You are on page 1of 17

KEDAULATAN NEGARA DAN TERTIB HUKUM

A. Teori Utama Tentang Kedaulatan Negara dan Tertib Hukum

J.G Starke menyebut unsur terpenting dari suatu negara adalah kedaulatan.
Kedaulatan merupakan hasil terjemahan dari sovereignty (bahasa inggris),
sovereinete (bahasa prancis), sovranus (bahasa italia) yang mempunyai arti
kekuasaan tertinggi. Konsep kedaulatan sebagai konsep kekuasaan tertinggi
menitikberatkan kepada Kekuasaan berupa kedaulatan.1 Mochtar Kusumaatmadja
mengemukakan bahwa kedaulatan merupakan kata yang sulit diartikan karena
orang memberi arti yang berlainan. Menurut sejarah, asal kata kedaulatan, kata ini
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah sovereignty yang berasal dari kata
latin superanus berarti yang teratas. Negara dikatakan berdaulat atau sovereign
karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki Negara. Negara berdaulat
yang dimaksud adalah bahwa Negara itu mempunyai kekuasaan tertinggi.2

Terdapat beberapa tokoh filsuf yang mengemukakan teori kedaulatan negara


ini, diantaranya adalah:

1. Jean Bodin (1530-1596)

Istilah kedaulatan pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin. Jean Bodin
adalah seorang filsuf Perancis, ahli hukum, ilmuwan politik dan ekonom yang
lahir di Angers dan menuntut ilmu di Paris dan Toulouse. Jean Bodin
mendefinisikan bahwa:3

Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap para warga negara dan rakyat
tanpa suatu pembatasan undang-undang. Raja tidak terikat oleh undang-
undang, Ia sebagai yang dipertuan adalah orang yang menetapkan undang-
1
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Imunitas Kedaulatan Negara di Forum Pengadilan Negeri Asing,
Bandung: Alumni, 1999, hlm. 41-42.
2
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: Bina Cipta, 2010, hlm. 7.
3
Moh. Kusnardi & Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008, hlm.
122.

1
undang. Raja mempunyai imperium, yakni hak berkuasa. Negara adalah sama
dengan raja, dengan kata lain rajalah yang berdaulat.

Jean Bodin menganggap kedaulatan sebagai atribut negara, sebagai ciri khusus
dari negara, menurutnya kedaulatan tersebut mengandung satu-satunya kekuasaan
sebagai:
a. Asli, artinya tidak diturunkan dari sesuatu kekuasaan lain;
b. Tertinggi, tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat membatasi

kekuasaannya;
c. Bersifat abadi atau kekal;
d. Tidak dapat dibagi-bagi karena hanya ada satu kekuasaan tertinggi saja;

e. Tidak dapat dipindahtangankan atau diserahkan kepada pihak lain.4

2. John Austin (1790 - 1859)

Pada waktu yang sama di Inggris muncul suatu positivism yuridis juga yang
secara radikal membatasi gejala yuridis pada tata hukum yang berlaku.
Positivisme ini dirinitis oleh John Austin, seseorang sarjana hukum yang berasal
dari Inggris yang diberi nama analytical jurisprundence (ajaran hukum analitis).
itu.5 Berdasarkan metodanya yang empiris belaka, John Austin sampai pada suatu
pengertian tentang negara. Negara dipandangnya sebagai kenyataan yang diterima
begitu saja oleh orang-orang dalam wilayah tertentu. Suatu persetujuan sosial
seperti diminta oleh Hobbes tidak diperlukan. Negara-negara timbul dan
dipertahankan oleh sebab kebanyakan bawahan mempunyai kebiasaan mentaati
pemerintah. Terdapat bermacam-macam alasan alasan, yaitu ada orang yang
mentaati oleh sebab mereka mempertimbangkan kepentingan umum, orang lain
mentaati oleh sebab mereka berpegang teguh pada prasangka bahwa pemerintah
selalu harus ditaati, dan menghindari ketakutan akan kekacauan.6

4
Fred Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Binacipta, 1996, hlm. 89.
5
Lili Rasiji & Liza Sonia Rasidji, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2016, hlm. 173.
6
Ibid., hlm. 173.

2
3. Paul Laband (1838 – 1918)

Dalam bukunya Dus Staatsrecht des Deutschen Reichs (negara hukum kerajaan
Jerman) Laband menyatakan bahwa tidak ada negara yang tidak berkekuasaaan
tinggi.

