You are on page 1of 8

Rabu, 24 Oktober 2012

Maman, Potret Nasib Tunagrahita di Salatiga

Keterbatasan tidak membuat senyum luntur dari wajah Maman. Dia tidak seperti
orang-orang pada umumnya yang bisa bercakap-cakap dengan baik, namun dia selalu
mendendangkan lagu untuk mencari sepeser uang dengan penuh kegembiraan dan keriangan.
Maman adalah pengamen yang menderita retardasi mental.
Menurut pedagang gethuk yang sehari-harinya menjajakan dagangannya di Jalan Jend.
Sudirman, Maman mulai mengamen mulai dari pukul 6 pagi dan kadang hingga pukul 9 malam.
Maman bisa membawa pulang uang lebih kurang 10 ribu. Berapapun uang yang didapat, uang itu
selalu diberikan kepada ibunya sebagai tambahan modal untuk menghidupi cafe meong. Selain
itu, uang-uang yang terkumpul itu juga digunakan untuk membayar hutang.
Meskipun tunagrahita, lagu-lagu yang dinyanyikannya tetap up to date. Buktinya,
ketika diminta bernyanyi dia mendendangkan Iwak Peyek dan sesekali diselingi dengan
teriakan asolole. Tanpa ada guratan sedih dimuka maman. Dengan semangat yang dia miliki, dia
menghampiri toko demi toko untuk mengapresiasikan apa yang menjadi kegemarannya dan
mencari sepeser uang.
Penghasilan Maman itu biasa digunakannya untuk membeli makanan hari itu. Dia
menggunakan uang itu untuk makan dua kali dalam sehari . Menu makan yang digemari Maman
adalah mie ayam dengan segelas es teh.
“Maman sayang ibuk, sayang bapak.” Kalimat yang diucapkannya dengan terbata-bata
dan dengan pelafalan yang tidak begitu jelas ini menyiratkan betapa besar kasih orang tua
terhadap anaknya, meskipun berbeda secara fisik dan mental dengan anak-anak lain.
Anak tunagrahita seperti Maman ini adalah mereka yang mempunyai IQ (kecerdasan)
dibawah anak-anak normal serta, kemampuan berfikir yang lebih lambat dan perkembangan fisik
yang lebih cepat dari anak-anak normal. Mereka memerlukan pendidikan khusus. Pendidikan
seperti Sekolah Luar Biasa (SLB), sebenarnya perlu dan wajib diberikan sebagai bekal anak-
anak tunagrahita dalam menghadapi kehidupan di masyarakat. Karena SLB dapat menjadi sarana
untuk mengasah kemampuan serta pembekalan kemampuan bagi anak tunagrahita.
Selain itu, Sekolah Luar Biasa juga sangat dibutuhkan karena dilihat dari kenyataan
yang ada dilapangan ada suatu keganjilan yang terjadi pada diri Maman. Dia merasa dirinya
sebagai seorang wanita padahal secara fisik dia adalah seorang anak laki-laki. Selain itu, peran
orang tua sangat dibutuhkan mendukung dalam taraf perkembangan psikolog mereka.
Maman menjadi contoh bagaimana nasib anak tunagrahita di negara kita. Meskipun
sehari-harinya orang tua Maman disibukkan dengan pekerjaan sebagai penjual nasi kucing dan
penjual koran, tapi tak seharusnya mereka mengesampingkan pendidikan anaknya yang
notabenenya anak berkebutuhan khusus. Karena dengan pendidikan yang benar, bakat Maman
dalam memainkan ukulele dan bernyanyi dapat diasah dan membawa berkah. Tentu saja
pemerintah berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus ini. (Lintang-Teo)
Diposkan oleh X-press di 02.14
SBY Terima Atlet Tuna Grahita Peraih Medali Emas
www.inilah.comon

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono - inilah.com/Wirasatria


Oleh: Irvan Ali Fauzi
nasional - Jumat, 8 Juli 2011 | 08:08 WIB
Share on facebook Share on twitter Share on email Share on google More Sharing Services

INILAH.COM, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menerima atlet tuna
grahita peraih medali pada Special Olympics untuk penyandang di Athena, Yunani.

