You are on page 1of 80

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

BADAN RSU dr.SAYIDIMAN


Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

ABSES PARU
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : ABSES PARU


Abses paru adalah peradangan jaringan paru
yang disertai pembentukan rongga yang berisi
nanah.

2. Criteria Diagnosis :  Demam tinggi, batuk-batuk, mula-mula


jumlah dahak sedikit. Bila rongga abses
berhubungan dengan bronkus yang agak
besar maka isi abses dibatukkan keluar
dalam jumlah banyak, berupa nanah,
kadang-kadang disertai hemoptisis.
Seringkali dahak berbau busuk atau
bercampur darah.
 Pemeriksaan jasmani: foto toraks
menunjukan rongga berisi udara & cairan
dalam paru dengan “air fluid level”

3. Diagnosis diferensial :  Empiema


 Bula terinfeksi
 Kanker paru

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum : a. Foto toraks PA & lateral
Laboratorium darah : leukosit,LED
meninggi.
b. Sediaan apus sputum pulasan gram,
biakan dan uji resistensi tertahab kuman

Standar Pelayanan Medis Paru 1


mikroorganisme.

4.2. Khusus :  Bronkoskopi


 Tomogram atau
 CT Scanning toraks.

5. Konsultasi :  Dokter Spesialis Paru


 Dokter Spesialis Bedah Toraks bila perlu
tindakan pembedahan

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap

7. Terapi
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 Fisioterapi bila sputum banyak

7.2. Terapi medikamentosa :  Penisilin injeksi 2 x 1,2 juta unit &


kloramfenikol 4 x 500mg sampai rongga
abses menutup (+ 2 minggu).

 Metronidazol 3 x 500 mg, bila dahak


berbau busuk (infeksi kuman anaerob).

 Obat pilihan lain : amoksillin + asam


klavulanat 3 x 1 g selama 3 – 5 hari,
dilanjutkan 3 x 500 mg sampai rongga
abses menutup.

7.3. Terapi khusus :  Cuci bronkus (“bronchial toilet”) atau bila


abses berhubungan dengan bronkus
besar.
 Reseksi paru bila terapi antibiotika gagal.

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit tipe C/D bila tidak begitu
berat .
 Rumah Sakit Tipe B/A, bila perlu tindakan
operasi.

9. Penyulit ( komplikasi ) :  Batuk darah massif


 Sepsis
 Infeksi jamur
 Pembentukan fungus ball.

Standar Pelayanan Medis Paru 2


10. Infeormed Perlu, bila akan dilakukan tindakan
consent :

11. Standard tenaga :  Dokter umum bila gejala ringan


 Dokter spesialis Paru

12. Lama Perawatan : Tergantung perjalanan penyakit

13. Masa Pemulihan : Tergantung perjalanan penyakit

14. Output :  Sembuh sempurna


 Rongga abses tersisa

15. PA : -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Bedah toraks


 Rehabilitasi medik
 Mikrobiologi

18. Fasilitas khusus : Kamar bedah (bila perlu tindakan operasi)

Standar Pelayanan Medis Paru 3


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan
ACUTE RESPIRATORY
DISTRESS SYNDROM
(ARDS) Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM


(ARDS)

Adalah gagal nafas akut yang ditandai dengan


hipoksemia berat dan edema paru
nonkardiogenik, akibat inflamasi akut,
peningkatan permeabilitas kapiler dan
mengurangnya “compliance” paru. Etiologi
pneumonia bakteri, virus, pneumocystis carinii,
legionela dan Tb milier, aspirasi isi lambung
(syndrom Mendelson), terhirup etilen glikol atau
hidrokarbon, near drowing, renjatan traumatic
atau hemoragik, emboli lemak atau cairan
amnion, kontusio paru, trauma nontoraks, cedera
kepala, peningkatan tekanan intrakranial,
pankreatitis, kelebihan dosis heroin, metadon,
propoksifen atau barbiturat atau terhirup
parakuat. Banyak lagi keadaan lain yang
dianggap sebagai penyebab seperti terhirup
asap, penggunaan oksigen berkonsentrasi tinggi
pada bantuan ventilasi lama, uremia, operasi
pintas kardiopulmoner, DIC, tranfusi darah
massif, sindrom Goodpasture dll.

2. Criteria Diagnosis :  Adanya factor penyebab (telah diuraikan


diatas)
 Gambaran infiltrat merata dikedua paru pada
foto toraks.
 Tekanan baji kapiler paru < 12 mmHg.

Standar Pelayanan Medis Paru 4


 PaO2 (dari AGDA)50 mmHg atau kurang
dengan penggunaan oksigen fraksi 60%

Catatan :
Gejala klinis tidak khas seperti batuk, sesak
(takipnea), takikardia, ronki di kedua paru.

3. Diagnosis diferensial : Edema paru kardiogenik.

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks
 AGDA (Analisis Gas Darah Arteri).

4.2. Khusus : -

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Harus dirawat di Rumah Sakit

7. Terapi
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Oksigen
 Cairan infus

7.2. Terapi medikamentosa : Mengobati factor penyebab

7.3. Terapi khusus : Menggunakan ventilator mekanik (dengan PEEP)


yang dilengkapi dengan terapi NO (nitrogen
oksida) dengan posisi “prone”

8. Standard rumah sakit : Tipe B

9. Penyulit
9.1. Karena Penyakit :  Gagal nafas
 Sepsis
 Payah jantung

9.2. Karena Tindakan : -

10. Informed consent : Diperlukan terutama karena sewaktu-waktu


diperlukan bantuan ventilator mekanik.

Standar Pelayanan Medis Paru 5


11. Standard tenaga : Dokter Spesialis Paru.

12. Lama Perawatan : Sampai keadaan klinis,AGDA dan foto toraks


menjadi tenang.

13. Masa Pemulihan : 2-4 minggu

14. Output : Dubia

15. PA Umumnya tidak diperlukan

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiology


 Anestesi
 Penyakit Dalam
 Kardiologi
 Neurology
 Bedah

18. Fasilitas khusus :  ICU


 ICCU

Standar Pelayanan Medis Paru 6


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

ABSES PARU
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : ABSES PARU


Abses paru adalah peradangan jaringan paru
yang disertai pembentukan rongga yang berisi
nanah.

2. Criteria Diagnosis :  Demam tinggi, batuk-batuk, mula-mula


jumlah dahak sedikit. Bila rongga abses
berhubungan dengan bronkus yang agak
besar maka isi abses dibatukkan keluar
dalam jumlah banyak, berupa nanah,
kadang-kadang disertai hemoptisis.
Seringkali dahak berbau busuk atau
bercampur darah.
 Pemeriksaan jasmani: foto toraks
menunjukan rongga berisi udara & cairan
dalam paru dengan “air fluid level”

3. Diagnosis diferensial :  Empiema


 Bula terinfeksi
 Kanker paru

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum : c. Foto toraks PA & lateral
Laboratorium darah : leukosit,LED
meninggi.
d. Sediaan apus sputum pulasan gram,
biakan dan uji resistensi tertahab kuman

Standar Pelayanan Medis Paru 7


mikroorganisme.

4.2. Khusus :  Bronkoskopi


 Tomogram atau
 CT Scanning toraks.

5. Konsultasi :  Dokter Spesialis Paru


 Dokter Spesialis Bedah Toraks bila perlu
tindakan pembedahan

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap

7. Terapi
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 Fisioterapi bila sputum banyak

7.2. Terapi medikamentosa :  Penisilin injeksi 2 x 1,2 juta unit &


kloramfenikol 4 x 500mg sampai rongga
abses menutup (+ 2 minggu).

 Metronidazol 3 x 500 mg, bila dahak


berbau busuk (infeksi kuman anaerob).

 Obat pilihan lain : amoksillin + asam


klavulanat 3 x 1 g selama 3 – 5 hari,
dilanjutkan 3 x 500 mg sampai rongga
abses menutup.

7.3. Terapi khusus :  Cuci bronkus (“bronchial toilet”) atau bila


abses berhubungan dengan bronkus
besar.
 Reseksi paru bila terapi antibiotika gagal.

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit tipe C/D bila tidak begitu
berat .
 Rumah Sakit Tipe B/A, bila perlu tindakan
operasi.

9. Penyulit ( komplikasi ) :  Batuk darah massif


 Sepsis
 Infeksi jamur
 Pembentukan fungus ball.

Standar Pelayanan Medis Paru 8


10. Infeormed Perlu, bila akan dilakukan tindakan
consent :

11. Standard tenaga :  Dokter umum bila gejala ringan


 Dokter spesialis Paru

12. Lama Perawatan : Tergantung perjalanan penyakit

13. Masa Pemulihan : Tergantung perjalanan penyakit

14. Output :  Sembuh sempurna


 Rongga abses tersisa

15. PA : -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Bedah toraks


 Rehabilitasi medik
 Mikrobiologi

18. Fasilitas khusus : Kamar bedah (bila perlu tindakan operasi)

Standar Pelayanan Medis Paru 9


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

ASMA BRONKIALE
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : ASMA BRONKIALE

2. Criteria Diagnosis :  Riwayat serangan sesak nafas disertai mengi


dan atau batuk-batuk berulang dengan atau
tanpa dahak akibat factor pencetus dan dapat
hilang dengan atau tanpa pengobatan.
 Pada pemeriksaan jasmani dijumpai ekspirasi
memanjang dengan atau tanpa mengi
(wheezing). Pada serangan dapat ditemukan
penggunaan otot Bantu nafas yang
berlebihan.

Klasifikasi diagnosis :  Asma intermitten


 Asma persisten ringan
 Asma persisten sedang
 Asma persisten berat

3. Diagnosis diferensial :  PPOK (penyakit Paru Obstruktif Kronik).


 Pneumotoraks
 Asma kardiale
 Bronchitis kronik
 Payah jantung kiri

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Laboratorium :
- darah rutin
- kadar eosinofil total

Standar Pelayanan Medis Paru 10


- kadar IgE
 foto toraks untuk menyingkirkan penyakit lain

4.2. Khusus :  Spirometri


 Uji bronkodilator
 Uji provokasi bronkus bila diperlukan (gejala
tidak khas).
 Uji kulit (alergi).

