You are on page 1of 12

MAKALAH

BUDIDAYA PAKAN ALAMI ( Tubifex sp )

Oleh :

Kelompok 2

Sari Nurhidayati (201710260311013)

Elvi Rafidah (201710260311004)

Miftahul Rozik Mubarok (201710260311039)

Slamet Riko Januadi (201710260311038)

JURUSAN PERIKANAN

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ....................................................................................................................................... 5
1.3 Manfaat ..................................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
ISI........................................................................................................................................................ 6
BAB III ................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ........................................................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12
KATA PENGANTAR

Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-
Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta ampunan
dan kami meminta pertolongan.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam
yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan tema Budidaya Pakan Alami “Tubifex sp” dengan
lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada
makalah kami ini.

Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya. Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih
mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Malang, Juni 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya ikan dan udang nampak semakin sering dilaksanakan baik secara
intesif maupun secara ekstensif. Salah satu factor yang menentukan keberhasilan
budidaya ikan dan udang adalah kesediaan pakannya. Dalam penyediaan pakan harus
diperhatiakn beberapa faktor yaitu jumlah dan kualitas pakan, kemudahan untuk
menyediakannya serta lama waktu pengambilan pakan yang berkaitan dengan
penyediaan makanan yang dihubungkan dengan jenis dan umurnya.

Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan dan udang berupa pakan alami
maupun pakan buatan. Ketersediaan pakan alami merupakan faktor penting dalam
budidaya ikan dan udang, terutama pada usaha pembenihan dan usaha budidaya ikan
hias. Selain itu pakan alami sebagai sumber makanan ikan dan udang dapat dilihat
dari nilai nutrisinya yang relatif tinggi dimana berkaitan dengan kalori yang
dikandungnya. Usaha pengembangan budidaya tidak dapat terlepas dari tahap
pengembangbiakan atau pembenihan jenis-jenis organisme unggulan. Ketersediaan
benih yang memadai baik dari segi jumlah, mutu dan kesinambungan harus dapat
terjamin agar usaha pengembangan budidaya organisme dapat berjalan dengan baik.
Sampai saat ini usaha pembenihan masih merupakan faktor pembatas dalam
pengembangan budidaya di Indonesia untuk organisme-organisme tertentu. Oleh
sebab itu, usaha pembenihan mutlak diperlukan.

Salah satu diantara banyak pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal
dengan cacing rambut. Cacing sutra ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang
sudah biasa memakan pakan alami. Cacing sutera ini biasanya diberikan dalam
keadaan hidup atau masih segar ke dalam air karena lebih sukai ikan.
Cacing sutera (Tubifex sp) cukup mudah untuk dijumpai, dan jika dibudidayakan
tidaklah sulit untuk melakukannya. Kemampuanya beradaptasi dengan kualitas air
yang kurang bagus membuatnya bisa dipelihara di perairan mengalir mana saja,
bahkan pada perairan tercemar sekalipun. Selain itu juga bisa bertahan lama hidup di
air dan nilai gizi yang ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan.
Berbagai keunggulan ini membuat Cacing sutera (Tubifex sp) menjadi primadona
pakan alami bagi dunia pembenihan. Pakan alami dikembangkan dengan berbagai
tujuan seperti pemenuhan kebutuhan nutrisi, sebagai first feeding dalam pembenihan
ikan, dan lain sebagainya.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui klasifikasi Tubifex sp


2. Untuk mengetahui morfologi dan fisiologi Tubifex sp
3. Untuk mengetahui tempat hidup Tubifex sp.

1.3 Manfaat

Sebagai bentuk pemahaman akan budidaya pakan alami untuk ikan khusunya
zooplankton jenis Tubifex sp untuk dijadikan sebagai pengelolaan pembudidayaan
Tubifex sp kedepannya.
BAB II

ISI

 Klasifikasi Tubifex sp.


Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp (Ngatung,2017)
 Morfologi :

Cacing sutra disebut sebagai cacing sutra karena memiliki tubuh yang sangat
lembut seperti benang sutra. Cacing sutra memiliki warna tubuh kemerahan dengan
panjang 4 cm dan memiliki diameter rata-rata 0,5 mm. Warna tubuh kemerah-
merahan . Warna merah pada tubuh cacing sutra dikarenakan adanya Erytrocruorin
yang larut dalam darah.. Cacing ini termasuk Nematoda, tubuhnya memiliki ruas-ruas
dan mempunyai saluran pencernaan. Mulutnya berupa celah kecil, terletak di daerah
terminal. Saluran pencernaannya berujung pada anus yang terletak di bagian sub-
terminal. (Ngatung,2017.)

