Professional Documents
Culture Documents
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1.LatarBelakang ................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1. Anatomi Uvea ........................................................................... 3
2.1.1 Iris .................................................................................... 3
2.1.2 Badan Ciliaris .................................................................. 4
2.1.3 Koroid .............................................................................. 5
2.2. Uveal Melanoma ....................................................................... 5
2.2.1. Definisi............................................................................. 5
2.2.2. Epidemiologi .................................................................... 6
2.2.3. Klasifikasi ....................................................................... 6
2.2.4. Faktor Risiko.................................................................... 7
2.2.5. Patogenesis....................................................................... 8
2.2.6. Gejala Klinis ...................................................................
2.2.7. Diagnosis ........................................................................ 10
2.2.8. Penatalaksanaan .............................................................. 11
2.2.9. Pencegahan ..................................................................... 12
2.2.10. Komplikasi ...................................................................... 12
2.2.11. Prognosis ......................................................................... 13
BAB 3 KESIMPULAN..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15
LAMPIRAN
i
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.Anatomi Uvea ............................................................................... 4
Gambar 2.2. Anatomi Koroid ........................................................................... 5
Gambar 2.3. Histologi Sel melanoma ............................................................... 6
Gambar 2.4. Melanoma Iris .............................................................................. 7
Gambar 2.5. Melanoma Koroid ....................................................................... 8
Gambar 2.6. Melanoma badan siliaris .............................................................. 8
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Prognosa tumor berbeda-beda tergantung pada antara lain jenis tumor,
besar tumor, lokasi tumor, pertumbuhan tumor, adanya metastase ke tempat lain
dan usia penderita.1,2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
superior dan inferior dan akan mengalir ke sinus kavernosus.
5. Sensori supply pada traktus uvea berasal dari nervus siliaris.
2.1.1 Iris
Struktur dan Fungsi.
Iris memiliki 2 lapisan :
- Lapisan stroma mesoderm anterior
- Lapisan epithelial ectodermal posterior
Lapisan posterior opak dan melindungi mata dari paparan cahaya yang
berlebihan.Permukaan anterior dari lensa dan lapisan pigmentasi sangat dekat
dengan pupil sehingga sangat mudah untuk adhesi bila terjadi inflamasi.
Warna: terdapat variasi warna iris tergantung pada kadar melanin pada
stroma dan lapisan epitel. Mata dengan melanin tinggi akan memberi warna coklat
kehitaman, sebaliknya melanin yang rendah dengan gambaran biru keabu-abuan.3
4
2.1.2 Badan Siliaris
Posisi dan struktur :
badan siliaris berkembang dari akar iris sampai ke ora serrata, dan akan
bergabung dengan koroid. Badan siliaris terdiri dari pars plicata anterior dan pars
plana posterior, yang terletak 3.5mm dari posterior limbus.
Fungsi : badan siliaris berfungsi dalam akomodasi. Dua lapisan
epithelium membungkus badan siliaris dan memproduksi akuos humor.1,3
2.1.3 Koroid
Posisi dan Struktur :
. Koroid terbentang dari ora serrata sampai serabut saraf optik dan terletak
antara retina dan sklera. Lapisan ini melekat erat ke sklera pada area saraf optik
yang merupakan tempat masuknya arteri siliar posterior ke dalam mata dan tempat
keluar vena verteks4
Fungsi : koroid membantu dalam proses regulasi temperature dan memberi
nutrisi pada lapisan luar dari retina.3
Koroid memiliki struktur penunjang pada sisi-sisinya yang secara
mikroskopik terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: 4
1. Struktur bagian luar adalah suprakoroid lamina (lamina fusca) yang
merupakan membran tipis yang mengandung serat kolagen, melanosit, dan
fibroblast. Bagian ini bersambungan di bagian anterior dengan lamina
suprasiliaris. Antara membran ini dan sklera terdapat suatu ruang potensial
yang disebut suprachoroidal space. Di dalam ruangan tersebut terdapat arteri
dan nervus siliaris posterior longus dan brevis.
5
dan epitel pigmen retina. Membran ini dimulai dari diskus optikus sampai
orra serata.
Pada pemeriksaan ultrastruktural terdiri atas lima lapisan dari luar ke dalam yaitu:
1. membran basalis koriokapiler
2. lapisan serat kolagen luar
3. jaringan serat elastik
4. lapisan serat kolagen dalam
5. lamina basalis RPE
6
2.2. Uveal Melanoma
2.2.1. Definisi
Melanoma uveal adalah keganasan intraokular primer yang paling umum
pada orang dewasa, biasanya soliter dan unilateral.1 Melanoma uvea
berasal dari melanosit neuroektodermal. Melanoma uveal adalah kanker
(melanoma) dari mata, melibatkan iris, badan siliar, atau koroid yang secara
kolektif disebut sebagai uvea.