5. Konsultasi : Dokter Spesialis paru

6. Perawatan rumah sakit :  Rawat jalan bila serangan asma ringan


 Rawat inap bila serangan asma berat

7. Terapi
Terapi jangka panjang
7.1. Terapi nonmedikamentosa : 1. “Avoidance” (menghilangkan factor pencetus)
2. fisioterapi
3. Senam Asma
4. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan

7.2. Terapi medikamentosa : 1. Antiinflamasi


a. Steroid inhaler
b. Steroid oral dosis rendah
2. Teofilin lepas lambat
3. beta 2 agonis lepas lambat.
4. anti leukotrien : kromolin
5. obat lain : antibiotika, mukolitik, ekspektoran
atas indikasi.
Terapi pada serangan akut
(menurut beratnya serangan)
7.3. Terapi nonmedikamentosa :  Oksigen
 Terapi cairan (infus)

7.4. Terapi medikamentosa : 1.* Bronkodilator suntik


- adrenalin subkutan
- terbutalin i.m.
- aminofilin i.v.
*Bronkodilator inhalasi (beta 2 agonis,
ipratropium bromide) dengan
- nebulisasi
- inhaler + “spacer”
2. kortikosteroid sistemik : i.v.i.m, oral
3. Antibiotika, mukolitik, ekspektoran atas
indikasi

Standar Pelayanan Medis Paru 11


8. Standard rumah sakit : Tipe D atau Puskemas dengan fasilitas
perawatan.

9. Penyulit
9.1. Karena Penyakit :  sinusitis
 emfisema subkutis
 pneumotoraks
 gagal nafas

9.2. Karena Tindakan :  infeksi


 pneumomediastinum

10. Informed consent : Perlu bila ada gagal nafas dan membutuhkan
pemasangan mesin Bantu nafas (ventilator
mekanik).

11. Standard tenaga : Dokter umum

12. Lama Perawatan : + 1 minggu

13. Masa Pemulihan : Dapat langsung bekerja (0-5 hari)

14. Output :  cepat membaik


 perbaikan bertahap
 meninggal

15. PA Umumnya tidak diperlukan

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  alergi


 THT
 Rehabilitasi Medik

18. Fasilitas khusus : ICU dengan ventilator mekanik bila disertai gagal
nafas.

Standar Pelayanan Medis Paru 12


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

BRONKITIS AKUT
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : BRONKITIS AKUT

Adalah proses radang akut pada saluran nafas


bawah. Tidak dijumpai kelainan radiology.
Penyebab tersering adalah virus. Bila
berlangsung lebih dari 5 – 7 hari dan terjadi
perubahan warna sputum perlu dipikirkan infeksi
bakteri.

2. Criteria Diagnosis : Demam, batuk-batuk (dari batuk kering sampai


berdahak), kadang-kadang disertai sesak nafas
dan disertai nyeri dada.

3. Diagnosis diferensial :  Infeksi akut saluran nafas bagian atas


 Bronkopneumonia
 TB Paru

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum : a. Foto toraks PA dan lateral
b. Laboratorium rutin darah
 Hitung leukosit mungkin meninggi
 Pada hitung jenis, terdapat dominasi
sel leukosit PMN
c. Sputum mikroorganisme atas indikasi

4.2. Khusus : Sesuai komplikasi

Standar Pelayanan Medis Paru 13


5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat jalan

7. Terapi
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 O2
 Hidrasi (terapi cairan)

7.2. Terapi medikamentosa :  Mukolitik


 Ekspektoran
 Antitusif bila perlu
 Antibiotika bila perlu

7.3. Terapi Khusus :  Terapi inhalasi bila perlu


 Sesuai komplikasi

8. Standard rumah sakit : Tipe D

9. Penyulit
9.1. Karena Penyakit :  Pneumonia
 Abses Paru
 Empiema
 Septicemia

9.2. Karena Tindakan : -

10. Informed consent : Tidak perlu

11. Standard tenaga : Dokter Umum

12. Lama Perawatan : Tak perlu rawat

13. Masa Pemulihan : 1 minggu

14. Output :  Sembuh total


 Komplikasi

Standar Pelayanan Medis Paru 14


15. PA -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radilogi


 Mikrobiologi

18. Fasilitas khusus : -

Standar Pelayanan Medis Paru 15


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

BRONKIEKTASIS
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : BRONKIEKTASIS

Ialah penyakit paru yang ditandai oleh dilatasi


yang disertai destruksi dinding bronkus yang
kronik dan menetap. Keadaan ini dapat terjadi
akibat kelainan congenital, infeksi menahun dan
berulang, factor mekanik, maupun gangguan
saraf perifer otot-otot bronkus.

2. Criteria Diagnosis :  Kelainan anatomic berupa pelebaran


Bronkus yang dapat terlihat pada
bronkografi atau CT Scanning toraks dan
kadang-kadang dari foto toraks biasa.
 Gejala klinis dapat tidak ditemukan atau
berupa batuk produktif atau batuk darah.
Pada keadaan lanjut dapat disertai sesak
nafas.
 Batuk pada perubahan posisi.

3. Diagnosis diferensial :  Fibrosis kistik


 TB Paru
 Bronchitis kronik

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA & lateral
 Laboratorium rutin darah : hitung leukosit
meninggi

Standar Pelayanan Medis Paru 16


 MO Sputum
 Bronkografi
 CT Scanning toraks
4.2. Khusus :  Pengambilan bahan untuk biakan & uji
rsistensi mikroorganisme penyebab :
aspirasi transtorakal, bronkoskopi dengan
sikat kateter terlindung ganda atau kateter
balon.
 Foto sinus paranasalis jika dicurigai ada
sinusitis

5. Konsultasi : Dokter Spesialis paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat Inap pada bronkiektasis terinfeksi


berulang atau hemoptisis

7. Terapi
Terapi jangka panjang
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Oksigen
 Fisioterapi :
 “ postural drainage” bila dahak amat
banyak.
 “ Breathing Exercises”
 “ Coughing atau “bronchial toilet” bila
produksi sputum amat banyak.

7.2. Terapi medikamentosa :  Antibiotika bila ada infeksi


 Mukolitik ekspektorans bila perlu
 Bronkodilator bila ada obstruksi
 Koagulan bila batuk darah.

7.3. Terapi khusus :  Pembedahan : lobektomi atau


pneumonektomi bila kelainan unilateral
disertai keluhan infeksi berulang atau batuk
darah.

8. Standard rumah sakit :  Tipe C & D atau Puskesmas untuk kasus-


kasus ringan.
 Tipe B atau A bila membutuhkan tindakan
bedah.

9. Penyulit :  Sepsis
 Hemoptisis massif
 Gagal nafas

Standar Pelayanan Medis Paru 17


10. Informed consent : Perlu bila ada diagnostik invasif.

11. Standard tenaga : Dokter umum untuk kasus ringan

12. Lama Perawatan : 1 - 2 minggu

13. Masa Pemulihan : 1 minggu

14. Output :  Lesi ireversibel, tak dapat sembuh


 Bebas gejala
 Komplikasi
 Gagal nafas
 Kematian

15. PA -

16. Autopsy / risalah rapat : Bila memungkinkan

17. Bidang terkait :  Mikrobiologi


 Rehabilitasi medik
 Bedah toraks
 THT

18. Fasilitas khusus :  OK, bila dilakukan tindakan bedah.


 ICU bila memerlukan ventilator mekanik.

Standar Pelayanan Medis Paru 18


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

EDEMA PARU
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : EDEMA PARU

2. Criteria Diagnosis :  Klinis biasanya pasien dalam posisi duduk


sedikit membungkuk ke depan, sesak
hebat, dapat disertai dengan sianosis,
berkeringat dingin, batuk dengan sputum
berwarna kemerahan
 Pada auskultasi didapatkan ronki basah
kasar pada lebih dari setengah lapangan
paru, wheezing, gallop protodiastolik,
bunyi jantung dua pulmonal mengeras.
 Pada foto toraks didapatkan hilus melebar,
densitas meningkat, disertai garis kerley
ABC.

3. Diagnosis diferensial :  ARDS


 emboli paru
 Pneumonia
 Pneumotoraks
 Asma akut
 PPOK eksaserbasi akut
 Tumor Mediastinum
 Tumor Paru
 Efusi pleura

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks

Standar Pelayanan Medis Paru 19


 AGDA
 EKG
 Enzim kardiak

4.2. Khusus :  Tekanan baji kapiler pulmoner (PCWP)


 Rasio total edema alveolar-serum
(Tpc/Tps)
 Perbedaan tekanan osmotic kapiler
tekanan baji kapiler pulmoner (COP-
PCWP)

5. Konsultasi : Dokter Spesialis paru

6. Perawatan rumah sakit : Setiap penderita dengan dugaan edema paru


harus segera dirawat.

7. Terapi
Terapi jangka panjang
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Oksigen
 Infus cairan

7.2. Terapi medikamentosa : Bergantung pada penyebab / penyakit yang


mendasari

7.3. Terapi khusus :  Ventilator mekanik dengan atau tanpa PEEP,


pada hipoksia berat, asidosis atau tidak
berhasil dengan terapi oksigen.

 CPAP

8. Standard rumah sakit : Rumah Sakit Tipe B

9. Penyulit :  Gagal nafas

Cairan intravaskuler berlebih atau kurang

10. Informed consent : Perlu terutama bila akan dilakukan pemasangan


ventilator mekanik.

11. Standard tenaga : Dokter Spesialis Paru

Standar Pelayanan Medis Paru 20


12. Lama Perawatan : Tergantung penyebab

13. Masa Pemulihan : 1 – 2 minggu

14. Output :  sembuh


 meninggal

15. PA -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiology


 Anestesi
 Kardiologi
 Penyakit Dalam

18. Fasilitas khusus :  ICU


 ICCU

Standar Pelayanan Medis Paru 21


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

BRONKIEKTASIS
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : BRONKIEKTASIS

Ialah penyakit paru yang ditandai oleh dilatasi


yang disertai destruksi dinding bronkus yang
kronik dan menetap. Keadaan ini dapat terjadi
akibat kelainan congenital, infeksi menahun dan
berulang, factor mekanik, maupun gangguan
saraf perifer otot-otot bronkus.

