You are on page 1of 9

AL-ARD

AL-ARD: JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN JURNAL


Vol.4 No.2 - Juli 2019 (01-09) TEKNIK LINGKUNGAN

www.al-ard.uinsby.ac.id

UPAYA ADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM AKIBAT KEGIATAN


TRANSPOTASI DI INDONESIA

Aidatul FItriyah 1, Yunita Nur R. 2, Vina Nirma Wahyuni 3, Yusril Khoirusyi 4 dan
Viqrisyam Rizky Yuniarta 5
1Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Indonesia
aidaftayah@uinsby.ac.id
2Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Indonesia

YunitaNR@uinsby.ac.id
3Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Indonesia

vinanirma@uinsby.ac.id
4Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Indonesia

Yusrilkho@uinsby.ac.id
5Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Indonesia

viqrisyam@uinsby.ac.id

Abstract
Increasing human activity (especially in the transportation sector) causes an increase in the amount of waste
and pollution produced. Among them are in the form of exhaust emissions of CO2 (Carbon dioxide). Carbon
dioxide which is produced continuously and released into the air will damage the ozone layer in the
atmosphere resulting in global climate change. Some of the factors that occur include: increasing air
temperature, rising sea levels, changing rainfall and increasing the frequency and intensity of extreme
weather events. Certainly this will again affect human activities including the transportation sector, especially
the railway, aviation or other transportation deposits. Therefore preventive and curative handling is needed
to reduce these impacts. One of them is in the form of Adaptation and Mitigation policies. This study will
explain how the Adaptation and Mitigation approach that can be carried out in the field of railways and
aviation or other transportation sectors in the face of global climate change is expected to increase in the
future.

Keywords: Global Climate Change, Transportation, Adaptation, Mitigation

Abstrak
Aktivitas manusia yang terus meningkat (terutama dalam sektor transportasi) menyebabkan peningkatan
terhadap jumlah limbah dan polusi yang dihasilkan. Diantaranya adalah berupa emisi gas buang CO2 (Carbon
dioksida). Karbon dioksida yang dihasilkan terus menerus dan dilepas ke udara akan merusak lapisan ozon di
atmosfir berdampak pada terjadinya perubahan iklim global. Beberapa faktor yang terjadi diantaranya berupa:
peningkatan suhu udara, kenaikan permukaan air laut, perubahan curah hujan dan peningkatan frekuensi serta
intensitas kejadian cuaca ekstrim. Tentu hal ini akan kembali mempengaruhi aktivitas manusia diantaranya
sektor transportasi, khususnya bidang perkeretaapian, penerbangan ataupun setor tranportasi lainnya. Oleh
karena itu penanganan secara preventif dan kuratif sangat diperlukan untuk mengurangi dampak tersebut.
Salah satunya adalah dalam bentuk kebijakan Adaptasi dan Mitigasi. Studi ini akan menerangkan bagaimana
pendekatan Adaptasi dan Mitigasi yang bisa dilakukan bidang perkeretaapian maupun penerbangan ataupun
sektor transportasi lainnya dalam menghadapi perubahan iklim global yang diperkirakan semakin meningkat
dimasa-masa yang akan datang.