Tumor berasal dari sel-sel pigmen (melanosit) yang berada dalam uvea,
berfungsi untuk memberi warna pada mata. Sel melanosit ditemukan di banyak
tempat di tubuh kita, termasuk kulit, rambut dan mata. Melanoma yang terjadi di
mata disebut melanoma okular yang merupakan tipe melanoma kedua tersering
setelah melanoma kutaneus. Walaupun tipe kedua tersering, melanoma okular
jarang terjadi dengan insidensi sekitar 3,7% dari semua kasus melanoma.6
2.2.2. Epidemiologi
Insidensi tertinggi pada uveal melanoma adalah melanoma koroid sebesar
90% dengan insidensinya sekitar 5 per 1juta orang per tahun dengan signifikan
yang kurang jelas pada jenis kelamin.
Insidensi melanoma badan silier sekitar 5% dan sekitar 3% pada melanoma iris
dari seluruh uveal melanoma.6
2.2.3. Patofisiologi
Melanoma uvea primer berasal dari melanosit yang terdapat di koroid.
Sebagian besar melanoma koroid diperkirakan berkembang dari nevus
melanositik. Sampai saat ini belum ada penjelasan yang pasti tentang hubungan
antara melanoma koroid dengan nevus koroid. Faktor predisposisi terpenting
untuk perkembangan melanoma uvea adalah melanositosis okular kongenital.
Insiden melanoma uvea pada penderita melanositosis okular kongenital adalah
5%. Melanositosis okular kongenital merupakan kelainan dengan hiperpigmentasi
melanosit pada sklera dan uvea yang banyak ditemui pada ras Kaukasia.
7
Melanositosis okular dianggap merupakan faktor resiko timbulnya melanoma
koroid.17
Belum ada keterangan yang jelas tentang peranan faktor genetik dalam
perkembangan melanoma koroid. Beberapa penelitian menunjukkan adanya
kemungkinan tersebut, tetapi mekanisme genetiknya belum diketahui. Tidak ada
hubungan antara melanoma koroid dengan mutasi genetik yang ditemukan pada
melanoma kulit dan tidak ada kecenderungan penderita dengan riwayat keluarga
yang juga menderita melanoma koroid.17
Dalam perkembangannya, tumor dapat merusak sirkulasi koroid yang
mengakibatkan iskemik dan degenerasi fotoreseptor retina dan neuron retina lain.
Tumor juga akan merusak lapisan epitel pigmen retina karena tumor mendorong
dan memisahkan lapisan tersebut dari sirkulasi koroid. Lapisan epitel pigmen
retina akan menunjukkan gambaran area yang atrofi, drusen dengan ablasi epitel
pigmen lokal. The Collaborative Ocular Melanoma Study (COMS) melaporkan
data invasi tumor ke retina mencapai 49% kasus, ke vitreus sebesar 25% kasus,
dan ke sklera berjumlah 64% kasus. Terdapat 3 jenis sel yang ditemukan pada
melanoma koroid dan melanoma uvea lain, yaitu spindel A, spindel B dan
epiteloid. Sel spindel A memiliki nukleolus yang kecil dan halus dengan benang-
benang kromatin yang jelas. Sel spindel B lebih besar dengan nukleus yang besar
dan nukleolus yang jelas. Sel epiteloid memiliki ukuran yang besar dengan
eosinofil dalam sitoplasma, mengelilingi nukleus dan nekleolus di dalamnya.
Jenis epitelod biasanya bersifat paling agresif dan memiliki prognosis yang buruk
terhadap harapan hidup penderita Melanoma koroid akan menyebabkan kematian
karena metastasis sekunder ke organ lain. Metastasis tumor melanoma intraokular
primer ke organ lain dapat dideteksi dalam beberapa tahun setelah diagnosis, yang
biasanya muncul dalam waktu 5 tahun dengan insiden tertinggi terjadi dalam
tahun pertama. Potensi metastasis tergantung pada agresifitas sel-sel tumor.