2. Criteria Diagnosis :  Kelainan anatomic berupa pelebaran


Bronkus yang dapat terlihat pada
bronkografi atau CT Scanning toraks dan
kadang-kadang dari foto toraks biasa.
 Gejala klinis dapat tidak ditemukan atau
berupa batuk produktif atau batuk darah.
Pada keadaan lanjut dapat disertai sesak
nafas.
 Batuk pada perubahan posisi.

3. Diagnosis diferensial :  Fibrosis kistik


 TB Paru
 Bronchitis kronik

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA & lateral
 Laboratorium rutin darah : hitung leukosit
meninggi

Standar Pelayanan Medis Paru 22


 MO Sputum
 Bronkografi
 CT Scanning toraks
4.2. Khusus :  Pengambilan bahan untuk biakan & uji
rsistensi mikroorganisme penyebab :
aspirasi transtorakal, bronkoskopi dengan
sikat kateter terlindung ganda atau kateter
balon.
 Foto sinus paranasalis jika dicurigai ada
sinusitis

5. Konsultasi : Dokter Spesialis paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat Inap pada bronkiektasis terinfeksi


berulang atau hemoptisis

7. Terapi
Terapi jangka panjang
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Oksigen
 Fisioterapi :
 “ postural drainage” bila dahak amat
banyak.
 “ Breathing Exercises”
 “ Coughing atau “bronchial toilet” bila
produksi sputum amat banyak.

7.2. Terapi medikamentosa :  Antibiotika bila ada infeksi


 Mukolitik ekspektorans bila perlu
 Bronkodilator bila ada obstruksi
 Koagulan bila batuk darah.

7.3. Terapi khusus :  Pembedahan : lobektomi atau


pneumonektomi bila kelainan unilateral
disertai keluhan infeksi berulang atau batuk
darah.

8. Standard rumah sakit :  Tipe C & D atau Puskesmas untuk kasus-


kasus ringan.
 Tipe B atau A bila membutuhkan tindakan
bedah.

9. Penyulit :  Sepsis
 Hemoptisis massif
 Gagal nafas

Standar Pelayanan Medis Paru 23


10. Informed consent : Perlu bila ada diagnostik invasif.

11. Standard tenaga : Dokter umum untuk kasus ringan

12. Lama Perawatan : 1 - 2 minggu

13. Masa Pemulihan : 1 minggu

14. Output :  Lesi ireversibel, tak dapat sembuh


 Bebas gejala
 Komplikasi
 Gagal nafas
 Kematian

15. PA -

16. Autopsy / risalah rapat : Bila memungkinkan

17. Bidang terkait :  Mikrobiologi


 Rehabilitasi medik
 Bedah toraks
 THT

18. Fasilitas khusus :  OK, bila dilakukan tindakan bedah.


 ICU bila memerlukan ventilator mekanik.

Standar Pelayanan Medis Paru 24


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

EFUSI PLEURA
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : EFUSI PLEURA

2. Criteria Diagnosis : Terdapatnya cairan dalam rongga pleura yang


dapat disebabkan oleh :
 Tuberculosis
 Infeksi nontuberkulosis
 Keganasan primer / metastasis
 Reaksi radang ikutan proses lain

Gejala klinis yang sering dijumpai adalah sesak


napas, batuk-batuk, dada sisi yang sakit lebih
cembung dan tertinggal pada pernafasan, suara
napas menghilang, pekak pada perkusi.

3. Diagnosis diferensial :  Pleuropneumonia


 Schwarte (penebalan pleura)
 Atelektasis

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral (sesuai letak
cairan)
 Analisis cairan pleura : kimia, hitung sel.
 Mikrobiologi
 Sitologi

4.2. Khusus :  Punksi dan biopsy pleura


 Torakoskopi (atas indikasi)

Standar Pelayanan Medis Paru 25


 Bila dicurigai keganasan, pemeriksaan
yang sesuai dugaan

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Bila cairan banyak dan produksi cepat.

7. Terapi
Terapi jangka panjang
7.1. Terapi nonmedikamentosa : -

7.2. Terapi medikamentosa : sesuai dengan penyebab efusi pleura. Bila


penyebab belum diketahui, dapat
dipertimbangkan pengobatan anti tuberculosis,
terutama pada usia dewasa muda.

7.3. Terapi khusus : Punksi cairan pleura dan bila cairan cukup
banyak dilakukan pemasangan WSD

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit Tipe D


 Pasien yang menggunakan WSD harus
dirawat di rumah sakit tipe C / B dengan
dokter spesialis Paru.

9. Penyulit :
9.1. Karena Penyakit :  Empiema
 Penekanan paru dan organ-organ di
mediastinum
 Schwarte ( penebalan pleura)

9.2. Karena Tindakan :  Pneumotoraks


 Perdarahan

10. Informed consent : Perlu untuk tindakan diagnostik dan terapi


invasif.

11. Standard tenaga : Dokter umum

12. Lama Perawatan : 1 minggu, tergantung diagnosis dan penyebab

Standar Pelayanan Medis Paru 26


13. Masa Pemulihan : 1 minggu

14. Output :  Sembuh total


 Sembuh parsial
 Komplikasi ( tergantung diagnosis dan
penyebab )

15. PA Biopsy pleura

16. Autopsy / risalah rapat : Bila mungkin

17. Bidang terkait :  Radiology


 Patologi anatomi
 Patologi klinik

18. Fasilitas khusus : Torakoskopi

Standar Pelayanan Medis Paru 27


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

EMBOLI PARU
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : Emboli paru

2. Criteria Diagnosis : Emboli paru muncul bila thrombus vena terlepas


dan terbawa dalam sirkulasi arteri pulmoner,
tersangkut dan menyumbat sebagian / total
aliran darah di pohon arteri pulmoner.

 Penyakit-penyakit jantung (angina, infark


3. Diagnosis diferensial : miokard, perikarditis, aneurisma aorta
disekan, gagal jantung, stenosis mitral,
tamponade jantung).
 Penyakit-penyakit paru ( pneumonia,
pleuritis, penumotoraks, asma, PPOK,
penyakit paru interstitial, ARDS, aspirasi).
 Penyakit-penyakit esophagus (spasme,
ruptur esophagus).
 Penyakit mediatinum ( mediastinitis,
pneumomediastinum, hematom
mediastinum).
 Proses-proses abdominal ( pankreatitis,
abses subfrenik, ruptur hati, perforasi
ulkus, iskemi/distensi usus)
 Penyakit-penyakit sistemik (syok, anemia,
sepsis)
 Dispnea psikogen
 Penyakit-penyakit neuromuscular
(abnormalitas susunan syaraf pusat,
neuropati yang melibatkan otot-otot
pernafasan, miopati yang melibatkan otot-

Standar Pelayanan Medis Paru 28


otot pernafasan )
 Penyakit-penyakit muskuloskeletal (patah
tulang iga, patah tulang sternum,
kostokondritis, spasme otot, kolaps
vertebral akut).

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Laboratorium : leukosit, serum LDH,
enzym transaminase, bilirubin.
 Foto toraks
 EKG
 AGDA

4.2. Khusus :  Scanning ventilasi perkusi


 Dopler
 Angiografi pulmoner
 Impedance plethysmography (IPG)
 Venografi
 Ekokardiografi Transesofageal (TEE)
 Helical CT Scanning

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat Inap, setiap penderita dengan dugaan


emboli paru harus segera di rawat.

7. Terapi
7.1. Emboli Submasif
7.1.1. Terapi nonmedikamentosa  Istirahat
 Oksigen

7.1.2. Terapi medikamentosa : Infus heparin 7 – 10 hari dilanjutkan walfarin


oral.

7.1.3. Terapi khusus : -

7.2. Emboli Submasif berulang


7.2.1. Terapi nonmedikamentosa  Istirahat
 Oksigen

7.2.2. Terapi medikamentosa - Antikoagulasi bila masih ada thrombus.

7.2.3. Terapi khusus - Mencegah emboli septic dengan cara vena


cavae plication, clipping dan ligasi.

7.3. Emboli Masif

Standar Pelayanan Medis Paru 29


7.3.1. Terapi nonmedikamentosa  Oksigen dengan aliran tinggi
 Infus

7.3.2. Terapi medikamentosa  Heparin bolus


 Terapi trombolitik

7.3.3. Terapi khusus - Embolektomi

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit Tipe B, sebaiknya A

9. Penyulit :
9.1. Karena Sakit :  Infark Paru
 Hemoptisis masif
 ARDS

9.2. Karena Tindakan : -

10. Informed consent : Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan


diagnostik invasive dan terapi agresif.

11. Standard tenaga : Dokter Spesialis Paru, Dokter Spesialis Jantung


Pembuluh Darah.

12. Lama Perawatan : Tergantung penyebab

13. Masa Pemulihan : 2 minggu

14. Output :  Sembuh


 Sembuh parsial
 Meninggal

15. PA -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiology ( Radionuklear )


 Anestesi
 Kardiologi
 Penyakit Dalam

Standar Pelayanan Medis Paru 30


 Ahli Bedah kardiolvaskuler

18. Fasilitas khusus :  Kamar bedah.


 ICU
 ICCU

Standar Pelayanan Medis Paru 31


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

EMPIEMA
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : EMPIEMA

2. Criteria Diagnosis :  Didapatkan pus pada punksi pleura.

 Gejala klinis yang sering didapatkan adalah


demam, sesak nafas, batuk-batuk. Dada sisi
yang sakit lebih cembung, tertinggal pada
pernafasan dan suara napas menghilang.

3. Diagnosis diferensial :  Pleuritis eksudativa TB


 Pleuropneumonia
 Abses paru

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum : a. Foto toraks PA dan lateral
b. Laboratorium
 Darah rutin hitung sel dimensi leukosit
PMN.
 Analisis cairan pleura.
 Pemeriksaan mikrobiologi
- sediaan apus cairan pleura dengan
 pulasan gram
 bakteriologi + BTA
- biakan kuman dan uji resistensi untuk
kuman TB dan kuman non TB.
- Bila diduga kuman anaerob sebagai

Standar Pelayanan Medis Paru 32


penyebab gunakan medium transport
BHI ( Brain Heart Infusion ).
- Pemeriksaan parasitologi amuba.