Kata-Kata Kunci: Iklim Global, Transportasi, Adaptasi, Mitigasi

p-ISSN: 2460-8815 , e-ISSN: 2549-1652


2 Aidatul FItriyah, dkk/ Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.2 - Juli 2019

bakar minyak (BBM) cukup besar di


Indonesia. Ketergantungan sektor transportasi
terhadap BBM telah menimbulkan
1. PENDAHULUAN kekhawatiran karena jumlah cadangan dan
Sekarang ini, dampak negatif perubahan produksi minyak bumi Indonesia terbatas dan
iklim telah menjadi salah satu masalah utama pembakaran BBM menimbulkan pencemaran
di dunia. Hal ini terkait dengan pencemaran berat di kota besar dan juga berdampak pada
gas buang, khususnya CO2, yang sulit terurai di perubahan iklim. Kenaikan CO2 disebabkan
atmosfir, sehingga menghalangi pemantulan antara lain adanya peningkatan aktivitas
kembali sinar matahari yang mengakibatkan manusia yang menggunakan bahan bakar fosil
suhu bumi meningkat. Perubahan iklim yang dipakai dalam transportasi (baik darat,
merupakan suatu fenomena yang telah terjadi laut, maupun udara). . Hal ini disebabkan
dan memiliki dampak yang sudah bisa sarana transportasi tersebut menggunakan
dirasakan oleh berbagai pihak. Untuk itu BBM.
strategi mengutamakan isu perubahan iklim Sementara itu sebagai faktor yang
ke dalam perencanaan pembangunan nasional memberikan dukungan terhadap hampir
termasuk koordinasi, sinergi, monitoring dan semua sektor lainnya, transportasi menjadi
evaluasi merupakan tantangan dalam mitigasi sangat penting bagi kegiatan ekonomi
dan adaptasi terhadap perubahan iklim. masyarakat. Oleh karena itu, sektor
Masyarakat dunia kini telah merasakan transportasi sebagai salah satu penyumbang
dampak dari adanya perubahan iklim. Sebagai emisi gas rumah kaca terbesar memerlukan
negara kepulauan Indonesia mengalami upaya-upaya agar pencemaran dari sektor ini
dampak yang tidak ringan. Anomali cuaca dapat ditekan dan tanpa mengurangi peranan
seperti banjir, kekeringan, dan badai kerap sektor ini bagi pendukung kegiatan ekonomi
terjadi bahkan semakin tinggi intensitasnya. (Ridwan, 2013).
IPCC memprediksi pada tahun 2100 akan
Respon yang dapat dilakukan terkait
terjadi peningkatan suhu ratarata global perubahan iklim yang telah, sedang, dan akan
meningkat 1.4 – 5.8 oC. Dilaporkan pula bahwa terjadi adalah dengan melakukan dua
suhu bumi akan terus meningkat walaupun tindakan. Pertama, melakukan adaptasi untuk
seandainya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) mengatasi akibat atau dampak perubahan
di atmosfer tidak akan bertambah lagi di iklim. Kedua, melakukan mitigasi untuk
tahun 2100, karena konsentrasi GRK, mengatasi penyebab perubahan iklim.
terutama terdiri dari CO2, CH4 dan N2O di Tindakan adaptasi adalah upaya untuk
atmosfer sudah cukup besar dan masa mengatasi dampak perubahan iklim sehingga
tinggalnya (life time) cukup lama, bahkan bisa mampu mengurangi dampak negatif dan
sampai seratus tahun. Peningkatan emisi mengambil manfaat positifnya.
diakibatkan oleh proses pembangunan dan Beberapa komponen utama kegiatan
industri berbahan bakar migas (BBM) yang adaptasi perubahan iklim meliputi antara lain:
semakin meningkat dan kegiatan penggunaan a. Atribusi komponen perubahan iklim
lahan serta alih guna lahan dan kehutanan terhadap kegiatan sosial ekonomi dan
(LULUCF = Land Use, Land Use Change and
biosfer.
Forestry yang sekarang disebut sebagai b. Kajian dan studi dampak.
AFOLU = Agriculture, Forestry and Land Use) . c. Kerentanan terhadap perubahan iklim.
Sumber emisi terbesar berasal dari sektor d. Kapasitas adaptasi dan kajian ketahanan
energi yaitu pembangkit listrik 24%, industri terhadap perubahan iklim.
14%, transportasi 14%, konstruksi 8% dan Sementara itu, tindakan mitigasi adalah
sumber energi lain 5%, dan emisi dari sektor upaya untuk mengatasi penyebab perubahan
non energi yaitu perubahan lahan termasuk iklim melalui kegiatan yang dapat
kehutanan 18%, pertanian 14% dan limbah menurunkan emisi atau meningkatkan
3% (Stern, 2007). penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi.
Sektor transportasi merupakan Pengertian lain mitigasi adalah upaya untuk
salah satu faktor yang secara sinifikan menghindari hal yang tidak dapat dikelola.
Dalam hal ini upaya perubahan dilakukan
memberikan kontribusi terhadap penyebab pada sumber penyebab pemanasan global.
terjadinya perubahan iklim. Transportasi Apabila langkah adaptasi dilakukan dengan
merupakan sektor yang mengkonsumsi bahan benar maka akan dapat mengurangi dampak
Aidatul FItriyah, dkk/ Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.2 - Juli 2019 3