4. George Jellinek (1838 - 1918)

Teori kedaulatan negara menurut George Jellinek, pada pokoknya bahwa


hukum itu adalah merupakan penjelmaan daripada kehendak atau kemauan
negara. Jadi juga negaralah yang menciptakan hukum, maka negara dianggap
satu-satunya sumber hukum, dan negaralah yang memiliki kekuasaan tertinggi
atau kedaulatan. Di luar negara tidak ada satu organpun yang berwenang
menetapkan hukum. Maka dalam hal ini lalu berarti bahwa adat kebiasaan, yaitu
hukum yang tidak tertulis, yang bukan dikeluarkan atau dibuat oleh negara, tetapi
yang nyata-nyata berlaku di dalam masyarakat, tidak merupakan hukum. Dan
memang demikian juga kalau menurut Jean Bodin; sedangkan kalau menurut
Jellinek adat kebiasaan itu dapat menjadi hukum, apabila itu sudah ditetapkan
oleh negara sebagai hukum.7

5. Hans Kelsen (1881 - 1973)

Hans Kelsen salah satu penganut mahzab neokantianisme dari Marburg yang
aktif dalam bidang hukum. Buku-bukunya yang terkenal diantaranya Algemeine
Staatsslehre, 1925 (ajaran umum tentang negara).8 Kelsen berpendapat hukum
sebagai Wille des states atau kehendak negara. Hukum adalah kaidah yang
memerintah orang secara tertib untuk bertindak seharusnya dan sepantasnya.
Kelsen berprinsip dalam penerapan bidang hukum, yaitu bila terjadi suatu
kelakuan atau perbuatan yang melawan hukum, maka seharusnya kelakuan ini
disusul hukuman, sekalipun pada kenyataannya tidak selalu begitu. Oleh sebab
sanksi yang dikenakan pada seseorang yang melanggar hukum tergantung dari

7
Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberti, 1986, hlm. 154-156.
8
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Yogjakarta: PT. Kanisius, 1982, hlm.
156.

3
penentuan oleh instansi-instansi negara, maka norma hukum, yang disusun
masyarakat umum, pertama-tama harus dipandang sebagai imperative bagi
negara. Dari norma hukum sebagai imperative negara semua kewajiban individual
dapat diturunkan.9

Menurut Kelsen, hukum berlaku oleh sebab semua hukum berakar dalam suatu
norma dasar (Grundnorm). Berlakunya Undang-Undang harus dipandang dalam
kaitannya dengan seluruh proses pembentukan hukum oleh suatu instansi hukum
yang berwibawa. Undang-Undang berlaku oleh karena dibentuk oleh instansi
hukum yang kompeten, yang mampu menjatuhi hukuman bila dilanggar.

B. Kedaulatan Negara dan Badan-Badan Pembuat Hukum Saingan

Pada abad ke-19 teori perjanjian masyarakat ditentang oleh teori yang
menyatakan bahwa kekuasaan hukum tidak dapat didasarkan atas kemauan
bersama seluruh anggota masyarakat. Adapun pencetus teori ini adalah Han
Kelsen. Pada karyanya yang berjudul rene rechtslehre, ia menyatakan bahwa:
a. Hukum ialah kehendak negara (eille des staates). Hukum bukan kemauan

bersama dari anggota masyarakat dan negara tersebut mempunyai kekuatan


yang tak terbatas.

b. Hukum ditaati karena negaralah yang menghendakinya. Ditaatinya hukum oleh


masyarakat bukan kerena negara menghendaki melainkan karena merasa wajib
mentaati sebagai perintah negara.10

Tentang pengertian kedaulatan ini terdapat perbedaan pendapat. Mula-mula


kedaulatan diartikan sebagai kekuasaan tertinggi yang bersifat mutlak, karena
tidak ada kekuasaan lain yang mengatasinya (superlative). Kemudian dengan
timbulnya hubungan antar bangsa dan negara, maka kedaulatan itu mulai terasa
terbatas lebih-lebih dengan adanya perjanjian-perjanjian internasional dimana

9
Ibid., hlm. 157.
10
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, hlm. 75.

4
dengan keterikatan dalam perjanjian internasional tersebut berarti mengurangi
kedaulatan negara keluar. Sedangkan kedaulatan kedalam dengan dibatasi hukum
positifnya, sehingga arti kedaulatan ini menjadi relatif.11

1. Kedaulatan Eksternal (Kedaulatan Keluar/Independensi)

Kedaulatan eksternal adalah hak atau kewenangan eksklusif bagi setiap negara
untuk secara bebas menentukan hubungan internasional dengan berbagai
negara atau kelompok lain tanpa ada halangan, rintangan, dan tekanan dari
pihak manapun juga (a freedom in international relationship). Kedaulatan
eksternal juga sering disebut dengan independensi negara, yang dicirikan oleh
adanya kedudukan yang sama (equal) bagi sebuah negara dalam interaksi
internasional dengan negara-negara lainnya.12