4.2. Khusus :  Punksi pleura


 Torakoskopi atas indikasi.

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap agar pengembangan paru dapat


diupayakan lebih cepat dan semaksimal mungkin.

7. Terapi
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat

7.2. Terapi medikamentosa :  Awal terapi bersifat empirik


 Antibiotika sesuai hasil uji resistensi

7.3. Terapi khusus :  WSD


 Bedah bila konservatif gagal

8. Standard rumah  Rumah Sakit Tipe D


sakit :  Rujukan pada rumah sakit tipe C/B dengan
spesialis paru.

9. Penyulit :
9.1. Karena Penyakit :  Septicemia
 Fistula

9.2. Karena Tindakan :  Perdarahan


 piopneumotoraks

10. Informed consent : Perlu untuk tindakan memasang WSD atau


tindakan bedah.

11. Standard  dokter umum : bila empiema sedikit dan


tenaga : belum membutuhkan pemasangan WSD.

 dokter spesialis paru : bila perlu


pemasangan WSD, bila timbul penyulit dan
akan bekerjasama dengan Ahli Bedah
Toraks, bila perlu tindakan bedah

Standar Pelayanan Medis Paru 33


(dekortikasi).

12. Lama 2 – 4 minggu


Perawatan :

13. Masa Pemulihan : 1 – 2 minggu

14. Output :  sembuh total


 sembuh parsial
 komplikasi

15. PA Perlu untuk tindakan diagnostik dan terapi invasif

16. Autopsy / risalah rapat : Bila mungkin

17. Bidang terkait :  Radiology


 Bedah toraks
 mikrobiologi
 parasitologi

18. Fasilitas khusus : Torakoskop

Standar Pelayanan Medis Paru 34


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

GAGAL NAFAS
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : GAGAL NAFAS

Gagal nafas ialah ketidakmampuan system


respirasi dalam mempertahankan homeostasis
oksigen dan arbondioksida secara adekuat.

2. Criteria Diagnosis : Sesak nafas (apnea atau dispnea berat), gelisah,


dapat sampai sianosis. Ditemukannya murmur,
gallop dan derik menunjukkan kemungkinan
adanya gagal jantung, bising mengi mungkin
pada suatu krisis asma, ronki disertai sputum
yang banyak dan demam mungkin ada infeksi
paru, gejala neorologik mungkin pada stroke atau
miastenia gravis. Gambaran hasil AGDA
menunjukkan rendah, Pao2 diawah 50 mmHg,
PaCO2 diatas 50 mmHg waktu bernafas dalam
udara kamar.

Etiologi
1. Gagal napas tipe I
saluran napas dan parenkim paru :
a. Infeksi (virus, bakteri, jamur parasit
dll)
b. Trauma (kontusio paru, laserasi paru)
c. Lain-lain (neoplasma, narkotika, akibat
payah jantung, ADS, emboli paru,
atelektasis, perdarahan alveolar,
volume overload)

Standar Pelayanan Medis Paru 35


2. Gagal napas tipe II
a. Susunan saraf pusat
1. Obat-obat (sedativa, hipnotika,
anestesi umum, racun)
2. gangguan metabolic (hiponatremia,
hipoalemia, pemberian karbohidrat
berlebihan, alkalosis, hiperglikemia,
hipotiroidisme.
3. neoplasma
4. infeksi (meningitis, ensefalitis,
abses)
5. peningkatan tekanan intrakanial
6. hipoventilasi
7. lain-lain
b. Saraf dan otot
1. Trauma (cedera medulaspinalis,
cedera diafragma)
2. obat-obat (“neuromuscular blocking
agents”, aminoglikosida)
3. metabolic ( hipokalemia,
hipomagnesemia, hipofosfatemia)
4. neoplasma
5. lain-lain ( penyakit motor neuron,
meastenia gravis, “multiple
sclerosis”, ditofi otot, “guillain-Barre
syndrome” )
c. Saluran nafas atas
1. tissue enlargement (hiperplasia
tonsil dan adenoid, neoplasma,
polip, “goiter”)
2. infeksi (epiglotitis, laringotrakeitis.
3. trauma
4. lain-lain (“obstructive sleep apnea”,
kelumpuhan pita suara bilateral,
edemalaring, trakeomalasia,
arthritis krikoaritenoid)
d. Dada
1. trauma (fraktur iga, “flail chest”,
“burn eschar”)
2. factor lain (kifoskoliosis,
skleroderma, spondilitis,
pneumotoraks, efusi pleura,
fibrotoraks, posisi telentang,
obesitas, asites, nyeri)

3. Diagnosis diferensial :  Pneumotoraks


 Asma akut berat
 Infark miokard akut
 Pneumonia

Standar Pelayanan Medis Paru 36


4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  AGDA ( Analisa Gas Darah Arteri )
 Foto toraks
 EKG
 Sputum gram

4.2. Khusus : AGDA serial

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Harus dirawat di Rumah Sakit

7. Terapi
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Terapi oksigen
 Fisoterapi

7.2. Terapi medikamentosa :  Bronkodilator


 Antibiotik
 Steroid
 Kardiotonika
 Cairan infus
 Terapi nutrisi
 Menangani factor predisposisi/penyebab

7.3. Terapi khusus :  Ventilator mekanik


 Bronkoskopi (untuk bronkial toilet)

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit Tipe B

9. Penyulit :
9.1. Karena Penyakit :  Gagal Jantung

Akibat pemakaian pipa trakea dan ventilator


9.2. Karena Tindakan : mekanik
 Trauma intubasi
 Gangguan hemodinamik
 Pneumonia nosokomial
 Barotraumas ( pneumotoraks, penumo-
mediastinum)
 Kesulitan penyapihan dari ventilator
mekanik

Standar Pelayanan Medis Paru 37


10. Informed consent : Perlu,karena pemakaian ventilator mekanik.

11. Standard tenaga :  dokter spesialis paru


 dokter Spesialis Anasthesi / ICU

12. Lama Sampai klinik dan AGDA stabildan foto toraks


Perawatan : menjadi tenang

13. Masa Pemulihan : 2 – 4 minggu

14. Output : Meragukan, tergantung factor etiologic, cepatnya


penanganan kegawatan dan respon terhadap
pengobatan.

15. PA -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Laboratorium
 Anestesi
 Kardiologi
 Fisoterapi

18. Fasilitas khusus : ICU dengan ventilator mekanik

Standar Pelayanan Medis Paru 38


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

KANKER PARU
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : KANKER PARU

2. Criteria Diagnosis : Ditemukan sel atau jaringan tumor ganas berasal


dari bronkus / paru. Pada stadium dini seringkali
tanpa gejala. Pada stadium lebih lanjut mungkin
didapatkan gejala batuk / batuk darah, nyeri
dada, sesak nafas, sindrom vena kava superior,
sindrom pleksus brakial, anoreksia, penurunan
berat badan.

3. Diagnosis diferensial :  TB Paru


 Tumor mediastinum
 Abses paru
 tuberkuloma
 Pneumonia

Karena keluhan & temuan amat mirip dengan TB


Paru atau pneumonia, di diagnosis seringkali
terlambat, setelah pengobatan untuk TB /
pneumonia gagal. Hal ini amat sering terjadi
pada orang-orang tua dan BTA sputum (-).

4. Pemeriksaan Penunjang  Foto toraks PA dan lateral (sesuai letak


4.1. Umum : lesi)
 Sitologi sputum

4.2. Khusus :  Sitologi secret bronkopulmoner

Standar Pelayanan Medis Paru 39


 Bronkoskopi, biopsy bronkus,
transbronchial lung biopsy (TBLB).
 Biopsy aspirasi transtorakal (BATT)
dengan jarum halus ( fine needle-
aspiration biopsy)
 Punksi pleura + biopsy pleura +
pemeriksaan sitologi, histopatologi (bila
ada efusi pleura)
 Biopsy aspirasi / ekstirpasi kelenjar getah
bening supraklavikula.
 Tomogram atau CT Scanning toraks
 Torakotomi eksplorasi bila semua upaya
diagnostik tidak menghasilkan kepastian
jenis histologi

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit :  Rawat inap biasa untuk mempercepat


diagnosis
 Rawat inap segera bila didapatkan
penyulit, misalnya sindrom vena kava
superior, obstruksi saluran napas besar
atau efusi pleura massif.
 Rawat inap untuk pemberian kemoterapi.

7. Terapi ( tergantung jenis  Untuk jenis histologis, dipakai klasifikasi


histologis, derajat (stage) dan menurut Who
tampilan )  Untuk penderajatan (staging) digunakan
: pembagian menurut system TNM yang
disepakati leh UICC & AJCC tahun 1997.
 Untuk tampilan (performance status)
dipakai pembagian menurut skala
karnofsky atau WHO.
A. kanker paru jenis
Karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK)
 Derajat IA & B
reseksi paru (lobektomi) dan diseksi
kelenjar getah bening toraks kemoterapi
bila mungkin.
 Derajat IIA & B
 Reseksi (lobektomi/pneumonektomi)
 Diseksi kelenjar getah bening
toraks.
 Dilanjutkan dengan radioterapi
 Kemoterapi bila mungkin.

 Derajat III A

Standar Pelayanan Medis Paru 40


 Reseksi paru
 Diseksi kelenjar getah bening yang
mungkin.
 Dilanjutkan radioterapi dan
kemoterapi.
 Derajat IV
 Umumnya simptomatik/perawatan
paliatif dan bebas nyeri.
 Kemoterapi bila masih mungkin.
Catatan :
Termasuk KPKBSK ialah karsinoma skuamosa sel
kecil pengobatan primer ialah kemoterapi
dikombinasi dengan radioterapi.

8. Standard rumah sakit :  Diagnostik dan terapi definitive: Rumah


Sakit tipe B dengan dokter spesialis Paru.
 Perawatan paliatif dan bebas nyeri :
rumah sakit semua tipe.