risiko perubahan iklim dan dapat mengambil


langkah optimal dengan memanfaatkan Pemanasan Aktivita
informasi iklim. Sementara itu, langkah Global s non emisi
mitigasi dilakukan dengan asumsi bahwa
masih ada harapan perubahan iklim dapat Perubahan
dicegah terutama untuk generasi mendatang Pencemar
an Udara
Iklim
(Aldrian, Karmini, & dkk, 2011).
Permasalahan yang timbul adalah sejauh
manakah perubahan iklim global terjadi di Dampak
Indonesia, bagaimanakah pengaruhnya -Studi pustaka
-Review
Perubahan
Identifika
Iklim
terhadap bidang transportasi dan bagaimana kebijakan terhadap si Potensi
upaya pendekatan Adaptasi dan Mitigasi tentang Transportasi dan
Permasala
Perubahan
bidang transportasi yang bisa dilakukan dalam Iklim (seperti Dampak han
menghadapi tantangan perubahan iklim global UU, Kepmen, Transportasi Kondisi
Eksisting
tersebut. Berikut akan menerangkan tentang Perpu dan Studi
terkait)
terhadap
Perubahan
terjadinya fenomena perubahan iklim global -Review Iklim
di Indonesia, dampaknya terhadap bidang Kebijakan
Pengembangan
transportasi serta panangananya melalui Transportasi
pendekatan Adapatasi dan Mitigasi. (RPJP, RPJM, Penyusunan
Kebijakan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Renstra,
dan
RIP
Studi dengan
ini adalah mengkaji dampak perubahan iklim terkait) Pendekatan
terhadap transportasi di Indonesia baik Mitigasi dan
adaptasi
ditinjau dari aspek prasarana, sarana dan terhadap
operasional yang kemudian menjadi dasar Sarana dan
Prasarana dan
untuk menyusun kebijakan penanganan
perubahan iklim di bidang transportasi.
2. METODE PENELITIAN Mekanisme Penyelenggaraan
Pembangunan Transportasi yang
Metode penelitian yang dilakukan adalah: Ramah Lingkungan dan
1. Mempelajari isu-isu tentang Berkelanjutan

perubahan iklim global.


2. Mengamati potensi dan permasalahan Gambar 2.1 Metode Penelitian
dampak perubahan iklim global
terhadap bidang transportasi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Melakukan kajian studi pustaka dan 3.1 Dampak Perubahan Iklim terhadap
kebijakan yang terkait dengan Bidang Transportasi
perubahan iklim dan transportasi . Perubahan iklim (climate
4. Menyusun kebijakan untuk mengatasi change) berdampak terhadap berbagai
perubahan iklim yang diakibatkan olek aspek kehidupan baik secara ekonomi,
bidang transportasi dengan cara sosial, lingkungan dan juga
pendekatan Mitigasi dan Adaptasi. transportasi. Secara social ekonomi
Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1 di perubahan iklim khususnya perubahan
bawah ini. iklim secara ekstrem telah
menyengsarakan kehidupan manusia,
dampak yang ditimbulkan sangat
merugikan sehingga manusia sangat
kesulitan baik dalam usaha ekonomi
maupun dalam interaksi dengan
sesamanya. Hujan salju di USA dan
Cina, hujan lebat yang mendatangkan
banjir di sebagian besar wilayah
Indonesia (pada musim hujan),
kekeringan dan kebakaran hutan (di
Australia) telah mendatangkan
kerugian yang sangat besar, aktivitas
ekonomi dan interaksi manusia
mengalamii hambatan.
4 Aidatul FItriyah, dkk/ Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.2 - Juli 2019