Dalam olimpiade khusus itu, para atlet tuna grahita telah meraih 15 medali emas. Selain itu
mereka juga berhasil meraih 13 perak dan 11 perunggu dari 7 cabang olahraga. Mulai dari
atletik, bulutangkis, renang, tenis meja, bocce, hingga cabang olahraga beregu yaitu sepakbola
dan bola basket.

Keberhasilan itu terbilang luar biasa dari keseluruhan 46 atlet tuna grahita yang tergabung dalam
tim Special Olimpic Indonesia (SOIna) ini.

Sebagaimana, diinformasikan Biro Pers Istana Kepresidenan, Jumat (8/7/2011), pukul 16.00,
para atlet yang berhasil meraih medali akan diterima oleh Presiden SBY di halaman tengah
Istana Negara. Selain itu Presiden juga akan menerima pemenang Turnamen Tinju Amatir
Internasional Presidents Cup XXI Tahun 2011.

The President Cup 2011 adalah kejuaraan tinju amatir internasional yang diselenggarakan oleh
PB Pertina dari 4 hingga 9 Juli di Jakarta. Kejuaraan ini diikuti para petinju dari 28 negara, di
antaranya Korea Selatan, Australia, Thailand, Jepang, China, Malaysia, Afghanistan, Khazakstan
dan negara-negara lainnya.
Kontingen Indonesia menurunkan tiga tim yang terdiri dari Tim Garuda, Tim Elang, dan Tim
Rajawali. Presiden SBY juga akan menerima para pengurus Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban (LPSK) yang dipimpin Ketua LPSK Abdul Hakim Semendawai di kantor Presiden pada
pukul 14.00. [bar]
Kemdikbud Susun Pedoman untuk Anak Tunagrahita

Rabu, 31/07/2013 - 13:28:29 WIB


TERKAIT:
 Kemdikbud Susun Pedoman
untuk Anak Tunagrahita
SEMARANG - Mendapatkan pendidikan adalah hak semua warga negara Indonesia. Tak
terkecuali bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Seperti tunagrahita misalnya, mempunyai hak
untuk mendapatkan pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyusun pedoman pendidikan


kesehatan reproduksi (kespro) bagi penyandang tunagrahita. Pedoman ini disusun untuk
memberikan akses informasi mengenai kesehatan reproduksi, yang sangat diperlukan bagi
peserta didik tunagrahita.

Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Menengah (Dir PK-
LK Dikmen) Kemdikbud, A. Budi Pribadi, mengatakan, sebagai acuan dalam mengembangkan
model pendidikan kespro bagi anak tunagrahita ringan maka diperlukan sebuah bahan ajar bagi
guru dan orang tua.

''Perancangan bahan ajar ini sebagai acuan agar penyelenggaraan kegiatan pengembangan model
kespro ini lebih jelas,''katanya pada kegiatan Penyusunan Pedoman Pendidikan Kesehatan
Reproduksi (Kespro) bagi anak tunagrahita, yang berlangsung 28 s.d. 31 Juli 2013 di Hotel
Horison, Semarang, Jawa Tengah.

Acara dihadiri oleh perwakilan dinas pendidikan provinsi seluruh Indonesia, persatuan orang tua
murid tunagrahita, penyelenggara sekolah SLB tunagrahita, praktisi pendidikan, pemerhati
tunagrahita, dan World Population Foundation (WPF).

Budi mengatakan, untuk mendukung program tersebut, Direktorat PK-LK Dikmen memberikan
bantuan sosial ''Program Bantuan Sosial Pengembangan Model Pendidikan Kesehatan
Reproduksi bagi anak Tunagrahita Ringan� Tahun Anggaran 2013. ''Progam ini diadaptasi dari
modul sebelumnya yaitu modul Maju untuk anak dengan tunarungu dan tunanetra,� katanya.

Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki fungsi intelektual pada taraf di bawah rata-rata
anak-anak seusianya (IQ = < 70 - 50), serta mengalami gangguan dalam fungsi sosial adaptif
sehari-hari. Kesehatan reproduksi merupakan keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh dalam
segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi-fungsi dan proses guna mencapai kualitas hidup
yang lebih baik.

''Salah satu alternatif media untuk mengakses informasi tersebut adalah melalui pemberian
pendidikan kesehatan reproduksi,''kata Budi.
Pada kesempatan yang sama dilakukan Koordinasi Pemberdayaan Sentra PKLK Tingkat
Nasional 2013. Acara dibuka oleh Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kemdikbud Achmad
Jazidie. better - yen/kdc
- See more at: http://www.koranbetter.com/read-4-1542-2013-07-31-kemdikbud-susun-
pedoman-untuk-anak-tunagrahita.html#sthash.L9H6OQtN.dpuf
Realita Tuna Grahita di Indonesia yang Menyedihkan …
Posted: 13 Desember 2010 in Rakyat Kecil, Realita
Kaitkata:Realita tuna grahita di Indonesia
0

Penyandang Tuna Grahita dianaktirikan Dibandingkan Penyandang Cacat lain

JAKARTA Pemenuhan hak hidup dan kesempatan penyandang tuna grahita (disabilitas
intelektual) di Indonesia dinilai sangat menyedihkan dibanding tiga kelompok penyandang cacat
lain, yaitu, tuna rungu, tuna daksa dan tuna netra.

Padahal terdapat sekitar 6 juta orang (2,75 persen) populasi tuna grahita di sini.

“Sebagian besar dari mereka tidak memperoleh pendidikan dan pelatihan yang layak. Imbasnya,
di saat dewasa, tidak ada yang tahu mereka akan disalurkan kemana agar dapat hidup mandiri
dan tidak selalu tergantung pada orang lain,” ujar Sekjen Dewan Nasional Indonesia Untuk
Kesejahteraan Sosial, Dr Rohadi Haryanto.

Menurut dia, masih banyak masyarakat berpandangan keterbelakangan mental tidak bisa
diberdayakan dan hanya dianggap sebagai beban. Padahal, sambungnya, pemikiran tersebut
jelas keliru. “Sejatinya anak-anak tersebut memiliki ketrampilan bekerja dalam bidang tertentu,
yang bahkan bisa lebih kemampuannya dibanding oleh manusia normal ketika dilatih,” tutur
Rohadi.

Ketua Umum Federasi Nasional Untuk Kesejahteraan Cacat Mental (FNKCM), Sunartini
Hapsara menambahkan, saat ini sebagian penyandang disabilitas intelektual lebih banyak tinggal
di panti-panti dalam waktu yang sangat lama. Tinggal di panti, sebut Sunartini tentu tidak jelek,
namun untuk dapat berkembang, mereka harus dapat berbaur dengan masyarakat seperti
penyandang cacat lainya.

Pendapat senada juga disampaikan Frieda Mangunsong, Psikolog dari Fakultas Psikologi UI.
”Penderita cacat mental perlu mendapat perhatian khusus, agar tumbuh percaya diri dan
menjadi manusia produktif,” sebutnya.
Sebagai psikolog, Frieda memaparkan banyak beredar mitos keliru di masyarakat soal
penyandang tuna grahita. Sebagai contoh, ada mitos anak dengan disabilitas intelektual memiliki
keterbatasan intelektual seumur hidup. Padahal fungsi intelektual mereka tidak statis. Dengan
perintah dan tugas ringan-sedang secara terus menerus akhirnya pasti dapat dipahami oleh
mereka.

Penyandang tuna grahita bisa bekerja sebagai karyawan di hotel atau villa
sebagai housekeepingmisalnya. Atau bekerja di pabrik, restoran dan lain-lain. Mereka bisa juga
diajari sebagai pewira usaha kecil seperti, penjahit, perajin rotan, pedagang batik, agen koran,
fotografer dan lain-lain.

( sumber : aby/dms, http://www.pos kota.co.id >> Senin, 13 Desember 2010, 06.30 WIB)

You might also like