9. Penyulit :
9.1. Karena Penyakit :  Sindrom vena kava superior.
 Gawat napas (penekanan bronkus besar)
 Batuk darah.
 Infeksi sekunder
 Nyeri akibat metastasis
 Hiperkalsemia
 Berbagai gangguan hormonal.

9.2. Karena Tindakan : Tergantung tindakan yang dilakukan.

10. Informed consent : Perlu, untuk semua tindakan diagnostik invasive


dan terapi.

11. Standard
tenaga :
11.1.Diagnostik + pengobatan  dokter spesialis paru
definitive :  dokter Spesialis Radiologi

11.2.Bila diperlukan Dokter Spesialis bedah toraks.


pembedahan :

11.3.Pengobatan paliatif bebas Dokter umum dan spesialis lain yang terkait.
nyeri :

Standar Pelayanan Medis Paru 41


12. Lama Tergantung derajat dan terapi yang diberikan
Perawatan :

13. Masa Pemulihan : Tergantung perjalanan penyakit.

14. Output : Tahan hidup sampai lima tahun dengan / tanpa


gejala penyakit :
 sembuh parsial
 komplikasi
 meninggal

15. PA Mutlak perlu untuk pengobatan yang tepat.

16. Autopsy / risalah rapat : Sangat dianjurkan.

17. Bidang terkait :  Bedah toraks


 Patologi anatomi
 Laboratorium klinik
 Radiology
 Penyakit Dalam
 Rehabilitasi Medik

18. Fasilitas khusus : Kamar bedah toraks.

Perhatian khusus Untuk diagnosis yang lebih dini, setiap penderita


dengan gejala-gejala pernafasan, umur > 50
tahun, perokok berat, BTA sputum (-), dengan
dugaan tuberculosis atau pneumonia berulang,
harus dicurigai menderita kanker paru, bila
respons klinik pengobatan tidak memadai setelah
1-2 minggu. Pada kasus-kasus seperti ini,
pemeriksaan yang menjurus kearah kanker paru
harus dilaksanakan.

Standar Pelayanan Medis Paru 42


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

NODUL PARU SOLITER


Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : NODUL PARU SOLITER

Ialah lesi radiologik berbentuk bulat soliter


dikelilingi oleh jaringan paru yang normal.

2. Criteria Diagnosis :  Gambaran radiologik


 Dapat dengan atau tanpa gejala klinis
seperti batuk-batuk, batuk berdarah.

3. Diagnosis diferensial :  Tumor paru ( jinak maupun ganas )


 Tuberkuloma
 Pneumonia eosinoflik
 Syndrome loeffler
 Hemangioma
 Mikosis paru

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Laboratorium
- darah rutin : Hb, leuko, LED, hitung
jenis, eosinofil total
- feses : rutin + telur cacing
- serologi : jamur
 foto toraks PA dan lateral.
 Uji mantoux
4.2. Khusus :
 CT Scanning toraks
 Bronkoskopi + biopsy transbronkial (TBLB)

Standar Pelayanan Medis Paru 43


 TTB ( biopsy transtorakal) dengan
tuntunan fluoroskopi atau CT Scanning
toraks.
 Torakotomi bila diagnosis pasti tidak dapat
ditegakkan.

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat jalan

Catatan :
Bila rawat inap diagnostik lebih cepat.

7. Terapi
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa : -

7.2. Terapi medikamentosa :  Simptomatik


 Terapi sesuai dengan penyakit

7.3. Terapi bedah : Sesuai indikasi

8. Standard rumah sakit : Tipe B atau D

9. Penyulit ( komplikasi )
9.1. karena penyakit : Batuk darah
 Kanker, penyakit memburuk
 Mikosis, infeksi sistemik

9.2. karena tindakan : Batuk darah, pneumotoraks

10. Infeormed consent (tertulis ) : Perlu, karena banyak dilakukan tindakan invasif

11. Standard tenaga : Dokter Spesialis Paru

12. Lama Perawatan :  Tanpa pembedahan, 10-14 hari


 Dengan pembedahan 20 hari

13. Masa Pemulihan : Dengan pembedahan 7 hari.

Standar Pelayanan Medis Paru 44


14. Output :  Bukan kanker : sembuh
 Kanker : kekambuhan, penyebaran
penyakit

15. PA : Diperlukan untuk diagnostik pasti

16. Autopsy / risalah rapat : Dianjurkan

17. Bidang terkait :  Anestesi


 Bedah toraks
 Laboratorium Patologi Klinik
 Mikologi

18. Fasilitas khusus : Kamar bedah toraks, bila dilakukan tindakan


bedah.

19. Pencegahan : Untuk penemuan kasus yang lebih dini, setiap


penderita dengfa gejala-gejala pernafasan, umur
> 50 tahun, perokok berat, sputum BTA (-),
dengan dugaan tuberculosis atau pneumonia
berulang, harus dicurigai menderita kanker paru,
bila respon klinik pada awal pengobatan tidak
memadai. Pada kasus-kasus seperti ini,
pemeriksaan yang menjurus kepada kanker paru
harus dilaksanakan.

Standar Pelayanan Medis Paru 45


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

PENYAKIT JAMUR
PARU Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : PENYAKIT JAMUR PARU

2. Criteria Diagnosis : Penyakit jamur paru adalah infeksi paru yang


disebabkan oleh jamur, baik infeksi primer
maupun infeksi sekunder.

Tidak ada gejala yang khas, gejala dapat


berupa :
 Batuk-batuk
 Batuk darah berulang
 Demam
 Mungkin timbul sesak nafas

Factor predisposisi :
 Penderita diabetes mellitus
 Penderita yang mendapat antibiotika atau
steroid untuk jangka waktu yang lama.
 Penderita yang mendapat sitostatika.
 Penderita dengan defisiensi imunologis

3. Diagnosis diferensial :  Pneumonia karena sebab lain.


 Tuberculosis paru.
 Tumor paru.

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks.

Standar Pelayanan Medis Paru 46


 Mikroskopik dan biakan jamur dari
sputum, bilasan bronkus, biopsy paru.
 Serologi jamur

4.2. Khusus :  Bronkoskopi, bilasan bronkus, TBLB


 Tomogram atau
 CT Scanning toraks dengan kontras.

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap untuk pasien dengan batuk darah,
atau keadaan umum buruk.

7. Terapi
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 Fisioterapi (atas indikasi)
7.2. Terapi medikamentosa :
Tergantung jenis jamur, umumnya dipakai obat
golongan ketokonazol, itrakonakol atau
7.3. Terapi bedah : flukonazol. Kadang-kadang perlu amfoterisin B.

Bila ada “fungus ball” disertai batuk darah


biasanya perlu pembedahan (reseksi paru)

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit tipe C


 Rumah Sakit tipe B/A bila diperlukan
tindakan bedah.

9. Penyulit ( komplikasi )
9.1. karena penyakit :  Batuk darah
 Sepsis

9.2. karena tindakan : -

10. Infeormed consent (tertulis ) : Perlu, bila perlu tindakan invasif

11. Standard tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Paru

12. Lama Perawatan : Tergantung perjalanan penyakit

Standar Pelayanan Medis Paru 47


13. Masa Pemulihan : Tergantung perjalanan penyakit.

14. Output :  Sembuh


 Sembuh parsial

15. PA : Perlu, bila dilakukan reseksi paru.

16. Autopsy / risalah rapat :  Masih ada batuk darah berulang


 Bila diagnosis pasti belum dapat
ditegakkan.

17. Bidang terkait :  Radiology


 Bedah toraks
 Parasitologi
 Mikologi

Kamar bedah toraks, bila dilakukan tindakan


18. Fasilitas khusus : bedah.

19. Pencegahan Untuk penemuan kasus yang lebih dini, setiap


penderita dengfa gejala-gejala pernafasan, umur
> 50 tahun, perokok berat, sputum BTA (-),
dengan dugaan tuberculosis atau pneumonia
berulang, harus dicurigai menderita kanker paru,
bila respon klinik pada awal pengobatan tidak
memadai. Pada kasus-kasus seperti ini,
pemeriksaan yang menjurus kepada kanker paru
harus dilaksanakan.

Standar Pelayanan Medis Paru 48


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

PENYAKIT PARU KERJA


Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : PENYAKIT PARU KERJA

Penyakit paru akibat kerja meliputi antara lain :


 Pneumoconiosis pekerja tambang
batubara.
 Asbestosis
 Silicosis
 Pneumoconiosis lain
 Bisinosis

2. Criteria Diagnosis :  Riwayat pekerjaan / paparan yang akurat


dan terinci.
 Keluhan tergantung berat ringannya
penyakit, mulai dari batuk, sesak napas,
penurunan berat badan sampai pada
kecacatan yang menetap.
 Pemeriksaan faal paru tergantung berat
ringannya penyakit, mulai dari yang ringan
“reversible” sampai pada yang berat dan
“irreversible”.
 Gambaran radiology tergantung berat
ringannya penyakit, dinilai berdasarkan
klasifikasi ILO tentang gambaran
radiologis pneumoconiosis.

3. Diagnosis diferensial : Dapat berupa berbagai kelainan paru, seperti


antara lain :
 Bronchitis kronik

Standar Pelayanan Medis Paru 49


 Asma bronkiale
 Penyakit paru interstitial lain.

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks.
 Uji faal paru.

4.2. Khusus :  Uji provokasi bronkus.


 CT Scanning toraks.

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Pada kasus berat dan atau dengan kasus-kasus
komplikasi kardiopulmoner dan komplikasi lain.

7. Terapi : Penanganan pada dasarnya meliputi penanganan


keluhan paru sesuai dengan kelainan yang ada,
termasuk penanganan kardiopulmoner dan
komplikasi lainnya.

Catatan :
 Pemeriksaan kesehatan berkala termasuk
pemeriksaan fungsi paru memegang
peranan utama untuk deteksi sedini
mungkin dan mencegah kecacatan tetap.
 Prinsip-prinsip kesehatan kerja perlu selalu
ditaati.