Resiko penyebaran lebih tinggi terjadi pada tumor yang berukuran besar. Tumor
yang tidak menunjukkan pertumbuhan ekstraokular juga dapat menyebar secara
hematogen. Metastasis yang paling sering terjadi adalah ke hati, disamping itu
8
dapat mengenai organ lain seperti paru-paru, tulang, kulit dan saraf pusat.Tumor
sering telah bermetastasis pada saat diagnosis ditegakkan.17
2.2.4. Klasifikasi
Melanoma uveal mempunyai tiga sub-tipe berdasarkan anatominya,
melanoma iris yang berada di uveal anterior dan melanoma koroid serta
melanoma badan silier yang berada di uveal posterior.Tiga persen dari semua
melanoma berasal dari mata. 85% melanoma di mata terjadi di struktur uveal dan
dari angka itu, 80% terjadi di bagian koroid.2
9
Gambar 5 Melanoma koroid. Medium-sized choroidal melanoma temporal
to the macula
10
Melanoma koroid biasanya akan muncul sebagai massa subretina
berbentuk kubah atau jamur (mushroom). Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan
ablatio retina sekunder dengan hilangnya penglihatan atau terjadi ruptur membran
Bruch dengan bentuk jamur (mushroom). Warna dapat bervariasi dari yang
biasanya berpigmen coklat hingga amelanotik7
11
Tabel 2.1 Perbandingan melanoma kulit dan melanoma pada mata7
2.2.6. Diagnosis
a. Anamnesis
Melanoma uvea sering tanpa gejala pada tahap awal dan ditemukan
padapemeriksaan mata rutin dan biasanya berukuran agak besar pada
saatterdeteksi. Gejala paling umum yang dimiliki pasien, diantaranya:
12
Floaters, karena area yang nekrosis pada melanoma atau struktursekitarnya
mengakibatkan perdarahan vitreus atau hifema.
Nyeri, disebabkan melanoma mengenai nervus silieris posterior atauterjadi
peningkatan tekanan intra okular dari glaukoma sekunder suduttertutup.
Riwayat berat badan turun, mudah lelah, perubahan pola BAB danBAK
yang menandakan adanya metastase keganasan.
Melanoma iris tampak sebagai lesi amelanotik sampai cokelat gelap dan
sebagian besar terdapat pada iris inferior. Pada kasus yang jarang, terjadi pola
pertumbuhan yang difus yang menimbulkan sindrom heterekromiahiperkromik
unilateral dan glaukoma sekunder.
13
Slit lamp biomikroskopi dikombinasi bersama gonioskopi merupakan
gambaran metode yang terbaik untuk menentukan adanya lesi dan penyebaran
yang melibatkan bagian anterior badan siliaris. Sebagai tambahan, adanya katarak
sektoral. Keterlibatan sudut mata sekunder atau bentuk pembuluh darah sentinel
menjadi tanda untuk melanoma badan siliar. Lensa fundus Hruby, Goldman dan
lainnya dapat digunakan dengan slit lamp untuk mengevaluasi lesi pada fundus
posterior dengan pembesaran tinggi. Pemeriksaan ini dapat menggambarkan
ablasio neurosensori retina, pigmen orange, ruptur membran Bruch, penyebaran
tumor intra retina dan keterlibatan vitreus. Biomikroskopi fundus dengan lensa
kontak threemirror/triple mirror berguna untuk menilai lesi dislokasi perifer
fundus.8
Transiluminasi sering dapat membantu dalam evaluasi kasus dengan
sangkaan melanoma badan siliar dan koroid. Sangat berguna untuk mengukur
derajat pigmentasi tumor dan menentukan diameter basal tumor
anterior.Bayangan tumor dapat terlihat dengan cahaya transiluminasi, dianjurkan
dengan memakai serat optik intensitas tinggi, ditempatkan pada permukaan yang
berhadapan dengan lesi atau juga melalui kornea dengan memakai cap kornea
khusus.Transiluminasi dapat juga dipakai dengan indirek optalmoskopi.Tingkat
cahaya yang terhalang oleh lesi dapat diukur dengan kapiler.Pada kasus dengan
lepasnya segmen siliokoroidal jenis serosa dan tumor amelanotik biasanya
memberikan gambaran terang sehingga pemeriksaan ini tidak efektif.8
Angiografi fluorosensi memberikan informasi mengenai suplai darah
tumor, sehingga dapat membedakan apakah lokasinya di koroid atau retina.
Sangat membantu menyingkirkan lesi yang menyerupai melanoma koroid.