Perubahan iklim juga dapat dikarenakan salah satunya oleh emisi


mendatangkan dampak bagi bahan bakar fosil dan perubahan
transportasi. Mencairnya es di kutub bentang alam. Fenomena ini
telah menyebabkan naiknya dilaporkan bertanggung jawab
permukaan air laut menyebabkan terhadap kenaikan muka air laut
terjadinya rob di daerah pesisir. setinggi 1-2 mm/tahun di wilayah
Sebagian besar jaringan jalan (jalan Greeland dalam kurun waktu 50 tahun
raya), pelabuhan laut, pelabuhan terakhir karena 27% lapisan es di
udara, jalan kereta api bereda di kutub utara telah mencair.
pesisir, ada beberapa jalan raya, Dampak akibat pencairan
pelabuhan laut dan rel tergenang bila lapisan es ini tidak hanya bersifat lokal
rob datang. Perubahan iklim di belahan bumi utara saja, namun juga
menyebabkan hujan yang sangat lebat berpengaruh hingga ke wilayah
mendatangkan banjir di bebagai equator sebagai bagian dari gaya
tempat berperpengaruh terhadap sentrifugal rotasi bumi. Di Indonesia
aktivitas sosial dan ekonomi, juga sendiri menurut tulisannya
berpengaruh terhadap transportasi. menyatakan:
Banyak dijumpai jalan amblas, tanah 1. Kenaikan suhu tahunan di
longsor, rel kereta api terendam banjir Indonesia dari tahun 1970 - 2004
atau menggantung karena longsor. antara 0,2 – 10C.
Disamping itu perubahan iklim juga 2. Dampak pemanasan global akan
mendatangkan kemarau terjadi kenaikan rata-rata suhu
berkepanjangan dan mendatangkan dunia per 10C dalam rentang
kebakaran. Di Indonesia, Australia dan kenaikan 1-50C.
negara lain sering mengalami 3. Wilayah pesisir semakin rentan
kebakaran (khususnya hutan, kawasan terhadap erosi pantai maupun
perkebunan, kawasan perkotaan) naiknya permukaan air laut, dan
berdampak pada transportasi dimana kerusakan akan dipeparah akibat
kehadiran asap mengganggu jarak perbuatan manusia.
pandang bagi para pengemudi. 4. Diperkirakan tahun 2080, jutaan
Peningkatan curah hujan juga orang akan terkena banjir setiap
berpeluang bagi terjadinya kekeringan tahun karena naiknya permukaan
ekstrim di satu periode tertentu. air laut. Resiko terbesar adalah
Kekeringan berdampak pada dataran rendah yang
kelangkaan ketersediaan cadangan air
sebagai utilitas bandara. Sebaliknya 3.3 Komitmen Pemerintah Indonesia
penurunan curah hujan ini berpeluang Terhadap Penurunan GRK di Bidang
bagi peningkatan jarak pandang Transportasi
(visibility) di jalur penerbangan. Dalam rangka menindaklanjuti
Secara umum peningkatan suhu dan berbagai kesepakatan Internasional
kelembaban juga berpeluang bagi yang berkaitan dengan lingkungan
terjadinya cuaca ekstrim yang dapat hidup global, antara lain hasil
mengganggu operasional penerbangan kesepakatan Bali Action Plan pada The
termasuk risiko terjadinya kecelakaan. Conferences of Parties (COP) ke-13
dan United Nations Frameworks
3.2 Fenomena Perubahan Iklim Global di Convention on Climate Change
Indonesia (UNFCCC), Pemerintah Indonesia
Berdasarkan tulisan Laksdya TNI berkomitmen untuk menurunkan
(Purn) Numberi (2009), Menteri emisi gas rumah kaca sebesar 26%
Kelautan dan Perikanan RI, saat ini dengan usaha sendiri dan mencapai
peningkatan konsentrasi CO2 di 41% jika mendapat bantuan
atmosfir dalam kurun waktu 1000 internasional pada tahun 2020 dari
tahun terakhir masih stabil pada level kondisi tanpa adanya rencana aksi.
270290 ppm, namun tahun 1994 telah Presiden Republik Indonesia telah
mencapai 358 ppm. Kenaikan level menerbitkan Peraturan Presiden No.
konsentrasi CO2 di atmosfir 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Aidatul FItriyah, dkk/ Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.2 - Juli 2019 5

Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah (perhitungan didasarkan pada data