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit tipe B / C

9. Penyulit ( komplikasi )
9.1. karena penyakit :  Korpulmonale
 Gangguan paru dan pernafasan yang
menetap
 Mesotelioma dan kanker paru pada
paparan debu asbes.
 Tuberculosis paru pada paparan debu
silica.

9.2. karena tindakan : -

10. Infeormed consent (tertulis ) : Diperlukan pada tindakan-tindakan khusus.

Standar Pelayanan Medis Paru 50


11. Standard tenaga :  Dokter spesialis paru, untuk penanganan
khusus di bidang masalah paru.
 Dokter kesehatan kerja untuk penanganan
umum dan lingkungan kerja.

12. Lama Perawatan : Tergantung berat penyakit dan respons terhadap


pengobatan.

13. Masa Pemulihan : Tergantung berat penyakit dan respons terhadap


pengobatan.

14. Output :  Sembuh


 Kelainan menetap.
 Pada keadaan yang berat (komplikasi)
dapat terjadi kematian.

15. PA : -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiology


 Kesehatan kerja

18. Fasilitas khusus : Laboratorium khusus analisis material.

Standar Pelayanan Medis Paru 51


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

PLEURITIS
EKSUDATIVA TB Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : PLEURITIS EKSUDATIVA TB

Pleuritis eksudativa TB adalah peradangan pleura


disertai terbentuknya cairan eksudat yang
disebabkan oleh infeksi tuberculosis.

2. Criteria Diagnosis : Batuk-batuk, demam, nyeri dada sisi yang sakit,


sesak nafas. Hemitoraks sisi yang sakit lebih
cembung, pergerakan tertinggal pada pernafasan
Perkusi pekak/redup, suara napas melemah,
mediastinum terdorong ke sisi yang sehat.

3. Diagnosis diferensial :  Empiema


 Abses paru
 Efusi pleura ganas
 Tumor paru

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral.
 Foto toraks lateral dekubitus bila cairan
sedikit.
 Uji tuberculin

4.2. Khusus :  Punksi pleura untuk pemeriksaan cairan


pleura : uji rivalta (+)
 Hitung jenis sel, sel monoklear dominan,

Standar Pelayanan Medis Paru 52


kadar glukosa rendah, BTA.
 Biopsi pleura : ditemukan tuberkel &
radang kronik.

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Umumnya berobat jalan. Rawat inap bila


penderita sesak nafas.

7. Terapi :
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa : -

7.2. Terapi Medikamentosa : sama dengan terapi tuberculosis paru, ditambah


dengan prednison 4 x 10 mg, kemudian dosis
diturunkan tiap 5 – 7 hari.

7.3. Terapi Khusus : Punksi pleura semaksimal mungkin baik pada


pasien sesak napas maupun tanpa sesak napas.

8. Standard rumah sakit : Rumah Sakit tipe C dengan fasilitas dokter


spesialis paru dan memiliki CT-Scanning toraks.

9. Penyulit ( komplikasi ) :  Infeksi berlanjut menjadi empiema


 Fistula bronkopleural

10. Infeormed consent (tertulis ) : Bila akan melakukan tindakan invasif

11. Standard tenaga :  Dokter umum


 Dokter spesialis paru

12. Lama Perawatan : Sampai gejala toksik pasien hilang

13. Masa Pemulihan : 2 – 4 minggu

14. Output : Biasanya sembuh baik, bila berobat dengan


teratur

Standar Pelayanan Medis Paru 53


15. PA : Perlu

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiology


 Mikrobiologi
 Patologi Anatomi

18. Fasilitas khusus :

Standar Pelayanan Medis Paru 54


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

PNEUMONIA
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : PNEUMONIA

Ialah infeksi akut pada parenkim paru yang


dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun
parasit.

2. Criteria Diagnosis : Demam, batuk-batuk (dari kering sampai


berdahak), sesak napas yang semakin memberat
dan kadang-kadang disertai nyeri dada dan
batuk darah.

3. Diagnosis diferensial :  Tumor Paru


 TB Paru
 Mikosis Paru
 Efusi pleura (bila lesi terletak di lobus
bawah paru).

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral.
 Laboratorium rutin darah
- jumlah leukosit meninggi
- pada hitung jenis terdapat dominasi sel
leukosit PMN.
 Pemeriksaan bakteriologik sputum.

4.2. Khusus : Pemeriksaan mikroorganisme dan uji


resistensi dari :

Standar Pelayanan Medis Paru 55


 Sputum
 Aspirat transtrakea
 Aspirat transtorakal
 Bilasan bronkus

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap, terutama pada penderita yang


secara nyata membutuhkan O2 atau mengalami
komplikasi, terlihat dari frekruensi napas >
20x/m dan dangkal, demam tinggi (> 38 o C),
dehidrasi, septicemia.

7. Terapi :
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 O2
 Hidrasi (terapi cairan)

7.2. Terapi Medikamentosa :  Awal terapi bersifat empirik


 Antibiotika sesuai hasil bakteriologi
 Mukolitik
 Ekspektoran

7.3. Terapi Khusus :  Pengisapan lendir bila perlu dengan


bronkoskop
 Bronchial toilet bila terdapat :
- retensi sputum
- atelektasis.
 Ventilator mekanik bila terjadi gagal
napas.

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit tipe D


 Rumah sakit tipe C/B dengan spesialis
paru khususnya pada kasus yang
mengalami komplikasi atau tanda-tanda
gagal napas.

9. Penyulit
9.1. Karena Penyakit :  Abses paru
 Empiema
 Atelektasis
 Septicemia
 Gagal napas

Standar Pelayanan Medis Paru 56


9.2. Karena Tindakan :  Perdarahan
 Empiema
 Septikemia

10. Infeormed consent (tertulis ) : Perlu, bila diperlukan tindakan diagnostik


invasive atau pemasangan ventilator mekanik.

11. Standard tenaga :  Dokter umum


 Dokter spesialis paru, khususnya pada
pasien dengan penyulit atau terdapatnya
tanda-tanda gagal napas.

12. Lama Perawatan : 1 –2 minggu

13. Masa Pemulihan : + 1 minggu

14. Output :  Sembuh total


 Komplikasi
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Patologi klinik
 Mikrobiologi

18. Fasilitas khusus : ICU bila terjadi gagal napas.

Standar Pelayanan Medis Paru 57


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

PNEUMOTORAKS
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : PNEUMOTORAKS

Ialah adanya udara bebas didalam rongga pleura


antara dinding dada dan paru yang disebabkan
oleh trauma dada, penyakit paru, atau yang
terjadi secara spontan. Kadang-kadang terjadi
pada wanita akibat endometriosis (yang terjadi
bersamaan saat haid).

2. Criteria Diagnosis : Pada foto toraks terlihat udara dalam rongga


dada dan kolaps paru yang dibatasi oleh
bayangan pleura visceral. Sesak napas dan atau
nyeri dada yang terjadi mendadak dan semakin
memberat. Pada pneumotoraks tekan (venti
pneumothorax) sesak napas semakin lama
semakin hebat, nadi lebih cepat, gelisah, keringat
dingin dan sianosis.

3. Diagnosis diferensial :  Emfisema


 Asma bronchial
 IMA ( Infark Miokard Akut )
 Emboli paru

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA
Kadang-kadang diperlukan foto dalam
ekspirasi maksimal bila diduga disertai

Standar Pelayanan Medis Paru 58


efusi pleura

4.2. Khusus :  Bronkoskopi

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Setiap pasien pneumotoraks harus dirawat


terutama bila disertai dengan keluhan :
 Sesak nafas
 Luas pneumotoraks > 10 %

7. Terapi :
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Pemasangan “mini WSD”
 Oksigen
 Fisioterapi

7.2. Terapi Medikamentosa : Jika disebabkan oleh TB paru diperlukan


obat-obat anti tuberculosis (OAT).

7.3. Terapi Khusus :  Pemasangan WSD


 IPPB
 Jika pneumotorakas berulang pleurodesis
secara bedah.
 Torakoskopi untuk pemasangan cleps.

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit tipe C dan D bila gejala lebih
ringan dan kalau paru kolaps sebagian
kecil (< 10 % ). Rumah Sakit tipe B
dengan dokter spesialis paru untuk
tindakan khusus.

9. Penyulit
9.1. Karena Penyakit :  Emfisema subkutis.
 Efusi pleura
 Empiema
 Pada pneumotoraks tekan dapat terjadi
torsi jantung dan pembuluh darah besar.
 Gagal nafas
9.2. Karena Tindakan :
 Emfisema subkutis
 Edema paru
 Perdarahan
 Empiema

Standar Pelayanan Medis Paru 59


10. Infeormed consent (tertulis ) : Perlu, terutama bila akan dilakukan tindakan
pemasangan WSD dan atau pembedahan.

11. Standard tenaga :  Dokter umum terutama dalam keadaan


akut sampai pemasangan “mini WSD”
atau pemasangan WSD. Dokter Spesialis
Paru atau dokter bedah.

12. Lama Perawatan : Sampai paru mengembang sempurna dan tidak


terjadi lagi pneumotoraks.

13. Masa Pemulihan : + 1 minggu

14. Output :  Sembuh total


 Sembuh parsial tanpa keluhan tetapi
pengembangan paru tidak sempurna.
 Komplikasi
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsy / risalah rapat : Bila mungkin.

17. Bidang terkait :  Bedah toraks


 Anestesi
 Rehabilitasi Medik

18. Fasilitas khusus :  OK


 ICU

Standar Pelayanan Medis Paru 60


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

PNEUMONIA
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : PNEUMONIA

Ialah infeksi akut pada parenkim paru yang


dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun
parasit.

2. Criteria Diagnosis : Demam, batuk-batuk (dari kering sampai


berdahak), sesak napas yang semakin memberat
dan kadang-kadang disertai nyeri dada dan
batuk darah.

3. Diagnosis diferensial :  Tumor Paru


 TB Paru
 Mikosis Paru
 Efusi pleura (bila lesi terletak di lobus
bawah paru).

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral.
 Laboratorium rutin darah
- jumlah leukosit meninggi
- pada hitung jenis terdapat dominasi sel
leukosit PMN.
 Pemeriksaan bakteriologik sputum.