 Kebiasaan hidup :
Cacing sutra hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya
bahan organik. Kebiasaan cacing sutra yang berkoloni antara satu individu dan
individu lain sehingga sulit untuk dipisahkan. (Syam,2012)
 Kebiasaan Makan dan Cara Makan :
Kebiasaan makan dan cara makan cacing rambut ialah memakan detritus, alga
benang, diatom atau sisa-sisa tanaman yang terlarut di lumpur dengan cara cacing
membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan
partikel-partikel lumpur yang dapat dicerna di dalam ususnya. Cara makan Cacing
Sutera (Tubifex sp) golongan tubifidae yaitu permukaan atau di dalam sedimen
dengan membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan
partikel halus dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan organik dan
detritus. (Syam,2012)
 Fisiologi :
 Sistem pernafasan :
Famili Tubificid membuat tabung pada lumpur untuk memperoleh oksigen melalui
permukaan tubuhnya. Oksigen tersebut diperoleh dengan cara tubuh bagian posterior
menonjol keluar dari tabung dan bergerak secara aktif mengikuti aliran air. Gerakan
aktif bagian posterior Tubificid dapat membantu fungsi pernafasan. (Syam,2012)

 Reproduksi dan Siklus Hidup Cacing Sutra

Perkembangbiakan cacing sutra dapat dilakukan dengan cara pemutusan ruas. Ruas
cacing sutra yang terputus dapat hidup dan berkembangbiak kembali, selain itu cacing
sutra merupakan jenis hermaprodit tetapi diperlukan sperma dari cacing lain dalam
proses pembuahan sel telur. Cacing sutra betina mengeluarkan telur yang telah matang
dan telur tersebut akan dibuahi oleh cacing lain. Telur dari cacing sutra ditaruh di
bawah sedimen substrat, hal itu bertujuan untuk melindungi perkembangan embrio
dari organisme lain. (Herawati,2016.)

Telur cacing sutra berkembang di dalam kokon sampai menjadi embrio. Proses
perkembangan embrio keluar dari kokon dilakukan secara enzimatik. Tingginya
temperatur pada media dapat meningkatkan metabolisme sehingga frekuensi
reproduksi cacing sutra meningkat. Perkembangan embrio sampai menjadi cacing
dewasa berkisar 7 minggu. Waktu peletakkan kokon sampai menetas menjadi cacing
muda adalah 12-18 hari dan peletakkan kokon tersebut tidak berpengaruh terhadap
substrat media. (Herawati,2016.)

 Habitat :
Cacing sutra dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang
mengandung bahan organik tinggi. Hidup di dasar perairan sungai atau parit selokan
yang airnya selalu mengalir. Tubificid dapat hidup pada perairan tercemar, pada
kondisi ini Tubificid mampu bertahan hidup karena kemampuannya untuk melakukan
respirasi pada tekanan oksigen yang rendah. Cacing sutra menempati daerah
permukaan hingga kedalaman 4 cm. Cacing muda yang berbobot 0,1-5 mg dapat
ditemui pada kedalaman 0-4 cm, sedangkan cacing dewasa yang berbobot > 5 mg
dapat ditemui pada kedalaman 2-4 cm Pada kedalamanan tersebut terdapat perbedaan
ukuran partikel sumber nutrisi cacing sutra, partikel-partikel yang dimakan cacing
sutra berukuran < 63 µm. (Pardiansyah, 2014)
 Kondisi Fisika Kimia Tubifex sp :
 Suhu dan pH
Cacing sutra mampu bertahan hidup pada kisaran suhu 20-29 ºC tetapi suhu
optimal yang diperlukan bagi cacing sutra berkisar antara 20-30 ºC. Selain
suhu, pH air juga berpengaruh terhadap pertumbuhan cacing sutra. Nilai pH
yang rendah akan mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses
nitrifikasi. Kisaran pH optimal untuk Tubificid yaitu 6-8. Kebutuhan kadar
oksigen bagi pertumbuhan embrio cacing sutra secara normal berkisar antara
2,5-7,0 ppm. (Herawati,2016.)
 Kebutuhan oksigen dan Ammonia
Sistem flow through perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi
cacing sutra walaupun cacing sutra dapat bertahan hidup pada kondisi oksigen
rendah. Namun pergantian air perlu dilakukan untuk membuang kandungan
amoniak yang bersifat racun bagi cacing sutra. Nilai amoniak pada media
harus berkisar antara 0,01-1,76 ppm dan jika kandungan amoniak > 3 ppm
merupakan kondisi letal bagi cacing sutra. (Ngatung,2017)
 DO
Cacing sutra tumbuh dengan baik pada DO dengan kisaran 0,2-5,5 ppm dan
kisaran pH 6-7,6. Sekalipun cacing sutra dapat ditemukan pada daerah
terpolusi dengan kualitas air yang sangat rendah, akan tetapi dalam kondisi
kultur, biota ini membutuhkan ruang lingkup yang spesifik seperti bersih dari
sampah dengan kandungan oksigen dan suhu yang layak untuk tumbuh dan
berreproduksi. (Ngatung,2017)
 Debit air
Debit air optimal bagi pertumbuhan cacing sutra adalah 750 ml/menit atau
sekitar 3 l/ menit untuk setiap m2 wadah yang dipakai. pertumbuhan populasi
cacing sutra tertinggi adalah dengan debit air 525 ml/menit. (Ngatung,2017)
 Pertumbuhan Biomassa Cacing Sutra
Pola perkembangan biomassa cacing sutra relatif sama, yaitu biomassa cacing
meningkat sejalan dengan masa pemeliharaan membentuk kurva sigmoid.
Pertumbuhan biomassa meningkat sampai hari ke-45 dan menurun setelah itu.
Biomassa cacing pada semua perlakuan tidak berbeda nyata pada hari ke-45 dan hari
ke-60, sehingga hari ke-45 ditetapkan sebagai puncak populasi. Dengan demikian
disimpulkan bahwa biomassa mencapai puncak pada hari ke-45 dan di antara semua
perlakuan biomasa tertinggi dicapai pada perlakuan LP yaitu 89,56 g/m2.
(Syam,2012)