Kaca (RAN-GRK) yang merupakan dari kajian reguler Kementerian
dokumen kerja nasional yang berisi Perhubungan tentang kebiasaan
upaya-upaya untuk menurunkan emisi transportasi yang disertai dengan
gas rumah kaca di Indonesia. simulasi model waktu tempuh). BPPT
Peraturan Presiden ini telah diikuti mengusulkan strategi-strategi berikut
dengan terbitnya Peraturan Presiden ini:
No. 71 tahun 2011 tentang 1. Perbaikan kondisi untuk perjalanan
Penyelenggaraan Inventarisasi Gas yang panjang, yaitu kereta api dan
Rumah Kaca (GRK) Nasional. Rencana rute bus regional, terutama disertai
Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas dengan peningkatan kecepatan.
Rumah Kaca yang selanjutnya disebut Perbaikan dapat dilakukan jika
RAN-GRK adalah dokumen rencana frekuensi yang meningkat
kerja untuk pelaksanaan berbagai diimbangi dengan penggunaan
kegiatan yang secara langsung dan kereta api yang lebih singkat.
tidak langsung menurunkan emisi gas 2. Perbaikan yang signifikan untuk
rumah kaca sesuai dengan target perjalanan yang panjang dapat
pembangunan nasional. dicapai melalui koordinasi yang
Di bidang Transportasi, melalui lebih baik antara jadwal bus dan
Kementerian Perhubungan, kereta api.
Pemerintah Indonesia menargetkan 3. Upaya perlu dibuat untuk
penurunan emisi gas rumah kaca meningkatkan frekuensi bus
(RAN-GRK) hingga tahun 2020 perkotaan, terutama yang bertujuan
sebesar: untuk meningkatkan koordinasi
1. 2,982 juta ton CO2 untuk subsektor dengan lalu lintas regional.
transportasi darat, 4. Penggunaan bus-bus yang lebih
2. 15,945 juta ton CO2 untuk kecil akan bermanfaat bagi
subsektor transportasi udara, dan lingkungan dalam kasus-kasus di
3. 1,127 juta ton CO2 untuk subsektor mana pelayanan saat ini masih
transportasi perkeretaapia buruk, misalnya di daerah
Rencana tersebut dilaksanakan perdesaan.
melalui penyediaan sarana dan 5. Pemberian pelayanan “atas
prasarana transportasi yang ramah permintaan” dapat menghasilkan
lingkungan dan responsif terhadap penyesuaian yang lebih besar
perubahan iklim/cuaca ekstrim. dengan kebutuhan konsumen dan
penghematan waktu, serta lebih
3.4 Strategi Mitigasi dan Strategi Bidang sedikit upaya.
Transportasi terhadap Perubahan 6. Penggunaan “sistem transportasi
Iklim cerdas” untuk membantu
Dengan mempertimbangkan koordinasi angkutan umum.
perubahan moda dan opsi-opsi bahan Mengingat rendahnya tingkat
bakar alternatif, Badan Pengkajian dan pendapatan Indonesia yang relatif
Penerapan Teknologi (BPPT) telah rendah, kurangnya modal, lemahnya
meneliti sejumlah masalah penegakan peraturan pengendalian
transportasi dan emisi dalam Kajian emisi, tingginya emisi GRK di jalan,
Kebutuhan Teknologinya belum lama polusi udara perkotaan dan subsidi
ini (2009). BPPT berfokus pada CNG bahan bakar yang terus-menerus maka
(Compressed Natural Gas atau Gas dibutuhkan kebijakan sederhana di
Alam Padat) dan perubahan moda sektor transportasi yang tidak
sebagai dua peluang penting bagi mewajibkan pengendalian emisi dari
Indonesia di sektor transportasi. Hasil kendaraan-kendaraan yang digunakan
Kajian Kebutuhan Teknologi tersebut tetapi mendorong efi siensi ekonomi
memperlihatkan bahwa upaya spesifik dan insentif. Secara khusus, status saat
untuk mengurangi waktu tempuh ini di Indonesia sebagai importir
dalam perjalanan yang panjang akan minyak netto memperlihatkan bahwa
bermanfaat bagi lingkungan harga minyak mentah dunia yang terus
6 Aidatul FItriyah, dkk/ Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.2 - Juli 2019