2. Kedaulatan Internal (Kedaulatan Kedalam/Supremacy)

Kedaulatan internal adalah hak atau kewenangan eksklusif suatu negara untuk
menentukan bentuk lembaga-lembaga negaranya, cara kerja lembaga negara,
hak untuk membentuk undang-undang dasar (konstitusi) tanpa ada campur
tangan atau intervensi negara lain, mendapatkan kepatuhan atau ketundukan
dari rakyatnya (obedience in social society), dan memiliki kewenangan sendiri
untuk memutus persoalan-persoalan yang timbul di dalam jurisdiksinya. Secara
singkat kedaulatan internal suatu Negara dapat dijamin apabila Negara tersebut
memiliki sumber-sumber hukum seperti: Constitution, Statutes, Regulation,
dan Customs. Constitution adalah dasar suatu negara, yang merupakan sesuatu
yang lebih luas yakni keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis
(written law) maupun yang tidak tertulis (unwritten law) yang mengatur secara
mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam
suatu masyarakat.13

11
Moh. Kusnardi & Bintan R. Saragih, Loc., Cit., hlm. 122.
12
Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: PT.
Alumni, 1999, hlm. 20.
13
Dahlan Thaib, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 36.

5
Montesqueue mengemukakan pendapatnya mengenai Trias Politica yang
membagi tiga kekuasaan negara menjadi Kekuasaan Legislatif (kekuasaan untuk
membentuk aturan), Kekuasaan Eksekutif (kekuasaan untuk menjalankan atau
melaksanakan aturan yang telah dibuat) dan terakhir adalah Kekuasaan Yudisial
(yaitu kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili apabila terjadi penyimpangan
dari pelaksanaaan aturan tersebut). Dalam Bahasa Belanda, lembaga negara
disebut dengan staatorgaan yang dalam Kamus Hukum Belanda Indonesia,
staatorgaan diterjemahkan sebagai alat kelengkapan negara. Hans Kelsen
mengemukakan mengenai konsep organ negara dalam arti yang luas yaitu barang
siapa yang menjalankan suatu fungsi yang ditetapkan oleh tata hukum adalah
suatu organ. Fungsi yang dimaksud, baik berupa fungsi pembuatan norma atau
fungsi dari penerapan norma, yang pada akhirnya ditujukan kepada pelaksanaan
sanksi hukum. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, organ adalah individu yang
menjalankan suatu fungsi tertentu yang mana kualitas seseorang dibentuk oleh
fungsinya. Seperti lembaga legislatif, sebagai lembaga yang menetapkan aturan
(fungsi legislasi), yang mana lembaga ini dipilih oleh rakyat, presiden yang
menjalankan fungsi pemerintahan atau hakim yang menghukum pelaku kejahatan
(fungsi yudisial).14
Hans Kelsen juga mengemukakan mengenai konsep organ yang lebih sempit
(secara material) yang lebih menekankan pada pegawai negeri yang menempati
kedudukan tertentu dan menjalankan fungsi organ negara. Hakim merupakan
kategori organ negara dalam pengertian material ini, karena hakim diangkat
merupakan pegawai negeri yang menjalankan fungsi yudisial sedangkan untuk
presiden dan lembaga legislatif bukan pegawai negeri.15
Penerapan kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membentuk aturan) di
Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen hingga keempat kalinya, pada
Pasal 20 Ayat (1) yang menyatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
memegang kekuasaan membentuk undang-undang jadi terlihat jelas bahwa DPR
14
Ni Putu Niti Suari Giri, “Lembaga Negara Pembentuk Undang-Undang”, Jurnal Komunikasi
Hukum, Volume 2 Nomor 1, Pebruari 2016, hlm. 85.
15
Hans Kelsen, Teori Umum Hukum Dan Negara: Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai
Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, Jakarta: Bee Media Indonesia, 2007, hlm. 50.

6
merupakan lembaga negara yang memiliki kekuasaan untuk membentuk undang-
undang Akan tetapi, apabila dilihat dari pengajuan rancangan undang-undang dan
keikutsertaan, sesuai dengan Pasal 5 Ayat (1) dan Pasal 22D Ayat (1) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) dapat dikatakan sebagai lembaga pembentuk undang-
undang. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan ketiga lembaga tersebut di dalam
proses pembentukan undang-undang.