 Sumber Nutrisi Cacing Sutra


Media yang digunakan untuk budidaya cacing sutra merupakan sumber
makanan bagi cacing sutra. Media yang memiliki bahan organik tinggi sangat penting
dan berpengaruh terhadap pertumbuhan cacing sutra. Pada media yang kondisi bahan
organiknya rendah maka sulit ditemukan cacing sutra.
Tubificid memanfaatkan sumber nutrisi berupa bakteri atau pertikel-partikel
organik hasil dari dekomposisi bahan organik oleh bakteri. Kandungan N-Organik
dan C-Organik dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Nilai C/N Organik yang
rendah dapat menyebabkan jumlah bakteri pada media relatif rendah sehingga sumber
makanan untuk cacing sutra sedikit.
Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi nutrien organik di
dalam kegiatan produksi akuakultur. Hasil dekomposisi bahan organik oleh bakteri
berupa detritrus. Cacing sutra memanfaatkan ganggang berfilamen, diatom dan
detritus berbagai tanaman sebagai sumber makanan. Sumber nutrisi cacing sutra
berupa partikel-partikel yang ukurannya < 63 µm. Setiap kedalaman sedimen
memiliki ukuran partikel yang berbeda. (Ngatung,2017.)
 Kandungan Nutrisi Cacing Sutra
Cacing sutra dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan karena mengandung nutrisi
yang tinggi, yaitu protein 57%, karbohidrat 2,04%, lemak 13,30%, air 87,17% dan
kadar abu 3,60% (Khairuman,2008).
 Manfaat Cacing Sutra
Budidaya ikan pada fase benih memiliki tingkat mortalitas yang cukup tinggi.
Hal tersebut dikarenakan benih tidak memperoleh pakan yang sesuai, baik jenis
ataupun jumlahnya. Pada stadia larva atau benih, pakan alami baik untuk
pertumbuhan benih ikan. Cacing sutra dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk
larva atau benih ikan karena cacing sutra memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan
bukaan mulut larva atau benih ikan. Cacing sutra juga memiliki peran di perairan
sebagai bioindikator, semakin tinggi kandungan logam berat dalam air dan tanah
maka kandungan logam pada cacing sutra akan tinggi. (Pardiansyah, 2014)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu diantara banyak pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal dengan
cacing rambut. Cacing sutra ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang sudah biasa
memakan pakan alami. Sehingga pembudidayaan cacing sutera diperlukan untuk
keberlangsungan hidup ikan yang membutuhkan pakan alami sebagai makanannya.

3.2 Saran
Semoga kedepannya banyak masyrakat luas yang tertarik untuk membudidayakan
cacing sutera ( Tubifex sp).
DAFTAR PUSTAKA
Herawati,2016. Analisis Pemberian Pakan Tubifex sp. Hasil Kultur Massal Menggunakan
Fermentasi Kotoran Ayam, Roti Afkir dan Ampas Tahu Terhadao Performa
Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Lele (C. gariepenus). Jurusan Perikanan;
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.

Khairuman,2008. Budidaya Cacing Sutra. Agromedia. Jakarta.

Ngatung,2017. Budi daya cacing sutra (Tubifex sp.) dengan sistim air mengalir di Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar Tatelu (BPBAT), Propinsi Sulawesi Utara.
Program Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT Manado. Jurnal Budidaya
Perairan September 2017 Vol. 5 No.3: 18 – 22.

Pardiansyah, 2014. Evaluasi budidaya cacing sutra Tubifex sp. yang terintegrasi dengan
budidaya ikan lele Clarias sp. sistem bioflok. Program Studi Ilmu Akuakultur,
Institut Pertanian Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia 13 (1), 28–35 (2014)

Syam,2012. Produktivitas Budidaya Cacing Sutra (Oligochaeta) dalam Sistem Resirkulasi


Menggunakan Jenis Substrat dan Sumber Air yang Berbeda. Fakultas Perikanan
dan IlmuKelautan. Institut Pertanian Bogor.

You might also like