 3.288.117.650)
PPAP (Rp 272.680.263)
Jumlah Piutang Pembiayaan bersih Rp 9.667.978.469
Sumber: Data Olahan

Keterangan Tabel IV.4 Neraca Bapak Suwahyo:

Piutang Murabahah bersaldo Rp 12.160.000 berasal dari Rp 10.000.000

(harga perolehan) + Rp 2.160.000 (Marjin yang ditangguhkan). Piutang

pembiayaan bersih bersaldo Rp 9.667.978.469 berasal dari jumlah keseluruhan

saldo piutang pembiayaan dikurangi marjin pembiayaan tangguhan dan


69

penyisihan kerugian piutang = Rp 13.216.616.382 − Rp 3.288.117.650 – Rp

272.680.268.

Sedangkan penyajian Laporan Posisi Keuangan pembiayaan murabahah

Bapak Triyono adalah sebagai berikut:

Tabel IV. 6 Neraca (Kasus Kedua)


KSPPS “Al-Amin”
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Periode 31 Desember 2017
AKTIVA
Piutang Murabahah Rp 63.096.000
Piutang Pembiayaan lainnya Rp 13.165.680.382
Jumlah Piutang Pembiayaan Rp 13.228.776.382
Marjin Murabahah Tangguhan Rp 28.842.000
Marjin Tangguhan pembiayaan lainnya Rp 3.258.021.650
Jumlah Marjin Tangguhan Rp 3.286.863.650
PPAP Rp 272.680.263
Jumlah Piutang Pembiayaan bersih Rp 9.669.232.469
Sumber: Data Olahan

Keterangan Tabel IV.4 Neraca Bapak Triyono:

Piutang Murabahah bersaldo Rp 63.096.000 berasal dari Rp 33.000.000

(harga perolehan) + Rp 30.096.000 (marjin Murabahah yang ditangguhkan).

Marjin Murabahah Tangguhan bersaldo Rp 28.842.000 berasal dari Rp

30.096.000 – Rp 1.254.000 (potongan pelunasan). Piutang pembiayaan bersih

bersaldo Rp 9.669.232.469 berasal dari jumlah keseluruhan saldo piutang

pembiayaan dikurangi marjin pembiayaan tangguhan dan penyisihan kerugian

piutang = Rp 13.228.776.382 – Rp 3.286.863.650 – Rp 272.680.263.

Sedangkan penyajian laporan laba rugi pada KSPPS Al-Amin menyajikan

sebagaimana pada PSAK 101 dan ketentuan penyajian laporan laba rugi

berdasarkan PSAK 102 tentang murabahah adalah sebagai berikut:


70

Tabel IV. 7 Laporan Laba Rugi (Kasus Pertama)


KSPPS “Al-Amin”
LAPORAN PERHITUNGAN HASIL USAHA
Periode 1 Januari – 31 Desember 2017
Pendapatan Operasional Utama
Pendapatan dari jual beli:
Murabahah Rp 2.160.000
Pendapatan bagi hasil:
Mudharabah xxx
Musyarakah xxx
Pendapatan dari sewa (Ijarah) xxx
Pendapatan operasi lainnya Xxx
Beban operasional lainnya:
Beban umum administrasi (Rp 15.000)
Biaya Materai (Rp 12.000)
Biaya survey (Rp 75.000)
Jumlah Pendapatan Operasional Rp 2.058.000
Sumber: Data Olahan

Keterangan tabel IV.6 tentang laporan laba rugi pembiayaan Murabahah pada

periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2017 yaitu sebagai berikut:

Pendapatan atas pembiayaan murabahah sebesar Rp 2.160.000 berasal dari

pengakuan pendapatan murabahah Bapak Suwahyo saat penyerahan barang yaitu

marjin perbulan × jumlah bulan angsuran = Rp 180.000 × 12 bulan angsuran.

Pada neraca disajikan pendapatan dikurangi beban operasional yaitu terdiri dari

biaya administrasi, biaya materai dan biaya survei sebesar Rp 102.000 sehingga

jumlah pendapatan Operasional sebesar Rp 2.058.000.

Sedangkan penyajian Laporan perhitungan hasil usaha atas pembiayaan

murabahah atas kasus Bapak Triyono dengan pelunasan sebelum jatuh tempo dan

mendapatkan potongan pelunasan yaitu disajikan sebagai berikut.