Jimly Asshiiddiqie mengatakan Dewan Perwakilan Daerah awalnya dibentuk


dalam rangka mereformasi struktur parlemen Indonesia menjadi sistem dua kamar
atau bicameral yang terdiri atas DPR dan DPD. Dengan adanya DPD diharapkan
proses legislasi dapat diselenggarakan berdasarkan sistem double check yang
memungkinkan representasi kepentingan seluruh rakyat secara relatif dapat
disalurkan dengan basis sosial yang lebih luas. DPR adalah cerminan representasi
politik, sedangkan DPD cerminan prinsip representasi teritorial atau regional.
Kedudukan DPD sama dengan DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.
Perbedaannya, hanya terletak pada penekanan posisi anggota DPD sebagai wakil
dan representatif dari daerah. Pembentukan DPD sendiri bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada orang-orang daerah untuk ikut serta dalam
pengambilan kebijakan di tingkat nasional, khususnya yang terkait dengan
kepentingan daerah. Dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah tersebut adalah merupakan anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sebagaimana dijelaskan oleh Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia.16

Selain Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan


Dewan Perwakilan Daerah terdapat pula badan-badan pembentuk peraturan
perundang-undangan seperti:
a. Mahkamah Agung
b. Mahkamah Konstitusi
c. Badan Pemeriksa Keuangan
d. Komisi Yudisial
16
Jimly Asshiiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009,
hlm. 28.

7
e. Bank Indonesia
f. Menteri
g. Badan/Lembaga atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-
Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang
h. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
i. Gubernur,
j. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
k. Bupati/Walikota,
l. Kepala Desa atau yang setingkat.17

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam pasal 8 Ayat (1) Undang-Undang No. 12
Tahun 2012 Tentang Pembentukan Peraturan Perudang-undangan.

Selain apa yang telah diuraikan di atas, terdapat juga badan-badan pembentuk
hukum yang berkaitan dan mempengaruhi kedaulatan eksternal yaitu: badan-
badan dalam United Nations (Persatuan Bangsa-Bangsa), seperti:
a. UNESCO adalah singkatan dari United Nations Educational Science and
Cultural Organization. Badan khusus PBB bidang organisasi Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan dan Kebudayaan. Didirikan pada tanggal 4 November 1946,
berkedudukan di Paris, Prancis. Tugas UNESCO adalah memajukan kerja sama
antar bangsa di bidang pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan.
b. ILO adalah singkatan dari International Labour Organization, badan khusus
PBB yang berkecimpung dalam Organisasi Perburuhan Internasional. ILO
didirikan pada tanggal 11 April 1919, berkedudukan di Jenewa, Swiss. Tujuan
ILO adalah untuk mencapai perdamaian abadi dengan terciptanya keadilan
sosial, perbaikan nasib buruh dan keluarganya, serta keadilan di bidang
ekonomi.
c. FAO singkatan dari Food and Agricultural Organization, badan khusus PBB
yang berkecimpung dalam organisasi Pangan dan Pertanian. FAO didirikan
pada tanggal 16 Oktober 1945, berkedudukan di Roma, Italia. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan jumlah dan mutu bahan makanan.
d. WHO adalah singkatan dari World Health Organization, badan khusus PBB
yang berkecimpung dalam organisasi Kesehatan Sedunia. WHO didirikan pada

17
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Peraturan
Perudang-undangan, Pasal 8 ayat (1).

8
tanggal 7 April 1948, berkedudukan di Jenewa, Swiss. Tujuannya adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesehatan bagi seluruh umat manusia di dunia.
e. IBRD adalah singkatan dari International Bank for Reconstructions and
Development, badan khusus PBB yang berkecimpung dalam bidang Bank
Dunia untuk pembangunan dan perkembangan. Badan ini disebut juga World
Bank atau Bank Dunia. IBRD didirikan pada tanggal 27 Desember 1945,
berkedudukan di Washington, Amerika Serikat. Tujuannya IBRD adalah untuk
memberikan bantuan kredit jangka panjang dan jangka pendek kepada negara-
negara yang sedang membangun. Memberikan bantuan teknik secara cuma-
cuma. Membantu negara-negara dalam meningkatkan perdagangan
internasional.
f. IMF adalah singkatan dari International Monetary Fund, badan khusus PBB
dalam bidang Dana Moneter Internasional. IMF didirikan pada tanggal 27
September 1945, sesudah Konferensi di Bretton Wood, Amerika Serikat. Pada
waktu itu didirikannya IMF dengan maksud untuk melancarkan kembali tata
pembayaran internasional yang kacau akibat perang dunia. Markas Besar IMF
berada di Washington D.C, Amerika Serikat. Tujuannya IMF adalah untuk
memajukan kerja sama internasional di bidang ekonomi, keuangan dan
perdagangan, sehingga mampu memperluas kesempatan kerja dan mencapai
kemakmuran.
g. UNTAC adalah singkatan dari United Nations Conference on Trade and
Development, badan khusus PBB dalam bidang Konferensi Perdagangan dan
Pembangunan PBB, yaitu forum khusus untuk membahas masalah
perdagangan internasional. UNTAC didirikan tahun 1964 di Jenewa, Swiss,
dengan tujuannya untuk mengusahakan kemajuan dan memperlancar
perdagangan internasional, terutama perdagangan ekspor negara-negara sedang
berkembang. Tata perdagangan internasional yang berlaku sekarang terutama
berdasarkan GATT (General Agreement for Tariffs and Trade) atau Perjanjian
Umum tentang Tarif-tarif perdagangan, yang pokok-pokoknya telah disepakati
pada tahun 1947 di Jenewa, Swiss.
h. UNICEF adalah singkatan dari United Nations International Children's
Emergency Fund, badan khusus PBB yang didirikan pada tahun 1946 di New