Melanoma koroid akan menunjukkan fluorosensi pembuluh darah intralesi pada
fase arteriol dari arteriovenosa. Angiografi fluorosensi dapat memberikan bukti
tambahan dalam menegakkan diagnosa melanoma. Sekitar 2/3 kasus dapat
menunjukkan adanya pola “sirkulasi ganda”, khas pada melanoma yang telah
menembus membran Bruch, berupa gambaran pengisian pembuluh darah retina
yang menutupi permukaan tumor, sebagai lapisan atas dari pembuluh darah
internal tumor yang dilatasi. RPE sering rusak dan memberikan gambaran hot
14
spots, akibat adanya kebocoran.Sayangnya tidak ada gambaran fluorosensi yang
patognomonik untuk satu jenis tumor intraokuli..8
Pemeriksaan USG sangat membantu sebagai pemeriksaan tambahan.A-
scan maupun B-scan menunjukkan melanoma dengan internal refleksi yang
rendah sampai sedang, kadang disebut hallo akustik.A-scan USG memberikan
gambaran tumor yang solid, dengan low internal refleksi, kadang dapat dijumpai
pulsasi vaskular spontan pada beberapa kasus.B-scan USG menyediakan
informasi ukuran relatif berupa tinggi dan diameter basal, bentuk dan posisi
tumor.B-scan dapat dipakai pada media yang keruh.Karena kesulitan pengamatan
lokasi perifer maka USG kurang berguna pada kasus tumor badan siliaris. USG
tiga dimensi mungkin dapat memecahkan permasalahan tersebut.8
Biopsi tumor akan dilakukan saat operasi pengangkatan plak, yang
dilakukan bukan hanya untuk mengkonfirmasi diagnosis namun juga untuk
pengobatan terhadap plak melanoma tersebut, yang kemudian akan memberikan
informasi mengenai keadaan prognosis pasien itu sendiri. Pada tumor yang
mengalami kehilangan kromosom 3 (monosomy 3) resiko terjadinya metastasis
akan lebih tinggi daripada tumor dengan kromosom 3 normal. Abnormalitas
genetik hanya dijumpai pada melanoma okular.
Evaluasi perimetri dapat menunjukkan adanya skotoma absolut pada
lokasi tumor dan berhubungan dengan skotoma relatif pada kasus ablasio retina
serosa. Pemeriksaan lain colour-coded dopler, CT dan MRI dapat digunakan
dalam mengidentifikasi tumor pada media keruh dan pada kasus adanya
penyebaran ekstrasklera dan keterlibatan organ lain. MRI dapat membedakan lesi
vaskular atipikal dari tumor melanositik.
15
Stage 2 The tumor is 10-15 mm in diameter and is 3-5 mm in height. The
tumor has not spread to distant organs.
Stage 3 The tumor is more than 15 mm in diameter and greater than 5 mm in
height. The tumor has not spread to distant organs.
Stage 4A The tumor extends outside the eyeball but it has not spread to distant
organs.
Stage 4B The tumor may be any size, and spread to distant organs, typically
the liver.
.
2.2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan melanoma uveal bervariasi, dari hanya observasi hingga
dilakukan eksentrasi bola mata. Lokasi, ukuran, dan penyebaran tumor sangat
mempengaruhi dalam penatalaksanaan melanoma uveal.5 Ketajaman penglihatan
pada mata yang terkena ataupun mata kontralateral, status kesehatan pasien, umur,
jaringan orbita yang dikenai, dan adanya metastasis juga harus dipertimbangkan
dalam melakukan penatalaksanaan pada pasien10,11
Penatalaksanaan melanoma koroid yang berukuran kecil masih
kontroversial, dan masih belum jelas apakah pengobatannya dapat mencegah
metastasis. Observasi dilakukan pada melanoma koroid yang berukuran kecil
dengan ukuran kurang dari 2-2,5 mm dan diameter kurang dari 10 mm. Pada
melanoma koroid yang berukuran kecil sulit dalam menegakkan diagnosis.
Perkembangan lesi koroid dapat dijadikan prediktor adanya keganasan pada
koroid.4,5 Saat ini, kecendrungan langsung dilakukan terapi definitif dapat
dipertimbangan pada melanoma koroid yang berukuran kecil. Berdasarkan
pengamatan, ditemukan sekitar 21% mengalami perkembangan dalam 2 tahun dan
31% dalam 5 tahun.12,14
Kebanyakan pasien melanoma uvea posterior diobati dengan plaque
radiation therapy atau enukleasi. Adapun pilihan modalitas terapi lain yaitu
particle beam radiotherapy, transpupillary thermotherapy, laser photocoagulation,
gamma knife stereotactic radiosurgery dan local surgical resectionEnukleasi telah
lama menjadi pengobatan standar untuk melanoma koroid terutama pilihan untuk
16
tumor berukuran besar (diameter > 15mm dan tinggi > 10mm) dan complicated
tumor yaitu penurunan fungsi visus dan kegagalan modalitas terapi lain.