71

Tabel IV. 8 Laporan Laba Rugi (Kasus Kedua)


KSPPS “Al-Amin”
LAPORAN PERHITUNGAN HASIL USAHA
Periode 1 Januari – 31 Desember 2017
Pendapatan Operasional Utama
Pendapatan dari jual beli:
Murabahah Rp 30.096.000
Pendapatan bagi hasil
Mudharabah xxx
Musyarakah xxx
Pendapatan dari sewa (Ijarah) xxx
Pendapatan operasi lainnya xxx
Beban operasional lainnya:
Potongan Pelunasan (Muqasah) (Rp 1.254.000)
Biaya Administrasi (Rp 30.000)
Biaya Materai (Rp 12.000)
Biaya survey (Rp 80.000)
Jumlah Pendapatan Operasional Rp 28.720.000
Sumber: Data Olahan

Keterangan Tabel IV.7 Laporan Laba Rugi atas kasus kedua atas nama Bapak

Triyono yaitu sebagai berikut:

Pendapatan murabahah sebesar Rp 30.096.000 berasal dari Marjin

Tangguhan selama 4 (empat) tahun, yang sesuai dengan perjanjian atas

pembiayaan murabahah maka dalam laporan laba rugi disajikan sebagai

pendapatan. Pada kasus Bapak Triyono pada pembiayaan murabahah

mendapatkan potongan pelunasan atas pelunasan piutang murabahah sebelum

jatuh tempo maka penyajian pada laporan perhitungan hasil usaha yaitu

pendapatan murabahah dikurangi jumlah potongan pelunasan sebasar Rp

1.254.00 dan kemudian dikurangi beban operasi lainnyas sebesar Rp 122.000

sehingga jumlah pendapatan operasional sebesar Rp 28.720.000.


72

Berdasarkan hasil analisis dalam penyajian pada KSPPS Al-Amin belum

sepenuhnya menerapkan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahahah walaupun

prinsipnya sudah sesuai dengan PSAK 102. Pada KSPPS Al-Amin piutang pada

setiap pembiayaan yaitu murabahah, mudharabah, ijarah, dan musyarakah

disajikan menjadi satu akun sehingga tidak ada perbedaan antara piutang

pembiayaan Murabahah dengan pembiayaan lainnya.

4. Pengungkapan

Pengungkapan transaksi Murabahah berdasarkan PSAK 102 adalah sebagai

berikut.

a. Pihak KSPPS mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi

murabahah tetapi tidak terbatas pada harga perolehan aset murabahah yaitu

harga peroleh pada kasus pertama Bapak Suwahyo yaitu sebesar penyerahan

uang yang merupakan pembiayaan murabahah bil wakalah Rp 10.000.000

dan harga perolehan kasus kedua Bapak Triyono yaitu sebesar Rp

33.000.000.

b. Pada KSPPS Al-Amin pembiayaan murabahah berdasarkan pesanan yaitu

janji pemesan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi.

c. Pengungkapan atas pembiayaan murabahah yang diperlukan pada penyajian

laporan keuangan syariah, seperti yang telah disajikan dalam neraca dan

laporan laba rugi pada KSPPS Al-Amin.

Berdasarkan hasil analisis dalam pengungkapan, KSPPS Al-Amin belum

sepenuhnya menerapkan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah yaitu pada

penyajian atas transaksi murabahah.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang dilakukan pada perlakuan

akuntansi yang diterapkan KSPPS Al-Amin terhadap pembiayaan murabahah dari

tahap saat awal akad, selama proses menganggsur hingga saat akhir akad dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pada saat pengadaan aset murabahah berdasarkan murabahah bil wakalah

maupun pesanan dalam hal pengukuran sudah sesuai PSAK 102 namun

pengakuan atas piutang wakalah atas pembelian barang yang diwakilkan

tidak sesuai dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.

Dalam hal pengungkapan dan penyajian sudah sesuai dengan PSAK 102.

2. Pada saat awal akad murabahah, pengukuran aset murabahah berdasarkan

murabahah bil wakalah dan murabahah dengan pesanan sudah sesuai dengan

PSAK 102. Dalam pengakuan, penyajian dan pengungkapan terhadap

transaksi murabahah tidak sesuai PSAK 102 yaitu atas masa angsuran kurang

dari 1 (satu) periode tidak diakui keuntungan pada saat penyerahan aset

murabahah.