naik akan menyebabkan kenaikan Dibidang sub sector


subsidi bahan bakar dan berkurangnya perkeretaapian sendiri dampak
keberlanjutan fiskal. Fakta-fakta perubahan iklim akan berpengaruh
tersebut menunjukkan perlunya kepada sarana dan parasana kereta api
kebijakan pengurangan GRK yang serta fasilitas lainya yang akan
meningkatkan penghematan bahan menggangu operasional kereta api.
bakar dari mobil dan truk. Hingga Tahun 2010 karakteristik
Berdasarkan Dewan Nasional bencana alam seperti banjir, longsor,
Peubahan Iklim (2010), aksi-aksi amblesan serta luapan lumpur sudah
jangka pendek yang utama dalam 537 titik kejadian (sigi lapangan tahun
rangka penurunan GRK antara lain: 2010) yang tersebar di seluruh Devisi
1. Meningkatkan kualitas bahan bakar, Regional (DIVRE) Sumatera dan
khususnya melalui pengurangan Daerah Operasi (DAOP) Jawa. Hal ini
tingkat sulfur dalam solar secara sudah barang tentu dapat menggangu
strategis dan konsisten. kinerja pelayanan perkeretaapian jika
2. Meningkatkan standar dari Euro 2 Ga. Lokasi rel KA yg terkena banjir di
ke Euro 4 untuk emisi kendaraan Semarang Tahun 2010 tidak segera
dan spesifikasi bahan bakar. dilakukan antisipasi dan
3. Revitalisasi penggunaan CNG untuk penangananya. Sesuai dengan kajian
kendaraan angkutan umum dengan atas atas permasalahan yang ada di
tingkat pemakaian yang tinggi daerah, maka Kebijakan antisipasi
dengan menghapuskan hambatan perubahan iklim dalam kebijakan
(masalah pasokan, penetapan Adaptasi dan Kebijakan Mitigasi
harga, kuota dan distribusi gas, 1. Kebijakan Adaptasi
infrastruktur, penegakan peraturan a. Redisain konstruksi jembatan dan
keselamatan). jalan rel, terutama pada lokasi
4. Restrukturisasi sistem perpajakan yang terkena longsor, banjir dan
kendaraan mencakup insentif yang ambles.
didasarkan pada tingkat emisi dan b. Penyesuaian kontruksi fisik jalan
konsumsi bahan bakar. rel pada posisi yang aman
5. Menerapkan kewajiban pelabelan terhadap banjir dan longsor
emisi CO2 dari kendaraan bermotor seperti mengangkat track/
yang dijual di pasar Indonesia jembatan, peninggian spoor
sehingga konsumen dapat membuat emplasemen, perbaikan badan
keputusan pembelian dengan jalan rel dan sebagainya.
informasi yang lengkap. 2. Kebijakan Mitigasi
6. Berinvestasi pada kapasitas Untuk mengurangi emisi gas
penyulingan yang diperluas dan buang kebijakan yang dilaksanakan
ditingkatkan, dan mengatur antara lain:
kembali subsidi untuk memastikan a. Bidang Prasarana (jangka
bahwa terdapat pasokan bahan menengah) yaitu:
bakar yang bersih dalam jumlah  Disain jaringan yang mampu
yang memadai untuk memenuhi mendorong efisiensi penggunaan
permintaan produk minyak bumi bahan bakar
rendah sulfur ketika standar  Mendorong Peningkatan kualitas
kendaraan yang lebih ketat track.
diterapkan. Perluasan kapasitas  Pengembangan konsep dan
domestik maupun standar kualitas teknologi sinyal (prasarana)
bahan bakar sehubungan dengan yang meningkatkan efisiensi.
impor mungkin membutuhkan  Mendorong adanya teknologi
pembiayaan pemerintah. prasarana Kereta api antar kota
yang hemat waktu dan cepat.
3.5 Konsep Pendekatan Mitigasi dan b. Bidang Operasional (jangka
Adaptasi Bidang Perkeretaapian Pendek) yaitu:
Terkait Perubahan Iklim Global  Melakukan efisiensi operasi KA
seperti mengurangi
Aidatul FItriyah, dkk/ Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.2 - Juli 2019 7