Berdasarkan teori, keuntungan enukleasi over globe-sparing dapat menurunkan
risiko penyebaran metastasis.Namun demikian.Collaborative Ocular Melanoma
Study (COMS) menemukan angka kematian yang tidak jauh berbeda pada tumor
berukuran sedang yang diobati dengan in iodine-125 brachytherapy ataupun
dengan enukleasi setelah 12 tahun terapi.12,14,16
Plaque brachytherapy modalitas pilihan terapi enukleasi yang dapat
diterima untuk melanoma uvea posterior yang berukuran sedang (tinggi < 10mm
dan diameter < 15mm).Plaque menggunakan isotop radioaktif, yang biasa
digunakan adalah iodine-125 karena energi emisinya rendah, penetrasi jaringan
yang baik, dan mudah didapat.3 Brachyterapi ( logam radioaktif ) berupa
penempatan logam radioaktif pada sklera dasar tumor memungkinkan paparan
radiasi yang tinggi terhadap tumor dan relatif lebih rendah terhadap jaringan
normal sekitarnya. Caranya, lapisan metal yang mengandung sedikit zat radioaktif
dijahitkan pada bagian luar lapisan sklera yang menutupi tumor. Secara prinsip
dosis radiasi diberikan kedasar tumor dan sedikit berkurang kearah puncak
tumor.Ukuran logam ini didesain agar termasuk ±2 mm pinggir sekitar tumor.
Logam ini dibiarkan pada tempatnya sampai dosis terapinya mencukupi sekitar
8000-.000 cGy pada puncak tumor, kira-kira 5 sampai 7 hari kemudian
dibuang.12,14,16
2.2.8. Prognosis
Ukuran tumor merupakan penemuan klinis yang sangat penting dalam
memperkiran prognosis melanoma uvea. Peningkatan ketebalan tumor dan
diameter tumor akan meningkatkan risiko metastasis. Lokasi badan siliar,
penyebaran ekstraokular, usia yang tua, perdarahan intraokular dan brown tumor
juga
17
dihubungkan dengan peningkatan risiko metastasis. Dengan meningkatnya risiko
terjadinya metastasis prognosis semakin buruk.13
Tipe sel. Tipe sel epiteloid dihubungkan memiliki prognosis yang lebih buruk
daripad tipe sel spindle.
Keterlibatan badan siliar dan ekstrasel. Jika sudah melibatkan kedua bagian
tersebut, prognosis menjadi lebih buruk.
Metastasis ke organ lainnya. Menurut COMS, angka kejadian metastasis
setelah terdiagnosis melanoma koroid dalam 5 tahun sekitar 25%, dan dalam
10 tahun menjadi 34%. Metastasis yang paling sering yaitu pada hati (95%),
diikuti dengan organ lainnya seperti paru-paru, tulang, dan kulit. Rata-rata
penderita melanoma koroid dengan metastasis hanya dapat bertahan dalam 4-6
bulan.
Beberapa faktor prognostik yang membuat tumor mempunyai prognosa yang jelek
antara lain :
18
Secara histologi banyaknya sel epithelod, gambaran vaskuler loops dan
infiltrasi limfosit.
Besar tumor.Makin besar tumor prognosa makin jelek.
Abnormalitas kromosom melanoma.
Adanya metastase ke tempat lain.
Lokasi tumor.Lokasi tumor yang tersembunyi memiliki prognosa jelek.
Pertumbuhan yang difus.
Tumor dengan tingkat pigmentasi kuat
Usia penderita diatas 50 tahun
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21
14. Kummar, Abbas, Fausto, Mitchell. Robbins Basic Pathology 8th Edition.
Saunders, Elsevier, 2007.
15. Olver J, Classidy. Opthalmology at a Glance. Chapter 11. 2005. Hal. 27, 54,
55
16. Jovanovic P, Mihajlovic M, Djordjevic-Jocic J, Vlajkovic S, Cekic S,
Stefanovic V. Ocular Melanoma: an overview of the current status. Int J
Clin Exp Pathol 2013; 6(7): 1230-1244. (print dri bukunya)
17. Singh AD, Turell ME, Topham AK.Uveal melanoma: trends in incidence,
treatment, and survival.Ophthalmology. 2011
22
23
24
25
,
26