4.2. Khusus : Pemeriksaan mikroorganisme dan uji


resistensi dari :

Standar Pelayanan Medis Paru 61


 Sputum
 Aspirat transtrakea
 Aspirat transtorakal
 Bilasan bronkus

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap, terutama pada penderita yang


secara nyata membutuhkan O2 atau mengalami
komplikasi, terlihat dari frekruensi napas >
20x/m dan dangkal, demam tinggi (> 38 o C),
dehidrasi, septicemia.

7. Terapi :
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 O2
 Hidrasi (terapi cairan)

7.2. Terapi Medikamentosa :  Awal terapi bersifat empirik


 Antibiotika sesuai hasil bakteriologi
 Mukolitik
 Ekspektoran

7.3. Terapi Khusus :  Pengisapan lendir bila perlu dengan


bronkoskop
 Bronchial toilet bila terdapat :
- retensi sputum
- atelektasis.
 Ventilator mekanik bila terjadi gagal
napas.

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit tipe D


 Rumah sakit tipe C/B dengan spesialis
paru khususnya pada kasus yang
mengalami komplikasi atau tanda-tanda
gagal napas.

9. Penyulit
9.1. Karena Penyakit :  Abses paru
 Empiema
 Atelektasis
 Septicemia
 Gagal napas

Standar Pelayanan Medis Paru 62


9.2. Karena Tindakan :  Perdarahan
 Empiema
 Septikemia

10. Infeormed consent (tertulis ) : Perlu, bila diperlukan tindakan diagnostik


invasive atau pemasangan ventilator mekanik.

11. Standard tenaga :  Dokter umum


 Dokter spesialis paru, khususnya pada
pasien dengan penyulit atau terdapatnya
tanda-tanda gagal napas.

12. Lama Perawatan : 1 –2 minggu

13. Masa Pemulihan : + 1 minggu

14. Output :  Sembuh total


 Komplikasi
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Patologi klinik
 Mikrobiologi

18. Fasilitas khusus : ICU bila terjadi gagal napas.

Standar Pelayanan Medis Paru 63


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

Ialah kelompok aru kronik yang tidak diketahui


etiologinya, yang mengakibatkan obstruksi jalan
napas yang irreversible dan ditandai dengan
peningkatan tahanan aliran udara di saluran
napas. Penyakit paru kronik yang termasuk PPOK
ialah emfisema bronchitis kronik dan penyakit
saluran napas perifer lainnya.

2. Criteria Diagnosis :  Bronchitis kronik


Batuk-batuk produktif 3 bulan dalam
setahun minimal 2 tahun berturut-turut,
mungkin tidak disertai kelainan
pemeriksaan jasmani atau ditemukan
ronki basah di kedua paru.

 Emfisema
Sesak napas menetap dengan progresif.
Pada pemeriksaan fisik, dada cembung,
hipersonor, suara napas melemah,
mungkin terdengar mengi.

3. Diagnosis diferensial :  Asma bronchial


 Bronkiektasis
 Sindroma Obstruksi Pasca tuberculosis
(SOPT)

Standar Pelayanan Medis Paru 64


4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral
 AGDA

 Spirometri
 Uji bronkodilator
4.2. Khusus :  1 anti tripsin
 DLCO

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Jantung bila terjadi komplikasi


cardiovaskuler

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap pada eksasebasi acut.

7. Terapi :
Jangka Panjang
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  “Domiciliary oxygen therapy” dengan
aliran rendah + 15 jam/hari bila PaO2 <
55 mmHg
 fisioterapi
- latihan relaksasi
- latihan bernafas
 Rehabilitasi psikis
 Rehabilitasi pekerjaan
 Pendidikan kesehatan kepada
keluarganya.

7.2. Terapi Medikamentosa :  Bronkodilator aminofilin atau teofilin dan


beta 2 agonis
 Mukolitik dan ekspektoran
 Antibiotika atas indikasi
 Natrium kromolin
 Kortikosteroid inhalasi/oral bila ada respon
perbaikan FEV 1 > 20 %

Pada Eksaserbasi akut :  Oksigen dengan aliran rendah


 Bronkodilator inhalasi beta 2 agonis
dengan :
- Nebulisasi
- Inhaler + “spacer”
 Bronkodilator aminofilin I.V
 Mukolitik inhalasi (asitilsistein) diberikan
bersama bronkodilator inhalasi
 Inspiratory Positive Pressure Breathing
(IPPB).
 Antibiotika atas indikasi

Standar Pelayanan Medis Paru 65


 Kortikosteroid

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit tipe D

9. Penyulit
9.1. Karena Penyakit :  Kor pulmonale
 Gagal napas

9.2. Karena Tindakan :  Intoksikasi oksigen

10. Infeormed consent (tertulis ) : Perlu

11. Standard tenaga : Dokter umum

12. Lama Perawatan : 2 – 4 minggu

13. Masa Pemulihan : 2 minggu

14. Output :  Sembuh parsial, penyakit bersifat


progresif, menjadi lebih berat walaupun
eksaserbasi sudah diatasi
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Anestesi


 Kardiologi

18. Fasilitas khusus :  ICU

19. Pencegahan :  Menghindari factor-faktor seperti polusi


udara, rokok, pekerjaan tertentu, infeksi
adalah sangat penting.
 Menegakkan diagnosis sedini mungkin
terutama menentukan ada tidaknya

Standar Pelayanan Medis Paru 66


obstruksi saluran napas agar dapat
diberikan pengobatan maksimal dan
mengembalikan / memelihara fungsi paru
yang normal.

Standar Pelayanan Medis Paru 67


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

TENGGELAM
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : TENGGELAM

2. Criteria Diagnosis : Keadaan akut dengan riwayat tenggelam dalam


air tawar, laut atau air es.

3. Diagnosis diferensial : -

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Laboratorium : hemoglobin, hematokrit
Uji hemolisis
Elektrolit
 AGDA
 EKG
4.2. Khusus :  EEG

 Tekanan darah
 “Alveolar arterial oxygen gradient”
 CVP
 Swan Ganz Catheter

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap, setiap penderita dengan tenggelam


harus segera dirawat.

Standar Pelayanan Medis Paru 68


7. Terapi :
Pengobatan Segera
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Resusitasi kardiopulmoner (RKP)
 Oksigen
 Infus
 Pemanasan bila suhu < 28-30o C (cairan
infus dihangatkan, selimut)

7.2. Terapi Medikamentosa :  Aminofilin atau b-2 agonis bila didapatkan


bronkospasme.
 Koreksi asidosis metabolic
 Antibiotika atas indikasi
 Kortikosteroid dosis rendah 5 mg/Kg/24
jam dibagi 6 dosis

7.3. Terapi Khusus :  Menggunakan ventilator mekanik bila


hipoksemia berat.

8. Standard rumah sakit :  Rumah Sakit tipe B atau C

9. Penyulit
9.1. Karena Penyakit :  Infeksi
 Hipoksemia karena aspirasi, edema paru
 Fibrilasi ventrikel (tenggelam di air tawar)
9.2. Karena Tindakan :  Gangguan fungsi ginjal (albuminuria,
hemoglobulinuria, anuria)
 Gangguan saraf : koma lama.

 Patah tulang iga

10. Infeormed consent (tertulis ) : Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan
ventilator mekanik

11. Standard tenaga : Dokter umum, Dokter Spesialis Paru

12. Lama Perawatan : 1 – 2 minggu

13. Masa Pemulihan : 1 + minggu

14. Output :  Sembuh baik bila tanpa aspirasi cairan dan


RKP segera.

Standar Pelayanan Medis Paru 69


 Sembuh parsial
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Anestesi


 Penyakit Dalam
 Neurologi

18. Fasilitas khusus :  ICU

Standar Pelayanan Medis Paru 70


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

TUBERKULOSIS PARU
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : TUBERKULOSIS PARU

Ialah penyakit infeksi di paru yang bersifat kronik


dan menular disebabkan oleh mycobacterium
tuberkulosis

2. Criteria Diagnosis : Gejala klinis yang dianggap (+) adalah batuk


ringan (dengan atau tanpa dahak) sampai berat
atau batuk darah, gejala seperti flu yang hilang
timbul dan semakin sering serta demam
terutama senja hari. Foto toraks dianggap (+)
bila menggambarkan corakan yang bersifat
multiform yaitu bercak berawan (infiltrat),
mungkin disertai bercak kapur, garis fibrotik
dengan atau tanpa kavitas.

3. Diagnosis diferensial :  Bronkopneumonia


 Bronkiektasis
 Mikosis (infeksi jamur)
 Tumor paru

Penyakit ini perlu diwaspadai pada kasus yang


termasuk risiko tinggi untuk kanker paru yakni
umur 40-50 tahun, laki-laki, perokok berat, BTA
sputum (-) tidak menampakkan respons klinik
yang memadai pada awal pemeriksaan.

Standar Pelayanan Medis Paru 71


4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA (dan lateral, terutama bila
lesi terletak dilapangan tengah)
 BTA sputum langsung
 Biakan M. tuberculosis dan uji resistensi
 Laboratorium darah rutin
- jumlah leukosit mungkin normal atau
sedikit meninggi
- LED > 30 mm/jam
- Hitung jenis, biasanya dominasi
limfosit
- HB rendah pada kasus yang sudah
lama
 Uji mantoux bila perlu

4.2. Khusus : Pada kasus-kasus yang masih meragukan :


 Bilasan bronkus untuk pemeriksaan
kuman tuberculosis (sediaan langsung,
biakan). Pada anak biasanya dipakai
bilasan lambung
 Pemeriksaan serologi
 PCR

Ada beberapa teknik baru untuk biakan kuman


tuberculosis seperti BACTEC Mycodot.

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit :  Pada prinsipnya pasien TB paru dapat


berobat jalan.
 Indikasi rawat.
- batuk darah massif
- pneumothoraks
- keadaan umum lemah
- sesak nafas
- komplikasi lain.