keterlambatan, melakukan berdekatan pantai terkait


perawatan sesuai dengan guided kenaikan suhu muka laut dan
maintanance. tinggi muka laut
 Penguasaan teknologi utama  Untuk mengantisipasi
(bogie, badan kereta alumunium, dampak bandara yang justru
sistem propulasi, train mengalami penurunan curah
controling and monitoring hujan, dilakukan aksi
system) kereta cepat. pemanfaatan air pada
 Setup Line Production waterpond dan wadah tadah
komponen utama kereta cepat. hujan untuk memenuhi
c. Bidang Sarana (jangka Panjang) kebutuhan air bersih setelah
yaitu: mengalami daur ulang.
 Pengembangan Teknologi kereta  Aplikasi Instalasi Pengolahan
ramah lingkungan dan hemat Air Limbah (IPAL) untuk
energi. pemanfaatan daur ulang air
 Pengembangan teknologi limbah untuk penyiraman
konstruksi ringan dan modular. jalan dan tanaman
 Pengembangn teknologi kereta b. Jangka panjang (5 tahun)
Tilting dan active/semi active  Mengantisipasi peningkatan
suspension. suhu atmosfer yang terus
 Setup Line Production sistem meningkat perlu disain
produksi kereta dengan bandara baru atau disain
teknologi modular. revitalisasi bandara yang ada
 Pengembangan teknologi menjadi ramah lingkungan
konstruksi ringan dan modular. meliputi antara lain:
 Penguasaan teknologi kereta  Penerapan eco-office pada
ringan dan new transportation bangunan perkantoran di
system (LRT, Monorail, Tram, bandara dan tata letak
dan lain-lain). yang efisien.
 Penggunaan bahan
3.6 Konsep Pendekatan Adaptasi Bidang material yang memiliki
Transportasi Udara Terkait Perubahan koefisien ekspansi termal
Iklim Global rendah.
1. Aksi adaptasi terkait prasarana  Penggunaan solar panel
penerbangan antara lain; sebagai substitusi
a. Jangka pendek (2-3 tahun) kebutuhan listrik.
 Pengkajian standard disain,  Penggunaan refrigerator
konstruksi dan operasi dengan Sistem Solar
runway, taxiway dan apron Thermal Cooling.
yang mempertimbangkan  Pemasangan kanopi
kenaikan suhu dan buatan atau alami untuk
peningkatan curah hujan. menahan panas.
 Pembuatan peraturan  Penanaman pohon di
standard perawatan runway, sekitar bangunan bandara
termasuk penjadwalan dan  Optimalisasi efisiensi jarak
persyaratan kualifikasi dari konter check-in, ruang
pelaksana perawatan runway. tunggu, dan lajur boarding,
 Pengkajian standard disain, untuk mengurangi
konstruksi dan operasi kebutuhan akan pendingin
runway, yang bersinggungan ruangan.
dengan air laut/tepi pantai  Pembuatan SOP untuk
untuk mengantisipasi efisiensi pengaturan waktu
kenaikan muka air laut check in, masuk ruang
 Penerbitan peraturan terkait tunggu, dan boarding,
perawatan runway yang untuk mengurangi jumlah
8 Aidatul FItriyah, dkk/ Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.2 - Juli 2019

penumpang dalam satu b. Jangka menengah (5 tahun)