9
York, Amerika Serikat. Pada tahun 1953 disebut sebagai United Nations
Children's. Tugasnya UNICEF adalah memperhatikan masalah kesehatan dan
gizi untuk anak-anak, serta membantu usaha-usaha untuk memajukan
kesehatan rakyat, penyedia air minum bersih, pendidikan dasar, pembangunan
masyarakat desa dalam hal kebersihan, pencegahan wabah penyakit.
i. UNINDO adalah singkatan dari United Nations Industrial Development
Organization, sebuah Organisasi Pembangunan Industri PBB, UNINDO
didirikan pada tahun 1967, berkedudukan di Wina, Austria. Tugasnya adalah
untuk memajukan industri di negara-negara sedang berkembang, antara lain
dengan memberikan bantuan teknis, program-program latihan, penelitian dan
penyediaan informasi.
j. UNDP adalah singkatan dari United Nations Development Program, badan
khusus PBB yang berkecimpung dalam program Pembangunan PBB, yaitu
badan PBB yang memberikan sumbangan untuk membiayai program-program
pembangunan, terutama bagi negara-negara sedang berkembang.
k. IDA adalah singkatan dari International Development Association, badan
khusus PBB yang berkecimpung dalam bidang Organisasi Pembangunan
Internasional. Badan ini didirikan tahun 1960 di Washington Amerika Serikat.
Tujuannya IDA adalah untuk memberikan kredit untuk keperluan
pembangunan khususnya di negara-negara sedang berkembang, dengan jalan
memberikan pinjaman dengan syarat-syarat yang lebih lunak dibanding
pinjaman yang biasanya diberikan oleh Bank Dunia.
l. IFC adalah singkatan dari International Finance Corporation, yang didirikan
pada tahun 1957 di Washington, Amerika Serikat yang merupakan afiliasi Bank
Dunia. Tugasnya adalah untuk memberikan pinjaman kepada pengusaha
swasta, serta membantu mengalihkan investasi luar negeri ke negara-negara
yang sedang berkembang. Sedangkan tujuan IFC adalah untuk membantu
penambahan modal yang sudah tersedia, namun tidak memberikan modal
secara keseluruhan. Membantu memberikan kredit jangka panjang bagi
pengusaha swasta dengan suatu jaminan.
m. ICAO adalah singkatan dari International Civil Aviation Organization, sebuah
badan khusus PBB yang berkecimpung dalam Organisasi Penerbangan Sipil
Internasional. Tugasnya adalah untuk mempelajari, mengatur dan

10
menyelesaikan persoalan-persoalan penerbangan sipil, keselamatan
penerbangan.
n. UPU adalah singkatan dari Universal Postal Union, badan khusus PBB yang
berkecimpung dalam bidang Persatuan Pos Sedunia. Didirikan tahun 1878
dengan markas besar di Bern, Jerman Barat.
o. ITU adalah singkatan dari International Telecomunication Union, badan
khusus PBB yang mengurusi Persatuan Telegrap Internasional. Didirikan tahun
1865, kemudian dinyatakan bernaung di bawah PBB tahun 1947, bermarkas di
Jenewa Swiss.
p. WMO adalah singkatan dari World Meteorological Organization, badan khusus
PBB dalam bidang Organisasi Meteorologi Internasional yang berdiri tahun
1950 dan bermarkas besar di Jenewa, Swiss.

C. Kedaulatan Negara dan Kekuasaan Koorporasi

Perjanjian perlindungan investasi internasional dimulai pasca Perang Dunia II


dimana aktivitas ekonomi internasional mulai bergeliat. Tujuannya untuk
memberikan jaminan perlindungan bagi keberadaan investasi asing yang
beroperasi di luar batas Negara asalnya. Dalam hal ini terdapat 2 (dua) alasan
yang mendasari kemunculan perjanjian investasi internasional pada saat itu, yaitu:
Pertama, kemerdekaan Negara-negara terjajah dan; Kedua, tindakan pengambil-
alihan aset atau nasionalisasi perusahaan asing masa kolonial, khususnya terkait
penguasaan atas sumber-sumber daya alam yang selama periode kolonialisasi
berada di bawah kekuasaannya.18
Praktik perlindungan perjanjian investasi pertama kali dikenal dengan
perjanjian perlindungan investasi bilateral, dikenal dengan (Bilateral Invesment
Treatis (BITs), yang ditandatangani oleh Jerman dan Pakistan pada 19592. BITs
adalah perjanjian investasi yang ditandatangani oleh dua Negara dan mengikat
hak dan kewajiban dalam memfasilitasi masuknya investasi di masing-masing

18
Rachmi Hertanti & Rika Febriani, Seri Buku Panduan Memahami: Perjanjian Investasi dan
Gugatan Terhadap Indonesia, Jakarta: Indonesia for Global Justice, 2014, hlm. 4-5.