7. Terapi :
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Perbaikan gizi
 Pendidikan kesehatan

7.2. Terapi Medikamentosa : OAT (obat anti tuberculosis)

Paduan yang dianjurkan :


 2 RHZE/4 R2H2 atau 2 RH2/4 RH (6
bulan)

Standar Pelayanan Medis Paru 72


 2 SHE/10-16 HE (12-18 bulan)
 1 SHE/11 S2 HE (12 bulan)

pedoman pengobatan menurut pengurus pusat


PDPI

PDPI pusat sudah membuat pedoman tentang


pengobatan TB paru sebagai berikut : untuk
semua kategori jika ada biakan BTA, pengobatan
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan kuman
tuberculosis
a) Kasus
baru BTA positif
2 RHZE / 4 RH alternatif 2 RHZE / 4 R3H3
2 RHZE / 6 HE
bila lesi luas atau ada penyakit
penyerta/komorbid, misalnya, diabetes
mellitus 2 RHZ / 7 RH

b) Kasus
baru BTA negatif
2 RHZ / 4 RH alternatif 2 RHZ / 4 R3H3
2 RHZ / 6 HE

c) TB
Paru kasus gagal yaitu tidak menunjukkan
konversi sputum setelah pengobatan selama
5 – 6 bulan pengobatan.
 Bila ada pola resistensi @ 4-5 OAT dengan
2 obat yang sensitive
 Bila tidak ada pola resistensi @ RHZE,
sambil menunggu hasil uji resistensi
 Lama pengobatan 1-2 tahun
 Pengawasan alternatif 2 RHZES/ 1 RHZE /
5 R3H3E3

d) TB
paru kasus kambuh
3 RHZE / 6 RH alternatif 2 RHZES / 1 RHZE /
6 HE

e) Kasus
putus berobat
 Riwayat > 4 bulan, BTA negatif, foto
toraks inaktif @ tak perlu diobati.
 Pengobatan > 4 bulan, BTA positif
- pengobatan dari awal
- paduan obat lebih kuat
- jangka waktu pengobatan
 pengobatan < 4 bulan, BTA negatif,

Standar Pelayanan Medis Paru 73


penghentian pengobatan > 1 bulan
pengobatan dari awal
-
paduan obat sama
-
 berobat < 4 bulan, BTA negatif
penghentian pengobatan 2 – 4 minggu
- pengobatan terus sesuai jadual 2
RHZ / 4 h2R2 :
 2 bulan pertama diberikan RHZ
setiap hari (daily)
 4 bulan diberikan R & H
masing-masing 2 kali seminggu
(twice weekly)

Keterangan :
R : Rifampisin
7.3. Pengobatan Khusus : N : INH ( Isoniazid)
E : Etambutol
Z : PiraZINAMID
S : Streptomisin

 terapi bedah bila :


- batuk darah massif
- kavitas atau destroyed lung / lobe
dengan BTA persisten positif
 “Multi drug resisten” (MDR) : (golongan
Quinolon)

8. Standard rumah sakit : Rumah Sakit tipe D, tipe B bila diperlukan


tindakan bedah.

9. Penyulit
9.1. Karena Penyakit :  penyebaran milier
 TB Ekstrapulmoner
 Destroyed lung / lobe
 Batuk darah massif / berulang

9.2. Karena Tindakan : -

catatan :
pada pengobatan TB Paru, pemantauan respons
klinik pada awal penyakit amat penting. Usia >
50, sputum BTA (-) perokok berat, sebagian
dilakukan pemeriksaan diagnostik kearah kanker
paru :
 Sitologi sputum
 Bronkoskopi
 TTB
 CT Scanning toraks dengan kontras

Standar Pelayanan Medis Paru 74


Hal ini perlu diperhatikan, karena amat sering
ditemukan kaus yang diduga TB, ternyata
belakangan terbukti kanker paru dengan
demikian diagnosis terlambat.

10. Infeormed consent (tertulis ) : Perlu ada indikasi

11. Standard tenaga : Dokter umum

12. Lama Perawatan :  Umumnya tidak perlu dirawat


 Hemoptisis tidak massif : 7 – 14 hari

13. Masa Pemulihan : Bila tanpa peyulit dapat bekerja biasa

14. Output :  Sembuh total


 Sembuh parsial
 Komplikasi
 Meninggal

15. PA : Jika dilakukan tindakan bedah

16. Autopsy / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiology


 Mikrobiologi
 Bedah toraks

18. Fasilitas khusus :  Kamar bedah toraks, bila perlu tindakan


bedah.

Standar Pelayanan Medis Paru 75


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan

TUMOR MEDIASTINUM
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : TUMOR MEDIASTINUM

2. Criteria Diagnosis : Ialah ditemukan massa dalam mediastinum pada


foto toraks. Gejala klinik kadang-kadang tidak
ada. Bila ukuran tumor besar atau tumor ganas
dapat timbul keluhan sesak nafas, nyeri dada,
sindrom vena kava superior.

Tumor mediastinum mencakup berbagai kelainan


yang bersifat “space occupying” seperti :
 Neoplasma jinak, misalnya teratoma,
tinoma, neurofibroma.
 Neoplasma ganas primer/metastasis :
limfoma malignum, metastasis kanker
lain, karsinomatosa, sarcoma.
 Aneurisma aorta, struma retrosternal
 Kelaiann congenital : kista bronkogen.
 Mediastinitis, limfadenitis tuberkulosa.

Timoma kadang-kadang disertai miastenia gravis.

3. Diagnosis diferensial : Kanker paru Primer

4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral

 Bronkoskopi

Standar Pelayanan Medis Paru 76


 Biopsy aspirasi transtorakal, sitologi (bila
mungkin).
4.2. Khusus :  Tomogram atau
 CT Scanning toraks
 Esofagogram, BMR, scanning tiroid
 EMG bila ada miastenia gravis
 Torakotomi, biopsy, pemeriksaan
histopatologi

5. Konsultasi :  Dokter Spesialis Paru


 Dokter Spesialis Radiologi
 Dokter Ahli Bedah Toraks

6. Perawatan rumah sakit : Perlu

7. Terapi :
Umum
7.1. Terapi nonmedikamentosa : -

7.2. Terapi Medikamentosa : kemoterapi bila perlu sesuai jenis tumor

7.3. Terapi Khusus :  Ekstirpasi tumor bila memungkinkan,


kecuali limfoma malignum
 Radioterapi untuk tumor-tumor yang
radiosensitive.

8. Standard rumah sakit : Rumah Sakit kelas B dengan dokter spesialis


paru dan atau dokter spesialis bedah toraks.

9. Penyulit
9.1. Karena Penyakit :  Sindroma vena cara superior
 Disfagia
 Miastenia gravis
9.2. Karena Tindakan :  Kelumpuhan diafragma
 Gagal nafas

Biopsy aspirasi transtrorakal : perdarahan

10. Infeormed consent (tertulis ) : Perlu

11. Standard tenaga : Dokter Spesialis paru

Standar Pelayanan Medis Paru 77


12. Lama Perawatan : 2 – 4 minggu

13. Masa Pemulihan : 1 - 2 minggu pasca bedah

14. Output :  Sembuh total


 Sembuh parsial
 Komplikasi
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsy / risalah rapat : Sangat dianjurkan

17. Bidang terkait :  Bedah toraks


 Pa
 Radioterapi
 Penyakit dalam
 Neurology

18. Fasilitas khusus :  Radioterapi


 Kamar bedah toraks

Standar Pelayanan Medis Paru 78


PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
BADAN RSU dr.SAYIDIMAN
Jalan Pahlawan No. 2 Telp. (0351) 895023 Fax. (0351) 895067.
M A G E T A N 63318

RS dr. Sayidiman STANDAR Kepala Badan


Magetan PELAYANAN MEDIS PARU RSU dr. Sayidiman Magetan
Jl. Pahlawan no. 2
Magetan
PEMERIKSAAN
KESEHATAN
Dr. H. HARRY SUSANTO

Nomor: Terbit ke : 1 Tanggal :


/YANMED/VIII/2005

1. Nama penyakit / diagnosa : PEMERIKSAAN KESEHATAN

2. Criteria Diagnosis :  Pemeriksaan kesehatan berkala


 Pemeriksaan prasyarat bekerja

3. Diagnosis diferensial : -

4. Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis  Keluhan yang ada
 Riwayat penyakit paru yang pernah
diderita atau yang masih diderita saat ini.
 Riwayat penyakit lainnya yang pernah
atau masih diderita.
 Riwayat kebiasaan pribadi : merokok,
minuman keras.
 Riwayat pekerjaan : jenis pekerjaan, lama
bekerja, zat yang terpajan, keluhan akibat
pekerjaan.
 Riwayat lingkungan tempat tinggal,
tempat bekerja.

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Pemeriksaan fisik/jasmani : Bisa tidak ditemukan kelainan

Standar Pelayanan Medis Paru 79


7. Pemmeriksaan penunjang : 1. rontgen toraks PA jika perlu lateral
2. uji faal paru

catatan :
selain pemeriksaan umum dapat dilakukan
uji faal paru yang bersifat khusus sesuai
kebutuhan.
3. Pemeriksaan lain jika ditemukan kelainan
 Dahak :
- BTA 3 hari berturut-turut dengan
biakan dan uji resistensi bila perlu
- Pulasan gram (pada dugaan infeksi
bacterial).
- Jamur (pada dugaan infeksi jamur,
namun harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan lain).
- Sitologi (pada kecurigaan keganasan
paru dan saluran nafas).

 Radiology lain (seperti fluoroskopi,


USG, CT-scanning toraksdll).
 Pemeriksaan lain yang dianggap terkait
langsung dengan kelainan di paru

8. Output :  Tidak ditemukan gangguan atau penyakit


pada saluran napas dan paru, pasien
dapat bekerja biasa dan melakukan semua
aktivitas.

 Ditemukan gangguan atau penyakit pada


saluran napas dan paru, pasien dapat
bekerja dan melakukan aktifitas dengan
pembatasan.

 Ditemukan gangguan atau penyakit pada


saluran naps dan paru, pasien dianjurkan
untuk tidak bekerja atau beraktivitas
untuk sementara waktu dan seterusnya.

Standar Pelayanan Medis Paru 80

You might also like