ruangan di waktu yang  Peningkatan kinerja sistem
lama yang berimplikasi elektronik dan proteksinya
pada penambahan beban terkait peningkatan suhu
AC dan energi. udara
 Untuk mengantisipasi  Penggunaan material untuk
peningkatan curah hujan, perlu struktur pesawat yang lebih
dilakukan peningkatan mempertimbangkan kondisi
kapasitas tampung dan cuaca ekstrim
kapasitas alir sistem drainase  Peningkatan daya tahan
di bandara dan sekitarnya (umur) alat elektronik
meliputi aksi. pesawat (avionic)
 Guna mengantisipasi kenaikan c. Jangka panjang (10 tahun)
suhu permukaan laut dan Pesawat dengan kemampuan
terutama kenaikan tinggi muka terbang di atas lapisan GRK di
laut, dilakukan aksi sebagai atmosfer serta kecepatan yang
berikut; lebih tinggi.
 Mengantisipasi meningkatnya
kejadian cuaca/iklim ekstrim 4. KESIMPULAN
perlu dilakukan peningkatan Kesimpulan dari hasil diatas adalah upaya
spesifikasi material bangunan yang dilakukan terhadap dampak perubahan
bandara serta teknik iklim terhadap transportasi baik perkeretaan
perawatannya. maupun transportasi udara di Indonesia yang
c. Jangka panjang (10 tahun) ditinjau dari aspek prasarana, sarana dan
 Mengantisipasi kejadian operasional. Bentuk mitigasi yang dilakukan
genangan akibat naiknya tinggi meliputi desain jaringan yang mampu mendorong
muka laut, perlu dilakukan aksi efisiensi penggunaan bahan bakar, penguasaan
pembuatan bangunan teknologi utama dan penggunaan teknologi yang
pelindung jalan dan runway ramah lingkungan terhadap transportasi.
termasuk diantaranya dengan: Sedangkan bentuk adaptasi yang dilakukan yaitu
 Revetment, seawall; penggunaan solar panel sebagai substitusi
bulkhead, groins dan kebutuhan listrik, penggunaan refrigerator
geotextile 69 dengan sistem solar thermal cooling.
 Bangunan pemecah
gelombang 5. DAFTAR PUSTAKA
 Reklamasi dengan Aldrian, E., Karmini, M., & dkk. (2011).
menambah suplai sedimen Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
ke pantai di Indonesia. Jakarta: Pusat Perubahan
 Membangun sistem monitoring Iklim dan Kualitas Udara Kedeputian
untuk tinggi muka laut dan Bidang Klimatologi Badan Meteorologi,
cuaca pantai Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
 Membuat program Badan Penelitian dan Pengembangan
monitoring rutin tinggi Kementerian Perhubungan. (2018). Reviu
muka laut Rencana Strategis Badan Penelitian dan
 Monitoring Pengembangan Perhubungan Tahun
erosi/abrasi sisi pantai 2015-2019. Jakarta Pusat: BalitbangHub.
 Aksi adaptasi terkait Dewan Nasional Perubahan Iklim. (2010).
sarana penerbangan Peluang dan Kebijakan Pengurangan
antara lain Emisi - Sektor Transportasi. Jakarta.
2. Aksi adaptasi untuk sarana Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. (n.d.).
penerbangan antara lain: Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi
a. Jangka pendek (2-3 tahun) Gas Rumah Kaca Bidang Transportasi
Mendorong peningkatan Udara. Retrieved from
aktivitas riset bidang material http://hubud.dephub.go.id/?id/page/det
pesawat ail/1944
Aidatul FItriyah, dkk/ Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.2 - Juli 2019 9

Peraturan Presiden Republik Indonesia


Nomor 61 Tahun 2016. (n.d.).
Purwanta, W. (2017). Penyusunan Strategi
Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
Bidang Transportasi Udara. Jakarta Pusat:
BPPT Press.
Purwanta, W., & Indriatmoko, R. (2016).
Perubahan Lingkungan dan Strategi
Adaptasi Dampak Perubahan Iklim di
Bandar Udara Hasanuddin, Makassar. 80-
87.
Ridwan, & Chazanah, N. (2013). Penanganan
Dampak Perubahan Iklim Global pada
Bidang Perkeretaapian Melalui
Pendekatan Mitigasi dan Adaptasi. Jurnal
Teknik Sipil, 133-142.
Ridwan. (2013). Penanganan Dampak
Perubahan Iklim Global pada Bidang
Perkeretaapian Melalui Pendekatan
Mitigasi dan Adaptasi. Jurnal Teoretis
dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil, 20.
Stern, N. (2007). The Stern Review: The The
Stern Review: The Economics of Climate
Change. Cambridge: Cambridge
University Press.

You might also like