11
Negara3. Perjanjian ini mengatur mengenai standar-standar perlindungan investasi
yang harus dilakukan oleh negara tuan rumah, seperti:
1. Perlakuan yang setara dan adil atau tidak ada diskriminasi dari segala jenis
investasi baik asing maupun domestik;
2. Full protection and security yang memuat kewajiban Negara untuk
memberikan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh korporasi akibat
perang, konflik bersenjata, revolusi, keadaan darurat Negara, kerusuhan,
ataupun pemberontakan. Biasanya perlindungan ini dalam bentuk pemberian
kompensasi atau pemulihan;
3. Perlindungan dari tindakan pengambil-alihan atau nasionalisasi dan
mengharuskan pemberian kompensasi ganti rugi;
4. Mekanisme penyelesaian sengketa, yang mensejajarkan antara level investor
dengan negara atau dikenal dengan “Investor-State Dispute Settlement (ISDS)”
atas sumber-sumber daya alam yang selama periode kolonialisasi berada di
bawah kekuasaan.
Seiring dengan perkembangan gerak modal yang terinfiltrasi dalam pasar bebas,
BITs pun mengalami transformasi. Standar perlindungan BITs telah diadopsi oleh
negara-negara maju ke dalam berbagai perjanjian Investasi dalam WTO,
perjanjian perdagangan bebas (FTA/free trade agreement) seperti ASEAN
Comprehensive Investment Agreement atau Comprehensive Economic
Partnership Agreement, dan bahkan kedalam regulasi nasional di negara tempat
berinvestasi.19
Dinamika ekonomi-politik global telah memberikan pengaruh pada konsep
pembangunan ekonomi di Indonesia. Krisis over akumulasi kapital di negara-
negara maju, dinamika pengorganisasian kapital dan industri terkini (Global
Supply Chains Management), pembentukan rejim investasi dan pasar bebas
semakin membentuk konsep liberalisasi ekonomi di Indonesia. Hal ini sebagai
salah satu strategi bagi para pebisnis raksasa, lembaga-lembaga keuangan dan
perdagangan internasional serta para pemimpin negara industri di Utara dalam
mencari cara agar dominasi dan kekuasaannya terus berlanjut. Penafsiran terhadap
agenda liberalisasi terus dilakukan, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
dan diperluas menjadi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP),

19
Ibid., hlm. 5.

12
Trans Pacific Partnership, hingga perjanjian perdagangan bebas diantara dua
raksasa ekonomi dunia yakni AS dan EU dalam Transatlantic Trade and
Investment Partnership (TTIP). Pasar bebas merupakan agenda untuk
memudahkan pergerakan barang, jasa, dan ekspansi modal korporasi dalam
mencari keuntungan.20
Dalam menjalankan bisnisnya, korporasi sering melakukan tindakan ataupun
kejahatan yang merugikan bahkan mencederai hak masyarakat, seperti:
perampasan lahan, pengrusakan lingkungan, mengkriminalisasi petani dan
nelayan, mengeksploitasi buruh tanpa upah yang layak, menggelapkan pajak, dan
melanggar hak-hak asasi manusia.21
Perilaku korporasi yang melanggar hukum ini dilakukan karena negara
melegalisasinya ke dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (UUPM) yang mengatur tentang perlindungan dan fasilitas
serta kemudahan bagi investor. Misalnya saja kemudahan dalam segala bentuk
perizinan usaha dan pajak, kepemilikan hak atas tanah, perlindungan dari tindakan
nasionalisasi dan segala bentuk kerugian investor, pembentukan kawasan ekonomi
khusus, dan pembukaan bidang usaha yang membolehkan kepemilikan asing
hingga maksimum 95 persen khususnya di sektor pertambangan, perkebunan, dan
pertanian. Aturan UUPM ini diambil dari standar universal yang diadopsi dari
perjanjian investasi internasional, baik yang ditandatangani pemerintah di WTO,
ASEAN, maupun secara bilateral (Bilateral Investment Treaties/BITs). Hingga
2013, Indonesia tercatat telah menandatangani sebanyak 79 perjanjian investasi
internasional.
Ditengah kebuntuan dalam mencari keadilan, kesadaran akan pentingnya
menegakan kedaulatan negara dari pengaruh korporasi mulai tumbuh. Pada 2013,
diawali oleh Negara-negara di Amerika Latin (Bolivia dan Ekuador) mulai
mereview dan merevisi Perjanjian perlindungan Investasi Bilateral (BIT) karena
mengancam kedaulatan negaranya. Tindakan ini kemudian diikuti oleh Afrika
Selatan yang juga menyatakan akan melakukan revisi perjanjian perlindungan
investasi yang selama ini merugikan mereka. Bahkan cenderung menggantinya
20
Ibid., hlm. 6.
21
Howard Mann, “Reconceptualizing International Investment Law: Its Role In Sustainable
Development”, Lewis & Clark Law Review, Vol.17-2.