3. Pada proses pelaksanaan angsuran pembiayaan murabahah, dalam hal

pengakuan dan pengukuran keuntungan secara proporsional belum

sepenuhnya sesuai PSAK 102 yaitu pada saat angsuran lebih kecil dari

kewajiban. Dalam penyajian dan pengungkapan belum sepenuhnya sesuai

PSAK 102 yaitu pada piutang murabahah jatuh tempo.

73
74

4. Perlakuan akuntansi atas denda (ta’zir) tidak sesuai PSAK 102 walaupun

tidak ada pembebanan atas denda dalam transaksi pembiayaan murabahah

namun denda merupakan kebijakan dari KSPPS itu sendiri.

5. Pada saat terjadi potongan pelunasan piutang murabahah dalam hal

pengukuran, pengakuan, penyajian dan pengungkapan sudah sesuai PSAK

102.

6. Pada saat pelunasan piutang murabahah, dalam hal pengukuran, penyajian

telah sesuai dengan PSAK 102, namun pengakuan dan pengungkapan tidak

sesuai PSAK 102.

7. Perlakuan akuntansi atas uang muka pembiayaan murabahah pada KSPPS

dalam pengukuran, pengakuan, penyajian, dan pengungkapan sudah sesuai

PSAK 102.

5.2. Saran

Adapun saran yang diajukan penulis yang dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi KSPPS Al-Amin adalah sebagai berikut.

1. Pada pencatatan atas transaksi murabahah berdasarkan murabahah bil

wakalah seharusnya terdapat pengakuan atas piutang wakalah sehingga ada

pengakuan atas uang yang diserahkan pihak KSPPS kepada mitra.

2. Dalam pengimplementasian PSAK 102 mengenai akuntansi murabahah

khususnya dalam pengukuran dan pengakuan keuntungan sebaiknya dilihat

dari tingkat risiko piutang tak tertagih yaitu untuk metode pengakuan

keuntungan secara proporsional untuk masa angsuran lebih dari 1 (satu)

periode yang memilki tingkat risiko relatif besar, khususnya pada saat
75

penerimaan angsuran lebih kecil dari kewajiban dilakukan secara

proporsional atas jumlah piutang yang berhasil ditagih dengan mengalikan

persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih. Metode

pengakuan keuntungan saat penyerahan aset murabahah dilakukan saat

tingkat risiko penagihan piutang murabahah relatif kecil dengan masa

angsuran tidak lebih dari 1 (satu) periode.

3. Dalam hal penyajian pada neraca sebaiknya pada setiap pembiayaan

dibedakan tidak hanya pembiayaan murabahah, pembiayaan lainnya

disajikan per piutang pembiayaan beserta marjin yang ditangguhkan. Untuk

beban lainnya dikelompokkan sesuai dengan pembiayaan yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Cetakan
Pertama. Gema Insani Press. Jakarta.

Ascarya. 2015. Akad dan Produk Bank Syariah. Edisi Pertama. Cetakan Kelima.
PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Haryanto. 2015. Perlakuan Akuntansi Syariah PSAK Nomor 102 pada BMT
Ummah Banjarmasin. Jurnal Akuntansi Syariah. 14(2): 185-193.

Muhammad, Rifqi. 2010. Akuntansi Keuangan Syariah. Edisi Kedua. P3EI


Press.Yogyakarta.

Muhammad, 2013. Akuntansi Syariah: Teori Praktik untuk Perbankan Syariah.


Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN.

Nurhayati, Sri, dan Wasilah. 2016. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi


Keempat. Cetakan Kedua. Salemba Empat. Jakarta.

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 16 tahun 2015 Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
dan Pembiayan Syariah oleh Koperasi. 23 September 2015. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1495. Jakarta.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102 (Revisi 2013) Akuntansi


Murabahah. Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan
Indonesia. Jakarta.
Pratiwi, Inggrid Eka. 2014. Analisis Penerapan PSAK-102 Murabahah: Studi
Kasus pada KSU BMT Rahmat Syariah Kediri. Jurnal Akuntansi.
6(1): 17-32.
Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Cetakan
Pertama. UII Press. Yogyakarta.
Suwiknyo, Dwi. 2010. Pengantar Akuntansi Syariah: Lengkap dengan Kasus-
Kasus Penerapan PSAK Syariah untuk Perbankan Syariah. Cetakan
Pertama. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Wiroso, 2011. Akuntansi Transaksi Syariah. Ikatan Akuntan Indonesia (The
Indonesian Istitute of Accountants). Jakarta.
LAMPIRAN

You might also like