13
dengan aturan-aturan yang lebih merepresentasikan kepentingan nasional.
Nampaknya Indonesia pun tak mau ketinggalan. Pada Maret 2014 Pemerintah
Indonesia telah membatalkan Perjanjian perlindungan investasi bilateral (BITs)
antara Indonesia dan Belanda. Dan per Maret 2015, Pemerintah Indonesia telah
mengirimkan surat notifikasi penghentian BITs kepada 17 negara yakni Bulgaria,
Italy, South Korea, Malaysia, Egypt, Slovakia, Spain, China, Kyrgyzstan, Laos,
France, Cambodia, India, Norway, Romania, Turkey, and Vietnam.22
Indonesia melakukan penghentian BITs ini dalam rangka untuk mereview
kembali BITs yang ada dan kembali menyusun ulang model perjanjian investasi
internasional (BITs) yang baru yang lebih menekankan pada kepentingan
nasional. Tapi keadilan tidak akan mungkin datang dengan sendirinya tanpa ada
intervensi dan keterlibatan masyarakat dalam prosesnya. Oleh karena itu, perlu
disusun agenda bersama seluruh gerakan rakyat untuk mengembalikan kedaulatan
negara ke tangan rakyat, yakni:
1. Mengawasi kinerja investasi asing dan meminta pemerintah untuk melakukan
evaluasi menyeluruh terhadap skema ISDS;
2. Mempersiapkan model alternative kebijakan investasi nasional dan perjanjian
investasi internasional yang memperkuat pengembangan kekuatan ekonomi
rakyat;
3. Membangun konsep pembangunan nasional yang berbasis pada kekuatan
ekonomi rakyat (investasi rakyat);

4. Menghentikan segala perundingan perjanjian perdagangan bebas dan


mengevaluasi perjanjian perdagangan bebas yang telah ditandangani,
khususnya mengenai bab perlindungan investasi. Vietnam.23

D. Teori-Teori Tentang Sintesis Antara Negara dan Hukum

22
Rachmi Hertanti & Rika Febriani., Op. Cit., hlm. 11.
23
Ibid., hlm. 11.

14
Berdasarkan pemikiran dari para tokoh filsuf menggambarkan dan
menguraikan beberapa teori penting yang patut dikemukakan, Lili Rasiji dan Liza
Sonia Rasiji dalam bukunya menyebutkannya, antara lain yaitu:

a. Teori Kedaulatan Tuhan (Teokrasi)


1) Teokrasi yang langsung
2) Teokrasi yang tidak langsung
b. Teori Perjanjian Masyarakat
1) Hugo de Groot (Grotius) (1583 – 1645)
2) Thomas Hobbes (1588 - 1679)
3) John Locke (1631 – 1705)
4) J.J. Rousseau (1712 – 1778)
c. Teori Kedaulatan Negara
d. Teori Kedaulatan Hukum24

Sebagaimana yang dikemukan tersebut di atas adalah perkembangan teori


kedaulatan dari para tokoh filsuf ternama.

1. Teori Teokrasi (Teori Kedaulatan Tuhan)


Teori tentang hukum alam merupakan bagian dari filsafat hukum yang
bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan dari manakah asal hukum dan
mengapa manusia harus tunduk pada hukum. Pada masa lampau di Eropa, para
filosof menganggap dan mengajarkan bahwa hukum berasal dari Tuhan dan oleh
karena itu maka manusia diperintahkan Tuhan harus tunduk pada hukum.
Perintah-perintah yang datang dari Tuhan dituliskan dalam kitab suci. Tinjauan
mengenai hukum yang dikaitkan dengan kepercayaan, agama dan ajaran tentang
legitimasi kekuasaan hukum didasarkan atas kepercayaan dan agama. Teori-teori
yang mendasarkan hukum atas kehendak Tuhan dinamakan teori ke-Tuhanan.
Teori ini mengaggap bahwa hukum merupakan kemauan Tuhan. Berhubung
perundang-undangan ditetapkan oleh pemimpin negara, maka oleh penganjur teori
teokrasi bahwa pemimpin negara mendapat kuasa dari Tuhan seolah-olah mereka
adalah wakil Tuhan. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap kekuasaan pemimpin
negara merupakan pelanggaran terhadap Tuhan.25
Teori Teokrasi yang langsung berpegang kepada pendapat bahwa:

24
Lili Rasiji & Liza Sonia Rasidji, Loc., Cit., hlm. 81-82.
25
Daliyo, dkk, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Gramedia, 1989, hlm. 122-123

15
Segala hukum adalah hukum ketuhanan. Tuhan sendirilha yang menetapkan
hukum, dan pemerintahan-pemerintahan duniawi adalah pesuruh-pesuruh
kehendak Tuhan.26

Sedangkan penafsiran teori Teokrasi yang tidak langsung menganggap raja-raja


bukan sebagai tuhan, melainkan sebagai wakil Tuhan di dunia. Dalam kaitan ini,
dengan sendirinya juga karena bertindak sebagai wakil Tuhan, senua hukum yang
dibuatnya wajib pula ditaati oleh segenap warganya. Pandangan ini walau
berkembang hingga jaman Renaissance, namun hingga saat ini masih juga ada
yang mendasarkan otoritas hukum pada faktor ketuhanan itu.27

2. Teori Perjanjian Masyarakat (Teori Kedaulatan Rakyat)


Pada zaman Renaissance, timbul teori yang mengajarkan bahwa dasar hukum
ialah akal atau rasio manusia. Menurut aliran rasionalisme ini, raja atau pemimpin
negara lainnya memperoleh kekuasaan bukan dari Tuhan melainkan dari
rakyatnya. Pada abad pertengahan diajarkan bahwa kekuasaan raja berasal dari
suatu perjanjian antara raja dan rakyatnya. Pada abad ke-18, Jean Jacques
Rousseau memperkenalkan teorinya bahwa dasar terjadinya suatu negara ialah
perjanjian masyarakat (contrac social) yang diadakan oleh dan antara anggota
masyarakat untuk mendirikan suatu negara. Penganut teori kedaulatan rakyat
lainnya diantaranya ialah Montesquieu dan John Locke.28

Teori Rousseau ini yang menjadi dasar dari teori kedaulatan rakyat
mengajarkan bahwa negara bersandar atas kemauan rakyat, demikian pula halnya
semua peraturan perundangan adalah penjelmaan dari kemauan rakyat tersebut.
Orang menaati hukum karena sudah berjanji menaati hukum. Pada buku
karangannya le contract social mengajarkan bahwa, dengan perjanjian
masyarakat, orang menyerahkan hak serta wewenangnya kepada rakyat

26
Lili Rasiji & Liza Sonia Rasidji, Op. Cit., hlm. 82.
27
Ibid., hlm. 82.
28
Soeroso, Loc., Cit., hlm. 72-73.

16
seluruhnya, sehingga suasana kehidupan alamiah berubah menjadi suasana
kehidupan bernegara, dan natural liberty berubah menjadi civil liberty.29

Aliran ini berpendapat bahwa hukum merupakan kemauan semua orang yang
telah mereka serahkan kepada suatu organisasi (negara) yang telah terlebih dahulu
mereka bentuk dan diberi tugas membentuk hukum yang berlaku dalam suatu
masyarakat.30

3. Teori Kedaulatan Hukum

Pada abad ke-20, teori kedaulatan negara ditentang oleh Cruot, Duguit, dan
Krabbe. Teori kedaulatan hukum timbul sebagai reaksi penyangkalan terhadap
teori kedaulatan negara yang menyatakan bahwa kedudukan hukum lebih rendah
dari pada kedudukan negara. Akan tetapi menurut teori kedaulatan hukum yang
memiliki kekuasaan tertinggi adalah hukum. Menurut Krabbe dalam bukunya Die
Lehre der Rechtssouvereinteit menyebutkan bahwa :
a. Rasa keadilan merupakan sumber hukum
b. Hukum hanya apa yang memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak
c. Hukum yang tidak sesuai dengan rasa keadilan orang terbanyak tidak dapat

mengikat
d. Hukum itu ada karena masyarakat mempunyai perasaan bagaimana hukum

seharusnya.31

Hukum mengikat bukan karena negara menghendakinya, melainkan karena


merupakan perumusan dari kesadaran hukum rakyat. Berlakunya hukum karena
sikap batinnya, yaitu yang menjelma di dalam hukum itu. Pendapat ini diutarakan
oleh Prof. Mr. H. Krebbe dalam bukunya ”Die lehre der Rechtssouveranitat”
(1906). Selanjutnya beliau berpendapat bahwa kesadaran hukum yang dimaksud
berpangkal pada perasaan hukum setiap individu, yaitu perasaan bagaimana
seharusnya hukum itu.32

29
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hlm. 204.
30
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986,
hlm. 59.
31
Ibid., hlm. 76.
32
Lili Rasiji & Liza Sonia Rasidji, Loc., Cit., hlm. 84.

17

You might also like